PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh:"

Transkripsi

1 PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: GADI RANTI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: GADI RANTI A Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

3 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir pada tanggal 10 Desember 1981, di Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Chaidir Ibrahim dan Ibu Idawati. Penulis menyelesaikan sekolah menengah atas pada SMUN 2, 2x11 Enam Lingkung pada tahun Kemudian pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI.

4 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (KASUS DI NAGARI ULAKAN, KECAMATAN ULAKAN TAPAKIS, PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT) BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, Februari 2008 Gadi Ranti A

5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat serta hidayah-nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat). Skripsi ini menjelaskan profil perempuan yang menjadi pengusaha kerajinan mukena bordir yang dilihat berdasarkan umur, tingkat pendidikan, status pernikahan, kepemilikan usaha, lama usaha, dan jumlah tenaga kerja. Kemudian skripsi ini juga membahas mengenai peranan perempuan pengusaha mukena bordir dalam rumahtangga yaitu siapa yang melakukan kegiatan reproduktif, kegiatan produktif dan kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rumahtangganya. Selain itu juga membahas mengenai keterkaitan antara kontribusi pendapatan yang diberikan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga dengan pengambilan keputusan dalam rumahtangganya. Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini bahwa masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini berguna bagi semua pihak dan memberi masukan bagi khasanah ilmu pengetahuan. Bogor, Februari 2008

6 DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Bab I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Kegunaan Penelitian 5 Bab II. Pendekatan Teoritis 2.1 Tinjauan Pustaka Peranan Perempuan dan Konsep Bekerja Perempuan Sebagai Pengusaha Kontribusi Ekonomi Perempuan Pengambilan Keputusan Kerangka Pemikiran Hipotesa Definisi Operasional 15 Bab III. Metode Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Pengambilan Responden Metode Analisis 19 Bab IV. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1 Letak dan Keadaan Geografis Keadaan Penduduk Perkembangan, Tahapan Proses Produksi dan Saluran 25 Pemasaran Kerajinan Bordir Mukena di Nagari Ulakan

7 Bab V. Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir Mukena 5.1 Karakteristik Perempuan Pengusaha Karakteristik dan perkembangan Industri Bordir Pelaku Kegiatan Reproduktif, Produktif 39 dan Sosial Kemasyarakatan pada Rumahtangga Industri Bordir Kegiatan Reproduktif Kegiatan Produktif Industri Bordir Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Pendapatan Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir Hubungan Lama Usaha, Skala Usaha dan Kepemilikan 44 Usaha terhadap Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha Bab VI. Hubungan Kepemilikan Usaha dan Kontribusi Pendapatan terhadap Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan 6.1 Pengambilan Keputusan dalam Rumahtangga 47 Perempuan Pengusaha 6.2 Hubungan Kepemilikan Usaha dan Kontribusi 50 Pendapatan Perempuan dengan Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif, dan Sosial Kemasyarakatan Industri Bordir Bab VII. Kesimpulan dan Saran 7.1 Kesimpulan Saran 58 Daftar Pustaka 59 Lampiran

8 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Sarana/Prasarana Penunjang di Nagari Ulakan, Tahun Jumlah Penduduk berdasarkan Kelompok Umur di 22 Nagari Ulakan, Tahun Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Nagari Ulakan, 23 Tahun Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian di Nagari Ulakan, 24 Tahun Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan, di Nagari Ulakan 25 Tahun Karakteristik Perempuan Pengusaha berdasarkan 32 Umur, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan Suami dan Komposisi Anggota Rumahtangga, di Nagari Ulakan, Tahun Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir berdasarkan 34 Kepemilikan Usaha dan Lama Usaha di Nagari Ulakan, Tahun Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Kerajinan Bordir 35 di Nagari Ulakan, Tahun Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir Berdasarkan 36 Status Kepemilikan Usaha, Lama Usaha dan Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja di Nagari Ulakan, Tahun Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir Berdasarkan 37 Rata-rata JumlahKepemilikan Mesin di Nagari Ulakan, Tahun Pelaku Kegiatan Reproduktif dalam Rumahtangga 39 Perempuan Pengusaha Industri Bordir Di Nagari Ulakan, Tahun Pelaku Kegiatan Produktif dalam Rumahtangga Industri Bordir 41 di Nagari Ulakan, Tahun 2007

9 13. Pelaku Kegiatan Sosial Kemasyarakatan dalam 42 Rumahtangga Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun Pendapatan Rumahtangga Perempuan Pengusaha pada 43 Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha 44 terhadap Pendapatan Rumahtangga berdasarkan Karakteristik Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun Perbandingan Persentase Rata-rata Kontribusi 45 Pendapatan Perempuan Pengusaha terhadap Pendapatan Rumahtangga Berdasarkan Karakteristik Industri Bordir di Nagari Ulakan, Tahun Pengambilan Keputusan Kegiatan Reproduktif, Produktif, 48 dan Sosial Kemasyarakatan dalam Rumahtangga Perempuan Pengusaha Industri Bordir Di Nagari Ulakan, Tahun Hubungan Kepemilikan Usaha dengan Pengambilan Keputusan 50 pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan di Nagari Ulakan, Tahun Hubungan Kontribusi Pendapatan Perempuan Pengusaha 52 dengan Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan di Nagari Ulakan, Tahun 2007.

10 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Kerangka Pemikiran Perempuan Pengusaha pada Industri 14 Bordir. 2. Tahapan Proses Produksi Mukena Bordir di Nagari Ulakan Bagan Saluran Pemasaran Mukena Bordir di Nagari Ulakan. 30

11

12 Kode Responden: Tanggal Wawancara: PANDUAN PERTANYAAN A. Karakteristik Anggota Rumahtangga Nama Jenis kelamin Umur (Thn)/ thn Lahir Hubungan dg KK Pendidikan Pekerjaan Ket B. Profil Usaha Kerajinan Bordir Mukena 1. Sejarah Usaha a. Tahun berapa memulai usaha kerajinan bordir mukena? b. Apakah sebelum berusaha konveksi sulaman berusaha di bidang lain? c. Apakah modal usaha usaha kerajinan bordir mukena merupakan modal sendiri/warisan/lainnya? d. Apakah ada modal dalam bentuk lain ( peralatan atau mesin, tenaga kerja, tempat usaha dsb) 2. Asal Keterampilan a. Darimana asal keterampilan bordir (belajar dari orangtua/teman/kursus) b. Darimana asal keterampilan berusaha (manajemen) industri kerajinan bordir mukena? 3. Motivasi untuk menjadi pengusaha bodir? C. Status Ekonomi Keluarga 1. Penguasaan lahan pertanian saat memulai usaha kerajinan bordir a. Ada/tidak b. Jika ada dalam bentuk apa(sawah/kebun) dan berapa luas masing-masingnya? c. Siapa yang menggarap atau mengelola lahan tersebut? d. Bagaimana dengan situasi sekarang? 2. Usaha lain di luar pertanian, saat memulai usaha kerajinan bordir? a. Ada/tidak b. Jika ada, usaha apa dan siapa yang mengelola? 3. Penguasaan modal tetap dalam bidang kerajinan bordir, saat memulai usaha kerajinan bordir a. Ada/tidak b. Jika ada, dalam bentuk apa (mesin jahit/mesin obras/ mesin bordir/ tempat usaha) dan berapa jumlahnya? c. Bagaimana dengan situasi sekarang? 4. Tambahan modal selama menjalankan usaha kerajinan bordir a. Ada/tidak b. Jika ada, darimana atau dari siapa diperoleh, dalam bentuk apa dan berapa jumlahnya? c. Bagaimana dengan bank atau lembaga keuangan lainnya? C. Pengelolaan Usaha 1. Cara penyediaan bahan baku a. Sebutkan bahan baku yang diperlukan dan berapa jumlah masing-masing?

13 b. Bagaimana cara penyediaan bahan baku tersebut (sendiri/disediakan pemesan) dan dalam situasi apa hal tersebut terjadi (bulan atau musim tertentu)? 2. Pemasaran produk a. Jalur-jalur apa saja yang ditempuh dalam pemasaran produk (langsung ke konsumen/melalui pedagang pengumpul/pengecer/eksportir/pameran) b. Bagaimana dengan situasi sekarang? 3. Berapa orang jumlah tenaga kerja dan bagaimana cara pengupahan Untuk melihat distribusi kekuasaan yang tergambar dalam pengambilan keputusan (siapa yang melakukan) maka digunakan tabel sebagai berikut: Daftar Kegiatan Reproduktif Kegiatan Reproduktif Pengambil Keputusan Keterangan Laki-laki Perempuan 1. Pekerjaan RT Memasak/Menyiapkan Makanan Belanja Keperluan Dapur Mencuci Perabotan Dapur Membersihkan Rumah Mencuci/Menyetrika Pakaian Pengasuhan anak 2. Kesehatan Anggota RT 3..Pendidikan Anak

14 Daftar Kegiatan Produktif Kegiatan Produktif Pengambil Keputusan Keterangan Laki-laki Perempuan 1. Kerajinan Bordir Proses Produksi Pemasaran Pengelolaan Keuangan Hasil Penjualan Pengelolaan Usaha (menambah/mengurangi jumlah TK, memperbaiki alat-alat produksi) 2. Kegiatan Produktif lainnya Bercocok Tanam Berdagang Lainnya Daftar Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Kegiatan Sosial Pengambil Keputusan Kemasyarakatan Laki-laki Perempuan Upacara Adat/ Selamatan Pengajian Gotong royong Arisan Posyandu Penyuluhan Koperasi Ket

15 Lampiran 7 PendapatanRumahtangga Perempuan Pengusaha Kerajinan Bordir di Nagari Ulakan, Tahun 2007 Kepemilikan Usaha Pendapatan Isteri (Rp/bln) * Pendapatan Suami (Rp/bln) * Total % Pendapatan Isteri Terhadap Pendapatan RT Milik Bersama 1. Sym ,91 2. Ir ,09 3. Ags ,14 4. Las ,87 5. Gus ,89 Rata-rata ,78 Milik Sendiri 1. Yul ,54 2. Zul ,76 3. Zai ,63 4. Ers ,73 5. St ,91 6. Nur ,94 7. Nor ,61 8. An ,86 Rata-rata ,50 Keterangan: * Keuntungan dari penjualan/bulan ** Gaji/upah atau keuntungan dari usaha dagang/bulan

16 Lampiran 8 Karakteristik Usaha Kerajinan Bordir di Nagari Ulakan, Tahun 2007 No. Status Kepemilikan Usaha Lama Usaha(thn) TK Awal Usaha (org) TK Skrg (org) Mesin Awal Usaha (buah) Mesin Skrg (buah) 1. Milik Bersama Milik Sendiri Milik Bersama Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Bersama Milik Sendiri Milik Bersama Milik Bersama Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Milik Sendiri Rata-rata ,69

17 RINGKASAN GADI RANTI. PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR. Kasus di Nagari Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. (Di bawah bimbingan MELANI ABDULKADIR SUNITO) Di Sumatera Barat, banyak perempuan yang secara aktif ikut dalam mencari nafkah. Tingginya partisipasi perempuan dalam kegiatan nafkah baik bersama suami maupun sendiri dipengaruhi oleh sistem kekerabatan (matrilineal) yang menyatakan bahwa posisi perempuan sentral sehingga peranannya dalam kehidupan sosial ekonomi mendapat cukup tempat. Keterampilan sandang bagi perempuan di Nagari Ulakan pada awalnya sebagai pengisi waktu luang, namun berkembang mengikuti pasar sehingga menjadi salah satu mata pencaharian untuk menunjang perekonomian rumahtangga. Dalam keadaan terbatasnya peluang bekerja dan kecilnya jumlah perempuan yang bekerja ternyata di Nagari Ulakan banyak ditemui industri rumahtangga kerajinan bordir, dimana selain menjadi pekerja, perempuan juga menjadi pengusaha. Usaha tersebut menghasilkan produk berupa mukena dengan berbagai macam motif bordiran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil perempuan pengusaha bordir (karakteristik pribadi dan karakteristik usaha), mengetahui pelaku kegiatan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan dalam rumahtangga perempuan pengusaha dan mengetahui kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga serta kedudukan mereka dalam rumahtangga yang dilihat dari pengambilan keputusan. Penelitian ini dilakukan di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Penelitian dilakukan sekitar bulan Januari-Februari Responden dalam penelitian adalah seluruh perempuan menikah yang menjadi pengusaha pada rumahtangga kerajinan bordir yaitu 13 orang. Metoda analisis adalah deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitataif yang disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dan informan, melalui survei dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah sumberdaya rumahtangga (status ekonomi rumahtangga dan komposisi anggota rumahtangga), sumberdaya pribadi (umur, tingkat pendidikan, asal keterampilan dan pengalaman), sejarah usaha, lama usaha dan pendapatan rumahtangga secara umum. Terdapat enam orang perempuan pengusaha yang berusia < 33 tahun dan tujuh orang perempuan pengusaha yang berusia 33 tahun. Dari tingkat pendidikan, secara umum kelompok usia muda mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia tua. Hampir semua (84,62%) perempuan pengusaha kerajinan bordir dapat membordir. Terdapat lima orang perempuan pengusaha dengan status kepemilikan modal awal usaha adalah usaha milik bersama dengan suami, satu orang diantaranya telah menjalankan usahanya selama < 4 tahun dan empat orang lainnya telah menjalankan usaha selama 4 tahun. Terdapat delapan orang perempuan pengusaha dengan status

18 kepemilikan modal awal usaha adalah usaha milik sendiri, lima orang diantaranya dengan lama usaha < 4 tahun dan tiga orang lainnya dengan lama usaha 4 tahun. Seluruh tenaga kerja yang bekerja sebagai pengrajin mukena bordir adalah perempuan yang terdiri dari tenaga kerja dalam pabrik, luar pabrik dan tenaga kerja lepas. Semakin lama usaha maka persentase peningkatan jumlah tenaga kerja semakin besar. Secara keseluruhan, usaha milik sendiri dengan lama usaha 4 mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam peningkatan jumlah tenaga kerja dan usaha milik bersama dengan lama usaha 4 tahun mengalami kemajuan yang lebih pesat dalam hal jumlah kepemilikan mesin. Rataan untuk seluruh kegiatan reproduktif pada menunjukkan perempuan masih menjadi pelaku utama kegiatan reproduktif (62,4%). Pada kegiatan reproduktif, 75,6 persen perempuan pengusaha melakukan pekerjaan rumahtangga sendiri, dilakukan oleh suami (6,4%), dilakukan oleh kerabat perempuan (10,3%) dan dilakukan oleh pekerja upahan (7,7%). Peran isteri dan suami terlihat tidak berbeda pada kegiatan layanan kesehatan anggota rumahtangga dan urusan pendidikan anak. Secara keseluruhan pada kegiatan produktif, perempuan pengusaha mempunyai peranan yang lebih besar (64,7%). Pada kegiatan sosial kemasyarakatan, peran perempuan pengusaha terlihat lebih besar pada kegiatan yang sering dilakukan oleh kaum perempuan seperti arisan dan posyandu sedangkan peran suami terlihat lebih besar pada kegiatan yang sering dilakukan kaum laki-laki seperti gotongroyong. Untuk kegiatan upacara adat, peran isteri dan suami terlihat hampir berimbang. Kontribusi pendapatan perempuan pada usaha milik bersama lebih besar (73,6%) daripada usaha milik sendiri. Berdasarkan lama usaha, menunjukkan bahwa pada usaha bersama, kontribusi pendapatan perempuan lebih besar (73,1%) pada lama usaha 4 tahun. Pada usaha milik sendiri, kontribusi pendapatan perempuan relatif tidak berbeda berdasarkan lama usaha. Semakin lama usaha, rata-rata kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga semakin besar. Kontribusi pendapatan perempuan besar pada skala usaha besar (jumlah TK 22 orang). Semakin banyak jumlah tenaga kerja, ratarata kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangganya semakin besar. Pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif secara keseluruhan adalah dilakukan oleh isteri sendiri (2,6%), secara bersama dengan isteri lebih dominan (43,6%), bersama dan setara (46,1%) dan bersama dengan suami lebih dominan (7,7%). Pengambilan keputusan secara keseluruhan pada kegiatan produktif adalah dilakukan oleh isteri sendiri (48,1%), bersama dengan isteri lebih dominan (38,5%), bersama dan setara (1,9%), bersama dengan suami lebih dominan (9,6%) dan oleh suami sendiri (1,9%). Pengambilan keputusan secara keseluruhan untuk kegiatan sosial kemasyarakatan adalah dilakukan oleh isteri sendiri (30,8%), bersama dengan isteri lebih dominan (21,5%), bersama dan setara (30,8%) dan bersama dengan suami lebih dominan (16,9%). Pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif pada usaha dengan kontribusi kecil lebih tinggi (82,6%) daripada usaha dengan kontribusi pendapatan besar. Pada kegiatan produktif, pengambilan keputusan terlihat tinggi pada kontribusi pendapatan kecil daripada kontribusi pendapatan besar. Pengambilan keputusan tinggi untuk kegiatan sosial kemasyarakatan, baik pada kontribusi pendapatan besar dan kontribusi pendapatan kecil terhadap perempuan pengusaha.

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat pandangan dalam masyarakat bahwa kehidupan perempuan berada di sekitar rumahtangga dan tujuan perempuan hanyalah untuk menikah dan membentuk keluarga sehingga setelah menikah hampir seluruh kehidupannya dilewatkan untuk mengurus rumahtangganya. Perempuan selalu dikaitkan dengan statusnya sebagai ibu rumahtangga sedangkan laki-laki selalu dikaitkan dengan statusnya sebagai kepala rumahtangga dan pencari nafkah. Saat ini adalah suatu hal yang lumrah dalam suatu rumahtangga ketika seorang perempuan (isteri) bekerja mencari nafkah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rumahtangganya. Berdasarkan anggapan Tilly dan Scott yang dikutip oleh Kemalasari (2004), bahwa keluarga merupakan tempat berproduksi, pusat dari aktivitas ekonomi dan tempat untuk membangun kehidupan baru. Seorang perempuan yang telah menikah memiliki kontribusi dalam segala aspek kehidupan keluarga, selain itu juga memegang peranan dalam rumahtangganya. Partisipasi perempuan dalam dunia kerja sangat erat kaitannya dengan latar belakang keluarga, mengingat bahwa peranan keluarga dalam pengambilan keputusan sangat menentukan. Kemiskinan yang dihadapi oleh sebagian besar keluarga di pedesaan menuntut keikutsertaan setiap anggota keluarga untuk memecahkannya. Sebagian besar dari perempuan menyatakan keterlibatan mereka dalam kegiatan nafkah disebabkan alasan ekonomi. Meningkatnya biaya

20 2 kehidupan sehari-hari merupakan pendorong utama perempuan untuk bekerja. Dari perempuan yang bekerja, 85 persen diantaranya mengajukan kebutuhan ekonomi sebagai motivasi dasar untuk bekerja (Albrecht dalam Abdullah, 1997) Keterlibatan perempuan untuk melakukan berbagai kegiatan produktif demi kelangsungan rumahtangganya berpengaruh terhadap posisi perempuan dalam rumahtangga terutama dalam pengambilan keputusan, kebebasan ekonomi dan kekuasaan sosial (Budiman dalam Nazir, 1996). Banyak ditemui perempuan yang terlibat secara aktif dalam mencari nafkah di daerah Sumatera Barat, baik bersama suami maupun sendiri. Hal yang juga menarik adalah bahwa cukup banyak perempuan pengusaha yang berusaha untuk meneruskan usaha orang tuanya yang cenderung bekerja sendiri. Kalaupun usaha tersebut adalah kepunyaan suami, seringkali suami tidak ikut campur dalam kegiatan usaha isterinya. Menurut data dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Barat 1996 tercatat bahwa sebagian besar (99%) wirausaha masyarakat di daerah ini adalah pengusaha kecil atau golongan ekonomi lemah. Sebanyak 85,5 persen berada di pedesaan. Adapun jenis usaha mereka umumnya bergerak pada industri aneka dalam bentuk industri rumahtangga. Saat ini banyak ditemui sentra-sentra kerajinan rumahtangga yang hampir ada di setiap daerah tingkat II. Konsumen dari industri rumahtangga ini pun sudah sampai ke negara tetangga, seperti Malaysia. * Tingginya partisipasi perempuan dalam kegiatan ekonomi di Sumatera Barat salah satunya disebabkan sistem kekerabatan yang dianut, yaitu sistem *

21 3 matrilineal. Sistem ini menempatkan pihak perempuan dalam posisi yang sentral sehingga peranan perempuan dalam kehidupan sosial ekonomi cukup mendapat tempat. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh (Taner dalam Miko, 1991) yang menyatakan bahwa sentralisasi peranan perempuan Minang tidak hanya terbatas pada pendidikan anak, tetapi juga pada pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga melalui penguasaan benda-benda ekonomi seperti sawah dan ladang. Bekerja dalam bidang sandang sudah menjadi pekerjaan yang banyak ditekuni oleh perempuan Minang, bahkan pekerjaan tersebut telah dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif guna kelangsungan rumahtangganya. Sejak kecil perempuan Minang selalu diajari keterampilan menjahit. Bahkan dulu penguasaan keterampilan menjahit dan memasak menjadi ukuran penilaian martabat perempuan di mata laki-laki dan keluarganya bila ingin menjadikannya sebagai isteri. Awalnya pekerjaan keterampilan sandang hanya merupakan pengisi waktu luang bagi perempuan dan mereka mengerjakannya untuk keperluan sendiri dan tidak berorientasi pasar. Namun lama kelamaan kegiatan tersebut berkembang mengikuti permintaan pasar sehingga dijadikan sebagai salah satu mata pencaharian yang dapat menunjang perekonomian rumahtangganya. 1.2 Perumusan Masalah Secara umum dalam masyarakat terdapat pembagian kerja antara suami dan isteri dalam rumahtangga. Suami berperan sebagai kepala rumahtangga dan berkewajiban untuk mencari nafkah sedangkan isteri berperan mengurus rumahtangga. Begitu juga dalam hal pengambilan keputusan selama ini banyak

22 4 dilakukan oleh suami. Kenyataannya, di samping mengurus rumahtangga isteri juga berperan sebagai pencari nafkah dan karenanya memberikan kontribusi pendapatan terhadap pendapatan rumahtangganya. Perempuan bekerja banyak ditemui dalam masyarakat Minangkabau. Terdapatnya sistem keluarga luas memberikan peluang bagi perempuan untuk menjadi pengusaha karena sebagian pekerjaan rumahtangga dapat digantikan oleh anggota rumahtangga lainnya. Umumnya jenis pekerjaan yang ditekuni oleh perempuan adalah di bidang jasa ataupun industri kecil seperti industri pakaian jadi, sulaman, makanan dan sebagainya. Keikutsertaan perempuan bekerja mencari nafkah mempengaruhi peranan dan statusnya dalam rumahtangga dan masyarakat. Bekerjanya perempuan sebagai pengusaha industri bordir menyebabkan mereka menjadi lebih dihargai oleh masyarakat di sekitar lokasi industri bordir, karena perempuan pengusaha telah memberikan peluang bekerja bagi masyarakat terutama ibu-ibu dan anak-anak perempuan. Selama ini dari perempuan bekerja yang lebih banyak disoroti hanya sebagai pekerja upahan. Penelitian ini melihat perempuan yang berperan sebagai penyedia lapangan kerja, yaitu sebagai pengusaha. Dalam hal ini dilihat bagaimana profil pengusaha perempuan pada industri bordir berdasarkan karakteristik pengusaha (umur, tingkat pendidikan), karakteristik usaha yaitu kepemilikan modal awal usaha (milik sendiri/bersama dengan suami), sejarah usaha, asal keterampilan dan lama usaha. Penelitian ini juga melihat ketika perempuan bekerja sebagai pengusaha, apakah kegiatan reproduktif yang dipandang masyarakat sebagai kegiatan utamanya dalam rumahtangga akan tetap dilakukan sendiri ataukah dibantu dan

23 5 atau digantikan oleh anggota rumahtangga lainnya dan tenaga upahan. Dengan perempuan memberikan kontribusi terhadap pendapatan rumahtangga, apakah perempuan menjadi lebih berperan dalam pengambilan keputusan untuk kegiatan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui profil (karakteristik pribadi dan karakteristik usaha) dari perempuan pengusaha pada industri bordir. 2. Mengetahui pelaku kegiatan reproduktif, produktif dan kegiatan sosial kemasyarakatan dalam rumahtangga perempuan pengusaha. 3. Mengetahui kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga dan hubungannya dengan pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan. Kegunaan dari penelitian ini bagi penulis sendiri adalah sebagai pengalaman mempelajari suatu fenomena sosial dan belajar menulis laporan dengan kaidah ilmiah. Penelitian ini juga menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi pihak-pihak yang berminat dalam kajian perempuan.

24 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Peranan Perempuan dan Konsep Bekerja Setiap orang dalam hidupnya pada dasarnya masing-masing mempunyai peranan yang harus dijalani sesuai dengan kedudukannya dalam rumahtangga dan masyarakat. Peranan isteri dalam rumahtangga meliputi kegiatan rumahtangga, mencari nafkah dan sosial kemasyarakatan. Peranan dan kontribusi isteri sendiri dapat dilihat dengan banyaknya waktu yang dicurahkan untuk setiap kegiatan yang dilakukan baik kerja reproduktif, produktif maupun kegiatan sosial (Pudjiwati Sajogyo, 1981). Eoh (1985) juga menyatakan bahwa peranan dan kedudukan perempuan dalam rumahtangga adalah: 1). Sebagai isteri/ibu yang berperan melakukan pekerjaan rumahtangga, yaitu pekerjaan produktif yang tidak langsung mendatangkan pendapatan, 2). Sebagai pencari nafkah, yaitu pekerjaan produktif yang langsung mendatangkan pendapatan, dan 3). Sebagai warga masyarakat yang berperan melakukan kegiatan kemasyarakatan dengan berpartisipasi dalam lembaga sosial dan jangkauan pergaulan dengan warga masyarakat. Sejalan dengan kemajuan pembangunan nasional terdapat kecenderungan meningkatnya peranan perempuan dalam mencari nafkah. Berbagai kajian empiris tentang perempuan menunjukkan bahwa peranan perempuan desa juga turut berperan dalam berbagai bidang seperti pertanian, perdagangan, peternakan

25 7 bahkan di bidang industri. Menurut data Susenas tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang bekerja baik di sektor formal maupun informal mencapai 38,4 persen. Sebagian besar perempuan (67,6%) bekerja di sektor pertanian, 13,2 persen di sektor perdagangan dan 12,2 persen di sektor jasa (BPS dalam Azzacrawani, 2004). Implikasi dari keadaan ini antara lain ditunjukkan dengan adanya perubahan dan pergeseran peranan laki-laki dan perempuan dalam keluarga. Kegiatan perempuan dalam keluarga menjadi tidak terbatas dalam proses sosialisasi dan reproduksi saja, namun perempuan juga melakukan kegiatan ekonomi bersama dengan laki-laki di luar rumahtangga. Perempuan dalam menunjang tugas suami ikut serta mencari nafkah meskipun harus tetap mengerjakan pekerjaan rumahtangga (Azzacrawani, 2004). Lewis dalam Munandar (1985) menyebutkan beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya perkembangan dan perubahan status dan peran perempuan yaitu: 1). Perubahan yang terjadi di kehidupan masyarakat tani di desa manjadi kehidupan masyarakat kota yang modern. Keadaan sosial ekonomi yang kuarang baik di pedesaan menjadi alasan utama masyarakat desa mengadu nasib ke kota. Kehidupan yang sulit inilah yang juga membuat kaum perempuan tidak dapat berpangku tangan saja di rumah. Mereka tergugah untuk turut bertanggung jawab atas kelanjutan hidup keluarga dan karena itu mereka lalu bekerja, 2). Perkembangan di sektor Industri, karena kenaikan kegiatan sektor industri terjadi penyerapan besar-besaran terhadap tenaga kerja. Karena kekurangan tenaga kerja, banyak tenaga kerja yang diperbantukan, terutama pada pekerjaan yanag tidak membutuhkan kekuatan fisik. 3). Di dunia maju, kondisi kerja yang baik serta

26 8 waktu kerja yang singkat memungkinkan para perempuan pekerja dapat membagi tanggung jawab rumahtangga dan tanggung jawab pekerjaaan dengan baik. 4). Kemajuan perempuan di sektor pendidikan. Kondisi tersebut menyebabakan perempuan tidak lagi merasa puas jika hanya menjalankan peranannya di rumah saja. Perempuan butuh kesempatan untuk berprestasi dan mewujudkan kemampuan dirinya sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. Bekerja maksudnya adalah sebagai suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur atau berkesinambungan dalam suatu jangka waktu tertentu dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk benda, uang, jasa maupun ide (Munandar, 1985). Nilai bekerja yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki tidak terlepas dari peran gender yang berlaku dalam masyarakat sesuai dengan tradisi dan kebudayaan setempat. Laki-laki dianggap layak sebagai kepala keluarga sehingga ia mempunyai tanggung jawab menafkahi keluarganya. Sedangkan perempuan tidak perlu bekerja karena tempatnya di dalam rumah dan mengurus anak-anak. Bekerja untuk mendapatkan nafkah dianggap sebagai bagian terpenting dalam kehidupan manusia, karena dengan bekerja seseorang akan mempunyai daya beli. Menurut BPS dalam Arnis (2000) bekerja didefinisikan sebagai kegiatan seseorang melakukan pekerjaan untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan atau untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal satu jam dalam seminggu yang lalu dan pekerjaan itu harus dilakukan berturut-turut dan tidak boleh terputus.

27 Perempuan Sebagai Pengusaha Beberapa penelitian kualitatif mengenai perempuan pengusaha yang pernah dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa dalam realitas kehidupan seorang perempuan pengusaha, dia harus tetap menyelaraskan kegiatan usahanya dengan nilai-nilai budaya yang ada dalam masyarakat (Pambudy, 2003). Sebuah penelitian menunjukkan, aktivitas perempuan sebagai pengusaha memungkinkan perempuan berinteraksi dengan banyak pihak sehingga dia memiliki pengetahuan dan juga kemandirian ekonomi yang bisa menjadi bantalan apabila relasinya dengan suami atau dengan orangtua dan saudara-saudaranya tidak berjalan seperti yang dia inginkan. * Menjadi seorang pengusaha bisa menjawab kebutuhan untuk mandiri secara ekonomi dan sekaligus memenuhi kebutuhan seoarang perempuan untuk waktu yang lebih fleksibel sehingga perempuan bisa membagi waktunya antara pekerjaannya sebagai pengusaha dan pekerjaannya mengurus anak-anaknya. * Para pengusaha perempuan memiliki aspirasi yang jelas tentang apa yang ingin dicapai dalam hidup. Hal yang menjadi daya dorong perempuan dalam berwiraswasta yaitu bersedia memikul tanggung jawab, siap mengambil resiko, mau bekerja di luar jam kerja normal dan memiliki rasa percaya diri yang besar yang membuat mereka dapat mengambil keputusan akhir ketika keadaan menuntut (Pambudy, 2003). Perempuan yang menggantungkan usahanya sebagai sumber utama penghasilan keluarga, tetap memandang usaha yang mereka kelola tersebut *

28 10 bukanlah sebagai usaha milik mereka melainkan sebagai usaha keluarga. Temuan Valerie Hull dalam penelitian di Jawa seperti yang dikutip Wolf dalam Pambudy (2003) menunjukkan bahwa meskipun 80 persen dari para isteri yang bekerja mengatakan cenderung memegang uang penghasilan mereka sendiri akan tetapi panggunaannya diputuskan bersama suami. Sehingga dapat diketahui bahwa meskipun perempuan mengelola uang tidak berarti mereka memiliki kontrol penuh atas penghasilan mereka sendiri. Posisi perempuan yang sentral dalam masyarakat, menjadikan perempuan pengusaha mendapat cukup tempat dalam kehidupan ekonomi dan sosial budaya. Perempuan dalam masyarakat Minangkabau mempunyai peranan sebagai pengelola ekonomi rumahtangga, suami lebih banyak bersifat mendorong sedangkan istri lebih banyak mengatur. Masih berfungsinya keluarga luas memberikan peluang bagi perempuan untuk menjadi pengusaha, karena sebagian pekerjaan rumahtangga dapat digantikan oleh anggota rumahtangga lainnya (Kamal, 1991) Kontribusi Ekonomi Perempuan Umumnya peran perempuan secara ekonomi adalah menambah penghasilan keluarga, karena itu penghasilan tambahan dari aktifitas ekonomi perempuan dapat membantu mengentaskan keluarga dari kemiskinan (Rahardjo dalam Azzachrawani, 2004). Alokasi ekonomi keluarga erat hubungannya dengan struktur lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat luas. Jika terjadi perubahan dalam sistem ekonomi suatu masyarakat, maka alokasi ekonomi dalam keluarga tersebut akan ikut berubah.

29 11 Terdapat tiga alasan perempuan mencari penghasilan tambahan yaitu uang, peranan sosial dan pengembangan diri. Hampir bisa dipastikan bahwa uang merupakan alasan terbesar bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Perempuan pedesaan bekerja agar dapat bertahan hidup sedangkan perempuan kota bekerja untuk membayar tingkat kemahalan hidup di kota ( Hoffman dan Nye dalam Azzachrawani, 2004). Sementara itu Suratiyah (1996) mengemukakan, terdapat dua alasan pokok yang melatar belakangi keterlibatan perempuan dalam dunia kerja yaitu: (1). Keharusan sebagai refleksi dari kondisi ekonomi rumahtangga yang rendah sehingga bekerja untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga adalah sesuatu yang penting; (2). Memilih untuk bekerja sebagai refleksi dari kondisi sosial ekonomi pada lapisan masyarakat menengah ke atas, dimana pendapatan kepala keluarga biasanya sudah dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga, sehingga perempuan yang masuk ke pasar tenaga kerja bukan semata-mata karena tekanan ekonomi melainkan karena menginginkan kehidupan yang tidak tergantung sepenuhnya pada pekerjaan dan penghasilan suami. Hasil penelitian Hajar dalam Tombokan (2001), menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan dalam pekerjaan mencari nafkah yang menghasilkan pendapatan berfungsi meningkatkan pendapatan rumahtangga, berpengaruh terhadap pengambilan keputusan, mencerminkan sikap atau tingkat kemandirian serta rasa percaya diri perempuan. Sejalan dengan hasil penelitian itu, besarnya kontribusi pendapatan yang diterima perempuan terhadap ekonomi rumahtangga berpengaruh pula terhadap

30 12 pola pengambilan keputusan suami isteri dalam berbagai kegiatan rumahtangga (Wiryono dalam Tombokan, 2001) Pengambilan Keputusan Aspek pengambilan keputusan dalam rumahtangga merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, khususnya antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri (Nerlove dalam Tombokan, 2001). Pola pengambilan keputusan dalam rumahtangga dapat tersebar dengan sama nilai (equally) dan dapat pula tersebar dengan tidak sama nilai (unequally) khususnya antara suami dan isteri. Pola pengambilan keputusan ini dapat dibedakan dalam lima variasi yaitu: a) pengambilan keputusan hanya oleh isteri saja, b) pengambilan keputusan hanya oleh suami saja, c) pengambilan keputusan oleh suami dan isteri bersama dengan dominasi isteri, d) pengambilan keputusan oleh suami dan isteri, dengan dominasi suami, dan e) pengambilan keputusan bersama setara (Pudjiwati Sajogyo, 1983). 2.2 Kerangka Pemikiran Ragam pengusaha perempuan pada industri bordir dapat dibedakan berdasarkan sumberdaya pribadi, sumberdaya rumahtangga dan karakteristik usaha. Sumberdaya pribadi mencakup umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha dan sumber keterampilan. Perempuan sebagai pengusaha memiliki keragaman sumberdaya rumahtangga yang mencakup pekerjaan suami dan komposisi anggota rumahtangga. Karakteristik usaha mencakup kemilikan modal awal usaha (usaha pribadi dan bersama dengan suami, lamanya berusaha dalam

31 13 industri bordir dan skala usaha yang diukur dari jumlah tenaga kerja.lingkungan masyarakat dan pengaruh budaya juga turut berperan dalam pembentukan perempuan sebagai pengusaha. Kontribusi perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga mempengaruhi peran dalam pengambilan keputusan dalam rumahtangga, yang mencakup pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif, kegiatan produktif (industri bordir) dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Keputusan pada kegiatan reproduktif mencakup keputusan dalam pekerjaan rumahtangga, kesehatan dan pendidikan anak. Keputusan pada kegiatan produktif mencakup keputusan dalam proses produksi industri bordir, pemasaran, pengelolaan pendapatan, pengelolaan usaha termasuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja dan menambah atau memperbaiki alat-alat produksi. Keputusan pada kegiatan sosial kemasyarakatan mencakup keputusan dalam kegiatan upacara adat/selamatan/kematian, gotong royong, pengajian, arisan dan posyandu. 2.3 Hipotesa Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Semakin lama usaha semakin besar kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga 2. Semakin besar skala usaha semakin besar kontribusi pendapatan perempuan pengusaha terhadap pendapatan rumahtangga 3. Pengambilan keputusan pada kegiatan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan lebih tinggi pada usaha milik sendiri dibanding usaha milik bersama

32 14 4. Semakin tinggi kontribusi pendapatan perempuan terhadap pendapatan rumahtangga, semakin tinggi pengambilan keputusan pada kegiatan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan. Sumberdaya Pribadi Umur Tingkat Pendidikan Sumberdaya Rumahtangga Pekerjaan Suami Komposisi Anggota Rumahtangga Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir Pendapatan Skala Usaha ( Tenaga Kerja) Kepemilikan Usaha Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Rumahtangga Pengambilan Keputusan pada Kegiatan Reproduktif, Produktif dan Sosial Kemasyarakatan Ket: Hubungan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perempuan Pengusaha pada Industri Bordir

33 Definisi Operasional 1. Industri bordir merupakan usaha kerajinan bordir yang menghasilkan produk berupa mukena bordir. 2. Sumberdaya pribadi perempuan adalah berbagai kemampuan/pencapaian yang dimiliki oleh perempuan sebagai individu; Umur : usia perempuan pengusaha bordir dinyatakan dalam tahun Tingkat pendidikan: dilihat berdasarkan pendidikan formaltertinggi yag pernah diikuti. Dibedakan atas SD, SMP,SMA/Perguruan Tinggi. Lama usaha pada industri bordir mukena: lamanya waktu perempuan menekuni pekerjaannya sebagai pengusaha kerajinan bordir yang diukur dengan jumlah tahun. Berdasarkan perhitungan median dibedakan atas: a. Lama usaha < 4 tahun b. Lama usaha 4 tahun 3. Sumberdaya keluarga adalah berbagai kemampuan dalam rumahtangga yang terdiri dari pekerjaan suami dan komposisi anggota rumahtangga. Pekerjaan suami dibedakan atas, petani, pedagang, dan lainnya. Komposisi anggota rumahtangga dibedakan atas memiliki atau tidak memiliki anak usia balita 4. Kegiatan reproduktif adalah kegiatan yang tidak langsung mendatangkan pendapatan berupa uang atau benda akan tetapi dapat menjamin kelangsungan hidup manusia dan keluarga. Dilihat dari siapa pelaku (isteri/suami/ tenaga upahan atau kerabat) untuk jenis-jenis pekerjaan seperti pekerjaan rumahtangga (pengasuhan anak, memasak, mencuci dan

34 16 sebagainya), kegiatan layanan kesehatan anggota rumahtangga dan pendidikan anak. 5. Kegiatan produktif adalah kegiatan yang langsung menghasilkan pendapatan berupa uang. Dilihat dari siapa pelaku (isteri/suami/tenaga upahan atau kerabat) untuk jenis-jenis kegiatan dalam usaha kerajinan bordir seperti proses produksi, pemasaran, pengelolaan keuangan hasil dari penjualan kerajinan bordir dan pengelolaan usaha. 6. Kegiatan sosial kemasyarakatan adalah kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat atau kerabat dekat yang mencakup kegiatan sosial dan gotong royong dalam masyarakat seperti perayaan, selamatan, kesertaan dalam organisasi tingkat komunitas, kesertaan dalam kegiatan politik ditingkat komunitas, arisan, pengajian dan lain-lain. Dilihat dari siapa pelaku untuk jenis-jenis kegiatan tersebut. 7. Pendapatan rumahtangga adalah pendapatan total dari suami dan isteri yang dinyatakan dalam rupiah per bulan. 8. Kepemilikan modal awal usaha dilihat berdasarkan sumber modal untuk memulai industri bordir. Dibedakan menjadi usaha milik sendiri (isteri) dan usaha milik bersama (isteri dan suami). 9. Skala usaha dilihat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada usaha kerajinan bordir. Berdasarkan perhitungan median dibedakan atas: a. Pengusaha dengan jumlah tenaga kerja < 22 orang b. Pengusaha dengan jumlah tenaga kerja 22 orang 10. Kontribusi pendapatan perempuan merupakan sumbangan pendapatan yang diberikan oleh perempuan pengusaha terhadap total pendapatan

35 17 rumahtangga per bulan. Berdasarkan perhitungan median, kontribusi pendapatan perempuan dibedakan menjadi: a. Kontribusi besar: jika 68,1 persen b. Kontribusi kecil: jika < 68,1 persen 11. Pengambilan keputusan dalam rumahtangga dibedakan atas: Pengambilan keputusan dalam kegiatan reproduktif mencakup (a). Kegiatan rumahtangga yaitu pengasuhan anak, memasak, mencuci dan sebagainya; (b). Kegiatan yang berkaitan dengan layanan kesehatan anggota rumahtangga; (c). Pendidikan anak. Pengambilan keputusan dalam kegiatan produktif mencakup (a). Proses produksi; (b). Proses pemasaran; (c). Pengelolaan keuangan dari hasil penjualan; (d). Pengelolaan usaha yaitu menambah/mengurangi jumlah tenaga kerja, menambah/memperbaiki alat-alat produksi Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial kemasyarakatan mencakup: upacara adat (selamatan/kematian), pengajian/majlis taklim, gotongroyong, arisan, posyandu 12. Pengambilan keputusan dibedakan atas; (a). Isteri sendiri, (b). Isteri dominan, (c). Setara, (d). Suami dominan dan (e). Suami sendiri. Skoring pengambilan keputusan diukur dari jumlah skor yang diperoleh dari penghitungan sebagai berikut:. Isteri (Isteri Sendiri+ Isteri Dominan) : 3 (Tinggi) Setara : 2 (Nilainya dibagi dua antara isteri dengan suami) Suami (Suami Sendiri+Suami Dominan) : 1 (Rendah)

36 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Februari Lokasi penelitian dipilih secara sengaja berdasarkan pertimbangan bahwa Nagari Ulakan merupakan pusat produksi mukena bordiran di Kecamatan Ulakan Tapakis yang banyak melibatkan perempuan sebagai pengusaha maupun sebagai pekerja. Kemudian usaha kerajinan bordir di daerah ini merupakan usaha rumahtangga yang menggunakan peralatan dan dikelola dengan manajemen yang sederhana. Di samping itu daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi mukena bordiran yang hasilnya telah dikenal luas di Sumatera Barat dan juga di luar daerah Sumatera Barat. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden maupun informan, melalui survei dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai sumberdaya rumahtangga (status ekonomi rumahtangga dan komposisi anggota rumahtangga), sumberdaya pribadi (umur, tingkat pendidikan, asal keterampilan dan pengalaman), data mengenai sejarah usaha, lama bekerja dan pendapatan rumahtangga secara umum.

37 19 Data sekunder diperoleh dari BPS dan hasil publikasi Nagari meliputi keadaan dan potensi Nagari. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari sumbersumber lainnya yang terkait dengan penelitian. 3.3 Teknik Pengambilan Responden Responden dalam penelitian ini adalah seluruh perempuan menikah yang menjadi pengusaha pada industri rumahtangga kerajinan bordir yang ada di Nagari Ulakan, yaitu sebanyak 13 orang. 3.4 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang, sementara itu data kualitatif digunakan sebagai pendukung untuk lebih memperjelas data kuantitatif. Data mengenai sumberdaya rumahtangga, sumberdaya pribadi, pendapatan rumahtangga secara umum dikumpulkan dengan metode survei melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Begitu juga untuk melihat distribusi kekuasaan dalam rumahtangga yang tergambar dalam pengambilan keputusan (siapa yang paling berperan) digunakan metoda survai dengan menggunakan kuesioner. Sementara itu data kualitatif diperoleh dari pertanyaan yang berkembang di lapangan dengan wawancara lebih mendalam dengan responden.

38 20 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Geografis Kabupaten Padang Pariaman merupakan salah satu dari 9 kabupaten yang ada di Sumatera Barat yang terdiri dari 17 Kecamatan dengan 46 Nagari. Luas wilayah Kabupaten ini adalah 1.328,79 kilometer persegi dengan ketinggian satu sampai dua puluh lima meter dari permukaan laut. Kabupaten Padang Pariaman berbatasan dengan Kabupaten Agam di sebelah utara, Kotamadya Padang di selatan, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar di sebelah timur dan Samudera Indonesia di sebelah barat. Lokasi penelitian adalah di Nagari Ulakan, yang terletak di Kecamatan Ulakan Tapakis. Nagari ini berada 15 kilometer dari ibukota Padang Pariaman. Nagari Ulakan terdiri dari 19 Korong dengan luas wilayah 1747 hektar. Adapun batas wilayah Nagari Ulakan ini adalah Nagari Pauh Kambar di bagian utara, Nagari Tapakis di sebelah selatan, Nagari Toboh Gadang di sebelah timur dan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Nagari Ulakan memiliki tipologi nagari pantai pesisir. Terdapat berbagai sarana dan prasarana penunjang untuk kegiatan masyarakat di Nagari Ulakan, yang dapat dilihat pada tabel 1. Sarana penting lainnya yang menunjang kegiatan masyarakat, khususnya usaha kerajinan bordir mukena adalah listrik. Hal ini disebabkan untuk mengoperasikan mesin jahit/mesin bordir membutuhkan tenaga listrik dan hampir semua rumah penduduk telah dialiri tenaga listrik. Penduduk memanfaatkan warung atau toko

39 21 yang ada di nagari atau langsung pergi ke pasar nagari yang ramai pada hari Sabtu untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari Tabel 1. Sarana/ Prasarana Penunjang di Nagari Ulakan, Tahun Sarana / Prasarana Panjang/ Jumlah I. Pendidikan TK 2 buah SD 13 buah SLTP 1 buah SLTA 2 buah 2 buah Kursus (menjahit & bahasa) II. Peribadatan Mesjid Langgar/ Surau III. Perekonomian Warung/toko/ kios Koperasi Pasar Nagari IV. Pertanian Gilingan padi Traktor Hand sprayer Bajak/ garu Perontok gabah V. Transportasi Jalan Provinsi Jalan Kabupaten Jalan Nagari Jembatan Mobil Sepeda motor VI. Warung Telekomunikasi VII. Kenelayanan Kapal Penangkap ikan Perahu bermotor Sampan VIII. Kesehatan Puskesmas 3 buah 127 buah 101 buah 2 buah 1 buah 23 unit 78 unit 50 unit 15 unit 70 unit 3,5 km 12 km 18 km 3 buah 4 unit 59 unit 4 unit 2 unit 67 unit 27 unit 1 buah 1 buah Poliklinik bersalin IX. Hiburan dan Rekreasi Pantai 1 buah Sumber : Monografi Nagari Ulakan, 2006.

40 22 Sementara itu untuk keperluan pemasaran hasil produksi mukena bordir biasanya diantarkan langsung oleh pengusaha bordir ke pedagang pengumpul yang terdapat di Pasar Bukittinggi. Tidak semua pengusaha bordir yang bisa langsung mengantarkan ke Bukittinggi karena mereka tidak memiliki kendaraaan untuk mengantarkan produk mukena ke toko-toko langganan mereka, sehingga mereka menitipkannya pada pengusaha lainnya. 4.2 Keadaan Penduduk Penduduk Nagari Ulakan berjumlah jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5497 jiwa (39,8%) dan 8305 jiwa perempuan (60,2%). Sebaran penduduk Nagari Ulakan berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2. Jumlah penduduk ini tercakup dalam 3049 KK yang tersebar dalam 19 Korong. Jumlah penduduk Nagari Ulakan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Nagari Ulakan Tahun Kelompok Umur Jumlah Persentase 0-5 tahun , tahun , tahun , tahun , tahun , tahun , tahun , tahun ,6 > 60 tahun 791 5,7 Jumlah ,0 Sumber : Monografi Nagari Ulakan, 2006

41 23 Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Nagari Ulakan Tahun 2006 No. Korong Jumlah Penduduk Jumlah L P L+P 1 Binuang Tj. Medan Koto Panjang Cb. Pl. Gadang Manggopoh Dalam Manggopoh ujung Ps. Ulakan Gt. Tg. Padang Padang Pauh Kb. Bg. Pasang Kp. Koto Kp. Gelapung Padang Toboh Sikabu Sei. Gimba Ganting Lp. Kandang Maransi Kp. Ladang Tiram Total: Sumber : Monografi Nagari Ulakan, Industri kecil rumahtangga yang terdapat di Nagari Ulakan yaitu industri kerajinan bordir mukena, industri kerajinan anyaman tikar, industri kerupuk melinjo dan industri pembuatan atap rumbia. Khusus untuk kerajinan bordir mukena, di daerah Nagari Ulakan ini mulai berkembang sekitar tahun industri yang terdapat di Nagari Ulakan adalah berupa industri rumahtangga.

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh:

PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: PEREMPUAN PENGUSAHA PADA INDUSTRI BORDIR (Kasus di Nagari Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat) Oleh: GADI RANTI A09400002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan. Saat kaum wanita menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan. Saat kaum wanita menjadi kaum terdidik, mempunyai hak-hak kepemilikan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita adalah Agent of Development yang perannya sangat dibutuhkan dalam perkembangan perekonomian. Keberdayaan wanita dibidang ekonomi adalah salah satu indikator

Lebih terperinci

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/

Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/ PROFIL USAHA ISTRI NELAYAN MANGGOPOH PALAK GADANG PADANG PARIAMAN Oleh: Hasan Basri Nasution Peneliti Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Jl. Sumatera Ulak Karang Padang Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 59 VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH 6.1. Curahan Tenaga Kerja Rumahtangga Petani Lahan Sawah Alokasi waktu kerja dalam kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Peranan bagi wanita secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sesuatu yang mulia dan dijunjung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Barat yang terdiri dari 17 Kecamatan dengan 46 Nagari. Luas wilayah Kabupaten ini adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Barat yang terdiri dari 17 Kecamatan dengan 46 Nagari. Luas wilayah Kabupaten ini adalah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu dari 9 kabupaten yang ada di Sumatera Barat yang terdiri dari 17

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ANALISIS KETERKAITAN ANTAR SUBSISTEM DI DALAM SISTEM AGRIBISNIS KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN OLEH AMELIA 07 114 027 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 i ANALISIS

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini

III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini 24 III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis deskriptif, karena penelitian ini bermaksud menggambarkan secara sistematis tentang bagaimana gambaran pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis 27 BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis Desa Pasawahan merupakan salah satu dari tiga belas desa yang ada di Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Kutajaya, bagian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian

Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian LAMPIRAN 143 144 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 145 146 Lampiran 3 Pengukuran Variabel Penelitian untuk Jawaban Pengetahuan No. Pernyataan Betul Salah Pengetahuan tentang keluarga sistem matrilineal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS

VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS VIII. RINGKASAN DAN SINTESIS Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa ringkasan hasil dari pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya. Selanjutnya akan dikemukakan sintesis dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan agraris, dimana terdiri dari banyak pulau dan sebagian besar mata pencaharian penduduknya bercocok tanam atau petani. Pertanian

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Gorowong Desa Gorowong merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN GANTING KECAMATAN PADANG PANJANG TIMUR KABUPATEN GUGUK MALINTANG A. Geografis dan Demografis 1. Letak dan Batas Wilayah 1 Kota Padang Panjang merupakan salah satu kota terkecil

Lebih terperinci

pekanbarukota.bps.go.id

pekanbarukota.bps.go.id Katalog BPS : 1101002.1471.010 2014 Statistik Daerah Kecamatan Tampan Tahun 2014 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 Katalog BPS : 1101002.1471.1

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH TUGAS AKHIR TKP 481 Oleh : ASTRID EKANINGDYAH L2D000400 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu isu penting dalam pelaksanaan pembangunan, bukan hanya di Indonesia melainkan hampir di semua negara di dunia. Dalam Deklarasi Millenium Perserikatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP)

BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) 58 BAB VI KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN RUMAHTANGGA PETANI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERTANIAN (P3TIP) Bab ini mendeskripsikan karakteristik demografi individu petani

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri dan Kota adalah dua hal yang saling berkaitan. Hal ini disebabkan sektor industri merupakan salah satu indikator suatu daerah telah maju atau bisa disebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng dengan jarak kurang lebih 18 km dari ibu kota Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data III. METODE PENELITIAN A. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan teori-teori yang mendukung rencana penulisan yang terkait.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karimun No. 16 tahun 2001 tanggal 16 Agustus 2001 tentang pembentukan dan struktur organisasi tata kerja Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Gorontalo Utara merupakan wilayah administrasi yang merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang 1. Keadaan Fisik a. Letak 62 Kelurahan Proyonangan Utara merupakan kelurahan salah satu desa pesisir di Kabupaten Batang Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN Rumahtangga adalah basis unit kegiatan produksi dan konsumsi dimana anggota rumahtangga merupakan sumberdaya manusia

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Penerapan desentralisasi di Indonesia sejak tahun 1998 menuntut daerah untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki secara arif dan bijaksana agar peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Dataran Tinggi Dieng kurang lebih berada di ketinggian 2093 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan. Wilayah Dieng masuk ke

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc

KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN. Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc KONTRIBUSI EKONOMI PEREMPUAN Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc., M.Sc Tuntutan Kemiskinan terhadap Peran Ekonomi Perempuan Permasalahan keluarga yang ada saat ini didominasi oleh adanya masalah sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Geografis Desa Tanjung Medan Desa Tanjung Medan merupakan salah satu desa diantara desa yang berada di Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rokan Hulu. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan tingginya tingkat kemiskinanberhubungan erat dengan permasalahan pertanian di Indonesia. Menurut Nasution (2008), beberapa masalah pertanian yangdimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai Penelitian tentang Eksistensi Matriproduksi di Wilayah Pantai ini dilakukan oleh Hendry Sitorus (2003). Dalam penelitian ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. peran wanita berbeda bagi setiap masyarakat (Hutajulu, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Perilaku keluarga dan peran serta setiap individu anggota keluarga akan membantu kita untuk mengerti

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT SOLUSI MODAL (SM) DI BANK DANAMON SIMPAN PINJAM UNIT CIBINONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI ROBBI FEBRIO H34076133 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat

BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG. berbatasan dengan Desa Tileng, Sebelah Timur Desa Malo dan sebelah barat BAB III MENELUSURI WILAYAH DAN MASYARAKAT DESA RENDENG A. Kondisi Geografis Desa Rendeng Secara Administrasi Desa Rendeng terletak sekitar 1 Km dari Kecamatan Malo, kurang lebih 18 Km dari Kabupaten Bojonegoro,

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian 39 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian Desain dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional study, yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN 5.1. Usia Usia responden dikategorikan menjadi tiga kategori yang ditentukan berdasarkan teori perkembangan Hurlock (1980) yaitu dewasa awal (18-40), dewasa madya (41-60)

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten 35 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Propinsi Lampung. Desa ini memiliki luas ±.702

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Penarikan kesimpulan yang mencakup verifikasi atas kesimpulan terhadap data yang dianalisis agar menjadi lebih rinci. Data kuantitatif diolah dengan proses editing, coding, scoring, entry, dan analisis

Lebih terperinci