BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL. 4.1 Flip-Flop S-R

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL. 4.1 Flip-Flop S-R"

Transkripsi

1 BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL Telah kita pelajari tentang unit logika kombinasional yang keluarannya hanya tergantung pada masukan saat itu atau dengan kata lain keluarannya merupakan fungsi dari masukan saja. Unit logika sekuensial atau sering disebut sebagai mesin keadaan berhingga (finite state machine, FSM), keluarannya bergantung pada masukan dan keluaran sebelumnya. FSM dibedakan dengan CLU karena selain menghasilkan keluaran juga menghasilkan keadaan (state). Hal ini penting untuk implementasi rangkaian memori dan juga unit kendali pada komputer. Model klasik dari FSM tampak pada Gambar 4.. Bagian CLU memiliki masukan dari jalur i i k yang berasal dari luara FSM dan juga masukan keadaan s s n yang berasal dari dalam FSM sendiri. CLU menghasilkan bit keluaran f f m dan bit keadaan terbaru. engan adanya elemen tunda maka keadaan sekarang bertahan terus sampai ada sinyal sinkronisasi yang menyebabkan nilai i menggantikan nilai s i sebagai bit keadaan baru, karena diambil dari i. 4. Flip-Flop S-R Flip-flop adalah susunan gerbang logika yang menjaga keluaran tetap stabil walaupun masukan sudah tidak aktif. Keluaran flip-flop ditentukan oleh nilai masukan dan juga nilai keluaran sebelumnya, sehingga unit logika kombinasional tidak cukup untuk menangani hal ini. Flip-flop dapat digunakan untuk menyimpan informasi bit tunggal, dan berlaku sebagai pembangun memori komputer. Jika kedua masukan pada gerbang NOR dua masukan bernilai, maka 67

2 68 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL i Input. i n. Unit logika kombinasional.. f Output f Sinyal Sinkronisasi Gambar 4.: Model klasik dari FSM keluarannya akan, selain itu keluarannya akan. Seperti dibahas pada bab sebelumnya, waktu yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran dari masukan gerbang logika tidaklah seketika tetapi sebesar τ yang merupakan waktu perambatan melalui gerbang logika. Waktu tunda ini kadang-kadang dimunculkan sebagai rangkaian tunda untuk keperluan analisis seperti Gambar 4.2. Waktu tunda ini secara normal tidak dimunculkan tetapi tetap ada. A B τ A + B τ Gambar 4.2: Gerbang NOR dengan rangkaian tunda Waktu perambatan melalui gerbang NOR mempengaruhi operasi flipflop. Perhatikan flip-flop set-reset (S-R) pada Gambar 4.3, yang berisi gerbang NOR yang saling silang. Jika kita isikan pad S, maka akan bernilai setelah waktu tunda τ, yang menyebabkan bernilai (dianggap R bernilai ) setelah waktu tunda 2 τ. Akibatnya adalah selama penggalan waktu

3 4.2. Flip-flop S-R Berdetak 69 tertentu ada waktu singkat sebesar τ yang dan bernilai, yang secara logis tidak dibenarkan, tetapi kondisi ini dapat diperbaiki dengan konfigurasi tuan-hamba (master-slave) yang akan kita bahas nanti. Jika kemudian S diisi dengan, maka tetap, sampai nilai R beranjak menjadi. engan demikian flip-flop S-R dapat menyimpan nilai bit tunggal dan dapat berlaku sebagai elemen memori paling dasar. S R i S i R i i+ (dilarang) (dilarang) τ Gambar 4.3: Flip-flop S-R dengan NOR Ada banyak cara untuk menyusun rangkaian sebuah flip-flop S-R. Penggunaan gerbang NOR yang saling silang untuk flip-flop S-R adalah hanya salah satu cara. ua gerbang NAN yang dihubungkan saling silang juga dapat menghasilkan flip-flop S-R, dengan nilai S = R = mengakibatkan keluaran tidak berubah. engan menggunakan teorema emorgan kita dapat mengubah gerbang NOR dalam flip-flop S-R menjadi gerbang AN seperti dalam Gambar 4.4. engan penggeseran gelembung, maka gerbang AN dapat diubah menjadi gerbang NAN. Penggeseran gelembung pada S dan R mengakibatkan pertukaran label S dan R. S R S S R R R S Gambar 4.4: Flip-flop S-R dengan NAN 4.2 Flip-flop S-R Berdetak Perlu diketahui bahwa masukan ke flip-flop S-R dapat berasal dari keluaran rangkaian lain, dalam bentuk rangkaian logika berjenjang. Hal ini biasa ter-

4 7 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL jadi pada rangkaian logika konvensional. Masalahnya adalah transisi dapat terjadi pada waktu yang tidak diinginkan. Perhatikan rangkaian pada Gambar 4.5. Jika sinyal A, B, dan C semuanya berubah dari keadaan menjadi, maka sinyal C akan mencapai gerbang XOR sebelum A dan B keluar dari gerbang AN. Akibatnya nilai S akan walaupun sebentar sampai keluaran dari gerbang AN sudah mantap dan dioperasian XOR dengan C. Jika nilai pada S bertahan cukup lama maka akan mengakibatkan nilai yang tersimpan dalam flip-flop bisa berubah. A B C A B S C AB R S R iagram waktu Gambar 4.5: Rangkaian yang mengandung hazard Jika keadaan akhir dari flip-flop sensitif terhadap kedatangan sinyal maka dapat menimbulkan glitch, yang sebenarnya merupakan keadaan atau keluran yang tidak diinginkan. Rangkaian yang dapat menghasilkan glitch disebut rangkaian yang mengandung hazard. Untuk menyelaraskan pengendalian terhadap rangkaian yang tergantung pada keadaan (misalnya flip-flop) maka digunakanlah detak (clock) yang akan mengaktifkan rangkaian dalam selang waktu tertentu secara serentak. Rangkaian detak menghasilkan sinyal dan bergantian terus menerus dengan periode waktu yang tetap sehingga membentuk gelombang kotak seperti Gambar 4.6. Waktu yang diperlukan detak untuk naik, turun dan kemudian mulai naik lagi disebut waktu siklus atau periode. Gelombang kotak yang ditampilkan pada gambar tersebut adalah bentuk gelombang detak ideal. alam kenyataannya, gelombang tersebut tidak berbentuk persegi

5 4.3. Flip-flop dan konfigurasi tuan-hamba 7 tetapi membulat karena perlu waktu untuk menjadi tinggi dan rendah, tidak berlangsung seketika. Amplitudo periode = 25ns Waktu Gambar 4.6: etak yang berupa gelombang kotak Kecepatan detak berkebalikan dengan waktu siklus. Untuk waktu siklus sebesar 25 ns/siklus berarti kecepatannya adalah /25 siklus/ns, yang sama dengan 4.. siklus per detik atau 4 MHz. Kita dapat menggunakan sinyal detak untuk menghilangkan hazard dengan membuat flip-flop S-R berdetak, yang dapat dilihat pada Gambar refgbrffsrdetak. Simbol berarti clock atau detak. Sekarang S dan R tidak dapat mengubah keadaan hingga detak bernilai tinggi. engan demikian S dan R dibuat mantap dahulu pada posisi detak rendah, baru kemudian detak menjadi tinggi dan nilai yang stabil akan tersimpan dalam flip-flop. S S R R 2 τ iagram waktu Gambar 4.7: Flip-flop S-R berdetak 4.3 Flip-flop dan konfigurasi tuan-hamba Kelemahan dari flip-flop S-R adalah bahwa untuk menyimpan nilai atau, kita harus mengisi pada S atau R. Konfigurasi alternatif untuk menyimpan nilai atau adalah dengan menggunakan flip-flop seperti pada

6 72 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL Gambar 4.8. Flip-flop disusun dari flip-flop yang dipasangi pembalik antara masukan S dan R. engan demikian ketika detak bergerak naik, maka nilai pada jalur akan disimpan. Rangkaian 2 τ iagram waktu Simbol Gambar 4.8: Flip-flop. Simbol C menunjukkan clock atau detak. Flip-flop biasa digunakan pada rangkaian yang mempunyai umpan balik dari keluaran kembali ke jalur masukan melalui rangkaian lain. Hal ini kadang-kadang menyebabkan keadaan flip-flop berubah lebih dari sekali dalam satu siklus detak. Untuk memastikan bahwa dalam satu siklus hanya terjadi perubahan keadaan pada flip-flop, kita cegat kalang umpan balik dengan membentuk flip-flop tuan-hamba seperti Gambar 4.9. Gambar 4.9: Flip-flop tuan-hamba Flip-flop tuan-hamba berisi 2 flip-flop yang disusun berurutan dengan

7 4.4. Flip-flop JK dan T 73 detak untuk flip-flop kedua dipasang pembalik. Flip-flop tuan akan berubah saat detak tinggi, tetapi flip-flop hamba tidak berubah sampai detak rendah. engan demikian diperlukan detak naik kemudian turun untuk memindahkan isi jalur pada flip-flop tuan ke keluaran s pada flip-flop hamba. Simbol segitiga pada flip-flop tuan-hamba menunjukkan bahwa perubahan keadaan hanya terjadi pada saat detak berubah naik ( dari ke ) atau turun (dari ke ). Untuk konfigurasi seperti Gambar 4.9 berlaku bahwa perubahan terjadi saat detak turun (dari ke ). Flip-flop picuan level keadaan berubah terus-menerus selama detka bernilai tinggi (atau rendah tergantung desain flip-flop). Flip-flop picuan tepi berubah hanya saat terjadi perubahan detak dari tinggi-ke-rendah atau dari rendah-ke-tinggi. Beberapa buku tidak memasang simbol segitiga pada masukan detak. Untuk membedakan antara flip-flop picuan level atau picuan tepi digunakan cara lain. Penggunaan simbol segitiga membuat tipe flip-flop menjadi jelas. 4.4 Flip-flop JK dan T Selain flip-flop S-R dan, flip-flop J-K juga termasuk flip-flop yang cukup terkenal. Flip-flop J-K mempunyai kelakuan yang mirip dengan flip-flop S-R kecuali bahwa flip-flop ini akan mempunyai keluaran = untuk J= dan K=. Saat J= dan K= maka keluarannya =. Jika J dan K bernilai, maka nilai keluaran akan berkebalika dengan nilai keluaran sebelumnya. Namun untuk J dan K sama-sama bernilai, keluaran akan tetap. iagram logika dan simbol untuk flip-flop J-K dan T terlihat pada Gambar 4. dan 4. J K J K Rangkaian Simbol Gambar 4.: Flip-flop J-K dan simbolnya Permasalahan pada saat dioperasikan dalam mode bergantian maka jika J dan K keduanya bernilai tinggi dan detak juga tinggi, flip-flop dapat bergantian nilainya lebih dari satu kali sampau detak menjadi rendah. Situasi ini

8 74 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL T J K T Gambar 4.: Flip-flop T dan simbolnya merupakan salah satu alasan penggunaan konfigurasi tuan-hamba. iagram skematik untuk flip-flop J-K tuan-hamba, terlihat pada Gambar 4.2. J K Rangkaian J K Simbol Gambar 4.2: Flip-flop J-K tuan-hamba dan simbolnya 4.5 esain Mesin Keadaan Berhingga Kita lihat lagi model klasik mesin keadaan berhingga atau finite state machine (FSM) pada Gambar 4.. Elemen penunda dapat diimplementasi dengan flip-flop tuan-hamba dan sinyal sinkronikasi dengan detak. Umumnya, untuk implementasi umpan balik digunakan flip-flop. Perlu diketahui bahwa kita dapat melabeli flip-flop menurut kemauan kita, asal artinya jelas. Pada Gambar 4. posisi masukan i dan keluaran i saling dipertukarkan dari posisi normal yang kita bahas sebelumnya. Misalnya, FSM pencacah sinkron modulo 4 mencacah dari hingga dan berulang lagi. iagram blok FSM pencacah sinkron ditunjukkan pada Gambar 4.3. Fungsi RESET (logika positif) mengakibatkan nilai keluaran q q adalah jika diaktifkan. Keluaran akan berurutan sesuai nilai pada jalur q dan q pada waktu yang bersesuaian dengan detak. Setiap nilai baru keluaran muncul, maka nilai umpan balik s s juga berubah. Kita perhatikan bahwa desain pencacah dapat dilakukan dengan mendaftar semua kemungkinan masukan dan keluaran yang terjadi pada 4 jalur q q dan keadaan s s. Berdasarkan daftar tersebut kemudian dibuat rangkaian logika kombinasional yang merupakan implementasi pencacah. ua flip-flop digunakan untuk mecatat bit keadaan.

9 4.5. esain Mesin Keadaan Berhingga 75 Reset q Pencacah Sinkron 3-bit q s s Gambar 4.3: Pencacah modulo 4 Bagaimana kita tahu bahwa dibutuhkan 2 bit sebagai pencacat keadaan untuk umpan balik? Kenyataannya adalah bahwa kita tidak tahu dari awal jumlah bit yang dibutuhkan untuk mencatat keadaan, sehingga untuk bahasan berikutnya kita akan melihat pendekatan yang lebih umum dalam perancangan mesin keadaan berhingga. Untuk pencacah kita dapat mulai dari penyusunan diagram transisi keadaan seperti Gambar 4.4 dengan keadaan A sampai dengan dan garis berarah menunjukkan transisi. alam kasus ini keadaan A untuk nilai pencacah, B untuk, C untuk, dan untuk. / / A / B / / /, / C / Gambar 4.4: iagram transisi keadaan pencacah modulo 4 Misalnya, FSM diinisialisasi pada keadaan A. Ada 2 kemungkinan masukan yaitu: dan. Jika masukan (RESET) bernilai, maka FSM akan berpindah ke keadaan B dan menghasilkan keluaran. Jika RESET bernilai, FSM tetap pada keadaan A dan menghasilkan keluaran. Mirip dengan ini, jika FSM di keadaan B, akan berpindah ke keadaan C dengan keluaran jika RESET, jika tidak akan kembali ke keadaan A dengan keluaran. emikian juga untuk keadaan yang lain, dapat diinterpretasikan dengan

10 76 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL cara yang sama. Sekali kita berhasil membuat diagram transisi keadaan, kita dapat menulisnya dalam bentuk tabel keadaan seperti Gambar 4.5. Keadaan sekarang terlihat di bagian kiri, dan kondisi masukan ada di bagian atas. Isi tabel adalah pasangan keadaan/keluaran berikutnya yang diambil langsung dari diagram transisi keadaan pada Gambar 4.4. Ambil salah satu bari misalnya keadaan sekarang B dan masukan kondisi adalah, maka keadaan berikutnya adalah C dan keluaran berikutnya adalah. Masukan RESET Keadaan sekarang A B/ A/ B C/ A/ C / A/ A/ A/ Gambar 4.5: Tabel keadaan untuk pencacah modulo-4 Setelah kita membuat tabel keadaan, kita tentukan nilai biner untuk setiap keadaan. Karena ada 4 keadaan, kita membutuhkan paling tidak 2 bit untuk mengkodekan keadaan menjadi biner secara unik. Kita tentukan saja pengkodeannya: A =, B =, C =, dan =, dan mengganti setiap label A, B, C, dan dengan kode keadaannya, seperti pada Gambar 4.6. alam praktiknya, penetapan kode keadaan ini akan berpengaruh terhadap bentuk rangkaian akhir, namun secara logika pengkodean ini mengakibatkan hasil akhir yang sama. Masukan RESET Keadaan sekarang A: / / B: / / C: / / : / / Gambar 4.6: Tabel keadaan untuk pencacah modulo-4 dengan pengkodeannya ari tabel keadaan, dapat dihasilkan tabel kebenaran untuk keadaan

11 4.6. Contoh: etektor Urutan 77 berikutnya dan fungsi keluaran seperti pada Gambar 4.7. Subskrip untuk variabel keadaan menunjukkan waktu. Keadaan sekarang ditulis dengan s t dan keadaan berikutnya ditulis dengan s t+. Biasanya subskrip ini diabaikan dengan pengertian bahwa ruas kanan dari persamaan memuat keadaan sekarang dan ruas kiri memuat keadaan berikutnya. Perlu dicatat bahwa s (t+) = q (t+) dan s (t+) = q (t+), sehingga cukup diimplementasikan s (t + ) dan s (t + ) saja sedang q (t + ) dan q (t + ) dapat diambil langsung padanya. RESET r(t) s (t) s (t) s s (t + ) q q (t + ) s (t + ) = r(t) s (t) s (t) + r(t) s s (t) s (t + ) = r(t) s (t) s (t) + r(t) s s (t) q (t + ) = r(t) s (t) s (t) + r(t) s s (t) q (t + ) = r(t) s (t) s (t) + r(t) s s (t) Gambar 4.7: Tabel kebenaran untuk keadaan berikutnya dan fungsi keluaran pencacah modulo-4 Akhirnya, kita implementasikan keadaan berikutnya dan fungsi keluaran dengan menggunakan gerbang logika dan flip-flop tuan-hamba untuk variabel keadaan seperti pada Gambar Contoh: etektor Urutan Contoh lain, kita akan merancang mesin yang mengeluarkan nilai saat 2 dari 3 masukan terakhir bernilai. Contohnya, masukan dengan urutan mengeluarkan hasil dengan urutan. Ada satu jalur masukan seri dan kita asumsikan bahwa pada awalnya tidak ada masukan. Untuk kasus ini, kita akan menggunakan flip-flop dan MUX 8-ke-.

12 78 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL Reset q q Gambar 4.8: esain logika untuk pencacah modulo-4 Kita mulai dengan menyusun diagram transisi keadaan, seperti pada Gambar 4.9. Ada 8 kemungkinan urutan 3 bit yang masuk ke dalam mesin:,,,,,,, dan. Keadaan A adalah keadaan awal, yang kita asumsikan belum ada data yang masuk. Pada keadaan B dan C baru masuk bit data sehingga keluarannya. Keadaan, E, F, dan G paling tidak menerima 2 bit masukan kalau keadaan sebelumnya adalah B atau C. Setelah masuk pada keadaan, E, F, atau G maka sistem akan berkutat di keadaan ini saja. Keadaan akan dikunjungi saat dua masukan terakhir bernilai. Keadaan E, F, dan G dikunjungi jika dua masukan terakhir adalah,, dan. Langkah berikutnya adalah membuat tabel keadaan seperti tertera pada Gambar 4.2, yang dituangkan dari diagram transisi keadaan. Selanjutnya, kita akan membuat penetapan kode keadaan seperti Gambar 4.2a. Berdasarkan penetapan kode keadaan kita dapat membuat tabel kebenaran untuk keadaan berikutnya dan fungsi keluaran. Lihat Gambar 4.2b. ua baris terakhir pada tabel berisi keadaan, yang dalam praktiknya tidak akan pernah muncul, karena keadaan untuk kasus ini tidak ada. engan demikian keadaan berikutnya dan keluaran pada 2 baris tersebut tidak perlu diperhatikan, dan ditulis sebagai d yang berarti don t care, abaikan saja. Akhirnya, kita susun rangkaiannya seperti Gambar Perlu flip-flop untuk setiap variabel keadaan, sehingga seluruhnya perlu 3 flip-flop. Ada 3 fungsi keadaan berikutnyadan fungsi keluaran, sehingga kita membutuhkan 4 MUX. Pemilihan s 2, s, dan s sebagai pengendali MUX merupakan pilihan begitu saja. Pilihan kombinasi lain juga dapat digunakan.

13 4.7. Contoh: Pengendali mesin penjualan 79 / / A / B C / / / / / / E / F / G / / / Gambar 4.9: iagram transisi keadaan untuk detektor urutan Masukan Keadaan sekarang A B/ C/ B / E/ C F/ G/ / E/ E F/ G/ F / E/ G F/ G/ Gambar 4.2: Tabel keadaan detektor urutan 4.7 Contoh: Pengendali mesin penjualan Kita akan merancang pengendali mesin penjualan menggunakan flip-flop dan kotak hitam yang mewakili PLA seperti pada Gambar Mesin penjualan menerima tiga macam koin Rp, Rp 2, dan Rp 5. Jika nilai yang dimasukkan sama atau lebih besar dari Rp 4, maka mesin akan mengeluarkan barang dagangan, dan mengembalikan uang kelebihan, kemudian menunggu transaksi berikutnya. Kita mulai menyusun diagram transisi keadaan seperti Gambar i keadaan A, belum ada koin yang dimasukkan, sehingga uang yang masuk adalah Rp. Jika koin seratusan atau duaratusan dimasukkan maka keadaan akan berubah ke B atau C. Jika koin limaratusan yang dimasukkan maka uang yang masuk sejumlah Rp 5. Mesin akan mengeluarkan barang dagangan dan mengeluarkan kembalian koin seratusan, dan keadaan tetap di A. Hal ini ditandai dengan L/ dalam kalang memutar di keadaan A. ari keadaan B atau C dapat berpindah ke keadaan. ari kembali ke A atau B.

14 8 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL s 2 s s s 2 s s z Masukan X Keadaan sekarang A: / / B: / / C: / / : / / E: / / F: / / G: / / (a) d d d d d d d d Gambar 4.2: Penetapan kode keadaan dan tabel kebenaran detektor urutan (b) Gambar 4.22: iagram logika detektor urutan Perhatikan saat koin limaratusan dimasukkan pada keadaan. Mestinya mesin akan mengeluarkan barang dagangan, mengembalikan Rp 4, dan kembali ke A, tetapi menurut diagram tersebut mesin akan mengeluarkan barang, mengembalikan Rp 3, dan menuju ke keadaan B. Mesin tetap menahan uang sebesar Rp. ari diagram transisi keadaan dapt disusun tabel keadaan seperti pada Gambar 4.24a. Kemudian dapat ditentukan kode keadaan untuk simbol S,, dan L dalam bentuk biner, seperti pada Gambar 4.24b. Akhirnya, kita buat diagram rangkaiannya seperti Gambar 4.25a. Kode keadaan terdiri atas 2 bit sehingga diperlukan 2 flip-flop. Empat masukan pada PLA digunakan 2 bit untuk keadaan sekarang dan 2 bit koin. PLA menghasilkan 5 keluaran untuk 2 bit keadaan berikutnya, bit pengeluaran barang, dan bit kembalian seratusan dan duaratusan. Kita asumsikan bahwa pemasukan koin dianggap masukan dan detak juga. Rancangan PLA pada Gambar 4.25a, dapat diikuti prosesnya dengan melihat Gambar 4.25b dan 4.25c, yang disusun secara manual. Namun untuk

15 4.8. Mesin Mealy dan Moore 8 / L/ S/ S/ / A Rp B Rp Rp 3 L/ L/ L/, / / S/ C Rp 2 S/ S=seratusan (Rp ) =duaratusan (Rp 2) L=duaratusan (Rp 2) Gambar 4.23: iagram transisi keadaan pengendali mesin penjualan Masukan S L Masukan S L K.S. K.S. A B/ C/ A/ A: / / / B C/ / A/ B: / / / C / A/ A/ C: / / / A/ A/ B/ : / / / Gambar 4.24: (a) Tabel keadaan pengendali mesin penjualan (b) penetapan kode keadaan pengendali mesin penjualan kasus yang kompleks biasanya menggunakan alat bantu komputer. 4.8 Mesin Mealy dan Moore Keluaran dari rangkaian FSM yang kita bahas sebelumnya sejauh ini ditentukan oleh keadaan sekarang dan masukan. Keadaan dikelola oleh flip-flop picuan tepi surut, maka perubahan keadaan hanya terjadi saat tepi surut pada detak. Apapun perubahan yang terjadi pada masukan tidak mempunyai efek terhadap keadaan selama detak rendah. Masukan langsung menghasilkan keluaran tanpa melewati flip-flop. engan demikian perubahan masukan dapat mengakibatkan perubahan keluaran, tanpa memperhatikan detak dalam keadaan rendah atau tinggi. Pada Gambar 4.25, perubahan salah

16 82 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL z s PLA s s s (a) desimal s s s s z 2 z z d d d d d d d d d d d d d d d d d d d d (c) s s z 2 z z (b) Gambar 4.25: Mesin penjualan (a) rangkaian, (b) tabel kebenaran (c) realisasi PLA satu masukan atau dapat mengakibatkan perubahan keluaran z 2 z z tanpa tergantung pada detak. Model seperti ini dinamakan model FSM Mealy. alam model Mealy, keluaran berubah segera setelah masukan berubah, sehingga tidak ada tundaan yang diakibatkan oleh detak. Pada model FSM Moore, keluaran menyatu pada bit keadaan, sehingga perubahan keluaran terjadi pada pulsa detak setelah perubahan masukan. Kedua model ini digunakan oleh perancang rangkaian dan pada bagian ini akan kita bahas perbedaannya dengan mengemukakan contoh. Sebagai contoh model FSM Moore adalah pencacah biner 2 bit seperti pada Gambar Mesin ini mencacah dari sampai dengan 3 dan berulang dari lagi, mirip dengan pencacah modulo-4. Mesin hanya mencacah jika =, jika tidak mesin akan bertahan pada keadaan sekarang. Perlu diperhatikan bahwa keluaran menyatu pada variabel keadaan, sehingga tidak ada jalur langsung antara masukan dan keluaran yang tidak melewati flip-flop. Model Mealy dianggap lebih berdaya guna daripada model Moore sebab satu detak saja dapat mengakibatkan perubahan keluaran suatu mesin. Pe-

17 4.9. Register 83 z z Gambar 4.26: FSM Moore pencacah biner 2 bit rubahan keluaran ini dapat mengubah keluaran mesin lain, jika dihubungkan dengan masukan mesin lain tersebut, demikian seterusnya. alam model Moore, perubahan selalu sinkron dengan detak, sehingga perubahan beruntun antar mesin tidak dapat terjadi. Perubahan keluaran suatu mesin mempunyai efek yang kecil terhadap mesin berikutnya pada model Moore. Oleh karena itu, analisis dan pelacakan kesalahan dapat ditelusuri bagian per bagian dengan lebih mudah. Pada praktiknya kedua model ini digunakan. 4.9 Register Informasi yang terdiri atas bit tunggal tersimpan dalam flip-flop. Sejumlah N bit informasi membentuk satu word dengan panjang N-bit dapat disimpan dalam N flip-flop. Contoh word dengan panjang 4-bit dapat dilihat pada Gambar Susunan flip-flop yang digunakan untuk menyimpan data disebut register. alam konfigurasi pada gambar tersebut data masukan i dimasukkan ke register saat jalur Write dan Enable tinggi, sinkron dengan detak. Isi register dapat dibaca pada keluaran i hanya saat jalur Enable tinggi, karena buffer tiga keadaan terputus secara elektronis saat Enable rendah. Kita sederhanakan penggambaran register menjadi seperti Gambar Register geser akan menggeser isi pada setiap flip-flop ke flip-flop sesudahnya, dan menerima masukan pada ujung masukan serta memuntahkan isinya pada ujung keluaran, sehingga memungkinkan untuk disusun secara bersam-

18 84 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL 3 2 WR CLR EN 3 2 Gambar 4.27: Register 4-bit WR 3 2 EN 3 2 Gambar 4.28: Register 4-bit disederhanakan bungan. Perhatikan register geser pada Gambar Register dapat digeser ke kiri, digeser ke kanan, menerima masukan secara paralel, atau dibiarkan isinya tetap, semunya sinkron dengan detak. Fasilitas pemasukan paralel dan pembacaan paralel memungkinkan register geser berfungsi sebagai pengubah serial ke paralel atau pengubah paralel ke serial. 4. Pencacah Pencacah adalah bentuk lain dari register yang keluarannya mempunyai pola dalam rentang bilangan biner tertentu. Gambar 4.3 menunjukkan konfigurasi pencacah modulo 8 dengan pola biner tiap langkah adalah:,,,,,,, dan diulang lagi. Tiga flip-flop J-K ditempatkan dalam mode bergantian, dan setiap masukan detak dioperasikan AN dengan keluaran sebelumya, mengakibatkan frekuensi detak baru sebesar setengahnya. etak ini akan memicu pada flip-flop berikutnya, demikian seterusnya. Hasilnya adalah setiap flip-flop F i akan mengasilkan keluaran i dengan frekuensi frac2 i. Jika pola i dengan i = 2 sampai dengan disusun hasilnya adalah,,...,. alam rangkaian tersebut juga ditambahkan jalur RESET tak sinkron, yang akan melakukan pengisian pada pencacah, dan tidak tergantung pada keadaan, jalur detak, maupun jalur EN. Selain flip-flop pada LSB, keadaannya berubah karena keadaan flip-flop tetangganya, tidak sekedar

19 4.. Pencacah 85 c 3 2 Input geser kanan output geser kiri Input geser kanan Output geser kanan c c EN 3 2 Kendali c c Fungsi Tetap Geser kiri Geser kanan Muat paralel Input geser kanan Output geser kiri c c Output geser kanan Input geser kiri Gambar 4.29: Register geser karena detak. Rangkaian ini mirip dengan Gambar 4.8 tetapi lebih mudah diperluas menjadi ukuran yang lebih besar karena tinggal menghubungkan keluaran dari MSB unit ini ke masukan LSB unit berikutnya.

20 86 4. RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL J J J EN K K K RESET 2 ENABLE PENCACAH MO(8) RESET 2 Gambar 4.3: Pencacah modulo 8

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === === PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu. Variabel Masukan Keadaan

Lebih terperinci

Bab XI, State Diagram Hal: 226

Bab XI, State Diagram Hal: 226 Bab XI, State Diagram Hal: 226 BAB XI, STATE DIAGRAM State Diagram dan State Table Untuk menganalisa gerbang yang dihubungkan dengan flip-flop dikembangkan suatu diagram state dan tabel state. Ada beberapa

Lebih terperinci

=== PENCACAH dan REGISTER ===

=== PENCACAH dan REGISTER === === PENCACAH dan REGISTER === Pencacah Pencacah adalah sebuah register yang mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk melalui masukan detaknya, karena itu pencacah membutuhkan karakteristik memori

Lebih terperinci

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

BAB VII DASAR FLIP-FLOP

BAB VII DASAR FLIP-FLOP 89 BAB VII ASAR FLIP-FLOP 1. Pendahuluan Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang rangkaian kombinasional, yang merupakan rangkaian dengan keluaran yang dikendalikan oleh kondisi masukan yang ada.

Lebih terperinci

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner

Lebih terperinci

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu Rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian Pertemuan ke 2 1 BAB I Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi elemen flip-flop pada counter dan register serta clock mode, pulse mode, dan level mode. Manfaat Memberikan

Lebih terperinci

Arsitektur Komputer. Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial

Arsitektur Komputer. Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial Arsitektur Komputer Rangkaian Logika Kombinasional & Sekuensial 1 Rangkaian Logika Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu : Rangkaian Kombinasional adalah rangkaian yang kondisi

Lebih terperinci

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER BAB VIII REGISTER DAN OUNTER 8.1 Register Dalam elektronika digital seringkali diperlukan penyimpan data sementara sebelum data diolah lebih lanjut. Elemen penyimpan dasar adalah flip-flop. Setiap flip-flop

Lebih terperinci

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER Aplikasi flip-flop yang paling luas pemakaiannya adalah sebagai komponen pembangun pencacah dan register. Pencacah termasuk dalam kelompok rangkaian sekuensial yang merupakan

Lebih terperinci

REGISTER DAN COUNTER.

REGISTER DAN COUNTER. REGISTER DAN COUNTER www.st3telkom.ac.id Register Register adalah rangkaian yang tersusun dari satu atau beberapa flip-flop yang digabungkan menjadi satu. Flip-Flop disebut juga sebagai register 1 bit.

Lebih terperinci

FLIP-FLOP (BISTABIL)

FLIP-FLOP (BISTABIL) FLIP-FLOP (BISTABIL) Rangkaian sekuensial adalah suatu sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat ditentukan oleh : 1. keadaan masukannya pada saat itu, dan 2. keadaan masukan dan/atau keluaran

Lebih terperinci

Register & Counter -7-

Register & Counter -7- Sistem Digital Register & Counter -7- Missa Lamsani Hal 1 Register dan Pencacah Register adalah kumpulan elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Pencacah (counter) adalah merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER BAB VIII REGISTER DAN COUNTER 8.1 Register Register adalah kumpulan dari elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Register yang paling sederhana tidak lebih dari sebuah penyimpan kata

Lebih terperinci

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS Rangkaian Sequensial Rangkaian logika di kelompokkan dalam 2 kelompok besar, yaitu rangkaian logika kombinasional dan rangkaian logika sekuensial. Bentuk dasar dari rangkaian logika kombinasional adalah

Lebih terperinci

1). Synchronous Counter

1). Synchronous Counter Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counterdigunakan untuk berbagai operasi

Lebih terperinci

BAB III COUNTER. OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter

BAB III COUNTER. OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter B III COUNTER OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter 3.1 Counter secara umum Counter merupakan rangkaian logika pengurut, karena counter membutuhkan karakteristik

Lebih terperinci

Hanif Fakhrurroja, MT

Hanif Fakhrurroja, MT Pertemuan 4 Organisasi Komputer Rangkaian Logika Hanif Fakhrurroja, MT PIKSI GANESHA, 2013 Hanif Fakhrurroja @hanifoza hanifoza@gmail.com Agenda 1 Rangkaian Kombinasi 2 Rangkaian Sekuensial/flip-flop Pendahuluan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 PENCACAH

PERTEMUAN 12 PENCACAH PERTEMUAN 12 PENCACAH Sasaran Pertemuan 12 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Pencacah yang terdiri dari : - Riple Counter - Pencacah Sinkron - Pencacah Lingkar - Pencacah Turun naik - Pencacah Mod

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) RANGKAIAN DIGITAL Program Studi Teknik Komputer Jenjang Pendidikan Program Diploma III Tahun AMIK BSI NIM NAMA KELAS :. :.. :. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 PENCACAH

PERTEMUAN 12 PENCACAH PERTEMUAN 12 PENCACAH Sasaran Pertemuan 12 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Pencacah yang terdiri dari : - Riple Counter - Pencacah Sinkron - Pencacah Lingkar - Pencacah Turun naik - Pencacah Mod

Lebih terperinci

1). Synchronous Counter

1). Synchronous Counter Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counter digunakan untuk berbagai operasi

Lebih terperinci

dan Flip-flop TKC Sistem Digital Lanjut Eko Didik Widianto Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

dan Flip-flop TKC Sistem Digital Lanjut Eko Didik Widianto Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Elemen : dan Elemen : dan TKC-305 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Tentang Kuliah Sebelumnya dibahas tentang desain blok rangkaian kombinasional beserta HDLnya.

Lebih terperinci

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mempelajari cara kerja berbagai rangkaian flip flop 2. Membuat rangkaian

Lebih terperinci

JENIS-JENIS REGISTER (Tugas Sistem Digital)

JENIS-JENIS REGISTER (Tugas Sistem Digital) JENIS-JENIS REGISTER (Tugas Sistem Digital) Oleh: EKO SARIYANTO 0917041026 SITI KHOLIFAH 1017041042 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 Register adalah

Lebih terperinci

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Register dan Counter Mohamad Dani (MHM) E-mail: mohamad.dani@gmail.com Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Digital. Yohanes Suyanto

Perancangan Sistem Digital. Yohanes Suyanto Perancangan Sistem Digital 2009 Daftar Isi 1 SISTEM BILANGAN 1 1.1 Pendahuluan........................... 1 1.2 Nilai Basis............................. 2 1.2.1 Desimal.......................... 2 1.2.2

Lebih terperinci

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA 6.1 Pendahuluan Pada saat ini banyak dihasilkan mesin-mesin berteknologi tinggi seperti komputer atau kalkulator yang mampu melakukan fungsi operasi aritmatik yang cukup kompleks

Lebih terperinci

BAB 7 REGISTER Register

BAB 7 REGISTER Register BAB 7 - REGISTER/HAL. 98 BAB 7 REGISTER 7.. Register Sebuah flip flop dapat digunakan untuk menyimpan data bit, sehingga jika ada sederetan dari n buah FF, maka dapat dipergunakan untuk menyimpan data

Lebih terperinci

BAB VII REGISTER. Keluar dan masuknya data ke dalam register dapat dilakukan dengan 2 cara:

BAB VII REGISTER. Keluar dan masuknya data ke dalam register dapat dilakukan dengan 2 cara: TEKNIK IGITAL-REGISTER/HAL. BAB VII REGISTER REGISTER Sebuah flip flop dapat digunakan untuk menyimpan data bit, sehingga jika ada sederetan dari n buah FF, maka dapat dipergunakan untuk menyimpan data

Lebih terperinci

Sistem Digital. Flip-Flop -6- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

Sistem Digital. Flip-Flop -6- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1 Sistem Digital Flip-Flop -6- Missa Lamsani Hal 1 Kelompok Rangkaian Logika Kelompok rangkaian logika kombinasional Bentuk dasarnya adalah gerbang logika Kelompok rangkaian logika sekuensial Bentuk dasarnya

Lebih terperinci

FLIP - FLOP. Kelompok : Angga Surahman Sudibya ( ) Ma mun Fauzi ( ) Mudesti Astuti ( ) Randy Septiawan ( )

FLIP - FLOP. Kelompok : Angga Surahman Sudibya ( ) Ma mun Fauzi ( ) Mudesti Astuti ( ) Randy Septiawan ( ) FLIP - FLOP Kelompok : Angga Surahman Sudibya (10407113) Ma mun Fauzi (10407527) Mudesti Astuti (10407571) Randy Septiawan (10407687) Rahman Rohim (10407679) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer DCH1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Register, Counter dan Memori 1 11/9/2016 1 Inti pembelajaran Memahami pengertian Register, Counter dan Memori. Mampu menjelaskan cara kerja Register, Counter

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL MODUL PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO 2015 A. Standar Kompetensi MODUL I ALJABAR BOOLE DAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL Mata Kuliah Semester : Praktikum Teknik

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Counter, Counter Asinkron, Clock

ABSTRAK. Kata Kunci : Counter, Counter Asinkron, Clock ABSTRAK Counter (pencacah) adalah alat rangkaian digital yang berfungsi menghitung banyaknya pulsa clock atau juga berfungsi sebagai pembagi frekuensi, pembangkit kode biner Gray. Pada counter asinkron,

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR DISUSUN OLEH : Rendy Andriyanto (14102035) Sania Ulfa Nurfalah (14102039) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

6.1. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa/i mengenal, mengerti dan memahami cara kerja register.

6.1. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa/i mengenal, mengerti dan memahami cara kerja register. PERCOBAAN DIGITAL 6 SHIFT REGISTER 6.. TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa/i mengenal, mengerti dan memahami cara kerja register. 6.2. TEORI DASAR Register adalah suatu rangkaian logika yang berfungsi untuk menyimpan

Lebih terperinci

BAB VIII COUNTER (PENCACAH)

BAB VIII COUNTER (PENCACAH) EKNIK DIGIAL - COUNER/HAL. BAB VIII COUNER (PENCACAH) Sebuah Flip-flop akan mempunyai dua keadaan yaitu keadaan reset (Q = ) dan set (Q = ). Sehingga untuk sederetan n buah FF akan mempunyai 2 keadaan

Lebih terperinci

FLIP-FLOP. FF-SR merupakan dasar dari semua rangkaian flip flop. FF-SR disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR. Gambar Simbol SR Flip-Flop

FLIP-FLOP. FF-SR merupakan dasar dari semua rangkaian flip flop. FF-SR disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR. Gambar Simbol SR Flip-Flop FLIP-FLOP FLIP-FLOP merupakan suatu rangkaian yang terdiri sdari dua elemen aktif (Transistor) yang erjanya saling bergantian. Fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Menyimpan bilangan biner 2. Mencacah

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Rangkaian Sekuensial

Gambar 1.1. Rangkaian Sekuensial Pertemuan ke BAB I Rangkaian Sekuensial () Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang karakteristik rangkaian sekuensial dan, tabel karakteristik, dan tabel eksitasinya. Manfaat Memberikan kompetensi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : - FLIP FLOP - RS FF - JK FF - D FF - T FF 1 Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

REGISTER. uart/reg8.html

REGISTER.  uart/reg8.html PERTEMUAN 11 REGISTER http://tams-www.informatik.uni-hamburg.de/applets/hades/webdemos/45-misc/30- uart/reg8.html Sasaran Pertemuan 11 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Register yang terdiri dari :

Lebih terperinci

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut:

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut: 1 Soal Latihan Bab 1 1. Nyatakanlah bilangan-bilangan desimal berikut dalam sistem bilangan: a. Biner, b. Oktal, c. Heksadesimal. 5 11 38 1075 35001 0.35 3.625 4.33 2. Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen

Lebih terperinci

MATERI RANGKAIAN SEKUENSIAL

MATERI RANGKAIAN SEKUENSIAL MATERI RANGKAIAN SEKUENSIAL 1 Pengertian Logika Sekuensi Logika Sekuensial adalah rangkaian logika yang keadaan outputnya tergantung pada keadaan inputinputnya juga tergantung pada keadaan output sebelumnya.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : FLIP-FLOP RS FF JK FF D FF T FF FLIP-FLOP Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

DASAR-DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL 2

DASAR-DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL 2 PERCOBAAN 2. DASAR-DASAR RANGKAIAN SEKUENSIAL 2 2.1. TUJUAN : Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : Membuat SR Flip-flop dari gerbang NOR Membuat SR Flip-flop dari gerbang NAND

Lebih terperinci

Review Kuliah. TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto

Review Kuliah. TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto TKC305 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Sistem Komputer - Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Review Kuliah Desain rangkaian sekuensial sinkron FSM (Finite State Machine): diagram state, tabel state

Lebih terperinci

R E G I S T E R 8.1 Register Pemalang

R E G I S T E R 8.1 Register Pemalang 8 R E I T E R Register adalah sekumpulan sel biner yang dipakai untuk menyimpan informasi yang disajikan dalam kode-kode biner. Penulisan (pemuatan) informasi itu tidak lain daripada penyetelan keadaan

Lebih terperinci

RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum

RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 FLIP FLOP D BESERTA CONTOH

Lebih terperinci

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya Sistem Digital Sistem Angka dan konversinya Sistem angka yang biasa kita kenal adalah system decimal yaitu system bilangan berbasis 10, tetapi system yang dipakai dalam computer adalah biner. Sistem Biner

Lebih terperinci

Transfer Register. Andang, Elektronika Komputer Digital 1

Transfer Register. Andang, Elektronika Komputer Digital 1 Operasi yang berhubungan dengan data yang tersimpan di dalam register atau flip-flop dinamakan mikrooperasi (microoperation) seperti load, clear, shift, dan rotate. Load adalah operasi untuk memuati atau

Lebih terperinci

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal beberapa jenis register. 2. Menyusun rangkaian register. 3. Mempelajari cara kerja

Lebih terperinci

5.1. TUJUAN 1. Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar rangkaian flip-flop. 2. Mengenal berbagai macam IC flip-flop.

5.1. TUJUAN 1. Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar rangkaian flip-flop. 2. Mengenal berbagai macam IC flip-flop. PERCOBAAN DIGITAL 5 FLIP-FLOP 5.. TUJUAN. Mengenal, mengerti dan memahami operasi dasar rangkaian flip-flop. 2. Mengenal berbagai macam IC flip-flop. 5.2. TEORI DASAR Pemahaman terhadap rangkaian Flip-Flop

Lebih terperinci

Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017 Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital Eko Didik Widianto Departemen Teknik Sistem Komputer, Universitas Diponegoro 11 Maret 2017 http://didik.blog.undip.ac.id/buku/sistem-digital/ ) 1 Tentang Kuliah Membahas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA LOGIKA MESIN PENDAHULUAN Data dan instruksi ditransmisikan diantara berbagai bagian prosesor atau diantara prosesor dan periperal dgn menggunakan PULSE TRAIN. Berbagai tugas dijalankan dgn cara menyampaikan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL MODUL II RANGKAIAN SEQUENTIAL

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL MODUL II RANGKAIAN SEQUENTIAL LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL MODUL II RANGKAIAN SEQUENTIAL LABORATORIUM ARSITEKTUR DAN JARINGAN KOMPUTER JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Digital

Tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Digital Tugas Mata Kuliah Pengantar Sistem Digital Pengertian Flip-Flop Atau juga bisa seperti berikut Flip-flop adalah rangkaian utama dalam logika sekuensial. Counter, register serta rangkaian sekuensial lain

Lebih terperinci

TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC305 - Sistem Digital Lanjut. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro ,, TKC305 - Sistem Digital Lanjut Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Bahasan Kuliah, Sebelumnya dibahas elemen rangkaian sekuensial berupa flip-flop dan latch yang mampu menyimpan informasi

Lebih terperinci

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom November 2015 Bahan Presentasi

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR I. PENDAHULUAN Gerbang logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih masukan tetapi hanya menghasilkan satu keluaran berupa tegangan tinggi ( 1 ) dan tegangan rendah ( 0 ).

Lebih terperinci

Rangkaian Sekuesial. [Rangkaian Sekuensial] BAB V

Rangkaian Sekuesial. [Rangkaian Sekuensial] BAB V Rangkaian Sekuesial a. Karakteristik Dasar Rangkaian Sekuensial Berdasarkan kemampuannya menyimpan data, rangkaian digital dibedakan menjadi 2 macam :. Rangkaian Kombinasional Pada rangkaian kombinasional,

Lebih terperinci

LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL

LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL LAB #4 RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL TUJUAN 1. Untuk mempelajari bagaimana dasar rangkaian logika sekuensial bekerja 2. Untuk menguji dan menyelidiki pengoperasian berbagai Latch dan sirkuit Flip- Flop PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

Finite State Machine (FSM)

Finite State Machine (FSM) Finite State Machine (FSM) Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom November 2015 Pendahuluan Apa beda rangkaian

Lebih terperinci

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian

Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian Rangkaian ALU (Arithmetic and Logic Unit) yang digunakan untuk menjumlahkan bilangan dinamakan dengan Adder. Adder juga sering disebut rangkaian kombinasional aritmetika Ada 3 jenis Adder : Rangkaian Adder

Lebih terperinci

MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tema : Gerbang Logika Dasar 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok :. Definisi Gerbang Logika Dasar 2. Gerbang-gerbang Logika Dasar 3. Tujuan

Lebih terperinci

8. TRANSFER DATA. I. Tujuan

8. TRANSFER DATA. I. Tujuan 8. TRANSFER DATA I. Tujuan 1. Membuat rangkaian transfer data seri dan transfer data secara paralel dengan menggunakan IC yang berisi JK-FF dan D-FF. 2. Mengamati operasi transfer data seri dan dan transfer

Lebih terperinci

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA Salah satu jenis IC dekoder yang umum di pakai adalah 74138, karena IC ini mempunyai 3 input biner dan 8 output line, di mana nilai output adalah 1 untuk salah satu dari

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 2013 / 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 2013 / 2014 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 23 / 24 MODUL 4 REGISTER, COUNTER DAN MEMORI OLEH KELOMPOK B ADE ILHAM FAJRI 5358 FRANKY SETIAWAN DALDIRI 5383 KELAS : B ASISTEN PEMBIMBING RISYANGGI AZMI FAIZIN

Lebih terperinci

Output. Input R.Kombinasi Onal. Flip-Flop. Pulsa Clock. Pulsa Clock

Output. Input R.Kombinasi Onal. Flip-Flop. Pulsa Clock. Pulsa Clock XII. RANGKAIAN LOGIKA SEKUENSIAL SINKRON A. PENDAHULUAN Input R.Kombinasi Onal Pulsa Clock Flip-Flop Output Pulsa Clock B. LATCHES 1. RS FF =Reset Set Flip -Flop =Bistable Simbol RS FF =One Bit Memory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Counter? 2. Apa saja macam-macam Counter? 3. Apa saja fungsi Counter?

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Counter? 2. Apa saja macam-macam Counter? 3. Apa saja fungsi Counter? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum melakukan percobaan, ada baiknya kita mempelajari serta memahami setiap percobaan yang akan kita lakukan. Tanpa disadari dalam membuat suatu makalah kita pasti

Lebih terperinci

BAB II Sintesis Rangkaian Sekuensial Pulse Mode

BAB II Sintesis Rangkaian Sekuensial Pulse Mode Pertemuan ke 3 1 BAB II Sintesis Rangkaian Sekuensial Pulse Mode Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang finite state machine, rangkaian mealy dan moore, prosedur perancangan dan translasi dari mealy

Lebih terperinci

P E N C A C A H 7.1 Pencacah Berurutan dan tak berurutan

P E N C A C A H 7.1 Pencacah Berurutan dan tak berurutan 7 P E N H Rangkaian pencacah (counter) merupakan rangkaian yang sederhana dan sangat umum pemakaiannya dalam sistem-sistem digital, baik dalam sistem yang kecil-kecil maupun dalam sistem besar seperti

Lebih terperinci

Perlu diperhatikan bahwa perubahan sinyalnya sebenarnya tidaklah curam

Perlu diperhatikan bahwa perubahan sinyalnya sebenarnya tidaklah curam 6 FLIP-FLOP emua rangkaian logika yang telah diuraikan di bagian depan adalah rangkaian logika kombinasi yang keadaan keluarannya setiap saat hanya ditentukan oleh kombinasi masukan yang diberikan pada

Lebih terperinci

10 DESAIN RANGKAIAN BERURUT

10 DESAIN RANGKAIAN BERURUT 10 DESAIN RANGKAIAN BERURUT Desain rangkaian berurut pada umumnya dimulai dari uraian dengan katakata (verbal) tentang perilaku (behaviour) daripada rangkaian berurut yang akan dibangun. Uraian kebutuhan

Lebih terperinci

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 10 MULTIVIBTO (STBIL, MONOSTBIL, DN PIU-SHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujua : 1. Mempelajari cara kerja rangkaian multivibrator, 2. Menyusun rangkaian

Lebih terperinci

Kelompok 7. Danu Setiawan Juli Adi Prastyo Comparator

Kelompok 7. Danu Setiawan Juli Adi Prastyo Comparator Kelompok 7 Danu Setiawan 1017041023 Juli Adi Prastyo 1017041031 Comparator Rangkaian Comparator adalah satu jenis penerapan rangkaian kombinasional yang mempunyai fungsi utama membandingkan dua data digital.

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Sekuesial

Analisis Rangkaian Sekuesial Analisis Rangkaian Sekuesial a. Prosedur Analisis Clocked Synchronous State Machine Clocked artinya bahwa storage elemen (flip-flop) bekerja berdasarkan input clock, dan Synchronous artinya seluruh flip-flop

Lebih terperinci

BAB 10. DESAIN RANGKAIAN BERURUT

BAB 10. DESAIN RANGKAIAN BERURUT BAB 10. DESAIN RANGKAIAN BERURUT 2 DESAIN PENCACAH NILAI SPESIFIKASI : X=1 cacahan naik 2, z= 1 jika cacahan > 5 X=0 cacahan turun 1, z= 1 jika cacahan < 0 mesin Mealy 3 0 DESAIN PENCACAH NILAI 1/1 1/0

Lebih terperinci

Review Kuliah. TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto

Review Kuliah. TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto TSK205 Sistem Digital Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Sebelumnya dibahas tentang rangkaian kombinasional yang nilai keluarannya di suatu saat hanya ditentukan oleh

Lebih terperinci

FLIP-FLOP JK (Tugas Sistem Digital) Oleh Riza Amelia ( ) Zaitun ( )

FLIP-FLOP JK (Tugas Sistem Digital) Oleh Riza Amelia ( ) Zaitun ( ) FLIP-FLOP JK (Tugas Sistem Digital) Oleh Riza Amelia (0917041048) Zaitun (0917041017) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013 FLIP-FLOP JK Flip-flop

Lebih terperinci

BAB VI RANGKAIAN KOMBINASI

BAB VI RANGKAIAN KOMBINASI BAB VI RANGKAIAN KOMBINASI Di dalam perencanaan rangkaian kombinasi, terdapat beberapa langkah prosedur yang harus dijalani, yaitu :. Pernyataan masalah yang direncanakan 2. Penetapan banyaknya variabel

Lebih terperinci

PERCOBAAN 2. FLIP-FLOP

PERCOBAAN 2. FLIP-FLOP PECOBAAN 2. FLIP-FLOP 2.. UUAN : Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : Membedakan sifat dasar S-FF dengan dan tanpa clock Membuat rangkaian Master Slave K-FF Menggunakan input-input

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FULTS TENI UNIVERSITS NEGERI YOGYRT L SHEET TENI IGITL Semester 3 LS 6 : OUNTER 4 X 60 Menit No. LST/EO/EL 214/06 Revisi : 01 Tgl : 28 Maret 2010 Hal 1 dari 9 1. ompetensi Memahami cara kerja rangkaian

Lebih terperinci

APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON

APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON ORBITH VOL. 13 NO. 2 Juli 2017 : 108 113 APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON Oleh: Lilik Eko Nuryanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof.

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum REGISTER

Jobsheet Praktikum REGISTER REGISTER A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja register.. Menerapkan register SISO, PISO, SIPO dan PIPO dalam rangkaian

Lebih terperinci

Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder

Gambar 5(a).Tabel Kebenaran Full Adder . Full dder Gambar 5 merupakan bentuk singkat dari tabel penambahan biner, dengan situasi 1 + 1 + 1. tabel kebenaran pada gambar 5(a) memperlihatkan semua kombinasi yang mungkin dari,, dan Cin (masukan

Lebih terperinci

Arithmatika Komputer. Pertemuan 3

Arithmatika Komputer. Pertemuan 3 Arithmatika Komputer Pertemuan 3 2.3. Aritmetika Integer Membahas operasi aritmetika (Sistem Komplemen Dua) Penjumlahan Pengurangan Perkalian Pembagian Penjumlahan dan Pengurangan Penambahan pada complement

Lebih terperinci

BAB VII FLIP FLOPS. Gate-gate logika kombinatorial. Elemenelemen. memori. Input-input eksternal. Gambar 7.1 Diagram Sistem Digital Umum

BAB VII FLIP FLOPS. Gate-gate logika kombinatorial. Elemenelemen. memori. Input-input eksternal. Gambar 7.1 Diagram Sistem Digital Umum BAB VII FLIP FLOPS Sejauh ini rangkaian logika yang telah dibahas adalah rangkaian logika kombinatorial yang level-level outputnya pada setiap saat tertentu tergantung kepada level-level yang terdapat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU)

CENTRAL PROCESSING UNIT (CPU) CENTRL PROCESSING UNIT (CPU) rsitektur dasar mesin tipe von neumann menjadi kerangka referensi pada komputer digital umum (general-purpose) modern. 3 bagian fundamental tersebut adalah: Data bus Data bus

Lebih terperinci

PERTEMUAN 11 REGISTER. misc/30-uart/reg8.html

PERTEMUAN 11 REGISTER.  misc/30-uart/reg8.html PERTEMUAN 11 REGISTER http://tams-www.informatik.uni-hamburg.de/applets/hades/webdemos/45- misc/30-uart/reg8.html Sasaran Pertemuan 11 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Register yang terdiri dari :

Lebih terperinci

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH

RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH RANGKAIAN PEMBANDING DAN PENJUMLAH Gerbang-gerbang logika digunakan dalam peralatan digital dan sistem informasi digital untuk : a. mengendalikan aliran informasi, b. menyandi maupun menerjemahkan sandi

Lebih terperinci

RANGKAIAN SEKUENSIAL

RANGKAIAN SEKUENSIAL RANGKAIAN SEKUENSIAL Rangkaian Sekuensial Elemen Penyimpan dan Statenya Rangkaian yang nilai keluarannya tidak hanya tergantung dari masukan saat ini, juga dari nilai keluaran sebelumnya Rangkaian mempunyai

Lebih terperinci

BAB I Tujuan BAB II Landasan Teori

BAB I Tujuan BAB II Landasan Teori BAB I Tujuan 1. Untuk mengetahui Jenis-jenis Register Geser 2. Untuk mengetahui prinsip cara kerja Register Geser 3. Untuk merancang pararel in pararel out BAB II Landasan Teori Contoh khusus Register

Lebih terperinci