BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sensor Sebuah transduser secara umum didefinisikan sebagai sebuah alat yang mengubah sinyal dari satu bentuk menjadi sinyal yang sesuai dan memiliki bentuk yang berbeda. Transduser dapat dibagi menjadi dua klas: transduser input dan transduser output. Transduser input- listrik mengubah energi non listrik, misalnya suara atau sinar menjadi tenaga listrik. Transduser ouput- listrik bekerja pada urutan sebaliknya. Transduser tersebut mengubah energi listrik menjadi bentuk energi non listrik. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke yang lain untuk tujuan transmisi listrik atau informasi. Energi mekanik dapat dikonversi menjadi energi listrik, atau dapat dikonversi ke dalam bentuk lain. Contoh transduser yang termasuk Seperti loudspeaker, yang mengubah input listrik menjadi output gelombang audio dan sebuah mikrofon, yang mengubah input gelombang audio ke output listrik. Sensor adalah alat yang digunakan untuk mendeteksi dan sering berfungsi untuk mengukur magnitude sesuatu. Sensor adalah jenis transduser yang digunakan untuk mengubah variasi mekanis, magnetis, panas, sinar dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor biasanya dikategorikan melalui pengukur dan memegang peranan penting dalam pengendalian proses pabrikasi modern. Kebanyakan output dari sensor yang modern adalah sinyal listrik, tetapi sebagai alternatif lain dapat juga menjadi suatu gerakan, tekanan, aliran, atau jenis output lain yang dapat digunakan. Beberapa contoh sensor yakni termokopel, yang mengubah perbedaan suhu menjadi output listrik, Sensor tekanan yang mengubah tekanan fluida menjadi sinyal listrik dan Linear Variabel Differential Transformer (LVDT), yang mengubah posisi menjadi output listrik.

2 2.1.1 Pengenalan LVDT ( Linear Variable Diffrential Transformer ) LVDT adalah sensor perpindahan yang mengubah posisi atau perpindahan linear dari referensi mekanik (nol, atau posisi nol) menjadi sinyal listrik yang sebanding dengan fase (untuk arah) dan amplitude ( untuk jarak). Pengoperasian LVDT tidak memerlukan kontak listrik antara bagian yang bergerak ( inti perakitan) dan koil rakitan, melainkan bergantung pada kopling elektromagnetik. Faktanya bahwa LVDT dapat beroperasi dengan sirkuit elektronik yang terpasang dimana hal tersebut merupakan syarat utama LVDT (Linear Variable Diffrential Transformer). LVDT merupakan salah satu bentuk yang paling umum dari beberapa macam sensor pergeseran. Secara umum LVDT terdiri atas tiga buah kumparan yang dililitkan segaris pada batang yang berlubang terisolasi yang didalamnya terdapat inti besi nikel yang dapat bergerak. Titik pusat dari ketiga kumparan ini dicatu oleh sumber arus bolak- balik dan dengan inti besi yang dapat bergerak yang berada di posisi tengah, gaya gerak listrik yang sama besar akan terinduksi pada kedua kumparan yang lain yang secara efektif merupakan kumparan sekunder dari sebuah transformator. Dengan membandingkan tegangan- tegangan keluaran belitan sekunder dalam kondisi tidak seimbang ini, magnitude dan arah pergerakan inti dapat ditentukan. Pergeseran yang akan diukur dikenakan pada inti yang dapat bergerak dan oleh karena inti ini tidak memiliki kontak gesekan langsung maka dapat dianggap bahwa pergerakan inti ini terjadi tanpa rugi- rugi gesekan. Kondisi ini merupakan keuntungan khusus yang dimiliki LVDT dibandingkan dengan sensor potensimetrik resisitif yang sering juga digunakan untuk aplikasi yang mirip. Banyak LVDT digunakan dalam aplikasi yang membutuhkan dengan kehandalan yang tinggi pada lingkungan tertentu yang sangat dibutuhkan seperti pada bidang militer/ ruang angkasa, proses control, pabrik kimia, hidrolik, turbin listrik dan banyak lainnya.

3 Dua kumparan sekunder tergulung simetris diatas kumparan primer LVDT ( seperti pada posisi batang actuator). Dua gulungan sekunder biasanya dihubungkan secara serangkaian yang berlawanan atau diffrensial. Sebuah inti feromagnetik yang panjangnya merupakan sebagian kecil dari panjang koil rakitan, yang terhubung secara magnetic untuk pasangan primer dengan gulungan sekunder berputar diatas sepanjang inti. Penampang LVDT (<=0,2 ) Penampang LVDT (>0,2 ) Gambar 2.1 Penampang LVDT Sebuah LVDT (Linear Variable Differential Transformer), adalah transduser elektromekanis yang menghasilkan output listrik yang sebanding dengan perpindahan dari inti bergerak yang terpisah. LVDT ini memiliki banyak fitur terpuji, sehingga ideal dan sangat handal untuk berbagai macam aplikasi Karakteristik LVDT Salah satu jenis dari Linear Variable Differential Transformer (LVDT) telah dirancang untuk menjadi sensitif terhadap perpindahan transversal sehingga tepat membaca posisi perpindahannya sepanjang sumbu sensitivitas. LVDT ini pada umumnya, sebagian besar didasarkan pada core magnet. Sebuah LVDT dengan kisaran linier dengan ± 5 mm. Terdapat tiga kumparan yang memiliki dimensi yang sama, dan panjang inti adalah panjang dua kumparan.

4 Ketika berada pada posisi paling kiri (yaitu, ketika ujung kiri inti mencapai ujung kiri kumparan Sekunder 1), induktansi timbal balik antara kumparan primer dan kumparan sekunder 1 maksimal sementara induktansi timbal balik antara kumparan primer dan kumparan sekunder 2 minimal. Demikian pula sebaliknya adalah ketika inti tersebut akan dipindahkan ke posisi paling kanan maka Induktasi Primer dan kumparan sekunder 2 maksimal. Sedangkan induktansi timbal balik antara kumparan primer dan sekunder 1 minimal. Gambar 2.2 Konstruksi LVDT Kumparan diberi jarak secara aksial dan digulung pada kerangka kumparan berbentuk silinder, inti magnet berbentuk batangan dan ditempatkan di tengah susunan kumparan dan dapat bergerak. Pergerakan inti magnet pada LVDT

5 akan menghasilkan nilai tegangan induktansi magnetik (GGL Induksi) pada output kumparan sekunder 1 dan 2. Karakteristik output dari LVDT bervariasi dengan perbedaan posisi dari inti. Output Full range atau keluaran rangkaian penuh menghasilkan sinyal yang besar, biasanya beberapa volt atau lebih. Perhatikan bahwa LVDT dapat beroperasi 100% di luar jangkauan penuh, tetapi dengan linearitas terdegradasi. Karakteristik lain dari LVDT yakni besar dari tegangan keluaran diffrensial atau E out bervariasi dengan posisi inti. Nilai E out maksimal dari perpindahan inti pada posisi nol tergantung pada amplitudo dari tegangan eksitasi primer dan faktor sensitif dari LVDT tertentu, yang biasanya beberapa volt RMS Prinsip kerja LVDT Sebuah Linear Variable Diffrensial Transformator (LVDT) adalah perangkat yang biasa digunakan untuk mengukur perpindahan linier. Inti adalah batang baja permeabilitas magnet yang tinggi, dan lebih kecil dengan diameter dari lubang internal perakitan kumparan, sehingga Anda dapat memasang batang dan memastikan bahwa tidak ada kontak yang dibuat dengan perakitan koil. Dengan demikian batang dapat bergerak maju mundur tanpa gesekan. Gambar 2.3 Bentuk LVDT Ketika tegangan eksitasi AC diposisikan pada gulungan primer, tegangan induksi di setiap gulungan sekunder melalui inti magnetik. Posisi inti menentukan seberapa kuat pasangan eksitasi sinyal untuk setiap gulungan sekunder. Ketika inti di tengah, tegangan dari masing-masing kumparan sekunder adalah sama dan 180

6 derajat diluar fase, sehingga tidak ada sinyal. Ketika inti bergerak ke sebelah kiri dari posisi pusat (tengah), kumparan primer lebih erat digabungkan ke kumparan sekunder kiri, menciptakan sinyal output dalam fase dengan sinyal eksitasi. Inti bergerak dari sebelah kumparan primer ke kumparan sekunder yang tepat, membuat sinyal output 180 derajat berada diluar dari fase dengan tegangan eksitasi. Linear Variabel diferensial transformer (LVDT) dikenal untuk aplikasi dalam pengukuran perpindahan. Prinsip kerja didasarkan pada transformator diferensial dengan kopling variabel antara kumparan primer dan sekunder. Kopling magnetik antara kumparan primer dan kumparan sekunder tergantung pada jenis bahan magnetik dan pada posisi inti magnetik bergerak yang berhubungan dengan kumparan sekunder. Kumparan primer menghasilkan arus bolak-balik. Kumparan sekunder dihubungkan secara seri untuk output keluaran LVDT tegangan diferensial. Kumparan primer dan sekunder terbuat dari kawat tembaga. Pada prinsipnya, resolusi posisi LVDT hanya dibatasi oleh noise elektronik. Sensor perpindahan yang paling umum yang digunakan di industri adalah transformator diferensial variabel linear (Linear Variable Diffrential Transformer = LVDT ), yang pada dasarnya adalah transformator dengan inti yang dapat bergerak dan dua kumparan sekunder. Inti yang dapat bergerak dihubungkan dengan poros input. Primer diberi penguatan dengan sumber ac. Ketika inti berada tepat pada pusat lokasi, amplitude tegangan yang diinduksi ke sekunder 1 adalah sama dengan tegangan yang diinduksi pada sekunder 2. Kumparan sekunder tersebut dihubungkan seri berlawanan sehingga tegangan output akan nol pada titik tersebut. Apabila inti bergerak, berangkat dari pusat induktansi, primer dan satu sekunder akan lebih besar dari yang lain, dan perbedaan tegangan akan terlihat diantara sekunder yang diseri. Ketika kumparan primer terhubung dengan tegangan gelombang sinus (Vin), tegangan ini menghasilkan arus pada gulungan primer LVDT, merupakan

7 fungsi dari impedansi masukan. Pada akhirnya, variabel arus ini menghasilkan variabel fluks magnet yang disalurkan oleh inti permeabilitass tinggi feromagnetik, menginduksi tegangan sekunder gelombang sinus Va dan Vb. Sementara gulungan sekunder dirancang sedemikian rupa sehingga amplitudo tegangan keluaran diffrensial (Va-Vb) sebanding dengan posisi inti, fase (Va-Vb) mengacu pada tanggapan, yang disebut Phase Shift (mendekati 0 atau 180 derajat) menetapkan arah yang jauh dari posisi nol. Zero disebut posisi nol, didefenisiskan sebagai posisi inti di mana pergeseran fasa dari keluaran diffrensial (Va-Vb) adalah 90 derajat. Gambar 2.4 Skema LVDT Perbedaan output antara dua output sekunder (Va-Vb) ketika inti berada pada posisi nol disebut Tegangan Nol, seperti pergeseran fasa pada posisi nol adalah 90 derajat, tegangan nol adalah "kuadratur" tegangan. Tegangan sisa ini lemah. Hal ini disebabkan sifat kompleks dari model listrik LVDT, yang meliputi kapasitansi parasit dari gulungan. Kompleksitas ini juga menjelaskan mengapa pergeseran fasa (Va-Vb) tidak persis 0 atau 180 derajat ketika intinya berada pada posisi nol.

8 LVDT: prinsip-prinsip operasi konstruksi dan pengukuran Eksitasi Primer Keluaran diferensial Va-Vb Arah 1: In-fase dengan eksitasi (0 derajat) Keluaran diferensial Va-Vb Arah 2: Out-of-fase dengan eksitasi (180 derajat) Gambar 2.5 Bentuk gelombang LVDT 2.2 Operational Amplifier Op Amp pengkondisi sinyal pertama kali dibangun dengan tabung vakum sebelum transistor dikenal sehingga memiliki ukuran yang besar dan tebal. Tahun 50-an tabung vakum miniatur bekerja dari pasokan daya tegangan yang rendah yang memungkinkan pembuatan Op Amp semakin kecil sebesar ukuran batu bata yang digunakan dalam pembangunan rumah. Ukuran tabung vakum dan ukuran komponen mengalamai penurunan sampai Op Amp itu mengecil sampai seperti ukuran tabung vakum yang oktal tunggal. Transistor secara komersil dikembangkan tahun 60-an. Kemudian ukuran Op Amp dapat diperkecil beberapa inci. Namun masih dikenal dengan julukan Brick atau batu bata. Sekarang julukan Brick melekat pada setiap modul elektronik yang menggunakan non- integrated circuit (IC) metode kemasan. Op Amp generasi terbaru mencakup spektrum frekuensi dari 5 khz sampai 1GHz.

9 Amplifier Amplifier adalah rangkaian analog, yang lebih rumit dari rangkaian digital. Ini adalah masalah yang sangat sulit yang menyebabkan orang- orang mengatakan bahwa desain analog lebih sulit dari desain digital. Desain analog lebih sulit dari desain digital karena desainer harus memperhitungkan semua kondisi dalam bentuk analog, sedangkan kondisi digital hanya dua keadaan yang dipertanggung jawabkan. Spesifikasi penguat adalah memperoleh empat tegangan ac dan puncak- puncak sinyal dari 4 volt. Table 2.1 Asumsi dasar Op Amp Ideal Nama parameter Input arus Simbol parameter Nilai I IN 0 VOS 0 Z IN Z OUT 0 A Input tegangan offset Impedansi masukan Impedansi keluaran Gain Op Amp non inverting Op Amp non inverting memiliki sinyal masukan yang dihubungkan ke input non invertingnya, sehingga sumber input terlihat seperti impedansi tak terbatas. Tidak ada tegangan offset masukan karena VOS = VE = 0. Oleh karena itu input negatif harus berada pada tegangan yang sama dengan input positif. Keluaran op amp mendorong arus RF sampai input negatif pada tegangan VIN. Tindakan ini menyebabkan VIN melalui RG.

10 Gambar 2.6 Op Amp non inverting Aturan pembagi tegangan digunakan untuk menghitung VIN, VOUT adalah Input untuk pembagi tegangan,dan VIN adalah output dari pembagi tegangan. Setelah tidak ada arus yang dapat mengalir pada salah satu Op Amp pembawa, penggunaan aturan pembagi tegangan diperbolehkan. Persamaan (2.2) ditulis dengan bantuan aturan pembagi tegangan dan aljabar manipulasi hasil persamaan (2.3) dalam bentuk parameter gain. VIN VOUT RG RG RF (2.2) VOUT RG RF R 1 F VIN RG RG (2.3) Ketika RG lebih besar dari RF, RF / RG 0 dan persamaan (2.3) dapat dikurangkan untuk persamaan (2.4) VOUT 1 (2.4) Dengan kondisi VOUT 1 dan rangkaian menjadi satu kesatuan penyangga gain. RG biasanya dihapus untuk mencapai hasil yang sama, dan ketika RG dihapus, RF juga dapat dihapus (pasti korsleting bila RF dihapus). Ketika RF dan RG dihapus, output Op Amp akan terhubung ke Input inverting dengan kawat. Beberapa Op Amp yang hancur ketika RF keluar dari rangkaian, sehingga RF yang digunakan pada banyak desain penyangga. Ketika RF disertakan dalam rangkaian penyangga, fungsinya adalah untuk melindungi masukan inverting dari

11 tegangan berlebihan untuk membatasi arus yang melalui struktur input ESD (elektro-statis discharge) (biasanya <1 ma). R F tidak pernah dibiarkan keluar dari rangkaian dalam desain amplifier arus umpan balik karena RF menentukan stabilitas arus umpan balik amplifier. Perhatikan bahwa gain hanya fungsi dari umpan balik dan gain resistor sehingga umpan balik telah mencapai fungsi untuk membuat gain yang tergantung pada parameter Op Amp. Gain tersebut diatur dengan membuat variasi rasio resistor. Nilai resistor yang sebenarnya ditentukan oleh tingkat impedansi yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan oleh desainer. Jika RF = 10 k dan RG = 10 k, gain seperti yang ditunjukkan pada persamaaan (2.4) dan jika RF = 100 k dan RG = 100 k gain juga sama Op Amp inverting Input non inverting dari rangkaian Op Amp adalah ground. Satu asumsi dibuat bahwa input tegangan error adalah nol, sehingga umpan balik terus membalik masukan dari Op Amp pada virtual ground (bukan ground sebenarnya tetapi bertindak seperti ground). Aliran arus pada input menunjukkan asumsi adalah nol, oleh karena arus yang mengalir melalui RG sama dengan saat mengalir melalui RF. Dengan menggunakan hukum kirchoff kita dapat menulis persamaan (2.5) dan tanda minus menandakan input inverting. Manipulasi aljabar menghasilkan persamaan (2.6). Gambar 2.7 Op Amp inverting

12 I1 VIN V I 2 out RG RF Vout R F VIN RG (2.5) (2.6) Perhatikan bahwa gain hanya suatu fungsi dari umpan balik, sehingga umpan balik dapat mencapai fungsinya untuk membuat gain yang sesuai dengan parameter Op Amp. Nilai-nilai resistor yang sebenarnya ditentukan oleh tingkat impedansi dari bentuk yang diinginkan desainer. Jika RF = 10 k dan RG = 10 k, gain bertanda minus seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.6) dan jika RF =100 k dan RG = 100 k, gain masih tetap bertanda minus. Tingkat impedansi dari 10 k atau 100 K menentukan aliran arus, efek kapasitansi dan beberapa hal lainnya. Tingkat impedansi tidak mengatur gain dan rasio RF/RG juga. Sinyal output adalah sinyal input yang diperkuat dan membalik. Input rangkaian impedansi diatur oleh RG karena masukan membalik yang dipertahankan pada virtual ground Rangkain penjumlah Sebuah rangkaian penjumlah dapat dibuat dengan menghubungkan input yang lebih ke Op Amp inverting. Ujung resistor terhubung ke input inverting yang terhubung dengan virtual ground oleh umpan balik, sehingga menambah masukan baru yang tidak mempengaruhi respon masukan yang ada. Gambar 2.8 Rangkaian Penjumlah

13 R R R Vout RF 1 2 N V1 V2 V N (2.7) Rangkaian Penguat diffrensial Rangkaian penguat diferensial memperkuat perbedaan antara sinyal yang diterapkan pada input. Superposisi digunakan untuk menghitung tegangan keluaran yang dihasilkan dari masing-masing tegangan masukan, dan kemudian dua tegangan keluaran ditambahkan untuk mencapai output akhir tegangan Gambar 2.9 Rangkaian Penguat Diffrential Tegangan masukan Op Amp yang dihasilkan dari sumber input, V1 dihitung dalam rumus: V V1 R2 R1 R2 Vout1 V (G ) V1 (2.8) R2 R1 R2 R3 R4 R3 (2.9) Aturan pembagi tegangan digunakan untuk menghitung tegangan V, dan gain persamaan non inverting digunakan untuk menghitung output tegangan noninverting, VOUT=1.

14 2.3 Signal Conditioning Banyak sensor yang digunakan dalam pengendalian proses dan aplikasi monitoring yang menghasilkan sinyal arus, biasanya 4 sampai 20 ma atau 0 sampai 20 ma. Sinyal input listrik yang dihasilkan oleh sensor sering tidak dalam bentuk yang dapat digunakan langsung. Conditioner signal mengubah sinyal dengan cara yang dikehendaki untuk lebih mempermudah pengukuran sinyal atau membuatnya lebih stabil. Sinyal saat ini kadang-kadang digunakan karena sensitif terhadap kesalahan seperti radiasi, noise dan tegangan yang turun karena melewati resistansi. Sistem pengkondisi sinyal harus mengkonversi sinyal arus ke sinyal tegangan. Untuk melakukan hal ini dengan mudah, yakni melewatkan sinyal arus melalui resistor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.10 berikut. Gambar 2.10 Memproses sinyal arus, biasanya 0 sampai 20 ma atau 4 sampai 20 ma, yang dikonversikan ke sinyal tegangan yang menggunakan resistor presisi Untuk mengukur tegangan V0 = I s R yang akan dihasilkan oleh resistor, dimana I s adalah arus dan R adalah resistansi. Pilih nilai resistor yang memiliki jangkauan yang dapat digunakan tegangan, dan gunakan resistor presisi tinggi dengan koefisien temperatur rendah. Pengkondisi sinyal umumnya digunakan untuk menghilangkan beban. Untuk mengetahui fungsi pengkondisi sinyal lebih luas adalah sebagai berikut.

15 Fungsi umum pengkondisi sinyal Terlepas dari jenis sensor atau transduser yang sering digunakan, peralatan pengkondisi sinyal yang tepat dapat meningkatkan kualitas dan kinerja sistem. Fungsi pengkondisi sinyal berguna untuk semua jenis sinyal, termasuk penguatan, penyaringan, dan peredaman. a. Penguatan (Amplification) Karena di dunia nyata sinyal biasanya sangat kecil ukurannya. Pengkondisi sinyal dapat meningkatkan akurasi data. Amplifier menaikkan level sinyal masukan untuk lebih cocok dengan jangkauan, sehingga dapat meningkatkan resolusi dan sensitivitas pengukuran. Amplifikasi ini diperlukan apabila output sensor terlalu rendah untuk langsung bermanfaat pada pengukuran atau pada sistem pengendali. b. Peredaman (Attenuation) Peredaman adalah kebalikan dari penguatan. Bentuk pengkondisian sinyal ini mengurangi tegangan dari sinyal input sehingga sinyal AC berada dalam jangkauan sebelum pengukuran. Peredaman diperlukan untuk pengukuran tegangan tinggi. c. Penyaringan (Filter) Pengkondisi sinyal meliputi filter yang dapat menolak noise yang tidak diinginkan dalam kisaran frekuensi tertentu. Kegunaan umum yang lain dari filter adalah untuk mencegah keterlambatan sinyal. Sebuah fenomena yang muncul ketika sinyal undersampled ( sample terlalu terlambat). Teorema Nyquist menyatakan bahwa ketika sample, sinyal analog, atau komponen sinyal apapun berada pada frekuensi yang lebih sebesar satu setengah sampling yang muncul dalam data sample merupakan sinyal frekuensi yang rendah. Hal ini dapat dihindari dengan

16 memutarbalikkan sinyal hanya dengan menghapus/ menghilangkan komponen sinyal diatas satu setengah frekuensi sampling dengan filter lowpass. d. Isolasi Grounding yang tidak tepat dari sistem adalah salah satu penyebab paling umum untuk masalah pengukuran, termasuk noise dan perangkat pengukuran yang rusak. Pengkondisi sinyal dengan isolasi dapat mencegah sebagian besar masalah ini. Perangkat tersebut melewatkan sinyal dari sumbernya ke perangkat pengukuran tanpa hubungan fisik dengan menggunakan transformator, optik, atau teknik kopling kapasitif. Selain memutuskan loop ground, isolasi blok gelombang tegangan tinggi ini dapat melindungi keduanya, operator dan alat ukur yang mahal. Karena suatu perubahan dalam hasil ukur yang sesuai dalam induktansi pada variabel induktansi sensor posisi, sebuah rangkaian elektronika dibutuhkan untuk mengukur perubahan induktansi. Dengan demikian rangkaian elektronika termaksud fungsi untuk menggerakkan kumparan sensor, mengukur induktansi dan menghaslkan sinyal output yang diinginkan. Kumparan sensor atau kumparan penginderaan biasanya diberi energi AC untuk mengendalikan tegangan dari osilator gelombang sinus. Perubahan kumparan induktasi dapat ditunjukkan dengan perubahan frekuensi osilator atau perubahan amplitudo. Untuk kompenisasi kesalahan dari variasi suhu atau sumber lain, dua atau lebih kumparan dari sensor dengan perbandingan antara mereka digunakan untuk menghasilkan output. Gambar 2.11 menunjukkan rangkaian sederhana dengan variabel induktor tunggal menghasilkan perubahan amplitudo sesuai dengan perubahan induktansi. Dalam hal ini tegangan induktor tidak nol ketika tegangan keluaran nol diinginkan. Jadi pembagi resistif digunakan untuk menyediakan offset tegangan yang sama sebagai pengukuran nol. Sebuah diffrensial amplifier dapat digunakan untuk mengurangi kedua tegangan untuk mendapatkan output berbasis nol.

17 Gambar 2.11 Perubahan dalam variabel induktansi, L, menghasilkan perubahan amplitude dari tegangan keluaran diferensial. Rangkaian yang memberikan sinyal ke primer dan didemodulasi dan kemudian sinyal dari sekunder dikuatkan disebut dengan rangkaian pengkondisi sinyal. Pengkondisi sinyal merupakan produk terpisah, biasanya memiliki fitur yang disesuaikan untuk dapat digunakan pada berbagai aplikasi yang lebih luas sesuai variasi model LVDT. Pengkondisi sinyal biasanya mencakup generator gelombang sinus selain demodulator sinkron. Kesulitan dalam merancang osilator gelombang sinus stabil adalah untuk menghasilkan distorsi rendah bentuk gelombang sinus pada berbagai frekuensi yang dipilih pada waktu yang sama dengan frekuensi dan amplitude yang dibuat stabil dengan waktu dan suhu. Meskipun LVDT adalah sebuah transformator listrik, itu memerlukan daya AC dari amplitudo dan frekuensi yang sangat berbeda dari jaringan listrik biasa. Tersedianya daya eksitasi untuk LVDT adalah salah satu fungsi dari beberapa fungsi dari elektronik pendukung LVDT yang juga dikenal dengan peralatan pengkondisi sinyal. Fungsi lainnya termaksud mengubah tingkat tegangan output AC yang rendah menjadi sinyal DC tingkat tinggi yang baik untuk digunakan.

PEMBUATAN SIGNAL CONDITIONING UNTUK SENSOR LVDT (LINEAR VARIABLE DIFFERENTIAL TRANSFORMER)

PEMBUATAN SIGNAL CONDITIONING UNTUK SENSOR LVDT (LINEAR VARIABLE DIFFERENTIAL TRANSFORMER) PEMBUATAN SIGNAL CONDITIONING UNTUK SENSOR LVDT (LINEAR VARIABLE DIFFERENTIAL TRANSFORMER) Masria Pane 1, Sigit Arianto 2 Bisman Perangin-angin 3, Takdir Tamba 3 1 Mahasiswa Fisika FMIPA USU Email : riya_pane@yahoo.com,

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer)

LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT (Linear Variable Differensial Transformer) LVDT merupakan sebuah transformator yang memiliki satu kumparan primer dan dua kumparan sekunder. Ketiga buah kumparan tadi, diletakkan simetris pada sebuah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV

PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV PRINSIP KERJA, CARA KERJA DAN PENERAPAN APLIKASI TRANSFORMATOR DIFFERENSIAL TUGAS PENGUKURAN TEKNIK KELOMPOK IV 1. Torang Ridho S 0806368906 2. Deni Mulia Noventianus 0906604722 3. Mohammad Adiwirabrata

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal. BAB II DASAR TEORI 2.1 Modulasi Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk memperoleh transmisi yang efisien dan handal. Pemodulasi yang merepresentasikan pesan yang akan dikirim, dan

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL

BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL BAB VI INSTRUMEN PENGKONDISI SINYAL Pengkondisian sinyal merupakan suatu konversi sinyal menjadi bentuk yang lebih sesuai yang merupakan antarmuka dengan elemen-elemen lain dalam suatu kontrol proses.

Lebih terperinci

1. Pengertian Penguat RF

1. Pengertian Penguat RF 1. Pengertian Penguat RF Secara umum penguat adalah peralatan yang menggunakan tenaga yang kecil untuk mengendalikan tenaga yang lebih besar. Dalam peralatan elektronik dibutuhkan suatu penguat yang dapat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1.

BAB 3 PERANCANGAN. Skema sistem lup tertutup dari alat yang dirancang digambarkan pada Gambar 3.1. BAB 3 PERANCANGAN 3.1 Deskripsi Umum Alat Alat yang dirancang adalah perangkat pelayangan magnetik dengan menggunakan benda berbentuk bola untuk dilayangkan pada rentang waktu tertentu. Perancangan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor/Tranduser Sensor adalah elemen yang menghasilkan suatu sinyal yang tergantung pada kuantitas yang diukur. Sedangkan tranduser adalah suatu piranti yang mengubah suatu sinyal

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1 Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM Agenda Pengantar sensor Pengubah analog ke digital Pengkondisi sinyal Pengantar sensor medan EM Transduser

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI

MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives. Oleh PUSPITA AYU ARMI MAKALAH ANALISIS SISTEM KENDALI INDUSTRI Synchronous Motor Derives Oleh PUSPITA AYU ARMI 1304432 PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 SYNCHRONOUS

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Induksi Elektromagnet Nama : Kelas/No : / - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS BOLAK-BALIK Induksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang

BAB II LANDASAN TEORI. Resistansi atau tahanan didefinisikan sebagai pelawan arus yang BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan kerangka teori yang digunakan dalam tugas akhir ini. Dimulai dengan definisi listrik dan elektromagnetik dasar, kemudian beralih ke daya nirkabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN

CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN CIRCUIT DASAR DAN PERHITUNGAN Oleh : Sunarto YB0USJ ELEKTROMAGNET Listrik dan magnet adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, setiap ada listrik tentu ada magnet dan sebaliknya. Misalnya ada gulungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Perancangan alat penelitian dilakukan di Laboratorium Elektronika, Laboratorium

Lebih terperinci

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Realisasi PLL (Phase Locked Loop) sebagai modul praktikum demodulator FM sebelumnya telah pernah dibuat oleh Rizal Septianda mahasiswa Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 Materi #6 Peralatan Ukur 2 Terdapat berbagai

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Sensor dan Tranduser Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Sensor dan Tranduser Contoh Soal Ringkasan Latihan Assessment Pada sistem pengendalian loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol.

TAKARIR. periode atau satu masa kerjanya dimana periodenya adalah nol. TAKARIR AC {Alternating Current) Adalah sistem arus listrik. Sistem AC adalah cara bekerjanya arus bolakbalik. Dimana arus yang berskala dengan harga rata-rata selama satu periode atau satu masa kerjanya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik)

Pengenalan Sistem Catu Daya (Teknik Tenaga Listrik) Prinsip dasar dari sebuah mesin listrik adalah konversi energi elektromekanik, yaitu konversi dari energi listrik ke energi mekanik atau sebaliknya dari energi mekanik ke energi listrik. Alat yang dapat

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu:

TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: TUJUAN Setelah menyelesaikan perkuliahan ini peserta mampu: Menggunakan rumus-rumus dalam rangkaian elektronika untuk menganalisis rangkaian pengkondisi sinyal pasif Menggunakan kaidah, hukum, dan rumus

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. Sistem pengukur pada umumnya terbentuk atas 3 bagian, yaitu: BAB II DASAR TEORI 2.1 Instrumentasi Pengukuran Dalam hal ini, instrumentasi merupakan alat bantu yang digunakan dalam pengukuran dan kontrol pada proses industri. Sedangkan pengukuran merupakan suatu

Lebih terperinci

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 PERTEMUAN

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengukuran resistivitas dikhususkan pada bahan yang bebentuk silinder. Rancangan alat ukur ini dibuat untuk mengukur tegangan dan arus

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR

BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR BAB II PRINSIP DASAR TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator (trafo ) merupakan piranti yang mengubah energi listrik dari suatu level tegangan AC lain melalui gandengan magnet berdasarkan prinsip induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

Lebih terperinci

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA

SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA ISSN: 1693-6930 39 SAKLAR YANG DIAKTIFKAN DENGAN GELOMBANG SUARA SEBAGAI PELENGKAP SARANA TATA SUARA Adi Wisaksono Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Medan Magnet Sumber : (Giancoli, 2001) Gambar 2.1 Penggambaran Garis Medan Magnet Sebuah Magnet Batang Arah medan magnet pada suatu titik bisa didefinisikan sebagai arah yang

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS (PEMROSESAN SINYAL ANALOG MENGGUNAKAN PENGUAT OPERASIONAL) A. PENDAHULUAN Sinyal keluaran dari sebuah tranduser atau sensor sangat kecil hampir mendekati

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan pabrik. Sehingga sensor perlu selalu dikembangkan untuk mendapatkan pengukuran yang semakin akurat.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan pabrik. Sehingga sensor perlu selalu dikembangkan untuk mendapatkan pengukuran yang semakin akurat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat dan industri di seluruh dunia akan ketersediaan pengukuran yang akurat terus-menerus meningkat. Akses pengukuran yang akurat sangat penting

Lebih terperinci

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER 52150802 (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 KONSEP AKUISISI DATA DAN KONVERSI PENGERTIAN Akuisisi data adalah pengukuran sinyal elektrik dari transduser dan peralatan

Lebih terperinci

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK

TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK TOPIK 9 ELEKTROMAGNETIK HUKUM FARADAY DAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Hukum Faraday Setelah dalam tahun 1820 Oersted memperlihatkan bahwa arus listrik dapat mempengaruhi jarum kompas, Faraday mempunyai kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ignition Coil Ignition Coil adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan tinggi diperlukan untuk menciptakan percikan yang memicu bahan bakar dalam mesin pembakaran internal,

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Ohm meter. Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ohm meter Pada dasarnya ohm meter adalah suatu alat yang di digunakan untuk mengukur hambatan listrik. Alat ukur ohmmeter dipasaran biasanya menjadi satu bagian dengan alat ukur

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO 2. SISTEM MODULASI DALAM PEMANCAR GELOMBANG RADIO Modulasi merupakan metode untuk menumpangkan sinyal suara pada sinyal radio. Maksudnya, informasi yang akan disampaikan kepada

Lebih terperinci

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali BAB III PERANCANGAN 3.1. Blok Diagram Pada dasarnya rangkaian elektronik penggerak kamera ini menggunakan beberapa rangkaian analok yang terbagi menjadi beberapa blok rangkaian utama, yaitu, rangkaian

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN Teknik pengukuran telah berperan penting sejak awal peradaban manusia, ketika pertama kali digunakan untuk mengatur transfer barang dalam perdagangan barter agar terjadi pertukaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1.1 Tinjauan Teoritis Nama lain dari Rangkaian Resonansi adalah Rangkaian Penala. Dalam bahasa Inggris-nya adalah Tuning Circuit, yaitu satu rangkaian

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang

1BAB I PENDAHULUAN. contohnya adalah baterai. Baterai memberikan kita sumber energi listrik mobile yang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dewasa ini penggunaan energi listrik berubah dari energi listrik yang statis (berasal dari pembangkitan) menjadi energi listrik yang dapat dibawa kemana saja, contohnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan 19 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Berikut merupakan diagram alur kerja yang menggambarkan tahapantahapan dalam proses rancang bangun alat pemutus daya siaga otomatis pada Peralatan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER

PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER PERCOBAAN 4 RANGKAIAN PENGUAT KLAS A COMMON EMITTER 4.1 Tujuan dan Latar Belakang Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendemonstrasikan cara kerja dari Power Amplifier kelas A common-emitter. Amplifier

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER )

PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) PERCOBAAN VII PENGUAT OPERASI ( OPERATIONAL AMPLIFIER ) A. Tujuan 1. Menyelidiki penguatan penguat operasi 2. Menyelidiki beda fase antara tegangan input dan output B. Dasar Teori Penguat operasi (operational

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS

OPERATIONAL AMPLIFIERS OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan

INSTRUMENT TRANSFORMERS. 4.1 Pendahuluan MINGGU IV Instrument Transformers Introduction Current transformers Measuring and protective current transformers Selecting core material Connection of a CT INSTRUMENT TRANSFORMERS 4.1 Pendahuluan Instrumen

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS SENSOR DAN AKTUATOR Linear Variable Differential Transformers (LVDT)

LAPORAN TUGAS SENSOR DAN AKTUATOR Linear Variable Differential Transformers (LVDT) LAPORAN TUGAS SENSOR DAN AKTUATOR Linear Variable Differential Transformers (LVDT) ANGGOTA: 1. DIEGO SENNA GERDIYOKO [12/330248/TK/39430] 2. MUHAMMAD LUTHFY K [12/333842/TK/40184] 3. WADID MUJTABA FILLAH

Lebih terperinci

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE Penguat Operasional OPAMP Penguat Operasional atau disingkat Opamp adalah merupakan suatu penguat differensial berperolehan sangat tinggi yang terkopel DC langsung, yang dilengkapi dengan umpan balik untuk

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung

BAB II DASAR TEORI. Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Bandung BAB II DASAR TEORI 2.1 Energi Listrik Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Salah satu bentuk energi adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang berkaitan dengan akumulasi arus elektron,

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

DIGITAL CLAMP AMPERE METER

DIGITAL CLAMP AMPERE METER DIGITAL CLAMP AMPERE METER Hany Ferdinando Handry Khoswanto Rudyanto Sarmiento Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya, email: {hanyf,handry}@petra.ac.id Abstract: Pengukuran besarnya

Lebih terperinci

Sensor Tekanan. Laila Katriani.

Sensor Tekanan. Laila Katriani. Sensor Tekanan Laila Katriani laila_katriani@uny.ac.id Sensor tekanan Pressure sensor (sensor tekanan) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan, yaitu dengan cara mengubah tegangan mekanis

Lebih terperinci

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII. Medan Magnet ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2015 KELAS XII gaya F. Jika panjang kawat diperpendek setengah kali semula dan kuat arus diperbesar dua kali semula, maka besar gaya yang dialami kawat adalah. Medan Magnet

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

BAB III PERANCANGAN ALAT. (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Blok Diagram Sistem Secara lengkap, blok diagram detektor logam dengan menggunakan BFO (Beat Frequency Oscilator) dapat dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1. Blok diagram sistem

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Telah direalisasikan alat pendeteksi logam yang terbuat dari induktor Perangkat terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak dimana koil datar. perangkat

Lebih terperinci

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Elektronika daya. Dasar elektronika daya Elektronika daya Dasar elektronika daya Pengertian Elektronika daya merupakan cabang ilmu elektronika yang berkaitan dengan pengolahan dan pengaturan daya listrik yang dilakukan secara elektronis Elektronika

Lebih terperinci