KP 402 EKONOMI PUBLIK
|
|
- Agus Sugiarto Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KP 402 EKONOMI PUBLIK
2 Subject Adviser ANI PINAYANI, DRS., MM. Indonesia University of Education FPIPS Building Room 93. Phone : (022) (home) Handphone : Phone : (022) ext (office) Fax: (022) Office contact hours : ani-pinayani@yahoo.co.id. Blog : pinayani.wordpress.com ps_pend_kop@upi.edu upi.edu
3 Lecture 1 Subject Information Introduction to Introduction Public economics
4 Subject Information Tujuan Frekuensi Pertemuan Daftar Buku Bacaan Rencana Materi Perkuliahan Evaluasi Belajar Mengajar
5 Tujuan Mahasiswa dapat memahami peranan pemerintah dalam kehidupan ekonomi masyarakat untuk mencapai kesejahteraan umum dan mengalokasikan sumber daya yang optimal bagi seluruh masyarakat. Mahasiswa dapat menganalisis kegiatan-kegiatan ekonomi publik dengan menggunakan pendekatan ekonomi mikro maupun ekonomi makro. Frekuensi Pertemuan : 14 kali tatap muka
6 BUKU SUMBER John Cullis dan Philip Jones, (1992), Public Finance and Public Choise, McGraw Hill Book Company. New York. Mangkoesoebroto, Guritno, (1999), Ekonomi Publik, BPFE, Yogyakarta. Musgrave, Richard A. & Peggy B., (1984), Public Finance in Theory and Practice, Fourth Edition, McGraw Hill Book Company. New York. Reksohadiprodjo, Sukanto, 2001, Ekonomika Publik, BPFE, Yogyakarta.
7 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 1-2 Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Ekonomi Publik Pengertian dan ruang lingkup ekonomi publik Kegagalan pasar dan campur tangan pemerintah Barang publik dan barang privat Eksternalitas
8 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 3-4 PENGELUARAN PEMERINTAH Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah Hukum Wagner Teori Peacock dan Wiseman Penentuan permintaan Penentuan tingkat output
9 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pengertian APBN Kebijakan anggaran defisit, surplus dan seimbang Analisis RAPBN dan realisasi APBN Indonesia dalam lima tahun terakhir
10 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : 6 7 Pokok Bahasan PENERIMAAN PEMERINTAH Sumber-sumber penerimaan negara Distribusi beban pemerintah Sistem perpajakan dan politik pajak Pergeseran beban pajak Kesejahteraan yang hilang karena pajak 8 UJIAN TENGAH SEMESTER
11 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 9-10 PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN Pengaruh pajak terhadap produksi Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan
12 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 11 Pemerintah dan Pencemaran Lingkungan Pencemaran dan public goods Pencemaran dan analisis ekonomi Kebijakan terhadap pencemaran
13 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 12 Peranan Pemerintah dalam mengatasi Pengangguran dan Inflasi Pengangguran merupakan penyakit atau masalah ekonomi makro yang mempunyai pengaruh, baik ekonomi maupun non ekonomi yang luas. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi makro yang utama dan pengaruhnya sangat luas, maka semua instrumen dapat digunakan secara serentak untuk mengatasi inflasi, baik kebijakan fiskal, moneter atau campuran dari dua kebijakan tersebut.
14 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 13 Kebijakan Fiskal dan Kebijakan di Sektor Riil Kebijakan Fiskal Kebijakan di Sektor Riil
15 Rencana Materi Perkuliahan Kuliah ke : Pokok Bahasan 14 REVIEW JURNAL 15 REVIEW JURNAL 16 UJIAN AKHIR SEMESTER
16 Evaluasi Belajar Mengajar Kehadiran kuliah bersifat wajib. Mahasiswa dan dosen diharapkan datang di kelas tepat waktu. Jika dengan alasan tertentu tidak bisa tepat waktu, maksimum keterlambatan 25 menit. Komponen nilai akhir terdiri atas nilai Ujian Akhir serta nilai Tugas ; dengan rincian bobot masing-masing - Ujian Tengah Semester : 35% - Ujian Akhir Semester : 50% - Tugas dan Quiz (take home test) : 15%
17 Structure Weeks 8 UTS Weeks 6 7 PENERIMAAN PEMERINTAH Weeks 5 APBN Weeks 3-4 PENGELUARAN PEMERINTAH Weeks 9-10 PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN PUBLIC ECONOMICS Weeks 11 PEMERINTAH DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Week 12 Peranan Pemerintah dalam mengatasi Pengangguran dan Inflasi Week 13 KEBIJKAN FISKAL DAN KEBIJKAN DI SEKTOR RIIL Week 14 REVIEW JURNAL Weeks 1-2 KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUPEKONOMI PUBLIK Week 16 UAS Week 15 REVIEW JURNAL
18
19 Kuliah ke 1-2 EKONOMI PUBLIK Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami beberapa konsep dasar dan ruang lingkup pembahasan ekonomi publik Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Konsep Dasar dan Ruang Lingkup Ekonomi Publik Pengertian dan ruang lingkup ekonomi publik Kegagalan pasar dan campur tangan pemerintah Barang publik dan barang privat Eksternalitas
20 KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUP EKONOMI PUBLIK Ekonomi publik adalah ilmu ekonomi yang mempelajari atau menganalisis peranan negara atau pemerintah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Mekanisme pasar gagal dalam melaksanakan fungsinya untuk mengalokasikan sumber ekonomi secara efisien. Oleh karena itu diperlukan adanya campur tangan pemerintah yang berperan dalam alokasi, distribusi dan stabilisasi ekonomi. Adanya barang publik dan eksternalitas merupakan penyebab kegagalan pasar.
21 Kegagalan Pasar dan Campur tangan pemerintah Ketidaksempurnaan pasar Barang publik Eksternalitas Pasar tidak lengkap Kegagalan informasi Kegagalan pemerintah Anggaran, Birokrat dan Efisiensi Birokrat dan efisiensi alokatif
22 Barang Publik dan Barang Privat Teori Barang Publik Teori Pigou Teori Bawen Teori Erick Lindahl Teori Samuelson Teori Anggaran Teori Barang Swasta Efisiensi Konsumen Kondisi Pareto Optimum bagi konsumen Efisiensi Produsen Kriteria Kompensasi
23 EKSTERNALITAS Dampak eksternalitas Kasus eksternalitas produksi positif dan negatif Eksternalitas konsumsi negatif Jenis-jenis eksternalitas Cara memperbaiki alokasi sumbersumber ekonomi Pajak untuk mengatasi eksternalitas
24 Permasalahan Ekonomi Indonesia Tantangan Ekonomi : Stabilitas Makro : Cadangan Devisa (± US$ 1,5 M/tahun) Sasaran Inflasi 7% (2005 3% (2009) Pengangguran terbuka 10,1% (2004) 5,1% (2009); Angka kemiskinan 17,4% (2003) 8,2% (2009) Dana Pembangunan/Investasi: APBN : ± 10 T/tahun Swasta : ± 25 T/tahun Net Importir ke Eksportir Minyak
25 Jan-03 Feb-03 Mar-03 Apr-03 May-03 Jun-03 Jul-03 Aug-03 Sep-03 Oct-03 Nov-03 Dec-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04 Apr-04 May-04 Jun-04 Jul-04 Aug-04 Sep-04 Oct-04 Nov-04 Dec-04 Jan-05 (%) Jan-03 Feb-03 Mar-03 Apr-03 May-03 Jun-03 Jul-03 Aug-03 Sep-03 Oct-03 Nov-03 Dec-03 Jan-04 Feb-04 Mar-04 Apr-04 May-04 Jun-04 Jul-04 Aug-04 Sep-04 Oct-04 Nov-04 Dec-04 Jan-05 KONDISI MAKROEKONOMI Tekanan inflasi sangat tinggi yang dipengaruhi oleh: Kenaikan harga BBM Rencana kenaikan tarif listrik pertengahan tahun 2005 Dampak kenaikan BBM akan terasa pada perhitungan inflasi bulan Maret dan April. Target inflasi akhir tahun 2005 (BNISec) sebesar 7.5% berpeluang kuat terlampaui Avg. Inflation Avg. 1mo- SBI rate INFLASI Kenaikan suku bunga akan lebih agresif, menanggapi kondisi makroekonomi dalam negeri dan global. Suku bunga SBI 1 bulan diproyeksikan meningkat ke 9.5% akhir tahun Kenaikan suku bunga diperlukan untuk menjaga level real interest rate yang competitive, stabilitas nilai tukar, capital outflow terutama dari pasar modal. Real interest rate RI mendekati 0%. Suku bunga dunia bergerak searah dengan kebijakan the Fed menaikan suku bunga. Setahun terakhir Fed rate sudah naik 150% dari 1% menjadi 1.5% terakhir REAL INT. RATE real interest inflasi SBI-1 bln
26 Kebijakan Ekonomi & Sasaran Program Ekonomi Target Ekonomi + Sosial Pertumbuhan Ekonomi 5.00% 5.50% 6.10% 6.70% 7.20% 7.60% Laju Inflasi Pengangguran Terbuka 6.40% 9.70% 7.00% 9.50% 5.50% 8.90% 5.00% 7.90% 4.00% 6.60% 3.00% 5.10% Penduduk Miskin 16.60% 14.60% 12.84% 11.29% 9.93% 8.20% Transaksi Berjalan (NonMigas) -4.60% -5.90% -1.70% -1.40% -2.20% -3.20% Sumber : Anggito Abimanyu, 2005
27 Kuliah ke 3 4 PENGELUARAN PEMERINTAH Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami mengenai Pengeluaran Pemerintah (government expenditure) dan faktor-faktor yang mepengaruhinya. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah Hukum Wagner Teori Peacock dan Wiseman Penentuan permintaan Penentuan tingkat output
28 PENGELUARAN PEMERINTAH Peranan pemerintah menunjukkan tendensi makin meningkat dalam kehidupan ekonomi yang tercermin dari besarnya pengeluaran pemerintah, baik secara absolut maupun secara relatif dalam perbandingannya terhadap pendapatan nasional. Teori makro membagi pengeluaran pemerintah dalam tiga golongan yaitu model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah, Hukum Wagner serta Teori Peacock dan Wiseman Teori mikro mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah bertujuan untuk menganalisis faktor yang menimbulkan permintaan barang publik dan faktor yang mempengaruhi tersedianya barang publik.
29 Kuliah ke 5 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pengertian APBN Kebijakan anggaran defisit, surplus dan seimbang Analisis RAPBN dan realisasi APBN dalam lima tahun terakhir
30 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Anggaran (budget) adalah suatu daftar atau pernyataan yang terperinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu/ biasanya satu tahun. Kebijakan anggaran terdiri dari kebijakan anggaran tidak seimbang (unbalanced budget) yaitu anggaran defisit atau surplus dan anggaran belanja seimbang (balanced budget) Kebijakan anggaran (APBN) kasus Indonesia : analisis RAPBN 2008 dan realisasi APBN 2006
31 PENERIMAAN PEMERINTAH Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan menganalisis Sumbersunber Penerimaan Pemerintah khususnya Pajak Penerimaan Pemerintah Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Sumber-sumber penerimaan Negara Distribusi beban pemerintah Sistem perpajakan dan politik pajak Pergeseran beban pajak Kesejahteraan yang hilang karena pajak
32 Kuliah ke 6 dan 7 PENERIMAAN PEMERINTAH Sumber-sumber penerimaan Negara Distribusi beban pemerintah Sistem perpajakan dan politik pajak Pergeseran beban pajak Kesejahteraan yang hilang karena pajak
33 PENERIMAAN PEMERINTAH Sumber penerimaan negara : pajak, retribusi, keuntungan perusahaan, denda-denda, sumbangan masyarakat, pencetakan uang, hasil undian, pinjaman dan hadiah/hibah. Distribusi beban pemerintah : smith s canon, benefit approach dan ability to pay approach dan equal sacrifice. Sistem perpajakan dan politik pajak : pajak progresif, pajak proporsional, dan pajak regresif. Pergeseran beban pajak : pergeseran ke depan (forward shifting) dan pergeseran kebelakang (backward shifting) Kesejahteraan yang hilang karena pajak yaitu kelebihan beban yang ditimbulkan oleh pajak (welfare cost cost of taxation)
34 % PDB PENERIMAAN PERPAJAKAN Rasio Pajak thd PDB Langkah dan Kebijakan Real APBN RAPBN Amandemen UU Perpajakan Penyesuaian Tarif Lapisan PPh Kenaikan PTKP 300% Perluasan subjek & objek pajak Pengurangan distorsi Administrasi Perpajakan Single Indentification Number (SIN) WP Menengah dan Kecil Peningkatan Kepatuhan Perbaikan Audit dan Penagihan Administrasi Kepabeanan Fasilitas Perdagangan Prosedur kepabeanan Kebijakan Cukai Pita Cukai Polos dan Palsu Barang Kena Cukai CD/VCD/DVD/LD
35 BELANJA PEMERINTAH PUSAT Belanja Pegawai : Mempertahankan pendapatan nominal pegawai dan pensiunan Memperbaiki besaran manfaat Tunjangan Hari Tua (THT) Memperbaiki sharing beban pembayaran pensiun Menampung anggaran untuk penambahan pegawai Subsidi : Kebijakan harga BBM tetap seperti sekarang Non-BBM (listrik, pangan, pupuk, kredit program, PSO, dll) tetap disediakan Pendanaan stok beras nasional Belanja Modal : Investasi sarana dan prasarana pembangunan.
36 DANA PERIMBANGAN DAU : 25,5% dari Penerimaan dalam negeri bersih DANA PERIMBANGAN % BELANJA Daerah Pembangunan Pendidikan
37 APBN 2004 dan RAPBN 2005 dalam triliun rupiah Keterangan APBN % thd PDB RAPBN % thd PDB A. Pendapatan Negara dan Hibah 349,9 17,5 377,9 17,2 I. Penerimaan Dalam Negeri 349,3 17,5 377,1 17,2 1. Penerimaan Perpajakan 272,2 13,6 297,5 13,6 2. Penerimaan Bukan Pajak 77,1 3,9 79,6 3,6 II. Hibah 0,6 0,0 0,8 0,0 B. Belanja Negara 374,4 18,7 394,8 18,0 I. Belanja Pemerintah Pusat 255,3 12,8 264,9 12,1 II. Belanja Daerah 119,0 6,0 129,9 5,9 C. Surplus/Defisit Anggaran (A - B) (24,4) (1,2) (16,9) (0,8) D. Pembiayaan 24,4 1,2 16,9 0,8 I. Pembiayaan Dalam Negeri 40,6 2,0 37,1 1,7 II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (16,1) (0,8) (20,2) (0,9)
38 Tabel Pendapatan Negara dan Hibah, APBN 2004 dan RAPBN 2005 dalam triliun rupiah Keterangan APBN % thd PDB RAPBN % thd PDB A. Pendapatan Negara dan Hibah 349,9 17,5 377,9 17,2 I. Penerimaan Dalam Negeri 349,3 17,5 377,1 17,2 1. Penerimaan Perpajakan 272,2 13,6 297,5 13,6 a. Pajak Dalam Negeri 260,2 13,0 285,1 13,0 i. Pajak penghasilan 134,0 6,7 141,9 6,5 1. Migas 13,1 0,7 13,6 0,6 2. Non Migas 120,8 6,0 128,3 5,9 ii. Pajak pertambahan nilai 86,3 4,3 98,8 4,5 iii. Pajak bumi dan bangunan 8,0 0,4 10,3 0,5 iv. BPHTB 2,7 0,1 3,2 0,1 v. Cukai 27,7 1,4 28,9 1,3 vi. Pajak lainnya 1,6 0,1 2,0 0,1 b. Pajak Perdagangan Internasional 12,0 0,6 12,4 0,6 i. Bea masuk 11,6 0,6 12,0 0,5 ii. Pajak/pungutan ekspor 0,3 0,0 0,3 0,0 2. Penerimaan Bukan Pajak 77,1 3,9 79,6 3,6 a. Penerimaan SDA 47,2 2,4 50,9 2,3 i. Migas 44,0 2,2 47,1 2,2 - Minyak bumi 28,2 1,4 31,9 1,5 - Gas alam 15,8 0,8 15,3 0,7 ii. Non Migas 3,2 0,2 3,8 0,2 - Pertambangan umum 1,6 0,1 2,0 0,1 - Kehutanan 1,0 0,1 1,1 0,1 - Perikanan 0,6 0,0 0,7 0,0 b. Bagian Laba BUMN 11,5 0,6 9,4 0,4 c. PNBP Lainnya 18,4 0,9 19,3 0,9 II. Hibah 0,6 0,0 0,8 0,0
39 Pendapatan Negara dan Hibah, APBN 2004 dan RAPBN 2005 dalam triliun rupiah Keterangan APBN % thd PDB RAPBN % thd PDB A. Pendapatan Negara dan Hibah 349,9 17,5 377,9 17,2 I. Penerimaan Dalam Negeri 349,3 17,5 377,1 17,2 1. Penerimaan Perpajakan 272,2 13,6 297,5 13,6 a. Pajak Dalam Negeri 260,2 13,0 285,1 13,0 i. Pajak penghasilan 134,0 6,7 141,9 6,5 1. Migas 13,1 0,7 13,6 0,6 2. Non Migas 120,8 6,0 128,3 5,9 ii. Pajak pertambahan nilai 86,3 4,3 98,8 4,5 iii. Pajak bumi dan bangunan 8,0 0,4 10,3 0,5 iv. BPHTB 2,7 0,1 3,2 0,1 v. Cukai 27,7 1,4 28,9 1,3 vi. Pajak lainnya 1,6 0,1 2,0 0,1 b. Pajak Perdagangan Internasional 12,0 0,6 12,4 0,6 i. Bea masuk 11,6 0,6 12,0 0,5 ii. Pajak/pungutan ekspor 0,3 0,0 0,3 0,0 2. Penerimaan Bukan Pajak 77,1 3,9 79,6 3,6 a. Penerimaan SDA 47,2 2,4 50,9 2,3 i. Migas 44,0 2,2 47,1 2,2 - Minyak bumi 28,2 1,4 31,9 1,5 - Gas alam 15,8 0,8 15,3 0,7 ii. Non Migas 3,2 0,2 3,8 0,2 - Pertambangan umum 1,6 0,1 2,0 0,1 - Kehutanan 1,0 0,1 1,1 0,1 - Perikanan 0,6 0,0 0,7 0,0 b. Bagian Laba BUMN 11,5 0,6 9,4 0,4 c. PNBP Lainnya 18,4 0,9 19,3 0,9 II. Hibah 0,6 0,0 0,8 0,0
40 PEMBIAYAAN ANGGARAN Kebutuhan Pembiayaan: Rp93,4T (4,3% PDB) Defisit APBN Rp16,9T (0,8% PDB) Pokok Utang DN dan LN, termasuk Pembayaran Charges kepada BI Rp76,5T (3,5% PDB) Sumber pembiayaan Dalam Negeri Rp66,7T (3,0% PDB) Rekening Pemerintah Penjualan Aset (eks BPPN) dan Privatisasi BUMN Penerbitan obligasi Luar Negeri Rp26,6T (1,2% PDB) Pinjaman Program Pinjaman Proyek
41 Pembiayaan, APBN 2004 dan RAPBN 2005 dalam triliun rupiah Keterangan APBN % thd PDB RAPBN % thd PDB E. Pembiayaan 24,4 1,2 16,9 0,8 I. Pembiayaan Dalam Negeri 40,6 2,0 37,1 1,7 1. Perbankan dalam negeri 19,2 1,0 9,0 0,4 2. Non-perbankan dalam negeri 21,4 1,1 28,1 1,3 a. Privatisasi & Penj aset prog restrukt perbankan 10,0 0,5 7,5 0,3 b. Surat Utang Negara (neto) 11,4 0,6 20,6 0,9 i. Penerbitan 32,5 1,6 50,2 2,3 ii. Pembayaran pokok & Pembelian kembali (21,1) (1,1) (20,9) (1,0) iii. Penambahan Modal BI - - (8,7) (0,4) II. Pembiayaan Luar negeri (neto) (16,1) (0,8) (20,2) (0,9) 1. Penarikan Pinjaman LN (bruto) 28,2 1,4 26,6 1,2 a. Pinjaman Program 8,5 0,4 8,6 0,4 b. Pinjaman Proyek 19,7 1,0 18,0 0,8 2. Pembyr. Cicilan Pokok Utang LN (44,4) (2,2) (46,8) (2,1)
42 Kurs (Rp/US$) SBI (%) Inflasi (%) Harga Minyak (US$/bbl) Prod/Lifting (jt bbl/hr) : (APBN) : 8.5 (APBN) : 6.5 (APBN) : 22 (APBN) 32 (APBN-P) :1.150 (APBN) (APBN-P) Penerimaan + Belanja - APBN PPh Migas PNBP Migas Subsidi BBM Bagi Hasil Migas Tambahan (T) Dampak Neto APBN -1,3
43 Tabel 1. Perubahan Nilai PDB Nominal Akibat Perubahan Tahun Dasar (miliar Rp) PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Nominal) Tahun Dasar 2000 Selisih Tahun Dasar ,389, , ,264, ,684, , ,467, ,897, , ,610, ,086, , ,786,690.9 Tabel 3 Perubahan Rasio Perpajakan dan Defisit APBN Akibat Perubahan Tahun Dasar (miliar Rupiah) ahun Pajak Defisit APBN PDB Nominal PDB Thn. Dasar 1993 PDB Thn. Dasar 2000 Thn. Dsr Thn. Dsr Tax Ratio Defisit APBN Tax Ratio Defisit APBN , , ,467, ,684, % 2.76% 11.02% 2.40% , , ,610, ,897, % 1.46% 11.07% 1.24% , , ,786, ,086, % 2.11% 11.58% 1.81% ,175.1*) 24,417.5*) 1,999,663.9*) 2,301,079.4*) 13.61% 1.22% 11.83% 1.06% ,510.0*) 16,592.8*) 2,190,796.7*) 2,558,731.3*) 13.58% 0.76% 11.63% 0.65%
44 KULIAH KE 9 10 PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat menganalisis pengaruh penerimaan pemerintah khususnya Pajak terhadap kegiatan ekonomi. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Pengaruh pajak terhadap produksi Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan
45 PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN Pengaruh pajak terhadap produksi Pengaruh pajak terhadap komposisi produksi Pengaruh pajak terhadap distribusi pendapatan
46 Tantangan Fiskal: Penerimaan Negara: Tambahan Penerimaan Pajak:1,5 % PDB (30-40 T /tahun) PNBP menurun 5,3%PDB (2004) 2,4%PDB (2009); Belanja Negara: Penurunan subsidi secara gradual Kenaikan Dana Perimbangan 2007 dan 2008 Tekanan stimulus Pembangunan Kenaikan Gaji dan beban Pensiunan Keuangan dan Pasar Modal Pengamanan Penjaminan Pemerintah NPL Resiko Pembiayaan jangka Panjang Peringkat Indonesia ke Investment Grade Pembiayaan: Mempertahankan Stok Utang Privatisasi + aset terbatas Puncak Pembayaran Pokok dan Bunga Utang Saldo Rekening Pemerintah menurun
47 Tantangan Terberat : Puncak Kewajiban Utang Pemerintah : (Triliun Rp) Bunga Pokok
48 Kuliah ke 11 Pemerintah dan Pencemaran Lingkungan Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami mengenai peranan pemerintah dalam menangani Pencemaran lingkungan (ISO 14000), Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Pencemaran dan public goods Pencemaran dan analisis ekonomik Kebijakan terhadap pencemaran
49 Pemerintah dan Pencemaran Lingkungan Pencemaran dan public goods Fumgsi pemerintah adalah penyedia barang-barang publik (public goods). Aspek negatif penyedia public goods adalah usaha untuk mencegah atau mengurangi akibat negatif public bads khususnya pencemaran lingkungan. Pencemaran dan analisis ekonomik Dalam analisis ekonomi pencemaran lingkungan dicari dimanakah letaknya ongkos pengendalian dan ongkos atau pengorbanan pencemaran yang minimal Kebijakan terhadap pencemaran Kebijakan pengendalian dan pelestarian lingkungan, pengendalian pencemaran mempunyai kaitan erat dengan unsur-unsur kebijakan seperti subjek, tujuan dan instrumen.
50 Kuliah ke 12 Peranan Pemerintah dalam mengatasi Pengangguran dan Inflasi Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami mengenai peranan pemerintah dalam mengatasi pengangguran dan inflasi Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Pengangguran merupakan penyakit atau masalah ekonomi makro yang mempunyai pengaruh, baik ekonomi maupun non ekonomi yang luas. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi makro yang utama dan pengaruhnya sangat luas, maka semua instrumen dapat digunakan secara serentak untuk mengatasi inflasi, baik kebijkan fiskal, moneter atau campuran dari dua kebijakan tersebut.
51 Peranan Pemerintah dalam mengatasi Pengangguran dan Inflasi Pengangguran merupakan penyakit atau masalah ekonomi makro yang mempunyai pengaruh, baik ekonomi maupun non ekonomi yang luas. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi makro yang utama dan pengaruhnya sangat luas, maka semua instrumen dapat digunakan secara serentak untuk mengatasi inflasi, baik kebijkan fiskal, moneter atau campuran dari dua kebijakan tersebut.
52 Kuliah ke 13 Kebijakan Fiskal dan Kebijakan di Sektor Riil Tujuan Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami mengenai peranan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Sektor Riil dalam menanggulangi masalah ekonomi. Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan Kebijakan Fiskal Kebijakan di Sektor Riil
53 Kebijakan Fiskal dan Kebijakan di Sektor Riil Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi ekonomi telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah, diantaranya melalui kebijkan fiskal atau kebijakan moneter. Ironisnya kebijakan di sektor riil yang melibatkan usaha kecil menengah yang jumlahnya banyak masih relatif langka/jarang. Sehingga pertumbuhan ekonomi tidak dipengaruhi oleh kenaikan investasi di sektor riil tetapi lebih banyak disebabkan oleh konsumsi masyarakat.
54 Kebijakan Fiskal Sebagai Kebijakan Ekonomi Hubungan Kebijakan Makro Ekonomi Sektor Riil 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Inflasi 3. Iklim Investasi Sektor Pemerintah (Fiskal) 1. Pendapatan 2. Belanja 3. Budget Deficit Sektor Eksternal 1. Neraca Transaksi berjalan 2. Neraca Modal 3. Cadangan Devisa Sektor Moneter 1. Nilai Tukar 2. Suku Bunga 3. Kredit
55 KEBIJAKAN Fiskal di Indonesia RPJM : Target Fiskal (Dalam % PDB th.2000) Defisit APBN -1.40% -1.00% -0.70% -0.30% -0.00% 1.00% Keseimbangan Primer 1.60% 1.80% 1.70% 1.90% 1.90% 2.00% Penerimaan Pajak 12.10% 11.60% 11.60% 11.90% 12.60% 13.60% Rasio Utang LN 25.30% 21.60% 19.30% 16.70% 14.40% 12.60% Rasio Utang DN 28.60% 25.30% 24.60% 22.80% 21.00% 19.20% Sumber : Anggito Abimanyu, 2005
56 Structure Weeks 8 UTS Weeks 6 7 PENERIMAAN PEMERINTAH Weeks 5 APBN Weeks 3-4 PENGELUARAN PEMERINTAH Weeks 9-10 PAJAK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN PUBLIC ECONOMICS Weeks 11 PEMERINTAH DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Week 12 Peranan Pemerintah dalam mengatasi Pengangguran dan Inflasi Week 13 KEBIJKAN FISKAL DAN KEBIJKAN DI SEKTOR RIIL Week 14 REVIEW JURNAL Weeks 1-2 KONSEP DASAR DAN RUANG LINGKUPEKONOMI PUBLIK Week 16 UAS Week 15 REVIEW JURNAL
HAND OUT MATA KULIAH
HAND OUT MATA KULIAH Nama Mata Kuliah : Ekonomi Publik Kode Mata Kuliah : KP 402 Semester / SKS : 6 / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Dosen : (1170) Drs. Ani Pinayani, MM. Siti Parhah,
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama Mata Kuliah : Ekonomi Publik Kode/SKS : KP 402 / 2 Semester : 6 Kelompok Mata Kuliah : MKKPS Status Mata Kuliah : Wajib Prsayarat : Teori
Lebih terperinciTabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)
Tabel 1a 2004 dan -P 2004 Keterangan -P ( (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,8 20,3 1. Penerimaan Perpajakan 272.175,1
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.
Lebih terperinciTabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)
Tabel 1a APBN 2004 dan 2004 Keterangan APBN (1) (2) (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,9 20,3 1. Penerimaan Perpajakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : -.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1989/1990...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1989/1990...... 3 Tabel
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........
Lebih terperinciDATA POKOK APBN
DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan
Lebih terperinciKP 401 EKONOMI MONETER
KP 401 EKONOMI MONETER Subject Adviser ANI PINAYANI, DRS., MM. Indonesia University of Education FPIPS Building Room 93. Phone : (022) 5895016 (home) Handphone : 081573176826 Phone : (022) 2013163 ext.
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN-P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P 2007 DAN -P 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 :, 2007 dan 2008......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995 2008...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan,
Lebih terperinciPerkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014 Jakarta, 10 Juni 2014 Kunjungan FEB UNILA Outline 1. Peran dan Fungsi APBN 2. Proses Penyusunan APBN 3. APBN
Lebih terperinciAndri Helmi M, SE., MM. Sistem Ekonomi Indonesia
Andri Helmi M, SE., MM Sistem Ekonomi Indonesia Pemerintah bertugas menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan sosial budaya kesejahteraan seluruh masyarakat. Siapa itu pemerintah? Bagaimana stabilitas di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciKP 424 KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
KP 424 KEBIJAKAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Subject Adviser ANI PINAYANI, DRS., MM. Indonesia University of Education FPIPS Building Room 93. Phone : (022) 5895016 (home) Handphone : 081573176826 Phone
Lebih terperinciREALISASI SEMENTARA APBNP
I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2
Lebih terperinciDATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN
67 BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN 2010-2012 Untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan keuangan Negara dalam APBN Indonesia, maka akan diuraikan sejumlah poin pembahasan menyangkut
Lebih terperinciEkonomi Bisnis dan Financial
Tugas Kuliah Matrikulasi Ekonomi Bisnis dan Financial Dosen : Dr. Prihantoro, Msc Rangkuman Jurnal/Makalah Judul Makalah : Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara Penulis Makalah : Suminto,
Lebih terperinciNOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN
NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELAN NJA NEGAR RA TAHUN ANGGARAN 2011 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... Daftar
Lebih terperinciM E T A D A T A INFORMASI DASAR
M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciBAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004
BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan
Lebih terperinciDATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel 4 : Belanja
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 UMUM Anggaran
Lebih terperinciDATA POKOK APBN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2005 2010 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005 2010.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005 2010..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut
Lebih terperinciSumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan
Penjelasan UU No.2 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 Menimbang : Mengingat : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMakalah Penerimaan Negara
Makalah Penerimaan Negara Disusun Oleh: Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III Latar
Lebih terperinciPE 105 STATISTIKA II
PE 105 STATISTIKA II Subject Adviser ANI PINAYANI, DRS., MM. Indonesia University of Education FPIPS Building Room 93. Phone : (022) 5895016 (home) Handphone : 081573176826 Phone : (022) 2013163 ext. 2523
Lebih terperinciDATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2005 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2005.. 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2005..... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara, 2005. 3 Tabel
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciTABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)
2 A. Pendapatan Negara dan Hibah 995.271,5 1.210.599,7 1.338.109,6 1.438.891,1 1.635.378,5 1.762.296,0 I. Pendapatan Dalam Negeri 992.248,5 1.205.345,7 1.332.322,9 1.432.058,6 1.633.053,4 1.758.864,2 1.
Lebih terperinciKATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
Lebih terperinciBAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003
BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;
Lebih terperinciLaporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED
LKPP TAHUN 2017 AUDITED MEI 2018 KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciDesentralisasi dan Hubungan Pusat - Daerah
Desentralisasi dan Hubungan Pusat - Daerah Deskripsi dan Tujuan DESKRIPSI: Topik ini menjelaskan pemahaman tentang desentralisasi fiskal, hubungan kewenangan antar tingkat pemerintahan, serta hubungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN KOMPOSISI ANGGARAN PEMERINTAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KEMISKINAN DI INDONESIA
V. PERKEMBANGAN KOMPOSISI ANGGARAN PEMERINTAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KEMISKINAN DI INDONESIA Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen kebijakan
Lebih terperinciKP425 Week 1 EKP501 PENGANTAR EKONOMI MIKRO
EKP501 PENGANTAR EKONOMI MIKRO Subject Adviser NAVIK ISTIKOMAH,SE,MSi Economic Building, UPI Bandung, Room 129. Phone: 022-70882551(home) Handphone : 08155189811 Phone : (022) 2013163 2523 (office) Fax:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Kebijakan Fiskal dan APBN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 10 84041 Abstraksi Modul ini membahas salah
Lebih terperinciSTAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi
PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Perhitungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciUU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001
Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001 *12925 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 3 KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2006 disempurnakan untuk memberikan gambaran ekonomi
Lebih terperinciSIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2
SIGC Insight: Indonesia Sectoral Report Vol. 2 Eric Sugandi Chief Economist eric.sugandi@skhaconsulting.com Ekonomi Indonesia mungkin akan segera memasuki tahap ekspansi pada siklus bisnisnya. Skha Institute
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. Ketentuan Pengelolaan
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA
Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Penetapan KUPA Kebijakan Umum Perubahan Anggaran Tahun Anggaran 2017 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah DIY Kompleks Kepatihan Danurejan Yogyakarta (0274)
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2002 (1/2002) TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGELUARAN PEMERINTAH PENGGUNAAN PENGELUARAN PEMERINTAH MENJALANKAN RODA PEMERINTAHAN MEMBIAYAI KEGIATAN PEREKONOMIAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN 1. PERAN ALOKATIF: mengalokasikan SDE agar pemanfaatannya
Lebih terperinciPINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1
PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH Oleh : Ikak G. Patriastomo 1 PENDAHULUAN Bantuan luar negeri dapat berupa pinjaman maupun hibah luar negeri. Pinjaman luar negeri lebih mendesak dibahas
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4167) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPeran Pemerintah dalam Perekonomian
Peran Pemerintah dalam Perekonomian 1. Sistem ekonomi atau Politik Negara 2. Pasar dan peran Pemerintah 3. Jenis Sistem Ekonomi 4. Peran Pemerintah 5. Sumber Penerimaan Negara week-2 ekmakro08-ittelkom-mna
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Perhitungan
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001
REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun
Lebih terperinciB.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN (BRUTO)
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN (NETO)
Lebih terperinciB.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Lebih terperinciSOAL APBN DAN PAJAK MONETER
SOAL APBN DAN PAJAK MONETER 1. Penyusunan anggaran pendapatan dan belanja Negara tahun 2005 diatur berdasarkan. a. UUD 1945 pasal 23 b. UUD 1945 pasal 33 c. UU No. 17 tahun 2003 d. UU RI No. 16 tahun 1994
Lebih terperinciDATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2006 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2006 2012... 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2006 2012... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciKeuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara
Keuangan Negara dan Perpajakan Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara SUMBER-SUMBER PENERIMAAN NEGARA SUMBER PENERIMAAN Pajak Retribusi Keuntungan BUMN/BUMD
Lebih terperinciNOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA
NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB
Lebih terperinciKEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA
KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Kuliah SEI pertemuan 11 NANANG HARYONO, S.IP., M.Si DEPARTEMEN ADMINISTRASI FISIP UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 Perencanaan Pembangunan Ekonomi ARTHUR LEWIS dalam buku DEVELOPMENT
Lebih terperinciDATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK APBN 2006 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 : Asumsi Ekonomi Makro, 2006... 1 Tabel 2 : Ringkasan APBN, 2006... 2 Tabel 3 : Pendapatan Negara dan Hibah, 2006...
Lebih terperinciBAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005
BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2005 A. TANTANGAN DAN UPAYA POKOK TAHUN 2005 Meskipun secara umum pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dan stabilitas moneter dalam keseluruhan tahun 2004 relatif terkendali,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciNOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang ekonomi dunia, dia selalu menjadi buah bibir. Berbagai studi dan riset dilakukan untuk
Lebih terperinciLAPORAN REALISASI ANGGARAN
LAMPIRAN I.A.1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TANGGAL 3 APRIL 2006 ILUSTRASI FORMAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT LAPORAN REALISASI ANGGARAN PEMERINTAH PUSAT UNTUK
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2004
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciFUNGSI PEMERINTAH Peran pemerintah dibutuhkan karena perekonomian tidak dapat secara efisien menghasilkan barang/jasa yang mengoptimalkan kepuasan masyarakat. Kegagalan pasar merupakan muara dari tidak
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2002 (21/2002) TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2002 (21/2002) TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2002 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci