BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian Desa Padasuka adalah salah satu desa di Kecamatan Sumedang Utara yang mempunyai luas wolayah 172,4 ha. Jumlah penduduk Desa Padasuka sebanyak jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Sedangkan jumlah keluarga miskin (gakin) jiwa dengan persentase 40% dari jumlah keluarga yang ada di Desa Padasuka. Batas-batas administratif pemerintahan Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara sebagai berikut: - Sebelah Utara : Desa Margamukti Kecamatan Sumedang Utara - Sebelah Timur : Kel. Kota Kulon Kecamatan Sumedang Selatan - Sebelah Selatan : Kel. Pasanggrahan Kecamatan Sumedang Selatan - Sebelah Barat : Desa Girimukti Kecamatan Sumedang Utara Dilihat dari topografi dan kontur tanah Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara secara umum berupa wilayah pemukiman dan lahan pertanian yang berada pada ketinggian antara M diatas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara C. Desa padasuka terdiri dari 2 Dusun, 6 RW dan 18 RT. Orbitasi dan waktu tempuh dari ibukota Kecamatan 2 km 2 dengan waktu tempuh 10 menit dan dari ibukota Kabupaten 3 km 2 denga waktu tempuh 15 menit. Mata pencaharian penduduk Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara terdiri dari : 31

2 32 1. Tidak bekerja : 831 orang 2. Mengurus Rumah tangga : orang 3. Pelajar/Mahasiswa : 873 orang 4. Pensiunan : 99 orang 5. PNS : 110 orang 6. TNI/POLRI : 78 orang 7. Petani : 63 orang 8. Buruh : 354 orang 9. Pegawai Swasta : 326 orang 10.Wiraswata : 551 orang 11.Lain-lain : 89 orang Jumlah : orang Sosial budaya dan ekonomi yang ada di Desa Padasuka Kabupaten Sumedang Utara adalah sarana pendidikan umum. - Taman kanak-kanak/paud : 3 buah - Sekolah Dasar (SD) : 2 buah - SLTP/MTs : 1 buah - SLTA/SMK : - buah Potensi ekonomi wilayah Desa Padasuka adalah hasil pertanian yang didukung oleh sektor lain yaitu sektor perdagangan dan home industri dan sektor perikanan yaitu budidaya ikan hias. Perekonomian masyarakat, berkembangnya lembaga keuangan non Bank seperti Program Pengembangan Kecamatan (PPK) Koperasi Unit Desa (KUD) yang didukung oleh permodalan cukup baik akan mendukung terhadap sektor ekonomi yang ada di Desa Padasuka Sejarah Kelompok Padasuka Koi Awal tahun 1997 terdapat kelompok pembudidaya Kutamaya di Desa Kutamaya Kabupaten Sumedang utara yang beranggotakan 11 orang dengan budidaya ikan mas dan ikan nila yang dibentuk oleh Bapak Taufik dan Bapak Rudi. Pada tahun 2001 usaha budidaya ini terserang penyakit harvest koi yang menyebabkan usaha budidaya hancur sehingga pembudidaya gulung tikar. Tetapi masih ada pembudidaya yang bertahan salah satunya Bapak Taufik. Pada tahun 2001 Bapak Taufik membentuk suatu kelompok yang bernama Padasuka Koi dengan jumlah anggota saat itu 8 orang dan fokus pada budidaya ikan koi saja. Nama Padasuka Koi sendiri berasal dari nama Desa yang awalnya Kutamaya

3 33 kemudian berganti menjadi Padasuka. Sampai saat ini jumlah anggota kelompok Padasuka Koi semakin bertambah menjadi 33 orang. Jenis ikan koi yang biasa dibudidayakan kelompok pembudidaya Padasuka Koi diantaranya ikan koi jenis showa, kohaku, sanke, siro utsuri, aigoromo, akabdsu. Wilayah pemasaran kelompok budidaya ikan Padasuka yaitu Batam, Riau, Surabaya, Kediri, Blitar, Bangka, Padang dan Kalimantan. Biasanyanya konsumen berasal dari kalangan menengah dan atas. Untuk diwilayah Sumedang sendiri peminat akan ikan koi kurang dikarenakan harga yang relatif cukup mahal Struktur Organisasi Kelompok Budidaya Padasuka Koi Kelompok Padasuka Koi dipimpin oleh seorang ketua kelompok, dalam menjalankan tugasnya, ketua kelompok dibantu oleh sekretaris, bendahara, seksi produksi, seksi pemasaran dan anggota kelompok. Ketua kelompok dapat memberikan perintah langsung kepada sekretaris lapangan, bendahara, seksi produksi, seksi pemasaran, dan anggota yang ditunjukkan oleh garis perintah, sedangkan fungsi koordinasi dilakukan oleh ketua kelompok, seksi produksi dan seksi pemasaran. Ketua kelompok bekerjasama dengan seksi produksi dan seksi pemasaran dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi dan pemasaran di kelompok pembudidaya Padasuka Koi. Ketua Kelompok Sekretaris Bendahara Seksi Produksi Seksi Pemasaran Anggota Gambar 7. Struktur Organisasi Kelompok Pembudidaya Padasuka Koi Sumber: Kelompok Padasuka Koi (2013) Keterangan : : Garis Perintah

4 Kegiatan Padasuka Koi Kelompok pembudidaya Padasuka Koi bercita-cita ingin meningkatkan kemampuan dan dapat mensejahterakan anggotanya melalui peningkatan produktivitas dan pendapatan usaha. Pengurus dan anggota kelompok senantiasa berperan aktif untuk mencari informasi, menambah pengetahuan dalam menciptakan kekuatan yang mandiri dan siap menghadapi resiko usaha sehingga dapat memperoleh pendapatan yang optimal serta meningkatkan kesejahteraan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kelompok pembudidaya Padasuka Koi diantaranya sebagai berikut: 1. Kelompok sebagai kelas belajar mengajar Kelompok merupakan wadah bagi anggotanya untuk berinteraksi dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 2. Kelompok sebagai unit produksi Untuk kelangsungan sebagai unit produksi, kegiatan yang dilaksanakan 3. Kelompok sebagai wahana kerjasama Kerjasama yang dilakukan sesama anggota dan antar kelompok dengan kelompok lain untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan serta menggalang kesatuan untuk menghadapi segala permasalahan yang terjadi. 4. Kelompok sebagai kelompok usaha a. Mengadakan kegiatan pemupukan modal untuk menambah modal usaha kelompok. b. Mengelola usaha pembenihan secara komersial dan berkelanjutan. c. Usaha memenuhi permintaan pasar bersadarkan komoditi yang sedang dikembangkan. 5. Kegiatan lain Selain dari kegiatan budidaya ada juga kegiatan kelompok yang lainnya yaitu mengikuti lomba/pameran/festival ikan, kelompok sebagai tempat magang bagi para siswa dan mahasiswa untuk belajar membudidayakan ikan koi, salah satu tempat studi banding dari beberapa penggemar atau pembudidaya ikan koi.

5 Komoditas Ikan Budidaya Padasuka Koi Komoditi yang dibudidayakan di kelompok pembudidaya Padasuka Koi adalah ikan hias. Untuk ikan hias yaitu ikan koi dengan jenis kohaku, showa, siro utsuri,aigoromo,akabadsu dan sanke. Namun, sebagian besar ikan koi yang sering dibudidayakan adalah ikan koi jenis kohaku. Sumber induk berasal dari calon indukan impor yang didapat dari kelompok budidaya ikan koi sendiri Potensi Perikanan di Kabupaten Sumedang Kabupaten Sumedang terletak antara Lintang Selatan dan Bujur Timur, dengan luas wilayah hektar yang merupakan daerah berbukit hingga daerah pegunungan dengan ketinggian tempat bervariasi mulai dari 25 sampai dengan meter diatas permukaan laut, dengan keadaan iklim agak basah dan sedang, dengan curah hujan berkisar dari 984 sampai dengan mm. Sumedang secara administrasi terbagi dari 26 wilayah Kecamatan, 272 Desa dan Kelurahan dengan jumlah penduduk yang bermata pencaharian pada sektor perikanan berjumlah orang. Batas wilayah administratif Kabupaten Sumedang adalah sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang, Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Majalengka. Luas wilayah Kabupaten Sumedang dengan didukung oleh keadaan geografis serta jumlah penduduk yang mayoritas petani, Kabupaten Sumedang berpotensi untuk pengembangan sektor pembangunan budidaya perikanan. Hal ini juga dapat ditunjukkan dengan jumlah produksi perikanan hias di Kabupaten Sumedang setiap tahunnya mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah produksi perikanan dikabupaten sumedang dari tahun dikarenakan beberapa faktor pendukung yang dapat meningkatkan jumlah produksi ikan tersebut. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan jumlah produksi ikan hias di Kabupaten Sumedang antara lain : 1. Potensi sumber daya alam yang masih baik 2. Meningkatnya jumlah pembudidaya dari tahun ke tahun 3. Adanya lembaga atau bank yang menyediakan peminjaman modal

6 36 Secara keseluruhan jumlah produksi ikan hias di Kabupaten Sumedang dari tahun mengalami peningkatan (Tabel 7). Produksi ikan hias di Kabupaten Sumedang. Tabel 7. Produksi Ikan Hias di Kabupaten Sumedang Tahun Produksi (ekor) Jenis Komoditi Ikan Hias 1. Koi Pembenihan Pembesaran 2. Koki Pembenihan Pembesaran 3. Komet Pembenihan Pembesaran Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumedang (2012) Lahan-lahan yang berpotensi sebagai tempat budidaya perikanan menurut Zonneveld (1991) adalah sebagi berikut: a. Tanah Jenis tanah liat atau lempung dengan kemiringan tanah berkisar antara 3-5%, namun karena sulit untuk mencari kemiringan tersebut, maka kemiringan tanah 1% masih dianggap baik dan cocok untuk dibuat kolam. b. Air Sumber air bisa berasal dari sungai, air hujan, atau air tanah, dengan mutu air yang memenuhi syarat sebagai media hidup ikan yaitu tidak tercemar bahan kimia beracun, suhu air berkisar antara C, kisaran ph air antara 6,7-8,6. Potensi perikanan budidaya wilayah Sumedang dibagi dalam tiga kategori yaitu wilayah yang sangat berpotensi, wilayah yang berpotensi dan wilayah yang kurang berpotensi (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sumedang 2012), yakni: 1. Sangat Potensial Wilayah di Kabupaten Sumedang yang berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya perikanan meliputi daerah Sumedang bagian utara, tengah dan timur.

7 37 Berdasarkan laporan Evaluasi Pembangunan Perikanan Sub Dinas Perikanan Kecamatan yang menghasilkan ikan terbesar adalah Kecamatan Cimalaka, ini karena Kecamatan Cimalaka mempunyai empat sumber mata air, dengan tiga sumber mata air mempunyai debit diatas 100 liter/detik dan satu sumber mata air dibawah 10 liter/detik. Daerah yang sangat berpotensi selain Cimalaka untuk dijadikan lahan budidaya perikanan, salah satunya adalah Kecamatan Tomo. Kecamatan Tomo selain terlewati oleh beberapa aliran sungai dan mempunyai daerah persawahan, kecamatan ini juga mempunyai lapisan tanah aluvial. Tanah aluvial merupakan tanah yang cocok untuk dijadikan tempat budidaya perikanan, khususnya untuk pembuatan kolam ikan, karena tanah aluvial mempunyai karakteristik jenis tanah liat atau lempung. Kecamatan lainnya yang berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya perikanan adalah Kecamatan Darmaraja, karena pada kecamatan ini direncanakan akan dibangun waduk. Dengan dibangunnya sebuah waduk maka potensi untuk budidaya perikanan khususnya jaring terapung sangat besar. 2. Potensial Wilayah di Kabupaten Sumedang yang berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya perikanan melintang dari utara ke selatan. Kecamatan yang termasuk pada kriteria ini mempunyai ketersediaan lahan yang cukup, namun tidak terdapat sumber air yang memadai, sehingga dikhawatirkan pada saat musim kemarau kecamatan-kecamatan tersebut mengalami kekeringan, sehingga nantinya akan menghambat budidaya perikanan, atau sebaliknya yaitu terdapat sumber air namun ketersediaan lahannya tidak mencukupi. Pada salah satu kecamatan yaitu Kecamatan Sumedang Selatan, terlihat adanya dua sumber mata air dengan debit antara liter/detik, namun pada kecamatan ini ketersediaan lahan khususnya persawahan sangat kecil sehingga kecamatan ini dikategorikan kepada daerah yang berpotensi untuk dijadikan lahan budidaya perikanan. 3. Kurang Potensial Sebagian besar daerah yang termasuk kedalam kriteria kurang berpotensi berada di wilayah Kabupaten Sumedang bagian barat. Pada daerah ini tidak terdapat aliran sungai besar dan ketersediaan lahannya kecil sekali. Selain dua hal

8 38 tadi, kecamatan-kecamatan diwilayah ini berdekatan dengan wilayah industri Kabupaten Bandung yaitu Kecamatan Cicalengka. Pada kawasan ini dilalui oleh Sungai Citarik, Sungai Cimande, Sungai Cikijing dan Sungai Cikeruh. Berdasarkan Laporan Hasil Analisa PT.Sucofindo, mengenai sungai-sungai yang berada dikawasan tersebut menunjukan bahwa sungai-sungai tersebut memiliki beberapa parameter kimia diatas persyaratan baku mutu sehingga tidak cocok untuk dilakukannya kegiatan budidaya ikan. Dalam beberapa tahun kedepan, Kabupaten Sumedang yang sangat berpotensi untuk dikembangkannya perikanan budidaya terutama air tawarnya diprediksi akan menjadi salah satu daerah pemasok ikan hias di Provinsi Jawa Barat. Indikasi tersebut didasarkan atas beberapa aspek pendukung seperti adanya Waduk Jatigede, yang proses pengerjaannya akan selesai pada tahun 2013 sehingga persoalan air dapat diatasi, sumber mata air yang banyak dan masih terjaga kualitasnya dan terbentuknya kelompok-kelompok pembudidaya ikan, serta banyaknya kolam-kolam ikan air tawar yang cukup luas dibeberapa wilayah kecamatan. Tersediannya lahan-lahan yang potensial tentu tidak akan berarti bila tidak ada sumber daya manusia yang tidak memahami budidaya. Pemerintah Kabupaten Sumedang harus terus berupaya untuk mengasah kemampuan masyarakatnya dalam melakukan budidaya ikan baik melalui kegiatan pelatihan ataupun melalui buku-buku petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang telah diterbitkan. 4.2 Karakteristik Responden Usia Responden Responden terdiri dari pembudidaya, pedagang perantara, dan konsumen akhir. Pembudidaya yang diwawancara sebanyak 6 orang. Semua responden pembudidaya yang diwawancara merupakan anggota Kelompok Pembudidaya Padasuka Koi. Umur responden secara keseluruhan bervariasi mulai dari umur tahun sebanyak 2 orang dan umur responden lebih dari 64 tahun sebanyak 4 orang. Badan Pusat Statistik menetapkan usia produktif berkisar antara tahun dan usia nonproduktif berada dibawah dan di atasnya. Masa-masa pada usia

9 39 produktif adalah kemampuan manusia secara optimal untuk mengeluarkan energi dalam produksi. Pandangan ini merumuskan bahwa sekelompok masyarakat atau negara perlu membandingkan jumlah usia produktif dan usia nonproduktif penduduk. Apabila jumlah usia produktif lebih besar daripada usia nonproduktif penduduk maka secara ekonomis penduduk wilayah tersebut bersifat positif atau terjamin kesejahteraannya. Sebaliknya, jika jumlah penduduk berusia produktif lebih kecil daripada penduduk berusia nonproduktif, maka secara ekonomis kesejahteraan masyarakat tersebut bersifat negatif. Tingkat usia responden dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Tingkat Usia Responden Responden Usia Jumlah Persentasi (Tahun) (Orang) (%) Pembudidaya , ,4 Pedagang Besar , ,4 Pedagang Pengecer , ,7 Jumlah Sumber: Data Olahan (2013) Responden yang masih berusia antara tahun merupakan usia yang produktif sehingga kinerjanya masih optimal apabila dibandingkan dengan responden yang sudah berusia 50 tahun ke atas yang tergolong usia non produktif sehingga kinerjanya kurang optimal dan mulai menurun. Setiap responden yang berusia tahun sebanyak 8,7%, tahun sebanyak 17,4%, tahun sebanyak 17,4%, tahun sebanyak 17,4%, tahun sebanyak 30,4%, tahun sebanyak 8,7%. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pelaku usaha budidaya ikan koi di lokasi penelitian tergolong usia non produktif untuk mengembangkan usaha budidaya Pendidikan Responden Pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi

10 40 dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi (Sudirman 1987). Dari pengertian tersebut menyatakan bahwa seseorang yang mengalami proses pendidikan akan mengalami perubahan aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang termanifestasikan dalam perubahan perilaku ke arah yang lebih positif. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan seseorang dalam menyerap informasi dan inovasi-inovasi baru. Seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan memiliki kemampuan sehingga produktivitas kerjanya pun akan tinggi pula. Produktivitas yang tinggi akan berpengaruh pada pendapatan sehingga akan meningkatkan keuntungan. Pendidikan memiliki kontribusi terhadap peningkatan keuntungan sebagai salah satu tolak ukur keberhasilan usaha. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin rasional dalam mempertimbangkan suatu keputusan. Data tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Tingkat Pendidikan Responden Responden Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (orang) (%) Pembudidaya SMP 1 3,22 SMA 5 16,12 Pedagang Besar SMA 4 12,9 Perguruan Tinggi 4 12,9 Pedagang Pengecer SMA 4 12,9 Perguruan Tinggi 5 16,12 Konsumen Akhir SMA 5 16,12 Perguruan Tinggi 3 9,7 Jumlah Sumber: Data Olahan (2013) Responden dengan tingkat pendidikan SMA masih cukup banyak yaitu 58%. Keadaan ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan para responden sehingga dapat lebih memudahkan dalam penyerapan informasi dan penerapan inovasi Pengalaman Usaha Responden Pengalaman responden diukur berdasarkan lamanya responden terlibat dalam kegiatan usahanya. Semakin lama responden bekerja pada kegiatan tersebut

11 41 semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Dengan pertambahan usia, akan diikuti oleh meningkatnya pengalaman seseorang dalam berbagai aspek kehidupan termasuk pengalaman pekerjaan yang ditekuni. Semakin lama seseorang menekuni suatu pekerjaan maka semakin meningkat pula pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya dalam melaksanakan pekerjaan tersebut. Sedangkan responden dengan pengalaman yang minim namun lebih dinamis dapat lebih cepat mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam mengadopsi teknologi yang berkaitan dengan kegiatannya. Adapun karakteristik responden berdasarkan pengalaman usaha di bidang ikan koi disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Pengalaman Usaha Responden di Bidang Ikan Koi Responden Pengalaman Usaha (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) Pembudidaya , ,34 Pedagang Besar , ,4 Pedagang Pengecer , ,7 Jumlah Sumber: Data Olahan (2013) Hasil pengolahan dari data primer dapat diketahui bahwa responden ratarata baru menjalankan usaha budidaya ikan koi kurang dari 10 tahun. Hal ini disebabkan karena kegiatan usaha pada bidang ikan koi di Kabupaten Sumedang mulai lebih dikembang pada awal tahun Jika pengalaman usaha ini diuraikan lebih jauh, maka sebanyak 16 orang responden mempunyai pengalaman usaha 1-10 tahun dan 7 orang responden mempunyai pengalaman usaha selama tahun. Pengalaman yang masih kurang mengakibatkan tingkat keterampilan atau kemampuan responden dalam melakukan usaha di bidang ikan koi juga menjadi kurang, sehingga dapat mengurangi tingkat keberhasilan dalam melakukan usaha di bidang ikan koi.

12 Mata Pencaharian Responden Hasil wawancara dengan responden mengenai mata pencaharian, menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil responden yang menjadikan usaha di bidang ikan koi ini sebagai mata pencaharian utama. Namun sebagian lagi responden menjadikan bidang usaha ikan koi ini sebagai usaha sampingan mulai dari pedagang hingga pensiunan pegawai negri sipil (PNS). Hal ini menunjukan bahwa sebagian kecil responden menggantungkan hidupnya pada usaha budidaya ikan koi. Selain itu, dari segi curahan kerja sebagian besar responden lebih banyak menghabiskan waktunya untuk pekerjaan utama (Tabel 11). Tabel 11. Mata Pencaharian Responden Responden Mata Pencaharian Jumlah (orang) Pembudidaya 4 Pembudidaya Pensiunan Pegawai 2 negeri sipil Pedagang Besar Wiraswasta 8 Pedagang Pengecer Wiraswasta 9 Jumlah 23 Sumber: Data Olahan (2013) 4.3 Saluran Pemasaran Pola Saluran Pemasaran Lembaga pemasaran ikan koi yang terdapat di Kelompok Budidaya Padasuka Koi Kabupaten Sumedang terdiri dari pembudidaya ikan koi, Kelompok Budidaya Padasuka Koi sebagai produsen sekaligus pembudidaya pembesaran, pedagang besar, dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran di Kelompok Budidaya Padasuka Koi Kabupaten Sumedang terdiri dari 3 pola saluran pemasaran, diantaranya sebagai berikut : Saluran Pemasaran I Pembenihan ikan koi (Pak Taufik) Kelompok Pembudidaya Pembesaran (Pak Suwaryo) Konsumen akhir (Pak Acep)

13 43 Saluran Pemasaran II Pembenihan ikan koi (Pak Taufik) Kelompok Pembudidaya Pembesaran (Pak Asep) Pedagang Besar (Pak Taufik) Konsumen Akhir (Isma) Saluran Pemasaran III Pembenihan ikan koi (Pak Taufik) Kelompok Pembudidaya Pembesaran (M.dullah) Pedagang Besar (Pak Fahmi) Pedagang Pengecer (Pak Fauzi) Konsumen Akhir (Pak Ibrahim) Gambar 8. Saluran Pemasaran kelompok pembudidaya Padasuka Koi Saluran pemasaran yang terdapat di kelompok pembudidaya Padasuka Koi merupakan saluran distribusi langsung dan tidak langsung. Pembudidaya Padasuka Koi biasanya menyalurkan hasil panennya dengan cara bertransaksi langsung dengan konsumen dan anggota kelompoknya yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer karena menganggap lebih praktis juga efisien sehingga tidak perlu mencari tempat penjualan lain dan tidak menanggung biaya pemasaran. Saluran pemasaran I merupakan saluran yang melibatkan pembudidaya pembenihan ikan koi, kelompok pembudidaya pembesaran dan konsumen akhir. Saluran pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang memiliki rantai pemasaran paling pendek. Pembudidaya pembenihan menjual benih-benih ikan

14 44 koi pada kelompok pembudidaya pembesaran, yang masih termasuk anggota kelompok pembudidaya Padasuka Koi, untuk selanjutnya dibesarkan sampai ukuran calon indukan. Kemudidan kelompok pembudidaya pembesaran menjual hasil pembesaran benih ikan koi tersebut pada konsumen. Selain dari kelompok pembudidaya pembesaran, konsumen juga dapat memperoleh ikan koi secara langsung dari kelompok pembudidaya ikan koi. Saluran pemasaran II merupakan saluran yang melibatkan pembudidaya pembenihan ikan koi, kelompok pembudidaya pembesaran, pedagang besar, dan konsumen akhir. Saluran pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang memiliki rantai pemasaran yang relatif sedang. Pembudidaya pembenihan yang juga merangkap sebagai pedagang besar menitipkan benih ikan koi ke kelompok pembudidaya pembesaran setelah sebelumnya ada kesepakatan antara pembudidaya pembenihan dan pembesaran. Namun ada juga pembudidaya pembesaran yang membeli benih dari pembudidaya pembenihan. Setelah ikan memenuhi ukuran pasar, ikan yang dititipkan kepada pembudidaya pembesaran dikembalikan atau bagi pembudidaya pembesar yang membeli benihnya, ikan koi dijual kembali kepada pembudidaya pembenihan (pedagang besar) untuk disalurkan ke konsumen akhir. Saluran pemasaran III merupakan saluran yang melibatkan pembudidaya pembenih ikan koi, kelompok pembudidaya pembesaran, pedagang besar, pedagang pengecer, dan konsumen akhir. Saluran pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang memiliki rantai pemasaran paling panjang dan mempunyai jangkauan konsumen yang paling luas. Pembudidaya pembenihan ikan koi menyalurkan hasil panennya pada kelompok pembudidaya pembesaran. Setelah memenuhi ukuran pasar, pembudidaya pembesaran menjual ikan koi kepada pedagang besar untuk selanjutnya dijual kembali pada pedagang pengecer, selanjutnya pedagang pengecer menjual kembali pada konsumen akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam hal pemasaran yaitu keadaan geografis, efisiensi transportasi dan modal. Ketiga hal ini sangat berkaitan dalam pemasaran sebagai contoh jika letak produsen (contoh tempat pembenihan) berada jauh dari pasar maka akan menambah biaya transportasi karena letaknya jauh

15 45 sehingga transportasi tidak efisien jadi akan menambah biaya pemasaran yang semakin besar. Efisiensi usaha budidaya dan pemasaran ikan koi dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, yaitu perbandingan antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio pada masing-masing lembaga pemasaran di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang sudah efisien yang ditunjukan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. Nilai R/C rasio pada pedagang besar lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga-lembaga pemasaran yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan oleh pedagang besar lebih efisien. Semakin tinggi penerimaan yang diperoleh dan semakin rendah biaya total yang dikelurkan maka efisiensi dari usaha akan smeakin besar. Besar efisiensi usaha budidaya dan pemasaran ikan koi pada masing-masing lembaga pemasaran di kelompok pembudidaya Padasuka Koi dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 12. Lembaga Pemasaran di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Lembaga Pemasaran R/C Pembudidaya pembenihan ikan koi 1.14 Pembudidaya pembesaran ikan koi 1.03 Pedagang besar 1.59 Pedagang pengecer 1.21 Sumber: Data Olahan (2013) Berdasarkan R/C rasio dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran II lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini dikarenakan market share tertinggi terdapat pada pedagang besar dan pada saluran II fungsi utama penjualan ada pada pedagang besar yang secara langsung disalurkan pada konsumen, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya Efisiensi Pemasaran Pengukuran efisiensi pemasaran dapat dilakukan dengan dua cara yaitu efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional diukur dari biaya

16 46 pemasaran dan margin pemasaran. Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh lembaga pemasaran sebelumnya yang meliputi biaya dan keuntungan pemasaran. Biaya pemasaran adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk mengalirkan produk dari satu lembaga ke lembaga pemasaran lainnya diluar keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran tersebut (Hanafiah dan Saefudin 1983). Rincian penghitungan margin pemasaran terdapat pada Tabel 13 sebagai berikut: Tabel 13. Margin Share pada saluran I, II dan III Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Pembenihan - Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) Margin Pemasaran (Rp) Margin Share (%) Pembudidaya pembesaran - Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) Margin Pemasaran (Rp) Margin Share (%) Pedagang Besar - Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) Margin Pemasaran (Rp) Margin Share (%) Pedagang Pengecer - Harga Jual (Rp) Harga Beli (Rp) Margin Pemasaran (Rp) Margin Share (%) 32.2 Sumber: Data Olahan (2013) Saluran I terdiri atas pembenihan, pembesaran, dan konsumen akhir. Margin pemasaran dan Margin Share pembenihan adalah Rp 700,00 dan 14.8 %. Margin pemasaran pembesaran adalah Rp 4.000,00. Hal ini menunjukkan harga jual pembesaran sangat tinggi dibandingkan dengan harga pembenihan. Margin Share sebesar 85% hal ini menunjukan harga jual pembesaran sangat tinggi dibandingkan dengan harga produsen.

17 47 Saluran II terdiri atas pembenihan, pembesaran dan pedagang besar. Pada saluran II ada dua bentuk kerja sama yaitu sistem penitipan benih dan pembelian benih. Pada sistem penitipan benih dari pembudidaya pembesaran ke pedagang besar tidak dicantumkan jumlah harga jual dan harga belinya dikarenakan pembudidaya pembenihan disini menitipkan benih ikan koi kepada pembudidaya pembesaran dengan tujuan memanfaatkan kolam yang ada di pembudidaya pembesaran. Pedagang besar disini adalah Bapak Taufik. Pembudidaya pembesaran disini tidak menjual tetapi mengembalikan ikan koi yang telah dibesarkan ke pedagang besar sesuai dengan kesepakatan awal tentang bagi hasil keuntungan yang diperoleh. Pada sistem pembelian benih margin pemasaran dan margin share pembenihan adalah Rp 700,00 dan 4.7%. Margin pemasaran pembesaran adalah Rp 4.000,00. Hal ini menunjukkan harga jual pembesaran lebih tinggi dibandingkan dengan harga pembenihan dan Margin Share sebesar 27.2%. Margin pemasaran pedagang besar adalah Rp ,00 dengan Margin Share 68%. Saluran III terdiri atas pembenihan, pembesaran, pedagang besar, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Margin pemasaran dan Margin Share pada pembenihan Rp 700,00 dan 3.2%. Margin pemasaran pembesaran adalah Rp 4.000,00. Hal ini menunjukkan harga jual pembesaran sangat tinggi dibandingkan dengan harga pembenihan dan Margin Share sebesar 27.2%. Margin pemasaran pedagang besar adalah Rp ,00 dengan Margin Share 46%. Margin pemasaran pedagang pengecer adalah Rp 7.000,00 dengan Margin Share 32.2%. Hal ini menunjukkan harga jual pedagang besar lebih tinggi dibandingkan dengan harga pengecer. Berdasarkan analisis margin share saluran pemasaran yang paling efisien terdapat pada saluran satu, dapat dilihat dari persentase margin share tertinggi dibandingkan dengan persentase margin share saluran lainnya yaitu dengan margin share pembenihan 14.8 % dan margin share pembesaran 85%. Analisis market share pemasaran yang menekan pada keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga pemasaran tiap saluran dengan menggunakan perhitungan juga, kita dapat mengetahui apakah suatu usaha tersebut dapat

18 48 dikatakan menguntungkan atau sebaliknya. Berikut perhitungan market share pada pemasaran ikan koi di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Market share Ikan koi di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Uraian Total Produksi Harga jual (Rp) Market Share (%) Pembudidaya - Pembenihan Pembesaran Pedagang - Pedagang Besar Pedagang Pengecer Total Sumber : Data Olahan (2013) Market share ikan koi di kelompok pembudidaya Padasuka Koi Kabupaten Sumedang meliputi pembudidaya, pedagang besar, beberapa pengecer dan konsumen. Market share terbesar yaitu di pedagang besar sebesar 43.48%, karena menjual ikan koi dengan harga Rp per ekor. Market share terendah berasal dari pembudidaya pembenihan yaitu sebesar 3.26%. Kontribusi kelompok Padasuka Koi sangat besar dalam produksi ikan koi di Sumedang, namun dalam hal pemasaran ikan koi di daerah Sumedang masih kurang karena minimnya peminat di Sumedang. Minimnya peminat ikan koi dikarenakan peminat ikan koi di daerah Sumedang kebanyakan hanya sekedar hobi dan dikarenakan rata-rata harganya yang tinggi. Pemasaran lebih banyak dilakukan ke luar daerah Sumedang dan luar pulau Jawa. Pengukuran efisiensi dapat juga dilakukan dengan cara mengetahui BCR para pelaku pemasaran. Bila BCR > 1 maka usaha tersebut dikatakan efisien, dan nila BCR < 1 maka usaha tersebut dikatakan tidak efisien, dapat dilihat pada (Tabel 15).

19 49 Tabel 15. Pengukuran Efisiensi Pada Pelaku Pemasaran Saluran Pelaku R/C Rata-Rata Status Efisiensi BCR I Pembenihan 1.14 Pembesaran Efisien II Pembenihan Pembesaran Pedagang besar Efisien III Pembenihan Pembesaran Pedagang besar Pedagang pengecer Sumber: Data Olahan (2013) Efisien Berdasarkan Tabel 15 dapat disimpulkan bahwa dari semua saluran pemasaran nilai BCR diatas 1, artinya seluruh saluran pemasaran memiliki status pemasaran yang efisien. Namun dilihat dari rata-rata BCR nilai tertinggi dimiliki oleh saluran II yaitu 1.25 maka dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran II lebih efisien dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Hal ini dikarenakan banyaknya transaksi yang terjadi di saluran II oleh pelaku pemasaran sebagai contoh pembudidaya pembenihan memegang peranan dibeberapa saluran pemasaran seperti Pak Taufik sebagai produsen 1 dan produsen 2 yang menyalurkan hasil panen sekaligus pembeli ikan koi. 4.4 Struktur Pasar Struktur pasar adalah penggolongan produsen kepada beberapa bentuk pasar berdasarkan pada ciri-ciri seperti produk yang dihasilkan, banyaknya lembaga pemasaran, mudah tidaknya keluar masuk pasar dan informasi pasar. Struktur pasar ikan koi kelompok pembudidaya Padasuka Koi Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang adalah pasar persaingan sempurna. Hal ini terlihat dari jumlah pembeli dan penjual (pedagang besar dan pedagang pengecer) yang banyak dan produk yang dihasilkan homogen. Selain itu harga yang ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran. Dimana ketika permintaan meningkat maka harga jual ikan koi ikut meningkat dan ketika permintaan menurun harga jual ikan koi ikut menurun.

20 Jumlah Lembaga Pemasaran Pemasaran produk perikanan dalam penyampaiannya dari produsen primer (pembudidaya) pada konsumen akhir membutuhkan rangkaian tahap, tingkatan, dan fungsi. Salah satu alasannya adalah karena komoditi ikan hias merupakan komoditi hidup yang mudah rusak atau mati maka sangat membutuhkan lembaga pemasaran. Selain itu lokasi lahan tempat budidaya ikan hias yang tersebar dalam areal yang luas membuat jasa pedagang perantara sebagai salah satu lembaga pemasaran yang cukup dibutuhkan dalam proses ini. Lembaga pemasaran ikan koi yang terlibat di kelompok pembudidaya Padasuka Koi terdiri dari pedagang besar dan pedagang pengecer. Responden kelompok pembudidaya ikan koi berjumlah 1 orang yaitu ketua dari kelompok pembudidaya Padasuka Koi. Responden pembudidaya pembesaran dan pembenihan berjumlah 1 orang yang merupakan anggota dari kelompok pembudidaya Padasuka Koi. Responden pembudidaya pembesaran berjumlah 4 orang yang merupakan anggota dari kelompok pembudidaya Padasuka Koi. Responden pedagang besar berjumlah 8 orang dan pedagang pengecer berjumlah 9 orang. Hasil pengamatan menunjukan jumlah pelaku pemasaran dari pembudidaya sampai dengan pedagang pengecer semakin banyak Keadaan Produk Ikan koi hasil pembudidaya kelompok pembudidaya Padasuka Koi dari mulai pembudidaya sampai ke konsumen akhir bersifat homogen dan telah dilakukan sortasi juga grading. Sortasi adalah memilih dan memisahkan individu dari suatu populasi ikan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih (menyortir) ikan mencakup ukuran (panjang atau bobot), warna, kondisi, kesehatan, kelengkapan morfologi tubuh, dan tingkah laku. Penggunaan kriteria tersebut bergantung pada tujuan sortasi. Tujuan sortasi antara lain adalah untuk memenuhi permintaan pasar (konsumen), meningkatkan keseragaman (mutu) produk, serta meningkatkan harga produk dan penerimaan (Effendi dan Oktariza 2006). Grading adalah kegiatan menggolong-golongkan ikan ke dalam kriteria (umumnya adalah ukuran atau size) tertentu. Grading terhadap produk perikanan

21 51 akan berdampak terhadap harga. Ikan yang memiliki ukuran lebih besar biasanya akan memiliki harga yang lebih tinggi, dan sebaliknya. Pada akhirnya, dampak dari sortasi dan grading adalah adanya peningkatan penerimaan oleh produsen maupun lembaga pemasaran akibat adanya peningkatan harga (Effendi dan Oktariza 2006). Setiap ukuran dan kualitas yang berbeda dijual dengan harga yang berbeda untuk setiap ekornya, sehingga pedagang besar, pedagang pengecer, dan konsumen akhir dapat membeli ikan koi sesuai dengan ukuran dan harga yang diinginkan. Di tingkat pedagang pengecer, konsumen melihat kualitas ikan koi berdasarkan ukuran, kecerahan warna, bentuk tubuh, dan kesehatan (dilihat dari lincah atau tidaknya ikan koi) Kondisi Keluar Masuk Pasar Kondisi keluar masuk pasar berkaitan dengan kemampuan lembaga pemasaran untuk memasuki dan meninggalkan pasar. Hambatan utama untuk memasuki pasar ikan koi diantaranya tinggi rendahnya modal atau biaya yang dimiliki untuk bertindak sebagai pesaing dalam rangka memasuki pasar. Umumnya pembudidaya ikan Padasuka Koi menjual hasil panennya ke lembaga pemasaran, hal ini dikarenakan pembudidaya membutuhkan biaya yang lebih untuk mampu memasarkan sendiri hasil panennya. Dimana jangkauan pemasaran ikan koi dari Sumedang sebagian besar di luar pulau Jawa. Hambatan yang dirasakan pembudidaya pembesaran adalah kebutuhan modal yang cukup besar. Hambatan untuk masuk ke pasar pedagang besar relatif besar. Selain masalah dana yang diperlukan untuk biaya pemasaran, juga diperlukan pengalaman berdagang dan kemampuan manajerial. Salah satu kemudahan memasuki pasar ikan koi salah satunya adalah pedagang besar tidak memerlukan izin khusus yang dapat menghambat seseorang untuk masuk berbisnis ikan hias dan menjadi pedagang besar. Dari uraian mengenai jumlah lembaga pemasaran yang terlibat, keadaan produk dan kondisi keluar masuk pasar dapat diketahui bentuk struktur pasar ikan koi kelompok pembudidaya Padasuka Koi Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang. Struktur pasar ikan koi ditingkat pasar pembudidaya

22 52 mengarah pada pasar persaingan murni dimana jumlah penjual (pembudidaya) sedikit, produk bersifat homogen, bargaining position pembeli banyak dan informasi yang dimiliki pembeli lebih banyak. Struktur pasar ikan koi ditingkat pedagang besar mengarah pada persaingan murni dimana jumlah pembeli sedikit sedangkan jumlah penjual banyak, produk bersifat homogen, bargaining position penjual lebih kuat. Struktur pasar ikan koi ditingkat pedagang pengecer mengarah pada persaingan murni (Tabel 16). Tabel 16. Struktur pasar pada Rantai Pemasaran Pelaku pasar Penjual Pembeli Struktur Jumlah Jumlah pasar Usaha pembudidaya Pembudidaya 6 Pedagang besar 8 Persaingan Murni Pedagang besar Pedagang besar 8 Pedagang pengecer 9 Persaingan Murni Pedagang pengecer Pedagang pengecer 9 Konsumen akhir banyak Persaingan murni Sumber: Data olahan (2013) Struktur pasar pada pelaku pemasaran mengarah pada pasar persaingan sempurna. Hal ini ditunjukkan dengan terdapat banyak penjual dan pembeli dan setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. Interaksi seluruh penjual dan pembeli di pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang penjual hanya menerima harga yang sudah ditentukan. Berapa banyak produk yang dijual oleh penjual tidak dapat mengubah harga yang ditentukan pasar karena jumlah yang diproduksikan hanya sebagian kecil dari jumlah yang diperjual belikan Informasi Pasar Pengumpulan informasi pasar dilakukan terutama untuk mengetahui ukuran, jumlah, harga, waktu, mekanisme distribusi, dan pelayanan yang dikehendaki oleh konsumen terhadap produk (Effendi dan Oktariza 2006). Lembaga-lembaga pemasaran sangat memerlukan informasi pasar untuk mencapai terjadinya efisiensi dalam mekanisme pasar. Pembudidaya memerlukan informasi tentang

23 53 kemungkinan jumlah permintaan dan harga produk sebagai dasar untuk membuat keputusan tentang harga jual yang ditetapkan. Usaha pembesaran memperoleh informasi harga secara langsung dari pedagang yang berada diatasnya. Sumber informasi ini diperoleh dari harga yang dibayar oleh konsumen akhir dan sumber tersebut kemudian menjadi patokan para pedagang dibawahnya. Harga yang berlaku sesuai harga pasar. pada saat permintaan akan ikan koi naik, maka harga ikan koi pun meningkat dan sebaliknya, pada saat permintaan akan ikan koi turun maka harga ikan koi pun turun. Pertukaran informasi pada umumnya hanya terbatas pada sesama pedagang perantara. 4.5 Keragaan Biaya Manfaat Usaha budidaya ikan hias baik untuk produksi maupun dalam proses pemasarannya, bahwa kedua tahap tersebut membutuhkan biaya yang terdiri atas biaya produksi dan biaya pemasaran (Hanafiah dan Saefudin 1983). Biaya produksi terdiri atas dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel). Biaya tetap yaitu sejumlah biaya yang tetap harus dikeluarkan saat kolam berproduksi atau tidak, misalnya biaya penyusutan kolam dan biaya penyusutan peralatan. Biaya tenaga kerja dapat dimasukan dalam biaya tetap, terutama untuk tenaga kerja tetap. Sementara tenaga kerja yang bersifat harian biasanya tidak dikelompokkan dalam biaya tetap. Biaya tidak tetap (biaya variabel) yaitu sejumlah biaya yang digunakan untuk memproduksi ikan mas koi dan jumlahnya sangat tergantung pada jumlah kapasitas dan masa produksi yang bersangkutan. Beberapa variabel yang termasuk ke dalam biaya tidak tetap yaitu pakan, obat-obatan, vitamin, sewa kios, dan lainlain. Jumlah biaya tidak tetap yang dikeluarkan sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit yang diusahakan. Tahap selanjutnya setelah produksi adalah pemasaran yang merupakan proses penyaluran produk dari produsen (pembudidaya) ke konsumen atau pasar. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran berlangsung, mulai dari pembudidaya hingga diterima oleh konsumen akhir.

24 54 Besarnya biaya pemasaran sangat bergantung dari panjang pendeknya saluran pemasaran. Selain semakin mahal harga, saluran pemasaran yang jauh juga memiliki tingkat resiko yang tinggi. Tingkat kematian ikan koi dan menurunnya kualitas ikan koi adalah resiko yang sering terjadi. Biaya yang dimasukan dalam biaya pemasaran yaitu biaya transportasi dan kematian ikan koi selama penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan. Keragaan biaya manfaat merupakan kajian keuangan untuk mengetahui keuntungan yang telah dicapai selama usaha ikan koi tersebut berlangsung. Pengusaha dapat menganalisis perhitungan serta menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam usahanya Pembenihan Pembenih memiliki 4 ekor induk ikan koi dan menghasilkan ± ekor benih ikan koi, dalam jangka waktu 1 tahun dapat dilakukan 2 kali pemijahan. Pada pembenihan ikan koi digunakan bak fiber sebagai media pemijahan dan bak fiber terpisah untuk pendederan. Alat-alat produksi lain yang digunakan diantaranya ember grading, jaring, dan lain-lain. Pada saat awal larva ikan koi menetas, larva ikan koi masih memiliki cadangan makanan dari telur ikan. Sampai 2-3 hari cadangan makanan ini masih cukup untuk mensuplai kebutuhan larva ikan koi, sehingga tidak perlu diberi makan. Pada hari ketiga atau keempat mulai diberikan makanan berupa kutu air yang disaring, artemia atau makanan berupa kuning telur rebus. Kurang lebih usia 7 hari hingga 8 minggu benih ikan koi diberi makan pakan buatan. Panen ikan koi bisa dilakukan mulai umur satu atau dua bulan. Pada usia sekitar satu sampai dua bulan ukuran benih ikan koi dapat mencapai 3 4,5 cm dan telah dapat dijual kepada pembudidaya pembesaran dengan harga mencapai Rp Pada usaha budidaya ikan koi tidak lepas dari biaya, karena biaya merupakan salah satu unit yang akan dikeluarkan dalam menghasilkan suatu produk. Biaya tidak hanya berbentuk uang, namun dapat pula berupa tenaga kerja. Pada proses perhitungan biaya yang akan dikeluarkan merupakan acuan dalam menentukan harga dan perhitungan indikator kelayakan usaha. Biaya tetap terdiri

25 55 dari biaya penyusutan kolam, penyusutan induk ikan koi dan biaya penyusutan peralatan produksi (Tabel 17). Tabel 17. Keragaan Biaya-Penerimaan Pembenih Ikan Koi No Uraian Nilai (Rp) 1. Biaya Investasi (5 tahun) - Pembuatan kolam Induk ikan koi (4 pasang) Biaya peralatan produksi Total Biaya Investasi Biaya Tetap (1 tahun) - Penyusutan kolam Penyusutan induk ikan koi Penyusutan peralatan produksi (blower, pompa air) Modal sendiri 0 3. Biaya Variabel - Pakan Tenaga kerja Listrik Vitamin dan obat-obatan Total Biaya Penerimaan (Produksi x Harga Jual) Keuntungan (Penerimaan Total Biaya) R/C (Penerimaan : Total Biaya) 1,14 Sumber: Data Olahan (2013) Tabel 17 merupakan biaya usaha dalam kurun waktu 1 tahun, biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha pembenihan ikan koi selama 5 tahun kedepan terdiri dari biaya pembuatan kolam, biaya induk ikan koi (4 pasang) dan biaya peralatan produksi. Biaya pembuatan kolam yang besarnya Rp , untuk pembelian 4 pasang indukan ikan koi sebesar Rp dengan masing-masing harga induk ikan koi Rp per ekor dan terdapat biaya untuk peralatan produksi (blower, pompa air) sebesar Rp total biaya yang digunakan untuk pembenihan ikan koi sebesar Rp Pembudidaya ikan koi memiliki modal sendiri dan setiap tahunnya perlu melakukan perawatan kolam yang sebesar Rp , dan untuk perbaikan peralatan produksi (blower dan pompa air) sebesar Rp , selain biaya perawatan kolam dan perbaikan peralatan produksi pembudidaya juga harus mengeluarkan biaya untuk indukan koi baru sebesar Rp per ekor.

26 56 Pembudidaya harus menyiapkan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan tinggi rendahnya dengan output yang diproduksi atau volume usaha (Mulyadi 1992). Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel yaitu biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya vitamin dan obat-obatan. Keseluruhan biaya variabel ini dihitung dalam waktu 1 tahun. Biaya pakan sebesar Rp untuk pembelian pakan sebanyak 625 kg, biaya untuk upah pekerja sebanyak 6 orang sebesar Rp , beban biaya untuk listrik sebesar Rp , biaya listrik untuk penggunaaan blower dan pompa air, sedangkan biaya untuk vitamin dan obat-obatan sebesar Rp Total dari biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp Pembudidaya akan mendapatkan penerimaan dari benih yang dihasilkan dan dijual. Benih yang dihasilkan dari pemijahan 4 pasang induk : ± ekor dalam 2 kali pemijahan dengan total produksi sebanyak ekor. Harga benih per ekor Rp 1.500, sehingga pembudidaya akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp Keuntungan yang akan diperoleh dari budidaya ikan koi selama setahun sebesar Rp Keuntungan tersebut didapat dari penerimaan produksi dikali harga jual dikurangin total biaya tetap dan biaya variabel. Hasil dari perhitungan penerimaan dibagi total biaya yang harus dikeluarkan, akan menghasilkan nilai R/C dari usaha tersebut sebesar 1,14 yang artinya usaha pembenihan ikan koi menguntungkan karena keuntungan yang diperoleh lebih dari biaya total yang dikeluarkan. Semakin tinggi nilai R/C tingkat keuntungan suatu usaha akan semakin tinggi dan jika lebih kecil dari satu berarti belum memperoleh keuntungan sehingga masih memerlukan pembenahan (Mursid, 1997) Pembesaran Pembesaran ikan koi masih termasuk anggota dari Kelompok Padasuka Koi yang terdiri dari 6 anggota. Benih ikan koi berasal dari pemijahan yang dilakukan oleh kelompok Padasuka Koi selanjutnya dibesarkan sampai ukuran yang diinginkan.

27 57 Usaha pembesaran umumnya dilakukan disamping rumah dengan pembuatan kolam baru, kolam tersebut dibuat untuk pembentukan warna, pola, dan corak ikan koi. Pembesaran ikan koi memerlukan biaya sebagai modal awal dalam melakukan usaha tersebut. Modal tersebut berupa pembuatan kolam dan pembelian peralatan produksi yang dapat digunakan sampai kegiatan panen. Rincian biaya pembesaran ikan koi dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Keragaan Biaya-Penerimaan Pembesaran Ikan Koi No Uraian Nilai (Rp) 1. Biaya Investasi (5 tahun) - Biaya pembuatan kolam Biaya peralatan produksi Total Biaya Investasi Biaya Tetap (1 tahun) - Penyusutan kolam - Penyusutan peralatan produksi (blower, pompa air) - Modal sendiri Biaya Variabel - Pembelian Benih Ikan Koi 1 orang pembudidaya ekor ekor x Rp Pakan - Tenaga kerja - Listrik - Vitamin dan obat-obatan Total Biaya Penerimaan (Produksi x Harga Jual) Keuntungan (Penerimaan Total Biaya) R/C (Penerimaan : Total Biaya) 1,03 Sumber: Data Olahan (2013) Biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha pembesaran ikan koi selama 5 tahun kedepan terdiri dari biaya pembuatan kolam, dan biaya peralatan produksi. Biaya pembuatan kolam yang besarnya Rp dan terdapat biaya untuk peralatan produksi (blower, pompa air) sebesar Rp Total biaya yang digunakan untuk pembesaran ikan koi sebesar Rp Pembudidaya pembesaran ikan koi memiliki modal sendiri dan setiap tahunnya perlu melakukan perawatan kolam yang sebesar Rp , dan untuk perbaikan peralatan produksi (blower dan pompa air) sebesar Rp

28 58 Pembudidaya harus menyiapkan biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan tinggi rendahnya dengan output yang diproduksi atau volume usaha (Mulyadi 1992). Adapun yang termasuk kedalam biaya variabel yaitu biaya pakan, biaya tenaga kerja, biaya listrik dan biaya vitamin dan obatobatan. Keseluruhan biaya variabel ini dihitung dalam waktu 1 tahun. Pembelian Benih Ikan koi 1 orang pembudidaya pembesaran masing-masing ekor dikalikan Rp per ekornya sehingga akan menghasilkan total biaya Biaya pakan sebesar Rp untuk pembelian pakan, biaya untuk upah pekerja sebanyak 1 orang sebesar Rp , beban biaya untuk listrik sebesar Rp , biaya listrik untuk penggunaaan blower dan pompa air, sedangkan biaya untuk vitamin dan obat-obatan sebesar Rp Total dari biaya tetap dan biaya variabel sebesar Rp Pembudidaya pembesaran akan mendapatkan penerimaan dari penjualan ikan koi. Benih yang dihasilkan dari pembesaran ± ekor dimana tingkat mortalitasnya sebesar 10%. Harga benih per ekor Rp 5.500, sehingga pembudidaya akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp Keuntungan yang diperoleh pembudidaya pembesaran yaitu sebesar Rp /tahun, keuntungan tersebut didapat dari penerimaan produksi dikali harga jual dikurangin total biaya tetap dan biaya variabel. Keuntungan untuk satu kali panen yaitu Rp Nilai R/C lebih dari 1 menunjukkan bahwa usaha tersebut menguntungkan Pedagang Besar Pedagang besar adalah pedagang yang membeli ikan koi dalam jumlah yang banyak dalam sebulan bisa membeli ekor ikan koi dalam satu kali memasarkan. Pedagang besar ini biasanya langsung membeli dari pembudidaya, alasan pedagang besar membeli ikan koi langsung ke pembudidaya dikarenakan harga yang murah dan bisa langsung memilih warna, corak serta ukuran ikan. Pedagang besar dalam melakukan usahanya juga mengeluarkan biaya, diantaranya biaya tabung, sewa kios, dan pembelian ikan koi. Pedagang besar juga

Lampiran1.Peta Lokasi Penelitian Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara

Lampiran1.Peta Lokasi Penelitian Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara LAMPIRAN 81 Lampiran1.Peta Lokasi Penelitian Desa Padasuka Kecamatan Sumedang Utara Blok. Cau Manggala Blok. Paseh Blok. Carik Blok. Kutamaya Desa Padasuka Blok. G. Tamenggung KETERANGAN : Sekolah Balai

Lebih terperinci

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *) Geographic Information System application to determine the potential area of aquaculture in

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Pelabuhan Pekalongan semula merupakan pelabuhan umum. Semenjak bulan Desember 1974 pengelolaan dan asetnya diserahkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian Kecamatan Mojotengah merupakan salah satu dari 15 kecamatan di Kabupaten

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari 54 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Pugung 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah 18.540,56 Ha yang terdiri dari 27 pekon/desa, 1.897 Ha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Lokasi Penelitian 5.1.1. Letak dan Keadaan Alam Kecamatan Babelan adalah kecamatan yang terletak di bagian utara Kebupaten Bekasi yang mempunyai garis pantai sepanjang 1,5

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: 69-73 ISSN : 2088-3137 ANALISIS PEMASARAN IKAN MAS KOKI (Carassius auratus) DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN KALAPA CIUNG KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN 46 BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Profil Desa Tawangrejo 1. Letak geografis Secara geografis Desa Tawangrejo

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah 152.220 Ha yang terbagi kedalam luasan darat seluas 118.944 Ha (78,14%) dan pesawahan seluas 33.276 Ha (21,86%).

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta dengan jarak 20,2 km dari ibukota provinsi daerah istimewa

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta dengan jarak 20,2 km dari ibukota provinsi daerah istimewa IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Daerah Kecamatan Pakem adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Kecamatan Pakem merupakan kecamatan paling utara Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan umum Daerah penelitian 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Munsalo merupakan salah satu desa di Kecamatan Kuantan Tengah Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau terdiri

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Gambaran Umum Desa Ciaruten Ilir Desa Ciaruten Ilir merupakan bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro 61 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Metro Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro termasuk bagian dari Provinsi Lampung, berjarak 45 km dari Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak Geografis dan Keadaan Lingkungan Desa Cisarua adalah desa yang terletak di wilayah Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar ±

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Umur petani merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan usahatani. Umur berpengaruh terhadap kemampuan fisik petani dalam mengelola usahataninya.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Desa Mekarjaya merupakan salah satu dari 13 (tiga belas desa) yang berada di Kecamatan Bungbulang. Kecamatan Bungbulang merupakan salah satu

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut :

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai berikut : IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Data monografi Desa Gandrungmanis (Tahun 2016, Semester 1) menunjukkan keadaan alam, keadaan penduduk, dan keadaan sarana perekonomian di Desa Gandrungmanis adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi

dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi 48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT Adida 1, Kukuh Nirmala 2, Sri Harijati 3 1 Alumni Program

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.. Wilayah dan Topografi Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada 4 0 Lintang Selatan (LS) dan 03.5 0 Bujur Timur (BT). Kota Pagar Alam terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai April 2017.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran ANALISIS PEMASARAN IKAN NEON TETRA (Paracheirodon innesi) STUDI KASUS DI KELOMPOK PEMBUDIDAYA IKAN CURUG JAYA II (KECAMATAN BOJONGSARI, KOTA DEPOK JAWA BARAT) Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo

Gambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ikan hias selain dinikmati dari segi estetika juga memiliki nilai keuntungan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ikan hias selain dinikmati dari segi estetika juga memiliki nilai keuntungan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan hias selain dinikmati dari segi estetika juga memiliki nilai keuntungan yang tinggi dari segi pengembangbiakannya. Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah Penelitian dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih dan Cihaurbeuti. Tiga kecamatan ini berada di daerah Kabupaten Ciamis sebelah utara yang berbatasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Umum Wilayah Luas Kecamatan Kedondong ± 164,47 km 2 terdiri dari 21 desa dan terbagi menjadi 5 wilayah Binaan Penyuluhan Pertanian. Letak Kecamatan Kedondong

Lebih terperinci