BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5. Siswa menerangkan kembali penjelasan kelompoknya kepada teman yang belum memahami materi 6. Guru meminta siswa mengerjakan latihan-latihan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jumlah 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ai Rosliyani 1, Nurdinah Hanifah 2, Riana Irawati 3

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini menyajikan hasil penelitian berkenaan dengan pembelajran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti,Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan letak geografisnya lumayan jauh dari kota Salatiga meskipun begitu kondisi lingkungan SDN Dukuh 02 Salatiga biasa digolongkan cukup tenang, hal ini tidak menganggu kelacaran proses belajar mengajar,yang dikarenakan oleh letak sekolahnya terletak jauh dari kota salatiga Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu metode pembelajaran Konvensional yang biasa digunakan oleh guru, pertemuan kedua dengan menerapkan treatment pertama yaitu dengan mengunakan alat peraga, selanjutnya pada pertemuan ketiga adalah lanjutan pembelajaran menggunakan alat peraga dengan menerapkan model pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti.yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi Sifat-sifat Cahaya. Berdasarkan hasil obsevasi di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti, pada pembelajaran sebelumnya khusus mata pelajaran IPA,materi Sifat sifat Cahaya. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division ( STAD). Guru hanya menjelaskan materinya saja,guru tidak secara lansung mempraktikannya kepada siswa atau meminta siswa untuk berkerja kelompok, sehingga dalam penelitian ini guru IPA SDN Dukuh 02 41

42 Salatiga sangat mendukung penelitian dengan menerapkan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions STAD. 4.3 Kondisi Awal Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional, dengan metode ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif daripada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Melihat kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku, berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas 5 dalam menerima materi pada mata pelajaran IPA semester II. Nilai rata-rata ulangan harian pada pelajaran IPA masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (70) yaitu 67.88. Distribusi hasil belajar IPA selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini: Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 50 1 4.1 Belum tuntas 2 50 59 4 16.7 Belum tuntas 3 60 69 10 41.7 Belum tuntas 4 70 79 4 16.7 Tuntas 5 80 89 4 16.7 Tuntas 6 90 100 1 4.1 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 67.21 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 40 Mengacu pada tabel 4.1 terlihat bahwa perbandingan siswa yang mencapai KKM adalah 15 siswa atau 62.5% dan siswa yang belum mencapai KKM berjumlah 15 siswa atau 37.5%, yang diuraikan dengan

43 data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 1 siswa atau 4.1%, siswa mendapat nilai antara 50 59 sebanyak 4 siswa atau 16.7% siswa mendapat nilai antara 60 69 sebanyak 10 siswa atau 41.7%, siswa yang mendapat nilai antara 70 79 berjumlah 4 siswa, dengan persentase sebesar 16.7%, siswa yang mendapat nilai antara 80 89 berjumlah 4 siswa, dengan persentase sebesar 16.7%, serta 1 siswa mendapatkan nilai 90 94 atau dengan persentase 4.1%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah 67.21%, dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan tertinggi 90. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum diberikan tindakan disajikan pada diagram berikut ini Jumlah Siswa 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 10 4 4 4 1 1 <50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Rentang Nilai Diagram 4. 1 Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan Mengacu pada KKM = 70, maka persentase keseluruhan siswa yang mencapai kriteria ketuntasan mapun belum tuntas belajar, disajikan pada tabel berikut ini:

44 No Tabel 4.2 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Nilai KKM Sebelum Tindakan Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 1 < 70 15 62.5 Belum tuntas 2 70 9 37.5 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 67.21 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 40 Berdasarkan tabel 4.2, tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan ada 9 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 15 siswa.terlihat pula ada ketimpangan yang besar antara nilai tertinggi yaitu 90 dan nilai terendah yaitu 40.Disamping itu, dengan menghitung rata-rata kelas, diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu 70 (berdasarkan kriteria KKM yang ditetapkan sekolah). Berikut, persentase siswa yang belum ataupun telah mencapai KKM disajikan pada diagram berikut ini: 37,5 62,5 Belum Tuntas Tuntas Diagram 4.2 Persentase Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Dengan mengacu pada data sebelum tindakan hasil belajar IPA inilah, upaya-upaya tindakan perbaikan dilakukan, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan alur sebagai berikut:

45 4.1.1 Siklus I a) Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes akhir tiap siklus dengan materi yang akan diberikan. Siklus I dilaksanakan dalam satu kali tindakan, adapun materi pelajaran IPA kelas 5 pada semester II yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sifat-Sifat Cahaya. 4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan 1) Pertemuan I Pelaksanaan pertemuan siklus I dilaksanakan disesuaikan dengan jadwal pelajaran kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga.Pertemuan dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2013. Pertemuan diawali dengan memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tujuan memberikan penjelasan ini agar siswa memahami pembelajaran yang sedang dilakukan, yaitu bahwa pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan; (4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen; (5) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok; (6) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (7) pemberian kuis. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1 harusnya dilakukan seperti langkah-langkah yang tersebutkan di atas.namun demikian, ternyata dilapangan ada beberapa kendala

46 yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Pertama, pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative learning sebenarnya bukan merupakan pembelajaran yang baru pertama kali dilakukan di sekolah ini, namun demikian, karena pernah mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya, guru memutuskan untuk kembali ke model pembelajaran ceramah.karena itu, ketika mulai dilaksanakan, guru tampak sangat kaku dengan menerapkan model pembelajaran ini.dalam melaksanakan langkahlangkah pembelajaran ini, dimulai dengan pembagian siswa, pembagian siswa dalam kelompok yang heterogen tidak dapat dilakukan maksimal. Sewaktu pembagian kelompok, siswa cenderung berkelompok dengan teman kelompoknya sendiri, dimana ada kelompok siswa yang justru didominasi oleh mereka yang berprestasi dan ada siswa yang akhirnya harus berkelompok dengan sesama siswa yang kurang berprestasi. Kedua, karena tanpa pengarahan yang benar berdasarkan langkah pembelajaran cooperative learning, selama pembagian kelompok, siswa sangat gaduh.hal ini menjadikan pembelajaran menjadi tertunda dari jadwal yang direncanakan sebelumnya, karena guru harus fokus menenangkan siswa yang membuat keributan sewaktu pembagian kelompok. Ketiga, karena siswa tidak terbagi dalam kelompok yang heterogen, ada kelompok siswa yang akhirnya tidak dapat mengerjakan tugas yang diberikan setelah materi tersebut diberikan.keempat, pada akhir pelajaran, guru masih belum memberikan penghargaan dalam bentuk skor pada siswa secara individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai terbaik 2) Pertemuan II Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2013.Sama seperti pertemuan sebelumnya, sebelum pembelajaran dilakukan, guru mengingatkan pada materi yang dibahas sebelumnya, guru juga memberikan motivasi agar siswa bersemangat di dalam

47 belajar.pertemuan kedua ini diawali dengan melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran dan kemudian membagi siswa dalam beberapa kelompok; guru memberikan materi; meminta kelompok mengerjakan tugas berdasarkan materi yang diberikan; guru memberikan kuis. Sepanjang pengamatan pada pertemuan kedua siklus I ini, ada beberapa hal yang kemudian telah menjadi koreksi.pertama, untuk menghindari pembagian kelompok, dimana siswa hanya bergabung dengan teman-temannya sendiri, guru mengambil inisiatif untuk membagi siswa dalam kelompok.pembagian kelompok dilakukan dengan melihat hasil belajar siswa sebelumnya, dimana siswa yang berprestasi digabungkan dengan siswa yang kurang berprestasi.selain prestasi, guru juga menggunakan jenis kelamin siswa sebagai pembeda untuk membagi dalam kelompok.akhirnya siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana satu kelompok ada yang terdiri dari 4 orang dan ada yang 5 orang.dalam tiap kelompok ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis kelamin perempuan dan 2 atau 3 berjenis kelamin laki-laki.kedua, agar menghemat waktu dan sekaligus mencegah keributan, selama proses pembentukan kelompok, guru meminta siswa satu persatu untuk bergabung dengan kelompoknya; dan bukan seperti pada pertemuan pertama, dimana siswa dibiarkan sendiri mencari kelompoknya. Dalam pertemuan kedua ini, guru mengarahkan siswa satu persatu untuk bergabung dengan masing-masing kelompoknya. Ketiga, untuk menghindari siswa menjadi pasif dalam diskusi, guru berinisiatif untuk memberikan sub topik pada masing-masing siswa, dan meminta siswa bertanggungjawab dengan sub topik tersebutyaitu bertanggungjawab menjelaskan kepada kelompoknya.keempat, selama proses pembelajaran guru juga mengamati siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan, tetapi juga melemparkan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk dapat

48 menajwab pertanyaan. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam presentasi ini, masih terlihat bahwa siswa yang menonjol masih mendominasi menajwab pertanyaan yang diberikan kelompok dan belum memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh anggota kelompok lain. Setelah presentasi selesai dilakukan, guru meminta siswa untuk kembali ke tempat duduknya semula dan memberikan kuis. b) Pengamatan Pada pertemuan siklus I, yang diamati adalah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya, tersaji dalam tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Siklus I Aspek Kinerja Guru 1) Pra Pembelajaran 2) Memuka Pembelajaran 3) Kegiatan Inti Pembelajaran 4) Pendekatan/strategi pembelajaran 5) Pemanfaatan media/sumber Belajar 6) Penilaian proses dan hasil belajar 7) Penutup Total skor Nilai aktivitas Kriteria 47 58.75 Cukup baik Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

49 Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 85% = baik 55 69% = cukup baik <54% = kurang Skor maksimum = 40 Pada siklus I, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 47 atau persentasenya adalah 58.75%.Meskipun berada pada kategori cukup baik, namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan kurang maksimal.selama pembelajaran, siswa masih ramai dan sebagian besar siswa masih berkelompok berdasarkan teman-teman yang dikenalnya sendiri, sementara itu gurupun masih kaku dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Meskipun upaya perbaikan telah dilakukan pada pertemuan II siklus I, masih tampak bahwa dalam presentasi kelompok, siswa yang pandai mendominasi presentasi maupun tanya jawab, sedangkan siswa yang lain masih pasif dalam pembelajaran. Selain mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model pemebalajran kooperatif tipe STAD, juga diamati aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ini pada materi sifatsifat cahaya.berikut dipaparkan melalui tabel hasil aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

50 Tabel 4.4 Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus I Aspek keaktivan siswa 1) Pra Pembelajaran 2) Kegiatan Awal Pembelajara 3) Kegiatan Inti Pembelajaran 4) Pendekatan/strategi pembelajaran 5) Pemanfaatan media/sumber belajar 6) Penilaian proses dan hasil belajar 7) Penutup Total skor Nilai aktivitas Kriteria 47 47.05 Kurang Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003): Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 85% = baik 55 69% = cukup baik <54% = kurang Skor maksimum = 40 Mengacu pada lembar observasi siswa, dibantu oleh observer yang mengamati selama proses pembelajaran, diketahui bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran berada pada nilai aktivitas kurang atau 47.05 % dari total keseluruhan perolehan nilai aktivitas. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa belum menunjukkan antusiasme di dalam belajar

51 c) Hasil Tindakan Siklus I 1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar, dilakukan tes setelah pertemuan pada siklus I. Adapun hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji dalam tabel 4.5 dibawah ini. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 50 - - Belum tuntas 2 50 59 2 8.3 Belum tuntas 3 60 69 7 29.2 Belum tuntas 4 70 79 8 33.3 Tuntas 5 80 89 4 16.7 Tuntas 6 90 100 3 12.5 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 73.96 Nilai tertinggi 95 Nilai terendah 52 Berdasarkan tabel 4.5 terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM = 70) sebanyak 15 siswa atau 62.5% dari kondisi awal yang hanya mencapai 37.5%, sedangkan siswa yang belum mencapai kentuntasan belajar sebanyak 9 siswa atau sebanyak 37.5%, dari kondisi awal sebelum tindakan yaitu 62.5%. Pada kondisi awal, diketahui bahwa ada 1 siswa atau 4.1% dari total siswa yang memperoleh nilai <50. Kondisi ini berubah setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana tidak ada siswa yang mendapatkan nilai <50. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-59 juga

52 mengalami perubahan, dimana pada kondisi awal sebelum tindakan ada 4 siswa atau berada pada 16.7%, dan berkurang menjadi 2 siswa dengan persentase 8.3%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60-69, juga mengalami pengurangan jumlah, dimana pada kondisi sebelum tindakan ada 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang ini atau dengan persentase 41.7%, kemudian menjadi 4 siswa atau dengan persentase 16.7%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentangan skor 70-79 mengalami pertambahan, dimana sebelum tindakan, ssiwa yang mendapatkan nilai pada rentangan ini berjumlah 4 siswa atau 16.7%, dan berubah setelah tindakan pada siklus I menjadi 8 siswa atau 33.3%. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentangan skor 80-89 tidak mengalami perubahan baik sebelum tindakan maupun setelah tindakan pada siklus I yaitu berjumlah 4 siswa dengan persentase 16.7%. Sementara siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 90-100, mengalami pertambahan dari sebelum tindakan hanya 1 siswa atau 4.1% berubah menjadi 3 siswa atau 12.5%. Nilai rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu 67.21 menjadi 73.96 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan nilai 52 dan nilai tertinggi adalah 95. Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut, disajikan pada diagram berikut ini Jumlah Siswa 10 5 0 8 7 4 3 2 <50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Diagram 4.3 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Berikut disajikan dalam tabel, persentase ketuntasan belajar pada siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini

53 No Tabel 4. 6 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Nilai KKM Sebelum Tindakan Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 1 < 70 9 37.5 Belum tuntas 2 70 15 62.5 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 73.96 Nilai tertinggi 95 Nilai terendah 52 Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 15 siswa atau 62.5%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 37.5%. Kondisi ini berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang berhasil lulus KKM sebanyak 15 siswa atau 62.5% dan siswa yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 9 siswa atau 37.5%. Berikut persentase hasil belajar siklus I disajikan pada diagram di bawah ini: 62,5 37,5 Belum Tuntas Tuntas Diagram 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa, setelah tindakan pada siklus I, bahkan dapat dikatakan bahwa siswa telah mengalami ketuntasan klasikal dalam belajar ( 70, yaitu

54 73.96), namun demikian, secara individual, siswa belum dikatakan tuntas, sebab, berdasarkan ketentuan, maka siswa yang mencapai ketuntasan belum mencapai 75% dari total siswa di kelas, dimana pencapaian ketuntasannya baru mencapai 62.5 Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah tindakan pada siklus I disajikan pada tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Dengan Siklus I No. Kategori Sebelum Tindakan Siklus I Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah Siswa 1 Tuntas 9 37.5 15 62.5 2 Belum Tuntas 16 62.5 9 36.5 Persentase (%) Jumlah 24 100% 24 100% Mengacu pada tabel 4.7 dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I. Meskipun, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria yaitu 75% dari total jumlah siswa. Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan tindakan pada siklus I, tersaji pada diagram berikut ini frekuensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0 15 15 9 9 Sebelum Tindakan Siklus I Tuntas Belum Tuntas Diagram 4.5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan Pada Siklus I

55 d) Refleksi Pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga, materi sifat-sifat cahaya pada siklus I ini, dikatakan belum berhasil sesuai kriteria yang ditentukan, karena persentase ketuntasan belajar siswa baru mencapai 62.5% dari 75% yang ditetapkan oleh sekolah. Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan faktor penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu: a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun berdiskusi kelompok sendiri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih pasif dalam pembelajaran. c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk berdiskusi dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga presentasi tidak didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif semata. Berdasarkan data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi, penulis melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena persentase ketuntasan belajar baru menacapai 62.5%, atau baru 15 dari 24 siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai 70. Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:

56 1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok, sehingga pembentukan kelompok tidak lagi gaduh dan situasi menjadi tidak terkendali. 2) Memandu siswa dalam melakukan diskusi maupun presentasi, agar diskusi dan presentasi tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif semata. 4.1.2. Siklus II 4.1.2.2 Pelaksanakan Tindakan 1) Pertemuan I Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat rencana pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir pertemuan siklus. a) Pelaksanaan Pada pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada beberapa hari berikutnya yaitu pada tanggal 9 April 2013. Adapun tindakan awal yang dilakukan adalah: (1) melakukan apersepsi; 1) melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cuaca dan pengaruhnya terhadap manusia; (3) menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang dilakukan; (4) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok; (5) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (6) pemberian kuis. Pada pertemuan pertama siklus II ini, kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan 1 siklus II tetap digunakan.untuk

57 menghindari hal-hal yang seperti pada pertemuan II siklus I, guru meminta siswa yang berprestasi untuk sementara menjadi pendengar, sementara siswa yang masih pasif, diminta bergantian untuk mempresentasikan hasilnya.kendala-kendala yang masih dihadapi guru pada siklus I mulai diperbaiki, yaitu guru memberikan pujian tidak saja kepada siswa yang berprestasi, tetapi juga kepada yang pasif dengan memberikan semangat dan dorongan dengan kalimat positif seperti saya percaya dan satu kelas ini percaya kamu pasti bisa, ayo gantian kamu sekarang yang presentasi. Dengan dorongan seperti itu, meskipun agak kaku, tapi siswa mulai dapat menunjukkan keberaniannya untuk mengambil tanggungjawab yang diberikan kepadanya. 2) Pertemuan II Pada pertemuan kedua ini, sama seperti pada pertemuanpertemuan sebelumnya, kegiatan belajar mengajar didahului dengan memberikan motivasi dan apersepsi, juga guru melemparkan pertanyaan-pertanyaan, dan dengan sengaja meminta kepada siswa yang minggu lalu pasif untuk memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan. Sambil memberikan kata-kata penguatan agar siswa berani untuk menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga secara tidak sengaja ada beberapa siswa yang sebelumnya pasif, berani mengajukan tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru.melihat perkembangan kelompok, dimana siswa pasif mulai diberikan kesempatan dan berani untuk mempresentasikan hasil kelompoknya, guru memutuskan untuk tetap mempertahankan kelompok yang telah dibentuk dan tidak merombak lagi atau membentuk kelompok baru. Selama proses pembelajaran, siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan ketika guru menyampaikan materi, dan selama proses diskusi

58 Siklus (presentasi) kelompok, siswa sudah bisa mendengarkan presentasi dengan tenang, dan memberikan pertanyaan dengan tepat. Juga, teman-teman kelompok yang biasanya aktif, mulai bersedia memberikan kesempatan kepada siswa yang biasanya pasif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. b) Pengamatan II Pada pertemuan 1 dan 2 siklus II, yang diamati adalah kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya, tersaji dalam tabel berikut ini Tabel 4.8 Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Aspek Kinerja Guru 1) Pra Pembelajaran 2) Membuka Pembelajaran 3) Kegiatan Inti Pembelajaran 4) Penguasaan materi pelajaran 5) Pendekatan/strat egi pembelajaran 6) Pemanfaatan media/sumber belajar 7) Penilaian proses dan hasil belajar 8) Penutup Total skor Nilai aktivitas Kriteria 71 88.75 Baik sekali

59 Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003): Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 85% = baik 55 69% = cukup baik <54% = kurang Skor maksimum = 40 Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian kinerja guru berjumlah 71 atau persentasenya adalah 88.75%, atau berada pada kategori baik sekali.dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kinerja guru menunjukkan peningkatan dalam melaksanakan pembelajaran.berikut disajikan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasilnya disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini Tabel 4.9 Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD Siklus Aspek Keaktivan Siswa Total skor Nilai aktivitas Kriteria II 1) Pra Pembelajaran 2) Kegiatan Awal Pembelajara 3) Kegiatan Inti Pembelajaran 4) Pendekatan/strategi pembelajaran 5) Pemanfaatan media/sumber belajar 6) Penilaian proses 56 82.35 Baik

60 dan hasil belajar 7) Penutup Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003): Dengan kriteria nilai sebagai berikut: >86% = baik sekali 70 85% = baik 55 69% = cukup baik <54% = kurang Skor maksimum = 40 Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian aktivitas siswa mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berjumlah 56 atau persentasenya adalah 82.35%, atau berada pada kategori baik. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa menunjukkan antusiasme di dalam belajar. c) Hasil Tindakan Siklus II 1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dilakukan tes setelah pertemuan pada siklus II. Adapun hasil belajar IPA pada materi sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji dalam tabel berikut ini

61 Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga No Nilai Siklus I Keterangan Jumlah Siswa Persentase (%) 1 < 50 - - 2 50 59 - - 3 60 69 - - 4 70 79 3 12.5 Tuntas 5 80 89 9 37.5 Tuntas 6 90 100 12 50 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 87.86 Nilai tertinggi 95 Nilai terendah 70 Berdasarkan tabel 4.10 terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada siklus I, mencapai kentuntasan belajar (KKM=70) sebanyak 15 siswa atau 62.5%, kemudian berubah menjadi 100% pada siklus II. Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa setelah dilakukan perbaikanperbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dan dilaksanakan tindakan pada siklus II, terjadi perubahan hasil belajar menjadi 37.5% dari siklus I yang hanya mencapai 62.5%. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa dengan demikian, guru berhasil menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. Berikut diuraikan perolehan hasil belajar siswa berdasarkan rentang nilai, yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara rentang nilai <50-69;3 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 70-79 dengan persentase 12.5%; 9 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 80-89 dengan persentase 37.5% dan 12 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 90-100 dengan persentase 50%. Perolehan nilai pada masing-masing rentang nilai tersebut disajikan melalui diagram berikut ini:

62 jumlah Siswa 12 10 8 6 4 2 3 9 12 0 <50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Diagram 4.6 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II Berikut disajikan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II pada tabel di bawah ini. No Tabel 4. 11 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II Nilai KKM Jumlah Siswa Siklus II Persentase (%) Keterangan 1 < 70 - - Belum tuntas 2 70 24 100 Tuntas Jumlah 24 100 Rata-rata 87. 86 Nilai tertinggi 95 Nilai terendah 70 Mengacu pada tabel 4.11 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 9 siswa dengan persentase 37.5%, meningkat menjadi 15 siswa pada siklus I dengan persentase 63.5% atau terjadi kenaikan 26%, kemudian mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau mengalami kenaikan 63.5% dibandingkan sebelum tindakan atau 37.5% setelah tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas pada siklus I yaitu 15 siswa dengan persentase

63 63.5% dan turun menjadi 9 siswa dengan persentase 37.5%, setelah diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 26%, dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa yang belum tuntas pada siklus II. Berikut ini disajikan jumlah siswa dan persentase ketuntasan belajar siswa baik siklus I maupun siklus II. Tabel 4.12 Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa No. Nilai Siklus I Siklus II Jumlah Siswa Persentase (%) Jumlah siswa Persentase (%) 1 Tuntas 15 63.5 24 100 2 Belum Tuntas 9 37.5 - - Jumlah 18 100% 24 100% Jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa disajikan dalam diagram berikut ini: 25 20 15 10 5 0 24 15 9 Siklus I Siklus II Tuntas Belum Tuntas Diagram 4.7 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar Siswa Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan keseluruahan hasil belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa mulai sebelum tindakan, siklus I hingga siklus II. Berikut disajikan perbandingannya melalui tabel berikut ini

64 Tabel 4. 13 Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II No Nilai Tuntas Belum Tuntas Jumlah Siswa % Jumlah Siswa 1 Pra Tindakan 9 37.5 15 63.5 2 Siklus I 15 63.5 9 37.5 3 Siklus II 24 100 - - Data tabel 4.13 menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.sebelum (pra) tindakan, siswa yang tuntas hasil belajar 9 siswa (37.5) dan yang tidak tuntas belajar 15 siswa (63.5%). Pada siklus I, terjadi peningkatan dimana siswa yang tuntas hasil belajar 15 siswa (63.5%), siswa yang belum tuntas belajar mencapai 9 siswa (37.5%) dari total 24 siswa, dengan nilai rata-rata pada siklus I yaitu 73.71. Pada siklus II, peningkatan hasil belajar meningkat mencapai 24 siswa (100%) dari 24 siswa, nilai rata-rata dari studi awal 87.85 naik menjadi 77.22. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, dan pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil, karena semua siswa berhasil lulus dari KKM. Berikut disajikan perbandingan jumlah ketuntasan siswal belajar pada siklus I dengan siklus II. % 30 24 20 10 0 15 9 Sebelum Tindakan 15 9 Siklus I Siklus II Belum Tuntas Tuntas Diagram 4.8 Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas Belajar Sebelum Tindakan, siklus I dan Siklus II

65 e. Refleksi Pelaksanaan penelitiansiklus I dan siklus II telah dilakukan oleh guru kelas 5 dan didampingi peneliti di kelas 5 SDNDukuh 02 Salatiga.Dari pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian ini,terlihat peningkatan antusias siswa mengikuti pembelajaran IPA. Pada pembelajaran yang menggunakan model STAD dengan menggunakan benda-benda konkrit, siswa lebih aktif dan berani untuk berperan serta dalam pembelajaran.memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya. 4.2. Pembahasan Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa (37.5%) dari 24 siswa, dengan nilai rata-rata 67.21. Setelah dilaksanakan perbaikan pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 15 siswa (63.5%) dengan nilai rata-rata 73.71.Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus I yaitu 26%, Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus II.Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa berhasil tuntas dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata-rata 87.85.Mengacu pada hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14.14%.Berdasarkan pada hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan yang direncanakan. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, kendala-kendala yang dihadapi antara lain: a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun berdiskusi kelompok sendiri dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

66 b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih pasif dalam pembelajaran. c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk berdiskusi dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga presentasi tidak didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif semata. Demi memperbaiki hasil belajar yang disebutkan pada siklus I dan siklus II, sebelum dilakukan tindakan pada siklus II, terlebih dahulu peneliti berdiskusi dengan observer tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dan lebih difokuskan pada siklus II. Telah dipaparkan bahwa setelah melakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan hasil belajar pada siklus I, setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 14.14%. Semua siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, lulus dari kriteria KKM, dengan nilai rata-rata 87.85. Demikian juga dengan keaktifan belajar siswa. Jika pada siklus I, keaktifan belajar siswa untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah 47.05%, atau masuk dalam kategori kurang, terjadi peningkatan keaktifan belajar untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif sebanyak 35.3% lagi sehingga menjadi 82.35%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran, terutama pembelajaran IPA.Model pembelajaran ini cocok diterapkan, karena model ini sesungguhnya memfokuskan pada kerjasama dan saling menghargai baik itu pengetahuan, jenis kelamin maupun suku di antara siswa.pada siklus II, tampak bahwa keberhasilan belajar siswa ini didukung oleh sikap kerjasma dan saling menghargai yang makin baik diantara siswa.