BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu"

Transkripsi

1 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kondisi Geografis Kota Bogor adalah salah satu kota yang berada dibawah wilayah administratif Provinsi Jawa Barat dan hanya berjarak lebih kurang 60 Km dari ibu kota Indonesia, Jakarta. Kota dengan luas Km 2 ini dihuni lebih dari jiwa yang tersebar di enam kecamatan dan 68 kelurahan, dengan batas sebagai beikut: Tabel 4.1 Tabel Batas Wilayah Kota Bogor Batas Wilayah Utara Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Selatan Wilayah Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Timur Wilayah Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. Barat Wilayah Kecamatan Darmaga, dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Sumber: Kota Bogor Dalam Angka, 2010 Kota Bogor terletak diantara 106 derajat BT 106 derajat BT dan LS 6 derajat LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190 meter, maksimal 350 meter. Di Kota Bogor mengalir beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan, yaitu: Sungai Ciliwung, Cisadane,

2 22 Cipakancilan, Cidepit, Ciparigi dan Cibalok. Oleh karena adanya kondisi itu maka Kota Bogor relatif aman dari bahaya banjir Secara administratif Kota Bogor dikelilingi oleh Kabupaten Bogor dan sekaligus menjadi pusat pertumbuhan Bogor Raya dan secara geografis dikelilingi oleh bentangan pegunungan, mulai dari Gunung/Pegunungan Pancar, Megamendung, Gunung Gede, Gunung Pangrango, Gunung Salak dan Gunung Halimun yang menyerupai huruf U Kondisi Demografis Pertumbuhan penduduk Kota Bogor dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) rata-rata sebesar 1,98 persen pertahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang mencapai 4,10 persen. Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Pertumbuhan Penduduk di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%) , , , ,44 Sumber: BPS Kota Bogor, 2010 Kepadatan penduduk di Kota Bogor bervariasi antara jiwa/ km 2 hingga jiwa/ km 2.. Kecamatan Bogor Tengah menempati urutan pertama kepadatan penduduk yaitu sebesar jiwa/ km 2, hal ini disebabkan selain sebagai pusat kota, kecamatan ini memliki fasilitas yang lengkap dengan luas wilayah yang paling kecil. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk

3 23 terendah yaitu sebesar jiwa/ km 2 adalah Kecamatan Bogor Selatan, karena selain luas wilayahnya besar, fasilitas di kecamatan ini relatif rendah. Tabel 4.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 Kecamatan Jumlah Luas wilayah Kepadatan penduduk (km 2 ) penduduk Peringkat Bogor selatan , Bogor timur , Bogor utara , Bogor tengah , Bogor barat , Tanah sareal , Sumber: BPS Kota Bogor, Gambar 4.1 Peta Kota Bogor Berdasarkan Kepadatan Penduduk

4 24 Penduduk usia kerja yang berkualitas merupakan salah satu sumber daya wilayah. Sebanyak 66 persen penduduk usia produktif di Kecamatan Bogor Tengah berpendidikan SMA ke atas, hal ini menggambarkan tenaga kerja berkualitas banyak tersedia karena akses pendidikan mudah didapatkan di kecamatan ini. Sedangkan di Bogor Selatan, hanya 37 persen penduduk usia produktifnya yang berpendidikan SMA ke atas, hal ini disebabkan oleh daya tampung sekolah-sekolah di kecamatan ini lebih rendah dibandingkan kecamatankecamatan lain. Tabel 4.4 Penduduk Usia Kerja menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2010 Kecamatan Jumlah Persentase Penduduk Usia Kerja Peringkat penduduk Berpendidikan SMA ke atas kependudukan Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah sareal Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah Struktur Perekonomian Wilayah Dilihat dari Produk Domestik Regional Buto (PDRB) atas dasar harga berlaku tahun 2009, sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 38,04 persen, disusul sektor Industri Pengolahan sebesar 25,57 persen. Sektor Pertanian hanya menyumbang sebesar 0,20 persen. Sub sektor yang memberi sumbangan terbesar adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu sebesar 31,72 persen. Sub sektor terbesar industri pengolahan adalah industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki yaitu sebesar 17,89 persen. Nilai PDRB selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4

5 25 Tabel 4.5 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku 2009 (Jutaan Rupiah) No. Sektor PDRB Berlaku Distribusi Persentase 1. Pertanian ,43 (%) 0.20 a. Tanaman Bahan Makanan , b. Tanaman Perkebunan 26, c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 4.433, d. Kehutanan 0, e. Perikanan 3.169, Pertambangan&Penggalian 207, a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 b.pertambangan Non Migas 0,00 0,00 c. Penggalian 207,34 0,00 3. Industri Pengolahan ,40 25,57 a. Industri Migas 0,00 0,00 b. Industri Non Migas 3,044, ,57 1.Makanan, Minuman dan Tembakau 508, ,27 2. Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki 2,129, ,89 3. Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 43, ,36 4. Kertas dan Barang Cetakan ,00 5. Pupuk, Kimia & Brg dari Karet 363, ,05 6. Semen & Brg. Galian Bukan Logam ,00 7. Logam Dasar Besi dan Baja ,00 8. Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya ,00 4. Listrik, Gas& Air ,37 2,06 a. Listrik ,73 1,11 b. Gas Kota ,46 0,70 c. Air Bersih ,18 0,25 5. Bangunan ,28 5,49 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran ,95 38,04 a. Perdagangan Besar dan Eceran ,11 31,27 b. Hotel ,92 0,56 c. Restoran ,92 6,21 7. Pengangkutan dan Komunikasi ,35 14,45 a. Pengangkutan ,88 12,01 b. Komunikasi ,47 2,44 8. Keuangan, Persewaan& Jasa Perusahaan , a. Bank , b. Lembaga Keuangan selain Bank , c. Jasa Penunjang Keuangan 0, d. Sewa Bangunan , e. Jasa Perusahaan , Jasa-Jasa , a. Pemerintah Umum , b. Swasta ,99 2,53 PDRB , Sumber: BPS Kota Bogor, 2010

6 Analisis Hirarki Potensi Wilayah Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam wilayah tersebut melalui pemanfaatan sumber daya wilayah yang dimiliki baik sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya buatan. Perbedaan ketiga sumber daya tersebut menimbulkan perbedaan pertumbuhan pembangunan antar wilayah Hirarki Potensi Pertanian Analisis hirarki potensi pertanian menggunakan batasan administratif kecamatan sebagai satuan wilayah analisis. Komponen yang digunakan dalam penentuan hirarki potensi ini adalah luas lahan petanian sawah dan nonsawah untuk sektor petanian, jumlah ternak yang diusahakan meliputi ternak besar (sapi, kerbau dan kuda), ternak kecil (kambing dan domba) untuk sektor peternakan besar kecil dan ternak unggas (ayam kampung, ayam petelur, ayam pedaging, dan itik manila) untuk sektor peternakan unggas, serta jumlah produksi ikan yang diusahakan baik yang diusahakan di kolam air tenang, kolam air deras, sawah maupun di keramba. Nilai sektor ini dapat dilihat di lampiran 1. Tabel 4.5 menunjukkan nilai potensi yang diperingkatkan pada setiap sub sektor. Kecamatan dengan jumlah potensi terbanyak mendapat peringkat pertama dan seterusnya. Peringkat total terkecil menunjukkan bahwa kecamatan tersebut memiliki sumber daya terbanyak.

7 27 Tabel 4.6 Peringkat Potensi Pertanian menurut Kecamatan di Kota Bogor Kecamatan Pertanian Peternakan Besar Kecil Peternakan Unggas Perikanan Total Peringkat Bogor Selatan Bogor Timur ,5 Bogor Utara ,5 Bogor Tengah Bogor Barat ,5 Tanah Sareal ,5 Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah Gambar 4.2. Potensi Pertanian menurut Kecamatan di Kota Bogor Berdasarkan Tabel 4.6, kecamatan yang memiliki potensi pertanian terbesar adalah Kecamatan Bogor Selatan disusul Kecamatan Tanah Sareal dan

8 28 Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Bogor Selatan memiliki luas wilayah yang cukup besar dibanding kecamatan lainnya dan penggunaan wilayahnya masih berbasis pertanian. Luas wilayah Kecamatan Bogor Selatan sebesar 2.926,7 Km 2, dimana 46,52 persen merupakan lahan pertanian. Sedangkan Kecamaan Bogor Barat dan Kecamatan Tanah Sareal masing-masing memiliki luas wilayah sebesar Km 2 dan 2.030,7 Km 2, dimana luas lahan pertanian masing-masing sebesar 10,64 persen dan 1,01 persen. Di kecamatan Bogor Selatan telah dikembangkan padi organik di Kelurahan Mulyaharja dan budidaya anggrek di Kelurahan Cipaku. Di kecamatan Tanah Sareal dikembangkan jambu biji getas merah organik dan produk olahan talas Bogor. Kelurahan Situ Gede dan Kelurahan Sindangbarang, Kecamatan Bogor Barat, juga mengembangkan padi organik. Sedangkan. peringkat terendah adalah Kecamatan Bogor Tengah yang penggunaan lahannya sudah lebih difokuskan pada sarana perkotaan, seperti pertokoan, bank dan sebagainya, sehingga lahan pertaniannya hanya sedikit. Potensi peternakan terbesar ada di Kecamatan Tanah Sareal. Di kecamatan ini diusahakan sapi potong sebanyak 643 ekor, ekor kambing dan ekor domba. Sedangkan untuk peternakan unggas, Kecamatan Bogor Selatan menempati urutan pertama karena banyaknya unggas yang diusahakan di kecamatan ini yang meliputi ayam kampung sebanyak ekor yaitu di Kelurahan Lawanggintung, Kelurahan Muarasari dan Kelurahan Harjasari, ayam ras potong sebanyak ekor yaitu di Kelurahan Ranggamekar dan Kelurahan Bojongkerta dan itik sebanyak ekor yaitu di Kelurahan Mulyaharja.

9 29 Potensi perikanan terbesar terdapat di Kecamatan Bogor Timur karena di kecamatan ini diusahakan ikan kolam air deras dengan produksi yang cukup tinggi yaitu sebesar kg yaitu Kelurahan Katulampa yang memang terdapat bendungan besar yaitu Bendungan Katulampa Hirarki Potensi Industri Hirarki potensi industri meliputi jumlah unit usaha dan banyaknya tenaga kerja yang diserap pada industri kecil mikro, industri sedang dan industri besar di tiap-tiap wilayah kecamatan. Tabel 4.6 menunjukkan jumlah industri tenaga kerja yang terserap. Pemeringkatan didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang diserap. Tabel 4.7 Hirarki Potensi Industri menurut Kecamatan di Kota Bogor Kecamatan Industri Industri Industri Jumlah Peringkat Kecil Sedang Besar tenaga kerja industri Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah Dilihat dari Tabel 4.7, peringkat pertama diduduki oleh Kecamatan Bogor Utara baik dari sisi jumlah industri maupun tingkat penyerapan tenaga kerja. Terdapat sepuluh industri besar yang berkedudukan di Bogor Utara diantaranya yang paling besar adalah PT Busana Perkasa Garment yang memproduksi pakaian jadi mampu menyerap pekerja dan PT Cahaya Sakti Furnintraco yang memproduksi funiture mampu menyerap sebanyak pekerja. Peringkat terendah industri adalah Bogor Tengah, karena selain tidak ada industri besar

10 30 sama sekali, jumlah industri kecil dan sedangnya pun relatif sedikit dan hanya menyerap sebanyak 413 pekerja. Gambar 4.3 Potensi Industri menurut Kecamatan di Kota Bogor Hirarki Potensi Perdagangan, Hotel dan restoran Perdagangan merupakan kegiatan ekonomi utama di daerah perkotaan. Ditinjau dari struktur PDRB Kota Bogor sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dibandingkan sektorsektor lainnya yaitu sebesar 38,04 persen. Sebagai kota tujuan wisata terutama

11 31 bagi masyarakat Jakarta, perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bogor sangat potensial untuk dikembangkan. Tabel 4.8 Hirarki Potensi Perdagangan, Hotel dan Restoran Kecamatan Perdagangan Hotel Restoran Jumlah Peringkat Potensi Potensi Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah Sumber : BPS Kota Bogor Gambar 4.1. Potensi Perdagangan, Hotel dan Restoran menurut Kecamatan di Kota Bogor

12 32 Dari Tabel 4.8 ditunjukkan bahwa Kecamatan Bogor Tengah merupakan kecamatan dengan potensi perdagangan, hotel dan restoran yang tertinggi. Hal ini dikarenakan posisi Kecamatan Bogor Tengah yang merupakan pintu masuk Kota Bogor dari Jalan Tol Jagorawi serta keberadaan Terminal Antar Kota Baranangsiang. Di kecamatan ini juga terdapat Kebun Raya Bogor yang menjadi tujuan wisata utama Kota Bogor sehingga memicu munculnya fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata disekitarnya berupa pertokoan, hotel dan restoran. Kecamatan Bogor Tengah memiliki fasilitas perdagangan yang terdiri dari 7 pusat perbelanjaan/mall, banyak pertokoan, KUD, mini market dan toko kelontong. Selain itu Kecamatan Bogor Tengah juga memiliki fasilitas hotel dari kelas melati hingga hotel bintang 4. Hotel berbintang yang dekat dengan tempat wisata Kebun Raya Bogor yaitu Hotel Salak (bintang 4), Hotel Sahira, Hotel Pangrango 2 dan Hotel Santika (bintang 3), Hotel Permata (bintang 2), Hotel New Mirah dan Hotel Pangango 1 (bintang 1). Pusat perbelanjaan yang ada di Kecamatan Bogor Tengah meliputi Plaza Bogor Suyakencana, Botani Squae, Bogor Trade Mall, Bogor Junction, Taman Topi Square, Pusat Grosir Bogor, dan Plaza Jembatan Merah. Sedangkan untuk restoran dan kedai makanan pun kecamatan ini memiliki jumlah yang tidak sedikit Hirarki Ketersediaan Fasilitas Umum Analisis hirarki ketersediaan fasilitas umum menunjukkan ketersediaan dan penyebaran fasilitas-fasilitas tersebut pada masing-masing kecamatan. Secara garis besar, fasilitas umum dapat dibedakan ke dalam fasilitas sosial seperti

13 33 fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah dan fasilitas hiburan dan olahraga, fasilitas ekonomi meliputi sarana yang menunjang perekonomian seperti pasar, bank dan sebagainya, fasilitas transportasi meliputi kemudahan akses ke pusat kota dan kualitas jalan, fasilitas telekomunikasi berupa ketersediaan telepon umum, wartel, warnet dan kantor pos, dan fasilitas pemerintahan berupa kantorkantor pemerintahan seperti kantor kelurahan, kantor kecamatan dan kantor walikota. Untuk menginventarisir fasilitas yang dimiliki oleh setiap kecamatan digunakan analisis skalogram. Hasil analisis scalogram kecamatan-kecamatan di Kota Bogor dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 4.9 menunjukkan peringkat ketersediaan fasilitas umum di masing-masing kecamatan di Kota Bogor. Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa kecamatan Bogor Tengah menduduki peringkat pertama dengan jumlah fasilitas umum yang dimiliki sebanyak fasilitas. Hal ini dikarenakan Bogor Tengah merupakan sentra perekonomian Kota Bogor dimana terdapat tiga pasar besar yaitu Pasar Bogor, Pasar Kebon Kembang/Pasar Anyar dan Pasar Induk Jambu Dua, bank dan sebagainya. Tabel 4.9 Jumlah dan Peringkat Fasilitas Umum di Kota Bogor Kecamatan Jumlah Fasilitas Peringkat Fasilitas Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

14 34 Tabel 4.10 menunjukkan peringkat ketersediaan fasilitas umum menurut jenis fasilitas masing-masing kecamatan di Kota Bogor. Banyaknya fasilitas pendidikan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah, kemudian Kecamatan Tanah Sareal pada peringkat kedua dan peringkat ketiga adalah Kecamatan Bogor Utara. Banyaknya jumlah murid yang mampu ditampung oleh sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Bogor Tengah juga menyebabkan fasilitas pendidikan menduduki peringkat teratas di Kota Bogor. Demikian juga, banyaknya fasilitas transportasi dan fasilitas ekonomi yang tinggi mendukung Kecamatan Bogor Tengah menempati peringkat tertinggi dalam ketersediaan fasilitas umum. Tabel Analisis Ketersediaan Fasilitas Umum menurut Jenis Fasilitas Kota Bogor Tahun Kecamatan Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan Fasilitas Transportasi Fasilitas Ekonomi Fasilitas Pemerintahan Fasilitas Telekomunikasi Fasilitas Ibadah Fasilitas Hiburan & OR Bogor Selatan Bogor Timur 5 6 5, Bogor Utara Bogor Tengah Bogor Barat Tanah Sareal 2 2 5, Sumber: BPS Kota Bogor, 2011, diolah

15 35 Sumber : BPS Kota Bogor Gambar 4.1. Potensi Fasilitas Umum menurut Kecamatan di Kota Bogor Dari analisis hirarki diatas, dapat dilihat bahwa: Kecamatan Bogor Selatan memiliki sumber daya pertanian yang paling besar, industri yang cukup banyak, namun memiliki sumber daya manusia terendah. Luas lahan pertaniannya baik sawah maupun non sawah mencapai 1361,4 km 2 atau hampir 47 persen dari luas wilayahnya. Industri terbesar di kecamatan Bogor Selatan adalah PT Muara Krakatau yang menyerap sekitar 1786 pekerja, disusul PT Coat Rejo Industry yang memproduksi benang jahit dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 419 orang. Jika dilihat dari ketersediaan fasilitas, fasilitas yang harus mendapat perhatian yang sangat tinggi adalah peningkatan fasilitas pendidikan dan fasilitas

16 36 ekonomi. Fasilitas pendidikan sangat diperlukan untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi aspek utama dalam pengelolaan sumber daya yang tinggi, selain juga fasilitas pendidikan merupakan salah satu alasan masyarakat untuk bermukim di suatu wilayah. Fasilitas ekonomi diperlukan untuk membantu pengelolaan sumber daya selain juga sebagai daya tarik pemukiman. Kecamatan Bogor Timur memiliki sumber daya pertanian yang cukup sedikit, yaitu hanya didukung oleh sektor perikanan air deras di kelurahan Katulampa. Potensi industri di kecamatan ini didukung oleh dua perusahaan yaitu PT Unitex Tbk. yang menyerap 870 pekerja dalam memproduksi kain bahan kemeja dan PT Nutrifood yang memproduksi minuman mampu menyerap 341 tenaga kerja. Kualias sumber daya manusia di kecamatan Bogor Timur menduduki peringkat keempat. Dilihat dari sisi fasilitas, kecamatan ini menduduki hampir semua fasilitas di peringkat terakhir. Hal ini harus mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, terkait peruntukkan kecamatan Bogor Timur sebagai kawasan pemukiman. Kecamatan Bogor Utara menduduki peringkat pertama dalam potensi industri seperti telah disebutkan sebelumnya, industri yang ada di kecamatan ini mampu menyerap ratusan bahkan ribuan pekerja. Sumber daya pertanian yang ada di kecamatan ini berasal dari perikanan air tenang dan perikanan ikan keramba. Dari sisi sumber daya manusia, kecamatan Bogor Utara menduduki peringkat kedua. Hal ini tidak lepas dari fasilitas pendidikan yang menduduki peringkat ketiga. Dari segi fasilitas, fasilitas yang perlu mendapat perhatian serius adalah

17 37 fasilitas kesehatan dan fasilitas ekonomi untuk mendukung kecamatan Bogor utara sebagai wilayah pemukiman, perdagangan dan jasa Kecamatan Bogor Tengah memiliki sumber daya pertanian yang sangat sedikit di semua sub sektor pertanian. Begitu pula dengan potensi industri yang juga sedikit yaitu industri roti Bogor Permai dan Galuh Sari yang masing-masing hanya menyerap sebanyak 88 pekerja. Keunggulan kecamatan Bogor Tengah adalah pada sisi sumber daya manusia berkualitas dan fasilitas yang paling lengkap diantara kecamatan lainnya. Hal ini sesuai peruntukkan kecamatan Bogor Tengah sebagai pusat perdagangan dan jasa yang didukung perkantoran, terlihat dari banyaknya bank, hotel, pasar dan pertokoan. Industri besar yang ada di Kecamatan Bogor Barat adalah CV Pintu Mas yang memproduksi baju dan celana dan mampu menyerap sebanyak 875 pekerja. Dilihat dari segi sumber daya manusia berkualitas kecamatan ini menduduki peringkat ketiga. Dari segi fasilitas yang dimiliki, hampir semua fasilitasnya sudah memadai. Fasilitas yang masih harus ditingkatkan adalah fasilitas pendidikan dan fasilitas ekonomi agar mampu mendukung kecamatan Bogor Barat sebagai kawasan pemukiman dan mendukung pengelolaan sumber daya yang ada. Sebagai kecamatan yang terjauh dari pusat kota, fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatannya telah memadai. Fasilitas yang harus mendapat perhatian ekstra adalah fasilitas transportasi, fasilitas ekonomi, dan fasilitas telekomunikasi. Peningkatan fasilitas-fasilitas tersebut untuk menunjang kecamatan Tanah Sareal sebagai pemukiman. Kualitas penduduk kecamatan ini menduduki peringkat ke 5

18 38 namun kepadatan penduduknya menempati peingkat kedua, hal ini berarti kecamatan ini memiliki daya tarik sebagai permukiman namun kualitas penduduknya masih belum memadai. Potensi industri kecamatan ini menduduki peringkat kedua karena di kecamatan Tanah Sareal ada PT Busana Perkasa yang memproduksi pakaian jadi mampu menyerap sebanyak 1910 pekerja yaitu di Kelurahan Tanah Sareal, PT Goodyear Indonesia yang mempoduksi ban mampu menyerap sebanyak 869 pekerja, PT Troas Indah Abadi yang juga memproduksi pakaian jadi mampu menyerap 680 pekerja dan CV. Panca Karya Makmur yang memproduksi celana dari bahan denim mampu menyerap 688 pekerja bertempat di Kelurahan Kedungwaringin. 4.3 Analisis Hubungan Potensi Wilayah Untuk mengetahui hubungan antar potensi sumber daya wilayah dilakukan uji korelasi Spearman. Pengujian dilakukan antar keempat sumber daya wilayah dan antara sumber daya wilayah dengan fasilitas sosial ekonomi pemerintahan. Tabel 4.11 Hasil Uji Korelasi Spearman Variabel Nilai Koefisien Korelasi Spearman Deskripsi Potensi Pertanian dan Industri Cukup erat Potensi Pertanian dan Penduduk 0,688 Erat Potensi Pertanian dan Perdagangan 0,029 Tidak erat Potensi Pertanian dan Fasilitas 0,457 Cukup erat Industri dan Penduduk 0,086 Tidak erat Industri dan Perdagangan 0,829 Sangat Erat Industri dan Fasilitas 0,371 Cukup Erat Penduduk dan Perdagangan 0,143 Tidak Erat Penduduk dan Fasilitas 0,657 Erat Fasilitas dan Perdagangan 0,600 Erat Sumber: Data Diolah, 2011

19 39 Berdasakan koefisien korelasi rank spearman dapat dilihat beberapa hal: 1. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi petanian dengan potensi industri. Hal ini menunjukkan bahwa pada beberapa kecamatan, industri dan pertanian memiliki peringkat yang sejalan, misalnya Kecamatan Bogor Tengah peringkat industri maupun peringkat pertaniannya yang paling rendah. Begitu pula dengan Kecamatan Tanah Sareal yang menempati peringkat kedua untuk pertanian maupun industrinya. Sedangkan kecamatan lainnya memiliki potensi pertanian dan industri yang berbanding terbalik seperti Kecamatan Bogor Utara yang memiliki industri terbesar namun potensi pertaniannya hanya di peringkat ke Terdapat hubungan yang erat antara potensi petanian dengan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi. 3. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi pertanian dengan potensi perdagangan. Potensi perdagangan tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi perdagangan terendah namun potensi pertaniannya tertinggi. 4. Terdapat hubungan yang cukup erat antara potensi pertanian dengan fasilitas umum. Fasilitas umum tertinggi di Kecamatan Bogor Tengah namun potensi

20 40 pertaniannya terendah, begitupun sebaliknya di Kecamatan Bogor Selatan dengan potensi pertanian tertinggi namun fasilitas umumnya terendah. 5. Terdapat hubungan yang tidak erat antara potensi industri dengan kepadatan penduduk. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun kepadatan penduduknya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tertinggi, namun potensi industrinya terendah. 6. Terdapat hubungan yang sangat erat antara potensi industri dengan perdagangan. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun potensi perdagangannya menempati peringkat terendah. Begitu pula sebaliknya di kecamatan Bogor Tengah dengan potensi perdagangan tertinggi, namun potensi industri terendah. Hal ini menyiratkan bahwa pusat perdagangan terpisah dari pusat industri. 7. Terdapat hubungan yang erat antara potensi industri dengan fasilitas umum. Potensi industri tertinggi di Kecamatan Bogor Utara namun ketersediaan fasilitas umumnya menempati peringkat keempat. Sedangkan Kecamatan Bogor Tengah dengan fasilitas umum terlengkap namun potensi industrinya menempati peringkat terendah. Hal ini berarti potensi industri belum didukung fasilitas memadai. 8. Terdapat hubungan yang tidak erat antara kepadatan penduduk dengan perdagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan penduduk dan potensi perdagangan tertinggi, sedangkan kecamatan lainnya memiliki

21 41 potensi perdagangan cukup tinggi dan kepadatan yang rendah seperti di Kecamatan Bogor Barat. 9. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan fasilitas. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai fasilitas umum yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Selatan dengan kepadatan terendah memiliki fasilitas terendah pula. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang lengkap fasilitasnya. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara fasilitas dan kepadatan penduduk. 10. Terdapat hubungan yang erat antara kepadatan penduduk dengan pedagangan. Kecamatan Bogor Tengah dengan kepadatan tinggi mempunyai potensi pedagangan yang tinggi pula. Sebaliknya Kecamatan Bogor Timur dengan kepadatan rendah memiliki fasilitas perdagangan yang masih rendah dibandingkan kecamatan lainnya. Hal ini memnunjukkan bahwa penduduk cenderung terkonsentrasi pada daerah yang perdagangannya memadai untuk mengefisienkan perjalanan mereka, sehingga dengan tinggal di daerah dengan potensi perdagangan tinggi maka perjalanan mereka untuk memenuhi kebutuhannya semakin sedikit dan cepat. Temuan ini sesuai dengan penelitian Dianawati (2004) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ekonomi dan kepadatan penduduk. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Dusseldorf (1971) bahwa wilayah dengan fungsi pusat pelayanan adalah yang memiliki fungsi pelayanan yang tercermin dari

22 42 keterediaan fasilitas umum, fungsi pemukiman yang tercermin dari kepadatan penduduk dan fungsi ekonomi yang tercermin dari potensi perdagangan, hotel dan restoran.

ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN DI KOTA BOGOR OLEH KHAIRUNNISA H

ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN DI KOTA BOGOR OLEH KHAIRUNNISA H ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN DI KOTA BOGOR OLEH KHAIRUNNISA H14114009 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 RINGKASAN KHAIRUNNISA. Analisis Potensi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik berupa data hasil survei Potensi Desa Kota

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 51 BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis Kota Bogor 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT dan 30 30 LS 6 derajat 41 00 LS serta mempunyai ketinggian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa: a. Sektor ekonomi Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL

INDIKATOR MAKRO EKONOMI KABUPATEN TEGAL III. EKONOMI MAKRO KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013 Pembangunan ekonomi merupakan suatu hal mendasar suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi itu sendiri pada dasarnya

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Geografis Kota Bogor mempunyai luas wilayah 118 50 km 2 atau 0.27 persen dari luas propinsi Jawa barat. Secara geografis, Kota Bogor terletak diantara 106 derajat 43 30 BT-106

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product X Produk Domestik Regional Bruto 306 Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka 2013 Gross Regional Domestic Product 10.1 PRODUK DOMESTIK REGIONAL

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma Komponen Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Penerimaan Kebun Agro 34200000

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1 Tabel / Table 11.1 PDRB Kabupaten Musi Banyuasin Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku GRDP of Musi Banyuasin Regency at Current Prices by Industrial Origin (Juta Rupiah / Million Rupiahs) 1.

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13). 28 IV. KONDISI UMUM 4.1 Wilayah Kota Kota merupakan salah satu wilayah yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Kota memiliki luas wilayah sebesar 11.850 Ha yang terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan.

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) 10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR BAB III TINJAUAN UMUM KOTA BOGOR 1.1 Tinjauan Umum Kota Bogor 1.1.1 Keadaan Geografis Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106o 48 BT dan 6o 26 LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di

IV. GAMBARAN UMUM. Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu bagian dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai negara

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI

ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN. Biro Riset LMFEUI ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS SEKTOR PERTANIAN Biro Riset LMFEUI Data tahun 2007 memperlihatkan, dengan PDB sekitar Rp 3.957 trilyun, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar, yaitu Rp

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2) Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dunia cenderung bergerak lambat, sedangkan perekonomin Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan masih tetap positif, utamanya bila mampu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME PENJELASAN TEKNIS 1. Metodologi penghitungan pendapatan regional yang dipakai mengikuti buku petunjuk BPS Sistem Neraca Nasional. 2. Pengertian Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT

BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT BAB V GAMBARAN INFRASTRUKTUR JALAN, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN KETENAGAKERJAAN DI JAWA BARAT 5.1. Peran Infrastruktur dalam Perekonomian Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar Kata Pengantar KATA PENGANTAR Buku 2 Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) ini disusun untuk melengkapi buku 1 Nesparnas, terutama dalam hal penyajian data yang lebih lengkap dan terperinci. Tersedianya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI

VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI VI. ANALISIS MULTIPLIER PEMBANGUNAN JALAN TERHADAP EKONOMI 6.1. Analisis Multiplier Pembangunan Jalan Terhadap Pendapatan Faktor Produksi Pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan umumnya membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diperlukan pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

KABUPATEN BENGKULU TENGAH

KABUPATEN BENGKULU TENGAH Katalog BPS : 9302008.1709 4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BENGKULU TENGAH PDRB SEKTORAL KABUPATEN BENGKULU TENGAH TAHUN 2012 Nomor Publikasi: 1709.1002

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Salah satu cara mencapai keadaan tersebut diprioritaskan pada sektor ekonomi,

Lebih terperinci