BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan rumusan yang diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini disajikan mulai dari pratindakan sampai dengan pada akhir siklus. Dalam rencana tindakan ini mengacu pada tindakan penelitian model Kurt Lewin (1990), dimana masingmasing siklus terdiri atas 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Sebelum melakukan tindakan perencanaan peneliti terlebih dahulu yaitu melakukan tindakan pra siklus. Tindakan prasiklus diambil peneliti dari nilai hasil ulangan harian semester I tentang perubahan sifat benda. Berdasarkan kondisi awal atau prasiklus tersebut selanjutnya peneliti melakukan tahap perencanaan untuk siklus 1. Pada tahap perencanaan peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat evaluasi untuk akhir siklus, serta membuat lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran. Setelah peneliti melakukan perencanaan selanjutnya melaksanakan tahapan yang kedua yaitu tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap pelaksanaan ini terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pelaksanaan yang akan dilakukan peneliti hanya berperan sebagai observer sedangkan kegiatan pengajaran dilakukan oleh guru kelas V. Tahapan yang terakhir adalah tahap refleksi, yaitu pada tahap ini peneliti melakukan analisis data. Hasil analisis data ini yang digunakan peneliti untuk melaksanakan rencana tindakan pada siklus Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan pada semester II tahun ajaran 2014/2015. Jarak lokasi SD Negeri 3 Nambuhan dengan kota sekitar 7 km. SD Negeri 3 Nambuhan berada pada jalan utama Danyang-Kuwu. Kondisi fisik SD masih tergolong baik, tetapi hasil belajar di SD masih kurang salah satunya pada mata pelajaran IPA. Jumlah kelas di SD Negeri 3 Nambuhan ada 6 dari kelas I hingga kelas VI, selain itu terdapat pula 1 perpustakaan, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan 1 ruang kepala 36

2 37 sekolah. Jumlah guru di SD Negeri 3 Nambuhan ada 8 orang, yaitu guru kelas I sampai kelas VI, 1 guru agama Islam dan 1 guru Olah Raga. Subyek penelitian yaitu seluruh siswa kelas V dengan jumlah siswa sebanyak 25 orang yaitu 17 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki Kondisi Awal/Prasiklus Kegiatan proses pembelajaran yang paling pokok di kelas adalah adanya interaksi antara guru dan siswa. Siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar sehingga guru memiliki peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam mengelola adanya interaksi antara guru dengan siswa maka guru dituntut untuk mampu mendesain program, menguasai materi, serta mampu menentukan pemilihan model pembelajaran yang sesuai sehingga tercipta kondisi kelas yang kondusif. Dalam kegiatan proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung mengajar menggunakan model konvensional, yaitu ceramah. Pembelajaran di kelas belum terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Saat kegiatan belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar, dan hanya terjadi komunikasi satu arah. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, siswa sebagai penerima informasi secara pasif. Pembelajarannya masih sangat abstrak dan teoritis, sehingga interaksi di antara siswa masih kurang. Melihat kondisi pembelajaran yang terkesan mononton inilah berdampak pada hasil belajar siswa kelas V yang masih rendah dibawah KKM yaitu 64 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester I. Ini terlihat dari hasil belajar siswa kelas V hanya 10 siswa (40%) dari 25 siswa telah mencapai batas tuntas. Selebihnya 15 siswa (60%) belum mencapai batas tuntas Hasil Analisis Prasiklus Pada prasiklus peneliti mengambil nilai dari hasil ulangan semester I tentang perubahan sifat benda yang dilakukan sebelum melakukan tindakan siklus I. Berikut nilai hasil ulangan yang peneliti peroleh sebelum melakukan tindakan siklus I.

3 persentase 38 Tabel 4.1 Daftar Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Kelas V Semester I Tahun Ajaran 2014/2015 SD Negeri 3 Nambuhan No. Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) KKM (64) 1. < % Tidak Tuntas % Tuntas Jumlah Siswa 25 Secara lebih rinci, persentase ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V pada kondisi awal dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus 80% 60% 40% 20% 0% 60% < % Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.1 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Agar lebih mudah dalam menentukan kelompok interval nilai atau data yang sudah diperoleh, maka peneliti menggunakan pengelompokkan dalam bentuk tabel, sehingga akan lebih mudah melihat dan mengetahui tentang jangkauan skor tertinggi dan skor terendah, banyaknya kategori serta interval dari data yang ada. Dalam hal ini, peneliti menggunakan rumus menurut Sugiyono

4 39 (2011) yang menggunakan rumus K=1+3,3 log n. Adapun rumus untuk menentukan Range, banyak kategori, dan interval adalah sebagai berikut: Range / Jangkauan Banyak kategori / kelas Interval (K) = Skor tertinggi skor terendah = 1 + 3,3 log n = Range (banyak kategori) Dalam menentukan pembuatan interval nilai cara menentukan interval nilai dengan baik, peneliti menggunakan rumus untuk memudahkan mengatur jarak interval nilai sesuai hasil nilai yang diperoleh siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Log 25 = 1,397 K = 1 + 3,3 log25 K = 1 + 3,3.1,397 K = 1 + 4,6101 K = 5,6101 dibulatkan menjadi 6. Berdasarkan data hasil belajar prasiklus, setelah dilakukan analisis berdasarkan nilai hasil belajar IPA prasiklus dapat dilihat pada tabel 4.2 dibawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Interval Frekuensi Keterangan Persentase Tuntas 8% Tuntas 20% Tuntas 12% Tidak Tuntas 32% Tidak Tuntas 16% Tidak Tuntas 12% KKM 64 Tuntas 10

5 40 Tidak Tuntas 15 Jumlah Siswa 25 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 47 Berdasarkan hasil prasiklus dapat diketahui pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut rendah. Berdasarkan nilai prasiklus diatas perbandingan siswa yang belum mencapai KKM adalah 15 siswa dengan persentase sebesar 60%, sedangkan siswa yang tuntas dari KKM adalah 10 siswa atau 40 %. Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui jumlah siswa yang mencapai interval nilai sebanyak 2 orang dengan persentase 8%, jumlah siswa yang mencapai interval nilai sebanyak 5 orang dengan persentase 20%, jumlah siswa mencapai interval nilai sebanyak 3 orang dengan persentase 12%, jumlah siswa mencapai interval nilai sebanyak 8 orang dengan persentase 32%, jumlah siswa mencapai interval nilai sebanyak 4 orang dengan persentase 16%, dan jumlah siswa mencapai interval nilai sebanyak 3 orang dengan persentae 12%. Jadi, jumlah keseluruhan siswa ada 25 siswa dimana jumlah siswa dinyatakan tuntas ada 10 siswa dan tidak tuntas ada 15 siswa, dengan perolehan nilai tertinggi yaitu 80 dan terendah 47. Pada pembelajaran IPA ini, guru masih menggunakan metode konvensional, sehingga masih ada 15 siswa yang belum mencapai nilai batas tuntas KKM. Peneliti berinisiatif untuk mengadakan penelitian tindakan kelas demi membantu meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match pada pembelajaran IPA Gaya Magnet. Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada prasiklus dapat dilihat pada gambar 4.2 dibawah ini:

6 Frekuensi 41 Nilai Prasiklus Kategori Gambar 4.2 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Prasiklus Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Berdasarkan pada patokan penilaian peneliti bahwa siswa dapat dikatakan tuntas apabila siswa mendapatkan nilai mencapai KKM 64, maka persentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria KKM maupun yang belum mencapai kriteria KKM, disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan No. Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1. < % Tidak Tuntas % Tuntas Jumlah % KKM 64 Nilai Tertinggi 80 Nilai Terendah 47 Seperti pada tabel 4.3 diatas, persentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan sebelum dilakukan tindakan, dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai

7 persentase 42 dibawah KKM sebanyak 15 siswa dengan persentase 60%. Sedangkan siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa dengan persentase 40% dari total seluruh siswa sebanyak 25 siswa. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 47, sedangkan nilai tertinggi hasil belajar siswa adalah 80. Dari tabel diatas dapat disajikan diagram persentase hasil belajar IPA siswa pada prasiklus yang belum mencapai KKM dan yang sudah mencapai KKM yaitu sebagai berikut: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus 80% 60% 40% 20% 0% 60% < % Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.3 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Prasiklus Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan 4.2 Deskriptif Data Penelitian Pelaksanaan Siklus I Pada bagian pelaksanaan siklus I terdiri dari empat sub bab yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kurt Lewin (1990). Pada bagian pelaksanaan siklus I akan diuraikan pada perencanaan tindakan apa yang akan dilakukan dan diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran selanjutnya akan diuraikan pula pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian akan diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.

8 43 1) Tahap Perencanaan Tindakan Setelah memperoleh data dari hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan pada kondisi awal, selanjutnya peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas V untuk melakukan kegiatan penelitian pada siklus I. Dalam siklus I ini peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing setiap pertemuan terdiri atas 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti dengan guru kelas V menyiapkan terlebih dahulu rencana pembelajaran dimana peneliti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) selanjutnya dikonsultasikan kepada guru kelas V untuk mengetahui apakah RPP tersebut sesuai atau tidak yang telah dibuat peneliti diterapkan di sekolah tersebut. Peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru dalam proses pembelajaran. Soal tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda berjumlah 25 butir soal, tahap pemilihan 25 soal tersebut pertama-tama diawali dengan membaca materi yang akan diajarkan sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sudah di uji validitas dan reliabilitas instrument soal dari 30 butir soal pada SD Negeri 1 Nambuhan kelas VI. Peneliti disini berperan langsung sebagai observer kegiatan siswa dan kegiatan mengajar guru. Peneliti juga bisa berkolaborasi dengan guru saat kegiatan pembelajaran, selain itu peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa yang berperan sebagai pengambil dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Materi yang dipilih dalam siklus 1 ini adalah gaya magnet. Peneliti juga mempersiapkan alat peraga atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran melalui model pembelajaran Make A Match yaitu dengan membuat kartu-kartu berpasangan yang terdiri dari kartu soal dan kartu jawaban. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan siklus I ini dilaksanakan pada tanggal 13 April 2015, dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, dan gaya magnet) dengan memilih materi yang akan diajarkan yaitu gaya magnet. Untuk indikator pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa dapat mengidentifikasi jenis, bagian dan kutub-

9 44 kutub magnet, mengelompokan benda-benda magnetis dan non magnetis, menunjukkan kekuatan gaya magnet dan mengidentifikasi sifat kemagnetan. Pada pertemuan kedua adalah siswa dapat memberikan contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dapat membuat magnet sederhana. Pemberian test formatif dilakukan di akhir siklus I untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pembelajaran dengan memberi salam, mempresensi siswa dan melakukan apersepsi dengan menunjukkan sebuah magnet dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang memacu siswa untuk aktif berfikir terkait dengan materi yang akan dipelajari serta memberikan motivasi terhadap siswa. Kemudian guru kelas menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan memberikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan langkah pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa soal pertanyaan dan kartu berupa kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang di dapatkan. Guru menjelaskan sekilas tentang gaya magnet serta melakukan tanya jawab dengan siswa agar siswa lebih memahami dan mendalami materi yang disampaikan. Pelaksanaan permainan pertama-tama yang dilakukan yaitu pembentukan kelompok. Pembentukan kelompok ini dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk melakukan pengamatan dan melakukan eksperimen untuk mengidentifikasi dalam membuktikan sifat-sifat magnet dan benda magnetis maupun non magnetis. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang berisi beberapa pertanyaan untuk dikerjakan tiap kelompok. Kemudian guru memberikan kesimpulan pada siswa mengenai hasil kerja kelompok. Guru kemudian membagi kelompok lagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan kelompok B. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran model Make A Match secara jelas dan rinci. Guru menyiapkan kartu permainan yang berupa kartu berisi soal dan kartu berisi jawaban. Kemudian

10 45 membagikan kartu pada kelompok A yang mendapatkan kartu soal secara acak dan kelompok B mendapatkan kartu jawaban secara acak pada masing-masing siswa serta menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut. Pada tahap permainan mencari pasangan kartu kondisi kelas dapat terkontrol dengan baik dan berjalan lancar dalam mencari pasangan, tetapi ada beberapa siswa yang belum mendapatkan pasangan. Siswa yang mendapatkan pasangan kartu dalam waktu yang ditentukan pasangan tersebut dinyatakan berhasil dan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal. Kemudian siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya diminta untuk mempresentasikan kartu pasangannya di depan kelas dan siswa yang lain mendengarkan temannya yang sedang presentasi dan memberikan tanggapan. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan, memperbaiki atau menambah kesimpulan materi yang telah dibahas, pada kegiatan penutup guru membimbing siswa membuat rangkuman dan melakukan refleksi. Pada pertemuan kedua pada siklus I merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama yang dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015 yaitu melanjutkan materi serta pemantapan materi melalui pelaksanaan model pembelajaran Make A Match. Kegiatan awal guru memberikan apersepsi dengan mengulas kembali sedikit materi pembelajaran yang dipelajari pada pertemuan pertama dengan melakukan tanya jawab pada siswa dan memberikan motivasi siswa. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan yaitu masih melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. Kegiatan inti guru melanjutkan penyampaian materi yang berkaitan dengan gaya magnet yaitu cara membuat magnet sederhana. Kemudian pada kegiatan elaborasi langkah pembelajaran sama dengan pertemuan pertama. Pelaksanaan pertama guru membentuk kelompok untuk berdiskusi kelompok dalam pembuatan magnet sederhana. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Guru melakukan demonstrasi pembuatan magnet sederhana, dan secara kelompok siswa melakukan eksperimen dengan bimbingan guru. Setelah

11 46 itu guru dan siswa menyimpulkan hasil eksperimen yang sudah dilakukan. Guru memberikan pertanyaan pada siswa tentang kegunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match yang sebelumnya sudah dilaksanakan pada pertemuan pertama. Guru menyiapkan kartu permainan yang akan digunakan, yaitu kartu berisi soal dan kartu yang berisi jawaban. Kemudian guru membagikan kartu pada kelompok A yang mendapatkan kartu berisi jawaban dan kelompok B yang mendapatkan kartu berisi soal pada masing-masing siswa secara acak dengan menjelaskan cara penggunaan kartu tersebut. Pada tahap permainan mencari pasangan dimulai kondisi kelas terkontrol dan teratur dalam mencari pasangan kartu dalam waktu yang sudah ditentukan. Namun masih ada beberapa siswa yang belum mendapatkan kartu pasangan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya secara berpasangan dinyatakan berhasil kemudian mempresentasikan kartunya. Siswa yang belum menemukan kartu pasangannya dinyatakan gagal. Permainan dilanjutkan kembali sampai siswa mendapatkan kartu secara berpasangan dan berhasil. Setelah semua siswa mendapatkan kartu pasangannya kemudian siswa menyimpulkan materi dengan bimbingan guru. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti. Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan pembelajaran yang sudah dilaksanakan dan melakukan refleksi. Kemudian diakhir siklus 1 guru memberikan evaluasi berupa test tulis pilihan ganda. Kemudian siswa mengerjakan test. Guru menjelaskan pada siswa tentang peraturan dalam mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru membagikan lembar test pada setiap siswa. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal (prasiklus) ke siklus I. 3) Tahap Observasi Pada siklus I peneliti mengamati aktivitas siswa sedangkan pengambilan dokumentasi foto selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran peneliti dibantu oleh 1 orang mahasiswa. Dalam kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match. Pada saat guru

12 47 menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa masih kesulitan memahami cara kegiatan tersebut, namun setelah melakukan kegiatan permainan mencari pasangan siswa mengikuti kegiatan dengan cukup baik dan ada beberapa siswa yang belum paham saat guru memberikan instruksi. Guru juga masih perlu belajar dan mengerti cara pembelajaran dengan menerapkan model Make A Match, karena saat permainan mencari kartu pasangan guru belum menguasai keadaan kelas masih terlihat beberapa siswa yang kurang aktif dalam mencari kartu pasangannya. Pada hasil obeservasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kualitas guru dalam mengajar yang sebelumnya pada kondisi awal hanya menggunakan metode konvensional yakni ceramah dan pada siklus I guru menggunakan model pembelajaran Make A Match. Melalui model pembelajaran Make A Match terjadi peningkatan hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan mengalami peningkatan meskipun masih banyak ditemukan siswa yang belum tuntas KKM. Kelemahan-kelemahan dalam model pembelajaran tersebut dapat diatasi dengan cara memberikan motivasi kepada siswa dengan menumbuhkan rasa percaya diri serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran sehingga semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran. 4) Tahap Refleksi Berdasarkan pada pembelajaran siklus I yang telah dilaksanakan hasil belajar IPA sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan siklus I ini dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Dalam pelaksanaan siklus I masih ditemukan siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM yang telah ditentukan dari pihak sekolah. Kondisi di kelas siswa yang aktif mengikuti pembelajaran belum menyeluruh. Guru harus mempersiapkan diri dalam melakukan pembelajaran dan mengkondisikan kelas supaya siswa lebih aktif secara menyeluruh. Kelemahan dari pelaksanaan pembelajaran siklus I akan digunakan peneliti dan guru kelas V untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus

13 48 II. Pada siklus II ini model pembelajaran Make A Match akan lebih ditekankan dan diharapkan adanya peningkatan hasil belajar IPA Pelaksanaan Siklus II 1) Tahap Perencanaan Tindakan Setelah melakukan kegiatan siklus 1, selanjutnya peneliti berkonsultasi dengan guru kelas V untuk melakukan kegiatan siklus II berdasarkan kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I. Pada siklus II ini dilakukan agar pada pembelajaran yang akan dilakukan pada siklus II dapat berlangsung lebih baik untuk menyempurnakan siklus I. Sama dengan halnya yang dilakukan pada siklus I, pada siklus II ini peneliti melakukan 2 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 35 menit). Pada siklus II peneliti dengan guru kelas V menyiapkan rencana pembelajaran dimana peneliti membuat RPP. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi berupa aktivitas siswa dan kegiatan mengajar guru. Sama halnya pada siklus I peneliti berperan langsung sebagai observer kegiatan dan kegiatan mengajar guru. Pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung peneliti dibantu oleh 1 mahasiswa. Materi yang dipilih oleh guru kelas V adalah kelanjutan dari siklus I yaitu pesawat sederhana. 2) Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan sikus II yang dilakukan pada tanggal 22 April Dengan kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat dengan materi pelajaran pesawat sederhana. Untuk indikator pembelajaran pertemuan pertama adalah menjelaskan pengertian pesawat sederhana, mengidentifikasi berbagai pesawat sederhana dan menggolongkan berbagai alat rumah tangga misal pengungkit (tuas), bidang miring, katrol dan roda berporos. Pada pertemuan kedua adalah mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara menggunakan pesawat sederhana misal pengungkit (tuas), bidang miring, katrol dan roda berporos. Pemberian soal tes dilakukan diakhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

14 49 Pada pertemuan pertama kegiatan awal guru membuka pelajaran dengan mengajak semua siswa untuk berdoa dengan keyakinan agama masing-masing, kemudian memberi salam, mempresensi kehadiran siswa dan melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa tentang pesawat sederhana dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada siswa untuk aktif berfikir. Guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Guru menjelaskan sekilas tentang pengertian pesawat sederhana, kemudian siswa dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing beranggotakan 5 orang untuk mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana. Siswa dengan bimbingan guru melakukan kerja kelompok untuk menggolongkan berbagai alat rumah tangga menurut jenis pesawat sederhana. Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk dikerjakan, dengan bimbingan guru siswa mengerjakan lembar kerja yang diberikan guru. Setiap kelompok menyampaikan hasil kerja kelompok, kemudian siswa dan guru menyimpulkan hasil diskusi pembelajaran. Selanjutnya guru menjelaskan kepada siswa tentang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match yaitu pembelajaran dengan cara mencari kartu pasangan. Kartu-kartu pasangan tersebut terdiri dari kartu berupa soal pertanyaan dan berupa kartu kunci jawaban, sehingga siswa harus mencari kartu pasangan yang sesuai dengan kartu yang didapatkan. Pelaksanaan pertama yaitu pembentukan kelompok. Siswa dibagi menjadi dua kelompok secara heterogen, hal tersebut dilakukan agar setiap kelompok dapat bekerja sama dengan baik yaitu kelompok A mendapatkan kartu berupa soal pertanyaan dan kelompok B berisi kunci jawaban. Sebelumnya guru menjelaskan kembali tentang langkah-langkah pembelajaran model Make A Match secara jelas dan lebih rinci agar siswa lebih paham dan mengerti lagi cara permainannya yang sebelumnya sudah dilakukan pada pelaksanaan siklus I. Kemudian guru membagikan kartu kartu sesuai kelompok yang sudah di bentuk secara acak serta menjelaskan cara permainannya dengan waktu yang ditentukan. Pada tahap permainan mencari kartu berpasangan dimulai, guru membimbing jalannya proses permainan dengan mengkontrol suasana kelas

15 50 menjadi lebih kondusif dan efektif. Saat mencari kartu berpasangan terdapat tiga pasangan yang belum menemukan kartu pasangan dengan waktu yang sudah ditentukan. Siswa yang mendapatkan kartu pasangannya dianggap berhasil, sedangkan siswa yang belum mendapatkan kartu pasangannya dianggap gagal. Siswa yang sudah mendapatkan kartu pasangannya maju kedepan kelas untuk mempresentasikan kartu pasangannya. Siswa yang lain diberi kesempatan untuk memberikan pertanyaan atau tanggapan. Permainan dilakukan dua kali agar materi yang diajarkan melalui pembelajaran dengan model Make A Match mudah dipahami oleh siswa. Tahap terakhir adalah memberikan kesimpulan pembelajaran yang sudah dilakukan. Pada kegiatan penutup guru melakukan refleksi dan membimbing siswa dalam membuat rangkuman sebagai tindak lanjut. Pada pertemuan kedua yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2015 proses pembelajaran sama halnya pada pertemuan pertama. Pelaksanaan pada pertemuan kedua ini siswa dibentuk dalam kelompok untuk mengidentifikasikan kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana dan cara penggunaannya. Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok. Kemudian guru dan siswa menyimpulkan hasil kerja kelompok dengan memberikan tambahan materi yang belum jelas. Guru memberikan arahan untuk melakukan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Make A Match untuk menyempurnakan hasil belajar siswa pada siklus I dengan lebih memaksimalkan proses pembelajaran agar lebih efektif lagi dan pencapaian indikator keberhasilan tercapai. Selama permainan dimulai siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yaitu dengan mencari kartu pasangannya. Selama permainan berlangsung siswa sangat antusias untuk mencari kartu pasangannya dengan waktu yang sudah ditentukan dan hasilnya pun tidak adanya kendala yang ditemui saat permainan berlangsung. Guru ikut andil dalam permainan agar suasana menjadi lebih terkontrol dan kondusif. Akhir pembelajaran siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru melakukan refleksi diakhir pembelajaran, kemudian guru memberikan evaluasi berupa tes tulis pilihan ganda siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar melalui model pembelajaran Make A Match dalam pembelajaran pada siklus II.

16 51 3) Tahap Observasi Hasil observasi pada siklus II secara keseluruhan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik antara lain menyiapkan ruang, alat dan media pembelajaran. Pada siklus II ini pemahaman guru mengenai langkahlangkah melalui model pembelajaran Make A Match sudah terlihat. Guru memeriksa kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran serta memotivasi siswa yang membuat gaduh agar tenang dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Guru juga menjelaskan aturan dalam pembelajaran IPA yang akan dilaksanakan melalui model pembelajaran Make A Match. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru sudah memotivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, menyampaikan apersepsi dengan mengulas sedikit materi yang lalu untuk mengetahui kesiapan siswa dalam melanjutkan materi, serta menjelaskan tujuan pembelajaran dan arahan agar siswa memiliki gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan. Guru menjelaskan kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran Make A Match secara lebih jelas dan rinci. Guru sudah memberi aturan-aturan secara tegas kepada siswa yang kurang sportif dalam mengikuti permainan sebelumnya agar permainan dapat berjalan lancar sesuai aturan yang telah disepakati. Pada tahap permainan mencari pasangan kondisi kelas sudah terkendali dan lebih baik lagi dari permainan sebelumnya, sehingga guru tidak kesulitan dalam mengatur jalannya permainan. Pada tahap terakhir yaitu evaluasi guru sudah membimbing siswa dalam pembuatan kesimpulan tentang materi pembelajaran, sama halnya pada akhir siklus I, diakhir siklus II guru juga memberikan evaluasi berupa test. Test tersebut bertujuan untuk mengetahui efektifitas dalam pembelajaran IPA mengenai gaya magnet dan pesawat sederhana apakah ada peningkatan hasil belajar dari kondisi awal (prasiklus), siklus I ke siklus II. Pada akhir pembelajaran guru melakukan refleksi. Berdasarkan observasi guru pelaksanan siklus II telah menunjukkan adanya peningkatan cara dan kualitas mengajar yang dilakukan oleh guru melalui

17 52 model pembelajaran Make A Match apabila dibandingkan pada siklus I. Dengan melakukan pendekatan khusus dalam pembelajaran Make A Match misalnya guru memberikan motivasi pada siswa yang kurang aktif dalam permainan dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik guru sudah mampu menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan model pembelajaran Make A Match. Pada siklus II ini peneliti juga mengamati aktivitas siswa dengan dibantu 1 mahasiswa yang berperan dalam pengambilan dokumentasi foto selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Saat pembelajaran berlangsung siswa sudah memahami langkah-langkah model pembelajaran Make A Match. Siswa terlihat antusias ketika akan mengikuti pembelajaran. Pada saat guru menjelaskan kembali langkah-langkah model pembelajaran Make A Match beberapa siswa sudah memahami dengan baik dan pada saat permainan siswa bermain dengan sportif serta aktif dengan mematuhi aturan-aturan dengan baik. Pada tahap terakhir yaitu evaluasi sama halnya pada akhir siklus I dan siklus II siswa mengerjakan soal tes yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dari kondisi awal ke siklus I, dan ke siklus II. Pada akhir pembelajaran siswa menerima refleksi dari guru. Dari observasi siswa pada siklus II ini peneliti menemukan adanya peningkatan yang baik terhadap hasil belajar IPA dibandingkan dengan kondisi awal (prasiklus) sebelum diadakan tindakan dan siklus I melalui model pembelajaran Make A Match. Dapat disimpulkan pada siklus II ini bahwa guru berhasil meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan. Hal tersebut terbukti dengan adanya peningkatan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang tuntas sesuai dengan nilai KKM yang telah ditentukan dari sekolah dan sesuai dengan indikator keberhasilan minimal yaitu 80% dari keseluruhan jumlah siswa mencapai nilai diatas KKM yaitu 64. 4) Tahap Refleksi Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas siswa dan guru yang lebih baik dari siklus I. Kelebihan tersebut antara lain :

18 53 a) Adanya rasa percaya diri siswa telah meningkat. Hal tersebut terlihat dari keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru, serta adanya keberanian siswa dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok. b) Guru dapat menguasai keadaan kelas, sehingga dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran melalui model pembelajaran Make A Match. 4.3 Hasil Analisis Data Siklus I Data Siklus I Dalam siklus I proses belajar mengajar melalui model pembelajaran Make A Match terjadi kenaikan nilai rata-rata dari prasiklus serta adanya kenaikan jumlah siswa yang telah tuntan KKM 64. Hasil evaluasi pada akhir siklus sebagai tolak ukur pemahaman siswa tentang materi gaya magnet yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 sedangkan pada kondisi awal (prasiklus) yang diperoleh dari ulangan harian sebelum diadakan siklus I nilai rata-rata hanya mencapai 62,36 dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil tes pada siklus I terdapat 7 siswa atau 28% yang mendapat nilai kurang dari KKM 64, dan 18 siswa atau 72% yang mendapat nilai diatas 64 dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah yaitu 56. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang optimal karena masih ditemukan siswa yang belum mencapai KKM dan indikator keberhasilan yang masih rendah, sehingga perlu tindakan dalam perbaikan siklus I. Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus I untuk mendapatkan range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasklus. Untuk memperjelas hasil siklus I dapat dilihat pada tabel 4.4

19 Frekuensi 54 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan No. Interval Frekuensi Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat yang berada dalam rentang skor sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor sebanyak 8 siswa, rentang skor sebanyak 4 siswa, rentang skor sebanyak 6 siswa, rentang skor sebanyak 2 siswa dan rentang skor sebanyak 2 siswa. Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus 1 dapat dilihat pada gambar 4.4 dibawah ini: Nilai Siklus Kategori Gambar 4.4 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 1 Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan

20 Analisis Ketuntasan Sikus I Dalam analisis ketuntasan siklus I disajikan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus I disajikan dalam tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan No. Nilai Setelah Tindakan Siklus I Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. < % Tidak Tuntas % Tuntas Jumlah % KKM 64 Rata Rata 68,80 Nilai Tertinggi 88 Nilai Terendah 56 Berdasarkan tabel 4.5 di atas terlihat bahwa masih banyak siswa yang nilainya masih belum tuntas atau belum memenuhi KKM yaitu 64. Hal tersebut terlihat siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM sebanyak 7 siswa dengan persentase 28% dari total keseluruhan siswa, sedangkan siswa yang mencapai KKM sebanyak 18 siswa dengan persentase 72% dari total seluruh siswa sebanyak 25. Nilai terendah hasil belajar siswa adalah 56 sedangkan nilai tertinggi hasil belajar siswa adalah 88. Rata-rata yang diperoleh pada siklus I adalah 68,80. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil tes siklus I dapat dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini:

21 persentase 56 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 80% 60% 40% 20% 0% 28% < % Tidak Tuntas Tuntas Siklus II Gambar 4.5 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 1 Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Data Siklus II Pada proses pembelajaran siklus II melalui model pembelajaran Make A Match dengan indikator keberhasilan pada siklus II dikatakan sudah berhasil karena sudah mencapai 96%. Hasil tes pada akhir siklus sebagai tolak ukur tingkat pemahaman siswa yang telah disampaikan oleh guru rata-rata yang diperoleh adalah 78,08 sedangkan pada siklus I rata-rata yang diperoleh adalah 68,80 dari siklus ini terlihat adanya peningkatan rata-rata hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 3 Nambuhan. Berdasarkan hasil tes pada siklus II terdapat 24 siswa atau 96% yang mendapat nilai diatas 64 dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 60 dari 1 siswa atau 4% yang mendapatkan nilai dibawah KKM yang telah ditetapkan disekolah. Hal ini berarti pembelajaran yang telah dilaksanakan melalui model pembelajaran Make A Match sudah baik, hal itu dikarenakan siswa dapat menguasai dan memahami materi yang diajarkan serta mendapatkan nilai yang mencapai indikator keberhasilan.

22 57 Pengolahan data hasil belajar siswa pada siklus II untuk mendapatkan range, kelas, dan interval sama dengan pengolahan data prasiklus dan siklus I. Dengan demikian peneliti ini akan mendapatkan hasil distribusi tindakan pada siklus II dapat dilihat hasil pembelajaran pada siklus II yang telah dilaksanakan pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan No. Interval Frekuensi Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat dilihat dari jumlah 25 siswa, yang berada dalam rentang skor sebanyak 3 siswa, dalam rentang skor sebanyak 4 siswa, dalam rentang skor sebanyak 7 siswa, dalam rentang skor sebanyak 2 siswa, dalam rentang skor sebanyak 6 siswa, dan dalam rentang skor sebanyak 3 siswa. Secara lebih rinci, hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar 4.6 dibawah ini:

23 Frekuensi 58 Nilai Siklus Kategori Gambar 4.6 Diagram Nilai Hasil Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Analisis Ketuntasan Siklus II Dalam analisis ketuntasan hasil belajar IPA siswa kelas V pada siklus II disajikan dalam tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan No. Nilai Siklus II Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1. < % Tidak Tuntas % Tuntas Jumlah % KKM 64 Rata-Rata 78,08 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 60

24 persentase 59 Dari hasil analisis tes siklus II, terlihat peningkatan yang maksimal dan sangat baik. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa memperoleh nilai diatas KKM yaitu 64 sebanyak 24 siswa dengan persentase 96% dengan nilai tertinggi 100, sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai nilai KKM terdapat 1 siswa yaitu dengan nilai terendah 60 dengan persentase 4%. Nilai rata-rata yang diperoleh meningkat menjadi 78,08. Secara lebih rinci, ketuntasan hasil belajar siklus II dapat dilihat pada gambar 4.7 dibawah ini: Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2 100% 80% 60% 40% 20% 0% 4% < % Tidak Tuntas Tuntas Gambar 4.7 Diagram Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus 2 Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan 4.4 Analisis Komparatif Berdasarkan hasil analisis ketuntasan yang telah dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, maka akan dilakukan analisis komparatif untuk mengukur perubahan yang terjadi pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA agar dapat terlihat dengan jelas hasil perbandingan nilai pada prasiklus dan nilai siklus I, dan siklus II. Berikut ini akan disajikan dalam tabel maupun diagram perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.

25 60 Tabel 4.8 Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan Skor Kriteria Hasil Belajar < 64 Tidak Tuntas Prasiklus Siklus I Siklus II Jumlah Persentase Jumlah Persen- Siswa Siswa tase (%) (%) Jumlah Persentase Siswa (%) 15 60% 7 28% 1 4% 64 Tuntas 10 40% 18 72% 24 96% Jumlah % % % Rata-Rata 62,36 68,80 78,08 Nilai Tertinggi Nilai Terendah KKM = 64 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa sebelum tindakan, pada kondisi awal siswa yang tuntas dalam belajar adalah 10 siswa dengan persentase 40%. Jumlah dan persentase ini berubah setelah diberikan tindakan. Terjadi peningkatan jumlah maupun persentase siswa pada siklus I yang tuntas belajar menjadi 18 siswa dengan persentase 72%. Dengan kata lain, terjadi peningkatan jumlah maupun ketuntasan belajar siswa yaitu 8 siswa setelah diberikan tindakan pada siklus 1 dengan persentase peningkatan 32%. Sebaliknya, sebelum tindakan model pembelajaran Make A Match diterapkan, siswa yang belum tuntas berjumlah 15 siswa dengan persentase 60%. Jumlah dan persentase ini mengalami penurunan menjadi 7 siswa dengan persentase 28%. Dengan kata lain, terjadi penurunan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I dibandingkan sebelum tindakan yaitu terjadi penurunan 8 siswa dengan persentase 32%. Pada siklus II dilihat jumlah siswa yang mencapai nilai sesuai KKM mengalami peningkatan yang lebih baik yaitu berjumlah 24 siswa

26 Persentase 61 dengan persentase 96%, sedangkan jumlah siswa yang belum mencapai nilai sesuai KKM mengalami penurunan yaitu hanya 1 siswa dengan persentase 4%. Hal ini membuktikan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal sebelum diberi tindakan (kondisi awal) atau prasiklus dan kondisi setelah diberi tindakan pada siklus I dan siklus II. Data tersebut disajikan dalam diagram perbandingan jumlah siswa yang tuntas sebelum tindakan (prasiklus) dan setelah tindakan pada siklus I dan siklus II disajikan pada gambar 4.8 sebagai berikut: Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus 1, Siklus 2 100% 80% 40% 60% 40% 60% 72% 96% 64 Tuntas < 64 Tidak Tuntas 20% 0% 28% 4% Prasiklus Siklus 1 Siklus 2 Gambar 4.8 Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPA Prasiklus, Siklus I dan Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri 3 Nambuhan 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian Pada proses pembelajaran sebelum adanya tindakan siklus I guru cenderung sebagai penentu jalannya proses pembelajaran. Dalam pembelajaran dikelas belum terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Saat kegiatan belajar mengajar siswa hanya sebagai pendengar dan hanya terjadi komunikasi satu arah. Guru dalam penyampaian materi, penggunaan media dan alat peraga masih kurang maksimal menyebabkan pembelajaran hanya berfokus pada buku

27 62 paket. Pengamalam siswa dalam menggali pengetahuan masih kurang, ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa masih rendah. Nilai rata-rata yang didapat siswa sebelum diadakan tindakan (kondisi awal) atau prasiklus adalah 62,36. Siswa yang mencapai nilai KKM 64 hanya ada 10 siswa (40%). Nilai tertinggi yang diperoleh pada kondisi awal atau prasiklus adalah 80 sedangkan untuk nilai terendah adalah 47. Menurut Lorna Curran (dalam Miftahul Huda,2014) pada penerapan model pembelajaran Make A Match dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokan kartu yang didapat, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian siswa lebih antusias mengikuti proses pembelajaran dan keaktifan siswa tampak sekali pada siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang didapat dengan batasan waktu yang ditentukan. Dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match ini, siswa dapat memahami materi yang dipelajari, memotivasi belajar siswa, serta pembelajarannya lebih menarik perhatian siswa untuk aktif dan kreatif sehingga siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil belajar siswa meningkat dan belajar sepanjang hayat dapat terwujud. Peningkatan hasil belajar IPA dapat dilihat dari perolehan pada test formatif pada akhir siklus I dan siklus II. 1. Siklus I Pada siklus I melalui model pembelajaran Make A Match siswa telah mencapai nilai KKM sebanyak 18 siswa (72%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 7 siswa (28%). Nilai rata-rata kelasnya adalah 68,80. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 88 sedangkan nilai terendah adalah Siklus II Pada siklus II juga melalui model pembelajaran Make A Match siswa yang telah mencapai nilai KKM sebanyak 24 siswa (96%), sedangkan yang belum mencapai nilai KKM hanya 1 siswa (4%). Nilai rata-rata kelasnya adalah

28 63 78,08. Untuk nilai tertinggi yang diperoleh adalah 100, sedangkan nilai terendah adalah 60. Meskipun masih ditemukan siswa yang belum mencapai nilai KKM namun apabila berdasarkan pada indikator keberhasilan, penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan 1 siswa yang belum mencapai nilai KKM rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan karena alasan siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran dikarenakan pola asuh orang tua yang kurang memperhatikan anak. Guru kelas menyatakan bahwa orang tua siswa tersebut kurang memperhatikan belajar anak dalam hal membaca anak tersebut masih mengeja dan membacanya kurang lancar sehingga belajarnya kurang yang mengakibatkan anak tersebut sulit memahami materi pelajaran. Hal ini terbukti dengan rendahnya nilai yang diperoleh baik prasiklus, siklus I, dan siklus II, sehingga diperlukan perhatian khusus terhadap siswa tersebut seperti memberikan tambahan jam belajar tambahan untuk memberikan pendekatan khusus pada anak tersebut dan melakukan diskusi pada orang tua atau wali tentang perkembangan anak tersebut. Namun meskipun siswa tersebut belum mencapai nilai KKM, tetapi siswa tersebut telah mengalami peningkatan hasil belajar apabila dibandingkan dari prasiklus, siklus I dan siklus II. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sri Rejeki (2010) yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V di SDN 2 Sengonwetan Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar IPA di SDN 2 Sengonwetan. Berdasarkan perolehan nilai yang didapat pada siklus I dan siklus II pembelajaran melalui model pembelajaran Make A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik yang berdampak pada peningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Semester II di SD Negeri 3 Nambuhan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan tahun ajaran 2014/2015.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian yang sesuai dengan rumusan yang telah diajukan oleh peneliti. Hasil penelitian disajikan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 5 SD Negeri Jombor Kec Tuntang Kab Semarang. Jumlah siswa kelas 5 di SD Negeri Jombor Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Prasiklus Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama 2 minggu di kelas 5 Sekolah Dasar Negeri Bugel 02 semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus, deskripsi siklus I, deskripsi siklus II. Deskripsi pra siklus membahas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Hasil belajar siswa di kelas 4 SD Negeri Kauman Lor 01 tergolong rendah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 23

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini di lakukan di SDN Watuagung 02 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang dengan subyek penelitian siswa kelas 5 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Dukuh 01 Kota Salatiga. Dalam hal ini siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Berdasarkan data hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Februari Maret April Mei

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Kegiatan Penelitian Februari Maret April Mei BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas 5 tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 06. Alamat Jalan Imam Bonjol 24 Salatiga, Kecamatan Sidorejo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Deskripsi Siklus 1 4.1.1.1. Perencanaan Tindakan 1 Pada tahapan ini, kegiatan penyusunan rencana pembelajaran dilakukan setelah diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dilaksanakan di kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Kalibeji 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang yang terletak di lingkungan rumah warga dan jauh dari pasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri 2 Kembaran Kecamatan Kalikajar Kabupaten Wonosobo terletak di Jln. Ronggolawe Dsn Kembaran, berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal ( Pra Siklus) Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 5 SD Negeri Mrisi 2 Semester 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan penelitian ini akan menguraikan antara lain: (1) kondisi awal, (2) siklus I, (3) siklus II, dan (4) pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Kondisi awal adalah kondisi belajar siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Siswa Kelas V SD Negeri Bawen 3 Kabupaten Semarang 11/12 hasil belajar IPA mengalami masalah. Materi yang disampaikan oleh guru kurang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian SD N Ngrandah 1 yang terletak di desa Ngrandah, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Tenaga pengajar yang ada di SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN Rejowinangun Utara 03 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang pada semester II tahun pelajaran 2012/

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas VB SDN 01 Ngadirejo Kecamatan Ngadirejo. Waktu penelitian dilakukan pada semester II Tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 02 Salatiga dengan jumlah siswa 17 siswa. Sebelum dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Lembaga pendidikan yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian yaitu SD Kumpulrejo 03 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 4.2

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian dilakukan dalam praktek pembelajaran di kelas V SDN Kebowan 02 Kecamatan Suruh dengan jumlah 21 siswa yang terdiri dari 10 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SD Negeri Barukan 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Barukan 01 merupakan sekolah dasar yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri 1 Pojok semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 31 orang siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SD Negeri Ampel 03 SD Negeri Ampel 03 terletak di Dukuh Ngaduman Desa Kaligentong Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sekolah ini didirikan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01 kecamatan Sidorejo Kota Salatiga dengan Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan Subjek Penelitian Siswa

Lebih terperinci

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32) 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tlogo 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Subyek yang menjadi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan 01 semester II tahun pelajaran 2015/2016, yaitu sebuah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dari hasil observasi dan hasil tes, baik tes lesan maupun tes tertulis dapat disimpulkan dan dianalisa bahwa pembelajaran dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Gambaran Sekolah Sebelum peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terlebih dahulu peneliti melakukan observasi di kelas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Data yang didapat sebelum melaksanakan penelitian, ditemukan permasalahan yang perlu diberikan solusi untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan ini akan diuraikan tentang deskripsi sebelum tindakan, deskripsi siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Tindakan Penelitian dilakukan di SD Negeri Dukuh 03 Salatiga. Subjek penelitian siswa kelas 1 SD dengan jumlah 29 siswa yang terdiri dari 15 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran daerah penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kronggen 1, yaitu di KecamatanBrati, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah. Letak SD Negeri Kronggen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Koripan 04 dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas 5 sebanyak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Kadirejo 03 Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. Jumlah siswa di kelas V berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Sumogawe Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan di kelas V yang berjumlah 29 siswa di SDN Lemahireng 2 Kecamatan Bawen tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus) Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Diskripsi Kondisi Pra Siklus Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Jimbaran yang terletak di jalan Mawar 6 Desa Jimbaran Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Uji Validitas Instrumen, dan Tingkat Kesukaran 1. Instrumen soal Uji coba instrumen soal dilakukan pada 45 responden di SD Negeri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian dilakukan dikelas 4 SD Negeri Gumawang 03 Kecamatan Pecalungan Kabupaten Batang pada pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan dapat diuraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh setiap siklus dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Subyek Penelitian Penelitian dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri 2 Candiroto semester II tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 25 siswa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanan dan observasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Pra Siklus Kondisi awal sebelum diadakannya tindakan di SD N Ringin Harjo 01 kelas 4 Pada mata pelajaran IPS menunjukkan bahwa ppembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Kelas yang di gunakan untuk penelitian adalah kelas IV yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, dengan guru kelas yang bernama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jepon yang terletak di Kelurahan Jepon, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum dilaksanakan penelitian, guru lebih banyak melakukan mengajar dengan menggunakan model konvesional yaitu ceramah. Model

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 4 pada SDN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Kopeng 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. SD Negeri Kopeng 03 terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan pretes atau uji kompetensi kondisi awal sebelum diadakan pembelajaran ternyata hasil belajarnya rendah dengan nilai rata-rata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH 24 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus (Kondisi Awal) Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1 Gambaran Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Bangsri Kecamatan Jepon Kabupaten Blora Semester Genap Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Awal Penelitian Pada pembelajaran yang guru lakukan sebagian besar materi disampaikan dengan metode ceramah. Pembelajaran hanya memberikan rumus dan media

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Tindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum diberikan pembelajaran dengan metode cooperative learning tipe STAD, langkah awal yang dilakukan adalah menguji instrument yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Wlahar dengan subjek penelitian seluruh siswa kelas 4 sebanyak 27

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 03 Karanganyar Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan dengan subjek penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai hasil pelaksanaan penelitian, perbandingan hasil penelitian antar siklus, dan pembahasan hasil penelitian yang akan disajikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Kondisi awal merupakan keadaan siswa sebelum PTK dilakukan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 2 SD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar Penelitian dan karakteristik Subjek Penelitian Bab III ini akan membahas mengenai latar dan karakteristik pada subjek penelitian ini. 3.1.1 Latar Penelitian Latar dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum SDN Mangunsari 06 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Mangunsari 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014. Alamat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 01, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Siswa SD Negeri Salatiga 01 terdiri dari kelas 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Pra Siklus SD Negeri Salatiga 12 teletak di jalan Domas Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Jumlah total Siswa di SD Negeri Salatiga 12 sebanyak 200 siswa,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas pelaksanaan siklus 1 dan pelaksanaan siklus 2. Pelaksanaan siklus 1 dan siklus 2 meliputi perencanaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam sub bab ini akan membahas tentang deskripsi kondisi awal, analisis data, analisis deskriptif komparatif, hubungan antara variabel, hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Kondisi Awal Proses pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru mengajar secara konvensional atau hanya menggunakan ceramah saja. Guru cenderung mentransfer

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Penelitian 4.1.1. Kondisi Awal Hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri Ledok 07 sebelum tindakan masih banyak siswa yang hasil belajarnya belum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian 4.1.1. Kondisi Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas I SDN 1 Tanggung, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan hasil belajar kelas I SD Negeri 4 Boloh pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2011 / 2012, banyak siswa yang kurang aktif,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sidorejo Lor 05 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Awal Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas III SD Kayuapu, semester I, yang berjumlah 27 siswa. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada tahapan ini peneliti akan menyajikan data-data hasil penelitian tindakan kelas pada masing-masing siklus yang dimulai dari pra siklus, siklus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten pasawaran dengan jumlah siswa 22 orang, laki-laki 11 dan perempuan 11 orang. B. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA kelas IV Pada Prasiklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Distribusi Ketuntasan Belajar IPA kelas IV Pada Prasiklus 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat di uraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh dari setiap tahap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SD Kanisius Gendongan dengan subjek penelitian siswa kelas 4 yang terdiri dari 32 siswa 17 siswa laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Kondisi Sekolah SDN Banyubiru 05 berada di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. SD ini terletak cukup dekat dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 01 Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Jumlah siswa kelas 5 pada SDN

Lebih terperinci

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Pra Siklus Kondisi awal merupakan kondisi sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan. Terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Proses perbaikan pembelajaran yang peneliti laksanakan dapat peneliti uraikan secara singkat tentang hasil-hasil yang diperoleh dari setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran SDN Samban 02 Penelitian ini dilakukan di SDN Samban 02 Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang. Dilihat dari letak geografisnya SDN Samban 02 terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Subyek Tindakan 3.1.1 Subyek Penelitian Subyek penelitian dilakukan di kelas V SDN 1 Kedungrejo Kecamatan Tunjungan Kabupaten Blora dengan jumlah peserta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan tes uji kompetensi matematika pada pokok bahasan pecahan ternyata hasilnya kurang memuaskan. Begitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Sekolah Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN 2 Ngaren, yang terletak di desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten, pada semester II tahun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas IV SDN Kumpulrejo 03 kecamatan Argomulyo kota Salatiga. Waktu penelitian dilakukan pada awal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi Prasiklus/kondisi awal, deskripsi siklus I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekolah Dasar Negeri Mangunsari 01 Salatiga yang merupakan salah satu SD dengan subjek penelitian siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Ngambakrejo 03 kelas V semester II Kecamatan Tanggungharjo Kabupaten Grobogan dengan jumlah siswa 24 orang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Penelitian Pra Siklus Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas IV SDN Randuacir 01 Salatiga semester 2 tahun 2013/2014 nampak

Lebih terperinci

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah % BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Pra Siklus Sebelum pelaksanaan penelitian, guru lebih banyak melakukan mengajar dengan model konvensional. Model konvensional disini berupa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Sekolah Dasar Negeri Ngastorejo Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati terletak di Desa Ngastorejo Kecamatan Jakenan. Tenaga pengajar SD

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Penelitian 3.1.1. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kelas II SD N Panerusan Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Penelitian

Lebih terperinci