Perancangan Sistem Digital. Yohanes Suyanto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perancangan Sistem Digital. Yohanes Suyanto"

Transkripsi

1 Perancangan Sistem Digital 2009

2 Daftar Isi 1 SISTEM BILANGAN Pendahuluan Nilai Basis Desimal Biner Oktal Heksadesimal Faktor Bobot Konversi sistem bilangan Konversi bilangan desimal menjadi biner Konversi bilangan desimal menjadi oktal Konversi bilangan desimal menjadi heksadesimal Cara lain konversi bilangan Sistem Kode RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL Unit Logika Kombinasional Tabel Kebenaran Gerbang Logika Implementasi Elektronik dari Gerbang Logika Buffer Tri-State Sifat-sifat Aljabar Boole Bentuk Sum-of-Product dan Diagram Logika Bentuk Product-of-Sum Logika Positif dan Negatif Data Sheet Komponen Digital Level Integrasi Multiplekser Demultiplekser Dekoder iii

3 iv DAFTAR ISI Enkoder Prioritas PLA Penggunaan PLA untuk Penjumlah Ripple-carry Soal Latihan REDUKSI LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL Reduksi Ekspresi 2 Level Metode Aljabar Metode Peta Karnaugh Dimensi yang lebih tinggi Metode Tabulasi Soal Latihan RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL Flip-Flop S-R Flip-flop S-R Berdetak Flip-flop D dan konfigurasi tuan-hamba Flip-flop JK dan T Desain Mesin Keadaan Berhingga Contoh: Detektor Urutan Contoh: Pengendali mesin penjualan Mesin Mealy dan Moore Register Pencacah Soal Latihan PENCACAH Pencacah Sinkron Pencacah Sinkron Modulo Pencacah Sinkron Modulo Pencacah Tak Sinkron Pencacah Naik/Turun (up/down counter) REGISTER Serial In Parallel Out - SIPO Serial In Serial Out - SISO Parallel In Serial Out- PISO Parallel In Parallel Out - PIPO Register Geser Kanan/Kiri (Right/Left Shift Register) Soal Latihan

4 DAFTAR ISI v 7 REDUKSI LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL Reduksi Keadaan Masalah Penentuan Nilai Keadaan Contoh Reduksi: Detektor Urutan Tabel Eksitasi Soal Latihan

5 vi DAFTAR ISI

6 Daftar Gambar 1.1 Perulangan horisontal dan vertikal Konversi bilangan desimal 19 menjadi biner Pengujian bilangan biner menjadi bilangan desimal Konversi bilangan desimal 321 menjadi oktal Pengujian bilangan oktal 501 menjadi bilangan desimal Konversi bilangan desimal 321 menjadi heksadesimal Pengujian bilangan heksadesimal 141 menjadi bilangan desimal Pengubahan bilangan oktal 157 menjadi biner Pengubahan bilangan biner menjadi oktal Unit logika kombinasi, jika dilihat dari luar Tabel kebenaran untuk saklar A dan B serta lampu Z Tabel kebenaran untuk semua kemungkinan fungsi dari 2 masukan Fungsi AND, OR, dan NOT sebagai pembentuk fungsi-fungsi lainnya Simbol gerbang logika untuk fungsi Boolean AND, OR, buffer, dan NOT Simbol gerbang logika untuk fungsi Boolean NAND, NOR, XOR, dan XNOR Variasi gerbang logika (a) tiga masukan dan (b) masukan dengan komplemen (a) pembalik dengan terminal tenaga dimunculkan dan (b) rangkaian transistor untuk pembalik Penentuan nilai tegangan untuk logika 0 dan 1 (a) gerbang logika keluaran, (b) gerbang logika masukan Rangkaian transistor (a) NAND 2 masukan (b) NOR 2 masukan Buffer tri-state dan Buffer tri-state kendali inversi Pembuktian teorema DeMorgan untuk 2 variabel Penyusunan NAND menjadi OR Implementasi OR dengan NAND (gambar lain) vii

7 viii DAFTAR GAMBAR 2.15 Penyusunan NAND menjadi AND Tabel kebenaran untuk fungsi mayoritas Implementasi fungsi mayoritas dengan dua-level AND-OR. Inverter tidak dihitung sebagai level Rangkaian OR-AND dua-level implementasi dari fungsi mayoritas. Inverter tidak dihitung sebagai level Logika positif dan negatif untuk pasangan AND-OR dan NAND-NOR Proses pencocokan gelembung Blok diagram dan tabel kebenaran untuk MUX 4-ke Implementasi MUX 4-ke-1 dengan AND-OR Implementasi MUX 8-ke-1 untuk fungsi mayoritas Implementasi MUX 4-ke-1 untuk fungsi dengan 3 variabel Diagram blok dan tabel kebenaran untuk DEMUX 1-ke Rangkaian DEMUX 1-ke Diagram blok dan tabel kebenaran dekoder 2-ke Rangkaian dekoder 2-ke Implementasi fungsi mayoritas dengan dekoder 3-ke Diagram blok dan tabel kebenaran enkoder prioritas 4-ke Rangkaian enkoder prioritas 4-ke PLA 3 masukan 2 keluaran Penyederhanaan PLA PLA dalam bentuk kotak hitam PLA dalam bentuk kotak hitam Implementasi penjumlah 4 bit menggunakan penjumlah penuh berjenjang Penjumlah penuh menggunakan PLA Implementasi fungsi mayoritas direduksi Diagram Venn untuk 3 variabel biner Peta Karnaugh untuk fungsi mayoritas Pengelompokan sel bertetangga pada fungsi mayoritas Fungsi mayoritas direduksi Pengelompokan mulai dari sel yang tidak masuk dalam kelompok yang lebih besar Pengelompokan mulai dari kelompok yang paling besar Posisi sudut pada peta Karnaugh secara logis bertetangga.. 50

8 DAFTAR GAMBAR ix 3.10 Peta Karnaugh dengan 5 variabel Peta Karnaugh yang sama dapat menghasilkan persamaan minimal berbeda Peta Karnaugh dengan 6 variabel Implementasi fungsi mayoritas 3 level Peta Karnaugh dengan isian variabel D Peta Karnaugh dengan 3 variabel isian Tabel kebenaran suatu fungsi dengan don t care Proses reduksi tabulasi Tabel pilihan Tabel pilihan terreduksi Tabel kebenaran untuk 3 fungsi dengan 3 variabel Tabel pilihan keluaran jamak Model klasik dari FSM Gerbang NOR dengan rangkaian tunda Flip-flop S-R dengan NOR Tabel kebenaran Flip-flop S-R Flip-flop S-R dengan NAND Rangkaian yang mengandung hazard Detak yang berupa gelombang kotak Flip-flop S-R berdetak Flip-flop D. Simbol CLK menunjukkan clock atau detak Tabel kebenaran untuk flip-flop D. Nilai keluaran sama dengan nilai masukan pada detak sebelumnya Flip-flop tuan-hamba Flip-flop J-K dan simbolnya Tabel kebenaran untuk flip-flop J-K. Nilai J=1 dan K=1 diperbolehkan Flip-flop T dan simbolnya Tabel kebenaran untuk flip-flop T Flip-flop J-K tuan-hamba dan simbolnya Pencacah modulo Diagram transisi keadaan pencacah modulo Tabel keadaan untuk pencacah modulo Tabel keadaan untuk pencacah modulo-4 dengan pengkodeannya Tabel kebenaran untuk keadaan berikutnya dan fungsi keluaran pencacah modulo Desain logika untuk pencacah modulo

9 x DAFTAR GAMBAR 4.23 Diagram transisi keadaan untuk detektor urutan Tabel keadaan detektor urutan Penetapan kode keadaan dan tabel kebenaran detektor urutan Diagram logika detektor urutan Diagram transisi keadaan pengendali mesin penjualan (a) Tabel keadaan pengendali mesin penjualan (b) penetapan kode keadaan pengendali mesin penjualan Mesin penjualan (a) rangkaian, (b) tabel kebenaran (c) realisasi PLA FSM Moore pencacah biner 2 bit Register 4-bit Register 4-bit disederhanakan Register geser Pencacah modulo Peta Karnaugh untuk penentuan persamaan J dan K pada pencacah modulo-6 sinkron Pencacah sinkron modulo Pengaturan pulsa detak pada flip-flop T untuk pencacah Peta Karnaugh untuk penentuan persamaan pengatur detak pada pencacah modulo-10 sinkron Rangkaian pencacah modulo-10 sinkron menggunakan flip-flop T Rangkaian pencacah modulo-8 tak sinkron menggunakan flipflop T Rangkaian pencacah modulo-10 tak sinkron menggunakan flip-flop T Rangkaian pencacah modulo-5 tak sinkron menggunakan flipflop T Pengatur pulsa pada pencacah naik/turun Register serial-parallel Pengatur geser kanan atau kiri untuk register geser Pengatur geser kanan atau kiri untuk register geser dengan masukan paralel Register geser 5 bit lengkap Tabel keadaan mesin M 0 yang akan direduksi hirarki Tabel keadaan mesin M 1 hasil direduksi Tabel keadaan mesin M dan 2 macam penentuan nilai keadaannnya

10 DAFTAR GAMBAR Peta Karnaugh untuk M dengan nilai keadaan PN Peta Karnaugh untuk M dengan nilai keadaan PN Diagram transisi keadaan untuk detektor urutan Tabel keadaan detektor urutan Tabel keadaan detektor urutan yang baru Tabel penentuan nilai keadaan detektor urutan Peta Karnaugh untuk detektor urutan Skema rangkaian detektor urutan Tabel eksitasi untuk flip-flop S-R, D, J-K, dan T Diagram transisi keadaan, tabel keadaan, dan penentuan nilai keadaan untuk penjumlah berseri Tabel kebenaran perubahan keadaan pada flip-flop

11 2 DAFTAR GAMBAR

12 BAB 1 SISTEM BILANGAN 1.1 Pendahuluan Sistem bilangan didefinisikan sebagai sekumpulan nilai yang digunakan untuk melambangkan besaran. Kita sudah terbiasa menggunakan bilangan ini dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah mahasiswa yang hadir dalam kuliah, jumlah matakuliah yang diambil oleh mahasiswa, nilai yang didapat mahasiswa untuk suatu ujian matakuliah, semuanya menggunakan lambang bilangan. Pembahasan mengenai sistem bilangan tidak terbatas pada komputer saja. Kita menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari, dan kita mengetahui bahwa komputer juga menggunakannya sehingga dapat mengolah data menjadi data lain yang berupa bilangan juga. Sejak lama manusia menggunakan tanda atau simbol untuk menggambarkan bilangan. Bentuk awal penggunaan simbol adalah dengan garis lurus. Jumlah garis menunjukkan besarnya bilangan. Ada yang menggambarkan kelompok 6 garis vertikal dengan 1 garis horisontal melintang pada jelompok garis vertikal tersebut untuk menunjukkan jumlah hari dalam 1 minggu. Sangat sulit untuk menggambarkan bilangan sangat besar ataupun sangat kecil menggunakan pendekatan grafis. Pada sekitar tahun 3400 SM di Mesir dan 3000 SM di Mesopotamia mereka membuat simbol untuk menggambarkan bilangan dalam kesatuan 10. Ini adalah langkah besar karena dapat mereduksi jumlah simbol yang diperlukan. Misalnya dua belas dapat digambarkan dengan satu puluhan dan dua satuan, sehingga hanya memerlukan 3 simbol. Bandingkan dengan 12 simbol sebelumnya. Orang Romawi menggunakan 7 buah simbol yang dapat digunakan untuk menggambarkan bilangan 1 sampai dengan I = 1 1

13 2 1. SISTEM BILANGAN V = 5 X = 10 L = 50 C = 100 D = 500 M = 1000 Tambahan tanda garis di atas simbol tadi diartikan sebagai perkalian Sistem bilangan yang paling banyak digunakan saat ini adalah sistem Arab. Sistem ini pertama kali dibuat oleh orang Hindus dan digunakan pada awal abad ke-3 sebelum Masehi. Pengenalan simbol 0, yang digunakan untuk menunjukkan nilai posisi angka menjadi sangat bermanfaat. Sekarang kita menjadi terbiasa dengan puluhan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Dalam sistem bilangan, banyak terjadi perulangan berkali-kali penggunaan suatu simbol. Pada sistem desimal, hanya digunakan simbol sebanyak 10 macam. Simbol ini akan diulang-ulang untuk menyatakan bilangan yang besar. Lihat Gambar 1.1 Perhatikan bagaimana bilangan 0 sampai dengan 9 diulang, dan setiap perulangan, nilai kolom sebelah kirinya bertambah satu (dari 0 menjadi 1, kemudian 2). Setiap terjadi kenaikan nilai, sampai nilai tertinggi tercapai (yaitu 9), nilai dikolom sebelah kirinya bertambah 1, jadi setelah 9 adalah 10. Demikian seterusnya berulang-ulang. 09, 10-19, 20-29, dst Angka selalu dinulis dengan nilai tertinggi pada bagian paling kiri dari bilangan. 1.2 Nilai Basis Nilai basis untuk sistem bilangan adalah cacah himpunan nilai berbeda sebelum terjadi perulangan. Misalnya, sistem desimal adalah berbasis sepuluh, dengan nilai 0 sampai dengan 9. Nilai basis yang lain misalnya: biner, oktal, duodesimal, heksadesimal, vigesimal, seksagesimal. Sistem desimal adalah sistem yang paling dikenal, karena ini adalah sistem yang digunakan dalam perhitungan sehari-hari Desimal Sistem desimal terdiri atas 10 angka atau simbol, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Dengan menggunakan simbol ini kita dapat menyatakan besaran. Sistem desimal sering dinamakan juga sistem basis-10, karena mempunyai 10 angka.

14 1.2. Nilai Basis p 1 e 2 r 3 u 4 l 5 a 6 n 7 g 8 a 9 n v 12 e 13 r 14 t 15 i 16 k 17 a 18 l Perulangan horisontal Gambar 1.1: Perulangan horisontal dan vertikal Biner Dalam sistem biner, hanya ada 2 simbol atau angka yaitu 0 dan 1. Sistem basis-2 ini dapat dipergunakan untuk menyatakan besaran yang direpresentasikan dalam desimal maupun sistem bilangan lain. Contoh: Desimal Biner

15 4 1. SISTEM BILANGAN Oktal Sistem oktal adalah sistem basis-8 dengan simbol sebanyak 8 macam yaitu: 0,1,2,3,4,5,6, dan 7. Contoh: Heksadesimal Desimal Biner Oktal Sistem heksadesimal adalah sistem basis-16 dengan simbol sebanyak 16 macam yaitu: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E dan F. Contoh: Desimal Biner Heksadesimal D B D FF Sistem duodesimal adalah sistem berbasis 12 digunakan oleh orang Romawi untuk beberada keperluan. Sistem vigesimal adalah sistem bilangan berbasis 20 digunakan oleh orang Maya sedang seksagesimal berbasis 60 dan digunakan oleh orang Babylonia. 1.3 Faktor Bobot Faktor bobot adalah nilai pengali yang dikenakan pada setiap posisi kolom dalam bilangan. Misalnya, desimal mempunyai faktor bobot sepuluh, yang artinya setiap kolom disebelah kiri mempunyai nilai bobot sebesar sepuluh kali lebih besar dari kolom sebelah kanannya. Dengan demikian setiap bergeser ke kiri faktornya menjadi 10 kali lipat. 200= = 0 1 = = 0 10 = = = (hasil penjumlahan) Contoh lain untuk bilangan 312,

16 1.4. Konversi sistem bilangan 5 312= = 2 1 = = 1 10 = = = (hasil penjumlahan) Bilangan biner mempunyai faktor bobot sebesar dua. Oleh karena itu bilangan dapat diuraikan menurut bobotnya menjadi: 10110= = 0 1 = = 1 2 = = 1 4 = = 0 8 = = 1 16 = (hasil penjumlahan) 1.4 Konversi sistem bilangan Konversi bilangan desimal menjadi biner Pengubahan bilangan desimal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan membagi dua bilangan desimal tersebut secara berulang sampai habis sambil mencatat sisa hasil bagi (modulo). Sebagai contoh bilangan desimal 19 dapat diubah menjadi bilangan biner dengan cara yang terlihat pada Gambar = 9 sisa = 4 sisa = 2 sisa = 1 sisa = 0 sisa = Gambar 1.2: Konversi bilangan desimal 19 menjadi biner Untuk menguji hasil konversi tersebut dapat dilakukan dengan cara sebelumnya. Lihat Gambar 1.3.

17 6 1. SISTEM BILANGAN 10110= = 1 1 = = 1 2 = = 0 4 = = 0 8 = = 1 16 = (hasil penjumlahan) Gambar 1.3: Pengujian bilangan biner menjadi bilangan desimal Konversi bilangan desimal menjadi oktal Pengubahan bilangan desimal menjadi bilangan oktal dapat dilakukan dengan cara yang sama dengan konversi dari bilangan desimal menjadi bilangan biner, dengan mengganti bilangan pembagi dengan delapan. Sebagai contoh bilangan desimal 321 dapat diubah menjadi bilangan oktal dengan cara yang terlihat pada Gambar = 40 sisa = 5 sisa = 0 sisa = Gambar 1.4: Konversi bilangan desimal 321 menjadi oktal Untuk menguji hasil konversi tersebut dapat dilakukan dengan cara sebelumnya. Lihat Gambar = = 1 1 = = 0 8 = = 5 64 = (hasil penjumlahan) Gambar 1.5: Pengujian bilangan oktal 501 menjadi bilangan desimal Sekilas terlihat bahwa perhitungan di atas tidak benar. Namun demikian, perlu diingat bahwa perhitungan tersebut dilakukan dalam bilangan oktal. Hasil dari 15 2 adalah 6 dengan sisa 1, karena sebenarnya 15 8 =

18 1.4. Konversi sistem bilangan Konversi bilangan desimal menjadi heksadesimal Cara pengubahan bilangan desimal menjadi bilangan oktal dapat diterapkan juga untuk mengubah bilangan desimal menjadi heksadesimal, dengan cara mengganti bilangan pembagi dengan enam belas. Sebagai contoh bilangan desimal 321 dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal dengan cara yang terlihat pada Gambar = 20 sisa = 1 sisa = 0 sisa = Gambar 1.6: Konversi bilangan desimal 321 menjadi heksadesimal Hasil konversi inipun dapat diuji kebenarannya dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Lihat Gambar = = 1 1 = = 4 16 = = = (hasil penjumlahan) Gambar 1.7: Pengujian bilangan heksadesimal 141 menjadi bilangan desimal Cara lain konversi bilangan Secara umum pengubahan suatu bilangan dalam sistem bilangan non-desimal menjadi suatu bilangan dalam sistem bilangan non-desimal lain dapat dilakukan dengan mengubahnya terlebih dahulu ke bilangan desimal, kemudian diubah ke sistem bilangan tujuan. Namun demikian pengubahan bilangan biner menjadi bilangan oktal (dan bilangan heksadesimal) dan sebaliknya dapat dilakkan secara langsung dengan cara seperti ditunjukkan pada Gambar 1.8. [h!] = }{{} 001 }{{} 101 }{{} 111 = Gambar 1.8: Pengubahan bilangan oktal 157 menjadi biner

19 8 1. SISTEM BILANGAN Cara tersebut dilakukan dengan mengubah setiap digit bilangan oktal menjadi 3 digit biner (bit). Ingat 8 adalah 2 3. Sebaliknya untuk mengubah bilangan biner menjadi bilangan oktal dapat ditempuh dengan mengelompokkan setiap 3 bit dari bilangan biner dari kanan dan menerjemahkan masing-masing kelompok menjadi bilangan oktal yang sesuai. Lihat Gambar 1.9. [h!] = }{{} 10 }{{} 011 }{{} 001 = Gambar 1.9: Pengubahan bilangan biner menjadi oktal Pengubahan bilangan heksadesimal menjadi biner dapat dilakukan dengan menerjemahkan setiap digit bilangan heksadesimal menjadi 4 bit. Bilangan 4 didapat karena 16 (heksadesimal) adalah 2 4. Contoh 1.1 Ubah bilangan 2BA 16 menjadi bilangan desimal! Jawab: 2BA 16 = = = = Contoh 1.2 Ubah bilangan menjadi bilangan heksadesimal! Jawab: 845 = 52 sisa 13(D) = 3 sisa = 0 sisa 3 Jadi = 34D 16

20 1.5. Sistem Kode 9 Contoh 1.3 Ubah bilangan 2B 16 menjadi bilangan biner! Cara I: Bilangan setiap kali dibagi dengan 2. Perlu diingat bahwa pembagian dilakukan dalam bilangan heksadesimal. Cara II: 2B = 15 sisa = A sisa 1 2 A = 5 sisa = 2 sisa = 1 sisa = 0 sisa 1 Jadi 2B 16 = Setiap digit bilangan heksadesimal diterjemahkan menjadi 4 bit. Contoh 1.4 2B 16 = = Ubah bilangan biner menjadi bilangan heksadesimal! Jawab: Setiap 4 bit dikelompokkan untuk diterjemahkan menjadi masingmasing 1 digit heksadesimal 1.5 Sistem Kode = = 1 9 B = 19B 16 Satu bit dapt digunakan untuk menyatakan dua bilangan yaitu 0 atau 1, 2 bit dapat menyatakan empat (4 = 2 4 ) bilangan yaitu 00, 01, 10, atau 11, tiga bit dapat menyatakan 8 (= 2 3 ) bilangan, dan empat bit dapat menyatakan 16 (= 2 4 ). Demikian seterusnya.

21 10 1. SISTEM BILANGAN

22 BAB 2 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL Sebelum melangkah lebih jauh, dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar logika digital yang merupakan elemen dasar penyusunan komputer. Pembahasan dimulai dengan rangkaian logika kombinasional yang hasil keluarannya hanya tergantung pada masukan saat itu, kemudian dilanjutkan dengan rangkaian logika sekuensial yang hasil keluarannya tergantung pada masukan saat itu dan hasil keluaran sebelumnya. Dengan memahami prinsip logika digital, dapat dirancang rangkaian logika digital seperti yang ada dalam komputer. 2.1 Unit Logika Kombinasional Unit logika kombinasional (ULK) adalah unit yang menerjemahkan sederetan masukan menjadi sederetan keluaran menggunakan fungsi-fungsi tertentu. Keluaran yang dihasilkan hanya merupakan fungsi dari masukan, dan begitu nilai masukan berubah maka nilai keluaran akan menyesuaikan. Bentuk umum dari unit logika kombinasional tercantum pada Gambar 2.1. Sederetan masukan i 0 i n diumpankan ke ULK, yang mengahsilkan sederetan keluaran sesuai dengan fungsi f 0 f m. Tidak ada umpan balik dari keluaran ke masukan dalam rangkaian logika kombinasional. Masukan dan keluaran untuk ULK secara normal mempunyai 2 nilai yaitu: tinggi dan rendah. Jika sinyal (nilai) berupa nilai yang dimabil dari anggota himpunan berhingga, rangkaiannya disebut digital. Rangkaian elektronika digital menerima masukan dan keluaran dalam nilai 0 atau 1. Nilai 0 yang berarti 0 volt disebut sebagai nilai rendah dan nilai 1 yang biasanya mengacu pada 5 volt disebut nilai tinggi. Kesepakatan ini tidak 11

23 12 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL i 0 f 0 (i 0,i 1 ) i 1 unit logika f 1 (i 1,i 3,i 4 ). kombinasional. i n f m (i 9,i n ) Gambar 2.1: Unit logika kombinasi, jika dilihat dari luar berlaku di semua keadaan. Walaupun sebagian besar komputer digital adalah komputer biner, namun rangkaian yang menggunakan multi-nilai juga ada. Jalur yang mengirimkan data denga multi-nilai menjadi lebih efisien daripada menggunakan 2 nilai saja. Rangkaian digital multi-nilai berbeda dengan rangkaian analog karena rangkaian digital multi-nilai mempunyai variasi nilai terhingga sedangkan sinyal analog mempunyai nilai kontinu. Secara teori penggunaan rangkaian digital multi-nilai adalah menguntungkan. Namun dalam pratiknya sulit untuk membuat rangkaian multi-nilai yang handal dalam membedakan nilai lebih dari 2 macam. Oleh karena itu, logika multi-nilai saat ini digunakan secara terbatas. Dalam buku ini hanya akan dibahas mengenai rangkaian digital biner, yang mempunyai tepat 2 macam nilai yang diperbolehkan untuk masukan maupun keluaran. Dengan demikian, hanya sinyal binerlah yang digunakan dalam pembahasan selanjutnya. 2.2 Tabel Kebenaran Pada tahun 1854 George Boole mempublikasikan kertas kerjanya dalam bentuk aljabar unruk merepresentasikan logika. Boole tertarik dengan pemikiran matematika untuk menuangkan pernyataan Pintu itu terbuka atau Pintu itu tidak terbuka. Aljabar Boole kemudian dikembangkan oleh Shannon dalam bentuk seperti sekarang ini. Dalam aljabar boole, perhitungan didasarkan pada variabel biner yang mempunyai satu nilai 0 atau 1. Nilai ini mengacu pada nilai 0 volt dan 5 volt seperti yang ditulis pada bagian sebelumnya. Pengacuan nilai ini dapat tertukar. Artinya nilai 0 mengacu pada +5 V dan nilai 1 mengacu pada 0 V. Untuk memahami kelakukan rangkaian digital pembahasan dititikberatkan pada nilai simbolis 0 dan 1 saja. Dengan kata lain nilai fisik dikesampingkan terlebih dulu. Sumbangan penting yang diberikan Boole adalah penyusunan tabel kebenaran, yang menyatakan hubungan logis dalam bentuk tabel. Misalnya ada ruang dengan 2 saklar A dan B yang mengendalikan lampu Z. Salah satu saklar dapat hidup atau mati, atau kedua saklar dapat hidup atau mati.

24 2.3. Gerbang Logika 13 Jika hanya ada satu saklar yang hidup maka lampu Z akan menyala. Jika kedua saklar hidup semua atau mati semua, lampu Z akan mati. Tabel kebenaran dapat disusun dengan mendaftar semua kemungkinan kombinasi keadaan saklar A dan B serta keadaan lampu Z seperti pada Tabel 2.2. Dalam tabel tersebut nilai 0 menyatakan mati sedang nilai 1 menyatakan hidup atau menyala. Dalam tabel kebenaran, semua kombinasi biner 0 dan 1 yang mungkin untuk nilai masukan didaftar dan setiap kombinasi tersebut menghasilkan nilai keluaran 0 atau 1. Untuk Gambar 2.2.(a) keluaran Z tergantung pada nilai masukan A dan B. Untuk setiap kombinasi masukan menghasilkan nilai X 0 atau 1. Kita dapat menentukan tabel lain seperti Gambar 2.2.(b) yang berarti lampu akan menyala jika A dan B kedua-duanya mati atau kedua-duanya hidup. Jumlah kombinasi yang mungkin untuk 2 masukan adalah 2 2 = 4. Jumlah kombinasi keluaran yang mungkin adalah 2 4 = 16, karena ada 4 kombinasi masukan yang masing-masing baris kombinasi masukan ada 2 kemungkinan nilai keluaran. Secara umum, karena ada 2 n kombinasi masukan untuk masukan sebanyak n, maka ada 2 2n kombinasi keluaran dan masukan. Masukan Keluaran Masukan Keluaran A B Z A B Z (a) (b) Gambar 2.2: Tabel kebenaran untuk saklar A dan B serta lampu Z 2.3 Gerbang Logika Jika kita mendaftar semua kemungkinan dari kombinasi variabel 2 masukan, maka didapat 16 macam kombinasi keluaran seperti tampak pada Gambar 2.3. Fungsi-fungsi tersebut dinamakan fungsi logika Boolean. Fungsi AND akan benar (hasilnya 1) hanya jika A dan B keduanya 1, sedang fungsi OR akan benar (nilainya 1) jika A atau B bernilai 1, yang berarti juga jika keduanya bernilai 1. Fungsi akan menghasilkan salah jika keluaran bernilai 0. Oleh karena itu fungsi False selalu menghasilkan 0 sedang fungsi True selalu menghasilkan 1.

25 14 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL Masukan Keluaran A B F alse AND AB A AB B XOR OR Masukan Keluaran A B NOR XNOR B A+B A A+B NAND True Gambar 2.3: Tabel kebenaran untuk semua kemungkinan fungsi dari 2 masukan Fungsi A dan B hanya mengulang nilai masukan A dan B sedang fungsi A dan B adalah komplemen A dan B yang nilai berkebalikan dengan A dan B. Fungsi ini dapat ditulis juga dengan NOTA dan NOTB. Fungsi NAND kependekan dari NOT AND sedang NOR kependekan dari NOT OR. Fungsi XOR bernilai benar jika salah satu masuka bernilai benar, dan bukan keduaduanya benar. Fungsi XNOR adalah komplemen dari XOR. Fungsi lainnya dapat diduga sendiri artinya. Dari 16 fungsi tersebut, ada 3 fungsi paling dasar dalam gerbang logika ini adalah AND,OR dan NOT. Ke-13 fungsi lainnya dapat disusun dari 3 fungsi tersebut. Lihat Gambar 2.4. Gerbang logika adalah alat fisis yang merupakan implementasi dari fungsi Boolean. Fungsi seperti yang tertera pada Gambar 2.3 mempunyai simbol gerbang logika, dan sebagian dapat dilihat pada Gambar 2.5 dan Gambar 2.6. Untuk setiap fungsi, masukannya adalah A dan B dan sebagai keluaran adalah F. Dalam Gambar 2.5, gerbang AND dan OR sudah dijelaskan sebelumnya. Keluaran dari gerbang AND akan benar jika kedua masukan bernilai benar, dan menghasilkan salah untuk kombinasi lainnya. Keluaran dari gerbang OR adalah benar jika salah satu atau kedua masukan bernilai benar, dan bernilai salah jika kedua masukan bernilai salah. Gerbang buffer hanya meneruskan nilai masukan. Walaupun secara logika gerbang buffer tidak mempunyai peran, namun dalam praktik ini penting karena dapat mengendalikan sejumlah gerbang dengan satu sinyal saja. Gerbang NOT (disebut juga pembalik atau inverter) menghasilkan 1 untuk masukan 0 dan menghasilkan 0 un-

26 2.3. Gerbang Logika 15 False = 0 AB = A AND NOT B A = A AB = NOT A AND B B = B XOR = A AND NOT B OR NOT A AND B NOR = NOT (A OR B) XNOR = NOT (A AND NOT B OR NOT A AND B) B = NOT B A+B = A OR NOT B A = NOT A A+B = NOT A OR B NAND = NOT (A AND B) True = 1 Gambar 2.4: Fungsi AND, OR, dan NOT sebagai pembentuk fungsi-fungsi lainnya tuk masukan 1. Sekali lagi, keluaran pembalik ini adalah komplemen dari masukan. Lingkaran kecil di bagian keluaran atau masukan berfungsi juga sebagai komplemen. Dalam Gambar 2.6, gerbang NAND dan NOR mengahasilkan komplemen dari gerbang AND dan OR. Gerbang XOR menghasilkan 1 jika salah satu masukan bernilai 1, tetapi tidak keduanya. Secara umum, gerbang XOR menghasilkan 1 jika masukan yang bernilai 1 berjumlah ganjil. Ini penting untuk diingat karena gerbang XOR tidak selalu mempunyai 2 masukan. Gerbang XNOR menghasilkan komplemen dari gerbang XOR. Simbol logika seperti gambar 2.5 dan 2.6 hanya merupakan bentuk dasar. Masih banyak variasi simbol yang sering digunakan. Contohnya, dapat berupa AND dengan 3 masukan seperti Gambar 2.7a. Lingkaran kecil sebagai simbol kompelemen juga dapat dipasang pada bagian masukan seperti pada Gambar 2.7b. Secara fisis, gerbang logika bukanlah barang ajaib, karena hanya berupa rangkaian elektronika yang menghasilkan keluaran tertentu dari masukan tertentu. Misalnya pada gerbang NOT, akan menghasilkan logika 1 (+5V)

27 16 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL A B F A B F A B AND F = AB A B OR F = A+B A F A F A F = A A F = A BUFFER NOT Gambar 2.5: Simbol gerbang logika untuk fungsi Boolean AND, OR, buffer, dan NOT untuk masukan berupa logika 0 (0V). Bagian berikut membahas mekanisme dasar bagaimana rangkaian gerbang logika bekerja. 2.4 Implementasi Elektronik dari Gerbang Logika Secara elektronis, gerbang logika mempunyai terminal untuk dihubungkan dengan sumber tenaga yang biasanya tidak ditampilkan. Gambar 2.8a menggambarkan pembalik dengan terminal +5V dan 0V (GND) yang dimunculkan. Sinyal +5V biasanya disebut V CC yang berarti voltage collector-collector. Pada rangkaian fisis, semua terminal V CC dan GND dihubungkan dengan sumber tenaga yang cocok. Gerbang logika tersusun dari alat elektronik yang disebut transistor, yang dapat bersifat sebagai saklar yang mengendalikan sinyal elektronis kuat dengan menggunakan sinyal elektronis lemah. Transistor juga bersifat penguat yang dapat menguatkan sinyal masukan sehingga dapat digunakan untuk dihubungkan dengan banyak gerbang logika. Tanpa penguatan, kita mungkin hanya dapat mengirim sinyal ke sejumlah kecil gerbang logika, sebelum sinyal itu bercampur dengan derau sehingga tidak terdeteksi lagi.

28 2.4. Implementasi Elektronik dari Gerbang Logika 17 A B F A B F A B NAND F = AB A B NOR F = A+B A B F A B F = A B Exclusive-OR (XOR) A B F A B F = A B Exclusive-NOR (XNOR) Gambar 2.6: Simbol gerbang logika untuk fungsi Boolean NAND, NOR, XOR, dan XNOR A B C (a) F = ABC A B (b) F = A + B Gambar 2.7: Variasi gerbang logika (a) tiga masukan dan (b) masukan dengan komplemen Simbol transistor tampak seperti Gambar 2.8c yang digunakan sebagai gerbang pembalik. Untuk masukan berupa 0 (0 V) pada basis akan menghasilkan keluaran 1 (+5 V) pada kolektor, karena tidak ada arus dari V CC ke GND akibat transistor mati. Jika sinyal 1 (+5 V) dimasukkan ke basis, maka akan ada arus listrik dari V CC ke GND karena transistor hidup. Oleh karena itu di kolektor tegangannya cukup kecil untuk dianggap logika 1. Jadi keluaran akan 0 (0 V). Karena akan selalu ada arus yang mengalir walaupun keluaran menunjukkan logika 0, maka kita perlu menentukan batas tegangan yang aman untuk nilai logika 0 dan 1. Jika kita menentukan secara ketat bahwa logika 0 adalah 0 V dan logika 1 adalah 5 V, maka kemungkinan rangkaian kita tidak bekerja sebagai mana mestinya jika keluarannya adalah 0.1 V bukan 0 V. Hal

29 18 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL V CC R A V cc = +5V F = A GND = 0V (a) A (b) A Gambar 2.8: (a) pembalik dengan terminal tenaga dimunculkan dan (b) rangkaian transistor untuk pembalik ini dapat terjadi dalam praktiknya. Untuk alasan ini, maka penentuan nilai tegangan untuk logika 0 dan 1 menggunakan batas ambang. Pada Gambar 2.9a logika 0 ditentukan pada tegangan dalam rentang 0 V sampai dengan 0.4 V dan logika 1 dalam rentang 2.4 V sampai dengan 5 V. Rentang tegangan pada Gambar 2.9a adalah untuk sinyal keluaran. Karena sinyal dapat mengalami pelemahan maka untuk sinyal masukan diberi berselisih 0.4 V seperti tampak pada Gambar 2.9b. Namun demikian rentang nilai tegangan yang tercantum di sini tidak mengikat, tergantung dari keluarga gerbang logika yang digunakan. 5.0 V 5.0 V Logika 1 Logika V 0.4 V 0.0 V Daerah terlarang Logika 0 (a) 2.0 V 0.8 V 0.0 V Daerah terlarang Logika 0 Gambar 2.9: Penentuan nilai tegangan untuk logika 0 dan 1 (a) gerbang logika keluaran, (b) gerbang logika masukan Gambar 2.10 menunjukkan rangkaian transistor untuk gerbang logika NAND dan NOR. Untuk rangkaian NAND kedua masukan A dan B harus berada pada daerah tegangan logika 1 untuk menghasilkan keluaran pada daerah tegangan logika 0. Untuk rangkaian gerbang NOR, salah satu ma- (b)

30 2.5. Buffer Tri-State 19 V CC R A AB V CC R A+B B A B (a) (b) Gambar 2.10: Rangkaian transistor (a) NAND 2 masukan (b) NOR 2 masukan sukan A atau B berada pada tegangan logika 1, akan mengakibatkan keluaran berada pada daerah tegangan Buffer Tri-State Buffer Tri-state adalah seperti buffer biasa yang kita bahas sebelumnya, dengan pengecualian bahwa ada tambahan masukan untuk mengendalikan keluaran buffer. Tergantung dari masukan kendali ini, keluaran dari buffer dapat bernilai 0, 1, atau tak berfungsi. Jadi ada 3 macam keluaran. Dalam Gambar 2.11a, jika masukan kendali C bernilai 1 maka buffer bekerja seperti biasa. Namun jika masukan kendali C ini bernilai 0 maka buffer dalam keadaan tak berfungsi, tidak ada sinyal keluaran. Simbol φ digunakan untuk menyatakan keadaan tak berfungsi ini. Perlu diketahui bahwa keadaan φ tidak menunjukkan 0 atau 1, tetapi menyatakan bahwa tidak ada sinyal. Dalam istilah elektronika keadaan ini disebut berimpedansi tinggi high impedance. Buffer tri-state kendali inversi mirip dengan buffer tri-state kecuali masukan kendalinya merupakan komplemen. Lihat Gambar 2.11b. A C (a) F = AC atau F = A C (b) F = AC atau F = Gambar 2.11: Buffer tri-state dan Buffer tri-state kendali inversi Keluaran yang secara elektronis tak terhubung berbeda dengan keluaran

31 20 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL yang menghasilkan 0. Tidak terhubung secara elektronis berarti tidak ada sinyal elektronis sedang logika 0 terhubung dengan GND. Dengan buffer tristate memungkinkan sejumlah keluaran dihubungkan menjadi satu tanpa ada risiko hubung singkat, asal dijaga bahwa pada satu saat hanya boleh satu buffer tri-state yang hidup. Buffer tri-state penting saat implementasi register. 2.6 Sifat-sifat Aljabar Boole Tabel 2.1 merangkum sebagian dari sifat-sifat aljabar Boole yang dapat diterapkan pada ekspresi logika Boole. Postulat (dikenal sebagai postulat Huntington) merupakan aksioma dasar untuk aljabar Boole dan tidak memerlukan pembuktian. Teorema dapat dibuktikan melalui postulat. Setiap relasi dalam tabel mempunyai bentuk AND dan OR sebagai hasil dari prinsip dualisme. Bentuk dualisme ini memungkinan mengubah bentuk AND menjadi OR dan sebaliknya bentuk OR menjadi AND. Relasi Dualisme Sifat Postulat AB = BA A+B +B +A Komutatif A(B +C) = AB +AC A+BC = (A+B)+(A+C) Distributif 1A = A 0+A = A Identitas AA = 0 A+A = 1 Komplemen Teorema 0A = 0 1+A = 1 Teorema nol dan satu AA = A A+A = A Idempoten A(BC) = (AB)C A+(B +C) Asosiatif A = A Involusi AB = A+B A+B = A B Teorema DeMorgan AB +AC +BC (A+B)(AC)(B +C) Teorema konsensus = AB +AC = (A+B)(A+C) A(A+B) = A A+AB = A Teorema absorbsi Tabel 2.1: Sifat-sifat dasar aljabar Boole Sifat komutatif menyatakan bahwa urutan kemunculan du avriabel dalam fungsi AND dan OR tidak mengakibatkan hasil yang berbeda. Dengan prinsip dualisme, sifat komutatif mempunyai bentuk AND (AB = BA) dan bentuk OR (A+B = B +A). Sifat distributif menunjukkan bagiaman variabel didistribusikan melalui operasi AND. Karena prinsip dualisme juga maka ada sifat distributif untuk OR. Sifat identitas menunjukkan bahwa variabel yang di-and-kan dengan 1 atau di-or-kan dengan 0, menghasilkan nilai variabel itu sendiri. Sifat komplemen mengakibatkan bahwa variabel yang dikenakan operasi AND terhadap komplemen variabel tersebut, menghasilkan 0 (karena paling tidak

32 2.6. Sifat-sifat Aljabar Boole 21 pasti ada 1 operan bernilai 0), dan variabel yang dikenakan operasi OR terhadap komplemennya, menghasilkan nilai 1 (karena pasti ada nilai 1 pada operannya). Teorema nol dan satu menyatakan bahwa operasi AND antara variabel dengan 0 akan menghasilkan 0 dan operasi OR antara variabel dengan 1 akan menghasilkan 1. Teorema idempoten menyatakan bahwa operasi AND atau OR antara variabel dengan dirinya sendiri menghasilkan nilai variabel itu sendiri. Teorema asosiatif menyatakan bahwa urutan operasi AND atau OR tidak mengakibatkan hasil yang berbeda. Teorema involusi menyatakan bahwa komplemen dari komplemen suatu variabel adalah variabel itu sendiri. Teorema DeMorgan, teorema konsensus, dan teorema absorbsi tidak begitu jelas sehingga kita perlu membuktikannya. Teorema DeMorgan dapat dibuktikan dengan induksi yaitu mendaftar semua kemungkinan nilai 2 variabel A dan B serta fungsi yang dibuktikan seperti Gambar Sisi kiri dan kanan dalam ekspresi DeMorgan mempunyai nilai yang sama, inilah buktinya. Untuk teorema konsensus dan absorbsi, silakan dicoba sendiri untuk latihan. A B AB = A+B A+B = A B Gambar 2.12: Pembuktian teorema DeMorgan untuk 2 variabel Tidak semua gerbang logika dibicarakan secara mendalam karena berdasarkan 3 himpunan gerbang logika yaitu {AND, OR, NOT}, {NAND}, dan {NOR}, satu himpunan dapat disusun dari gerbang-gerbang pada himpunan lainnya. Sebagai contoh misalnya implementasi OR dengan menggunakan himpunan {NAND}. Teorema DeMorgan dapat digunakan untuk menyusun gerbang OR dari gerbang NAND seperti Gambar 2.13 dan Penjelasannya adalah sebagai berikut: A+B = A+B Teorema involusi = A B Teorema DeMorgan Untuk mendapatkan inversi (NOT) dari gerbang NAND penjelasannya adalah:

33 22 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL A B F = A+B A B F = A B Gambar 2.13: Penyusunan NAND menjadi OR A = A + A Teorema idempoten = A A Teorema DeMorgan A B A A+B A+B B Gambar 2.14: Implementasi OR dengan NAND (gambar lain) Fungsi AND dalam {NAND} (Gambar 2.15) dijelaskan sebagai berikut: AB = AB Teorema involusi A B F = AB A B F = AB Gambar 2.15: Penyusunan NAND menjadi AND Ekuivalensi di antara fungsi-fungsi logika menjadi penting dalam praktik, karena suatu jenis gerbang logika kemungkinan mempunyai karakteristik yang lebih baik daripada yang lainnya. 2.7 Bentuk Sum-of-Product dan Diagram Logika Misalnya kita akan membuat fungsi yang lebih kompleks daripada sekedar gerbang logika sederhana, seperti fungsi mayoritas yang tertera sebagai tabel kebenaran pada Gambar Fungsi mayoritas akan benar jika lebih dari separo masukan bernilai benar. Fungsi ini sering digunakan pada pembetulan kesalahan dengan menganggap bahwa nilai yang paling banyak muncul sebagai nilai hasil, atau kadang disebut pula sebagai fungsi voting. Karena pembahasan sampai di sini belum ada gerbang sederhana yang dapat digunakan secara langsung untuk implementasi fungsi mayoritas, maka kita akan melakukan transformasi dari persamaan AND-OR dua-level dan mengimplementasikannya dalam bentuk gerbang logika dari himpunan

34 2.7. Bentuk Sum-of-Product dan Diagram Logika 23 Indeks A B C F minterm Gambar 2.16: Tabel kebenaran untuk fungsi mayoritas {AND, OR, NOT} (misalnya). Disebut persamaan dua-level karena ada satu level bentuk AND dilanjutkan dengan satu level bentuk OR. Fungsi Boolean untuk mayoritas ini bernilai benar jika nilai F pada tabel kebenaran bernilai benar. Dengan demikian F akan benar untuk nilai A = 0,B = 1, dan C = 1, atau A = 1,B = 0, dan C = 1, dan seterusnya seperti dalam tabel. Salah satu cara untuk menuliskan persamaan logika adalah dengan menggunakan bentuk sum-of-product atau SOP, yang merupakan kumpulan AND dari variabel yang terlibat kemudian dioperasikan dengan OR. Bentuk persamaan logika untuk fungsi mayoritas tertulis pada Persamaan 2.1. Tanda + berarti operasi OR dan bukan penambahan secara aritmetika. F = ABC +ABC +ABC +ABC (2.1) Dengan mengamati persamaan tersebut kita dapat menentukan bahwa diperlukan 4 buah AND untuk implementasi suku perkalian ABC, ABC, ABC, dan ABC. Keluaran dari gerbang AND kemudian dihubungkan ke masukan gerbang OR 4-masukan seperti Gambar Rangkaian ini menunjukkan fungsi mayoritas, dan kita dapat mengeceknya dengan memasukkan semua kombinasi yang mungkin untuk masukan dan mengamati hasilnya.

35 24 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL A B C F Gambar 2.17: Implementasi fungsi mayoritas dengan dua-level AND-OR. Inverter tidak dihitung sebagai level. Jika setiap suku mengandung tepat masing-masing variabel 1 kali, dalam bentuk komplemen atau bukan, maka suku ini disebut minterm. Minterm mempunyai nilai 1 dalam keluaran tabel kebenaran. Dengan demikian minterm adalah minimum term yang menghasilkan benar. Sebagai alternatif fungsi dapat ditulis dalam bentuk jumlahan dari kombinasi yang benar. Persamaan 2.1 dapat ditulis ulang menjadi persamaan 2.2 dengan indeks adalah minterm indeks seperti Gambar F = (3,5,6,7) (2.2) Notasi ini digunakan secara resmi sebagai persamaan Boolean karena hanya berisi minterm saja. Persamaan 2.1 dan 2.2 disebut sebagai notasi resmi untuk bentuk SOP. 2.8 Bentuk Product-of-Sum Sebagai pasangan dari bentuk sum-of-product, persamaan Boolean dapat direpresentasikan dalam bentuk product-of-sum (POS). Persamaan dalam bentuk POS berupa koleksi rangkaian OR yang keluarannya dihubungkan bersama dengan gerbang AND. Salah satu cara untuk membentuk POS adalah dengan jalan melakukan komplemen terhadap bentuk SOP, dan kemudian diterapkan teorema DeMorgan. Sebagai contoh, lihat kembali fungsi mayoritas dalam bentuk tabel kebenaran di Gambar 2.16, bentuk komplemennya adalah baris-baris yang menghasilkan keluaran 0, seperti persamaan 2.3: F = A B C +A BC +ABC +AB C (2.3)

36 2.8. Bentuk Product-of-Sum 25 Dilakukan komplemen pada kedua ruas didapat persamaan 2.4: F = A B C +A BC +ABC +AB C (2.4) PenerapanteoremaDeMorganyangberbentukW +X +Y +Z = W X Y Z didapat persamaan 2.5: F = (A B C) (A BC) (ABC) (AB C) (2.5) Penerapan teorema DeMorganyang berbentuk WXYZ = W+X+Y +Z pada faktor dalam kurung didapat persamaan 2.6 F = (A+B +C)(A+B +C)+(A+B +C)(A+B +C) (2.6) Persamaan 2.6 berbentuk POS, dan berisi 4 maxterms, yang membolehkan setiap variabel muncul tepat 1 kali dalam bentuk komplemen maupun tidak. Maxterm, misalnya (A+B +C), mempunyai nilai 0 untuk satu baris dalam tabel kebenaran. Persamaan yang hanya berisi maxterm dalam bentuk POS dikatakan sebagai persamaan product-of-sum. Rangkaian OR-AND sebagai implementasi dari persamaan 2.5 tampaka pada Gambar A B C F Gambar 2.18: Rangkaian OR-AND dua-level implementasi dari fungsi mayoritas. Inverter tidak dihitung sebagai level Salah satu motivasi penggunaan POS daripada SOP adalah jika menghasilkan bentuk persamaan Boole yang lebih sederhana. Persamaan Boole yang lebih sederhana dapat menghasilkan rangkaian yang lebih sederhana, namun ini tidak pasti karena ada sejumlah faktor yang tidak tergantung langsung pada ukuran persamaan Boole, seperti kompleksitas topologi perkawatan.

37 26 2. RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL Cacah gerbang adalah ukuran kompleksitas rangkaian yang menunjukkan cacah semua gerbang logika yang digunakan. Cacah masukan gerbang adalah ukuran lain kompleksitas rangkaian yang menunjukkan jumlah masukan ke semua gerbang logika. Untuk rangkaian pada Gambar 2.17 dan Gambar 2.18, cacah gerbang adalah 8 dan cacah masukan gerbang adalah 19 untuk bentuk SOP dan POS. Dalam kasus ini tidak ada perbedaan kompleksitas rangkaian antara bentuk SOP dan POS, tetapi untuk kasus lain perbedaannya menjadi nyata. Ada banyaj variasi metode untuk mereduksi kompleksitas rangkaian digital, beberapa di antaranya dibahas pada Bab Logika Positif dan Negatif Sampai saat ini kita berasumsi bahwa tegangan tinggi dan rendah berpadanan dengan logika 1 dan 0, atau BENAR dan SALAH, yang dikenal sebagai active high atau logika positif. Kita dapat membuat pernyataan yang sebaliknya: tegangan rendah untuk logika 1 dan tegangan tinggi untuk logika 0. Penggunaan logika negatif kadang-kadang lebih disukai daripada logika positif untuk aplikasi yang sifatnya menghalangi daripada membolehkan. Gambar 2.19 menunjukkan ilustrasi pasangan gerbang AND-OR dan NAND-NOR untuk logika positif dan negatif. Logika positif gerbang AND berlaku seperti logika negatif gerbang OR. Gerbang logika secara fisis sama tanpa memperhatikan logika positif atau negatif, hanya interpretasi sinyalnya berubah. Pencampuran logika positif dan negatif dalam satu sistem sebaiknya dihindari untuk mencegah kerancuan, tetapi kadang-kadang hal ini tidak dapat dihindari. Untuk kasus ini, suatu teknik yang dikenal dengan nama pencocokan gelembung membantu untuk menjaga agar logikanya berjalan dengan benar. Idenya adalah rangkaian logika positif bernilai positif dan dipasangi gelembung (yang berarti inversi) untuk semua masukan dan keluaran untuk dihubungkan dengan rangkaian logika negatif. Dengan demikian sinyal yang keluar dari gelembung adalah komplemen dari sinyal yang memasukinya. Perhatikan rangkaian yang ditunjukkan oleh Gambar 2.20a, 2 rangkaian logika positif digabungkan dengan gerbang AND dan dihubungkan ke sistem logika positif. Sistem yang ekuivalen secara logis ditunjukkan pada Gambar 2.20b. Dalam proses pencocokan gelembung, gelembung dipasang pada setiap masukan atau keluaran dari rangkaian aktif rendah seperti Gambar 2.20c. Untuk memudahkan analisis rangkaian, gelembung masukan aktif rendah

38 2.10. Data Sheet 27 Level tegangan Level logika positif Level logika negatif A B F A B F A B F rendah rendah rendah rendah tinggi rendah tinggi rendah rendah tinggi tinggi tinggi A B gerbang AND fisis F A B F = AB A B F = A+B Level tegangan Level logika positif Level logika negatif A B F A B F A B F rendah rendah tinggi rendah tinggi tinggi tinggi rendah tinggi tinggi tinggi rendah A B gerbang NAND fisis F A B F = AB A B F = A+B Gambar 2.19: Logika positif dan negatif untuk pasangan AND-OR dan NAND-NOR perlu dicocokkan dengan gelembung keluaran aktif rendah. Dalam Gambar 2.20c ada gelembung yang tidak cocok karena hanya ada 1 gelembung dalam 1 garis. Teorema DeMorgan digunakan untuk konversi dari gerbang OR menjadi gerbang NAND dengan masukan yang dikomplemenkan. Gambar 2.20d menunjukkan gelembung yang sudah cocok Data Sheet 2.11 Komponen Digital Desain rangkaian digital tingkat tinggi biasanya menggunakan sekumpulan gerbang yang dikemas dalam bentuk komponen bukan gerbang logika tunggal. Hal ini mengakibatkan bahwa kompleksitas rangkaian dapat dikurangi dan pemodelannya menjadi sederhana. Beberapa komponen dibahas dalam bagian berikut.

BAB 1. Sistem Bilangan. 1.1 Pendahuluan

BAB 1. Sistem Bilangan. 1.1 Pendahuluan BAB 1 Sistem Bilangan 1.1 Pendahuluan Sistem bilangan didefinisikan sebagai sekumpulan nilai yang digunakan untuk melambangkan besaran. Kita sudah terbiasa menggunakan bilangan ini dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB 2 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL. 2.1 Unit Logika Kombinasional

BAB 2 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL KOMBINASIONAL. 2.1 Unit Logika Kombinasional 2 RNGKIN LOGIK DIGITL KOMINSIONL Sebelum melangkah lebih jauh, dalam bab ini akan dibahas dasar-dasar logika digital yang merupakan elemen dasar penyusunan komputer. Pembahasan dimulai dengan rangkaian

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283

SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 SISTEM DIGITAL; Analisis, Desain dan Implementasi, oleh Eko Didik Widianto Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. IF2120 Matematika Diskrit. Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB. Rinaldi Munir - IF2120 Matematika Diskrit

Aljabar Boolean. IF2120 Matematika Diskrit. Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB. Rinaldi Munir - IF2120 Matematika Diskrit Aljabar Boolean IF22 Matematika Diskrit Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB Rinaldi Munir - IF22 Matematika Diskrit Pengantar Aljabar Boolean ditemukan oleh George Boole, pada tahun

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL MODUL PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO 2015 A. Standar Kompetensi MODUL I ALJABAR BOOLE DAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL Mata Kuliah Semester : Praktikum Teknik

Lebih terperinci

Definisi Aljabar Boolean

Definisi Aljabar Boolean Aljabar Boolean Definisi Aljabar Boolean Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan yang didefinisikan pada operator +,, dan - dan adalah dua elemen yang berbeda

Lebih terperinci

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya Sistem Digital Sistem Angka dan konversinya Sistem angka yang biasa kita kenal adalah system decimal yaitu system bilangan berbasis 10, tetapi system yang dipakai dalam computer adalah biner. Sistem Biner

Lebih terperinci

2. Gambarkan gerbang logika yang dinyatakan dengan ekspresi Boole di bawah, kemudian sederhanakan dan gambarkan bentuk sederhananya.

2. Gambarkan gerbang logika yang dinyatakan dengan ekspresi Boole di bawah, kemudian sederhanakan dan gambarkan bentuk sederhananya. Tugas! (Materi Aljabar Boolean). Gambarkan jaringan switching yang dinyatakan dengan polinominal Boole di bawah, kemudian sederhanakan dan gambarkan bentuk sederhananya, kapan jaringan tsb on atau off.

Lebih terperinci

BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL. 4.1 Flip-Flop S-R

BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA DIGITAL SEKUENSIAL. 4.1 Flip-Flop S-R BAB 4 RANGKAIAN LOGIKA IGITAL SEKUENSIAL Telah kita pelajari tentang unit logika kombinasional yang keluarannya hanya tergantung pada masukan saat itu atau dengan kata lain keluarannya merupakan fungsi

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

TI 2013 IE-204 Elektronika Industri & Otomasi UKM

TI 2013 IE-204 Elektronika Industri & Otomasi UKM TI 23 IE-24 Elektronika Industri & Otomasi UKM Lampiran C Aljabar Boolean Tupel Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan ang didefinisikan pada operaror +,,

Lebih terperinci

Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi. Logika

Aljabar Boolean dan Sintesis Fungsi. Logika dan Sintesis Fungsi dan Sintesis Fungsi Kuliah#3 TKC205 Sistem Digital - TA 2013/2014 Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro http://didik.blog.undip.ac.id 1 Pengantar dan Sintesis Fungsi Dalam

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. Bahan Kuliah Matematika Diskrit

Aljabar Boolean. Bahan Kuliah Matematika Diskrit Aljabar Boolean Bahan Kuliah Matematika Diskrit Definisi Aljabar Boolean Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan yang didefinisikan pada operator +,, dan -

Lebih terperinci

ebook PRINSIP & PERANCANGAN LOGIKA Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2013

ebook PRINSIP & PERANCANGAN LOGIKA Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma 2013 Penyusun :. Imam Purwanto, S.Kom, MMSI 2. Ega Hegarini, S.Kom., MM 3. Rifki Amalia, S.Kom., MMSI 4. Arie Kusumawati, S.Kom ebook PRINSIP & PERANCANGAN LOGIKA Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER Aljabar Boolean, Gerbang Logika, dan Penyederhanaannya

ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER Aljabar Boolean, Gerbang Logika, dan Penyederhanaannya ARSITEKTUR DAN ORGANISASI KOMPUTER Aljabar Boolean, Gerbang Logika, dan Penyederhanaannya Disusun Oleh : Indra Gustiaji Wibowo (233) Kelas B Dosen Hidayatulah Himawan,ST.,M.M.,M.Eng JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian Pertemuan ke 2 1 BAB I Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi elemen flip-flop pada counter dan register serta clock mode, pulse mode, dan level mode. Manfaat Memberikan

Lebih terperinci

Konsep dasar perbedaan

Konsep dasar perbedaan PENDAHULUAN Konsep dasar perbedaan ANALOG DAN DIGITAL 1 ANALOG Tegangan Berat Suhu Panjang Kecepatan dlsb 2 DIGITAL Pulsa 0 dan 1 Digit Biner Bit Numerik 3 Benarkah definisi tersebut tadi? 4 ANALOG DIGITAL

Lebih terperinci

ALJABAR BOOLEAN R I R I I R A W A T I, M. K O M L O G I K A M A T E M A T I K A 3 S K S

ALJABAR BOOLEAN R I R I I R A W A T I, M. K O M L O G I K A M A T E M A T I K A 3 S K S ALJABAR BOOLEAN R I R I I R A W A T I, M. K O M L O G I K A M A T E M A T I K A 3 S K S AGENDA SISTEM BILANGAN DESIMAL, BINER, OCTAL, HEXADESIMAL DEFINISI ALJABAR BOOLEAN TABEL KEBENARAN ALJABAR BOOLEAN

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. Matematika Diskrit

Aljabar Boolean. Matematika Diskrit Aljabar Boolean Matematika Diskrit Definisi Aljabar Boolean Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan yang didefinisikan pada operator +,, dan - dan adalah dua

Lebih terperinci

BAB III GERBANG LOGIKA DAN ALJABAR BOOLEAN

BAB III GERBANG LOGIKA DAN ALJABAR BOOLEAN A III GERANG LOGIKA DAN ALJAAR OOLEAN 3. Pendahuluan Komputer, kalkulator, dan peralatan digital lainnya kadang-kadang dianggap oleh orang awam sebagai sesuatu yang ajaib. Sebenarnya peralatan elektronika

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. Rinaldi Munir/IF2151 Mat. Diskrit 1

Aljabar Boolean. Rinaldi Munir/IF2151 Mat. Diskrit 1 Aljabar Boolean Rinaldi Munir/IF25 Mat. Diskrit Definisi Aljabar Boolean Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan yang didefinisikan pada operator +,, dan -

Lebih terperinci

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

Representasi Boolean

Representasi Boolean Aljabar Boolean Boolean Variable dan Tabel Kebenaran Gerbang Logika Aritmatika Boolean Identitas Aljabar Boolean Sifat-sifat Aljabar Boolean Aturan Penyederhanaan Boolean Fungsi Eksklusif OR Teorema De

Lebih terperinci

Definisi Aljabar Boolean

Definisi Aljabar Boolean Aljabar Boolean 1 Definisi Aljabar Boolean Aljabar boolean merupakan aljabar yang berhubungan dengan variabel-variabel biner dan operasi-operasi logik. Variabel-variabel diperlihatkan dengan huruf-huruf

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) RANGKAIAN DIGITAL Program Studi Teknik Komputer Jenjang Pendidikan Program Diploma III Tahun AMIK BSI NIM NAMA KELAS :. :.. :. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

Matematika informatika 1 ALJABAR BOOLEAN

Matematika informatika 1 ALJABAR BOOLEAN Matematika informatika 1 ALJABAR BOOLEAN ALJABAR BOOLEAN Matematika yang digunakan untuk menganalisis dan menyederhanakan Gerbang Logika pada Rangkaian-rangkaian Digital Elektronika. Boolean pada dasarnya

Lebih terperinci

=== PENCACAH dan REGISTER ===

=== PENCACAH dan REGISTER === === PENCACAH dan REGISTER === Pencacah Pencacah adalah sebuah register yang mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk melalui masukan detaknya, karena itu pencacah membutuhkan karakteristik memori

Lebih terperinci

Kuliah#3 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto

Kuliah#3 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto ,, Kuliah#3 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro , Sebelumnya dibahas tentang konsep rangkaian logika: Representasi biner dan saklar sebagai elemen

Lebih terperinci

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER Aplikasi flip-flop yang paling luas pemakaiannya adalah sebagai komponen pembangun pencacah dan register. Pencacah termasuk dalam kelompok rangkaian sekuensial yang merupakan

Lebih terperinci

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL

R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL R ANGKAIAN LOGIKA KOMBINASIONAL DAN SEQUENSIAL Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu Rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

yang paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur unsur pembentuknya (Definisi 2.1 Menurut Lipschutz, Seymour & Marc Lars Lipson dalam

yang paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur unsur pembentuknya (Definisi 2.1 Menurut Lipschutz, Seymour & Marc Lars Lipson dalam 2.1 Definisi Aljabar Boolean Aljabar Boolean dapat didefinisikan secara abstrak dalam beberapa cara. Cara yang paling umum adalah dengan menspesifikasikan unsur unsur pembentuknya dan operasi operasi yang

Lebih terperinci

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 Outline Penjelasan tiga operasi logika dasar dalam sistem digital. Penjelasan Operasi dan Tabel Kebenaran logika AND, OR, NAND, NOR

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. Adri Priadana

Aljabar Boolean. Adri Priadana Aljabar Boolean Adri Priadana Pengantar Aljabar Boolean ditemukan oleh George Boole, pada tahun 854. Boole melihat bahwa himpunan dan logika proposisi mempunyai sifat-sifat yang serupa (kemiripan hukum-hukum

Lebih terperinci

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1 Sistem Digital Dasar Digital -4- Missa Lamsani Hal 1 Materi SAP Gerbang-gerbang sistem digital sistem logika pada gerbang : Inverter Buffer AND NAND OR NOR EXNOR Rangkaian integrasi digital dan aplikasi

Lebih terperinci

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal cara kerja dari peraga 7-segmen 2. Mengenal cara kerja rangkaian

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM DIGITAL

MAKALAH SISTEM DIGITAL MAKALAH SISTEM DIGITAL Konsep Dasar Teorema Boole & De Morgan Disusun Oleh : Anin Rodahad (12131307) Abdurrahman Ar-Rohim (12131299) Bayu Ari Utomo () TEKNIK INFORMATIKA STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Kuliah : Elektronika Digital (3 SKS) Kode : ELP 2318 Prasyarat : - Program Studi : Teknik Elektronika (program D-3) Semester

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER

KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang sistem komputer Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: 1. Memahami sistem

Lebih terperinci

BAB 2 GERBANG LOGIKA & ALJABAR BOOLE

BAB 2 GERBANG LOGIKA & ALJABAR BOOLE SISTEM DIGITL 16 2 GERNG LOGIK & LJR OOLE Gerbang Logika (Logical Gates) atau gerbang digital merupakan komponen dasar elektronika digital. erbeda dengan komponen elektronika analog yang mempunyai tegangan

Lebih terperinci

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut:

Soal Latihan Bab Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen 2 dari bilangan biner berikut: 1 Soal Latihan Bab 1 1. Nyatakanlah bilangan-bilangan desimal berikut dalam sistem bilangan: a. Biner, b. Oktal, c. Heksadesimal. 5 11 38 1075 35001 0.35 3.625 4.33 2. Tentukanlah kompelemen 1 dan kompelemen

Lebih terperinci

REGISTER DAN COUNTER.

REGISTER DAN COUNTER. REGISTER DAN COUNTER www.st3telkom.ac.id Register Register adalah rangkaian yang tersusun dari satu atau beberapa flip-flop yang digabungkan menjadi satu. Flip-Flop disebut juga sebagai register 1 bit.

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR I. PENDAHULUAN Gerbang logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih masukan tetapi hanya menghasilkan satu keluaran berupa tegangan tinggi ( 1 ) dan tegangan rendah ( 0 ).

Lebih terperinci

DIKTAT SISTEM DIGITAL

DIKTAT SISTEM DIGITAL DIKTAT SISTEM DIGITAL Di Susun Oleh: Yulianingsih Fitriana Destiawati UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA 2013 DAFTAR ISI BAB 1. SISTEM DIGITAL A. Teori Sistem Digital B. Teori Sistem Bilangan BAB 2.

Lebih terperinci

Gerbang logika dasar: AND, OR, NOT, NAND dan NOR

Gerbang logika dasar: AND, OR, NOT, NAND dan NOR K O N S E P R A N G K A I A N L O G I K A 1 Sistem digital dapat dimodelkan ke dalam rangkaian logika. Rangkaian logika ini mempunyai satu atau lebih masukan dan satu atau/lebih keluaran. Rangkaian logika

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA. Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE

GERBANG LOGIKA. Keadaan suatu sistem Logika Lampu Switch TTL CMOS NMOS Test 1 Tinggi Nyala ON 5V 5-15V 2-2,5V TRUE 0 Rendah Mati OFF 0V 0V 0V FALSE I. KISI-KISI 1. Sistem Digital dan Sistem Analog 2. Sistem Bilangan Biner 3. Konversi Bilangan 4. Aljabar Boole II. DASAR TEORI GERBANG LOGIKA Sistem elektronika sekarang ini masih mengandalkan bahan semikonduktor

Lebih terperinci

BAB III ALJABAR BOOLE (BOOLEAN ALGEBRA)

BAB III ALJABAR BOOLE (BOOLEAN ALGEBRA) TEKNIK DIGITAL-ALJABAR Boole/HAL. 1 BAB III ALJABAR BOOLE (BOOLEAN ALGEBRA) PRINSIP DASAR ALJABAR BOOLE Aljabar boole adalah suatu teknik matematika yang dipakai untuk menyelesaikan masalah-masalah logika.

Lebih terperinci

Aljabar Boolean dan Gerbang Logika Dasar

Aljabar Boolean dan Gerbang Logika Dasar Modul 1 : Aljabar Boolean dan Gerbang Logika Dasar 1.1 Tujuan Setelah mengikuti praktek ini mahasiswa diharapkan dapat: 1. Memahami Aksioma dan Teorema Aljabar Boolean. 2. Memahami gerbang logika dasar

Lebih terperinci

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 2 Gerbang Logika, Aljabar Boolean. Yusron Sugiarto

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 2 Gerbang Logika, Aljabar Boolean. Yusron Sugiarto Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 2 Gerbang Logika, Aljabar Boolean Yusron Sugiarto Materi Kuliah Rangkaian Logika Ada beberapa operasi-operasi dasar pada suatu rangkaian logika dan untuk

Lebih terperinci

Bentuk Standar Ungkapan Boolean. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Bentuk Standar Ungkapan Boolean. Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Bentuk Standar Ungkapan Boolean Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs. Bentuk Standar Ungkapan Boolean Sum-of-Product (SOP) Diturunkan dari tabel kebenaran untuk fungsi dengan mempertimbangkan baris

Lebih terperinci

BAB II ALJABAR BOOLEAN DAN GERBANG LOGIKA

BAB II ALJABAR BOOLEAN DAN GERBANG LOGIKA BAB II ALJABAR BOOLEAN DAN GERBANG LOGIKA Alokasi Waktu : 8 x 45 menit Tujuan Instruksional Khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan theorema dan sifat dasar dari aljabar Boolean. 2. Mahasiswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === === PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu. Variabel Masukan Keadaan

Lebih terperinci

Perancangan Rangkaian Logika. Sintesis Rangkaian Logika

Perancangan Rangkaian Logika. Sintesis Rangkaian Logika Sintesis Rangkaian Logika Eko Didik Widianto (didik@undip.ac.id) 21 Maret 2011 Program Studi Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Artikel ini menjelaskan secara khusus langkah-langkah sintesis untuk

Lebih terperinci

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC

Dari tabel diatas dapat dibuat persamaan boolean sebagai berikut : Dengan menggunakan peta karnaugh, Cy dapat diserhanakan menjadi : Cy = AB + AC + BC 4. ALU 4.1. ALU (Arithmetic and Logic Unit) Unit Aritmetika dan Logika merupakan bagian pengolah bilangan dari sebuah komputer. Di dalam operasi aritmetika ini sendiri terdiri dari berbagai macam operasi

Lebih terperinci

Gambar 1.13 Board evaluasi FPGA Xilinx Spartan-3E dari Digilenc Gambar 1.14 Aplikasi PLD untuk kamera fotografi berkecepatan

Gambar 1.13 Board evaluasi FPGA Xilinx Spartan-3E dari Digilenc Gambar 1.14 Aplikasi PLD untuk kamera fotografi berkecepatan D A F TA R G A M B A R Gambar 1.1 Sinyal v(t) = 5 sin (2πt) dimana besar tegangan merupakan fungsi dari waktu t... 4 Gambar 1.2 Diagram blok sistem yang terdiri atas masukan, keluaran, proses dan elemen

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR DISUSUN OLEH : Rendy Andriyanto (14102035) Sania Ulfa Nurfalah (14102039) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 4. Aljabar Boolean

BAB 4. Aljabar Boolean BAB 4 Aljabar Boolean 1. PENDAHULUAN Aljabar Boolean merupakan lanjutan dari matakuliah logika matematika. Definisi aljabar boolean adalah suatu jenis manipulasi nilai-nilai logika secara aljabar. Contoh

Lebih terperinci

Rangkaian Logika. Kuliah#2 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto. Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro.

Rangkaian Logika. Kuliah#2 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012. Eko Didik Widianto. Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro. Kuliah#2 TSK205 Sistem Digital - TA 2011/2012 Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Tentang Kuliah Sebelumnya dibahas tentang: Deskripsi, tujuan, sasaran dan materi kuliah TSK205 Sistem

Lebih terperinci

Bahan Kuliah. Priode UTS-UAS DADANG MULYANA. dadang mulyana 2012 ALJABAR BOOLEAN. dadang mulyana 2012

Bahan Kuliah. Priode UTS-UAS DADANG MULYANA. dadang mulyana 2012 ALJABAR BOOLEAN. dadang mulyana 2012 Bahan Kuliah LOGIKA Aljabar MATEMATIKA- Boolean Priode UTS-UAS DADANG MULYANA dadang mulana 22 ALJABAR BOOLEAN dadang mulana 22 Definisi Aljabar Boolean Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan -

Lebih terperinci

Rangkaian Logika. Kuliah#2 TKC205 Sistem Digital - TA 2013/2014. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

Rangkaian Logika. Kuliah#2 TKC205 Sistem Digital - TA 2013/2014. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Kuliah#2 TKC205 Sistem Digital - TA 2013/2014 Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro http://didik.blog.undip.ac.id 1 Tentang Kuliah Sebelumnya dibahas tentang: Deskripsi, tujuan, sasaran dan

Lebih terperinci

Bentuk Standar Fungsi Boole

Bentuk Standar Fungsi Boole PETA KARNAUGH Peta Karnaugh digunakan sebagai cara untuk menyederhanakan persamaan logika secara grafis, atau dapat pula dipandang sebagai metoda untuk mengubah suatu tabel kebenaran ke rangkaian logika

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL PEMBUKTIAN DALIL-DALIL ALJABAR BOOLEAN

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL PEMBUKTIAN DALIL-DALIL ALJABAR BOOLEAN LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL PEMBUKTIAN DALIL-DALIL ALJABAR BOOLEAN Dosen Pengampu : Shoffin Nahwa Utama, M.T. Disusun Oleh: MUHAMMAD IBRAHIM NIM : 362015611040 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI TEKNIK

Lebih terperinci

Rangkaian digital yang ekivalen dengan persamaan logika. Misalnya diketahui persamaan logika: x = A.B+C Rangkaiannya:

Rangkaian digital yang ekivalen dengan persamaan logika. Misalnya diketahui persamaan logika: x = A.B+C Rangkaiannya: ALJABAR BOOLEAN Aljabar Boolean Aljabar Boolean adalah aljabar yang menangani persoalan-persoalan logika. Aljabar Boolean menggunakan beberapa hukum yang sama seperti aljabar biasa untuk fungsi OR (Y =

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA

MODUL I GERBANG LOGIKA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1 TEORI DASAR DIGITAL Leterature : (1) Frank D. Petruzella, Essentals of Electronics, Singapore,McGrraw-Hill Book Co, 1993, Chapter 41 (2) Ralph J. Smith, Circuit, Devices, and System, Fourth Edition, California,

Lebih terperinci

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner

Lebih terperinci

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA

BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA BAB I : APLIKASI GERBANG LOGIKA Salah satu jenis IC dekoder yang umum di pakai adalah 74138, karena IC ini mempunyai 3 input biner dan 8 output line, di mana nilai output adalah 1 untuk salah satu dari

Lebih terperinci

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. :

Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta Telp. : ; Fax. : DASAR TEKNIK DIGITAL Oleh : Pernatin Tarigan Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Bab XI, State Diagram Hal: 226

Bab XI, State Diagram Hal: 226 Bab XI, State Diagram Hal: 226 BAB XI, STATE DIAGRAM State Diagram dan State Table Untuk menganalisa gerbang yang dihubungkan dengan flip-flop dikembangkan suatu diagram state dan tabel state. Ada beberapa

Lebih terperinci

DEFINISI ALJABAR BOOLEAN

DEFINISI ALJABAR BOOLEAN ALJABAR BOOLEAN DEFINISI ALJABAR BOOLEAN Misalkan terdapat - Dua operator biner: + dan - Sebuah operator uner:. - B : himpunan yang didefinisikan pada operator +,, dan - dan adalah dua elemen yang berbeda

Lebih terperinci

Review Sistem Digital : Logika Kombinasional

Review Sistem Digital : Logika Kombinasional JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNY Sem 5 9/ Review Sistem Digital : Logika Kombinasional S dan D3 Mata Kuliah : Elektronika Industri 2 5 Lembar Kerja 2. Jaringan Pensaklaran (Switching

Lebih terperinci

Review Sistem Digital : Aljabar Boole

Review Sistem Digital : Aljabar Boole JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNIK UNY Sem 5 9/ Review Sistem Digital : Aljabar Boole S dan D3 Mata Kuliah : Elektronika Industri 2 x 5 Lembar Kerja Dalam Aljabar Boole, Misalkan terdapat

Lebih terperinci

Implementasi Greedy Dalam Menemukan Rangkaian Logika Minimal Menggunakan Karnaugh Map

Implementasi Greedy Dalam Menemukan Rangkaian Logika Minimal Menggunakan Karnaugh Map Implementasi Greedy Dalam Menemukan Rangkaian Logika Minimal Menggunakan Karnaugh Map Aldy Wirawan 13511035 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

1). Synchronous Counter

1). Synchronous Counter Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counterdigunakan untuk berbagai operasi

Lebih terperinci

Aljabar Boolean. Rudi Susanto

Aljabar Boolean. Rudi Susanto Aljabar Boolean Rudi Susanto Tujuan Pembelajaran Bisa menghasilkan suatu realisasi rangkaian elektronika digital dari suatu persamaan logika matematika Persamaan logika matematika tersebut dimodifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disebut vertex, sedangkan E(G) (mungkin kosong) adalah himpunan tak terurut dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. disebut vertex, sedangkan E(G) (mungkin kosong) adalah himpunan tak terurut dari II. TINJAUAN PUSTAKA Definisi 2.1 Graf Graf G adalah suatu struktur (V,E) dengan V(G) himpunan tak kosong dengan elemenelemenya disebut vertex, sedangkan E(G) (mungkin kosong) adalah himpunan tak terurut

Lebih terperinci

Output b akan ada aliran arus dari a jika saklar x ditutup dan sebaliknya Output b tidak aliran arus dari a jika saklar x dibuka.

Output b akan ada aliran arus dari a jika saklar x ditutup dan sebaliknya Output b tidak aliran arus dari a jika saklar x dibuka. A. TUJUAN : FAKULTAS TEKNIK Semester 5 LOGIKA KOMBINASIONAL 2 4 5 No. LST/EKA/PTE23 Revisi : Tgl : 7-2-2 Hal dari 22 Setelah selesai pembelajaran diharapkan mahasiswa dapat. Menjelaskan kembali prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerbang Logika merupakan blok dasar untuk membentuk rangkaian elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang harus kita pelajari

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum REGISTER

Jobsheet Praktikum REGISTER REGISTER A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja register.. Menerapkan register SISO, PISO, SIPO dan PIPO dalam rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal beberapa jenis register. 2. Menyusun rangkaian register. 3. Mempelajari cara kerja

Lebih terperinci

FPMIPA UPI ILMU KOMPUTER I. TEORI HIMPUNAN

FPMIPA UPI ILMU KOMPUTER I. TEORI HIMPUNAN I. TEORI HIMPUNAN 1. Definisi Himpunan hingga dan Tak hingga 2. Notasi himpuanan 3. Cara penulisan 4. Macam-macam Himpunan 5. Operasi Himpunan 6. Hukum pada Operasi Himpunan 7. Perkalian Himpunan (Product

Lebih terperinci

Konversi Tabel Kebenaran Ke Ekspresi Boolean (1) Disain sistem digital diawali dengan:

Konversi Tabel Kebenaran Ke Ekspresi Boolean (1) Disain sistem digital diawali dengan: Peta Karnaugh Konversi Tabel Kebenaran Ke Ekspresi Boolean (1) Disain sistem digital diawali dengan: Tabel kebenaran yang menggambarkan bagaimana sebuah sistem digital harus bekarja Perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB 6 ALJABAR BOOLE. 1. Definisi Dasar MATEMATIKA DISKRIT

BAB 6 ALJABAR BOOLE. 1. Definisi Dasar MATEMATIKA DISKRIT BAB 6 ALJABAR BOOLE 1. Definisi Dasar Himpunan dan proposisi mempunyai sifat yang serupa yaitu memenuhi hukum identitas. Hukum ini digunakan untuk mendefinisikan struktur matematika abstrak yang disebut

Lebih terperinci

PERCOBAAN DIGITAL 01 GERBANG LOGIKA DAN RANGKAIAN LOGIKA

PERCOBAAN DIGITAL 01 GERBANG LOGIKA DAN RANGKAIAN LOGIKA PERCOBAAN DIGITAL GERBANG LOGIKA DAN RANGKAIAN LOGIKA .. TUJUAN PERCOBAAN. Mengenal berbagai jenis gerbang logika 2. Memahami dasar operasi logika untuk gerbang AND, NAND, OR, NOR. 3. Memahami struktur

Lebih terperinci

Kuliah#12 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

Kuliah#12 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017 Kuliah#12 TKC205 Sistem Digital Eko Didik Widianto Departemen Teknik Sistem Komputer, Universitas Diponegoro 11 Maret 2017 http://didik.blog.undip.ac.id/buku/sistem-digital/ @2017,Eko Didik 1 Pengantar

Lebih terperinci

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA

BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA BAB VI RANGKAIAN ARITMATIKA 6.1 Pendahuluan Pada saat ini banyak dihasilkan mesin-mesin berteknologi tinggi seperti komputer atau kalkulator yang mampu melakukan fungsi operasi aritmatik yang cukup kompleks

Lebih terperinci

BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA

BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA 1. Gerbang AND, OR dan NOT Gerbang Logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan tinggi atau tegangan

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN SISTEM DIGITAL Perkembangan teknologi dalam bidang elektronika sangat pesat, kalau beberapa tahun lalu rangkaian elektronika menggunakan komponen tabung hampa, komponen diskrit, seperti dioda, transistor,

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA RINI DWI PUSPITA

GERBANG LOGIKA RINI DWI PUSPITA SMKN 3 BUDURN GERBNG LOGIK RINI DWI PUSPIT 207 J L. J E N G G O L O C S I D O R J O 0 BB I PENDHULUN. Deskripsi Relasi logik dan fungsi gerbang dasar merupakan salah satu kompetensi dasar dari mata pelajaran

Lebih terperinci

TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto

TSK205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto TSK205 Sistem Digital Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Di kuliah sebelumnya dibahas tentang representasi bilangan, operasi aritmatika (penjumlahan dan pengurangan),

Lebih terperinci

Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017

Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto. 11 Maret 2017 Kuliah#11 TKC-205 Sistem Digital Eko Didik Widianto Departemen Teknik Sistem Komputer, Universitas Diponegoro 11 Maret 2017 http://didik.blog.undip.ac.id/buku/sistem-digital/ ) 1 Tentang Kuliah Membahas

Lebih terperinci

FLIP-FLOP (BISTABIL)

FLIP-FLOP (BISTABIL) FLIP-FLOP (BISTABIL) Rangkaian sekuensial adalah suatu sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat ditentukan oleh : 1. keadaan masukannya pada saat itu, dan 2. keadaan masukan dan/atau keluaran

Lebih terperinci

Rangkaian Digital Kombinasional. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

Rangkaian Digital Kombinasional. S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Rangkaian Digital Kombinasional S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto Logika kombinasi Comparator Penjumlah Biner Multiplexer Demultiplexer Decoder Comparator Equality Non Equality Comparator Non Equality

Lebih terperinci

BAB I GERBANG LOGIKA DASAR & ALJABAR BOOLEAN

BAB I GERBANG LOGIKA DASAR & ALJABAR BOOLEAN BAB I GERBANG LOGIKA DASAR & ALJABAR BOOLEAN A. Tabel Kebenaran (Truth Table) Tabel kebenaran merupakan tabel yang menunjukkan pengaruh pemberian level logika pada input suatu rangkaian logika terhadap

Lebih terperinci

Aljabar Boolean, Sintesis Ekspresi Logika

Aljabar Boolean, Sintesis Ekspresi Logika , Eko Didik Widianto (didik@undip.ac.id) Sistem Komputer - Universitas Diponegoro @2011 eko didik widianto siskom-undip SK205 Sistem Digital 1 / 38 Review Kuliah Sebelumnya konsep rangkaian logika telah

Lebih terperinci

Kuliah#4 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto

Kuliah#4 TKC205 Sistem Digital. Eko Didik Widianto & & Kuliah#4 TKC205 Sistem Digital Eko Didik Departemen Teknik Sistem Komputer, Universitas Diponegoro http://didik.blog.undip.ac.id/buku/sistem-digital/ 1 Umpan Balik Sebelumnya dibahas tentang implementasi

Lebih terperinci

STUDI METODE QUINE-McCLUSKEY UNTUK MENYEDERHANAKAN RANGKAIAN DIGITAL S A F R I N A A M A N A H S I T E P U

STUDI METODE QUINE-McCLUSKEY UNTUK MENYEDERHANAKAN RANGKAIAN DIGITAL S A F R I N A A M A N A H S I T E P U STUDI METODE QUINE-McCLUSKEY UNTUK MENYEDERHANAKAN RANGKAIAN DIGITAL S A F R I N A A M A N A H S I T E P U 0 3 0 8 2 3 0 4 2 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH

KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH KONTRAK PEMBELAJARAN (KP) MATA KULIAH Kode MK: TKC205 Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Pengajar : Eko Didik Widianto, ST, MT Semester : 2 KONTRAK PEMBELAJARAN Nama Mata

Lebih terperinci

MAKALAH SYSTEM DIGITAL GERBANG LOGIKA DI SUSUN OLEH : AMRI NUR RAHIM / F ANISA PRATIWI / F JUPRI SALINDING / F

MAKALAH SYSTEM DIGITAL GERBANG LOGIKA DI SUSUN OLEH : AMRI NUR RAHIM / F ANISA PRATIWI / F JUPRI SALINDING / F MAKALAH SYSTEM DIGITAL GERBANG LOGIKA DI SUSUN OLEH : AMRI NUR RAHIM / F 551 12 062 ANISA PRATIWI / F 551 12 075 JUPRI SALINDING / F 551 12 077 WIDYA / F 551 12 059 TEKNIK INFORMATIKA (S1) TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

Rangkaian Logika Kombinasional Teknik Digital (TKE071207) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

Rangkaian Logika Kombinasional Teknik Digital (TKE071207) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Rangkaian Logika Kombinasional Teknik Digital (TKE071207) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed Iwan Setiawan Tahun Ajaran 2012/2013 Operasi logika dasar. Aljabar Boolean. (menggambarkan

Lebih terperinci