BAB III ANALISIS KONDISI AKTUAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS KONDISI AKTUAL"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS KONDISI AKTUAL Analisis rantai pasok BBM menjelaskan tentang objektif bisnis dan proses bisnis rantai pasok BBM. Analisis ini memaparkan kondisi aktual yang terjadi dalam rantai pasok BBM. Tahap analisis rantai pasok BBM dibuat berdasarkan tahap BSP (4). Analisis ini diawali dengan analisis objektif bisnis yang mendefinisikan apa yang harus dituju dan dipenuhi oleh perusahaan dalam melakukan bisnisnya. Dari objektif bisnis ini dihasilkan requirements (persyaratan kebutuhan) bisnis rantai pasok BBM. Requirements ini harus dipenuhi oleh proses rantai pasok BBM. Analisis proses bisnis rantai pasok BBM dilakukan pada tahap berikutnya meliputi identifikasi proses bisnis yang terjadi, alir kerja, struktur organisasi perusahaan dan sistem pendukung proses bisnis tersebut. Hasil pemetaan tersebut menggambarkan kondisi aktual rantai pasok BBM. Analisis dilanjutkan dengan value chain analisis (8) untuk mengidentifikasi proses bisnis yang terjadi. Analisis diawali dengan external value chain yang memperlihatkan lingkungan luar sistem Depot Pertamina. Kemudian internal value chain digunakan untuk mengidentifikasi proses yang terjadi dalam Depot Pertamina. Identifikasi ini diturunkan menjadi tingkat proses, alir kerja dan kelompok proses. Penurunan ini memakai dasar literatur dan standard operating procedure (SOP) yang ada pada Pertamina (7), serta BSP (4). BSP digunakan untuk melengkapi hal yang tidak tersedia pada literatur dan SOP Pertamina. Langkah berikutnya ditunjukkan dengan analisis stuktur organisasi Depot Pertamina. Struktur organisasi Depot Pertamina menunjukkan fungsi struktur organisasi dalam Depot Pertamina pada proses bisnis BBM. Analisis ini memetakan fungsi struktur organisasi pada proses bisnis rantai pasok BBM. Analisis ini dipakai untuk menentukan proses bisnis penentu yang perlu menjadi prioritas pada proses bisnis BBM (2). 25

2 26 Analisis proses bisnis berikutnya menunjukkan sistem aktual yang mendukung proses bisnis rantai pasok BBM. Hasil dari analisis ini menunjukkan kepemilikan sistem berdasarkan proses yang berlangsung. Analisis rantai pasok ini secara keseluruhan dijelaskan pada Gambar III.1. Gambar III.1. Analisis rantai pasok BBM Hasil analisis objektif dan proses bisnis rantai pasok BBM dipetakan pada piramida sistem informasi (6) dan dijelaskan pada Gambar III.2., yang menunjukkan antara lain: 1. Ringkasan strategis dari teknologi yang dipakai enterprise, pada sisi kegiatan dan lapisan strategis. 2. Proses yang diperlukan untuk menjalankan enterprise, pada sisi kegiatan dan lapisan analisis.

3 27 Gambar III.2.Analisis bisnis pada piramida sistem informasi Analisis objektif bisnis dan proses bisnis menghasilkan hal yang menjadi kepentingan bisnis, lokasi bisnis dan fungsi organisasi pada aspek perencana dan kontekstual pada Zachman Framework (10). Analisis ini juga menghasilkan model proses bisnis, sistem aktual bisnis dan model alir kerja pada aspek pemilik dan konseptual. Hasil analisis objektif dan proses bisnis rantai pasok BBM ditunjukkan pada Tabel III.2. Tabel III.2. Hasil analisis bisnis pada Zachman Framework ASPEK / PRESPEKTIF PERENCANA lingkup (kontekstual) APA BAGAIMANA DIMANA SIAPA Kepentingan dlm bisnis lokasi bisnis fungsi organisasi PEMILIK model bisnis (konseptual) model proses bisnis sistem aktual bisnis model alir kerja

4 28 III.1. Analisis Objektif Bisnis Analisis objektif bisnis rantai pasok BBM menggambarkan apa yang harus dituju dan dipenuhi oleh perusahaan dalam melakukan bisnisnya. Hal ini menghasilkan ringkasan strategis dari teknologi yang dipakai pada enterprise, pada sisi kegiatan dan lapisan strategis, pada piramida sistem informasi (6). Hal ini dimulai dari penggambaran lingkup rantai pasok BBM. Lingkup rantai pasok BBM dipetakan berdasarkan jenis kegiatan apa yang terjadi, siapa pelaku kegiatan dan lokasi terjadinya kegiatan tersebut. Kegiatan utama yang terjadi adalah produksi, inventaris dan transport. Pelaku kegiatan ini adalah Terminal Pertamina, Depot Pertamina, Transport berlisensi Pertamina, SPBU, BPH Migas, UPMS. Lokasi kegiatan ini berlangsung antara kilang dan depot, antara terminal dan SPBU, daerah penyaluran depot ke SPBU, daerah pengecer SPBU dan departemen nasional. Lingkup rantai pasok BBM ini ditunjukkan oleh Tabel III.3. Tabel III.3. Lingkup rantai pasok BBM NO. KEGIATAN PELAKU LOKASI 1 Penyedia BBM menuju Depot Pertamina melalui pipa dan transport darat (Pemasok) Terminal Pertamina Antara Kilang dan Depot 2 Pusat kegiatan menerima, menimbun, dan menyalur dalam rantai pasok BBM pada daerah yang ditetapkan. (Pemasok) Depot Pertamina Antara Terminal dan SPBU 3 Penyediakan jasa angkutan BBM dari Depot Pertamina ke SPBU. (Penyebar) 4 Pengecer BBM pada konsumen akhir. (Penyalur) 5 Badan negara strategis yang bertugas sebagai regulator, pengawas standar dan pemberi lisensi untuk penyaluran BBM. 6 Unit pengolah hasil penjualan BBM sektoral, mendapat masukan dari SPBU dan mengatur penjualan (Penyedia Jasa) Transport berlisensi Pertamina SPBU berlisensi Pertamina BPH Migas UPMS Daerah penyaluran Depot ke SPBU Daerah pengecer SPBU Sentralisasi departemen nasional Sektoral daerah pemasaran BBM Rantai pasok BBM merupakan suatu rangkaian kegiatan penerimaan, penimbunan, penyaluran dan penjualan BBM. Rantai ini lakukan oleh pihak-pihak yang berbeda. Hal ini sesuai dengan prinsip supply chain management (3), yang menguntungkan pada kegiatan penjualan. Terdapat pengikatan dengan menggunakan lisensi Pertamina pada Transport dan SPBU, untuk menciptakan suatu integrasi vertikal, tapi kendali dan komitmen yang kurang terhadap lisensi ini menyebabkan kendala pada perjalanan BBM ke SPBU.

5 29 Kegiatan rantai pasok BBM dimulai dari penyaluran stok dari kilang melalui terminal transit. Penyaluran ini disebut kegiatan hulu. Kegiatan ini diakhiri dengan penimbunan BBM di Depot. Rangkaian tersebut merupakan logistik BBM dari Pertamina. Pada tahap ini, Depot berfungsi sebagai konsumen terminal transit pada proses pengaliran hulu (7). Tahap berikutnya menjelaskan kegiatan pemasaran arus hilir rantai pasok BBM. Pada tahap ini, Depot berfungsi sebagai produsen atau pemasok SPBU pada proses pengaliran hilir. Kegiatan rantai pasok BBM dimulai dari pesanan BBM dari SPBU ke Depot. Depot mengirim BBM ke SPBU melalui transport. Transport dan SPBU ini merupakan perusahaan lain di luar logistik Pertamina, namun beroperasi berdasarkan lisensi Pertamina. Lisensi Pertamina ini dikeluarkan oleh BPH Migas berdasarkan penilaian pengawasan terhadap perusahaan transporter dan SPBU. Hasil penjualan BBM dari Depot ke SPBU dilaporkan ke UMPS dan BPH Migas (7). Kegiatan hulu dan hilir ini diperlihatkan pada Gambar III.3. Gambar III.3. Kegiatan rantai pasok BBM (7) Pada proses ini ditemukan kendala yaitu loss (kehilangan) dan delay (keterlambatan). Loss mengakibatkan kehilangan fisik BBM secara nyata. Delay mengakibatkan kehilangan semu (seperti kehilangan nilai, kehilangan harga dan waktu tidak tepat) pada fisik BBM (2).

6 30 Kendala lain yang ditemukan yaitu kendala respon dan kendali informasi, dalam pengawasan dan pengendalian. Hal ini disebabkan karena BPH Migas hanya menerima laporan saja. Laporan keluhan yang terjadi dalam proses selalu terlambat direspon, sehingga kendala keterlambatan terjadi berulang-ulang. Kendala-kendala tersebut dipetakan pada tiap penggerak rantai pasok BBM, yaitu pada produksi, inventaris, lokasi, transportasi dan informasi. Untuk mengatasi kendala tersebut, harus dipenuhi beberapa persyaratan kebutuhan rantai pasok ini, antara lain jadwal, komunikasi, kendali, standar dan kebijakan yang mendukung gerakan informasi. Persyaratan kebutuhan rantai pasok BBM dijelaskan pada Tabel III.4. Tabel III.4. Persyaratan kebutuhan rantai pasok BBM No. PENGGERAK KENDALA PENYEBAB KEBUTUHAN 1 Produksi Kehilangan semu Jauh, kondisi angkutan, kecerobohan Jadwal, komunikasi, kebijakan Kehilangan Kondisi angkutan, force Kendali, standar fisik majeur 2 Inventaris Kehilangan Kondisi wadah, force majeur Kendali, standar fisik Kehilangan Operasi dan kendali kurang Kendali, standar semu tepat 3 Lokasi Kehilangan semu Jauh, kondisi angkutan Jadwal, komunikasi, kebijakan 4 Transportasi Kehilangan semu Jauh, kondisi lalu lintas, kondisi angkutan Jadwal, komunikasi, kebijakan Kehilangan Kondisi angkutan, force Kendali, standar fisik majeur 5 Informasi Kehilangan semu Kurang intergrasi komunikasi, struktur perusahaan mendukung gerak informasi Jadwal, komunikasi, kebijakan Depot Pertamina merupakan lokasi kegiatan penimbunan, penjualan dan penyaluran BBM hingga diangkut oleh pihak Transport menuju SPBU. Tanggung jawab Depot diakhiri ketika Depot selesai pengisi transport dan mengedarkan surat jalan. Transport dan SPBU mengirimkan laporan rutin sebagai persyaratan lisensi kepada BPH Migas.

7 31 Kegiatan pemesanan SPBU dan penyaluran dengan Transporter menghasilkan informasi pemesanan, penjualan dan penyaluran. Dari informasi tersebut dapat diolah menjadi rangkuman distribusi. Rangkuman ini disebut Bill of Distribution. Depot melaporkan Bill of Distribution pada Unit Pemasaran Minyak Sektoral (UPMS) dan BPH Migas. Bill of Distribution memperlihatkan permintaan SPBU dan jarak tempuh transporter ke SPBU (2). Bill of Distribution ini dapat dijadikan dasar keputusan untuk menentukan batas penyaluran. Pada penelitian ini, Depot Pertamina dipandang sebagai pusat kegiatan dari rantai pasok BBM, karena kompleksitas operasi dan banyaknya kaitan operasional dengan berbagai pelaku rantai pasok. Kompleksitas kegiatan ini menghasilkan informasi yang harus dikelola. Maka Depot Pertamina dijadikan wadah dari arsitektur informasi yang dirancang pada penelitian ini. Selanjutnya Depot Pertamina juga diharapkan dapat menjadi pengelola dari rantai pasok BBM. Depot Pertamina perlu mempunyai visi dan misi sebagai dasar dari strategi kendali dari perusahaannya. Strategi kendali tersebut belum menunjukkan formulasi yang jelas dan fokus sebagai objektif bisnis rantai pasok BBM dan SCM. Objektif bisnis ini diharapkan dapat menghilangkan kendala yang terjadi pada rantai pasok BBM. Objektif bisnis tersebut dapat tercapai dengan memberi formulasi dan dokumentasi keadaan bisnis rantai pasok BBM yang terjadi di Depot Pertamina. Maka pada perancangan ini ditetapkan objektif bisnis berdasarkan dampak yang diharapkan bila menggunakan SCM (3), antara lain: 1. Integrasi informasi Integrasi informasi merupakan kemampuan untuk membagi informasi relevan di antara partisipan dalam rantai pasok. Hal ini melibatkan data mengenai sejarah penjualan dan peramalan permintaan; status inventaris; penjadwalan produksi; kapasitas produksi; promosi penjualan dan jadwal transportasi. Data tersebut harus tersedia dalam waktu nyata dengan metode dan teknologi apapun.

8 32 2. Sinkronisasi perencanaan Sinkronisasi perencanaan merupakan partisipasi bersama para partisipan rantai pasok dalam peramalan permintaan dan penjadwalan inventaris. Hal ini melibatkan perancangan kolaborasi, pengembangan dan membawa ke arah pasar dari produk baru. 3. Koordinasi alir kerja Koordinasi alir kerja merupakan usaha menyempitkan dan mengotomatisasi kegiatan bisnis yang berlangsung dalam rantai pasok. Hal ini memperlihatkan kegiatan seperti pembelian dan rancangan produk. 4. Model bisnis baru Model bisnis baru dihasilkan dari kemajuan teknologi yang ada. Peran dan tanggung jawab dari partisipan rantai pasok dapat direka-ulang sehingga tiap partisipan dapat benar-benar berkonsentrasi pada kegiatan utamanya. Kegiatan pendukungnya diperoleh dari outsourcing. Hal ini diharapkan menghasilkan efisiensi dan kemampuan baru. III.2. Analisis Proses Bisnis Analisis proses bisnis rantai pasok BBM ini didasarkan pada hasil analisis objektif bisnis rantai pasok BBM. Analisis ini memperlihatkan bagaimana kegiatan dalam rantai pasok dikerjakan. Hal yang dikerjakan dalam analisis ini adalah: 1. Value chain analysis. 2. Proses utama, sumber daya pendukung dan kelompok proses. 3. Analisis struktur organisasi. 4. Proses bisnis penentu. 5. Analisis sistem pendukung aktual. III.2.1. Value Chain Analysis Value chain analysis digunakan untuk mengidentifikasi proses yang terjadi dalam rantai pasok BBM. Value chain analysis dibagi menjadi external value chain dan internal value chain (8). Hasil value chain anaysis ini menunjukkan analisis proses yang diperlukan untuk menjalankan enterprise, pada sisi kegiatan dan lapisan analisis, pada piramida sistem informasi (6).

9 33 External value chain memberikan identifikasi entitas bisnis, merelasikan hubungan antar entitas, pengaruh strategis dan menggambarkan lingkungan eksternal bagi Depot Pertamina. Lingkungan eksternal ini memperlihatkan arus BBM utama dari Terminal Pertamina ke Depot Pertamina, kemudian diantar Transport ke SPBU. Lingkungan eksternal ini juga memperlihatkan jalur pengawasan oleh BPH Migas dan UPMS. Pada dasarnya pengawasan BPH Migas ditujukan untuk menjamin ketersediaan BBM untuk rakyat. Pengawasan ini mempunyai kendala karena kurangnya respon informasi antara pihak BPH Migas dan Pertamina. Kendala tersebut mengakibatkan kurangnya kendali dan komitmen terhadap ketersediaan BBM dan berdampak kehilangan dan keterlambatan penyaluran BBM yang terus berulang. BPH Migas mempunyai peran kendali dalam ketersediaan BBM untuk rakyat. Respon informasi ini tidak diatur dalam aturan baku untuk jadwal dan struktur informasinya. External value chain Depot Pertamina dijelaskan pada Gambar III.4. UPMS (Penyedia jasa) RANTAI PASOK BBM BERBENTUK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Untung dalam penjualan Masalah dengan respon informasi BPH Migas (Pengawas) Terminal Pertamina (Pemasok) Depot Pertamina (Pemasok) Transport (Penyebar) SPBU (Penyalur) Arus BBM utama Masalah dengan ketersediaan Pengawasan Gambar III.4.External value chain Depot Pertamina

10 34 Internal value chain digunakan untuk mengidentifikasi proses bisnis yang dilakukan dalam Depot Pertamina sebagai pusat aktivitas dari rantai pasok BBM. Hal ini dibuat berdasarkan value chain (8) dan proses umum yang terjadi dalam industri distribusi (4). Proses bisnis tersebut dibagi menjadi primary activity (yang digambarkan dengan bidang vertikal) dan support activity (yang digambarkan dengan bidang horisontal). Primary activity dibagi atas logistik masuk, operasi, logistik keluar, penjualan dan pemasaran, serta layanan. Support activity dibagi atas administrasi, sumber manusia, pengembangan riset dan pengadaan. Internal value chain Depot Pertamina diperlihatkan pada Gambar III.5. pada halaman 35. Primary activity dari internal value chain dibagi menjadi tingkat proses strategis, manajemen dan operasi. Tingkat proses strategis merupakan kegiatan yang merencanakan dan menetapkan objektif apa yang akan dituju oleh perusahaan. Tingkat proses manajemen merupakan kegiatan yang menyatakan bagaimana memenuhi objektivitas tersebut. Tingkat proses operasi merupakan kegiatan sebenarnya yang memenuhi detail semua kerja manajemen (6). Sehingga primary activity dari internal value chain di Depot Pertamina dapat diidentifikasi sebanyak 37 proses. Proses-proses tersebut dibagi atas tingkat kegiatan strategis, manajemen dan operasi yang berada dalam rantai pasok BBM. Proses tersebut terdiri dari 11 proses tingkat strategis, 12 proses tingkat manajemen, dan 14 proses tingkat operasi. Tingkat operasi yang diperlihatkan hanya bagian yang paling dipengaruhi secara langsung oleh tingkat strategi. Tingkat kegiatan rantai pasok BBM ini ditunjukkan pada Tabel III.5. pada halaman 36.

11 Gambar III.5.Internal value chain Depot Pertamina 35

12 36 Tabel III.5. Tingkat kegiatan rantai pasok BBM No STRATEGIS No MANAJEMEN No OPERASI 1 Perencanaan strategis 1 Analisis penjualan 1 Akuntansi jual 2 Analisis ekonomi 2 Pengembangan rekayasa 2 Transaksi salur 3 Analisis pasar 3 Perancangan rekayasa 3 Penerimaan jual 4 Persyaratan sumber daya 4 Pengawasan standar stok 4 Penerimaan pesan 5 Peramalan ekonomi 5 Pengawasan standar rekayasa 5 Layanan pelanggan 6 Proses Lisensi 6 Penjadwalan stok 6 Inventaris stok 7 Terminasi fasilitas 7 Peramalan stok 7 Proses konstruksi 8 Buat kontrak jual 8 Peramalan pesanan 8 Penerimaan stok 9 Terminasi kontrak jual 9 Peramalan penjualan 9 Penimbunan stok 10 Buat kontrak armada 10 Perencanaan armada 10 Perawatan stok 11 Terminasi kontrak armada 11 Perencanaan salur 11 Pengurangan stok 12 Perencanaan rute 12 Kendali armada 13 Pengiriman stok 14 Kendali salur Tingkat kegiatan rantai pasok ini menunjukkan pengaruh strategi dan kendali manajemen terhadap kerja pada arus utama rantai pasok BBM. Tingkat kegiatan rantai pasok BBM dipetakan pada alir kerja yang terjadi. Alir kerja ini dibuat berdasarkan literatur dan SOP Pertamina (7) dan dilengkapi dengan literatur BSP (4). Angka pada tabel menunjukkan susunan kejadian proses bisnis dan digambarkan pada alir kerja. Alir kerja menurut Zachman Framework (10) ditunjukkan pada perspektif pemilik yang menunjukkan model proses bisnis dan aspek letak proses bisnis dalam alir pelaksanaannya. Alir kerja tingkat strategis dan manajemen menggambarkan perencanaan strategis yang mendapatkan masukan dari analisis ekonomi dan analisis pasar. Perencanaan strategis ini memberikan kendali pada persyaratan sumber daya dan peramalan ekonomi. Persyaratan sumber daya mengendalikan proses lisensi dan terminasi fasilitas. Peramalan ekonomi mengendalikan pembuatan kontrak jual, terminasi kontrak jual, pembuatan kontrak armada dan terminasi kontrak armada. Pemetaan alir kerja utama rantai pasok BBM dengan kegiatan strategi dan manajemen diperlihatkan pada Gambar III.6. Notasi bulat dengan angka menyatakan hubungan dengan pemetaaan alir kerja pada tingkat operasi, pada gambar berikutnya.

13 Gambar III.6.Alir kerja strategis dan manajemen rantai pasok BBM 37

14 38 Alir kerja tingkat operasi menggambarkan analisis penjualan dan proses yang memberikan masukan pada perencanaan strategis. Perancangan rekayasa dan pengembangan rekayasa dikendalikan oleh persyaratan sumber daya. Proses lisensi mengendalikan pengawasan standar stok, pengawasan standar rekayasa, perencanaan stok dan peramalan stok. Peramalan ekonomi memberi masukan pada peramalan pesanan, peramalan penjualan. Pembuatan kontrak armada mengendalikan perencanaan armada, perencanaan rute dan perencanaan salur. Pemetaan dengan garis putus-putus menunjukkan kendali manajemen terhadap operasi. Pemetaan kendali manajemen memperlihatkan akuntansi jual yang mengendalikan transaksi salur dan mendapatkan masukan dari penerimaan jual, penerimaan pesan dan layanan pelanggan. Transaksi salur dan pengawasan standar rekayasa mengendalikan proses konstruksi dan inventaris stok. Pemetaan dengan panah tebal menunjukkan arus utama BBM, yang dimulai dari proses penerimaan stok yang dikendalikan oleh pengawasan standar stok. BBM yang diterima mengalami proses penimbunan stok yang dikendalikan oleh inventaris stok. Kemudian BBM tersebut mengalami proses perawatan stok. Transaksi salur mengakibatkan terjadinya pengiriman stok dan pengurangan stok. Pengiriman stok dikendalikan oleh kendali armada dan perencanaan rute. Pengurangan stok dikendalikan oleh kendali salur dan perencanaan salur.gambar III.7. memperlihatkan pemetaan alir kerja utama rantai pasok BBM dengan kegiatan manajemen dan operasi. Notasi bulat dengan angka menyatakan hubungan dengan pemetaaan alir kerja pada tingkat strategis dan manajemen.

15 Gambar III.7. Alir kerja operasi rantai pasok BBM 39

16 40 III.2.2. Proses Utama, Sumber Daya Pendukung dan Kelompok Proses Proses utama rantai pasok BBM diperoleh dari primary activity dari internal value chain Depot Pertamina. Proses ini dibagi menurut life cycle BSP (4). Kelompok proses dibuat berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 (1) dan proses umum dalam industri menurut BSP (4). Pengelompokkan ini menggambarkan 5 kelompok proses utama berdasarkan BSP, yaitu perencanaan, kerekayasaan, penimbunan, penyaluran dan penjualan. UU No.22 Tahun 2001 (1) menerangkan, bahwa kegiatan yang terjadi dalam kegiatan penyaluran hilir antara lain penyimpanan (penimbunan), pengangkutan (penyaluran) dan niaga (penjualan). Dari internal value chain, perencanaan berasal dari pemasaran (P), kerekayasaan dari operasi (O), penimbunan dari logistik masuk (LM), penjualan dari penjualan (J), dan penyaluran dari logistik keluar (LK). Kelompok proses utama ditunjukkan pada Tabel III.6. Tabel III.6. Proses utama rantai pasok BBM PROSES UTAMA Perencanaan (P) Kerekayasaan (O) Penimbunan (LK) Penjualan (J) Penyaluran (LK) Requirements Acquisition Stewardship Disposition Perencanaan strategis Persyaratan sumber daya Perancangan rekayasa Pengawasan standar rekayasa Penjadwalan stok Peramalan stok Peramalan penjualan Buat kontrak jual Peramalan pesanan Perencanaan armada Buat kontrak armada Perencanaan salur Perencanaan rute Pengawasan standar stok Penerimaan stok Analisis ekonomi Analisis pasar Peramalan ekonomi Pengembangan rekayasa Proses lisensi Proses konstruksi Inventaris stok Penimbunan stok Perawatan stok Terminasi fasilitas Pengiriman stok Pengurangan stok Penerimaan jual Akuntansi jual Terminasi kontrak jual Layanan pelanggan Analisis penjualan Penerimaan pesan Transaksi salur Kendali armada Kendali salur Terminasi kontrak armada

17 41 Proses utama rantai pasok BBM dipetakan menurut alir kerja yang terjadi pada tingkat strategis dan manajemen. Pemetaan menurut alir kerja ini dapat memperlihatkan alir kerja utama dan alir kendali dengan informasi, sesuai dengan kegiatan rantai pasok BBM (4). Kelompok proses perencanaan diawali dengan perencanaan strategis yang mengendalikan persyaratan sumber daya dan peramalan ekonomi. Analisis pasar dan analisis ekonomi menjadi masukan untuk perencanaan strategis. Kelompok proses kerekayasaan diawali dengan perancangan rekayasa yang dikendalikan kelompok proses perencanaan dan mengendalikan terminasi fasilitas, pengembangan rekayasa dan proses lisensi. Proses lisensi mengendalikan pengawasan strandar rekayasa. Kelompok proses penimbunan diawali dengan pengawasan standar stok yang dikendalikan oleh kelompok proses kerekayasaan. Pengawasan standar stok mengendalikan penjadwalan stok, peramalan stok dan kegiatan pada alir kerja berikutnya. Kelompok proses penyaluran diawali dengan pembuatan kontrak armada yang dikendalikan oleh kelompok proses perencanaan dan mengendalikan perencanaan armada, perencanaan salur dan terminasi kontrak armada. Kelompok proses penjualan diawali oleh pembuatan kontrak jual yang dikendalikan oleh kelompok proses perencanaan dan mengendalikan terminasi kontrak jual, peramalan pemesanan dan peramalan penjualan. Analisis penjualan menjadi masukan untuk kelompok proses perencanaan. Pemetaan proses tingkat strategis dan manajemen pada alir kerja diperlihatkan pada Gambar III.8., LAMPIRAN 2 dan LAMPIRAN 3. Notasi bulat dengan angka menunjukkan hubungan dengan gambar berikutnya (Gambar III.9), yaitu alir kerja tingkat operasi.

18 Gambar III.8.Kelompok proses tingkat strategis dan manajemen 42

19 43 Alir kerja tingkat operasi memperlihatkan alir kerja utama dan alir kendali dengan informasi. Alir kerja ini dijelaskan berdasarkan kelompok proses utamanya. Kelompok proses kerekayasaan yang pada tingkat ini hanya proses konstruksi, yang dikendalikan oleh pengawasan standar kerekayasaan. Proses konstruksi ini menyediakan sarana untuk kelompok proses yang lainnya. Kelompok proses penimbunan memperlihatkan operasi penerimaan, penimbunan dan penyaluran BBM. Operasi tersebut merupakan operasi yang langsung terkena dampak dari keputusan strategis dan manajemen. Proses dimulai dari penerimaan stok, kemudian penimbunan stok dan perawatan stok. Penimbunan stok dikendalikan oleh inventaris stok. Inventaris stok dikendalikan kelompok proses kerekayasaan. Kelompok proses penyaluran mengendalikan pengurangan stok dan pengiriman stok. Kelompok proses penyaluran memperlihatkan kendali terhadap kelompok penimbunan. Proses dimulai dari penerimaan pesan yang memberi masukan untuk transaksi salur dan kelompok proses penjualan. Transaksi salur, kendali armada dan kendali salur mengendalikan kelompok proses penimbunan hingga stok dikirim. Kelompok proses penjualan pada tingkat operasi memperlihatkan kegiatan niaga yang terjadi. Proses dimulai dengan layanan pelanggan yang memberi masukan untuk kelompok proses penyaluran. Penerimaan jual mendapat masukan dari kelompok proses penyaluran dan memberi masukan pada akuntansi jual. Akuntansi memberi masukan pada kelompok proses penyaluran dan analisis penjualan. Pemetaan kelompok proses pada alir kerja operasi ditunjukkan pada Gambar III.9. dan LAMPIRAN 3. Notasi bulat dengan angka menunjukkan hubungan dengan gambar sebelumnya, yaitu alir kerja tingkat strategis dan manajemen (Gambar III.8.).

20 Gambar III.9.Kelompok proses tingkat operasi 44

21 45 Kelompok sumber daya pendukung terdiri atas 3 kelompok sumber daya pendukung, yaitu finansial, fasilitas dan personil. Proses sumber daya pendukung merupakan pendukung dari proses utama rantai pasok BBM. Proses pendukung ini diperoleh dari secondary activity dari internal value chain Depot Pertamina. Dari internal value chain finansial berasal dari administrasi, fasilitas dari pengadaan, dan personil dari sumber manusia. Secondary activity ini mengidentifikasi 38 proses sumber daya pendukung dan dibagi menurut golongan life cycle BSP (4). Hasilnya adalah 14 proses golongan finansial, 10 proses golongan fasilitas dan 14 proses golongan personil. Alir kerja proses sumber daya pendukung ini ditampilkan pada LAMPIRAN 5. Kelompok sumber daya pendukung dijelaskan pada Tabel III.7. Tabel III.7.Sumber daya pendukung rantai pasok BBM SUMBER DAYA Finansial Fasilitas Personil Requirements Acquisition Stewardship Disposition Perencanaan anggaran Penerimaan modal Pembukuan anggaran Ketentuan Hukum Penerimaan Evaluasi pembayaran anggaran Ketentuan Pajak Penganggaran Kendali modal Ketentuan Asuransi Aliran dana Akuntansi umum Kendali tansaksi Distribusi anggaran Perencanaan fasilitas Pengadaan fasilitas Perawatan fasilitas Penggantian fasilitas Standar fasilitas Alokasi fasilitas Evaluasi umur fasilitas Adminstrasi fasilitas Urusan eksternal Layanan informasi Perencanaan Rekrut personil Pelaporan Pengunduran diri personil kegiatan Kebijakan Alokasi personil Evaluasi kegiatan Pemberhentian kompensasi personil Penugasan Evaluasi personil kompetensi Administrasi Asuransi personil personil Pengembangan personil Penggajian

22 46 III.2.3. Analisis Struktur Organisasi Depot Pertamina mempunyai struktur organisasi yang mempunyai fungsi dalam kegiatan rantai pasok BBM ini. Fungsi dalam kegiatan ini merupakan wujud dari organisasi berikut garis tanggung jawab dari setiap bagian dalam organisasi tersebut (7). Zachman Framework memetakan struktur organisasi ini pada aspek siapa pelaku dalam bisnis dan perspektif perencana. Gambar III.10. menunjukkan fungsi organisasi tersebut. Gambar III.10.Struktur organisasi Depot Pertamina Fungsi tiap bagian struktur organisasi dijabarkan sebagai berikut: 1. Kepala Depot 2. Koordinator Teknis, terdiri dari: a. Penata Pemeliharaan dan Konstruksi, b. Penata Teknik dan Perencanaan Anggaran, c. Pengawas Kesehatan Kerja,

23 47 3. Koordinator Sekuriti, terdiri dari: a. Komandan Regu Jaga, b. Administrasi Sekuriti. 4. Koordinator Personalia, terdiri dari: a. Penata Kepegawaian, b. Operator Jasa-Jasa, 5. Koordinator Distribusi, terdiri dari: a. Pengawas Penerimaan dan Penimbunan, b. Pengawas Penyaluran, c. Pengawas Penerimaan, Penimbunan dan Penyaluran Non BBM, 6. Koordinator Keuangan, terdiri dari: a. Asisten Akuntansi dan Anggaran, b. Penata Administrasi Produk, c. Penata Perbendaharaan, d. Pengatur Gatekeeper, e. Penata Administrasi Penjualan, Hubungan antara proses bisnis dengan stuktur organisasi Depot Pertamina dalam kegiatan rantai pasok BBM, digambarkan dengan matriks. Matriks ini memperlihatkan kerja masing-masing jabatan struktur organisasi pada proses bisnis dan besar tanggung jawab fungsi jabatan struktur organisasi terhadap proses bisnis. Matriks proses kerja utama dengan struktur organisasi diperlihatkan pada Tabel III.8. Pada tabel ini, angka 3 menunjukkan penanggung jawab dan pengambil keputusan dalam proses, angka 2 menunjukkan keterlibatan penuh dalam proses, serta angka 1 menunjukkan keterlibatan sebagian dalam proses. Contohnya pada proses analisis ekonomi kepala depot terlibat penuh pada proses diberi angka 2. Kordinator distribusi dan koordinator penjualan bertanggung jawab pada proses tersebut diberi angka 3, dan seterusnya. Pada bagian bawah terdapat persentasi hasil penjumlahan dari tingkat tanggung jawab pada masing-masing proses.

24 Tabel III.8. Matriks proses-organsasi Perencanaan Kerekayasaan Penimbunan Penjualan Penyaluran PROSES Analisis ekonomi Analisis pasar Perencanaan strategik Persyaratan sumber daya Peramalan ekonomi Proses lisensi Pengawasan standar kerekayasaan Perancangan kerekayasaan Pengembangan kerekayasaan Proses konstruksi Terminasi fasilitas Peramalan stok Penjadwalan stok Pengawasan standar stok Penerimaan stok Inventaris stok Penimbunan stok Pengiriman stok Perawatan stok Pengurangan stok Analisa penjualan Peramalan pesanan Peramalan penjualan Buat kontrak jual Masukan pesan Akuntansi jual Layanan pelanggan Terminasi kontrak jual Buat kontrak armada Terminasi kontrak armada Perencanaan armada Perencanaan salur Perencanaan pesanan Perencanaan rute Penerimaan pesanan Transaksi salur Kendali salur Kendali armada ORGANISASI Kepala Depot Ko Distribusi Pengawas Penyaluran Pengawas Penerimaan Ko Teknis Pengawas Kes Kerja Penata Teknik Penata Konstruksi Ko Personalia Penata Pegawai Pengatur Jasa Ko Keuangan Asisten Akutansi Administrasi Produk Penata Bendahara Pengatur Gatekeeper Administrasi Penjualan Ko Sekuriti Komandan Jaga Administrasi Sekuriti % 43% 43% 48% 38% 47% 38% 38% 42% 43% 40% 42% 42% 38% 40% 40% 40% 42% 42% 42% 33% 42% 42% 28% 47% 47% 37% 28% 38% 32% 42% 42% 37% 37% 37% 35% 40% 42% 48

25 49 Hubungan sumber daya pendukung dengan struktur organisasi juga diperlihatkan dengan matriks. Matriks ini memperlihatkan kerja masing-masing jabatan struktur organisasi pada sumber daya pendukung serta besar tanggung jawab fungsi jabatan struktur organisasi terhadap sumber daya pendukung. Matriks sumber daya pendukung dengan struktur organisasi diperlihatkan pada Tabel III.9. Pada tabel ini, angka 3 menunjukkan penanggung jawab dan pengambil keputusan tentang sumber daya, angka 2 menunjukkan keterlibatan penuh pada sumber daya, serta angka 1 menunjukkan keterlibatan sebagian pada sumber daya. Contohnya pada proses perencanaan anggaran, kepala depot terlibat penuh maka diberi angka 2. Sedangkan koordinator keuangan bertanggung jawab penuh dan membuat keputusan maka diberi angka 3, dan seterusnya. Pada analisis ini ditemukan bahwa tidak adanya koordinator khusus informasi. Proses bisnis dilakukan oleh fungsi organisasi berdasarkan SOP Pertamina (7), tanpa memandang informasi sebagai sumber daya. Pengelolaan informasi ini dijelaskan pada bagian tindak lanjut arsitektur informasi. Persentasi dari setiap proses di kedua matriks digunakan untuk menentukan prioritas pada proses bisnis penentu. Cara penentuan ini dijelaskan pada bagian berikutnya.

26 Tabel III.9. Matriks sumber daya-organisasi Finansial Fasilitas Personil SUMBER DAYA PENDUKU Perencanaan anggaran Hukum Pajak Asuransi Modal Penerimaan pembayaran Pembudgetan Aliran dana Akuntansi umum Pembukuan anggaran Evaluasi anggaran Kendali harga kendali modal Kendali tansaksi Distribusi anggaran Perencanaan fasilitas Standar fasilitas Pengadaan fasilitas Alokasi fasilitas Adminstrasi fasilitas Perawatan fasilitas Evaluasi umur fasilitas Urusan eksternal Layanan informasi Penggantian fasilitas Perencanaan personil Kebijakan kompensasi Rekrut personil Alokasi personil Penugasan personil Administrasi personil Pengembangan personil Penggajian Laporan kegiatan Evaluasi kegiatan Evaluasi kompetensi Asuransi Pengunduran diri Pemberhentian personil ORGANISASI Kepala Depot Ko Distribusi Pengawas Penyaluran Pengawas Penerimaan Ko Teknis Pengawas Kes Kerja Penata Teknik Penata Konstruksi Ko Personalia Penata Pegawai Pengatur Jasa Ko Keuangan Asisten Akutansi Administrasi Produk Penata Bendahara Pengatur Gatekeeper Administrasi Penjualan Ko Sekuriti Komandan Jaga Administrasi Sekuriti % 17% 28% 38% 23% 25% 35% 33% 32% 45% 27% 2% 22% 32% 35% 35% 35% 33% 33% 37% 35% 32% 47% 25% 45% 38% 38% 37% 37% 38% 37% 37% 37% 40% 42% 42% 40% 40% 40% 50

27 51 III.2.4. Proses Bisnis Penentu Proses bisnis penentu merupakan proses bisnis yang diberi prioritas utama dalam rantai pasok BBM. Penentuan proses bisnis penentu berdasarkan pada besarnya persentasi tanggung jawab fungsi struktur organisasi terhadap proses bisnis yang dijalankan (4). Matriks proses-organisasi dan matriks sumber daya-organisasi memperlihatkan, bahwa proses bisnis utama mempunyai 34 proses penentu dengan mayoritas pada kelompok penimbunan. Hal ini juga menunjukkan bahwa sumber daya pendukung mempunyai 21 proses penentu dengan mayoritas pada kelompok Fasilitas. Rekapitulasi persentasi proses bisnis dan sumber daya penentu diperlihatkan pada Tabel III.10. Tabel III.10. Proses bisnis dan sumber daya penentu NO. KELOMPOK SUMBER % NO. KELOMPOK SUMBER % 1 Perencanaan Persyaratan sumber daya 48% 1 Fasilitas Urusan eksternal 57% 2 Kerekayasaan Proses lisensi 47% 2 Fasilitas Penggantian fasilitas 55% 3 Penjualan Masukan pesan 47% 3 Finansial Pembukuan anggaran 52% 4 Penjualan Akuntansi jual 47% 4 Finansial Perencanaan anggaran 50% 5 Perencanaan Analisis pasar 43% 5 Fasilitas Perencanaan fasilitas 48% 6 Perencanaan Perencanaan strategik 43% 6 Fasilitas Layanan informasi 48% 7 Kerekayasaan Proses konstruksi 43% 7 Finansial Penganggaran 47% 8 Kerekayasaan Pengembangan kerekayasaan 42% 8 Finansial Aliran dana 47% 9 Penimbunan Peramalan stok 42% 9 Finansial Evaluasi anggaran 47% 10 Penimbunan Penjadwalan stok 42% 10 Finansial Kendali tansaksi 45% 11 Penimbunan Pengiriman stok 42% 11 Fasilitas Standar fasilitas 45% 12 Penimbunan Perawatan stok 42% 12 Fasilitas Adminstrasi fasilitas 45% 13 Penimbunan Pengurangan stok 42% 13 Finansial Akuntansi umum 43% 14 Penjualan Peramalan pesanan 42% 14 Fasilitas Perawatan fasilitas 43% 15 Penjualan Peramalan penjualan 42% 15 Fasilitas Pengadaan fasilitas 40% 16 Penyaluran Perencanaan armada 42% 16 Fasilitas Alokasi fasilitas 40% 17 Penyaluran Perencanaan salur 42% 17 Fasilitas Evaluasi umur fasilitas 40% 18 Penyaluran Kendali armada 42% 18 Finansial Asuransi 38% 19 Kerekayasaan Terminasi fasilitas 40% 19 Finansial Distribusi anggaran 38% 20 Penimbunan Penerimaan stok 40% 20 Personil Pengunduran diri 37% 21 Penimbunan Inventaris stok 40% 21 Personil Pemberhentian personi 37% 22 Penimbunan Penimbunan stok 40% 23 Penyaluran Kendali salur 40% Fasilitas Perencanaan Analisis ekonomi 38% Finansial 9 25 Perencanaan Peramalan ekonomi 38% Personil 2 26 Kerekayasaan Pengawasan standar kerekayasaan 38% jumlah Kerekayasaan Perancangan kerekayasaan 38% 28 Penimbunan Pengawasan standar stok 38% 29 Penyaluran Buat kontrak armada 38% 30 Penjualan Layanan pelanggan 37% 31 Penyaluran Perencanaan pesanan 37% 32 Penyaluran Perencanaan rute 37% 33 Penyaluran Penerimaan pesanan 37% 34 Penyaluran Transaksi salur 35% Perencanaan 5 Kerekayasaan 6 Penjualan 5 Penimbunan 9 Penyaluran 9 jumlah 34

28 52 Proses penentu dan sumber daya penentu ditetapkan berdasarkan perolehan persentasi tanggung jawab di atas 35%. Angka 35% diperoleh dari modus proses penentu dan modus sumber daya penentu. Modus proses penentu diperlihatkan pada Gambar III.11. Modus sumber daya penentu diperlihatkan pada Gambar III % 45% 40% 35% 30% 25% Analisis ekonomi Analisis pasar Perencanaan strategik Persyaratan sumber daya Peramalan ekonomi Proses lisensi Pengawasan standar kerekayasaan Perancangan kerekayasaan Pengembangan kerekayasaan Proses konstruksi Terminasi fasilitas Peramalan stok Penjadwalan stok Pengawasan standar stok Penerimaan stok Inventaris stok Penimbunan stok Pengiriman stok Perawatan stok Pengurangan stok Analisa penjualan Peramalan pesanan Peramalan penjualan Buat kontrak jual Masukan pesan Akuntansi jual Layanan pelanggan Terminasi kontrak jual Buat kontrak armada Terminasi kontrak armada Perencanaan armada Perencanaan salur Perencanaan pesanan Perencanaan rute Penerimaan pesanan Transaksi salur Kendali salur Kendali armada Gambar III.11.Modus proses bisnis penentu 60% 55% 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% Perencanaan anggaran Hukum Pajak Asuransi Modal Penerimaan pembayaran Pembudgetan Aliran dana Akuntansi umum Pembukuan anggaran Evaluasi anggaran Kendali harga kendali modal Kendali tansaksi Distribusi anggaran Perencanaan fasilitas Standar fasilitas Pengadaan fasilitas Alokasi fasilitas Adminstrasi fasilitas Perawatan fasilitas Evaluasi umur fasilitas Urusan eksternal Layanan informasi Penggantian fasilitas Perencanaan personil Kebijakan kompensasi Rekrut personil Alokasi personil Penugasan personil Administrasi personil Pengembangan personil Penggajian Laporan kegiatan Evaluasi kegiatan Evaluasi kompetensi Asuransi Pengunduran diri Pemberhentian personil Gambar III.12. Modus sumber daya penentu

29 53 III.2.5. Analisis Sistem Pendukung Aktual Analisis sistem pendukung aktual memperlihatkan sistem dan teknologi pendukung bisnis rantai pasok BBM yang digunakan di Depot Pertamina. Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasi sistem dan aplikasi yang digunakan untuk mendukung bisnis. Sistem pendukung aktual ditunjukkan Zachman Framework (10) pada perspektif pemilik yang menunjukkan model proses bisnis dan pada aspek dimana proses dilaksanakan. Sistem pendukung aktual yang digunakan dalam rantai pasok BBM, melakukan proses manual yang dengan SPBU, Terminal dan Transport. Sistem ini juga melaporkan penjualan pada UPMS dan BPH Migas. Sistem ini dijelaskan pada Gambar III.13. dan dimodelkan secara sederhana pada diagram konteks. Sistem tersebut terdiri dari: 1. Sistem Arus Minyak Pemasaran FD23x 2. SAP Modul SD Sales-Distribution 3. SAP Modul FI Financial 4. SAP Modul HR Human Resource 5. Tank Automated Systems (TAS) 6. Spreadsheet dan Database Manajemen Stok. 7. Spreadsheet dan Database Manajemen Asset. 8. Spreadsheet dan Database Manajemen Plant Gambar III.13.Sistem pendukung aktual Depot Pertamina

30 54 III Sistem Arus Minyak Pemasaran FD23x Menurut Pertamina (2004), FD23x merupakan sistem arus minyak pemasaran legacy (lama) dan offline, yang menghasilkan laporan antara lain: a. FD233 merupakan laporan arus minyak yang menunjukkan mutasi (penerimaan dan pengiriman), terdiri dari: b. FD233 A2 merupakan laporan penerimaan produk dengan transportasi darat. c. FD233 B2 merupakan laporan pengiriman produk dengan transportasi darat. d. FD235 merupakan laporan arus minyak menunjukkan data stok, penerimaan, pengiriman, penjualan, loss/gain (kurang/lebih) di suatu lokasi Depot. Bill of Distribution diolah pada sistem ini. e. FD 231 merupakan konsolidasi (gabungan) FD235 dari seluruh lokasi dalam satu unit di kantor pusat (unit pemasaran). III Systems, Application and Product in Data Processing (SAP) SAP (Systems, Application, and Product in data processing) merupakan suatu sistem yang dikembangkan untuk mendukung perusahaan dalam menjalankan kegiatan secara lebih efisien dan efektif. SAP terdiri dari sejumlah modul aplikasi yang mempunyai kemampuan mendukung transaksi yang dilakukan (7). Modul SAP yang digunakan online di Depot Pertamina, antara lain: 1. SAP SD-Sales & Distribution: Bagian ini membantu dalam kegiatan pesanan pelanggan seperti penjualan, pengiriman dan penagihan. 2. SAP HR-Human Resource: Bagian ini membantu dalam kegiatan personil 3. SAP FI-Finansial: Bagian ini membantu dalam administrasi akuntansi standar pada bagian finasial Modul SAP yang direncanakan untuk digunakan online di Depot Pertamina, antara lain: 1. SAP MM-Materials Management: Bagian ini membantu dalam kegiatan procurement dan pengelolaan inventaris. 2. SAP AM-Asset Management: Bagian ini membantu dalam pengelolaan aset keseluruhan.

31 55 3. SAP PM-Plant Maintanace: Bagian ini membantu dalam administrasi perbaikan teknis sistem. 4. SAP CO-Controlling: Bagian ini membantu dalam kendali harga dan analisis probabilitas. III Tank Automated Systems (TAS) TAS merupakan alat operasi otomatis online di Depot Pertamina (2). Tugas TAS dalam alir kerja rantai pasok BBM, dijelaskan menurut proses bisnis antara lain: 1. Penerimaan stok, TAS menerima batch program dari kilang yang memberikan urutan produk, jumlah produk, estimasi waktu penyaluran dan tujuan masingmasing produk. 2. Penimbunan stok dan pengawasan standar stok, TAS mencetak Tank Ticket Open untuk tangki-tangki yang akan digunakan menerima batch, dan memberikan konfirmasi kepada terminal pengirim. Kemudian TAS mengawasi penerimaan dengan memantau volume yang diterima, menggunakan Automatic Tank Gauging (ATG) dan Turbin flowmeter. Berikutnya, TAS mengawasi jenis produk yang mengalir melalui densitometer. 3. Inventaris stok, TAS mencetak Tank Ticket Close dan menerbitkan Certificate of Quantity Pumped (CQP) untuk setiap produk yang diterima. 4. Pengiriman stok dan pengurangan stok, TAS mengunduh Drop Order (DO) pada proses penyaluran, untuk pemesanan salur BBM dan memvalidasi transporter berdasarkan DO. Kemudian TAS mencetak instruksi pengisian (jumlah pengisian dan nomor bangsal pengisian). Setelah pengisian, TAS menerbitkan surat jalan yang merupakan instruksi bagi truk tangki untuk mengantarkan muatan ke alamat yang tertera. 5. Hasil operasi penimbunan dan penyaluran tersebut diolah sampai menghasilkan Kendali armada, Penjadwalan stok dan Peramalan stok.

32 56 Sistem aktual ini kemudian dihubungkan dengan proses bisnis dan sumber daya dengan menggunakan matriks. Matriks ini menunjukkan kepemilikan sistem aktual atas proses yang didukung. Sistem aktual yang dipakai diberi kode C (current). Sistem yang masih direncanakan diberi kode P (planned). Sistem yang sedang dikembangkan secara aktual diberi kode C/P (current/planned). Contohnya pada proses analisis penjualan pada saat ini menggunakan FD23x dan Spreadsheet diberi notasi C, sedang dikembangkan dengan SAP SD dan SAP FI diberi notasi C/P, direncanakan akan menggunakan SAP CO diberi notasi P dan seterusnya. Matriks proses bisnis dengan sistem aktual diperlihatkan pada Tabel III.11. Matriks sumber daya dengan sistem aktual. diperlihatkan pada Tabel III.12. Hasil analisis sistem aktual menunjukkan, bahwa sistem yang secara online terintegrasi hanya sistem internal, sistem operasi penimbunan, sistem operasi penjualan dan sistem operasi distribusi. Sistem ini tidak mendukung langsung keputusan strategis. Sistem ini hanya menjamin ketersediaan BBM hingga disalurkan dengan transport. Keadaan sistem ini memperlihatkan bentuk redudansi dan duplikasi sistem yang dipakai untuk mendukung proses. Redudansi ini menunjukkan sistem dalam tahap pengembangan dan belum adanya kepercayaan terhadap sistem.

33 Tabel III.11.Matriks proses-sistem aktual Perencanaan Kerekayasaan Penimbunan Penjualan Penyaluran PROSES Analisis ekonomi Analisis pasar Perencanaan strategik Persyaratan sumber daya Peramalan ekonomi Proses lisensi Pengawasan standar kerekayasaan Perancangan kerekayasaan Pengembangan kerekayasaan Proses konstruksi Terminasi fasilitas Pengawasan standar stok Penjadwalan stok Peramalan stok Penerimaan stok Inventaris stok Penimbunan stok Perawatan stok Pengurangan stok Pengiriman stok Analisis penjualan Peramalan pesanan Peramalan penjualan Buat kontrak jual Terminasi kontrak jual Akuntansi jual Penerimaan jual Layanan pelanggan Buat kontrak armada Terminasi kontrak armada Perencanaan armada Perencanaan salur Perencanaan rute Penerimaan pesanan Transaksi salur Kendali armada Kenali salur SISTEM Sistem Arus Minyak Pemasaran FD23x C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C SAP Modul SD Sales-Distribution C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P SAP Modul FI Financial C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P SAP Modul HR Human Resource Tank Automated Systems C C C C C C C C C C C C C C C Spreadsheet dan Database Manajemen Stok C C C C C C C C C Spreadsheet dan Database Manajemen Asset C C Spreadsheet dan Database Manajemen Plant C C Spreadsheet dan Database Manajemen Kendali C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C SAP Modul MM Materials Management P P P P P P P P P P P P P P SAP Modul AM Asset Management P P P P P P P P P P SAP Modul PM Plant Management P P SAP Modul CO Controlling P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P Tabel III.12.Matriks sumber daya-sistem aktual Finansial Fasilitas Personil SUMBER DAYA PENDUKUNG Perencanaan anggaran Hukum Pajak Asuransi Modal Penerimaan pembayaran Pembudgetan Aliran dana Akuntansi umum Pembukuan anggaran Evaluasi anggaran Kendali harga kendali modal Kendali tansaksi Distribusi anggaran Perencanaan fasilitas Standar fasilitas Pengadaan fasilitas Alokasi fasilitas Adminstrasi fasilitas Perawatan fasilitas Evaluasi umur fasilitas Urusan eksternal Layanan informasi Penggantian fasilitas Perencanaan personil Kebijakan kompensasi Rekrut personil Alokasi personil Penugasan personil Administrasi personil Pengembangan personil Penggajian Laporan kegiatan Evaluasi kegiatan Evaluasi kompetensi Asuransi Pengunduran diri Pemberhentian personil SISTEM Sistem Arus Minyak Pemasaran FD23x SAP Modul SD Sales-Distribution SAP Modul FI Financial C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P SAP Modul HR Human Resource C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P C/P Tank Automated Systems Spreadsheet dan Database Manajemen Stok Spreadsheet dan Database Manajemen Asset C C C C C C C C C C Spreadsheet dan Database Manajemen Plant C C C C C C C C C C Spreadsheet dan Database Manajemen Kendali C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C C SAP Modul MM Materials Management SAP Modul AM Asset Management SAP Modul PM Plant Management SAP Modul CO Controlling P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P 57

34 58 III.3. Ringkasan Analisis Rantai Pasok BBM Analisis keadaan rantai pasok BBM dibagi atas analisis objektif bisnis dan analisis proses bisnis. Analisis proses bisnis terdiri dari value chain analysis; penentuan proses bisnis utama, sumber daya dan kelompok proses; analisis struktur organisasi; penentuan proses penentu; dan analisis sistem pendukung aktual. Analisis objektif bisnis bertujuan untuk mendapatkan persyaratan kebutuhan rantai pasok BBM. Pada analisis ini ditemukan bahwa: a. Rantai pasok BBM dijalankan sesuai dengan prinsip SCM, yang menguntungkan pada kegiatan penjualan. Pengikatan dengan lisensi pertamina terhadap transport dan SPBU, tanpa kendali dan komitmen terhadap lisensi tersebut mengakibatkan kendala pada perjalanan BBM ke SPBU. b. Kendala rantai pasok BBM yang ditemukan antara lain kehilangan fisik, kehilangan semu, kendala respon dan kendali informasi diantara pihak rantai pasok BBM. Persyaratan kebutuhan untuk mengatasi kendala ini adalah penjadwalan, komunikasi, kendali dan kebijakan dalam teknologi informasi. c. Depot Pertamina merupakan pusat kegiatan dan sumber informasi pada rantai pasok BBM, maka Depot Pertamina dijadikan wadah dari arsitektur informasi dan diharapkan dapat menjadi pengelola dari rantai pasok BBM. d. Objektif bisnis rantai pasok BBM ditetapkan berdasarkan rantai pasok umum, yaitu: integrasi informasi, sinkronisasi perencanaan, koordinasi alir kerja dan diharapkan menghasilkan model bisnis baru. Analisis proses bisnis rantai pasok BBM dibagi atas beberapa kegiatan yaitu: a. Kurangnya respon informasi antara BPH Migas dan entitas lainya menyebabkan kurang kendali dan komitmen terhadap ketersediaan BBM dan berdampak loss. b. Proses bisnis rantai pasok BBM dipetakan pada tingkat proses bisnis BBM dan alur kerja, untuk memperlihatkan integrasi antar proses bisnis BBM.

35 59 c. Kelompok proses dipetakan pada alur kerja untuk memperlihatkan integrasi antar kelompok proses. d. Pada analisis struktur organisasi ditemukan bahwa tidak ada koordinasi khusus informasi karena informasi tidak dipandang sebagai sumber daya. e. Proses bisnis penentu memperlihatkan prioritas pada proses utama yaitu penimbunan dan pada sumber daya pendukung yaitu fasilitas, sesuai dengan tugas Depot Pertamina. f. Sistem pendukung aktual yang secara online terintegrasi hanya sistem internal, sistem operasi penimbunan, sistem operasi penjualan dan sistem operasi distribusi. Sistem ini tidak mendukung langsung keputusan strategis. Sistem ini hanya menjamin ketersediaan BBM hingga disalurkan dengan transport. Keadaan sistem ini memperlihatkan bentuk redudansi dan duplikasi sistem yang dipakai untuk mendukung proses. Redudansi dan duplikasi ini menunjukkan sistem dalam tahap pengembangan dan belum adanya kepercayaan terhadap sistem.

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM

Gambar V.1.Tindak lanjut arsitektur informasi rantai pasok BBM BAB V TINDAK LANJUT UNTUK ARSITEKTUR INFORMASI Tindak lanjut untuk arsitektur informasi BBM memberikan langkah berikutnya setelah dihasilkan rancangan arsitektur informasi rantai pasok BBM. Tindak lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Rantai pasok Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan kumpulan proses bisnis kompleks, tersebar mulai dari penyedia minyak, pengolahan minyak, pengangkutan minyak, pengecer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar II.1. Bentuk sederhana rantai pasok (3) BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Supply Chain Management Supply chain (rantai pasok) merupakan penyelarasan kegiatan perusahaan yang membawa produk atau layanan menuju ke pasar (3). Lingkup rantai pasok meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR INFORMASI RANTAI PASOK BAHAN BAKAR MINYAK

ANALISIS DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR INFORMASI RANTAI PASOK BAHAN BAKAR MINYAK ANALISIS DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR INFORMASI RANTAI PASOK BAHAN BAKAR MINYAK TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung oleh ESTIYAN DWIPRIYOKO

Lebih terperinci

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN

RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN RANGKUMAN SIM Ch. 9 MENCAPAI KEUNGGULAN OPERASIONAL DAN KEINTIMAN PELANGGAN MELALUI APLIKASI PERUSAHAAN (Achieving Operational Excellence and Customer Intimacy: Enterprise Applications) Rangkuman ini akan

Lebih terperinci

BAB III Landasan Teori

BAB III Landasan Teori BAB III Landasan Teori 3.1 Sistem Informasi Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terciptanya persaingan yang sengit diantara para pelaku bisnis di setiap bidang. Kemampuan perusahaan dalam merespon perubahan secara cepat

Lebih terperinci

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA

MANAJEMEN RANTAI PASOKAN. Suhada, ST, MBA MANAJEMEN RANTAI PASOKAN Suhada, ST, MBA MATERI Supply Chain Supply Chain Management ERP MODULES (POSISI SCM, CRM) ERP Modules (Posisi SCM, CRM) SUPPLY CHAIN Sebuah rangkaian atau jaringan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Materi 7 Mencapai Keunggulan Operasional dan Kedekatan dengan Pelanggan: Aplikasi Perusahaan

Materi 7 Mencapai Keunggulan Operasional dan Kedekatan dengan Pelanggan: Aplikasi Perusahaan Materi Pembelajarann Materi 7 Mencapai Keunggulan Operasional dan Kedekatan dengan Pelanggan: Aplikasi Perusahaan 7.1 Sistem Perusahaan 7.2 Sistem Manajemen Rantai Pasokan 7.3 Sistem Manajemen Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bisnis (Naslund et al., 2010). Manajemen rantai pasok melibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari survey yang dilakukan Accenture pada tahun 2010 terhadap sejumlah eksekutif perusahaan, sebanyak 89% menyatakan bahwa manajemen rantai pasok (Supply Chain Management,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BUDI LUHUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Oleh: Deni Mahdiana,S.Kom,MM,M.Kom E-BUSINESS GLOBAL : BAGAIMANA BISNIS MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI 1 PROSES BISNIS DAN SISTEM INFORMASI

Lebih terperinci

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi

OBJEK PEMBELAJARAN OBJEK PEMBELAJARAN. Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP. Gambaran Umum ERP. Definisi Sistem Informasi Klasifikasi Sistem Informasi OBJEK PEMBELAJARAN Definisi ERP Manfaat Penerapan ERP Pertemuan 1 Konsep Dasar ERP Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Modul standart yg terintegrasi dengan ERP Definisi Sistem Informasi Klasifikasi

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 ENTERPRISE RESOURCE PLANNING (ERP) Chapter 10 PENGERTIAN ERP adalah sebuah sistem informasi perusahaan yang dirancang untuk mengkoordinasikan semua sumber daya, informasi dan aktifitas yang diperlukan

Lebih terperinci

INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4

INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4 MKK-3161 E-BisnisE INFRASTRUKTUR E-BISNISE Pertemuan ke-4 Infrastruktur Dasar E-Bisnis Infrastruktur e-bisnis adalah arsitektur hardware, software, konten dan data yang digunakan untuk memberikan layanan

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran Internet

Lebih terperinci

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. KONSEP SI LANJUT WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 KSI LANJUT Supply Chain Management (SCM) Pemahaman dan Fungsi Dasar SCM. Karakter Sistem SCM. Arsitektur Pengembangan dan Tantangan SCM. Peran

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) YULIATI, SE, MM

ERP (Enterprise Resource Planning) YULIATI, SE, MM ERP (Enterprise Resource Planning) YULIATI, SE, MM ERP (Enterprise Resource Planning) ERP (Enterprise Resource Planningi) atau sering juga disebut Perencanaan Sumber Daya Perusahaan : Merupakan, sebuah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Usaha perdagangan produk logam kuningan sudah ditekuni oleh pemilik perusahan semenjak tahun 2001, dimana pada saat itu hanya melayani penjualan

Lebih terperinci

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business Supply Chain Management Pengertian supply adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar

Lebih terperinci

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT TUGAS E-BISNIS ANALISIS SUPPLY CHAIN MANAGEMENT disusun oleh : NANANG PURNOMO 11.21.0616 S1 TI-TRANSFER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X )

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Media Informatika Vol.13 No.2 (2014) PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM MENDUKUNG PERUBAHAN PROSES BISNIS DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Kasus : Perusahaan Benang Polyester X ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING

EFISIENSI BIAYA PENANGANAN FEEDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DENGAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING FISINSI BIAYA PNANGANAN FDSTOCK DALAM DISTRIBUSI SOLAR-INDUSTRI DNGAN MTOD DISTRIBUTION RQUIRMNT PLANNING Dewi Shintya Pratiwi 1 dan Yudha Prambudia 2 Laboratorium Perancangan dan Optimasi Sistem Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Saat ini, supply chain management (SCM) telah menjadi salah satu alat perbaikan bisnis yang paling kuat. Setiap organisasi harus melakukan transformasi baik dari segi

Lebih terperinci

Perencanaan Sumber Daya

Perencanaan Sumber Daya MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Sumber Daya Accounting and Finance in System Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Program Magister Teknik B11536BA Pascasarjana Industri (M-203) 07 Abstract

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SUPPLY CHAIN MANAGEMENT Disusun Oleh: Puput Resno Aji Nugroho (09.11.2819) 09-S1TI-04 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER (STMIK) AMIKOM YOGYAKARTA Jalan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN Dalam Bab ini akan dibahas teori-teori yang berhubungan dengan strategi rantai pasok yang diterapkan di perusahaan distribusi dan akan digunakan dalam menganalisis permasalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan performa mereka. Salah satu dari banyak manfaat yang bisa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi informasi dan komunikasi yang semakin maju dan berkembang saat ini memberikan banyak pilihan dan kemudahan bagi dunia bisnis dalam meningkatkan performa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia khususnya di Jakarta semakin besar dan berkembang pesat seiring perkembangan kepadatan penduduk dan juga arus globalisasi,

Lebih terperinci

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi

Objek Pembelajaran. Objek Pembelajaran. Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Objek Pembelajaran Klasifikasi Sistem Informasi (SI) SI Berdasarkan Level Organisasi Pertemuan 2 Klasifikasi Sistem Informasi Haryono Setiadi, M.Eng STMIK Sinar Nusantara Klasifikasi Menurut Arsitektur

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan rantai pasok dalam organisasi 1. Integrasi rantai pasok dalam organisasi 2. Dinamika rantai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logistik bukanlah hal yang baru di dunia industri. Sepanjang sejarah logistik sudah digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kebutuhan manusia dan mengirimkannya ke

Lebih terperinci

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP

REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP REKAYASA ALUR KERJA DAN ARSITEKTUR INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN BSP Oleh : Hendra Gunawan Jurusan Teknik Informatika, STMIK-IM email : hendra_gunawan@engineer.com Abstrak Kegiatan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang

BAB IV PERANCANGAN. 4.1 Proses Bisnis Pengadaan Barang BAB IV PERANCANGAN Pada tahap perancangan ini akan dilakukan perancangan proses pengadaan barang yang sesuai dengan proses bisnis rumah sakit umum dan perancangan aplikasi yang dapat membantu proses pengadaan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1. Latar Belakang Perusahaan PT Sekar Hati Jaya Maju didirikan pada tahun 1984. Pada mulanya PT Sekar Hati Jaya Maju merupakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yen, H.R. & Chewn, S., Enterprise Resource Planning (ERP) muncul ketika peningkatan proses dan keakuratan informasi menjadi isu strategis yang penting. Penekanan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO (Company Operation Company), DODO (Dealer Operation Dealer Owner), dan CODO (Company Owned Dealer Operated).

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN

TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN TUGAS E BISNIS MENINGKATKAN SUPPLY RANGKAIAN PERENCANAAN Di susun oleh: Bayu Saputra 09.11.3160 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Advance supply chain planning Tinjauan sekarang banyak perubahan yang cepat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, sumber daya alam ini menjadi salah satu penunjang utama untuk menigkatkan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi saat ini, banyak perusahaan semakin memanfaatkan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi saat ini, banyak perusahaan semakin memanfaatkan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar perusahaan pada saat ini semakin ketat. Dimana semakin berkembangnya teknologi saat ini, banyak perusahaan semakin memanfaatkan teknologi yang ada

Lebih terperinci

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat.

BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI. permintaan terhadap produk juga meningkat. BAB 4 PERENCANAAN STRATEGI SISTEM DAN TEKNOLOGI INFORMASI 4.1 Pengembangan sistem yang diusulkan Dengan memperkirakan terhadap trend bisnis di masa yang akan datang untuk bisnis dibidang pendistribusian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih

Lebih terperinci

TINJAUAN SEKILAS SIA Pengertian

TINJAUAN SEKILAS SIA Pengertian TINJAUAN SEKILAS SIA Pengertian» Sebuah sistem adalah kumpulan sumberdaya yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu (1)» Sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang

Lebih terperinci

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK

SISTEM BISNIS ELEKTRONIK SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut dunia perdagangan mampu menyediakan layanan jasa dan barang dengan

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #1

Pembahasan Materi #1 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Istilah Definisi SCM Ruang Lingkup SCM Model Umum SCM Dasar Pemikiran SCM Tingkat Kepentingan SCM Teknik Penerapan SCM Efektifitas SCM Keuntungan SCM 6623

Lebih terperinci

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT

VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT VI. IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PENYUSUN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT LEMBAGA PERTANIAN SEHAT 6.1 Identifikasi Tujuan Lembaga Pertanian Sehat Dalam Melakukan Kegiatan Supply Chain Management Perusahaan maupun

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan SUPPLY CHAIN MANAGEMENT ( SCM ) Prof. Made Pujawan Pendahuluan Pelaku industri mulai sadar bahwa untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas dan cepat, perbaikan di internal perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Ketika suatu organisasi akan diproyeksikan dan dikembangkan dengan harapan agar organisasi tersebut mempunyai eksistensi dan competitive advantage yang baik, maka perencanaan strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir. 2. TELAAH TEORITIS 2.1. Definisi Rantai Nilai Menurut Campbell (2008), rantai nilai mencakup seluruh kegiatan dan layanan untuk membawa suatu produk atau jasa dari tahap perencanaan hingga penjualan di

Lebih terperinci

BAB 13 SISTEM INFORMASI

BAB 13 SISTEM INFORMASI SISTEM INFORMASI Tujuan Bab ini dimaksudkan agar mahasiswa memahami pentingnya informasi, dan pengembangan sistem informasi yang optimal untuk kehidupan suatu organisasi. Materi Materi yang akan dibahas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Awal berdirinya PT.MASJATI GARMENTAMA adalah pada tahun 1989 dan menjadi perusahaan berbadan hukum pada tahun 1992 berdasarkan akte No.634/09.02/PB/V/92.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis

Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis Mendefinisikan dan menggambarkan proses bisnis dan hubungan mereka dengan sistem informasi. Menjelaskan sistem informasi yang mendukung fungsi bisnis utama: penjualan dan pemasaran, manufaktur dan produksi,

Lebih terperinci

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) INTRODUCTION T I P F T P U B KONTRAK 50 % UTS 30 % Tugas 20 % Kuis/ present WHAT IS SUPPLY CHAIN? Sebuah rantai pasokan yang terdiri dari semua pihak yang terlibat, secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut Adi (2006:6) adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program-program yang telah direncanakan

Lebih terperinci

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE

I. SISTEM BISNIS ENTERPRISE Manajemen & SIM 2 Bisnis Elektronik Hal. 1 SISTEM BISNIS ELEKTRONIK Definisi Bisnis Elektronik Saat ini dunia perdagangan tidak lagi dibatasi dengan ruang dan waktu. Mobilitas manusia yang tinggi menuntut

Lebih terperinci

BAB 3 Analisis dan perancangan

BAB 3 Analisis dan perancangan BAB 3 Analisis dan perancangan 3.1 Riwayat Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan P.D. Rimba Alam Jaya berdiri pada tahun 1983 yang terletak di Jalan Srengseng Jakarta Barat, merupakan sebuah industri perdagangan

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA KARYA ILMIAH E-BISNIS Enterprise Resources Planning (ERP) Sebagai Proses Otomatisasi Pengolaaan Informasi Pada Perusahaan Oleh : DASRI (09.11.3367) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 Enterprise Resources Planning

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS SISTEM

BAB IV. ANALISIS SISTEM BAB IV. ANALISIS SISTEM IV.1 DESKRIPSI SISTEM Perencanaan distribusi dan transportasi merupakan sebuah sistem kompleks yang diperlukan perusahaan untuk melengkapi manajemen rantai pasoknya. Distribusi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari 59 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari tiga BUMN Niaga yaitu PT. Dharma Niaga, PT. Pantja Niaga dan PT.

Lebih terperinci

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Pengelolaan Rantai Pasokan Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I Pengelolaan Rantai Pasokan 1 Rantai Pasok(Supply Chain) Suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai suplai melalui optimalisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : bappedajakarta.go.id

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Grafik Jumlah Penduduk DKI Jakarta Sumber : bappedajakarta.go.id BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk di Indonesia khususnya di Ibukota Jakarta semakin bertambah Setiap harinya. Berdasarkan dari data yang ada, terhitung pada tahun 2013 jumlah penduduk di Jakarta

Lebih terperinci

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan

Bab III Analisa dan Kerangka Usulan Bab III Analisa dan Kerangka Usulan III.1 Perencanaan Strategis dalam Pengembangan CIF III.1.1 Kendala Pengembangan CIF Pembangunan dan pengembangan CIF tentunya melibatkan banyak sekali aspek dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dalam dunia perindustrian di era globalisasi saat ini semakin ketat dengan kemajuan teknologi informasi. Kemajuan dalam teknologi informasi menjadikan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN PROSES BACKUP DATA SISTEM ERP SAP Arif Hendra Kusuma 1, Kodrat Iman Satoto, ST. MT 2.

PENGGUNAAN DAN PROSES BACKUP DATA SISTEM ERP SAP Arif Hendra Kusuma 1, Kodrat Iman Satoto, ST. MT 2. PENGGUNAAN DAN PROSES BACKUP DATA SISTEM ERP SAP Arif Hendra Kusuma 1, Kodrat Iman Satoto, ST. MT 2. 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Supply chain adalah jaringan entitas-entitas yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Entitas yang

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM. sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan BAB 3 ANALISIS SISTEM / PROGRAM 3.1 Organisasi Perusahaan Bentuk organisasi pada SPBU No. 34.45.222 merupakan organisasi yang sederhana, dimana seluruh aspek operasional dan manajemen, dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PERAN SIA DALAM ORGANISASI

BAB I PERAN SIA DALAM ORGANISASI BAB I PERAN SIA DALAM ORGANISASI Peran/posisi SIA dalam Proses Bisnis SISTEM INFORMASI AKUNTANSI (Kebijakan, Prosedur, Dokumentasi, Pengolahan/Transmisi Data, Pelaporan, Teknologi Informasi, SDM) SIA dirancang

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENDAHULUAN

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENDAHULUAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENDAHULUAN 2015 APAKAH SIA ITU? Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponenkomponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Review : Joint Product, Material, Labor, Factory Overhead, Activity-Based Costing Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville,

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pengembangan perangkat lunak dalam penelitian ini dilakukan dengan mengacu kepada SDLC model waterfall berdasarkan referensi Ian Sommerville, yang terbagi atas 4

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan

Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis. Defri Kurniawan Pengantar Sistem Informasi & e-bisnis Defri Kurniawan Content: Konsep Dasar Sistem dan Informasi Pengertian Sistem Informasi Sistem Informasi Bisnis (-e-bisnis) Jenis Sistem Informasi Bisnis Konsep Dasar

Lebih terperinci

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU

Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Bab 9 KONSEP e SUPPLY CHAIN DALAM SISTEM INFORMASI KORPORAT TERPADU Sistem Informasi Korporat Terpadu Konsep manajemen supply chain memperlihatkan adanya proses ketergantungan antara berbagai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang ingin berkembang. Saat ini teknologi telah berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi perusahaan yang ingin berkembang. Saat ini teknologi telah berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, teknologi merupakan kebutuhan pokok bagi perusahaan yang ingin berkembang. Saat ini teknologi telah berkembang sangat pesat sehingga

Lebih terperinci

Struktur SIM. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014

Struktur SIM. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Struktur SIM Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma 2014 Pendekatan Struktur SIM Unsur Pengoperasian Unsur Pengoperasian Komponen Fisik 1. Hardware

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Dasar Enterprise Arsitektur 3.1.1. Enterprise Architecture Enterprise Architecture atau dikenal dengan arsitektur enterprise adalah deskripsi yang didalamnya termasuk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management. (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG DAN MASALAH Proses manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) telah menjadi komponen utama dari strategi persaingan untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1. Riwayat Perusahaan PT. Sinar Buana adalah sebuah perusahaan dagang yang bergerak dalam bidang distribusi permesinan dan bahan kimia industri. PT. Sinar Buana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru

BAB 1 PENDAHULUAN. Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di berbagai penjuru dunia. Pengguna internet telah berlipat ganda dari hari ke hari seperti lompatan kuantum dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem informasi merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan

Lebih terperinci

SHELLY ATMA DEVINTA

SHELLY ATMA DEVINTA SHELLY ATMA DEVINTA 3110100036 DOSEN PEMBIMBING: Cahyono Bintang Nurcahyo ST, MT Ir. I Putu Artama Wiguna, MT, Ph.D Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING RUANG LINGKUP MATAKULIAH Materi Pengantar ERP Sistem dan Rekayasa ERP Pemetaan Proses Siklus ERP ERP: Sales, Marketing & CRM ERP: Akuntansi, Keuangan ERP: Produksi, Rantai

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN

SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN SISTEM INFORMASI PADA PERUSAHAAN Level Sistem Informasi pada Perusahaan Sistem dalam suatu perusahaan terbagi menjadi empat level, yaitu: Operasional ( Operational-level Systems ) Pengetahuan ( Knowledge-level

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam perdagangan alat listrik dan juga elektronik. Kelebihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sepuluh tahun terakhir, industri alat berat Indonesia berkembang sangat pesat. Bahkan, untuk wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan negara dengan industri

Lebih terperinci

Materi #12. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n

Materi #12. TKT312 - Otomasi Sistem Produksi T a u f i q u r R a c h m a n Materi #12 Kemampuan Akhir Yang Diharapkan 2 Mampu mengidentifikasi kebutuhan otomasi dalam suatu sistem manufaktur/jasa dan mampu menganalisa aspek teknis dan non teknis perancangan sistem otomasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekumpulan fasilitas, pasokan bahan baku, konsumen, produk dan metode yang digunakan untuk mengontrol penyimpanan produk, pembelian, dan pendistribusian disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Frida Agro yang terletak di Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan

Lebih terperinci

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2 outline Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Rantai Pasok, SCM dan ERP Kebutuhan dan Manfaat Sistem Terintegrasi Proses Bisnis Perusahaan Manufaktur Sub Bab

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS

SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS SISTEM INFORMASI FUNGSI BISNIS I. SISTEM INFORMASI PEMASARAN Fungsi bisnis dalam pemasaran menitikberatkan pada perencanaan, promosi, penjualan produk, pengembangan pasar, dan pengembangan produk baru

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING

ENTERPRISE RESOURCE PLANNING ENTERPRISE RESOURCE PLANNING 06 ERP: SCM SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SCM adalah satu rangkaian bisnis demand dan supply yang melibatkan perusahaan dengan mitra kerjanya. Kelancaran proses dalam supply chain

Lebih terperinci

Orang-orang, Prosedur-prosedur, Data, Software (perangkat lunak), Infrastruktur teknologi informasi.

Orang-orang, Prosedur-prosedur, Data, Software (perangkat lunak), Infrastruktur teknologi informasi. Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masing-masing

Lebih terperinci