SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KARAKTERISTIK DAN APLIKASINYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KARAKTERISTIK DAN APLIKASINYA"

Transkripsi

1 Sensor Magnetik Fluxgate: Karakteristik dan Aplikasinya (Mitra Djamal) Akreditasi LIPI Nomor : 56/D/7 Tanggal 6 Juni 7 ABSTRAK SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KARAKTERISTIK DAN APLIKASINYA Mitra Djamal, Suyatno, Yulkifli dan Ramondia N. Setiadi KK FTETI, FMIPA-ITB Jl. Ganesa No., Bandung Jurusan Físika, FMIPA-ITS Kampus ITS Keputi Sukolilo, Surabaya 6 Departement Físika, FMIPA-Universitas Padang Jl. Prof. Dr. amka Air Tawar, Padang Program Pasca Sarjana Prodi Físika, FMIPA-ITB Jl. Ganesa No., Bandung SENSOR MAGNETIK FLUXGATE, KARAKTERISTIK DAN APLIKASINYA. Tela dilakukan pembuatan dan pengembangan sensor magnetik fluxgate berdasarkan prinsip armonisa ke dua. Sensor ini mempunyai inti yang terbuat dari baan kusus vitrovac 65, dan dua bua probe, yakni probe untuk kumparan primer (pengeksitasi atau excitation coil) dan probe untuk kumparan sekunder (penangkap atau pick-up coil). Sensor ini memiliki sensitivitas yang meningkat dengan meningkatnya jumla lilitan kumparan sekunder dan/atau meningkatnya suu operasi. Dalam makala ini akan ditunjukkan beberapa aplikasi dari sensor magnetik fluxgate, misalnya untuk mengukur kuat medan magnet lema, kuat arus dan jarak. Pada pengukuran kuat medan magnet lema dilakukan pengukuran pada daera - µt sampai dengan + µt dan diperole ketelitian ingga nt dengan sensitivitas 5,9 mv/ µt dan kesalaan relatif,76%. Untuk pengukuran jarak, sensor ini mampu melakukan pengukuran perubaan jarak ingga 5 mm dengan resolusi µm dan kesalaan relatif sebesar,%. Sedangkan untuk pengukuran kuat arus, fluxgate magnetometer mampu melakukan pengukuran arus ( ma ingga 9 ma) dengan kesalaan relatif <,6% Kata kunci : Sensor magnetik, Fluxgate, armonisa ke dua, Sensor arus, Sensor posisi ABSTRACT FLUXGATE MAGNETIC SENSOR, CARACTERISTIC AND ITS APPLICATION. A fluxgate magnetic sensor based on second armonic principle as been made and developed. Te sensor as core made of vitrovac 65, two probes namely probe for primary or excitation coil and secondary or pick up coil. Sensor sensitivity increases by increasing number of secondary coils and/or increasing operational temperature. In tis paper, some applications of fluxgate magnetic sensor will be sown, e.g. measuring low magnetic field, distance, and electric current. Measuring low magnetic field in te range of - µt until + µt produces nt resolution, 5.9 mv/ µt sensitivity, and.76% relative error. Te sensor can measure distance until 5 mm wit µm resolution, and.% relative error. For current measurement, te developed sensor is used for measuring until 9 ma wit relative error <.6%. Key words : Magnetic sensor, Fluxgate, nd armonics, Current sensor, Distance sensor PENDAULUAN Pengukuran merupakan bagian terpenting untuk menganalisis sebua kinerja alat ukur. Penggunaan alat ukur dengan kemampuan pengukuran yang akurat, resolusi tinggi, serta muda dan aman dalam pemakaiannya sangatla penting. Sala komponen penting dari semua itu adala sensor yang digunakan untuk mendeteksi. Pengukuran medan magnet lema sangat diperlukan dalam berbagai bidang, seperti : geofisika, geologi, kedokteran, oseanografi, dan ekspedisi luar angkasa. Pemetaan medan magnet merupakan asil dari penggambaran medan magnet dalam ruang. Peta medan magnet diperlukan saat mendisain magnet dalam akselerator partikel, spektrometer (massa, Nuclear Magnetic Resonance, Electron Spin Resonance), dan sistem pencitraan resonansi magnetik. Peta medan 7

2 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science magnet juga digunakan dalam eksplorasi geologi dimana variasi dalam besar dan ara medan magnet bumi memberikan gambaran pada bagian bawa permukaan bumi. Peta medan magnet ini dapat dibuat dengan menggunakan sensor yang sensitif teradap medan magnet bumi. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengukur kuat medan magnet[ ]. Pemilian metode ini bergantung pada beberapa faktor, antara lain: resolusi, kuat medan, omogenitas, variasi dalam waktu, sensitivitas dan keakuratan []. Gambar menunjukkan beberapa metode yang banyak digunakan orang untuk mengukur medan magnet, antara lain: metode resonansi magnetik, metode induksi, metode pelat all dan metode fluxgate. Metode resonansi magnetik dijadikan standar utama untuk kalibrasi karena keakuratannya. Metode ini sering digunakan untuk tujuan kalibrasi. Edisi Kusus Oktober 7, al : 7 - ISSN : -98 Gambar. Bentuk sederana sensor magnetik fluxgate Konfigurasi lilitan yang baik akan meningkatkan ketelitian karena medan yang akan diukur tidak mengalami distorsi yang berasal dari inti. Sensor ini merupakan sala satu sensor yang paling cocok untuk mengukur medan magnet DC/AC frekuensi renda dalam daera medan magnet nt mt [ ]. Pengubaan kuat medan magnet yang akan diukur B ke dalam sinyal listrik dapat dilakukan dengan cara langsung seperti ditunjukkan pada Gambar a. Cara ini memang sederana, tetapi memberikan asil yang kurang teliti terutama untuk mengukur medan magnet lema. Sensor magnetik fluxgate tidak menggunakan cara langsung, tetapi menggunakan medan magnet referensi B ref (liat Gambar. b) untuk dibandingkan dengan medan magnet yang akan diukur B menggunakan wada (probe) yang diisi dengan baan inti (core) []. Baan inti biasanya berupa baan yang dapat dimagnetisasi dengan permeabilitas yang tinggi dan medan koersivitas yang renda [5]. Gambar. Metode pengukuran: Keakuratan dan daera pengukuran. Keuntungan dari metode ini adala keakuratannya yang sangat tinggi dan ketidaklinierannya yang kecil. Metode NMR dapat mengukur medan magnet sampai.mt, sedangkan metode ESR dapat mencapai,55 mt ingga, mt untuk alat yang bersifat komersial []. Pengukuran medan magnet dengan metode pelat all dapat mencapai resolusi mt jika menggunakan sinyal eksitasi DC konvensional, tetapi terjadi tegangan induksi secara termal pada kabel dan konektor. Sensitivitas sensor ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan sinyal eksitasi AC. Keakuratan pada medan yang lema dapat diperole dengan menggunakan teknik deteksi sinkronisasi. Metode pelat all sangat berguna untuk pengukuran pada suu yang renda. Sensor magnetik fluxgate dibuat berdasarkan karakteristik inti feromagnetik yang linier. Dalam bentuk yang sederana, sensor magnetik fluxgate terdiri dari dua kumparan, yaitu kumparan primer untuk eksitasi (A) dan kumparan sekunder untuk pick-up (B) (liat Gambar. ). Sensor ini mempunyai sifat linieritas dan sensitivitas yang tinggi. Gambar. Prinsip pengukuran medan magnet a) dengan cara langsung; b) menggunakan medan magnet referensi B ref sebagai pembanding teradap medan magnet yang diukur B. Medan magnet referensi, bisa berbentuk sinyal bolak-balik: sinusoida, persegi, atau segitiga, yang dieksitasikan pada inti melalui kumparan primer. Medan magnet referensi B ref disuperposisikan dengan medan magnet yang akan diukur B pada baan inti ditangkap ole kumparan sekunder (pick up coil) untuk dievaluasi. FUNGSI TRANSFER Fungsi transfer suatu sensor magnetik fluxgate yang mengevaluasi tegangan keluaran sensor dapat diitung menggunakan pendekatan polinomial [6,7] dan dengan mencari komponen frekuensi yang ada di dalam kerapatan fluks magnetik inti sensor. Penggunaan pendekatan polinomial menyederanakan pembagian ke dalam komponen frekuensi. 8

3 Sensor Magnetik Fluxgate: Karakteristik dan Aplikasinya (Mitra Djamal) Dengan asumsi bawa inti sensor bertipe linear dan medan eksitasi berbentuk sinusoida, maka berdasarkan penurunan [] inti ini akan disaturasikan dengan medan eksitasi sinusoida sebagai ref sin t... () yang akan disuperposisikan dengan medan magnet eksternal. Medan magnet di dalam inti sensor kemudian akan menjadi int sin t D( ) r... () dengan μr adala permeabilitas relatif dan D adala faktor demagnetisasi untuk inti linier [8] bc a D ln... () a b c dengan a, b dan c adala tetapan. Untuk mengukur rapat fluks di dalam inti, ada baiknya menormalisasi kuat medan magnet internal * menjadi, dalam bentuk * B sat D( rn )... () rn Disini kuat medan magnet dalam inti menjadi int int ref max sint *... (5) Kurva magnetisasi akan diaproksimasi dengan pendekatan polinomial ternormalisasi orde [6] b() = a - a... (6) b adala rapat fluks ternormalisasi: b = B /B... (7) dengan B B sat... (8) Pendekatan polinomial ini digunakan untuk kedua cabang positif dan negatif kurva magnetisasi. Rapat fluks ternormalisasi adala atau b a a ( b a aref a a a a a max a sint sint) a sin t cos t... (9) sin t () Dari persamaan () dapat diketaui bawa komponen armonisasi kedua sebanding dengan kuat medan magnet luar. Tegangan keluaran V out dari kumparan sekunder juga sesuai dengan turunan waktu rapat fluks di dalam inti d db V out N NA... () dt dt N adala jumla lilitan kumparan sekunder dan A adala luas bidang potong inti sensor. Tegangan keluaran kumparan sekunder ternormalisasi v out adala dan menjadi v out Vout db db vout B... () NA dt dt aref B a B a Ba max a cost sin t cost () Komponen tegangan keluaran armonisa kedua V out dari kumparan sekunder adala atau V V out out B NAa sin t... () K sin t... (5) dengan K adala tetapan. Terliat bawa tegangan keluaran armonisa ke dua adala berbanding lurus dengan kuat medan yang diukur. DESAIN SENSOR MAGNETIK FLUXGATE Gambar menunjukkan desain probe sensor magnetik fluxgate yang dibuat. Probe ini terdiri dari inti, kumparan primer (excitation coil), dan kumparan sekunder (pick-up coil). Pemilian baan inti sangat penting karena menentukan batas sensitivitas dan akurasi dari sensor [9]. Disamping itu inti arus bersifat robus teradap pengaru luar seperti vibrasi akustik dan deformasi mekanik. Baan yang memenui persyaratan tersebut antara lain kaca logam Co 66.5 Fe.5 Si B 8 atau secara komersial dikenal sebagai Vitrovac 65 []. Ole karena itu dalam penelitian ini digunakan inti yang terbuat dari baan Vitrovac 65 yang berbentuk pita dengan ukuran panjang mm, lebar mm dan tebal 5 m dan dibentuk dalam susunan lapis. Penggunaan pita Vitrovac 65 memungkinkan desain sensor dengan ukuran yang cukup kecil (diameter sensor <5mm) dan robus. Probe yang dirancang di sini adala probe sensor yang terdiri dari dua bua inti. Pada 9

4 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science masing-masing inti dililitkan kumparan primer, sedangkan kumparan sekunder dililitkan mengelilingi kedua inti (Gambar. ). Edisi Kusus Oktober 7, al : 7 - ISSN : -98 kumparan sekunder (pick-up coil) akan nol (Gambar 6g). Ketika inti tersaturasi, medan magnet di sekitar inti akan omogen. Gambar. Desain probe sensor magnetik fluxgate yang dibuat Kumparan primer dialiri arus eksitasi yang dikendalikan ole sebua osilator frekuensi yang frekuensinya ditentukan ole frekuensi kristal yang digunakan. Frekuensi yang sering digunakan pada sensor mangetik fluxgate adala kz ingga kz [], di sini digunakan osilator dengan frekuensi kz. Dengan frekuensi sebesar ini asil yang diperole cukup optimal. Frekuensi yang digunakan untuk kumparan eksitasi adala setenga dari frekuensi osilator yaitu kz (f ), dan untuk detektor fasa digunakan frekuensi kz (f ). Agar frekuensi osilator ini dapat menggerakkan kumparan eksitasi sensor, maka sinyal eksitasi terlebi daulu dilewatkan pada rangkaian penyangga atau buffer [], sinyal yang diasilkan ole rangkaian penyangga ini berbentuk segitiga, rangkaian ini ditunjukkan pada Gambar 5. Keluaran dari rangkaian penyangga ini akan menggerakkan kumparan eksitasi pada sensor. Gambar 5. Rangkaian pengasil sinyal segitiga Ketika kumparan eksitasi dialiri arus eksitasi bolak balik, akan timbul medan eksitasi. Medan ini juga akan berara bolak-balik sesuai dengan arus yang mengendalikannya. Pada masing-masing inti medan mempunyai ara yang berbeda, akibatnya medan eksitasi simetris ketika tidak ada medan magnet luar (B = ) (Gambar 6a). Medan ini akan mensaturasikan inti secara simetris (Gambar 6c) dan perubaan fluks magnetik (Gambar 6e) yang dideteksi Gambar 6. Prinsip kerja sensor magnetik fluxgate a) medan eksitasi tanpa medan magnet luar B =, b) medan eksitasi dengan medan magnet luar B, c) kurva magnetisasi dalam keadaan saturasi pada B =, d) kurva magnetisasi dalam keadaan saturasi pada B, e) perubaan fluks teradap waktu pada B =, f) perubaan fluks teradap waktu pada B, g) tegangan keluaran sensor pada B =, ) tegangan keluaran sensor pada B [] Adanya medan magnet luar B (B ) yang frekuensinya jau lebi kecil daripada frekuensi medan magnet eksitasi, akan menggeser titik nol medan simetri sebesar B (Gambar 6b), fluks magnetik (Gambar 6d) dan perubaan fluks teradap waktu (Gambar 6f). Akibatnya tegangan keluaran yang ditangkap kumparan sekunder tidak lagi nol (Gambar 6). Dari Gambar 6 dapat ditunjukkan bawa tegangan keluaran sensor sebanding dengan besar medan magnet eksternal. Dari Gambar 6 terliat bawa sensor magnetik fluxgate bekerja berdasarkan prinsip diferensial. Dengan cara ini maka gangguan/nois yang berasal dari lingkungan seperti temperatur atau pengaru lingkungan lainnya akan saling mengilangkan dan sensor dapat mengukur medan magnet yang sangat lema. Untuk mengatasi gangguan sinyal frekuensi tinggi, pada sensor dipasang filter lolos renda orde dua. Metode pengukuran ini masi dapat digunakan untuk mengukur medan magnet AC, asalkan frekuensinya masi jau lebi kecil dari frekuensi sinyal referensi. KARAKTERISASI Untuk mengetaui karakteristik sensor fluxgate yang dibuat, dilakukan karakterisasi sensor meliputi daera kerja sensor, pengaru jumla lilitan pick-up dan pengaru perubaan suu.

5 Sensor Magnetik Fluxgate: Karakteristik dan Aplikasinya (Mitra Djamal) Daera Kerja Sensor Gambar 7 menunjukkan asil pengukuran yang tela dilakukan. Vout (V) Gambar 7. Karakteristik statik sensor Dari gambar ini terliat bawa daera linier sensor berada pada daera medan magnet antara -T ingga T. Pada daera ini terdapat perbandingan yang lurus antara tegangan keluaran sensor dengan medan magnet yang diukur. Daera kerja magnetometer ini tampak pada Gambar 8. y =.88x + 66.x R =.9988 Vout (V) Untuk mengetaui kesalaan sensor, dilakukan pemodelan sensor menggunakan polinomial orde dua, seperti pada persamaan (6) V out =.88B + 66,B + 8,6... (6) Dari persamaan di atas dapat diketaui sensitivitas sensor, karena koefisien B sangat kecil dibandingkan koefisien B, maka untuk B yang kecil, sensitivitas sensor adala koefisien B yaitu 66, mv/t. Kesalaan sensor adala selisi dari keluaran sensor yang sebenarnya dengan asil dari persamaan (6) di atas, selisi ini disebut kesalaan absolut sensor, seperti terliat pada Gambar 9. Vout (mv) 5-5 Gambar 8. Keluaran medan magnet pada daera kerja Gambar 9. Kesalaan absolut sensor Kesalaan relatifnya cukup kecil yaitu <,76%, kesalaan relatif sensor dapat diliat pada Gambar. Kesalaan relatif (%) Gambar. Kesalaan relatif sensor Untuk medan magnet lema (Gambar ), sensor mampu mendeteksi medan magnet ingga nt dengan sensitivitas 5,9mV/T. Vout (mv). Vout = 5.9 B -.77 R = Gambar. Pengukuran medan magnet lema Pengaru Jumla Lilitan Kumparan Sekunder (pick-up coil) Untuk mengetaui pengaru jumla lilitan kumparan sekunder, tela dilakukan pengukuran dengan memvariasikan jumla kumparan sekunder sebanyak 5 lilitan, 6 lilitan dan 7 lilitan pada jumla lilitan kumparan primer yang tetap (8 lilitan) []. asilnya dapat diliat pada Gambar. V output (volt), 8, 6,,,, , - 9 -, B (ut) -6, /7/ /6/ /5/ -8, Gambar. Respon sensor teradap variasi jumla lilitan kumparan sekunder (pick-up coil) Dari Gambar, tampak bawa kenaikan jumla lilitan kumparan sekunder akan meningkatkan sensitivitas sensor. al ini muda dipaami karena kenaikan jumla lilitan kumparan sekunder akan meningkatkan kemampuan sensor dalam menangkap fluks magnetik yang ada pada baan inti.

6 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science Pengaru Perubaan Suu Suu lingkungan seringkali beruba, umumnya seringkali mempengarui kinerja sensor. Untuk mengetaui seberapa besar pengaru perubaan suu pada kinerja sensor magnetik fluxgate yang tela dibuat tela dilakukan pengukuran dengan memvariasikan suu lingkungan pada suu 5 o C, 5 o C dan 75 o C []. asilnya dapat diliat pada Gambar. Vo (V) B (ut) - Gambar. Pengaru variasi suu sensor -5 Dari Gambar terliat bawa kenaikan temperatur akan meningkatkan sensitivitas sensor. Dengan menggunakan polinom fungsi dasar (basic function) perubaan tegangan keluaran akibat perubaan suu dapat dikoreksi [5]. Pada referensi [5] ditunjukkan bawa dengan cara ini kesalaan akibat perubaan suu dapat ditekan menjadi <,5%, seperti ditunjukkan pada Gambar. Kesalaan Relatif (%),5,5 teradap keluaran ,5 B (ut) 5C 5C 75C 5C 5C 75C Edisi Kusus Oktober 7, al : 7 - ISSN : -98 sebanding dengan perubaan jarak antara target dengan sensor. Skema pengukuran yang dilakukan tampak seperti pada Gambar 5. Dari pengukuran yang tela dilakukan didapatkan asil seperti pada Gambar 6. Tegangan (Volt). Gambar 5. Skema pengukuran jarak menggunakan sensor magnetik fluxgate Grafik Pengukuran Jarak y = -.5x +.86 R = Jarak (mm) Gambar 6. Respon Keluaran Teradap Jarak Target Dari Gambar 6 tampak bawa perubaan jarak yang terjadi antara target dengan sensor akan berbanding terbalik dengan perubaan tegangan yang diasilkan. Dengan persamaan pendekatannya adala y = -,5x +,86... () dengan y dalam volt dan x dalam mm. - -,5 Gambar. Kesalaan relatif akibat perubaan suu APLIKASI Pengukuran Jarak Pengukuran jarak dilakukan dengan meletakkan sebua target dari baan konduktor sebagai medan pengganggu. Sumber medan magnet yang diasilkan ole sensor akan mengenai target. Didalam target, medan magnet yang terjadi akan beruba menjadi listrik induksi (ukum Faraday). Akibat adanya arus induksi pada target, maka akan timbul magnet induksi di sekitarnya. Besarnya magnet induksi yang tejadi akan berpengaru teradap intensitas medan magnet yang diterima ole pick-up coil. Perubaan intensitas yang terjadi (a) (b) Gambar 7. a).kesalaan Absolut Pengukuran Jarak b). Kesalaan Relatif Pengukuran Jarak al ini berarti medan magnet yang diterima ole sensor akan sebanding dengan jarak yang terjadi, karena perubaan medan magnet akan menyebabkan perubaan tegangan keluaran sensor.

7 Sensor Magnetik Fluxgate: Karakteristik dan Aplikasinya (Mitra Djamal) Dari data yang didapatkan dapat diketaui besarnya kesalaan absolut pengukuran dan kesalaan relatifnya, yaitu seperti tampak pada Gambar 7 dan Gambar 8. Dari Gambar 7 tampak bawa kesalaan absolut pengukuran yang terjadi adala,6 mm dan kesalaan relatifnya adala, %. Pengukuran KuatArus Untuk mengetaui kemampuan sensor dalam mengukur kuat arus, tela dilakukan pengukuran kuat arus pada daera pengukuran ma ingga 9 ma [6]. Untuk uji coba dilakukan dengan mengitung arus yang mengalir pada kawat lurus dengan mendeteksi medan magnet yang dipancarkan, sebagai kawat digunakan jalur pada PCB yang panjangnya cm, kemudian sensor medan magnet diletakkan saling memotong di atas jalur tersebut. Pada jalur PCB dilewatkan arus mulai dari sampai 9 ma dengan interval tertentu. Pengukuran dilakukan dengan jarak sensor yang berbeda-beda. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran pada tiga jarak yang berbeda yaitu mm, 8 mm dan 8 mm. Sistem pengukuran ditunjukkan ole Gambar 8. asil pengukuran teradap arus listrik ditampilkan dalam dalam Gambar 9. Dari gambar tampak bawa semakim jau jarak sensor dari kawat maka medan yang terdeteksi akan semakin kecil, al ini sesuai dengan persamaan. Pada pengukuran dengan jarak mm tampak bawa kurva mempunyai tingkat kesalaan paling besar, sedangkan pada pengukuran dengan jarak 8 mm kurva memiliki tingkat kesalaan yang kecil. Ketiga kurva didekati dengan persamaan polinomial order. Vout (V) 8 Gambar 8. Pengukuran arus pada kawat mm 8 mm 8 mm R =.9977 R = R =.999 y = -,x + 5,69x +,76... (9) x dalam madan y dalam mv. Untuk mengetaui kesalaan absolut sensor dari persamaan tersebut dapat diliat dari grafik pada Gambar. Vout (mv) mv - mv - Arus (ma) mm 8 mm 8 mm 55 mv Gambar. Kesalaan absolut sensor untuk arus ma ingga 9 ma Dari Gambar tampak jelas bawa kesalaan yang paling besar terdapat pada pengukuran dengan jarak sensor mm, dan kesalaan terkecil terdapat pada pengukuran dengan jarak sensor 8 mm. Ini disebabkan karena pada jarak yang terlalu dekat, setiap bagian sensor mempunyai jarak yang bervariasi teradap kawat berarus, seingga arga yang terukur cukup bervariasi, sedangkan pada pengukuran dengan jarak terjau, sensor bersifat sebagai sebua titik yang mendeteksi arus dengan arga yang relatif sama pada setiap bagian. Kesalaan absolut terbesar adala 55 mv untuk jarak mm, mv untuk jarak 8 mm, dan mv untuk jarak 8 mm. Ini sesuai dengan alasan-alasan yang tela dikemukakan di atas. Sedangkan untuk kesalaan relatif dapat diliat pada Gambar. Kesalaan relatif (%) , % -, % - Arus (ma) mm 8 mm 8mm Gambar. Kesalaan relatif sensor,6 % 5 5 Arus (ma) Gambar 9. Keluaran sensor untuk arus ma ingga 9 ma Persamaan berturut-turut untuk kurva atas, tenga dan bawa adala: y = -,x +,5x +,55... (7) y = -,x + 8,79x +,... (8) Dari kurva di atas dapat diketaui kesalaan relatif maksimum dari masing-masing pengukuran, yaitu,6 % untuk jarak mm,, % untuk jarak 8 mm, dan, % untuk jarak 8 mm. KESIMPULAN Dari karakteristik statik sensor dapat ditunjukkan bawa sensor magnetik fluxgate yang dibuat dapat digunakan untuk mengukur kuat medan magnet yang sangat lema, yakni pada daera pengukuran -µt

8 Jurnal Sains Materi Indonesia Indonesian Journal of Materials Science sampai µt dengan kesalaan relatif <,76% dan sensitivitas 66,mV/mT. Pada daera pengukuran yang lebi kecil resolusi bisa mencapai nt. Sensitivitas sensor dapat dinaikkan dengan menamba jumla lilitan kumparan sekunder (pick-up coil). al ini sejalan dengan ukum induksi Faraday. Walaupun sensor suda didesain bekerja menggunakan prinsip diferensial, yang artinya pengaru suu dapat saling mengilangkan, tetapi ternyata perubaan suu juga mempengarui sensitivitas sensor. Walaupun tidak besar, kenaikan suu terliat dapat meningkatkan sensitivitas sensor. al ini kemungkinan disebabkan karena jumla lilitan primer dan sekunder yang tidak sama. Sensor magnetik fluxgate dapat digunakan untuk mengukur jarak yang sangat kecil tanpa sentu. Dari asil yang didapat terliat bawa sensor magnetik fluxgate yang dibuat dapat mengukur jarak pada daera 9 mm sampai dengan mm dengan resolusi <, mm dan kesalaan relatif <,%. Sensor magnetik fluxgate dapat juga digunakan untuk mengukur kuat arus listrik tanpa mengganggu aliran listriknya. Tergantung pada jarak antara sensor dengan kawat sumber arus diperole asil dengan resolusi yang berbeda-beda. Untuk pengukuran arus antara ma ingga 9 ma, diperole asil pengukuran yang cukup baik dengan kesalaan relatif <,6%. Edisi Kusus Oktober 7, al : 7 - ISSN : -98 []. E. B. PEDERSEN, Fritz., Meas. Sci. Tecnol., (999) N-N9 []. PIIL-ENRIKSEN P.and G. MERAYO, et.all, Meas. Sci. Tecnol., 7 (996) []. SUYATNO, et all, Influence of Winding Number of Turn Pick-Up Coils to Sensitivity of Fluxgate Magnetometer, Proc. ICICI 7, - []. YULKIFLI, et all, Temperature Effect on Output Voltage Stability of Fluxgate Magnetic Sensor, Proc. ICICI 7, 6- [5]. -R. TRAENKLER, Tascenbuc der Mektecnik.A, R. Oldenbourg Verlag Müncen Wien, (99) [6]. M. DJAMAL, J. Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia, III (7) 5-69 DAFTARACUAN []. M. DJAMAL dan R. N. SETIADI, Pengukuran Medan Magnet Lema Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Koil Pick-Up, Proc. ITB Sains & Tek, 8 () (6) 99-5 []. ttp://media.wiley.com/product_data/ excerpt/6/ 77/776.pdf []. ttp://measure.feld.cvut.cz/usr/staff/ripka/ Ripka.pdf []. W. GOPEL, Sensor a Compreensive Survey Volume 5 Magnetic Sensor, VC, Weinein, 989 [5]. J. FRADEN, andbook of Modern Sensor, Pysics, Design and Application, nd Edition, Springer-Verlag, NewYork, (996) [6].. ASCENBRENNER, et.all., ocfrequenztecnik und Elektroakustik, 7 (6) (96) 7-8 [7]. W. KERTA, Einfurung in die Geopysik, in BI-ocsultascen bücer, Maneim, BI-Wissenscaftsverlag, 75 (969) 7 [8]. I. A. OSBORNE, Pysical Review, 67 (95) 5-57 [9]. O. V. NIELSEN, et all, J. of Meas. Sci. Tecnol., 6 (995) []. O. V. NIELSEN, et all, Anales de Fisica, B 86 (99) 7-76

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sensor merupakan suatu alat yang dapat menerima sinyal atau rangsangan yang berasal dari lingkungan atau benda diluar sistem sensor. Input rangsangan dari

Lebih terperinci

Pengukuran Medan Magnet Lemah Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Koil Pick-Up

Pengukuran Medan Magnet Lemah Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Koil Pick-Up PROC. ITB Sains & Tek. Vol. 8 A, No., 6, 99-115 99 Pengukuran Medan Magnet Lemah Menggunakan Sensor Magnetik Fluxgate dengan Satu Koil Pick-Up Mitra Djamal [1] & Rahmondia Nanda Setiadi [] Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Karakterisasi Sensor Fluxgate sebagai Detektor Medan Magnetik AC

Karakterisasi Sensor Fluxgate sebagai Detektor Medan Magnetik AC Karakterisasi Sensor Fluxgate sebagai Detektor Medan Magnetik AC Widyaningrum Indrasari1a), Mitra Djamal2,b), dan Nina Siti Aminah2,c) 1 Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENSOR HALL EFFECT SEBAGAI SENSOR MAGNETIK PADA PROTOTIPE PENJELAJAH PENGUKUR MEDAN MAGNET DENGAN SISTEM KENDALI ANDROID

KARAKTERISASI SENSOR HALL EFFECT SEBAGAI SENSOR MAGNETIK PADA PROTOTIPE PENJELAJAH PENGUKUR MEDAN MAGNET DENGAN SISTEM KENDALI ANDROID DOI: doi.org/10.21009/03.snf2017.02.cip.06 KARAKTERISASI SENSOR HALL EFFECT SEBAGAI SENSOR MAGNETIK PADA PROTOTIPE PENJELAJAH PENGUKUR MEDAN MAGNET DENGAN SISTEM KENDALI ANDROID Nadya Hidayatie 1,a), Widyaningrum

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi

Turunan Fungsi. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi 8 Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan ; Penggunaan Turunan untuk Menentukan Karakteristik Suatu Fungsi ; Model Matematika dari Masala yang Berkaitan dengan ; Ekstrim Fungsi Model Matematika dari Masala

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KUMPARAN SEKUNDER GANDA MENGGUNAKAN ELEMEN SENSOR MULTI- CORE

KARAKTERISASI SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KUMPARAN SEKUNDER GANDA MENGGUNAKAN ELEMEN SENSOR MULTI- CORE KARAKTERISASI SENSOR MAGNETIK FLUXGATE KUMPARAN SEKUNDER GANDA MENGGUNAKAN ELEMEN SENSOR MULTI- CORE Widyaningrum Indrasari 1,2*), Mitra Djamal 1, Umiatin 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

DESAIN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR MEDAN MAGNETIK PASIR BESI BERBASIS SENSOR FLUXGATE. Febri Nanda Farsito *, Yulkifli **, Fatni Mufit ** Padang25131

DESAIN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR MEDAN MAGNETIK PASIR BESI BERBASIS SENSOR FLUXGATE. Febri Nanda Farsito *, Yulkifli **, Fatni Mufit ** Padang25131 PILLAR OF PHYSICS, Vol. 2. Oktober 2013, 09-17 DESAIN DAN PEMBUATAN ALAT UKUR MEDAN MAGNETIK PASIR BESI BERBASIS SENSOR FLUXGATE Febri Nanda Farsito *, Yulkifli **, Fatni Mufit ** * Mahasiswa Jurusan Fisika

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LVDT SEBAGAI SENSOR JARAK

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LVDT SEBAGAI SENSOR JARAK PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI LVDT SEBAGAI SENSOR JARAK Zasvia Hendri, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: hendri_0810441001@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI

SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 009 SUATU CONTOH INVERSE PROBLEMS YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM TORRICELLI Suciati

Lebih terperinci

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ

PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru. Edisi April 2016. ISSN.1412-2960 PERUBAHAN KUAT MEDAN MAGNET SEBAGAI FUNGSI JUMLAH LILITAN PADA KUMPARAN HELMHOLTZ Salomo,

Lebih terperinci

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika

di FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya 4 Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung adalah Dosen Pendidikan Fisika PENENTUAN PANJANG GELOMBANG BERBAGAI FILTER WARNA PADA LAMPU TL DAN WOLFRAM DENGAN SPEKTROMETER KISI DIFRAKSI UNTUK MENUNJANG EKSPERIMEN EFEKFOTOLISTRIK Herwinarso, Tjondro Indrasutanto, G. Budijanto Untung

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV 1. Torang Ridho S 0806368906 2. Deni Mulia Noventianus 0906604722 3. Mohammad Adiwirabrata

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adala penelitian komparasi. Kata komparasi dalam baasa inggris comparation yaitu perbandingan. Makna dari

Lebih terperinci

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK

MODEL ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BERELEKTRON BANYAK MODE ATOM MEKANIKA KUANTUM UNTUK ATOM BEREEKTRON BANYAK Pada materi Struktur Atom Hidrogen suda kita pelajari tentang Teori Atom Bor, dimana lintasan elektron pada atom Hidrogen berbentuk lingkaran. Namun

Lebih terperinci

Matematika ITB Tahun 1975

Matematika ITB Tahun 1975 Matematika ITB Taun 975 ITB-75-0 + 5 6 tidak tau ITB-75-0 Nilai-nilai yang memenui ketidaksamaan kuadrat 5 7 0 atau atau 0 < ITB-75-0 Persamaan garis yang melalui A(,) dan tegak lurus garis + y = 0 + y

Lebih terperinci

untuk i = 0, 1, 2,..., n

untuk i = 0, 1, 2,..., n RANGKUMAN KULIAH-2 ANALISIS NUMERIK INTERPOLASI POLINOMIAL DAN TURUNAN NUMERIK 1. Interpolasi linear a. Interpolasi Polinomial Lagrange Suatu fungsi f dapat di interpolasikan ke dalam bentuk interpolasi

Lebih terperinci

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5

TURUNAN FUNGSI. turun pada interval 1. x, maka nilai ab... 5 TURUNAN FUNGSI. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika kurva y a b turun pada interval, maka nilai ab... 5 A. B. C. D. E. Solusi: [D] 5 5 5 0 5 5 0 5 0... () y a b y b b a b b 6 6a 0 b 0 b 6a 0 b 5 b a

Lebih terperinci

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK

KB. 2 INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK KB. INTERAKSI PARTIKEL DENGAN MEDAN LISTRIK.1 Efek Stark. Jika sebua atom yang berelektorn satu ditempatkan di dalam sebua medan listrik (+ sebesar 1. volt/cm) maka kita akan mengamati terjadinya pemisaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN JARAK BENDA DIGITAL BERBASIS SENSOR FLUXGATE.

PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN JARAK BENDA DIGITAL BERBASIS SENSOR FLUXGATE. PILLAR OF PHYSICS, Vol. 1. April 2013, 24-33 PEMBUATAN SISTEM PENGUKURAN JARAK BENDA DIGITAL BERBASIS SENSOR FLUXGATE Rezy Prima *) Asrizal **) dan Yulkifli ***) *) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR KUAT MEDAN MAGNET INDUKSI BERBASIS KOMPUTER. Elni Gusrini *1, Lazuardi U 2, Rahmondia N.Setiadi 2.

PEMBUATAN ALAT UKUR KUAT MEDAN MAGNET INDUKSI BERBASIS KOMPUTER. Elni Gusrini *1, Lazuardi U 2, Rahmondia N.Setiadi 2. PEMBUATAN ALAT UKUR KUAT MEDAN MAGNET INDUKSI BERBASIS KOMPUTER Elni Gusrini *1, Lazuardi U 2, Rahmondia N.Setiadi 2. E-mail : elnigusrini@yahoo.com Jurusan Fisika - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations

AKAR PERSAMAAN Roots of Equations AKAR PERSAMAAN Roots o Equations Akar Persamaan 2 Acuan Capra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Metods or Engineers, 2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York. n Capter 4 dan 5, lm. 117-170. 3 Persamaan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC. Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC Sri Wahyuni *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712

RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712 RANCANG BANGUN AMMETER DC TIPE NON-DESTRUCTIVE BERBASIS MIKROKONTROLER ATmega8535 DENGAN SENSOR EFEK HALL ACS712 Dwi Cahyorini Wulandari, Wildian Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN. Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo

DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN. Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo DESAIN PEMBUATAN DAN UJI COBA KUMPARAN HELMHOLTZ BERBENTUK LINGKARAN Ginisa Ardiyani *, Erwin, Salomo Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Differensiasi Numerik

Differensiasi Numerik Dierensiasi Numerik Yuliana Setiowati Politeknik Elektronika Negeri Surabaya 2007 1 Topik DIFFERENSIASI NUMERIK Mengapa perlu Metode Numerik? Dierensiasi dg MetNum Metode Selisi Maju Metode Selisi Tengaan

Lebih terperinci

dapat dihampiri oleh:

dapat dihampiri oleh: BAB V PENGGUNAAN TURUNAN Setela pada bab sebelumnya kita membaas pengertian, sifat-sifat, dan rumus-rumus dasar turunan, pada bab ini kita akan membaas tentang aplikasi turunan, diantaranya untuk mengitung

Lebih terperinci

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan

A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan A. Penggunaan Konsep dan Aturan Turunan. Turunan Fungsi Aljabar a. Mengitung Limit Fungsi yang Mengara ke Konsep Turunan Dari grafik di bawa ini, diketaui fungsi y f() pada interval k < < k +, seingga

Lebih terperinci

SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN

SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN Pidato Ilmiah Guru Besar Profesor Mitra Djamal SENSOR DAN SISTEM SENSOR: STATE OF THE ART, KONTRIBUSI DAN PERSPEKTIF PENGEMBANGANNYA DI MASA DEPAN Balai Pertemuan Ilmiah ITB Hak cipta ada pada penulis

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Part 3 : Dasar Mesin Listrik Berputar Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id

Lebih terperinci

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

PENGUAT DAYA (POWER AMPLIFIER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY PEGUAT DAYA (POWE AMPIFIE) Ole : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UY E-mail : sumarna@uny.ac.ic Dalam praktek, sistem penguat selalu terdiri dari sejumla tingkat yang menguatkan sinyal lema ingga cukup kuat

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya. BAB II TRANSFORMATOR II.. Umum Transformator merupakan komponen yang sangat penting peranannya dalam sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik elektromagnetis statis yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transfer Daya Nirkabel 2.1.1 Sejarah dan Aplikasi Transfer Daya Nirkabel Gambar 2.1 Tesla duduk di laboratorium dengan temuan "Tesla Coil" yang menghasilkan jutaan volt [5]

Lebih terperinci

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG

ANALISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TUBE 0856MG ANAISA PERPINDAHAN PANAS PADA PITOT TBE 0856MG Roy Indra esmana Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin niversitas Jenderal Amad Yani, Cimai Bandung Email: royindralesmana@gmail.om Abstrak Bongkaan es akan

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC

ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN PADA KAPASITOR DALAM RANGKAIAN SERI LC ANALISA PENGARUH INTI KOIL TERHADAP MEDAN MAGNETIK DAN MUATAN Salomo 1), Erwin 1), Usman Malik 1), Maksi Ginting 1) 1 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

Karakterisasi Sensor Magnetik Efek Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran Massa

Karakterisasi Sensor Magnetik Efek Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran Massa Karakterisasi Sensor Magnetik Efek Hall UGN3503 Terhadap Sumber Magnet dan Implementasinya pada Pengukuran Massa Suryono, Agus Riyanti, Jatmiko Endro Suseno Laboratorium Instrumentasi dan Elektronika Jurusan

Lebih terperinci

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu Octavianus P. Hulu, Agus Purwanto dan Sumarna Laboratorium Getaran dan Gelombang, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk sensor

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik

V. Medan Magnet. Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik V. Medan Magnet Ditemukan sebuah kota di Asia Kecil (bernama Magnesia) lebih dahulu dari listrik Di tempat tersebut ada batu-batu yang saling tarik menarik. Magnet besar Bumi [sudah dari dahulu dimanfaatkan

Lebih terperinci

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b

19, 2. didefinisikan sebagai bilangan yang dapat ditulis dengan b PENDAHULUAN. Sistem Bilangan Real Untuk mempelajari kalkulus perlu memaami baasan tentang system bilangan real karena kalkulus didasarkan pada system bilangan real dan sifatsifatnya. Sistem bilangan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya.

BAB II LANDASAN TEORI. ACS712 dengan menggunakan Arduino Nano serta cara kerjanya. BAB II LANDASAN TEORI Di bab ini, akan dijelaskan komponen-komponen utama yang digunakan untuk merancang pembuatan suatu prototype kwh meter digital dengan menggunakan sensor ACS712 dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimen kuantitati dengan desain posttest control group design yakni menempatkan subyek penelitian kedalam

Lebih terperinci

Perancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer

Perancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer Perancangan Alat Ukur Daya Listrik Lampu Pijar Menggunakan ADC TLV2543 Dengan Tampilan Komputer Harda Elnanda 1,Bambang Sutopo 2 1 Penulis, Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Elektro UGM 2 Dosen Pembimbing,

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd

JURNAL. Oleh: ELVYN LELYANA ROSI MARANTIKA Dibimbing oleh : 1. Dian Devita Yohanie, M. Pd 2. Ika Santia, M. Pd JURNAL PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN RESPON SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KUMON PADA MATERI PEMBAGIAN BENTUK ALJABAR KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA KEDIRI PADA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE

Lebih terperinci

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri

Limit Fungsi. Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Menghitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri 7 Limit Fungsi Limit Fungsi di Suatu Titik dan di Tak Hingga ; Sifat Limit Fungsi untuk Mengitung Bentuk Tak Tentu ; Fungsi Aljabar dan Trigonometri Cobala kamu mengambil kembang gula-kembang gula dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU

DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU DESAIN SURVEI METODA MAGNETIK MENGGUNAKAN MARINE MAGNETOMETER DALAM PENDETEKSIAN RANJAU Oleh : Subarsyah dan I Ketut Gede Aryawan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan No.

Lebih terperinci

SENSOR GETARAN BERBASIS KOIL DATAR UNTUK DETEKSI DINI GEMPA di WILAYAH LOMBOK NUSA TENGGARAA BARAT

SENSOR GETARAN BERBASIS KOIL DATAR UNTUK DETEKSI DINI GEMPA di WILAYAH LOMBOK NUSA TENGGARAA BARAT SENSOR GETARAN BERBASIS KOIL DATAR UNTUK DETEKSI DINI GEMPA di WILAYAH LOMBOK NUSA TENGGARAA BARAT Islahudin, 2 M. Firman Ramdhan Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyahh Mataram.

Lebih terperinci

Bahan Ajar BAB V. Pengukuran Magnetik Tatap muka : Minggu 11, Minggu 12

Bahan Ajar BAB V. Pengukuran Magnetik Tatap muka : Minggu 11, Minggu 12 Bahan Ajar BAB V. Pengukuran Magnetik Tatap muka : Minggu 11, Minggu 12 1 PENGUKURAN MAGNETIK 1.1. Pendahuluan Medan magnet merupakan fenomena fisika yang berkaitan dengan besaran listrik. Arus listrik

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 8-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudaryatno Sudiram ing Utari Mengenal Sifat-Sifat Material (1) 8- Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) BAB 8 Teori Pita Energi Tentang Padatan Setela mempelajari bagaimana atom

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

PENGUKURAN MEDAN MAGNETIK BATUAN MENGGUNAKAN SENSOR FLUXGATE.

PENGUKURAN MEDAN MAGNETIK BATUAN MENGGUNAKAN SENSOR FLUXGATE. PILLAR OF PHYSICS, Vol. 2. Oktober 2013, 33-40 PENGUKURAN MEDAN MAGNETIK BATUAN MENGGUNAKAN SENSOR FLUXGATE Airin Ahad Dini *), Yulkifli **), Zulhendri Kamus **) *) Mahasiswa Jurusan Fisika FMIPA UNP Email

Lebih terperinci

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP

RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP DAFTAR ISI RANCANGBANGUN TRANSFORMATOR STEP UP 220 V / 5 KV, 0,5 A, 50 Hz... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING.. Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... Error! Bookmark not defined. LEMBAR

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 SYNCHRONOUS GENERATOR Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010 1 Kelompok 7: Ainur Rofiq (0706199022) Rudy Triandi (0706199874) Reza Perkasa Alamsyah (0806366296) Riza Tamridho (0806366320) 2 TUJUAN

Lebih terperinci

Materi : Bab XIII. LUAS Pengajar : Khomsin, ST

Materi : Bab XIII. LUAS Pengajar : Khomsin, ST PENDIDIKN DN PETIHN (DIKT TEKNIS PENGUKURN DN PEMETN KOT Surabaya, 9 gustus 00 Materi : Bab XIII. US Pengajar : Komsin, ST FKUTS TEKNIK SIPI DN PERENCNN INSTITUT TEKNOOGI SEPUUH NOPEMBER BB XIII. US Ole:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km BAB III STUDI KASUS APANGAN 3.1. Umum Pada bab ini akan dilakukan studi kasus pada pipa penyalur minyak yang dipendam di bawa tana (onsore pipeline). Namun karena dibutukan untuk inspeksi keadaan pipa,

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN

ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN ANALISIS RASIO KETEBALAN GERAM PADA PROSES PEMBUBUTAN Samuel Lepar 1), Rudy Poeng 2), I Nyoman Gede 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Tujuan penelitian ini adala untuk mendapatkan

Lebih terperinci

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m)

i : kuat arus listrik (A) a : jarak dari kawat berarus (m) INDUKSI MAGNETIK Hans Christian Oersted pada tahun 18 menemukan bahwa arus listrik dalam sebuah kawat penghantar dapat menghasilkan efek magnetik. Efek magnetik yang ditimbulkan oleh arus tersebut dapat

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1

SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1 SMA/MA IPA kelas 12 - FISIKA IPA BAB 7 GAYA GERAK LISTRIK INDUKSILatihan Soal 7.1 1. Sebuah kumparan lawat dengan luas 50 cm 2 terletak dalam medan magnetik yang induksi magnetiknya 1,4 T. Jika garis normal

Lebih terperinci

Rancang Bangun Teslameter Dengan Metode Induksi

Rancang Bangun Teslameter Dengan Metode Induksi 45 Rancang Bangun Teslameter Dengan Metode Induksi Liefson Jacobus, Dewi Kristina Gulo 2 Fakultas Sains dan Komputer, Universitas Kristen Immanuel e-mail: liefukrim@gmail.com Abstrak Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

ANALISA HARMONISA KONVERTER AC-AC TIGA FASA

ANALISA HARMONISA KONVERTER AC-AC TIGA FASA ANALISA HARMONISA KONVERTER AC-AC TIGA FASA Ole : Reni Dariati (LF 635) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro ABSTRAK Rangkaian konverter ac-ac merupakan rangkaian yang dapat

Lebih terperinci

Vol. 11, No. 001, Juni 2012 ISSN :

Vol. 11, No. 001, Juni 2012 ISSN : Vol. 11, No. 001, Juni 01 ISSN : 141-9469 ANALISIS UGI-UGI DAYA ADA TANSFOMATO DISTIBUSI 15 kva, 0 kv / 400 Volt AKIBAT ENGAUH HAMONISASI Deni Sutisna 1, M. Hariansya 1 Alumni rogram Studi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran

Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran SidangTugas Akhir Bidang Studi : Desain Studi Pengaruh Diameter Kawat dan Susunan Kumparan Terhadap Voltase Bangkitan pada mekanisme Pemanen Energi Getaran Disusun oleh : Prisca Permatasari NRP. 2105 100

Lebih terperinci

Fisika SKALU Tahun 1978

Fisika SKALU Tahun 1978 Fisika SKALU Taun 978 SKALU-78-0 Bila ukum kekekalan energi berlaku untuk suatu sistem, maka jumla energi kinetik dan energi potensial sistem adala tetap energi kinetik sistem tidak beruba energi potensial

Lebih terperinci

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur

Medan magnet bumi, Utara geografik D. Utara magnetik I. Timur Magnetometer. Medan magnet bumi mempunyai arah utara-selatan dan besarnya 45000 gama ( 1 gama = 1 nano Tesla), untuk posisi di katulistiwa. Medan ini disebut juga dengan medan normal. Keberadaan mineral

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Teori Pengukuran II.1.1. Pengertian Pengukuran Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang

Lebih terperinci

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET

TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET TUGAS XIII LISTRIK DAN MAGNET 1. Sebuah kapasitor keping sejajar yang tebalnya d mempunyai kapasitas C o. Ke dalam kapasitor ini dimasukkan dua bahan dielektrik yang masing-masing tebalnya d/2 dengan konstanta

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DOMAIN WAKTU ANTENA BOWTIE UJUNG SIRKULER 1-2 GHZ DENGAN RESPON IMPULS TERNORMALISASI

KARAKTERISASI DOMAIN WAKTU ANTENA BOWTIE UJUNG SIRKULER 1-2 GHZ DENGAN RESPON IMPULS TERNORMALISASI MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 9, NO., APRIL 25: 25-3 KARAKTERISASI DOMAIN WAKTU ANTENA BOWTIE UJUNG SIRKULER - 2 GHZ DENGAN RESPON IMPULS TERNORMALISASI Joko Suryana, Andriyan B. Suksmono, dan Tati R. Mengko

Lebih terperinci

Mesin Arus Bolak Balik

Mesin Arus Bolak Balik Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id 1 Mesin Arus Bolak balik TE091403 Institut Teknologi Sepuluh Nopember August, 2012 Teknik Elektro-ITS Surabaya share.its.ac.id ACARA PERKULIAHAN DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace

Solusi Analitik Model Perubahan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Jurnal Gradien Vol. No.2 Juli 24 : 5-3 Solusi Analitik Model Perubaan Garis Pantai Menggunakan Transformasi Laplace Syarifa Meura Yuni, Icsan Setiawan 2, dan Okvita Maufiza Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 UJI SIFAT MAGNETIK PASIR BESI PANTAI DI KABUPATEN LUMAJANG MELALUI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Alfi Firman Syah Program Studi Pendidiksn Fisika, FKIP, UNIVERSITAS JEMBER alfisyah21@gmail.com Sudarti Program

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan

IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN. terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran dengan 34 IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Alat Ukur Tegangan dan Arus Induksi Alat ukur tegangan induksi dibuat dengan menggunakan dua buah plat yang terbuat dari tembaga. Plat dengan tebal 0,5 mm dibentuk lingkaran

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika Medan Magnet - Latihan Soal Doc. Name: RK13AR12FIS0301 Version: 2016-10 halaman 1 01. Medan magnet dapat ditimbulkan oleh: (1) muatan listrik yang bergerak (2) konduktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia memiliki kemampuan berpikir yang terus berkembang. Seiring dengan berjalannya waktu, manusia terus berpikir dan berusaha untuk membuat suatu alat bantu yang

Lebih terperinci

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM MEDAN IMBAS MAGNET I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa akan mampu memahami bahwa arus listrik dapat menimbulkan medan magnet II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1. Menyelidiki

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH

STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH STUDI PENGGUNAAN SISTEM PENDINGIN UDARA TEKAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI TRANSFORMATOR PADA BEBAN LEBIH (Aplikasi pada PLTU Labuhan Angin, Sibolga) Yohannes Anugrah, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect

Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect D = Konstanta ketebalan Gambar 2.19 Cara kerja Hall-Effect Sensor Gambar 2.20 Rangkaian antarmuka Hall-Effect Dari persamaan terlihat V H berbanding lurus dengan I dan B. Jika I dipertahankan konstan maka

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik (FTG2J2) Kuliah 4: Transformator Ahmad Qurthobi, MT. Engineering Physics - Telkom University Daftar Isi Transformator Ideal Induksi Tegangan pada Sebuah Coil Tegangan Terapan dan

Lebih terperinci

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET

BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET BAB 7 INDUKSI ELEKTROMAGNET Induksi Elektromagnetik Hasil Yang harus anda capai Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi Setelah mempelajari Bab ini

Lebih terperinci

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2

SOAL SOAL TERPILIH 1 SOAL SOAL TERPILIH 2 SOAL SOAL TERPILIH 1 1. Sebuah kumparan mempunyai 50 lilitan dalam waktu 0,02 s kumparan dimasuki fluks 310 mwb, yang kemudian turun hingga 100 mwb. Berapakah GGL induksi rata rata yang dibangkitkan oleh

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik

Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (214), Hal. 5 9 ISSN : 27-824 Optimasi Rangkaian dan Material Kumparan pada Rangkaian Transfer Listrik Tanpa Kabel Terhadap Jarak Jangkauan Pengiriman Energi Listrik Pramushinta

Lebih terperinci

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENSOR MAGNETIK MAGNETORESISTIF (MR) UNTUK APLIKASI KOMPAS ELEKTRONIK

PENGEMBANGAN SENSOR MAGNETIK MAGNETORESISTIF (MR) UNTUK APLIKASI KOMPAS ELEKTRONIK PENGEMBANGAN SENSOR MAGNETIK MAGNETORESISTIF (MR) UNTUK APLIKASI KOMPAS ELEKTRONIK Lazuardi Umar, Rahmondia Nanda Setiadi, Siska Maulana Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru siskamaulana1@gmail.com

Lebih terperinci

Optimasi Diameter dan Panjang Kawat Koil Sebagai Kandidat Sensor Suhu Semen Sapi Berbasis RTD-C

Optimasi Diameter dan Panjang Kawat Koil Sebagai Kandidat Sensor Suhu Semen Sapi Berbasis RTD-C Optimasi Diameter dan Panjang Kawat Koil Sebagai Kandidat Sensor Suhu Semen Sapi Berbasis RTD-C Toni Kus Indratno 1, Moh. Toifur 2 1 Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta 2 Fisika

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

Desain Sensor Getaran Frekuensi Rendah. Berbasis Fluxgate

Desain Sensor Getaran Frekuensi Rendah. Berbasis Fluxgate J.Oto.Ktrl.Inst (J. Auto.Ctrl.Inst) Vol 3 (), 011 ISSN: 085-517 Abstrak Desain Sensor Getaran Frekuensi Rendah Berbasis Fluxgate 1 Yulkifli, 1 Hufri, M.Djamal 1 KK Fisika Instrumentasi,Prodi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Matematika dan Statistika

Matematika dan Statistika ISSN 4-6669 Volume 2, Juni 22 MAJALAH ILMIAH Matematika dan Statistika DITERBITKAN OLEH: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS JEMBER Majala Ilmia Matematika dan Statistika Volume 2, Juni 22 PROFIL PENDERITA

Lebih terperinci