VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan pengusahaan budidaya ikan bawal air tawar dilakukan untuk mengetahui apakah pengusahaan ikan bawal air tawar yang dilakukan Sabrina Fish Farm layak dan menguntungkan secara finansial. Kriteria-kriteria penilaian investasi yang digunakan dalam analisis finansial ini terdiri dari; NPV, IRR, Net B/C dan Payback period. Untuk menganalisis empat kriteria penilaian investasi tersebut, digunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh Sabrina Fish Farm selama umur proyek yaitu 10 tahun. Penentuan umur proyek berdasarkan umur ekonomis dari bangunan dan kolam Arus Biaya (Outflow) Arus pengeluaran (outflow) pada pengusahaan ikan bawal air tawar Sabrina Fish Farm terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama masa proyek Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum usaha dijalankan. Biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha di Sabrina Fish Farm secara keseluruhan. Umur ekonomis dari pengusahaan ikan bawal air tawar Sabrina Fish Farm adalah 10 tahun, melihat kondisi bangunan dan peralatan yang diperkirakan memiliki ketahanan 10 tahun. Rincian biaya-biaya investasi yang dikeluarkan pada pengusahaan ikan bawal air tawar masing-masing skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 4.

2 Tabel 4. Jumlah Investasi Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar pada Masingmasing Skenario Usaha Selama Satu Tahun No. Uraian Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 1 Lahan 70,000,000 70,000,000 70,000, konstruksi kolam induk 60,000,000 60,000,000 60,000, Kontruksi Petak 9,000,000 9,000,000 Pendederan 4 Konstruksi bangunan 50,000,000 50,000,000 50,000, Instalasi listrik 2,000,000 2,000,000 2,000, Akuarium 10,000,000 10,000,000 10,000,000 7 Pengadaan Induk 40,800,000 30,600,000 30,600,000 8 Bak fiber 6,000,000 3,000,000 3,000,000 9 Terpal 200, , , Pompa air sumur 1,200, , , Pompa air kolam Torend 800, , , Blower 2,000,000 2,000,000 2,000, Genset 3,000,000 1,500,000 1,500, Kompor gas 300, , , Tabung gas 1,800,000 1,800,000 1,800, Pompa air kolam 4,000,000 1,500,000 1,500, Pipa paralon 100, , , Selang aerator 400, , , Selang air 30,000 30,000 30, Infus 50,000 50,000 50, DOP 30,000 30,000 30, Galon artemia 80,000 80,000 80, Tabung konikel 400, , , Jaring Happa 200, , , Jaring induk 500, , , Baskom kecil 100, , , Baskom sedang 40,000 40,000 40, Kateter 20,000 20,000 20, Corong penyaring telur 30,000 30,000 30, Serokan telur 20,000 20,000 20, Serokan larva 40,000 40,000 40, Jerigen bensin 20,000 20,000 20, Bangku plastik' 20,000 20,000 20, Lampu listrik 150, , , Kasur 500, , , Bantal 50,000 50,000 50, TV 14 inchi 1,000,000 1,000,000 1,000, Lemari pakaian 600, , , Total Investasi 277,640, ,640, ,640, ,640,000 Keterangan : Skenario 1 : Usaha pembenihan ikan bawal air tawar Skenario 2 : Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar Skenario 3 : Usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar Skenario 4 : Usaha pembesaran ikan bawal air tawar Dari keempat skenario diatas, usaha yang sudah ada di lapang adalah usaha pembenihan ikan bawal air tawar, kombinasi pembenihan dan pendederanikan bawal air tawar serta pembesaran ikan bawal air tawar, sedangkan 62

3 untuk usaha kombinasi dari pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal belum ada di lapang Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya-biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari pengusahaan ikan bawal air tawar di Sabrina Fish Farm. Biaya tersebut dikeluarkan secara berkala selama usaha tersebut berjalan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan selama satu tahun dengan ada atau tidak adanya produksi. Biaya tetap tidak berubah walaupun volume produksi berubah. Biaya tetap yang dikeluarkan untuk pengusahaan ikan bawal air tawar terdiri gaji karyawan, biaya makan karyawan, PBB, abodemen listrik, perawatan, penyusutan dan keamanan, kebersihan dan perairan. Tabel 5. Jumlah Biaya Tetap Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar pada Masingmasing Skenario Usaha Selama Satu Tahun Skenario Skenario No. Uraian Skenario 1 Skenario Pajak Bumi dan Bangunan 2 Gaji Karyawan , Konsumsi Karyawan Abodemen Listrik Keamanan, kebersihan dan perairan 6 Perawatan Penyusutan Total Biaya Tetap Keterangan : Skenario 1 : Usaha pembenihan ikan bawal air tawar Skenario 2 : Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar Skenario 3 : Usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar Skenario 4 : Usaha pembesaran ikan bawal air tawar Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya biaya tetap pada pengusahaan ikan bawal air tawar akan meningkat sebanding dengan semakin luasnya usaha yang dijalankan. Besarnya nilai biaya tetap skenario 1 (usaha pembenihan ikan bawal air tawar) yaitu sebesar Rp , skenario 2 (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) sebesar Rp

4 dan sebesar Rp pada skenario 3 (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar)serta skenario 4 (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp Biaya tetap yang paling dominan pada pengusahaan ikan bawal air tawar adalah komponen gaji karyawan. Hal ini dikarenakan, semakin luas usaha yang dijalankan, akan memerlukan tenaga kerja yang lebih banyak, sedangkan nilai biaya perijinan, abodemen listrik dan biaya keamanan, kebersihan dan perairan pada ketiga skenario usaha diatas memiliki nilai yang sama. Nilai komponen biaya penyusutan juga akan semakin besar dengan luas usaha yang dijalankan. Kondisi ini dikarenakan adanya hubungan korelasi positif antara biaya penyusutan dengan nilai investasi. Dapat dilihat pada Tabel 5, biaya penyusutan untuk skenario 1 (usaha pembenihan ikan bawal air tawar) sebesar Rp , skenario 2 (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) yaitu Rp dan skenario 3 (usaha penbenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp serta skenario 4 (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp , sedangakan untuk nilai komponen biaya makan karyawan dan biaya perawatan juga akan semakin besar dengan luas usaha yang dijalankan. 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah suatu biaya yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume atau kegiatan produksi berubah, beberapa biaya variabel yang dibutuhkan adalah hormon ovaprim, elbazu, karet gelang, kantong plastik, jarum suntik, gas, garam, bensin, pakan Artemia, pakan induk, listrik, pupuk organik, pakan untuk pendederan, pakan untuk pembesaran, pupuk urea, kapur, tabung gas 3 kg, listrik dan bonus. Rincian jumlah biaya variabel pada masingmasing skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 6. 64

5 Tabel 6. Jumlah Biaya Variabel Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar pada Masing-masing Skenario Usaha Selama Satu Tahun No. Uraian Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 1 Ovaprim Elbazu Karet gelang Kantong plastik Jarum suntik Gas Garam Bensin Artemia Pakan ikan induk (pelet) Pupuk organik Pakan untuk pendederan Pakan untuk pembesaran Pupuk urea Kapur Isi tabung gas 3 kg Listrik Bonus Total Biaya Variabel Keterangan : Skenario 1 : Usaha pembenihan ikan bawal air tawar Skenario 2 : Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar Skenario 3 : Usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar Skenario 4 : Usaha pembesaran ikan bawal air tawar a. Hormon Ovaprim Ikan bawal air tawar sampai saat ini belum bisa dipijahkan secara alami. Pemijahan baru dapat dilakukan dengan pemijahan buatan. Untuk pemijahan buatan ini, diperlukan hormon yang dapat merangsang terjadinya ovulasi telur. Hormon perangsang yang digunakan Sabrina Fish Farm adalah ovaprim. Ovaprim adalah berbentuk Hipofisa, merupakan suatu kelenjar dalam tubuh yang dapat digunakan sebagai hormon perangsang dalam pembenihan buatan ikan. Kelenjar hopofisa mengandung dua hormon, yaitu LH (lituizing hormone) dan FSH (folicel stimulating hormone). LH berfungsi sebagai pengatur ovulasi, sedangkan FSH berfungsi untuk meningkatkan perkembangan dan kematangan telur. Dosis yang digunakan untuk induk betina 0,8 ml/kg sedangkan induk jantan 0,5 ml/kg dan dalam satu botol berisi 10 ml dengan harga Rp Jika rata-rata berat induk betina 4 kg maka kebutuhan ovaprim per sekali pemijahan adalah 2,8 ml, 65

6 sedangkan untuk induk jantan rata-rata beratnya adalah 4 kg dengan dosis 0,5 per ekor. Satu tahun pemijahan terdiri dari 204 ekor induk betina maka kebutuhan ovaprim sebanyak 652,8 ml atau 66 botol sedangkan untuk induk jantan 408 ekor dibutuhkan ovaprim sebanyak 204 ml atau 20 botol. Total kebutuhan ovaprim per tahun adalah 86 botol, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan ovaprim sebesar Rp b. Biaya Pakan Induk Pakan pelet merupakan pakan buatan berbentuk pelet yang diberikan untuk induk di kolam pemeliharaan. Jenis pakan pelet yang diberikan adalah pakan tenggelam karena ikan bawal air tawar biasanya lebih menyukai makan di bagian tengah kolam. Pakan pelet yang digunakan oleh Sabrina Fish Farm adalah pakan merk Laju dengan berat pakan 1 bal adalah 50 kg dengan harga Rp per bal. Pakan pelet ini mengandung berbagai zat gizi seperti protein, vitamin dan energi. Pakan pelet selama satu tahun sebanyak 48 bal, sehingga biaya untuk pakan pelet sebesar Rp Pakan untuk pendederan ikan bawal air tawar sebesar Rp , selama pendederan benih diberi pakan buatan berupa pelet dengan dosis 3-5 persen dari berat badan ikan, sedangkan untuk pakan pembesaran skenario ketiga biaya yang dikeluarkan sebesar Rp dan untuk pakan pembesaran pada scenario keempat sebesar Rp c. Biaya Artemia Artemia merupakan pakan bagi larva bawal karena umur produksi (PL4), larva tidak bisa memakan pakan lain selain artemia yang disebabkan bukaan mulutnya masih terlalu kecil. Artemia adalah kutu air dengan ciri khasnya, berbentuk tubuh pipih ke samping, dinding tubuh bagian punggung membentuk suatu lipatan sehingga menutupi bagian tubuh beserta anggota-anggota tubuh pada kedua sisinya. Bentuk tubuhnya ini tampak seperti sebuah cangkang kerangkerangan. Cangkang di bagian belakang membentuk sebuah kantong yang berguna sebagai tempat penampungan dan perkembangan telur. Artemia yang digunakan Sabrina Fish Farm berbentuk telur yang harus dikultur terlebih dahulu menjadi naupli artemia sebelum diberikan pada larva. Artemia yang biasa 66

7 digunakan Sabrina Fish Farm adalah artemia kemasan kaleng berukuran 450 gram merk Sanders dengan harga Rp per kaleng dan kebutuhan per tahun 21 kaleng sehingga biaya yang diperlukan sebesar Rp d. Biaya pemakaian Listrik dan Bensin Sumber tenaga listrik yang digunakan dalam kegiatan ini berasal dari PLN dengan daya 1300 watt, sumber energi tersebut digunakan untuk penerangan, mesin air dan blower. Pengeluaran biaya listrik per tahun Rp Bensin digunakan sebagai bahan bakar bagi mesin genset untuk mengganti arus listrik jika padam atau ada gangguan. Dalam setahun diperlukan biaya untuk bensin sebesar Rp e. Bonus Karyawan Pemberian bonus untuk karyawan sebesar delapan persen dari penjualan larva ikan bawal air tawar. Pemberian bonus tergantung produksi yang dihasilkan jika produksi tinggi bonus pun lebih tinggi, sedangkan bila produksi turun maka akan sebaliknya. Satu tahun bonus untuk tiga karyawan pada skenario 1 (usaha pembenihan ikan bawal air tawar) sebesar Rp , sehingga setiap karyawan mendapatkan bonus per tahun sebesar Rp , sedangkan bonus untuk karyawan pada skenario 2 (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) yaitu Rp dan untuk skenario 3 (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp skenario 4 (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp f. Isi Kompor Gas Isi gas kompor digunakan untuk menghidupkan kompor sebanyak tiga buah yang berfungsi untuk meningkatkan suhu ruang pemeliharaan larva. Kebutuhan gas isi ulang per tahun sebanyak 816 dengan harga Rp per tabung, sehingga biaya yang dibutuhkan sebesar Rp

8 g. Obat-obatan dan Garam Elbazu digunakan untuk penyegar dan pencegah stress pada larva baik diberikan pada saat di akuarium pemeliharaan maupun dalam proses pengepakan larva. Obat ini berbentuk serbuk yang terbungkus berbentuk sachet dan jika dipakai dengan cara memberikan air secukupnya didalam wadah. Setahun membutuhkan 120 Elbazu dan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp Garam digunakan untuk bahan tambahan dalam kultur artemia, tujuan dari pemberian garam ini adalah untuk membunuh bakteri pada ikan bawal dan mempercepat pematangan telur artemia menjadi naupli artemia, total selama setahun Rp h. Biaya Plastik, Karet dan Jarum Suntik Kantong plastik digunakan untuk pengiriman secara tertutup, dimana larva dimasukkan ke dalam kantong plastik sebanyak ekor kemudian diberi oksigen. Harga satu kilogram kantong plastik merk Bawang adalah Rp yang berisi 15 buah. Kebutuhan plastik untuk mengepak larva sebanyak ekor dibutuhkan 967 kilogram kantong plastik, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kantong plastik pada skenario 1 (usaha Pembenihan ikan bawal air tawar) sebesar Rp Biaya plastik yang dikeluarkan pada usaha 2 (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) dan skenario 3 (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) yaitu Rp serta skenario 4 (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp Karet berfungsi untuk mengikat plastik yang telah diisi oksigen, kebutuhan karet pertahun sebanyak 36 pack dengan harga satu pack Rp sehingga kebutuhan biaya untuk pembelian karet pada skenario 1 sebesar Rp , sedangkan untuk skenario 2 dan skenario 3 yaitu Rp dan skenario 4 Rp Jarum suntik berfungsi untuk menyuntikan hormon ovaprim ke induk ikan bawal air tawar sebelum proses pemijahan. Gas oksigen digunakan untuk pengepakan pendederan ikan bawal air tawar, biaya yang dikeluarkan untuk pengisian gas oksigen pada skenario 1sebesar 68

9 Rp dan untuk skenario 3 sebesar Rp Jarum suntik yang dibutuhkan satu tahun hanya satu pack dengan harga Rp Arus Penerimaan (Inflow) 1. Pendapatan Penjualan Penerimaan dalam kegiatan pembenihan ikan bawal air tawar di Sabrina Fish Farm dihasilkan dari jumlah penjualan larva ikan bawal air tawar dengan harga jual Rp 8 per ekor. Sabrina Fish Farm melakukan pemijahan sebanyak 10 kali perbulan pada musim baik (Oktober-Juni) dan delapan kali perbulan pada musim sulit (Juli-September). Pada setiap pemijahan dilakukan dua pasang induk ikan bawal air tawar yang dipijahkan, yaitu dua induk betina dan delapan induk jantan. Satu pasang terdiri dari satu induk betina dan empat induk jantan. Fekunditas atau kemampuan menghasilkan telur satu ekor induk betina pada musim baik menghasilkan butir telur dengan derajat pembuahan (fertilization rate/fr) 90 persen sehingga telur yang dibuahi sebanyak butir. Derajat penetasan (Hatching rate/hr) 85 persen yang akan menghasilkan larva ekor yang terbuahi. Larva yang hidup memiliki kemampuan hidup (Survival rate/sr) sebanyak 70 persen, sehingga larva yang hidup sampai siap dijual sebanyak ekor, sedangkan untuk musim sulit FR 80 persen dengan telur yang dibuahi sebanyak , untuk HR sebesar 75 persen sehingga menghasilkan larva ekor yang terbuahi, sedangkan SR 50 persen dengan larva yang hidup sampai siap dijual sebanyak ekor. Jumlah induk betina yang dipijahkan pada musim baik perbulan 20 pasang yang terdiri dari induk betina 20 ekor dan induk jantan 80 ekor, sedangkan pada musim sulit sebanyak delapan pasang yang dipijahkan, terdiri dari delapan induk betina dan 32 induk jantan, sehingga jumlah induk yang dipijahkan dalam satu tahun sebanyak 204 pasang. Produksi yang dihasilkan dalam satu tahun dari 204 pasang yaitu 180 pasang x larva sebesar ekor larva dan 24 pasang x sebesar ekor larva. Jumlah produksi pembenihan ikan bawal air tawar sebesar ekor larva. Penerimaan dari usaha pembenihan ikan bawal air tawar dari x Rp 8 per ekor adalah Rp

10 Skenario 2 (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) penerimaan yang diterima selama setahun sebesar Rp , dengan perhitungan larva yang dihasilkan sebanyak ekor dijual dengan harga Rp 8 per ekor dan benih yang dihasilkan sebanyak ekor dijual dengan harga Rp 150 per ekor, sedangkan untuk skenario 3 (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp , dengan perhitungan larva yang dijual ekor dan benih yang dijual sebanyak ekor serta ikan konsumsi yang dijual sebanyak kg dengan harga jual ikan konsumsi Rp 8.000/kg. Skenario 4 (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp , dengan perhitungan ikan konsumsi yang dijual sebanyak kg dengan harga jual ikan konsumsi Rp 8.000/kg. Pajak penghasilan usaha yang digunakan adalah 25 persen, sehingga keuntungan setelah pajak dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini. Tabel 7. Perhitungan Rugi Laba Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar pada Masing-masing Skenario Usaha Selama Satu Tahun No. Uraian Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 1. Penjualan (Rp) Biaya Variabel (Rp) Biaya Tetap (Rp) Total Biaya(Rp) Keuntungan (Rp) Pajak (25%) Keuntungan Setelah Pajak (Rp) Keterangan : Skenario 1 : Usaha pembenihan ikan bawal air tawar Skenario 2 : Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar Skenario 3 : Usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar Skenario 4 : Usaha pembesaran ikan bawal air tawar 2. Nilai Sisa Nilai sisa adalah semua biaya modal yang tidak habis digunakan selama umur usaha (Gittinger, 1986). Nilai sisa yang terdapat dalam pengusahaan ikan bawal air tawar ini menjadi tambahan manfaat bagi proyek. Jumlah nilai sisa hanya pada biaya pengadaan induk dari skenario I (usaha pembenihan ikan bawal air tawar) sebesar Rp , jumlah nilai sisa pada skenario II (Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) sebesar Rp dan 70

11 jumlah nilai sisa skenario III (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) sebesar Rp serta jumlah nilai sisa skenario IV (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) tidak ada karena pada skenario keempat tidak ada biaya pengadaan induk Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Dalam analisis finansial kriteria kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan proyek yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP). Pada analisis kelayakan finansial digunakan tiga skenario yaitu skenario pertama dengan usaha pembenihan ikan bawal air tawar, skenario kedua dengan kombinasi dua usaha; pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar dan skenario ketiga kombinasi tiga usaha; pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar, skenario empat ; pembesaran ikan bawal air tawar. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tujuh persen, ini berdasarkan suku bunga deposito Bank Rakyat Indonesia (BRI) tahun Kelayakan Finansial Skenario I (Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar) Skenario I larva ikan bawal air tawar yang dihasilkan Sabrina Fish Farm seluruhnya dijual ke pasar. Perhitungan kelayakan ini menggunakan manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setiap tahunnya. Hasil analisis kelayakan finansial pembenihan ikan bawal air tawar (skenario I) dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Sabrina Fish Farm Skenario I No Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp Net B/C 1,69 3 IRR 20 persen 4 Payback Period 4 tahun 2 bulan Berdasarkan nilai dari keempat kriteria investasi (Tabel 10) dapat kita lihat bahwa usaha pembenihan ikan bawal air tawar memperoleh NPV lebih besar dari 71

12 nol yaitu sebesar Rp , artinya usaha ini layak untuk dijalankan, sedangkan nilai Net B/C sebesar 1,69 lebih besar dari satu yang berarti dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,69 rupiah dan usaha ini layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 20 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar tujuh persen, artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi sebesar 4 tahun 2 bulan. Rincian perhitungan cashflow usaha pembenihan ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Lampiran Kelayakan Finansial Skenario II (Usaha Pembenihan dan Pendederan Ikan Bawal Air Tawar) Untuk skenario II, larva ikan bawal air tawar yang diproduksi Sabrina Fish Farm hanya 80 persen yang dijual dipasar sedangkan sisanya yaitu 20 persen di usahakan untuk pendederan ikan bawal air tawar di Sabrina Fish Farm. Sehingga ada dua produk yang dihasilkan pada skenario II yaitu larva dan benih ikan bawal air tawar. Pada skenario II ada penambahan investasi untuk kontruksi petak pendederan, tabung oksigen, jaring happa dan serokan benih. Hasil analisis finansial skenario II kombinasi dari usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar diperoleh nilai NPV sebesar Rp , artinya usaha tersebut layak dijalankan, sedangkan nilai Net B/C sebesar 3,15 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,15 rupiah dan usaha ini layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 43 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar tujuh persen, artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi sebesar 2 tahun 2 bulan. Hasil dari empat kriteria analisis finansial dapat dilihat pada Tabel 9 dan rincian perhitungan cashflow usaha pembenihan ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Lampiran

13 Tabel 9. Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Sabrina Fish Farm Skenario II No Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp Net B/C 3,15 3 IRR 43 persen 4 Payback Period 2 tahun 2 bulan Kelayakan Finansial Skenario III (Usaha Pembenihan, Pendederan dan Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar) Pada skenario III larva ikan bawal air tawar yang diproduksi Sabrina Fish Farm hanya 80 persen yang dijual dipasar, sedangkan sisanya yaitu 20 persen di usahakan untuk pendederan kemudian 0,8 persen dari hasil pendederan diusahakan untuk pembesaran ikan bawal air tawar, hal ini dikarenakan keterbatasan lahan di Sabrina Fish Farm. Skenario III menghasilkan tiga produk yang dapat dijual yaitu larva, benih dan ikan bawal air tawar ukuran konsumsi. Pada skenario III ada penambahan investasi untuk kontruksi petak pembesaran dan jaring induk. Hasil analisis finansial skenario III kombinasi dari usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar diperoleh nilai NPV sebesar Rp , artinya usaha tersebut layak dijalankan, sedangkan nilai Net B/C sebesar 3,08 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 3,08 rupiah dan usaha ini layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 42 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar tujuh persen, artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi sebesar 2 tahun 3 bulan. Hasil dari empat kriteria analisis finansial dapat dilihat pada Tabel 10 dan rincian perhitungan cashflow usaha pembenihan ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Lampiran

14 Tabel 10. Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Sabrina Fish Farm Skenario III No Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp Net B/C 3,1 3 IRR 42 persen 4 Payback Period 2 tahun 3 bulan Kelayakan Finansial Skenario IV (Usaha Pembesaran Ikan Bawal Air Tawar) Hasil analisis finansial skenario IV yang merupakan kegiatan usaha pembesaran ikan bawal air tawar diperoleh nilai NPV sebesar Rp , artinya usaha tersebut layak dijalankan, sedangkan nilai Net B/C sebesar 1,38 lebih besar dari satu yang berarti, dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan selama umur proyek mampu menghasilkan manfaat bersih sebesar 1,38 rupiah dan usaha ini layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 15 persen lebih besar dari tingkat suku bunga deposito sebesar tujuh persen, artinya investasi di usaha ini lebih menguntungkan dibandingkan deposito, sedangkan waktu yang diperlukan untuk pengembalian total investasi sebesar 5 tahun 2 bulan. Hasil dari empat kriteria analisis finansial dapat dilihat pada Tabel 11 dan rincian perhitungan cashflow usaha pembenihan ikan bawal air tawar dapat dilihat pada Lampiran 24. Tabel 11. Kelayakan Finansial Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar Sabrina Fish Farm Skenario IV No Kriteria Investasi Nilai 1 NPV Rp Net B/C 1,38 3 IRR 15 persen 4 Payback Period 5 tahun 2 bulan 7.4. Analisis Switching Value Analisis switching value dilakukan dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan untuk skenario I (usaha pembenihan ikan bawal air tawar) yaitu kenaikan harga hormon ovaprim, kenaikan total biaya variabel dan 74

15 penurunan harga larva ikan bawal air tawar. Skenario II (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) parameter yang digunakan adalah kenaikan harga pakan pelet, kenaikan total biaya variabel dan penurunan harga larva dan benih ikan bawal air tawar, sedangkan untuk skenario III (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) parameter switching value yang digunakan ialah kenaikan harga pakan pelet, kenaikan total biaya variabel dan penurunan harga larva, benih dan ikan bawal air tawar ukuran konsumsi, sehingga keuntungan mendekati normal, dimana NPV mendekati nol atau sama dengan nol atau bisa juga menggunakan parameter IRR sama dengan tingkat suku bunga. Skenario I (usaha pembenihan ikan bawal air tawar), kenaikan harga hormon ovaprim masih dapat ditolerir sebesar 150 persen yaitu dari harga Rp per botol menjadi Rp per botol (Lampiran 10). Peningkatan total biaya variabel agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 41 persen (Lampiran 11), sedangkan pengusahan pembenihan ikan bawal air tawar masih dapat layak diusahakan apabila penurunan harga larva ikan bawal air tawar tidak melebihi 18 persen, yaitu dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 6,65 per ekor (Lampiran 12). Skenario II (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar), kenaikan harga pakan pelet masih dapat ditolerir sebesar 71 persen yaitu dari harga Rp per bal menjadi Rp 541,244 per bal (Lampiran 15). Peningkatan total biaya variabel agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 46 persen (Lampiran 16), sedangkan pengusahan pada skenario II masih dapat layak diusahakan apabila penurunan harga larva dan benih ikan bawal air tawar tidak melebihi 23,57 persen, yaitu untuk harga larva dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 6 per ekor, sedangkan untuk benih dari harga Rp 150 per ekor menjadi Rp 115 per ekor (Lampiran 17). Skenario III (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar), kenaikan harga pakan pelet masih dapat ditolerir sebesar 59 persen yaitu dari harga Rp per bal menjadi Rp per bal (Lampiran 20). Peningkatan total biaya variabel agar usaha tersebut masih layak diusahakan sampai 41 persen (Lampiran 21), sedangkan pengusahan pada skenario III masih dapat layak diusahakan apabila penurunan harga larva, benih dan ikan bawal air 75

16 tawar ukuran konsumsi tidak melebihi 22,44 persen, yaitu untuk harga larva dari harga Rp 8 per ekor menjadi Rp 6 per ekor, sedangkan untuk benih dari harga Rp 150 per ekor menjadi Rp 116 per ekor dan ikan bawal air tawar ukuran konsumsi dari harga Rp per kg menjadi Rp per kg (Lampiran 22). Skenario IV (usaha pembesaran ikan bawal air tawar), kenaikan harga pakan pelet yang masih dapat ditolerir sebesar 15 persen yaitu dari harga Rp per bal menjadi Rp per bal (Lampiran 25). Peningkatan total biaya variabel agar usaha tersebut masih layak diusahakan maksimum sampai 10 persen (Lampiran 26), sedangkan pengusahaan pembesaran ikan bawal air tawar masih dapat layak diusahakan apabila penurunan harga jual ikan bawal air tawar tidak melebihi 6,36 persen, yaitu dari harga Rp per kg menjadi Rp per kg (Lampiran 27). Rincian nilai Switching Value pada masing-masing skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 12. Analisis switching value terhadap penurunan harga output menunjukkan bahwa skenario II memiliki tingkat sensitivitas paling besar terhadap terjadinya penurunan harga. Bila ditinjau dari nilai switching value terjadinya kenaikan harga input yang ditunjukkan dengan peningkatan total biaya operasional maka skenario II lebih baik dibandingkan dengan skenario I, III dan IV. Tabel 12.Nilai Switching Value Pengusahaan Ikan Bawal Air Tawar pada Masingmasing Skenario Usaha No. Uraian Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 1 Penurunan harga output 17 % 23,57 % 22,44 % 6,36 % 2 Kenaikan harga Hormon Ovaprim 150 % 3 Kenaikan harga pakan 71 % 59 % 15 % pelet 4 Kenaikan total biaya 41% 46 % 41 % 10 % variabel Keterangan : Skenario 1 : Usaha pembenihan ikan bawal air tawar Skenario 2 : Usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar Skenario 3 : Usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar Skenario 4 : Usaha pembesaran ikan bawal air tawar 76

17 7.5. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas melihat kelayakan suatu bisnis akibat dari perubahanperubahan yang mempengaruhi kelayakan bisnis tersebut. Dari wawancara ke para pengusaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar, diperoleh kenaikan harga pakan sebesar 10 persen pertahunnya mulai tahun Berdasarkan Tabel 13 dapat diperoleh nilai NPV, IRR, Net B/C dan Payback periode pada keempat skenario pengembangan pengusahaan ikan bawal air tawar yang diukur sensitivitasnya karena kenaikan harga pakan sebesar 10 persen per tahunnya. Tabel 13. Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan Sebesar 10 persen per tahun pada masing-masing Skenario No Kriteria Investasi Skenario I Skenario II Skenario III Skenario IV 1 NPV (Rp) ( ) 2 IRR 18% 28% 21% 3 Net B/C 1,55 1,61 1,28 0,10 4 Payback Period 4,36 2,40 2,52 Berdasarkan perhitungan sensitivitas diatas diperoleh beberapa informasi bahwa, untuk skenario I (usaha pemebnihan ikan bawal air tawar) diperoleh NPV sebesar Rp dan IRR 18 persen. Pada skenario II (usaha pembenihan dan pendederan ikan bawal air tawar) diperoleh NPV sebesar Rp dan IRR 28 persen, sedangkan untuk skenario III (usaha pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan bawal air tawar) diperoleh NPV sebesar Rp dan IRR 21 persen. Menunjukkan nilai bisnis untuk ketiga skenario ini layak dijalankan karena telah memenuhi kriteria kelayakan investasi. Sedangkan pada skenario ke IV (usaha pembesaran ikan bawal air tawar) diperoleh NPV Rp dan Net B/C 0,10, menunjukkan nilai bisnis untuk skenario ini tidak layak dijalankan karena tidak memenuhi kriteria kelayakan investasi. Berdasarkan nilai yang diperhitungkan pada kondisi keempat skenario setelah terjadi kenaikan harga pakan, menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang sangat signifikan pada skenario I, II dan III, namun untuk skenario ke IV sangat sensitif terhadap kenaikan harga pakan sebesar 10 persen per tahunnya. 77

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 7.1 Penggunaan Input Produksi Pembenihan Ikan Patin Secara umum input yang digunakan dalam pembenihan ikan patin di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan Ben s Fish Farm mulai berdiri pada awal tahun 1996. Ben s Fish Farm merupakan suatu usaha pembenihan larva ikan yang bergerak dalam budidaya ikan konsumsi, terutama

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Biaya Investasi No Uraian Unit

Biaya Investasi No Uraian Unit LAMPIRAN Biaya Investasi No Uraian Unit Umur Ekonomis Harga Satuan Total Harga (Tahun) (Rp) (Rp) 1 Bangunan Kantor dan Gudang 1 5 5,000,000 5,000,000 2 Kolam Terpal a. Ukuran 10 m x 5 m 7 2 1,250,000 8,750,000

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan dapat mengunakan. Analisis finansial. Adapun kriteria kriteria penilaian investasi yang dapat digunakan yaitu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS Usaha Pembenihan Ikan Bawal Di susun oleh: Nama : Lisman Prihadi NIM : 10.11.4493 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 / 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan bawal merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi*

A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah Bangunan Peralatan Produksi Biaya Praoperasi* A Modal investasi Jumlah (Rp) 1 Tanah 150.000.000 2 Bangunan 150.000.000 3 Peralatan Produksi 1.916.100.000 4 Biaya Praoperasi* 35.700.000 B Jumlah Modal Kerja 1 Biaya bahan baku 7.194.196.807 2 Biaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari subset penelitian faktorial untuk mendapatkan dosis PMSG dengan penambahan vitamin mix 200 mg/kg pakan yang dapat menginduksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karekteristik Ikan Lele Dumbo Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa, baik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

No Keterangan Jumlah Satuan

No Keterangan Jumlah Satuan LAMPIRAN 64 Lampiran 1. Sarana dan prasarana No Keterangan Jumlah Satuan 1 Potensi Lahan 40.000 m 2 2 Kolam induk 300 m 2 2 unit 3 Kolam pemijahan 400 m 2 3 unit 4 Kolam pendederan I 400 m 2 12 unit 5

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA BBPBAT Sukabumi 2007 Daftar Isi 1. Penduluan... 1 2. Persyaratan Teknis... 2 2.1. Sumber Air... 2 2.2. Lokasi...

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) 1 Deskripsi METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan produksi massal benih ikan hias mandarin (Synchiropus splendidus),

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan Gonad di kolam tanah Budidaya ikan patin (Pangasius hypopthalmus) mulai berkemang pada tahun 1985. Tidak seperti ikan mas dan ikan nila, pembenihan Patin Siam agak sulit. Karena ikan ini tidak bisa memijah secara alami. Pemijahan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan 5.2 Lokasi

V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan  5.2 Lokasi V. GAMBARAN UMUM 5.1 Sejarah Perusahaan Arifin Fish Farm merupakan suatu usaha budidaya ikan hias air tawar khususnya ikan Black Ghost, Ctenopoma acutirostre, dan Patin (Pangasius sutchi). Usaha yang telah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1. Aspek Pasar Pasar merupakan suatu sekelompok orang yang diorganisasikan untuk melakukan tawar-manawar, sehingga dengan demikian terbentuk harga (Umar 2007).

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013. 3.2 Alat dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat-alat Penelitian

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Bawal Air Tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Bawal Air Tawar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Ikan Bawal Air Tawar Menurut asal-usulnya ikan bawal air tawar bukan asli dari Indonesia melainkan hasil introduksi dari negara Brazil. Mulanya ikan ini masuk ke

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4.

Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele. Periode 1 Periode 2 Periode 3. Periode 4. LAMPIRAN Lampiran 1. Pola Tanam Pengusahaan Pembenihan Ikan Lele Phyton Pada Usaha Gudang Lele Periode 1 Periode 2 Periode 3 Periode 4 Periode 5 Kolam Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan

Lebih terperinci

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR Analisa Biaya Manfaat Ikan Hias Air Tawar Layak tidaknya usaha dapat diukur melalui beberapa parameter pengukuran seperti Net Present Value (NPV),

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008

Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 LAMPIRAN 133 Lampiran 1. Impor Ikan Asap Dunia Tahun 2008 Lampiran 2. Volume Ekspor Ikan Asap Indonesia Tahun 2005-2008 No Tahun Volume Nilai Value Kenaikan (%) (kg) (US $) 1. 2005 6.384.755 12.278.787

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Proses pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam memperoleh data tentang gambaran umum perusahaan dilakukan dengan wawancara, kemudian dilanjutkan dengan pemberian file

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi

KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) Destri Yuliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Destriyuliani054@gmail.com Dedi Darusman 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari April 2010 sampai Januari 2011, di Laboratorium Pembenihan Ikan Ciparanje dan Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data VI METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Wisata Agro Tambi, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Kelayakan Usaha Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial 1. Mengidentifikasi potensi dan peran budidaya perairan 2. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGGORENGAN HAMPA TERHADAP MUTU DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK IKAN LEMURU Penelitian tahap satu ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama penggorengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011.

6,25 6,25 6,00 5,75 6,13 5,75 6,88 5,25 6,50 6,75 Rata-rata Suku Bunga 6,20. Lampiran 2. Tingkat inflasi berdasarkan perhitungan inflasi tahun 2011. LAMPIRAN Lampiran 1. Nilai rata-rata suku bunga deposito (jangka waktu 12 bulan) per Juli 2011. No Nama Bank Suku Bunga (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Bank Mandiri BNI BRI BCA BII Bank Permata Bank Bukopin Bank

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan

Mulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan Lampiran 1. Flow Chart Pelaksanaan Penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong, dibubut dan dikikir bahan yang

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci