ANALISA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA"

Transkripsi

1 i ANALISA USAHA PERIKANAN BUDIDAYA Oleh : V. Ap. Sapto Adi DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA Diperbanyak Oleh: PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2011

2 ii SAMBUTAN Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-nya sehingga Materi Analisa Usaha Perikanan Budidaya ini dapat diselesaikan. Materi Analisa Usaha Perikanan Budidaya ini disusun agar dapat menjadi bahan acuan atau petunjuk untuk masyarakat perikanan khususnya pembudidaya ikan yang ingin mengembangkan usahanya. Materi ini menguraikan tentang Analisa Usaha Perikanan Budidaya. Kami berusaha untuk menampilkan yang terbaik dan berharap bahwa informasi dalam Materi ini dapat bermanfaat bagi petambak khususnya dan dunia perikanan pada umumnya. Penghargaan setinggi-tingginya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Materi ini sehingga dapat diselesaikan. Kami menyadari bahwa Materi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan sumbangan kritik serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kemajuan dunia perikanan yang lebih baik. Jakarta, November 2011 Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

3 iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.... DAFTAR ISI DAFTAR TABEL. I. PENDAHULUAN... II. PERMASLAHAN DILAPANGAN... III. IV. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA 3.1. Biaya-Biaya Pendapatan Usaha... ANALISA EKONOMI 4.1. Analisa Usaha Komoditas pembenihan Ikan Bandeng Skala rumah Tangga Analisa Usaha Komoditas pembenihan Ikan Kerapu Tikus Skala Rumah Tangga Analisa Usaha Komoditas pembenihan Pentokolan Udang Windu Skala Rumah Tangga Analisa Usaha Komoditas Pembenihan Rajungan Skala Rumah Tangga Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi sederhana Plus Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Semi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname pola Teknologi Sederhana Plus Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname Teknologi Semi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname Teknologi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya Bandeng Teknologi Sederhana Analisa Usaha Komoditas Budidaya Bandeng Teknologi semi Intensif Analisa Usaha Komoditas Budidaya BandengTeknologi Intensif Analisa Usaha Pembenihan Udang Windu Skala Kecil... DAFTAR PUSTAKA... ii iii iv

4 DAFTAR TABEL 1. Biaya tetap untuk usaha budidaya Udang Windu Biaya variabel untuk usaha budidaya udang windu iv

5 1 I. PENDAHULUAN Pembangunanan Perikanan dan Kelautan merupakan bagian integral dari pembangunanan ekonomi secara keseluruhan dan harus menunjang terwujudnya perekonomian yang maju, efisien dan tanguh yang dicirikan oleh kemampuan dalam mensejahterakan petani tambak dan nelayan sekaligus meningkatkan kemandirian serta kemampuannya dalam mendorong sektor perikanan pada umumnya. Pembangunan Perikanan di Indonesia ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan. Salah satu upaya yang ditempuh untuk mewujudkan harapan tersebut adalah meningkatan produksi dan produktifitas usaha perikanan untuk mencapai swasembada pangan berprotein dalam rangka meningkatkan pendapatan sekaligus perbaikan gizi keluarga. Peningkatan produksi perikanan dapat dilakukan melalui kegiatan penangkapan dan yang terpenting adalah kegiatan budidaya. Dalam hal ini usaha budidaya udang merupakan salah satu alternatif yang penting, karena dapat memanfaatkan potensi lahan yang tersedia secara optimal dan menguntungkan serta memperhatikan kelestarian sumbernya. Pembangunan usaha perikanan budidaya dituntut maju dan berkembang luas. Beranjak dari tahun 2009 produksi perikanan budidaya secara nasional sebesar 70 % setiap tahunnya guna mencapai target produksi yang diharpkan mencapai 353 % pada tahun Pengembangann usaha perikanan budidaya sangat tergantung kepada ketersediaan induk unggul dan benih berkualitas. Potensi sumberdaya perikanan budidaya cukup besar dengan aneka jenis ikan dan biota air laut yang bernilai ekonomis memungkinkan untuk dibudidayakan, namun demikian pemanfaatanya belum dimaksimalkan sepenuhnya sehingga kontribusi terhadap pembangunan dan perekonomian pada umumnya serta peningkatan taraf hidup masyarakat petani ikan secara khusus belum optimal.

6 2 Negara Ripublik Indonesia dengan iklim tropis memiliki potensi sumberdaya perikanan budidaya yang cukup besar, baik untuk pengembangan usaha air payu maupun air laut. Sebagai negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang lebih dari km, mempunyai areal yang potensial dalam pengembangan perikanan, khususnya untuk peningkatan produktifitas budidaya air payau seluas lebih kurang hektar. Potensi lahan yang sedemikian luas ini sudah selayaknya dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien didalam usahah budidaya. Secara alami tambak di Indonesia dapat menghasilkan antara kg udang tanpa input produksi yang berarti, hal ini dapat dilakukan penebaran setiap hektarnya 2 (dua) kali dalam satu tahun. Dengan harga udang yang mencapai berkisar antara US $ per kg, keuntungan yang seharusnya diperoleh petani sangat menjanjikan. Luas lahan potensial bagi pengembangan tambak di Indonesia dewasa ini telah dibangun kurang lebih ha tambak dan hanya 30 % yang dioperasionalkan karena salah satu masalah fital adalah serangan Virus SEMBV dan cukup mematikan saat umur udang 1,5 bulan pemeliharaan. Pada umur udang seperti ini bagaimanapun penerapan tingkat teknologi, kematian masal akan sangat merugikan karena ukuran udang belum layak jual sedangkan input produksi sudah cukup banyak secara finansial. Analisa usaha Perikanan Budidaya bertujuan untuk mengetahui gambaran secara jelas modal atau investasi yang diperlukan untuk operasional suatu usaha kegiatan produksi tambak per musim tanam atau dalam satu tahun. Secara garis besar petani atau pelaku usaha perikanan dapat mengetahui penerimaan dan keuntungan yang diperoleh serta beberapa lama kemungkinan modal investasi tersebut dapat dikembalikan.

7 3 II. PERMASLAHAN DI LAPANGAN Beberapa aspek yang menyebabkan hasil budidaya tambak tidak maksimal, salah satu isu strategis adalah terbatasnya Pengetahuan dan Teknologi budidaya yang dimiliki bagi para petani tambak itu sendiri. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi ini berakibat pada kesulitan mereka untuk dapat meningkatkan hasil produksi tambak persatuan luas. Hal ini menjadi cerminan bagi petugas Perikanan dalam hal penyeberluasan/penyuluhan bagi petani tambak. Beberapa kemungkinan penyebab keterbatasan pengetahuan dan teknologi petani tambak adalah : Terbatasnya jumlah dan kapasitas pengetahuan tenaga pendamping yang dimiliki oleh Dinas terkait ( Dinas Perikanan dan Kelautan, Badan Diklat Dll) dalam melakukan penyuluhan budidaya di lapangan. Kurangnya/terputusnya koordinasi dari Instansi terkait dalam melakukan sosialisasi setiap Teknologi baru yang dihasilkan. Secara umum petani tambak mempunyai keengganan untuk menerima teknologi budidaya baru, yang belum dipraktekkan/dilihat secara langsung oleh petani di daerah tempat usahanya. Hal ini disebabkan karena adanya ketakutan dan keraguan mengenai tepat tidaknya teknologi tersebut dalam meningkatkan produktivitas usahanya. Oleh karena itu perlu dilakukan Diseminasi teknologi budidaya bagi petani oleh petugas perikanan. Kurangnya modal yang dimiliki petani untuk memenuhi secara infrastruktur (Jalan Inspeksi, saluran Main Canal umum, Pintu pengendali umum, Drainase umum), sebagai konsekuensi dari penggunaan teknologi baru tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung produktifitas budidaya tambak antara lain :

8 4 Potensi sumberdaya perikanan budidaya cukup besar dengan aneka jenis ikan dan biota air laut bernilai ekonomis (Udang, Ikan kerapu, rumput laut dll) yang memungkinkan untuk dibudidayakan. Lahan untuk usaha budidaya yang tebentang luas di di perairan pantai Indonesia. Sumber daya manusia serta tenaga kerja yang relative banyak dan murah.

9 5 III. BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA 3.1. Biaya-Biaya Secara umum biaya adalah sesuatu atau sejumlah uang yang dikeluarakan/dikorbankan guna mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut dapat diartikan sebagai pengorbanan barang atau jasa. Adapun dilihat secara khusus biaya tersebut dapat dibagi menjadi 2 (dua) investasi yaitu Biaya Tetap (fixed cost) dan Biaya Variabel (variable cost). Biaya Tetap merupakan biaya yang besarnya tidak akan dipengaruhi oleh tingkat operasi pada periode waktu tertentu. Biaya ini harus dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan teknis meskipun tidak operasional (sedang tidak operasional). Biaya ini selalu dihubungkan dengan usia teknis sarana atau prasarana yang dipakai serta umur pakai yang berlaku lebih dari satu tahun penggunaannya. Adapun biaya tetap dalam kaitan dengan pemeliharaan udang dan ikan ditambak adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan peralatan-peralatan yang akan dipergunakan untuk operasional budidaya tersebut, misalnya : sewa tambak, pompa air, perbaikan konstruksi tambak, pembuatan pintu air, mekanisasi lainnya (kincir), peralatan laboratorium, peralatan sampling, peralatan panen dll

10 6 Tabel 1. Biaya tetap untuk usaha budidaya Udang Windu : NO. KEGIATAN/URAIAN PRAKIRAAN USIA TEKNIS 1. Sewa Tambak 1 tahun 2. Perbaikan pematang, sal. masuk, sal. 2 tahun Pembuangan 3. Perbaikan pintu air (monik/pralon) 5 tahun 4. Pompa air 5 tahun 5. Kincir Air dan sarana mekanikal lainnya 5 Tahun 6. Peralatan Laboratorium lapangan 2 tahun 7. Peralatan panen dan peralatan sampling 5 tahun Biaya Variabel merupakan biaya yang besarnya bervariasi mengikuti secara proposional dengan jumlah produk yang dihasilkan, biaya variabel akan nol/tidak ada apabila produksinya nol atau tidak dilakukan kegiatan usaha. Biaya variabel ini adalah biaya yang habis dalam satu periode pemeliharaan. Pembiayaan tergantung dari tingkat produksi yang akan dihasilkan serta tingkat teknologi yang diterapkan (tradisionil, teknologi madya serta teknologi intensif).

11 7 Tabel 2. Biaya variabel untuk usaha budidaya udang windu : No. Kegiatan 1. Persiapan tambak, perapihan 2. Benih udang bebas Virus 3. Glondongan bandeng 4. Pkn. Buatan 5. Pakan segar 6. Kapur 7. Pupuk an-organik 8. Saponin 9. Kaporit (disinfektan) 10. Inokulan plankton 11. Feed additive 12. Probiotik 13. Biofilter/bioscrening (ikn,r laut) 14. BBM dll 15. Tenaga teknis) 16. Tng Operator 17. Tenaga Laborat dan administrasi 17. Konsumsi & akomodasi 18. Biaya panen 19. Suku bunga Bank (1,5 %/bln)

12 Pendapatan Usaha Pengertian Pendapatan Usaha merupakan hasil penjualan produk yang hampir semuanya jenis ikan atau udang. Dari tingkat usaha ada 3 indikator untuk mengukur tingkat keuntungan yaitu : Keuntungan Operasional, Pendapatan Bersih dan Keuntungan bersih. Keuntungan Operasional diartikan sebagai perbedaan antara pendapatan kotor dengan biaya variabel. Keuntungan Operasional yang positif akan menjamin kelangsungan operasional kegiatan usaha tambak dalam jangka pendek. Pendapatan Bersih diartikan sebagai pendapatan yang diperoleh dengan mengurangi biaya tetap kedalam keuntungan operasional. Besarnya pendapatan bersih ini akan bisa dipergunakan untuk apa saja tanpa mempengaruhi operasional jangka panjang. Keuntungan Bersih dihitung dari pendapatan kotor dikurangi dengan biaya total. Keuntungan bersih ini dianggap sebagai indicator keuntungan dan prospek operasi dalam jangka panjang. Keuntungan bersih adalah syarat utama yang akan menjamin pengoperasian tambak dalam jangka panjang. Pengertian pendapatan bagi para petani tambak adalah dari hasil penjualan produknya (ikan atau Udang). Dengan jalan mengalikan hasil produksi dengan harga jual akan diperoleh pendapatan hasil. Adapun pengertian keuntungan bersih, adalah pendapatan hasil dikurangi dengan pengeluaran biaya variabel. Sedangkan dalam menghitung tingkat keuntungan bersih dalam usaha budidaya ini dapat diketahui dengan menghitung besarnya pendapatan (Produksi x Harga Jual) dikurangi dengan Biaya Total (Biaya penyusutan + biaya operasional). Sehingga dapat diketahui berapa besar tingkat keuntungan yang dicapai pada tahun tersebut. Perhitungan ini dipergunakan untuk kelanjutan usaha pada tahap berikutnya. Oleh karena itu dalam menentukan tingkat usaha, kita harus mengetahui berapa besar keuntungan yang dapat dicapai melaui perhitungan Rugi Laba.

13 9 IV. ANALISA EKONOMI Ada beberapa metode penilaian investasi yang tujuannya adalah untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dikatakan layak usaha atau tidak untuk dilanjutkan/diteruskan. Karena dalam analisa ekonomi ini akan diketahui keadaan yang mencerminkan perkembangan usaha, terutama untuk masa jangka panjang, terlihat adanya perekembangan finansiilnya. Adapun analisa keuangan yang dipergunakan pada umunya adalah : 1. Analisa Payback Period 2. Analisa Benafid Cost Ratio (BCR) 3. Analisa Break Even Point/titik impas (BEP) 4. Analisa Internal Rate of Return (IRR) 5. Analisa Financial Rate of Return (FRR) 6. Analisa Payback Period of Credit) Payback Period adalah suatu metoda yang menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang dikeluarkan/tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya. Metode ini diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas netto. Dalam perhitungan harus diketahui berapa besar dana yang dikeluarkan (Biaya Tetap + Biaya Operasional), kemudian berapa besar pendapatan yang diperoleh dalam masa.periode pemeliahraan di tambak. Benafid Cost Ratio (BCR) adalah perbandingan antara total pendapatan selama masa tertentu (besarnya manfaat) dengan capital out lay. Besarnya nilai BCR akan menunjukkan tingkat keuntungan yang dicapai. Apabila BC ratio lebih dari 1,0 (satu), maka usaha yang dijalankan adalah layak untuk diusahakan/dapat diteruskan.

14 10 Break Even Point/titik impas (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Biaya Tetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume Kegiatan. Oleh Karena itu analisa ini dalam perencanaan keuntungan merupakan Profit Planning Aproach yang mendasarkan pada hubungan antara biaya (Cost) dan penghasilan/pendapatan (Revenue). Internal Rate of Return (IRR) adalah sebagai tingkat bunga yang akan dijadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal. Metode penilaian ini dinyatakan dengan prosentase yang menunjukkan kemampuan memberikan keuntungan bila dibandingkan dengan tingkat bunga umum yang berlakupada saat usaha tersebut direncanakan. Hal ini selalu dengan coba-coba (trial and error) dalam menentukan tingkat bunga yang tepat. Biasanya IRR ini dipergiunakan dalam perhitungan analisa usaha untuk proyek yang besar. Financial Rate of Return (FRR) adalah tingkat pengembalian modal dalam satu tahun usaha yang dijalankan. Payback Period of Credit) adalah jangka waktu pengembaliankridit atau modal/investasi. Sebagai gambaran nyata disajikan Analisa usaha kegiatan Tambak yang dijalankan dengan pendampingan dari Tim Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara.

15 Analisa Usaha Komoditas pembenihan Ikan Bandeng Skala rumah Tangga ( pemeliharaan dari telur) di bak ukuran 2x5x1 m, volume 10 ton Biaya /biaya tetap : 1. Sewa Bak dan blower per Rp x 6 sikllus Peralatan lapangan (terpal, waring, galon, seser. Ember, waskom dan gayung) Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan bak Telur ikan bandeng Rp 1, Pupuk Tenaga kerja Listrik Biaya panen (tenaga dan bahan) Jumlah Biaya Operasional untuk 6 siklus per tahun

16 12 Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp. 35 Rp benih ikan bandeng ek (x 6 siklus dlm 1 thn ) (TR-) Rp Rp Rp a. B/C Ratio TR Rp Rp Artinya : B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,88 Rp b. BEP Rp. 8,66 Harga Tot prod/th ekor Artinya : Tiik impas harga terjadi Rp. 18,66 c. FRR Hsl bersih Rp Rp ,5 % Artinya : Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 612,5 % d. PPC Hsl Bersih Rp x 1 th Rp ,16 thn Artinya : Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,16 thn.

17 Analisa Usaha Komoditas pembenihan Ikan Kerapu Tikus Skala Rumah Tangga dari telur (15 20 hari pemeliharaan di Bak ukuran 2x5x1, volume air 10 ton) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa Bak dan blower 4 Rp Peralatan lapangan (terpal, waring, galon, seser. Ember, waskom dan gayung) Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan bak Benih ukuran 3, Air media pemeliharaan Pakan rucah Tenaga kerja Listrik Biaya panen (tenaga dan bahan) Jumlah Biaya Operasional untuk 4 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp benih ikan kerapu macan (x 4 siklus dlm 1 thn) (TR-) Rp Rp Rp a. B/C Ratio TR Rp Rp ,48

18 14 Artinya : B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,48 b. BEP Harga Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp ,9 Rp ekor Rp c. FRR x100 % Artinya : Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 966,7 % 966,7 % d. PPC x 1 thn Artinya : Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,1 thn. 0,1 thn

19 Analisa Usaha Komoditas pembenihan Pentokolan Udang Windu Skala Rumah Tangga dari PL. 7 PL 10, (10 15 hari pemeliharaan di Bak ukuran 5x2x1 volume 10 ton air) Biaya Investas/biaya tetap : 1. Sewa Bak dan blower 6 Rp Peralatan lapangan (terpal, waring, galon, seser. Ember, waskom dan gayung) Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan bak Benih udang windu PL-7, Rp Air media pemeliharaan Pakan Buatan (pelet) Tenaga kerja dan listrik Listrik Biaya Panen (tenaga dan van) Jumlah Biaya Operasional 6 siklus pemeliharaan per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp. 35 Rp Tokolan udang windu (x 6 siklus dlm 1 thn) (TR-) Rp Rp Rp TR Rp a. B/C Ratio ,46 Rp

20 16 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,46 b. BEP Harga --- Total /thn Rp ekor Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 24,02 Rp. 4,02 c. FRR x100% Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 350 % 350 % d. PPC x1 thn ,29 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,29 thn Analisa Usaha Komoditas Pembenihan Rajungan Skala Rumah Tangga ( hari pemeliharaan di Bak ukuran 2x5x1, volume air 8 10 ton) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa Bak dan blower 5 Rp Peralatan lapangan (terpal, waring 5m, gallon artemia, seser, ember, wakom dan gayung) Jumlah

21 Biaya Operasional : Persiapan bak Induk rajungan bertelur 2 Rp Air media pemeliharaan 20 ton Inokulan Chlorella Rotifera 2 kantong (untuk Artemia 1 kaleng Pakan buatan mikron, Pakan buatan mikron Pakan > 400 mikron, Udang kupas Kaporit Listrik 1 paket Tenaga pakan sampingan Biaya panen 1 paket (tenaga dan bahan) Jumlah Biaya operasional untuk 5 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan ekor crab Rp. 80 Rp ( ek Crab 5 x 5 siklus dlm 1 tahun) (TR-) Rp Rp Rp a. B/C Ratio Artinya : TR ,24 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 2,24

22 18 b. BEP Harga --- Tot Prod./thn Artinya : Tiik impas harga terjadi Rp. 35, ekor Rp. 35,7 c. FRR x 100 % Artinya : Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 632,86 % 632,86 % d. PPC Rp x 1 thn Rp ,16 thn Artinya : Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,16 thn Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi sederhana Plus (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 2 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa Jumlah

23 Biaya Operasional : Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang windu (tokolan) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 40 Rp Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga operator 1 orang x Biaya panen 1 paket Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan 740 Rp Rp (Produksi 370 kg/siklus) (TR-) Rp Rp Rp a. B/C Ratio Artinya : TR ,48 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,48 b. BEP Harga -- Tot Prod./thn kg Rp. 46,5

24 20 Artinya : Tiik impas harga terjadi Rp. 46,54 c. FRR x 100 % Artinya : Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 414 % 414 % d. PPC Artinya : x 1 thn Rp Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,24 thn. 0,24 thn 4.6. Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Semi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 10 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak di pergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) 3. Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah

25 21 Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang windu (> PL-15) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 50 Rp Zeolit Disinfektan Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga Teknisi 1 orang x Tenaga operator 2 orang x Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun

26 22 Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio TR Rp Rp ,35 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,35 b BEP Harga --- Tot Prod./thn Rp kg Rp.44,5 Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 44,53 c FRR Rp x 100% Rp Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 522,6 % 522,6 % d PPC Rp x1 thn Rp Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,19 thn. 0,19 thn

27 Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 30 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak dipergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang windu (> PL-15) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 75 Rp Zeolit Disinfektan Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket

28 Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga Teknisi 1 orang x Tenaga operator 4 orang x Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio TR ,33 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,33 b BEP Harga Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 37, kg Rp. 37,6

29 25 c FRR Rp x100% Rp Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 667,2 % 667,2 % d PPC Rp x1th Rp ,15 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,15 thn Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang windu Teknologi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 30 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak dipergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah

30 26 Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang windu (> PL-15) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 75 Rp Zeolit Disinfektan Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga Teknisi 1 orang x Tenaga operator 4 orang x Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus) (TR-) Rp Rp Rp

31 27 a B/C Ratio TR ,33 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,33 b BEP Harga --- Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 37, kg Rp. 37,6 c FRR x100% Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 667,2 % 667,2 % d PPC x 1 thn ,15 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,15 thn.

32 Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname pola Teknologi sederhana plus (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 7,5 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak dipergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) Sewa pompa disel 6 dan Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang Vaname (> PL-12) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 40 Rp Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga operator 2 orang x

33 Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi 950 kg/siklus, zise 59) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio TR ,29 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,29 b BEP Harga --- Total Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 28, kg Rp. 28,9 c FRR x 100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 445,8 % 445,8 %

34 30 d PPC Rp x 1 thn Rp ,22 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,22 thn Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname Teknologi Semi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 30 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak dipergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang Vaname (> PL-12) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit)

35 31 7. Saponin 50 Rp Zeolit Disinfektan Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga Teknisi 1 orang x Tenaga operator 2 orang x Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp. 35 (Produksi kg/siklus, size 62,5 Ekor/kg) Rp (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio Artinya TR ,38 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 2,38

36 32 b BEP Harga ---- Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 14, kg Rp. 14,7 c FRR x100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 1.202,7 % 1.202,7% d PPC Artinya x1 thn Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,08 thn Analisa Usaha Komoditas Budidaya Udang Vaname Teknologi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 75 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 0,08 thn 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa tambak dipergunakan untuk tandon air (0,5 Ha) Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah

37 33 Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih udang vaname (> PL-12) Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 75 Rp Zeolit Disinfektan Probiotik Biofilter/bioscreen 1 paket Feed Additve 1 paket Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga Teknisi 1 orang x Tenaga operator 4 orang x Biaya panen 1 paket Akomodasi dan konsumsi Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp (Produksi kg/siklus,size 66,6 Ekor/kg) Rp

38 34 (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio TR ,24 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,24 b BEP Harga -- Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp kg Rp c FRR x100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 587 % 587 % d PPC x 1 thn ,17 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,17 thn.

39 Analisa Usaha Komoditas Budidaya Bandeng Teknologi Sederhana (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 1 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa gubug Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih ikan bandeng ( glondongan), Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 50 Rp Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga operator 1 orang x Biaya panen 1 paket Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun

40 36 Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus, size 5 Ekor/kg) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio Artinya TR ,63 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 2,63 b BEP Harga Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp , kg R c FRR x 100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 366,1 % d PPC Artinya x 1 thn Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,27 thn. 366,1 % 0,27 thn

41 Analisa Usaha Komoditas Budidaya Bandeng Teknologi semi Intensif (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 3 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih ikan bandeng ( glondongan), Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 50 Rp Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga operator 1 orang x Biaya panen 1 paket Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun

42 38 Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus, size 5,4 ekor/kg) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio Artinya TR ,5 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,5 b BEP Harga -- Tot Prod./thn Artinya Tiik impas harga terjadi Rp c FRR kg --- x 100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 527,7 % R ,7 % d PPC x 1 thn ,19 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,19 thn.

43 4.14. Analisa Usaha Komoditas Budidaya BandengTeknologi Intensif 39 (pemeliharaan 120 hari di tambak luas 1 Hektar, padat tebar 7,5 ekor/m2) Biaya /biaya tetap : 1. Sewa tambak selama 1 tahun Sewa peralatan dan sarana tambak 1 paket Sewa pompa disel 8 unit Sewa kincir disel (berangkai) Sewa Gubuk dan Saprokan, 1 unit Jumlah Biaya Operasional : 1. Persiapan dan perbaikan konstruksi Benih ikan bandeng ( glondongan), Pakan buatan Pupuk Organik Pupuk Anorganik Kapur pertanian (dolomit) Saponin 50 Rp Bahan bakar 1 paket Perawatan dan perbaikan sarana budidaya Biaya lainnya Tenaga operator 2 orang x Biaya panen 1 paket Jumlah Biaya operasional untuk 2 siklus per tahun

44 40 Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp Rp (Produksi kg/siklus) (TR-) Rp Rp Rp a B/C Ratio TR ,23 Artinya B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp 1 akan menghasilkan Rp. 1,23 b BEP Harga - Tot Prod./thn kg Artinya Tiik impas harga terjadi Rp c FRR x100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 413,2 % 413,2 % d PPC x 1 thn ,24 thn Artinya Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,24 thn.

45 4.15. Analisa Usaha Pembenihan Udang Windu Skala Kecil 41 Biaya /biaya tetap : 1. Asumsi penyusutan lahan 5 tahun seluas 1000m Asumsi penyusutan bak larva 100 m3 usia teknis 5 tahun Asumsi Penyusutan bak kultur artemia 2 m3, usia teknis 5 tahun Asumsi penyustan bak filter dan penampungan air 50 m Pompa sedot dari laut 2 RPM tinggi, 1 buah Pompa distribusi ke bak larva dan bak plankton, 2 RPM rendah Blower, Hiblow 100 W Genset Watt, 1 buah Jaringan aerasi 1 unit Jaringan air 1 unit Jaringan listrik 1 unit Asumsi penyusutan Rumah pompa dan blower, 1 unit, 5 tahun Asumsi penyusutan gudang 1 unit, usia teknis 5 tahun Asumsi penyusutan peralatan lapangan 1 unit, usia teknis 5 tahun 15. Asumsi penyusutan peralatan laboratorium 1 unit, usia teknis 5 tahun Asumsi penyusutan peralatan kantor 1 unit Asumsi penyusutan pagar keliling dan pos jaga 1 unit Asumsi biaya perijinan Jumlah

46 42 Biaya Operasional : 1. Nauplius Pakan larva Z-M Pakan larva M PL Pakan larva Artemia Bahan kimia (kaporit, pupuk dll 1 paket Tenaga kerja 1 paket Sumber energi + BBM Biya analisa sampel larva Biaya panen Jumlah Biaya operasional untuk 12 siklus per tahun Jumlah Biaya () (TFC+TVC) Rp Hasil/pendapatan Rp. 35 Rp (Produksi /siklus) (TR-) Rp Rp Rp a. B/C Ratio TR ,26 B/C lebih dari 1 berarti layak untuk dijalankan, setiap pengeluaran Rp Artinya 1 akan menghasilkan Rp. 1,26 b. BEP Harga --- Tot Prod./thn ek 27,86

47 43 Artinya Tiik impas harga terjadi Rp. 27,86 c. FRR x100 % Artinya Kepercayaan terhadap usaha ini adalah 118 % 118 % d PPC Rp x 1 thn Rp ,85 thn Artinya : Asumsi pengembalian kridit usaha ini adalah 0,85 thn.

48 44 DAFTAR PUSTAKA Adiwijaya, D, dkk, Budidaya Udang Sistem Tertutup, Departemen Kelautan Dan Perikanan, Direktur jenderal Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Anonim, Media Budidaya Air Payau, Departemen Kelautan dan Perikanan, DiRektorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara, Busman Saleh, Materi pelatihan analisa Usaha untuk Petani Tambak Kutai Timur Kalimantan timur, Idriyanto, G., Basri, Manajemen Keuangan, BPFE Yogyakarta, Khairunan, Amri Khairul, Budidaya Udang Galah secara Intensif, Agromeda Pustaka, Suad Husnan, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan, BPFE Yogyakarta,1996. Munawir, Analisa Keuangan, Liberty Yogyakarta, 1997

ANALISIS USAHA PADA USAHA TAMBAK UDANG WINDU BERKAT YAKIN DI DESA PENAMPI KABUPATEN BENGKALIS

ANALISIS USAHA PADA USAHA TAMBAK UDANG WINDU BERKAT YAKIN DI DESA PENAMPI KABUPATEN BENGKALIS 1 ANALISIS USAHA PADA USAHA TAMBAK UDANG WINDU BERKAT YAKIN DI DESA PENAMPI KABUPATEN BENGKALIS Kartika Sari 1, Makhdalena 2, Hendripides 3 Email : Skartika948@gmail.com No. Hp : 081275033536 Program Studi

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis/Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Lampiran 2. Petunjuk penggunaan model pasokan bahan baku yang dibangun dalam Powersim Studio 2005

Lampiran 2. Petunjuk penggunaan model pasokan bahan baku yang dibangun dalam Powersim Studio 2005 104 Lampiran 2. Petunjuk penggunaan model pasokan bahan baku yang dibangun dalam Powersim Studio 2005 1. Silakan buka software Powersim Studio 2005 yang telah diinstal dengan cara klik Start, kemudian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

Bab XIII STUDI KELAYAKAN Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN.  (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan sektor agribisnis yang hingga saat ini masih memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Indonesia. Dari keseluruhan total ekspor produk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VIII. ANALISIS PENDAPATAN USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 8.1. Analisis Biaya Usaha Pembesaran Lele Dumbo CV Jumbo Bintang Biaya merupakan suatu hal penting yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

VII. IMPLEMENTASI MODEL

VII. IMPLEMENTASI MODEL VII. IMPLEMENTASI MODEL A. HASIL SIMULASI Simulasi model dilakukan dengan menggunakan data hipotetik berdasarkan hasil survey, pencarian data sekunder, dan wawancara di lapangan. Namun dengan tetap mempertimbangkan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Destriyuliani054@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015

PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015 PETUNJUK TEKNIS PERCONTOHAN PERIKANAN BUDIDAYA MELALUI TUGAS PEMBANTUAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA 2015 1 SAMBUTAN Peningkatan produksi di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk, kebutuhan masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pembangunan Bangsa Indonesia bidang ekonomi telah mendapat prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya persaingan di berbagai bidang usaha. Hal ini membuat para usahawan dengan teliti mencari

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA. Hendrik 1) ABSTRAK ANALISIS USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN DI KECAMATAN PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH SUMATERA UTARA Hendrik 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Diterima : 25

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.02/MEN/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2

GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 GAMBAR KAWASAN TAMBAK 74,2 PROFIL KELOMPOK Nama Kelompok : Pokdakan 74,2 Alamat : Desa kandangsemangkon Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan Tgl. Pembentukan : 10 Juni 2006 Jumlah Anggota : 12 Orang Komoditas

Lebih terperinci

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi Kebijakan Perikanan Budidaya Riza Rahman Hakim, S.Pi Reflection Pembangunan perikanan pada dasarnya dititikberatkan pada perikanan tangkap dan perikanan budidaya Pada dekade 80-an perikanan budidaya mulai

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province.

Business analysis floating net cages, prospects and problems development in Nagari Tanjung Sani West Sumatra Province. JURNAL PERIKANAN DAN KELAUTAN ISSN 0853-7607 ANALISIS USAHA KERAMBA JARING APUNG, PROSPEK DAN KENDALA PENGEMBANGANNYA DI NAGARI TANJUNG SANI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT Business analysis floating

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT KETAHANAN PANGAN DAN ENERGI DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2009, hlm 1 14 ISSN 0126-4265 Vol. 37. No.1 1 Berkala The Influence Perikanan Of Terubuk, Injection Februari Ovaprim 2009, hlm 86 92 Berkala Perikanan Terubuk Vol 37

Lebih terperinci

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN PENGELOLAAN PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH KERITING DI KELURAHAN SETERIO KECAMATAN BANYUASIN III KABUPATEN BANYUASIN Rafeah Abubakar 1, Harniatun Iswarini 1, Meliana Sari 2 1 Dosen Agribisnis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi penduduk dunia pertengahan 2012 mencapai 7,058 milyar dan diprediksi akan meningkat menjadi 8,082 milyar pada tahun 2025 (Population Reference Bureau, 2012).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. sistem desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan sistem pemerintahan Indonesia dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi bertujuan untuk meningkatkan kemandirian daerah. Salah satu jalan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perikanan budidaya diyakini memiliki kemampuan untuk menciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan (pro-poor), menyerap tenaga kerja (pro-job) serta

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR

PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR PROPOSAL BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR (CCD-IFAD) TAHUN 2014 OLEH KELOMPOK MASYARAKAT PESISIR NO PARAMETER URAIAN 1 Kabupaten/Kota Kota Makasaar 2 Kecamatan/Desa Kelurahan

Lebih terperinci

PT. SAY GROW INDONESIA

PT. SAY GROW INDONESIA GROWPAL adalah aquaculture investment digital platform pertama di Indonesia yang mempertemukan antara Backers (pemilik modal/investor/sponsor), pemilik lahan, petani/ peternak perikanan dan pembeli hasil

Lebih terperinci

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS

PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS PRINSIP BUDIDAYA UDANG VANAME Litopenaeus vannamei DI TAMBAK DENGAN TEKNOLOGI EKSTENSIF PLUS Hidayat Suryanto Suwoyo, S.Pi, M.Si Disampaikan pada Bimbingan Teknologi Budidaya Air Payau Bagi Penyuluh Perikanan

Lebih terperinci

PT. SAY GROW INDONESIA

PT. SAY GROW INDONESIA GROWPAL adalah aquaculture investment digital platform pertama di Indonesia yang mempertemukan antara Backers (pemilik modal/investor/sponsor), pemilik lahan, petani/ peternak perikanan dan pembeli hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI. Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN KERAPU KECAMATAN GEROKGAK, KABUPATEN BULELENG, BALI Oleh: NI WAYAN NARITA SUGAMA A14104079 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Agung Pamuji Rahayu*

DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN. Agung Pamuji Rahayu* DAYA DUKUNG LAHAN TAMBAK BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinepelus spp) DI KECAMATAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN Agung Pamuji Rahayu* *Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran no. 53A Lamongan

Lebih terperinci

Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau Oleh Dian Mayasari 1), Darwis 2) dan Hamdi Hamid 2) Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN : 2089-8592 ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG Khairunnisyah Nasution Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara Jl. Karya Bakti

Lebih terperinci

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani

Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Perhitungan Biaya, Pendapatan & Analisis Kelayakan Usahatani Pendekatan Analisis biaya dan Pendapatan Pendekatan nominal (nominal approach) Pendekatan nilai yang akan datang (Future value approach)

Lebih terperinci

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2

PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROSPEK USAHA TAMBAK DI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Oleh : Hamdani

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci