BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR"

Transkripsi

1 BAB IV KONDISI UMUM KOTA BOGOR 4.1. Kondisi dan Potensi Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada di bawah wilayah administratif Propinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 50 km dari pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas ha ini dihuni lebih dari jiwa yang tersebar di 6 kecamatan, 68 kelurahan, yang dibatasi oleh Kabupaten Bogor. Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja. Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Darmaga dan Kecamatan Ciomas. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin. Kota Bogor terletak pada ketinggian antara 190 sampai dengan 350 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan rata-rata mm/tahun. Tingginya curah hujan di Kota Bogor menyebabkan mendapat julukan Kota Hujan, dan terkadang salah diartikan juga sebagai daerah pengirim banjir ke Jakarta melalui dua sungai besar, yaitu Sungai Ciliwung dan Sungai Cisadane. Secara administratif, kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan pegunungan, mulai dari Gunung/Pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai huruf U. Secara topografis, kemiringan tanah di Kota Bogor berkisar antara 0-15 persen dan hanya sebagian kecil daerahnya mempunyai kemiringan antara persen. Jenis tanah di hampir seluruh wilayah adalah lotosil coklat kemerahan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dengan tekstur tanah yang halus serta bersifat agak peka terhadap erosi. Dengan ketinggian antara m diatas permukaan laut, suhu di Kota Bogor relatif sejuk, didukung frekuensi curah hujan cukup tinggi. Pada tahun 2010 curah hujan tertinggi pada bulan Februari

2 106 (806,4 mm) dan terendah pada bulan Desember (276,8 mm). Jumlah rata-rata hujan di Kota Bogor selama tahun 2010 adalah 21 hari per bulan. Berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Tahun ), fungsi Kota Bogor adalah : 1. Sebagai kota perdagangan 2. Sebagai kota industri 3. Sebagai kota permukiman 4. Wisata ilmiah 5. Kota pendidikan Dalam konteks regional, posisi straregis kota Bogor adalah : 1. Kabupaten Bogor, bahwa kota Bogor sebagai pusat pengembangan di Wilayah VII yang melayani areal kota Bogor dan areal sekitar kota Bogor. 2. Jabodetabek, bahwa kota Bogor merupakan kota yang diarahkan untuk menampung 1,5 juta jiwa pada tahun Negara, kota Bogor merupakan kota yang menampung kegiatan yang jenuh di ibukota. Dalam konteks internasional, kota Bogor merupakan pusat kegiatan-kegiatan internasional seperti konferensi antara lain Jakarta Informal Meeting untuk APEC yang dihadiri oleh para pemimpin negara dari Asia Pasifik termasuk Amerika Serikat. Dengan demikian kota Bogor harus menyiapkan dirinya menjadi kota jasa yang siap melayani kebutuhan event-event nasional/internasional yang diselenggarakan di kota Bogor. Pelayanan yang ekstra bagi pemenuhan kebutuhan warga juga menjadi tuntutan utama karena semakin berkembang dan beragamnya kebutuhan seluruh warga terhadap barang dan jasa. Implikasi dari semua ini adalah meningkatnya kebutuhan pengadaan sarana transportasi masyarakat kota, timbulnya kemacetan, meningkatnya jumlah PKL secara berlebihan, rusaknya tata kota, semakin menurunnya kualitas kebersihan kota sebagai akibat dari kelebihan penduduk dan segala aktivitasnya yang melebihi daya dukung lingkungan. Dengan posisi yang strategis sebagai salah satu penyangga ibukota serta kondisi alamnya yang relatif lebih nyaman dibanding kota penyangga lainnya, kota Bogor menjadi pilihan bagi penduduk, baik yang datang dari sekitar Bogor

3 107 maupun para perantau dari daerah lain yang menjadikan Bogor atau Jakarta sebagai sumber mencari mata pencaharian. Kondisi tersebut memberikan dampak yang luas bagi kota Bogor, baik dalam tatanan kependudukan, kemasyarakatan maupun perekonomian, dan kondisi lainnya Sejarah Kota Bogor Kota Bogor merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang telah berdiri pada abad XV (Tahun 1579) sebelum masuknya VOC. Dulu merupakan pusat Kerajaan Pajajaran, namun setelah penyerangan pasukan Banten, kota ini menjadi hancur lebur dan hampir hilang ditelan sejarah selama satu abad. Pada saat VOC menguasai Banten dan sekitarnya wilayah Bogor berada dibawah pengawasan VOC. Dalam rangka membangun wilayah kekuasaannya, Pemerintah Belanda melakukan ekspedisi dan ternyata tidak ditemukan reruntuhan bekas ibukota Pajajaran (Scipio-1687) kecuali di daerah Cikeas, Citeureup, Kedung Halang dan Parung Angsana. Selanjutnya Parung Angsana diberi nama Kampung Baru dan dari sinilah cikal bakal Bogor dibangun (Tanujiwa ). Di Kampung Baru didirikan tempat peristirahatan oleh GJ. Baron Van Imhoff (1740), yang sekarang dikenal dengan Istana Bogor dan tahun 1745 Bogor ditetapkan sebagai Kota Buitenzorg. Di sekitar tempat peristirahatan tersebut dibangun Pasar Bogor (1808) dan Kebun Raya (1817). Tahun 1904 Buitenzorg resmi menjadi pusat kedudukan dan kediaman Gubernur Jenderal dengan wilayah seluas ha, terdiri dari 2 kecamatan dan 7 desa. Dengan keputusan Gubernur Jendral Van Nederland Indie Nomor 289 tahun 1924, ditambah dengan Desa Bantar Jati dan Desa Tegal Lega seluas 951 ha sehingga luasnya menjadi ha yang diproyeksikan untuk jiwa. Perkembangan selanjutnya, pada tahun 1941, Buitenzorg secara resmi lepas dari Batavia dan mendapat otonomi sendiri. Berdasarkan UU No. 16 tahun 1950 Kota Bogor ditetapkan menjadi Kota Besar dan Kota Praja yang terbagi dalam 2 wilayah kecamatan dan 16 lingkungan. Tahun 1981 jumlah kelurahan menjadi 22 kelurahan, 5 kecamatan dan 1 perwakilan kecamatan. Terakhir berdasarkan PP. No. 44/1992 Perwakilan Kecamatan Tanah Sareal ditingkatkan statusnya menjadi

4 108 kecamatan. Saat ini terdapat 6 kecamatan dan 68 kelurahan dengan luas ha dan diproyeksikan untuk jiwa pada tahun Pemerintahan Kota Bogor terdiri dari 6 kecamatan dengan total kelurahan sejumlah 68. Pada tahun 2010 ada 758 RW serta RT. Jumlah anggota DPRD Kota Bogor adalah 45 orang dengan mayoritas anggota dari fraksi Partai Demokrat sebanyak 15 Orang. Menurut SIMPEG Kota Bogor, tahun 2010 terdapat PNS di lingkungan Pemda Kota Bogor dengan jumlah PNS tertinggi bergolongan II yaitu orang (41,93%) dan terendah pada PNS golongan IV yaitu 238 orang (7,34%). Pada tahun 2010 terdapat anggota Linmas di Kota Bogor Penduduk Dan Ketenagakerjaan Berdasarkan hasil sementara sensus penduduk 2010, jumlah penduduk Kota Bogor adalah orang dengan rincian lakilaki dan perempuan. Sex rasio Kota Bogor tahun 2010 adalah 104 dan jumlah rata-rata anggota 4 orang per rumah tangga. Kepadatan jumlah penduduk di Kota Bogor adalah orang/ km2. Kecamatan yang memiliki kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah yaitu orang/ km 2, dan kepadatan terendah ada di Kecamatan Bogor Selatan yaitu orang/ km 2. Tabel 23. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun Kecamatan Luas Penduduk (Orang) Kepadatan Penduduk (Orang/Km 2 ) 2 Km % Jumlah % Bogor Selatan 30,81 26, , Bogor Timur 10,15 8, , Bogor Utara 17,72 14, , Bogor Tengah 8,13 6, , Bogor Barat 32,85 27, , Tanah Sareal 18,84 15, ,

5 109 Tabel 24. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota Bogor Tahun 1990, 2000, dan 2010 Laju Pertumbuhan Jumlah penduduk Kecamatan Penduduk per tahun (%) Bogor Selatan ,50 2,09 Bogor Timur ,12 2,13 Bogor Utara ,93 2,57 Bogor Tengah ,55 1,07 Bogor Barat ,17 2,40 Tanah Sareal ,38 Jumlah ,25 2,38 Pada tahun 2010 di Kota Bogor terdapat orang angkatan kerja dengan 82% sudah bekerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2010 adalah 65,56% dan tingkat pengangguran 17,20%. Proporsi tertinggi penduduk bekerja di Kota Bogor, yaitu 31,38% adalah di bidang perdagangan, rumah makan dan hotel. Tabel 25. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan Utama di Kota Bogor Tahun Jenis Kegiatan Utama I. Angkatan Kerja Bekerja Penganguran II. Bukan Angkatan Kerja Sekolah, Mengurus, Rumah tangga, dan Lainnya Jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)(%) 60,38 60,04 65,56 Tingkatan Pengangguran (%) 18,52 19,04 17,20

6 Pendidikan, Kesehatan/ Keluarga Berencana Dan Agama Hasil Susenas 2010 menyatakan bahwa 98,36% penduduk Kota Bogor sudah dapat membaca dan menulis. Penduduk usia 10 tahun keatas yang menamatkan SMA/MA/SMK sebesar 31,48% sedangkan yang memiliki ijazah lebih dari tingkat SMA hanya sebesar 9,51%. Kondisi ini menunjukan bahwa usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM melalui pendidikan formal di Kota Bogor belum cukup optimal. Tabel 26. Penduduk 10 Tahun Ke atas Menurut Partisipasi Sekolah Dan Jenis Kelamin di Kota Bogor Tahun 2010 Partisipasi Sekolah Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Tidak/Belum sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Kejuruan Perguruan Tinggi Tidak Bersekolah Lagi Jumlah Pembangunan bidang kesehatan di Kota Bogor menunjukan hasil yang cukup signifikan. Ada 10 rumah sakit dengan tempat tidur yang tersebar di 6 kecamatan di Kota Bogor. Selain ada 24 Puskemas dan 28 Pustu di seluruh Kota Bogor. Untuk mendukung program Keluarga Berencana (KB), tersedia banyak fasilitas KB di seluruh wilayah Kota Bogor yang mampu melayani akseptor baru KB. Akseptor baru KB terbanyak di Kecamatan Tanah Sareal, yaitu akseptor dan terendah di Kecamatan Bogor Utara (1.984 akseptor) serta Kecamatan Bogor Barat (1.968 akseptor). Selain data pendidikan dan kesehatan, data sosial lain yang sering dimanfaatkan untuk analisis sosial adalah tentang agama. Agama mayoritas penduduk Kota Bogor adalah Islam dengan jumlah pemeluk Islam terbesar 91,78%, jumlah haji yang berasal dari Kota Bogor tahun 2010 sebanyak orang.

7 Pertanian Sektor pertanian di Kota Bogor bukan merupakan sektor ekonomi yang dominan, tetapi penggunaan lahan baik sawah maupun bukan sawah masih tetap mendapat perhatian utama pemerintah daerah Kota Bogor. Pada tahun 2010 terdapat 793 Ha lahan sawah dan Ha lahan bukan sawah di Kota Bogor. Selain padi dan palawija, tanaman holtikultura merupakan andalan sektor pertanian di Kota Bogor. Selain pertanian tanaman pangan, sektor peternakan dan perikanan juga masih cukup berkembang di Kota Bogor. Penggunaan Lahan Pertanian Sawah menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 disajikan pada Tabel 27. Dari total luas lahan sawah sebesar 793 ha, luasan lahan sawah yang beririgasi teknis adalah 295 Ha, Irigasi setengah teknis 120 ha, irigasi sederhana 370 ha, dan sawah tadah hujan 8 ha. Tabel 27. Penggunaan Lahan Pertanian Sawah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 Kecamatan Irigasi teknis Irigasi setengah teknis Irigasi sederhana Tadah Hujan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah Penggunaan Lahan Pertanian bukan sawah menurut kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 disajikan pada Tabel 28. Dari total luas lahan bukan sawah sebesar Ha ha, penggunaan untuk kebun adalah yang terbesar yaitu 964 ha, diikuti oleh penggunaan lainnya yaitu 912 ha, hutan rakyat 366 ha, kolam/empang 75 ha, perkebunan 30 ha dan sementara tidak diusahakan 28 ha.

8 112 Tabel 28. Penggunaan Lahan Pertanian bukan sawah Menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 (dalam Ha) Kecamatan Tegal/ kebun Perkebunan Hutan Rakyat Tambak Kolam/ empang Sementara tidak diusahakan lainnya Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah Penggunaan lahan pertanian bukan sawah ditujukan untuk produksi beragam komoditas seperti jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan talas. Dilihat dari nilai total produksi, ubi kayu menunjukkan produksi tertinggi sebesar ton, diikuti oleh Ubi jalar (1.332 ton), talas (957 ton), jagung (815 ton) dan kacang tanah (121 ton) dengan total produksi sebesar ton. Tabel 29. Target, Realisasi dan Produksi Tanaman Palawija (Lahan Bukan Sawah) Menurut Jenis Tanaman di Kota Bogor Tahun 2010 Tanaman Target Realisasi Produksi (Ha) (Ha) (Ton) 1. Jagung Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar Talas Jumlah Sama seperti pertanian tanaman pangan, produksi ternak juga bukan merupakan sektor unggulan di kota Bogor. Total produksi ternak besar (sapi perah, sapi potong, kerbau dan kuda) adalah 1307 ekor yang didominasi oleh jenis sapi perah sebesar 952 ekor. Total produksi ternak kecil (kambing dan domba) adalah ekor yang didominasi oleh jenis domba sebanyak ekor.

9 Tabel 30. Populasi Ternak Besar dan Ternak Kecil Menurut Jenisnya di Kota Bogor Tahun 2010 Ternak Besar (ekor) Ternak Kecil (ekor) Kecamatan Sapi Sapi Kerbau Kuda Kambing Domba perah Potong Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah Pada kelompok unggas, produksi terbesar adalah ayam kampung sebanyak ekor, diikuti oleh ayam ras potong ( ekor), itik ( ekor) dan ras petelur (4.000 ekor). Dilihat dari total produksi per kecamatan, kecamatan Bogor Selatan menunjukkan produksi tertinggi sebesar ekor dan yang terendah adalah Bogor Timur sebanyaj ekor. Tabel 31. Populasi Unggas Menurut Jenisnya di Kota Bogor Tahun 2010 Kecamatan Ayam Ras Ras Jumlah Itik kampung Petelur Potong (ekor) Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Jumlah Produksi ikan dapat dibedakan menurut tipe kolamnya. Produksi ikan kolam air tenang di Kota Bogor adalah yang tertinggi yaitu ekor, diikuti produksi ikan kolam air deras ( ekor), Ikan di sawah ( ekor) dan Ikan Keramba ( ekor) dengan total produksi ekor. Kontribusi terbesar produksi ikan adalah dari kecamatan tanah sareal sebesar 1, ekor dan yang terkecil dari Bogor Tengah yaitu ekor.

10 114 Tabel 32Produksi Ikan menurut tipe kolam di Kota Bogor Tahun 2010 Kolam air Kolam Ikan di Ikan Kecamatan Total tenang Air Deras sawah Keramba Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal , Jumlah Perindustrian, Pertambangan dan Energi Pembangunan industri di Kota Bogor diarahkan untuk mendorong terciptanya struktur ekonomi yang kuat dan berimbang sehingga dapat menjadi landasan pengembangan ekonomi daerah yang kokoh dan mandiri. Unit usaha industri di Kota Bogor masih dominan oleh industri kecil non formal. Jumlah tenaga kerja yang terserap di bidang industri selama tahun 2010 adalah orang dengan total nilai investasi sebesar lebih dari 790 milyar rupiah. Tabel 33 Potensi Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan di Kota Bogor Tahun 2010 Jenis Usaha I. Industri Besar dan Menengah Unit Usaha (buah) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp) 1. Makanan Minuman Kayu Olahan dan Rotan Pulp dan Kertas Bahan Kimia Industri dan Karet 6. Bahan Galian Non Logam Kimia

11 Jenis Usaha II. Industri Kecil Formal Unit Usaha (buah) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp) 1. Makanan Minuman Kayu Olahan dan Rotan Pulp dan Kertas Bahan Kimia Industri dan Karet Bahan Galian Non Logam Kimia III. Industri Kecil Non Formal 1. Makanan Minuman Kayu Olahan dan Rotan Pulp dan Kertas Bahan Kimia Industri dan Karet Bahan Galian Non Logam Kimia Jumlah Tabel 34. Potensi Industri Logam, Mesin, Elektronika dan Aneka di Kota Bogor Tahun 2010 Jenis Usaha Unit Usaha (buah) Tenaga Kerja (orang) I. Industri Besar dan Menengah 1. Mesin & Rekayasa Nilai Investasi (Rp) 2. Logam Alat Angkut Industri Tekstil Industri Kulit Industri Alpora Industri Elektronika

12 116 Jenis Usaha II. Industri Kecil Formal Unit Usaha (buah) Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp) 1 Mesin & Rekayasa Logam Alat Angkut Industri Tekstil Industri Kulit Industri Alpora Industri Elektronika III. Industri Kecil Non Formal 1 Mesin & Rekayasa Logam Alat Angkut Industri Tekstil Industri Kulit Industri Alpora Industri Elektronika Jumlah Untuk mengimbangi pertumbuhan pemukiman dan kebutuhan sektor ekonomi lainnya, PLN meningkatkan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan listrik di Kota Bogor. Pada tahun 2010 terdapat pelanggan listrik dengan jumlah daya tersambung sebanyak VA. Selain listrik, pemenuhan kebutuhan gas kota juga terus meningkat. Tahun 2010, jumlah pelanggan gas adalah pelanggan dengan jumlah gas yang disalurkan sebanyak m3 dan nilai sebesar Rp ,- sedangkan PDAM Tirta Pakuan selama tahun 2010 memiliki pelanggan dan menyalurkan air sebanyak m3 bernilai sebesar Rp , Perdagangan Sektor perdagangan merupakan salah satu sektor ekonomi andalan di Kota Bogor. Pada tahun 2010 jumlah realisasi eksport non migas mengalami

13 117 peningkatan sebesar 0,24%. Eksport non migas ini masih didominasi oleh komoditas pakaian jadi yaitu senilai US $ atau sekitar 48,85%. Tabel 35. Jumlah Realisasi Ekspor Non Migas Menurut Jenis Komoditi di Kota Bogor Tahun 2010 Jenis Komoditi Satuan Volume Nilai (US$) 1. Pakaian Jadi Pcs Ban Kendaraan Bermotor Unit Tekstil Meter Kera Ekor Panjang Ekor Busana Muslim Bordir Pcs Sandal Pcs Obat-obatan Farmasi Kg Makanan dan Minuman Karton Ikan Hias Ekor Kerajinan Mainan Anak dari Kayu Pcs Furniture Pcs ,9 12. Tas Pcs Kerajinan Daur Ulang Kertas Pcs Kerajinan Bordir Pcs Minyak Atsiri Kg Serpihan Kayu Gaharu & Kayu Cendana Kg Sari Mengkudu Botol Bola Kaki Pcs Jumlah , Transportasi, Komunikasi, dan Pariwisata Disektor transportasi, jasa angkutan kereta api merupakan primadona bagi penduduk Kota Bogor yang bekerja di luar kota, terutama Jakarta. Selama tahun 2010 jumlah penumpang yang terangkut oleh moda angkutan ini sebanyak orang. Penjualan tiket kereta api pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 4,27% dibanding tahun sebelumnya. Seiring perkembangan di sektor komunikasi, peran Kantor Pos dalam pengiriman surat mengalami penurunan. Namun jasa pengiriman pos ekspres dan

14 118 paket pos cenderung meningkat. Pada tahun 2010 Kantor Pos Kota Bogor mengirimkan surat/paket ke seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, jumlah wesel dan giro pos yang dikirim pun cenderung meningkat dan tahun ke tahun. Selain sektor transportasi dan komunikasi yang berkembang secara positif, Kota Bogor juga senantiasa meningkatkan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Posisi strategis Kota Bogor yang cukup dekat dengan Jakarta serta potensi wisata yang cukup beragam menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu kota tujuan wisata nasional. Pada tahun 2010 wisatawan yang mengunjungi Kota Bogor terus meningkat namun tetap didominasi oleh wisatawan domestik yaitu sebesar 97,38%. Kebun Raya Bogor merupakan tujuan utama wisata yang paling banyak dikunjungi dengan jumlah pengunjung sebanyak orang. Untuk menunjang sektor pariwisata, fasilitas perhotelan juga terus ditingkatkan Keuangan dan Harga Menurut laporan pertanggungjawaban akhir walikota Bogor tahun 2010, realisasi penerimaan daerah Kota Bogor adalah Rp ,- sedangkan pengeluarannya adalah Rp ,-. Ditinjau dari sisi harga, inflasi Kota Bogor tahun 2010 rata-rata adalah sebesar Dengan inflasi tertinggi di sektor bahan makanan. Inflasi tertinggi terjadi pada bulan Juli Tabel 36. Realisasi Penerimaan Daerah Menurut Jenis Penerimaan di Kota Bogor Tahun 2010 Jenis Penerimaan Nilai (Rp.) Penerimaan Daerah : 1. Bagian Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba Usaha Daerah Penerimaan Lain-Lain

15 119 Jenis Penerimaan Nilai (Rp.) 2. Bagian Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus (DAK) Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Provinsi Bagi Hasil Pajak Provinsi Bantuan Keuangan dari Provinsi - 3. Lain-Lain Pendapatan Yg Sah Pendapatan Hibah Pendapatan Lainnya Jumlah Penerimaan Tabel 37.Realisasi Pengeluaran Daerah Menurut Jenis Pengeluaran di Kota Bogor Tahun 2010 Jenis Penerimaan 1. Belanja Operasi a. Belanja Pegawai/Personalia b. Belanja Barang & Jasa c. Bunga - d. Subsidi - e. Hibah f. Bantuan Sosial Belanja Modal Nilai (Rp.) a. Belanja Tanah ,00 b. Belanja Peralatan dan Mesin ,00 c. Belanja Gedung dan Bangunan ,00 d. Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan ,00 e. Belanja Aset Tetap Lainnya ,00 f. Belanja Aset Lainnya - 3. Belanja Tidak Tersangka Jumlah Penerimaan

16 Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat ditinjau dari segi pendapatannya. Namun karena data pendapatan sulit diperoleh maka tingkat kesejahteraan masyarakat didekati dari sisi pengeluaran rumah tangga. Berdasarkan hasil SUSENAS 2010, rata-rata pengeluaran per kapita sebulan di Kota Bogor tahun 2010 adalah Rp ,- untuk kelompok barang makanan dan Rp ,- untuk kelompok barang non makanan. Tabel 38. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Menurut Kelompok Barang Makanan di Kota Bogor Tahun (rupiah) Makanan Padi-padian Umbi-umbian Ikan/cumi/kerang Daging Telur dan Susu Sayur-sayuran Kacang-kacangan Buah-buahan Minyak dan Lemak Bahan Minuman Bumbu-bumbuan Konsumsi Lainnya Makanan/Minuman Jadi Non Alkohol Minuman Beralkohol Tembakau dan Sirih Jumlah Jika melihat perkembangan dari tahun ke tahun, pengeluaran ratarata per kapita untuk kelompok barang makanan pada tahun 2010 mengalami penurunan sekitar 26,97% dibanding tahun 2009 dan 16,20% dibanding tahun Sementara untuk pengeluaran rata-rata per kapita kelompok barang non makanan meningkat 5,13% dibanding tahun 2009.

17 121 Tabel 39. Pengeluaran Rata-rata per Kapita Menurut Kelompok Barang Non Makanan dan Golongan Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kota Bogor Tahun 2010 (rupiah) Non Makanan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Biaya pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki dan tutup kepala Barang tahan lama Pajak, pungutan dan asuransi Keperluan Pesta dan upacara Jumlah Pendapatan Regional Secara umum keadaan ekonomi Kota Bogor dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor tahun 2010 adalah sebesar 6,01%. Sektor ekonomi di Kota Bogor tahun 2010 tetap didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 38,04%, diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar 25,57%. Tabel 40. Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Sektor * 2010** 1.Pertanian , , ,73 2.Pertambangan Dan Penggalian 192,14 207,34 223,97 3. Industri Pengolahan , , ,09 4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih , , ,13 5. Bangunan , , ,29 6. Perdagangan, Hotel, Dan , , ,94

18 122 Sektor * 2010** 7. Pengangkutan Dan , , ,94 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa , , ,02 Perusahaan 9. Jasa-Jasa , , ,15 Produk Domestik Regional Bruto , , ,26 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 41. Produk Domestik Bruto (PDRB) Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Sektor * 2010** 1.Pertanian , , ,80 2.Pertambangan dan Penggalian 120,53 121,98 123,85 3.Industri Pengolahan* , , ,75 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih , , ,94 5. Bangunan , , ,50 6. Perdagangan, Hotel, Restoran , , ,93 7.Pengangkutan dan Komunikasi , , ,72 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa , , ,41 Perusahaan 9. Jasa-Jasa , , ,29 Produk Domestik Regional Bruto , , ,18 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel 42. Laju Pertumbuhan PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun Sektor * 2010** 1. Pertanian 3,18 3,19 3,22 2. Pertambangan Dan Penggalian 1,88 1,20 3. Industri Pengolahan* 6,32 6,34 6,38 4. Listrik, Gas, Dan Air Bersih 6,82 6,87 6,95

19 Sektor * 2010** 6. Perdagangan, Hotel, Dan Restoran 5,18 5,08 4,98 7. Pengangkutan Dan Komunikasi 7,17 7,29 7,44 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 7,44 7,65 7,87 9. Jasa-Jasa 5,22 5,25 5,40 Produk Domestik Regional Bruto 5,98 6,01 6,07 *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Kemiskinan Sama seperti wilayah-wilayah lain di Indonesia, Kota Bogor juga masih bergelut dengan masalah kemiskinan, walaupun dari tahun ke tahun jumlah penduduk miskin Kota Bogor mengalami penurunan dari orang pada tahun 2009 menjadi orang pada tahun Garis kemiskinan di Kota Bogor tahun 2010 adalah RP ,-. Tabel.43. Jumlah, Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Bogor Tahun Rincian Jumlah Penduduk miskin (000 Orang) 91,710 90,20 Persentase Penduduk Miskin (%) 8,82 9,47 Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Indeks Kedalaman kemiskinan (P1) n.a 1,60 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) n.a 0,48

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum 4.1.1 Kondisi Geografis Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada dibawah wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Way Kanan 1. Jumlah penduduk dan keadaan ekonomi Kabupaten Way Kanan Berdasarkan Way Kanan dalam angka (2013), Kabupaten Way Kanan adalah salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS : Katalog BPS : 9302008.53 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Geografi Kabupaten Bone Bolango secara geografis memiliki batas batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Katalog BPS : 9302008.53 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 KINERJA PEREKONOMIAN NUSA TENGGARA TIMUR 2013 Anggota Tim Penyusun : Pengarah :

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Indramayu, adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, yang membentang sepanjang pesisir pantai utara P.Jawa,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Profil Kabupaten Ngawi 1. Tinjauan Grafis a. Letak Geografis Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i ii Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 INDIKATOR EKONOMI KOTA TERNATE 2015 No. Katalog : 9201001.8271 No. Publikasi : 82715.1502 Ukuran Buku : 15,5 cm

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR ANALISIS SITUASI DAN KONDISI KABUPATEN BOGOR Oleh : Drs. Adang Suptandar, Ak. MM Disampaikan Pada : KULIAH PROGRAM SARJANA (S1) DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA, IPB Selasa,

Lebih terperinci

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3

(Monografi Desa Ngijo 2011). 6,5 Sedangkan horizon B21 dalam cm: warna 5YR 3/3 61. a. Topografi dan Jenis Tanah Topografi Desa Ngijo adalah berupa dataran tinggi dengan ketinggian 105 m dpal dengan curah hujan 10 mm/tahun. Jenis tanah di Desa Ngijo adalah jenis tanah Mediteran coklat.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Barat

Profil Kabupaten Aceh Barat Ibukota Batas Daerah Profil Kabupaten Aceh Barat : Meulaboh : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya dan Pidie Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Kabupaten Nagan Raya

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINAKAL 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINAKAL 2015 Statistik Daerah Kecamatan Binakal 2015 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINAKAL 2015 ISSN : 1858-0955 No. Publikasi: 35110.1540 Katalog BPS : 1101002.3511111 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Brebes Jawa Tengah Kabupaten Brebes merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Jawa Tengah yang berada di sepanjang pantai utara Laut Jawa letaknya

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015

STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015 STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015 BPS KOTA SERANG STATISTIK DAERAH KOTA SERANG 2015 ISSN : 2302-3716 No. Publikasi : 3673.1503 Katalog BPS : 1101002.3673 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman :

Lebih terperinci

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis 43 KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Geografis Provinsi Banten dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Banten. Wilayah Provinsi Banten berasal dari sebagian

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM BAB I PENDAHULUAN Sesuai amanat Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa kepala daerah mempunyai kewajiban menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara BAB II URAIAN SEKTORAL Uraian sektoral yang disajikan pada bab ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara penghitungan nilai tambah bruto atas

Lebih terperinci