Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY"

Transkripsi

1 Percobaan 10 MULTIVIBTO (STBIL, MONOSTBIL, DN PIU-SHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY sumarna@uny.ac.id Tujua : 1. Mempelajari cara kerja rangkaian multivibrator, 2. Menyusun rangkaian multivibrator, 3. Menyusun rangkaian picu Schmitt, 4. Mengamatai bentuk gelombang dan frekuensi keluaran multivibrator dan picu Schmitt. lat-alat : atu daya dc +5 volt, breadboard, I-7400, I-7413 atau I-7414, resistor, kapasitor, osiloskop, multimeter, FG (udio Frequency Generator), dan kabel penghubung. Dasar Teori : Multivibrator Dalam dunia elektronik banyak proses yang pada prinsipnya sekedar memutus atau menghubungkan suatu rangkaian listrik (proses pensaklaran). Proses tersebut harus memenuhi syarat tertentu, yakni cepat (tidak timbul getaran) dan tidak menimbulkan percikan bunga api listrik. Saklar mekanik atau manual tidak dapat memenuhi persyaratan tersebut. Karena saklar mekanik memiliki kelembaman yang relatif besar dan kecepatannya terbatas. Selain itu, saklar mekanik juga menimbulkan percikan bunga api listrik yang dapat membakar bahan yang bersinggungan. Proses pemsaklaran tersebut dapat kita jumpai pada sistem pewaktu agar suatu rangkaian dapat bekerja ataupun tidak bekerja dalam selang waktu tertentu. Misalkan rangkaian pewaktu untuk membuat agar sebuah relay dapat tertutup atau terputus dalam selang waktu tertentu. Juga sering kita dapat memodulasi lebar pulsa dan untuk penundaan waktu (time delay). 138

2 angkaian elektronik yang mempunyai kemampuan untuk membuat waktu tunda atau lebar pulsa tertentu ini lebih jauh akan dipelajari dalam multivibrator monostabil. Multivibrator sebenarnya merupakan rangkaian elektronik yang menghasilkan gelombang kotak, atau gelombang lain yang bukan sinusoida seperti gelobang segi empat dan gelombang gigi gergaji. Nama multivibrator diturunkan dari kenyataan bahwa gelombang kotak terdiri dari sejumlah besar gelombang sinusoida dengan frekuensi yang berbeda-beda (berdasarkan analisis deret fourier). Selain flip-flop dan monostabil, ada jenis multivibrator lain yang akan kita pelajari yaitu multivibrator astabil dan picu Schmitt. Keduanya sering berperan sebagai osilator yang menghasilkan pulsa kotak (square). Pulsa kotak yang stabil dengan frekuensi tertentu dalam elektronika digital lebih dikenal sebagai detak (clock). Detak ini penting, bahkan sangat penting, dalam operasi suatu piranti elektronika digital seperti komputer dan kalkulator. Selanjutnya kita akan mempelajari beberapa rangkaian multivibrator. Meskipun flip-flop merupakan dasar dari monostabil, astabil dan picu Schmitt tetapi akan kita pelajari lebih akhir. Hal ini disebabkan karena banyaknya jenis flip-flop sehingga memerlukan tempat yang lebih banyak pula. 1. Multivibrator Monostabil Sesuai dengan namanya, rangkaian multivibrator monostabil mempunyai keluaran dengan satu keadaan stabil (mantap). angkaian tersebut tetap dalam keadaan stabilnya sampai ada pemicu. Sekali dipicu, keluarannya berubah dari keadaan stabilnya tadi ke keadaan tak stabil (keadaan baru). Keadaan tak stabil itu bertahan selama waktu tertentu dan setelah itu dengan sendirinya kembali ke keadaan stabilnya lagi. Ternyata monostabil merupakan rangkaian yang penting, bahkan terlalu penting, untuk membangkitkan pulsa yang dapat diatur polaritas dan lebarnya pada amplitudo tetap. Sebuatan lain untuk monostabil adalah ekamantap, one-shot, atau monoflop. Monostabil dapat dibuat dengan berbagai cara, namun pada kesempatan ini kita akan membahas monostabil yang menggunakan gerbang logika NND yang dilengkapi dengan resistor dan 139

3 kapasitor sebagai komponen pewaktunya. da 2 jenis monostabil, yaitu monostabil terpicu positif dan monostabil terpicu negatif. Perhatikan Gambar berikut. T 2 K 1 3 Gambar : angkaian monostabil terpicu positif nggaplah mula-mula masukan pemicu T = 0, keluaran = 1, dan keluaran = 0. Perhatikan keluaran dari NND-2 dalam keadaan 1 sehingga K = 1. Pada saat masukan T berubah dari 0 ke 1 (terpicu positif) tentu saja kedua masukan NND-1 ada pada keadaan 1, sehingga berubah dari 1 ke 0. Tetapi begitu T berubah dari 0 ke 1, maka keluaran dari NND-2 juga berubah menjadi 0. Muatan pada kapasitor yang mula-mula memberikan K = 1 sedikit demi sedikit dilucuti (dikosongkan) melalui resistor sehingga tegangan pada K turun menuju 0. Perubahan K dari 1 ke 0 ini akan melewati twgangan ambang yang akan menyebabkan K dianggap 0. Pada saat ini keluaran NND-1, yaitu, akan kembali ke keadaan 1 lagi (keadaan sebelum dipicu). Lama pulsa t (keadaan tak stabil) di tersebut tergantung pada resistansi dan kapasitansi yang terpasang. Secara umum berlaku : t =.. Karena NND-3 berperan sebagai NOT, maka antara dan saling komplemen, artinya jika = 1 maka = 0, dan sebaliknya jika = 0 maka = 1. Kelemahan dari monostabil terpicu positif adalah adanya syarat agar pulsa pemicu di T harus lebih lama dari pada pulsa keluaran di. Hal ini diakibatkan oleh adanya hubungan langsung T dengan salah satu masukan NND-1 yang menyebabkan 140

4 jika T = 0 maka = 1. Sehingga jika T berubah ke 0 lagi sebelum pulsa pemicu T mencapai tegangan ambang maka lebar pulsa keluaran tidak tepat sama dengan. dan tentu saja harga t (lama tak stabil) pasti kurang dari pada.. Jenis lain dari monostabil adalah yang terpicu negatif (dipicu dari 1 ke 0). ara menyusunnya antara lain dengan menambahkan NND-4 seperti terlihat pada Gambar di bawah ini. T 4 2 B 1 3 Gambar : angkaian monostabil terpicu negatif Menggunakan gerbang logika NND Mula-mula T = 1 dan = 1, keadaan ini adalah stabil. Jika T berubah dari 1 ke 0 maka keluaran NND-4 dalam keadaan 1 ( = 1). Karena masukan NND-1 keduanya dalam keadaan 1 maka = 0. Selanjutnya, tegangan di titik B semaki lama semakin turun akibat lucutan muatan pada melalui. Sehingga pada saat melewati tegangan ambang membuat = 1 kembali semula. Dengan demikian keluaran menjadi tidak tergantung pada perubahan masukan T dari 0 ke 1, oleh karenanya benar-benar berlaku bahwa lama keadaan tak stabilnya adalah t =.. Untuk lebih jelasnya, perhatikan bentuk pulsa monostabil terpicu positif dan terpicu negatif pada Gambar berikut. 141

5 T T K Tegangan ambang B t (a) t (b) Gambar : Bentuk pulsa pada monostabi (a) terpicu Positif dan (b) terpicu negatif. Masih banyak cara untuk menyusun monostabil dari gerbang logika lain, seperti NOT ataupun NO, bahkan dengan NND dengan konfigurasi yang berbedabeda. Pada Gambar 8.4 tampak rangkaian monostabil dari gerbang NND dengan konfigurasi yang berbeda dari sebelumnya. Misalkan mula-mula adalah stabil dalam keadaan 1. Ketika pulsa sempit 0 dikenakan pada masukan, maka keluaran NND-1 menjadi 1 dan melalui 2 membuat kedua masukan NND-2 dalam keadaan 1. Hal ini menghasilkam keluaran pada NND-2 menjadi 0 yang menjamin keluaran NND-1 tetap 1 meskipun pulsa masukan telah berakhir. Sekarang 2 membuang muatan lewat 2 dan dengan demikian kedua masukan NND-2 menjadi 0. Keadaan ini membuat keluaran NND-2 menjadi 1 dan keluaran NND-1 menjadi 0. khirnya, rangkaian tersebut mencapai keadaan stabilnya lagi dengan masukan NND-1 dalam keadaan 1 dan keluaran NND-2 juga 1. Lama monostabil tersebut dalam keadaan tidak stabil ditentukan oleh nilai 2 dan

6 + 1 1 B Gambar : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NND ontoh berikutnya adalah monostabil digital yang tersusun dari gerbang logika NO, dan salah satu konfigurasinya dapat diperhatikan pada Gambar berikut. + 1 M Gambar : Monostabil digital yang tersusun dari gerbang NO. Keadaan stabil dari monostabil pada gambar di atas adalah = 0 dan = 0. Selanjutnya, cobalah untuk menjelaskan cara kerja rangkaian tersebut dengan memberikan pemicu singkat dengan transisi dari 0 ke 1 (pemicu positif). 143

7 2. Multivibrator stabil Multivibrator astabil merupakan suatu rangkaian yang keadaan pada keluarannya tidak dapat stabil pada satu keadaan, tetapi berubah secara terusmenerus dari keadaan 0 ke keadaan 1 berulang secara bergantian. stabil biasa digunakan sebagai osilator yang menghasilkan gelombang kotak (square). Masalah yang biasa dihadapi adalah menyangkut kestabilan frekuensi keluaran astabil. stabil banyak digunakan dalam rangkaian digital untuk membangkitkan rentetan gelombang kotak untuk keperluan pendetakan (clock). angkaian digital seperti pencacah, register, dan lain-lain mutlak memerlukan gelombang kotak yang dapat diandalkan. da banyak cara untuk menyusun rangkaian astabil dengan gerbang logika. Sebagai contoh pada Gambar di bawah ini disajikan rangkaian astabil dari gerbang logika NND yang dilengkapi dengan resistor dan kapasitor sebagai penentu frekuensi. 1 2 D B 3 4 Gambar : angkaian multivibrator astabil menggunakan gerbang NND Mula-mula masukan NND-1 yaitu titik = 0, maka titik B = 1 dan titik D = 0. Oleh karena B = 1 dan dan = 0 maka tegangan B lebih tinggi dari pada dan arus mengalir dari B ke melalui. kibatnya kapasitor aakan terisi dan tegangannya naik sedikit demi sedikit hingga menuju 1. Pada saat = 1, maka B berubah dari 1 ke 0. Keadaan sekarang menjadi terbalik dari sebelumnya. Karena B 144

8 = 0 dan = 1, maka arus mengalir dari ke B melalui sedemikian hingga tegangan turun sedikit demi sedikit. Ketika = 0 maka B berubah dari 0 ke 1 lagi. Demikian seterusnya, peristiwa tersebut terjadi secara berulang sehingga timbul osilasi. Gerbang NND-3 dan NND-4 berfungsi sebagai pembentuk gelombang kotak. Bentuk gelombang dari rangkaian astabil tersebut dapat dilihat pada Gambar berikut. B 0 t 1 t 2 t 3 Gambar : Bentuk gelombang astabil pada Gambar 8.6. ntara 0 dan t tegangan titik naik secara eksponensial yang berarti kapasitor terisi dan arus mengalir dari B ke melalui. ntara t dan t tegangan turun yang berarti arus mengalir dari ke B atau kapasitor dikosongkan. stabil yang menggunakan gerbang logika NND pada gambar di atas bukanlah satusatunya konfigurasi. Selain dengan gerbang NND, multivibrator astabil digital juga dapat disusun dari gerbang logika NOT atau NO. Pada Gambar di bawah ini dapat dilihat astabil yang tersusun dari gerbang logika NO. 145

9 1 D Gambar : angkaian astabil dengan gerbang NO. obalah untuk menjelaskan cara kerja astabil pada gambar di atas dengan mengingat bahwa pengisian dan pengosongan muatan pada kapasitor melalui resistor. Kedua komponen tersebut, yakni dan, dihubungkan dengan keluaran astabil. 3. Picu Schmitt (Schmitt Trigger) Picu Schmitt sebenarnya merupakan rangkaian bistabil (flip-flop) yang keadaan keluarannya dikendalikan melalui tingkat tegangan pada masukannya. Picu Schmitt sering digunakan untuk mengubah masukan gelombang sinus menjadi gelombang kotak. Gelombang kotak tersebut dapat menyediakan pulsa pemicu yang tajam untuk mengendalikan rangkaian lain. Picu Schmitt sangat baik untuk pembentukan kembali pulsa-pulsa yang cacat pada tepi tepinya, atau dengan kata lain picu Schmitt sangat handal untuk penghapusan desah (noise) yang menumpang pada suatu isyarat. angkaian picu Schmitt dapat dibuat dengan menggunakan gerbang logika NND 3 masukan sejumlah 3 buah, dan 2 di antara 3 tersbut dirangkai untuk membuat bistabil. angkaian picu Schmitt seutuhnya dapat diperhatikan pada Gambar berikut. 146

10 V i Gambar : angkaian picu Schmitt dengan gerbang NND 3 masukan Suatu bentuk rangkaian astabil yang sederhana dapat dibuat dengan menggunakan picu Schmitt. Sebagai contoh astabil dari picu Schmitt 7413 dapat dilihat pada Gambar berikut. 1 2 B Gambar : stabil dengan picu Schmitt Jika masukan NND-1 yaitu = 0, maka titik B = 1 dan arus akan mengalir dari B ke melalui. kibatnya keadaan menjadi naik menuju 1. Jika = 1, maka B akan berubah dari 1 ke 0 dan arus mengalir dari ke B melalui. Demikian seterusnya proses tersebut terjadi secara berulang-ulang. Jika diperhatikan dengan seksama, keadaan selalu berkebalikan dengan keadaan B, 147

11 artinya jika B = 0 maka = 1 dan jika B = 1 maka = 0. Ternyata frekuensi keluaran astabil yang tersusun dari picu Schmitt dapat diandalkan kestabilannya. Picu Schmitt bersifat sebagai komparator yang memiliki dua tingkat tegangan pada masukannya. Bila tingkat tegangan itu dilampaui oleh suatu isyarat masukan maka keluarannya akan mengalami perubahan keadaan. Untuk lebih jelasnya perhatikan Gambar berikut. V+ V- V i t V o V cc t Gambar 1 : Hubungan antara isyarat masukan dan keluaran pada picu Schmitt. V adalah tegangan ambang atas dan V menyatakan tegangan ambang bawah. Jika tegangan masukan V > V maka keadaan keluarannya akan tinggi, dan jika V < V maka keadaan keluarannya menjadi rendah. Karena ambang atas dan bawah tidak sama mengakibatkan picu Schmitt memiliki histerisis. Kurva histerisisnya tampak pada Gambar di bawai ini. 148

12 V o V i V- V+ Gambar : Kurva histerisis pada picu Schmitt. Histerisis inilah yang menjadi ciri khas picu Schmitt, yaitu bahwa rangkaian tidak segera menyambung balik sesudah isyarat masukan turun tepat di bawah suatu tegangan ambang (atas) tetapi pada tingkat tegangan yang jauh lebih rendah (pada ambang bawah). Lambang picu Schmitt dengan histerisis sebagai ciri khasnya tampak pada Gambar di bawah ini. atau Gambar : Lambang picu Schmitt. ara lain untuk membangun rangkaian picu Schmitt adalah menggunakan suatu penyangga (buffer) seperti D-4050 dengan memasang balikan positif seperti tampak pada Gambar berikut ini. 149

13 V o ( i / f ).V cc f V cc i 4050 (a) (b) V- V cc /2 V+ V i Gambar : (a). Picu Schmitt menggunakan penyangga (b). Kurva Histerisisnya. Secara praktis, harga-harga tegangan ambang atas dan bawah dapat dinyatakan sebagai : V+ = Vcc ( i f ) 2f V- = Vcc - Vcc ( i f ). 2f 4. angkaian Terpadu Monostabil, stabil, dan Picu Schmitt angkaian monostabil, astabil dan picu Schmitt dapat disusun dengan gerbang logika dengan menambhkan beberapa komponen diskrit resistor maupun kapasitor sesuai dengan keperluan. Tetapi cara yang lebih mudah dan praktis adalah memanfaatkan rangkaian tersebut yang telah tersedia dalam bentuk I. Banyak tersedia I yang telah dirancang secara khusus sebagai monostabil, astabil ataupun picu Schmitt, beberapa di antaranya akan dibahas sebagai berikut. 150

14 Monostabil/stabil D-4047B I D-4047B dapat dioperasikan sebagai salah satu dari monostabil atau astabil. I tersebut memerlukan kapasitor luar (dipasang antara kaki 1 dan 3) dan resistor luar (dipasang antara kaki 2 dan 3) untuk menentukan lebar pulsa bila sebagai monostabil dan menentukan frekuensi keluaran bila sebagai astabil. Pengoperasiannya sebagai astabil adalah dengan memberikan keadaan tinggi pada masukan STBLE (kaki 5) atau keadaan rendah pada masukan STBLE (kaki 4). Frekuensi keluaran pada (kaki 10) dan (kaki 11) ditentukan oleh rangkaian konstanta waktu (kapasitor dan resistor). Frekuensi 2 kali frekuensi keluaran tersedia pada keluaran OSILLTO (kaki 13). Sedangkan peropersiannya sebagai monostabil diperoleh ketika pada I D- 4047B dipicu dengan transisi dari rendah ke tinggi pada masukan +TIGGE (kaki 8) atau dengan transisi dari tinggi ke rendah pada masukan -TIGGE (kaki 6). I dapat dipicu ulang dengan memberikan pulsa transisi dari rendah ke tinggi secara bersamaan pada kedua masukan +TIGGE dan ETIGGE (kaki 12). Suatu pulsa tinggi pada masukan EXT.ESET (kaki 9) akan me-reset keluaran pada keadaan rendah dan pada keadaan tinggi. Diagram I D-4047B tampak pada Gambar berikut Gambar : Diagram blok I D-4047B. 151

15 Picu Schmitt 7413 Untuk mendapatkan hasil operasi rangkaian digital yang terpercaya diperlukan pulsa masukan dengan waktu transisi yang sangat cepat. Transisi tersebut meliputi dari rendah ke tinggi (transisi positif) ataupun dari tinggi ke rendah (transisi negatif). Pada daerah transisi tersebut sangat potensial untuk terjadinya gangguan ataupun keadaan tidak stabil, sehingga daerah transisi merupakan daerah yang kritis. danya pulsa dengan waktu transisi yang lambat banyak menimbulkan masalah. Salah satu penyelesaiannya adalah menggunakan komparator dengan balikan positif untuk menghasilkan histerisis. Tetapi ada penyelesaian yang lebih praktis dan mudah, yaitu menggunakan I picu Schmitt, misalnya 7413, 7414 dan Setiap I 7413 terdiri dari 2 picu Schmitt yang identik. Secara logik, setiap rangkaian picu tersebut merupakan gerbang NND 4 masuan dengan mengenakan balikan positif dan dengan ambang masukan yang berbeda untuk pulsa masukan positif maupun negatif. mbang transisi positifnya sekitar 1,7 volt dan ambang transisi negatifnya sekitar 0,9 volt. Desah (noise) frekuensi timggi sering menumpang pada sinyal informasi. Desah yang tidak diinginkan itu dapat dihilangkan dengan menggunakan picu Schmitt yang cara menyusunnya tampak pada Gambar di bawah ini. masukan Keluara n Gambar : Picu Schmitt untuk menghilangkan desah. 152

16 Kapasitansi kapasitor yang optimum tergantung dari sifat desah dan frekuensi sinyal, sehingga perlu mengadakan percobaan untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Picu Schmitt 7413 juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber detak (clock) yang rangkaiannya seperti tampak pada Gambar di bawah ini. Frekuensi keluaran jika dipasang resistor balikan 390 dinyatakan dengan pendekatan sebagai : f = 2000, di mana dalam F. Keluara n Gambar : Picu Schmitt sebagai sumber detak. Langkah-langkah Percobaan :. stabil 1. Susunlah rangkaian multivibrator astabil seperti tampak pada gambar berikut. Gunakanlah = 100, = 1 F, I-7400, dan Vcc = +5 volt. B D P 153

17 2. Selidikilah gelombang yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran keluaran P dan masing-masing ke masukan osiloskop pada saluran 1 (H-1) dan saluran 2 (H-2). Tentukan besar frekuensi dan amplitudonya, serta gambarlah bentuk gelombangnya. 3. Pasanglah kapasitor = 10 F secara paralel dengan semula sehingga kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas. B. Picu Schmitt 1. Susunlah rangkaian picu Schmitt seperti tampak pada gambar berikut. Gunakanlah = 330, = 4,7 F, I-7413 atau I-7414, dan Vcc = +5 volt. B 2. Selidikilah gelombang yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran keluaran ke masukan osiloskop pada saluran 1 (H-1) atau saluran 2 (H-2). Tentukan besar frekuensi dan amplitudonya, serta gambarlah bentuk gelombangnya. 3. Pasanglah kapasitor = 2200 F secara paralel dengan semula sehingga kapasitansi totalnya 2204,7 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas. 4. pakah besar frekuensi hasil pengamatan sesuai dengan hasil perhitungannya secara teoritis? Berikan penjelasan. 154

18 . Monostabil 1. Susunlah rangkaian multivibrator monostabil (picu positif) seperti tampak pada gambar berikut. Gunakan P = 300, = 1 F, Vcc = +5 volt, dan I Pulsa pemicunya digunakan gelombang kotak dengan frekuensi 400 Hz yang diperoleh dari rangkaian picu Schmitt pada percobaan sebelumnya, atau berasal dari FG. Masukkan pemicu tersebut pada titik D. Sebelumnya letakkan potensiometer P pada kedudukan maksimum sehingga resistansinya 300. P D P 2. Selidikilah pulsa yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran keluaran ke masukan osiloskop pada saluran 1 (H-1) dan pulsa pemicu (titik D) pada saluran 2 (H-2). matilah kapan monostabil terpicu oleh pulsa pemicu. atat dan gambar semua tampilan yang teramati pada layar. mati berapa lama (t) pulsa yang terjadi. pakah lama pulsa tersebut sesuai dengan teori berdasarkan rumus t = detik? Berikan penjelasan. 3. Pasanglah kapasitor = 10 F secara paralel dengan semula sehingga kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas. 4. Ulangi semua langkah 2 tersebut dengan memutar kedudukan potensiometer P pada posisi yang semakin kecil, catat resistansinya! 5. Susunlah rangkaian multivibrator monostabil (picu negatif) seperti tampak pada gambar berikut. Gunakan P = 300, = 1 F, Vcc = +5 volt, dan I Pulsa pemicunya digunakan gelombang kotak dengan frekuensi 400 Hz yang diperoleh dari rangkaian picu Schmitt pada percobaan sebelumnya, atau berasal 155

19 dari FG. Masukkan pemicu tersebut dikenakan pada titik. Sebelumnya letakkan potensiometer P pada kedudukan maksimum sehingga resistansinya 300. P P 6. Selidikilah pulsa yang dikeluarkan rangkaian itu dengan menghubungkan saluran keluaran ke masukan osiloskop pada saluran 1 (H-1) dan pulsa pemicu (titik ) pada saluran 2 (H-2). matilah kapan monostabil terpicu oleh pulsa pemicu. atat dan gambar semua tampilan yang teramati pada layar. mati berapa lama (t) pulsa yang terjadi. pakah lama pulsa tersebut sesuai dengan teori berdasarkan rumus t = detik? Berikan penjelasan. 7. Pasanglah kapasitor = 10 F secara paralel dengan semula sehingga kapasitansi totalnya 11 F, dan ulangilah pengamatan seperti langkah 2 di atas. 8. Ulangi semua langkah 2 tersebut dengan memutar kedudukan potensiometer P pada posisi yang semakin kecil, catat resistansinya! 156

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR)

EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) EKSPERIMEN VIII PEMBANGKIT GELOMBANG (OSILATOR) PENGANTAR Banyak sistem elektronik menggunakan rangkaian yang mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat. Osilator, generator, lonceng

Lebih terperinci

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB 5. MULTIVIBRATOR BAB 5. MULTIVIBRATOR Materi :. Dasar rangkaian Clock / Multivibrator 2. Jenis-jenis multivibrator 3. Laju Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 4. Multivibrator Astabil dari IC 555 5. Multivibrator Monostabil

Lebih terperinci

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi BAB V MULTIVIBRATOR A. Pendahuluan 1. Deskripsi Judul bab ini adalah Multivibrator. Melalui bab ini pembaca khususnya mahasiswa akan mendapatkan gambaran tentang konsep dasar Multivibrator. Konsep dasar

Lebih terperinci

Percobaan 11 RANGKAIAN ANALOG PEMBANGUN GERBANG LOGIKA. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 11 RANGKAIAN ANALOG PEMBANGUN GERBANG LOGIKA. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 11 RNGKIN NLOG PEMNGUN GERNG LOGIK Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UN E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Menyusun gerbang logika dari komponen diskrit, 2. Mengamati hubungan antara keadaan

Lebih terperinci

FLIP-FLOP (BISTABIL)

FLIP-FLOP (BISTABIL) FLIP-FLOP (BISTABIL) Rangkaian sekuensial adalah suatu sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat ditentukan oleh : 1. keadaan masukannya pada saat itu, dan 2. keadaan masukan dan/atau keluaran

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI

PRAKTIKUM RANGKAIAN RLC DAN FENOMENA RESONANSI PRAKIKUM RANGKAIAN RC DAN FENOMENA RESONANSI (Oleh : Sumarna, ab-elins, Jurdik Fisika FMIPA UNY) E-mail : sumarna@uny.ac.id 1. UJUAN Praktikum ini bertujuan untuk menyelidiki terjadinya fenomena resonansi

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mempelajari cara kerja berbagai rangkaian flip flop 2. Membuat rangkaian

Lebih terperinci

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC A. TUJUAN 1) Mempelajari prinsip kerja dari ultrasonic ranging module HC-SR04. 2) Menguji ultrasonic ranging module HC-SR04 terhadap besaran fisis. 3) Menganalisis susunan rangkaian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM. 1141160049 JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2011/2012 POLITEKNIK NEGERI MALANG jl.soekarno

Lebih terperinci

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner

Lebih terperinci

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 7 REGISTER (PENCATAT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal beberapa jenis register. 2. Menyusun rangkaian register. 3. Mempelajari cara kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

RANGKAIAN OSILATOR. Rangkaian Osilator 221

RANGKAIAN OSILATOR. Rangkaian Osilator 221 7 RANGKAIAN OSILATOR Banyak sistem elektronik menggunakan rangkaian yang mengubah energi DC menjadi berbagai bentuk AC yang bermanfaat. Osilator, generator, lonceng elektronika termasuk kelompok rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 9 MULTIPLEKSER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 9 MULTIPLEKSER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 9 MULTIPLEKSER Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari fungsi multiplekser, 2. Mempelajari cara kerja suatu multiplekser, 3. Membuktikan tabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR 3.1. TUJUAN : Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan prinsip kerja rangkaian multivibrator sebagai pembangkit clock Membedakan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR DISUSUN OLEH : Rendy Andriyanto (14102035) Sania Ulfa Nurfalah (14102039) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === === PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu. Variabel Masukan Keadaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

Percobaan 2 GERBANG KOMBINASIONAL DAN KOMPARATOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 2 GERBANG KOMBINASIONAL DAN KOMPARATOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 2 GERNG KOMINSIONL DN KOMPRTOR Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UN E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Membiasakan mengenali letak dan fungsi pin (kaki) pada IC gerbang logika. 2. Menyusun

Lebih terperinci

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY )

PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) PERCOBAAN PENGUAT EMITOR BERSAMA (COMMON EMITTER AMPLIFIER) ( Oleh : Sumarna, Lab-Elins Jurdik Fisika FMIPA UNY ) E-mail : sumarna@uny.ac.id PENGANTAR Konfigurasi penguat tegangan yang paling banyak digunakan

Lebih terperinci

Osilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter

Osilator RC. Gambar Rangkaian osilator RC dengan inverter Pada beberapa rangkaian dibutuhkan sederetan pulsa clock dengan frekuensi tertentu. Deretan pulsa clock ini dapat dibangkitkan dengan menggunakan suatu osilator yang dibentuk dengan menggunakan gerbang

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN 3.1 Perancangan Sistem Perancangan mixer audio digital terbagi menjadi beberapa bagian yaitu : Perancangan rangkaian timer ( timer circuit ) Perancangan rangkaian low

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS 4.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang Penuh). A. Penyearah Setengah Gelombang Gambar

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR I. PENDAHULUAN Gerbang logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih masukan tetapi hanya menghasilkan satu keluaran berupa tegangan tinggi ( 1 ) dan tegangan rendah ( 0 ).

Lebih terperinci

Osilator dan Sumber Sinyal

Osilator dan Sumber Sinyal EL317 Sistem Instrumentasi 11-1 Osilator dan Sumber Sinyal Prinsip Kerja Osilator memanfaatkan feedback positif Pengelompokan Osilator RC Wien Bridge (sbg α) Bridged-T (sbg β) Twin-T (sbg β) Penggeser

Lebih terperinci

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck PEROBAAN 5 REGUATOR TEGANGAN MODE SWITHING 1. Tujuan a. Mengamati dan mengenali prinsip regulasi tegangan mode switching b. Mengindetifikasi pengaruh komponen pada regulator tegangan mode switching c.

Lebih terperinci

BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA. Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini

BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA. Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini BAB V PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA 5.1 Desain Sistem Alat pengukur kecepatan aliran yang dibangun pada tugas akhir ini menggunakan beberapa bagian penting sehingga dapat digunakan untuk mengetahui waktu tempuh

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum FLIP-FLOP J-K

Jobsheet Praktikum FLIP-FLOP J-K 1 FLIP-FLOP J-K A. Tujuan Kegiatan Praktikum 10 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : 1) Menjelaskan cara kerja rangkaian FLIP FLOP J-K 2) Merangkai rangkaian FLIP FLOP J-K B. Dasar

Lebih terperinci

PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN. Laporan Praktikum. yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si

PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN. Laporan Praktikum. yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si PENGENALAN ALAT UKUR DAN PENGUKURAN Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi (1300199)

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk mempermudah penjelasan dan cara kerja alat ini, maka dibuat blok diagram. Masing-masing blok diagram akan dijelaskan lebih rinci

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas pembuatan seluruh perangkat yang ada pada Tugas Akhir tersebut. Secara garis besar dibagi atas dua bagian perangkat yaitu: 1.

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Bab III Pelaksanaan Penelitian III.1 Alur Pelaksanaan Penelitian Secara umum alur pelaksanaan penelitian ini disajikan dalam diagram alir berikut Mulai Observasi dan studi pustaka Y Permasalahan Hipotesis

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Elektronika Dasar Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung. 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 sampai dengan Maret 2015. Perancangan, pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

REGISTER DAN COUNTER.

REGISTER DAN COUNTER. REGISTER DAN COUNTER www.st3telkom.ac.id Register Register adalah rangkaian yang tersusun dari satu atau beberapa flip-flop yang digabungkan menjadi satu. Flip-Flop disebut juga sebagai register 1 bit.

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 4 PENGUBAH SANDI BCD KE PERAGA 7-SEGMEN Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mengenal cara kerja dari peraga 7-segmen 2. Mengenal cara kerja rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 54 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Dalam bab ini akan dibahas tentang pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem mulai dari blok-blok

Lebih terperinci

PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1

PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1 KATA PENGANTAR xxi PEMASANGAN PANEL RANGKAIAN OP AMP 1 1-0 Pendahuluan 1 1-1 Panel-kotak Rangkaian-Terpadu Linier 2 1-1.1 Persyaratan Panel-kotak 2 1-1.2 Panel-kotak IC Dioperasikan-Batere 2 1-1.3 Panel-kotak

Lebih terperinci

Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner

Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner Juli - Desember 203 75 Pembuatan Inverter Untuk Air Conditioner Ibnu Syukron Teknik Elektro, Universitas Negeri Semarang Kampus Sekaran Gunungpati Semarang, 50229 Indonesia Abstrak Otomatisasi Air Conditioner

Lebih terperinci

MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS

MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS MODUL 3 ANALISA LISSAJOUS Sibghotur Rohman (H1E014058) Asisten: Akbar Prasetyo Gunawan Tanggal Percobaan: 13/11/2015 PAF15210-A Praktikum Elektronika Dasar 1 Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan

Lebih terperinci

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH

SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH SISTEM PERINGATAN UNTUK PENGAMANAN RUMAH TERHADAP PENCURIAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SENTUH Ir. Subijanto, M.Sc., SE Dosen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Nurtanio Bandung Jl. Pajajaran No.

Lebih terperinci

Jobsheet Praktikum REGISTER

Jobsheet Praktikum REGISTER REGISTER A. Tujuan Kegiatan Praktikum - : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat :. Mengetahui fungsi dan prinsip kerja register.. Menerapkan register SISO, PISO, SIPO dan PIPO dalam rangkaian

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA. Percobaan 1. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Tujuan :

GERBANG LOGIKA. Percobaan 1. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY   Tujuan : Percobaan 1 GERNG LOGIK Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Membiasakan mengenali letak dan fungsi pin (kaki) pada IC gerbang logika dasar. 2. Memahami cara

Lebih terperinci

A SIMPLE CLAPPER SWITCH

A SIMPLE CLAPPER SWITCH A SIMPLE CLAPPER SWITCH Casmika Saputra 1), Bram Yohanes Setiadi, Filipus Arie Wardana 1 casmikasaputra@gmail.com Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia Abstrak. Telah dibuat Clapper

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

EKSPERIMEN III PENGUAT OPERASIONAL TAK-MEMBALIK (NONINVERTING OP-AMP)

EKSPERIMEN III PENGUAT OPERASIONAL TAK-MEMBALIK (NONINVERTING OP-AMP) PENGNT EKSPEIMEN III PENGUT OPESIONL TK-MEMBLIK (NONINETING OP-MP) Banyak rangkaian elektronika yang memerlukan penguatan tegangan atau arus yang tggi tanpa terjadi pembalikan (version) isyarat. Peguat

Lebih terperinci

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015

Modul 03: Catu Daya. Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat. Reza Rendian Septiawan February 11, 2015 Modul 03: Catu Daya Dioda, Penyearah Gelombang, dan Pembebanan Reza Rendian Septiawan February, 205 Dalam dunia elektronika, salah satu komponen yang paling penting adalah catu daya. Sebagian besar komponen

Lebih terperinci

Percobaan 3 RANGKAIAN PENJUMLAH BINER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 3 RANGKAIAN PENJUMLAH BINER. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 3 RNGKIN PENJUMLH INER Oleh : umarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mengenal cara kerja rangkaian penjumlah biner, 2. Dapat menyusun rangkaian penjumlah Half dder

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-01 DIODA CLIPPER DAN CLAMPER SMT. GENAP 2015/2016 A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat menguji karakteristik dioda clipper

Lebih terperinci

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS Rangkaian Sequensial Rangkaian logika di kelompokkan dalam 2 kelompok besar, yaitu rangkaian logika kombinasional dan rangkaian logika sekuensial. Bentuk dasar dari rangkaian logika kombinasional adalah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM 52 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM Bab ini membahas pengujian alat yang dibuat, kemudian hasil pengujian tersebut dianalisa. 4.1 Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan

Lebih terperinci

FLIP - FLOP. Kelompok : Angga Surahman Sudibya ( ) Ma mun Fauzi ( ) Mudesti Astuti ( ) Randy Septiawan ( )

FLIP - FLOP. Kelompok : Angga Surahman Sudibya ( ) Ma mun Fauzi ( ) Mudesti Astuti ( ) Randy Septiawan ( ) FLIP - FLOP Kelompok : Angga Surahman Sudibya (10407113) Ma mun Fauzi (10407527) Mudesti Astuti (10407571) Randy Septiawan (10407687) Rahman Rohim (10407679) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS GUNADARMA

Lebih terperinci

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber

Air menyelimuti lebih dari ¾ luas permukaan bumi kita,dengan luas dan volumenya yang besar air menyimpan energi yang sangat besar dan merupakan sumber PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR DENGAN MENGGUNAKAN DINAMO SEPEDA YOGI SAHFRIL PRAMUDYA PEMBIMBING 1. Dr. NUR SULTAN SALAHUDDIN 2. BAMBANG DWINANTO, ST.,MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Blok Diagram Sebuah Osiloskop

Blok Diagram Sebuah Osiloskop OSILOSKOP BAB VI Kegunaan Osiloskop Untuk mengamati secara visual tingkah tegangan bolak balik dan tegangan searah. Sebagai alat ukur: tegangan searah dan tegangan bolak balik. : tegangan (Vpp) berbagai

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu

Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu Pengukuran dengan Osiloskop dan Generator Sapu 1. Osiloskop Osiloskop dapat digunakan untuk mengamati tingkah tegangan bolak balik. Dengan cara-cara sederhana piranti itu akan dapat cepat mengukur empat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor Ultrasonik Frekuensi sendiri merupakan identitas sebuah suara, dimana frekuensi adaiah jumlah geiombang yang terjadi pada 1 satuan wak.u. Jarak antara gelombang satu dengan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : FLIP-FLOP RS FF JK FF D FF T FF FLIP-FLOP Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : - FLIP FLOP - RS FF - JK FF - D FF - T FF 1 Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 32 3.1 Langkah-langkah Perancangan Langkah dalam membuat rancangan alat kontrol menormalkan fungsi sein pada mobil saat lampu hazard difungsikan ini dilandasi dengan ide awal karena

Lebih terperinci

PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang PENGUAT DAYA BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting untuk terus dikaji dan dikembangkan. Perkembangan ilmu Fisika akan sangat berpengaruh bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA 16 BAB III SISTEM KELISTRIKAN TIGA FASA Di dalam jaringan listrik ada 2 sistem jaringan, yaitu jaringan 1 fasa dan jaringan 3 fasa. Jaringan 1 fasa atau disebut juga

Lebih terperinci

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak

melibatkan mesin atau perangkat elektronik, sehingga pekerjaan manusia dapat dikerjakan dengan mudah tanpa harus membuang tenaga dan mempersingkat wak PINTU GERBANG OTOMATIS DENGAN REMOTE CONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 Robby Nurmansyah Jurusan Sistem Komputer, Universitas Gunadarma Kalimalang Bekasi Email: robby_taal@yahoo.co.id ABSTRAK Berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Tujuan Perancangan Tujuan dari perancangan ini adalah untuk menentukan spesifikasi kerja alat yang akan direalisasikan melalui suatu pendekatan analisa perhitungan, analisa

Lebih terperinci

APLIKASI OP-AMP. (Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY)

APLIKASI OP-AMP. (Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY) APLIKASI OPAMP (Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY) Email : sumarna@uny.ac.id. Penguat dengan penguatan (A) tetap a. Penguatan tunggal angkaian OpAmp yang paling banyak digunakan adalah konfiguasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah mengetahui sejauh mana kinerja hasil perancangan yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN DAC TANGGA R-2R ( DAC 0808 )

PERCOBAAN DAC TANGGA R-2R ( DAC 0808 ) PERCOBAAN DAC TANGGA R- ( DAC 0808 ) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id A. TUJUAN 1. Mempelajari cara kerja DAC yang menggunakan metode Tangga R-. 2. Merancang rangkaian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran. BAB II DASAR TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menjelaskan teori teori penunjang utama dalam merancang penguat audio kelas D tanpa tapis LC pada bagian keluaran menerapkan modulasi dengan tiga aras

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh).

BAB III PERAGAAN Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh). BAB III PERAGAAN 3.1. Topik 1. Rangkaian Pemicu SCR dengan Menggunakan Rangkaian RC (Penyearah Setengah Gelombang dan Penyearah Gelombang penuh). 3.1.1. Tujuan Mempelajari bentuk gelombang penyearah setengah

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

SISTEM DIGITAL. Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN SISTEM DIGITAL Penyusun: Herlambang Sigit Pramono DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK 2001 KATA PENGANTAR Modul

Lebih terperinci

SENSOR DAN TRANSDUSER

SENSOR DAN TRANSDUSER PETUNJUK PRAKTIKUM SENSOR DAN TRANSDUSER Oleh : SUMARNA E-mail : sumarna@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2007 1 KAJIAN UMUM

Lebih terperinci

E 8 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor

E 8 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor E 8 Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 1. Tujuan Praktikum Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari proses pengisian dan pengosongan muatan listrik pada kapasitor elektrolit. Beberapa hal yang akan dipelajari

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6)

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR I ORDE PERTAMA RANGKAIAN RL DAN RC (E6) Orde Pertama Rangkaian RL dan (E6) Eka Yuliana, Andi Agusta Putra, Bachtera Indarto Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ekayuliana1129@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

COUNTER ASYNCHRONOUS

COUNTER ASYNCHRONOUS COUNTER ASYNCHRONOUS A. Tujuan Kegiatan Praktikum 2 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : ) Merangkai rangkaian ASYNCHRONOUS COUNTER 2) Mengetahui cara kerja rangkaian ASYNCHRONOUS

Lebih terperinci

=== PENCACAH dan REGISTER ===

=== PENCACAH dan REGISTER === === PENCACAH dan REGISTER === Pencacah Pencacah adalah sebuah register yang mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk melalui masukan detaknya, karena itu pencacah membutuhkan karakteristik memori

Lebih terperinci

BAB II Transistor Bipolar

BAB II Transistor Bipolar BAB II Transistor Bipolar 2.1. Pendahuluan Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama, komponen semikonduktor yang dapat menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio

Lebih terperinci

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER BAB VIII REGISTER DAN COUNTER 8.1 Register Register adalah kumpulan dari elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Register yang paling sederhana tidak lebih dari sebuah penyimpan kata

Lebih terperinci

Modul 3 Modul 4 Modul 5

Modul 3 Modul 4 Modul 5 ix M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah ini mengkaji tentang konsep dan prinsip dasar dari elektronika dan bernilai 3 sks yang terdiri dari 9 modul. Setelah mengikuti mata kuliah ini Anda diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirakit. Tujuan dari proses ini yaitu agar dapat mengetahui karakteristik

Lebih terperinci

MODUL 07 PENGUAT DAYA

MODUL 07 PENGUAT DAYA P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 07 PENGUAT DAYA 1 TUJUAN Memahami konfigurasi dan prinsip kerja penguat daya kelas B dan AB. Memahami

Lebih terperinci

3.TEORI SINGKAT 3.1. BILANGAN BINER

3.TEORI SINGKAT 3.1. BILANGAN BINER 1 DIGITAL 1. TUUAN Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan telah memiliki kemampuan sebagai berikut : 1.1. Mengerti dan memahami gerbang-gerbang logika (lambang, bentuk, tabel kebenaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci