BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Oktober 2016 dan Selasa, 18 Oktober Tahap pra siklus ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sidorejo Lor 01

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. yang berjarak kurang lebih 12 kilometer dari ibukota Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 17 siswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil belajar Siswa Pra Siklus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 6 31 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Awal Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 kota Salatiga dengan Subyek Penelitian Siswa Kelas 4 sebanyak 15 siswa. Letak Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 berada di Wilayah kecamatan Sidorejo kota Salatiga. Dilihat dari letak geografisnya SD ini terletak di pinggiran kota Salatiga yaitu tidak jauh dari jalan baru (JB) Salatiga, karena letaknya di pinggiran kota Salatiga yang mudah dijangkau. Letak SD Negeri Pulutan 02 juga termasuk jauh dari kebisingan kendaraan maka sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2013, dan terdiri dari dua siklus, siklus pertama tiga pertemuan dan siklus kedua tiga pertemuan. Siklus I membahas tentang materi Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama dan yang berbeda serta Operasi Hitung Pengurangan Pecahan dan siklus II membahas tentang materi Operasi Hitung Pecahan Desimal dan Penggunaan Operasi Hitung Pecahan Desimal Dalam Kehidupan Sehari-hari. Penelitian dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga, yang berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 5 siswa lakilaki pada mata pelajaran matematika dengan materinya adalah Operasi Hitung Pecahan. 1.2 Kondisi Pra Siklus Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Semester 2 Tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 15 siswa pada pembelajaran matematika, terlihat bahwa kompetensi siswa masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari nilai sekunder hasil evaluasi matematika siswa pada mata pelajaran Matematika yang telah dilakukan dimana sebagian besar peserta didik memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Diperoleh data hasil pembelajaran sebelum dilakukan tindakan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang terdapat dalam tabel 4.1. 38

39 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pra Siklus Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan 49 - - Tidak Tuntas 50-59 8 53 Tidak Tuntas 60-69 7 47 Tuntas 70 - - Tuntas Jumlah 15 100 Nilai Rata-rata 59,53 Nilai Tertinggi 69 Nilai Terendah 50 Dilihat dari tabel 4.1 distribusi frekuensi nilai pelajaran matematika materi Operasi Hitung Pecahan siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 pada pra siklus pembelajaran belum efektif dengan banyaknya siswa yang belum tuntas dalam belajarnya (KKM=60). Diketahui pada skor nilai 50-59 frekuensinya ada 8 siswa (53% dari jumlah keseluruhan siswa tindak tuntas), skor nilai antara 60-69 frekuensinya ada 7 siswa (47% dari jumlah keseluruhan siswa tuntas). Jumlah keseluruhan siswa 15 dengan nilai rata-rata 59,53, nilai tertinggi 69 dan nilai terendah 50. Peneliti merasa perlu mengadakan tindakan pembelajaran demi membantu meningkatkan hasil belajar Matematika materi Operasi Hitung Pecahan pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan dalam gambar grafik 4.1.

39 Jumlah Siswa 49 50-59 60-69 Frekuensi 7 8 70 Gambarar 4.1: Grafik Hasil Perolehan Nilai Sebelum Tindakan (Prasiklus) Berdasarkan gambar 4.1 bisa dilihat bahwa frekuensi hasil belajar mata pelajaran matematika materi Operasi Hitung Pecahan pada skor 50-59 frekuensinya ada 8 siswa dan skor nilai 60-69 frekuensinya ada 7 orang siswa. Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dataa grafik 4.1 hasil perolehan hasil belajar/nilai siswa sebelum diberikan tindakan (pra siklus) dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2. No Ketuntasan Belajar Tabel 4.2 Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan Jumlah 1 Tuntas 7 2 Tidak Tuntas 8 Jumlah 15 Jumlah Siswa Persentase % 57 43 100 Ketuntasan belajar siswa sebelum diberikan tindakan dapat diketahui pada tabel 4.2, bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 8 siswa atau 53%, sedangkan yang sudah mencapai

40 KKM sebanyak 7 orang siswa dengan persentase 47%. Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. 49 50-59 60-69 70 53% Tidak tuntas 47% Tuntas Gambar 4.2: Diagram Lingkaran Sebelum Tindakan (Prasiklus) Berdasarkan gambar 4.2 ketuntasan hasil belajar matematika sebelum tindakan adalah 53% dari jumlah keseluruhan siswa belum tuntas dan hanya 47% dari jumlah siswa yang sudah tuntas dalam pembelajaran Matematika materi Operasi Hitung Pecahan pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Rendahnya hasil belajar matematika dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama Guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih dengann metode yang konvensional (ceramah) dan pemberian tugas tanpa adanya interaksi yang membuat siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas sehingga menimbulkan kebosanan bagi siswa dan berakibat hasil belajar matematika juga tidak optimal selain itu siswa juga lebih cenderung berbicara dan bercanda dengan temannya sehingga tidak memperhatikan penjelasan dari guru tentang materi yang diajarkan. Dengan kondisi seperti pada gambar 4.3 dengan ketuntasan hanya 47%, peneliti merancang penelitian tindakan kelas bekerja sama dengan guru kelas 4 sesuai rencana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dengan rancangan

41 penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pada penelitian ini, peneliti merancang dalam dua siklus, satu siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. 1.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Dalam Siklus I terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut : a. Perencanaan Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi Operasi Hitung Pecahan, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus I, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa. b. Tindakan dan Observasi 1) Pertemuan Pertama Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 2 April 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal: Pertemuan pertama ini berlangsung pada hari Selasa, 2 April 2013 pukul 07.00 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran, siswa sebelumnya sudah membentuk kelompok kelompok masingmasing terdiri dari 3-4 siswa, kelompok dibentuk dengan bantuan guru. Siswa dalam kelompok dibagi secara acak dan heterogen agar tidak ada yang membedabedakan temannya dalam kelompok tersebut. Setiap kelompok menyiapkan meja turnamen masing-masing. Untuk mengawali pembelajaran ini guru mengucapkan salam, mengecek kehadiran siswa. Guru membuka pembelajaran dengan bertanya kepada siswa sebagai apersepsi, guru bertanya benda apakah yang Bapak pegang sekarang? (bendanya : buah apel, guru membawa tiga buah apel, satu apel utuh, yang kedua dipotong menjadi dua bagian dan apel yang ketiga dibagi menjadi empat bagian), lalu bertanya lagi kepada siswa, coba kalian perhatikan buah-buah

42 apel ini guru menunjukkan sebuah apel kepada para siswa, lalu bertanya anakanak benda apakah ini? (hipotesis : apel), kemudian guru menunjukkan kepada siswa lagi sebuah apel yang lain yang sudah dipotong menjadi dua dan dan sebuah lagi yang menjadi 4 bagian, lalu bertanya kepada siswa apa perbedaan apel yang satu dengan apel yang kedua dan ketiga? Setelah menjelaskan kepada siswa mengenai penjelasan dari buah-buah apel tadi, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam kegiatan belajar mengajar dan masuk pada materi pertama yaitu Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan Berpenyebut Sama. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT. Kegiatan Inti: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang operasi hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut sama dipapan tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut di papan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen terdiri dari 4 orang siswa. Setiap kelompok memiliki nama-nama kelompok masing-masing (nama kelompok dibuat berdasarkan jenis-jenis nama hewan). Setiap kelompok juga memiliki ketua kelompoknya masing-masing. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok. Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan mengenai aturan permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi aba-aba agar semua siswa dalam kelompok mempersiapkan diri masing-masing. Setiap pemain/siswa dalam kelompok memasuki meja turnamen untuk menentukan pembaca soal dan pemain yang pertama. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh pemain. Soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka

43 pemain akan membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang searah jarum jam. Kegiatan Akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 2) Pertemuan Kedua Tindakan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal: Pertemuan ini berlangsung pada pukul 07.00-08.45 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru mengucapkan salam dan guru mengulas materi pelajaran sebelumnya mengenai Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan sebagai bentuk apersepsi kepada siswa, setelah melakkan apersepssi, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam pembelajaran. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran koopeartife tipe TGT. Kegiatan Inti: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang operasi hitung penjumlahan pecahan yang memiliki penyebut berbeda dipapan tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contoh-contoh soal tersebut dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru menyuruh siswa masuk dalam kelompok turnamen yang sudah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai, aturan dalam permainan/game turnamen dalam kelompok yang sedikit berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Setelah semua tim siap, guru mulai mempersiapkan bahan-bahan/alat dalam games turnamen. Urutan permainan/games turnamen masih seperti pada pertemuan sebelumnya. Perbedaan

44 dalam games turnament pada pertemuan ini adalah ada yang dinamakan dengan tim yang gugur, jadi apabila skor tim tersebut paling bawah/dasar dari kelompokkelompok yang lain maka akan dinyatakan gugur atau tidak bisa mengikuti turnamen lagi. Kegiatan Akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Pertemuan Ketiga Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 11 April 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal: Pertemuan ketiga ini berlangsung pada pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum pembelajaran ruang telah ditata rapi sesuai persiapan pembelajaran. Guru membuka pembelajaran dengan berdoa bersama dan dilanjutkan dengan mengabsen siswa. Sebagai bentuk apersepsi guru memperlihatkan kepada para siswa dua potong kertas yang bertuliskan pecahan? Lalu bertanya kepada para siswa jika kedua kertas yang bertuliskan pecahan ini dijumlahkan, berapakah jumlahnya sekarang? Melalui pertanyaan ini guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam materi pelajaran mengenai operasi hitung penjumlahan pecahan yang berpenyebut berbeda. Sebelumnya guru menjelaskan model pembelajaran koopeartif tipe TGT. Kegiatan Inti: Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung pengurangan pecahan yang memiliki penyebut sama maupun yang berbeda. Guru memberikan beberapa contoh soal tentang operasi hitung pengurangan pecahan yang memiliki penyebut sama dan berbeda dipapan tulis. Dengan arahan guru, siswa mengerjakan contohcontoh soal tersebut dipapan tulis. Setelah semua contoh soal dikerjakan oleh siswa dipapan tulis, guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam

45 permainan/game turnamen dalam kelompok. Guru memperbaharui kelompokkelompok siswa, dengan cara menukar setiap anggota kelompok untuk beralih ke kelompok yang lain. Setelah semua kelompok terbentuk dan diberi arahan mengenai aturan permainan/game turnamen dalam kelompok, guru memberi abaaba agar semua siswa dalam kelompok mempersiapkan diri mereka masingmasing. Setiap siswa mempersiapkan diri masuk dalam meja turnament serta mempersiapkan alat tulis. Guru mempersiapkan bahan dan alat dalam pelaksanaan turnamen. Urutan permainan seperti pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan Akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Selanjutnya siswa diminta untuk mengatur tempat duduk seperti semula. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus I untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu. c. Hasil Observasi Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah diterapkan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan pembelajaran menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil observasi guru dan observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

46 Tabel 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Guru Menerapkan TGT No Aspek yang di amati Skor 1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 4 2 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 4 3 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 4 4 Guru melakukan kegiatan apersepsi 3 5 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan 3 6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 4 7 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran 4 8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam games turnament 4 9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 2 10 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games turnament 4 11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 4 12 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 4 13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan pada saat games turnament 3 14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas 2 15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 3 16 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 2 TOTAL SKOR PEROLEHAN 53 Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.3 dihitung dengan cara sebagai berikut. Nilai = Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 51 72 = A (sangat baik) 37 50 = B (baik) 23 36 = C (cukup baik) < 22 = D (kurang) Σ Skor yang diperoleh Σ Skor maksimum X100% Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus I, maka kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada kategori sangat baik dengan perolehan skor 53. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model TGT, disajikan dalam tabel 4.4.

47 Tabel 4.4 Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1 Hasil No Aspek yang diamati Jumlah siswa Persentase 1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 13 85% 2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 13 85% 3 Siswa mampu menjawab apersepsi 13 85% 4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan 13 85% kompetensi/tujuan yang akan dicapai 5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi 13 85% pembelajaran 6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 13 85% 7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 13 85% 8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan 13 85% benar 9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak ada 13 85% tekanan 10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100% 11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode 15 100% pembelajaran yang digunakan guru 12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembar 15 100% kerja secara berkelompok 13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerja kelompok 15 100% 14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 10 70% 15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 13 85% 16 Siswa merasa terbimbing 10 70% 17 Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru 15 100% 18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 13 85% Berdasarkan hasil pengamatan siswa pada aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran pada siklus I sudah menunjukkan adanya perubahan signifikan meskipun masih ada beberapa siswa yang kurang begitu aktif pada saat mengikuti kegiatan turnamen di dalam kelas dan dalam kegiatan turnamen belum sepenuhnya dibimbing oleh guru sehingga ada beberapa siswa yang binggung akan berbuat apa. Proses pembelajaran ada peruabahan, siswa sudah aktif mengikuti, ada kerjasama, tanggung jawab dan ketekunan antar siswa dalam kelompok.

48 1.3.1 Hasil Analisis Data Siklus I Analisis penelitian setelah pembelajaran menggunakan model TGT yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus I dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus I pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.5 berikut. Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan 49 - - - 50-59 3 20% Tidak Tuntas 60-69 4 27% Tuntas 70 8 53% Tuntas Jumlah 15 100 Nilai Rata-rata 73,06 Nilai Tertinggi 85 Nilai Terendah 55 Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model TGT ada peningkatan jika dibandingkan dengan nilai yang diperoleh pada pra siklus, untuk skor nilai 50-59 terdapat 3 siswa dengan persentase 20%, skor nilai 60-69 terdapat 4 siswa dengan persentase 27%, skor nilai 70 terdapat 8 siswa dengan persentase 53%. Jadi dilihat dari nilai Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu 60 maka jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa dan siswa yang belum tuntas sebanyak 3 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata 73,06 nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.3 berikut.

49 Jumlah Siswa 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Frekuensi 49 50-59 60-69 3 4 70 8 Gambar 4.3: Grafik Hasil Perolehan Nilai Siklus I Dapat diketahui dari gambar diagram 4.3, ketuntasan belajar siswa dari siklus I adalah 3 siswa yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60). Sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 12 siswa. Persentase belajar siswa dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.4 berikut. 49 50-59 60-69 70 20% Tidak tuntas 53% Tuntas 27% Tuntas Gambar 4.4: Diagram Lingkaran Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus I

50 Berdasarkan pada gambar 4.4 dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang belum tuntas atau di bawah KKM=60 sebanyak 3 siswa dengan persentase 20%, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa 80%. Untuk lebih meningkatkan dan memaksimalkan hasil belajar siswa agar hasil belajar siswa di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) maka diperlukan siklus II sebagai penguat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. 1.3.2 Refleksi Siklus I Setelah melakukan perbaikan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi dengan observer dan guru kelas 4 yang telah melakukan pengamatan selama proses pembelajaran dari awal sampai akhir dan juga telah mencatat semua temuan dalam perbaikan pembelajaran siklus I, selanjutnya digunakan untuk menyusun perbaikan pembelajaran pada siklus II. Untuk melihat seberapa hasil pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT, maka diperlukan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan Ketuntasan Belajar Minimal (KKM=60), maka diperoleh dari seluruh jumlah siswa yang berjumlah 15 siswa dalam belajarnya sebanyak 12 siswa yang tuntas dengan mendapat nilai 60 dan 3 siswa tidak tuntas dengan mendapat nilai di bawah KKM. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai di atas KKM berdasarkan hasil evaluasi siswa. Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, semula 53% menjadi 80% dengan jumlah keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 85 dan minimal 55, rata-rata semula 59,53 menjadi 73,06. Selanjutnya, sebagai pemantapan pada siklus I akan dilanjutkan pada siklus II dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan

51 meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga. Diketahui dari hasil pengamatan dari observer pada siklus I maka secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus I sebagai berikut: Hambatan: Penggunaan model pembelajaran TGT dalam penerapannya masih banyak kekurangan yang terjadi. Pada saat siswa bermain dalam turnamen, ada beberapa siswa yang tidak atau kurang membantu temannya dalam pengerjaan soal turnamen, beberapa siswa asyik berbicara sendiri diluar konteks turnamen. Penyelesaian : Untuk mengatasi hambatan tersebut guru sudah menyiapkan beberapa cara penyelesaiannya di siklus II. Bagi siswa yang suka berbicara sendiri sehingga mengganggu kegiatan turnamen dalam kelas akan diberikan teguran dan dengan mengurangkan poin siswa tersebut. Setiap ketua kelompok mencatat juga teman kelompoknya yang sering berbicara dan tidak mau membantu pada saat kegiatan turnamen. 1.4 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Dalam siklus II terdapat 3 kali pertemuan dengan rincian sebagai berikut: a) Perencanaan Sebelum mengadakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) materi Operasi Hitung Pecahan, peneliti bersama guru kolaborator mempelajari materi serta mempersiapkan media dan alat terlebih dahulu agar menguasai materi yang akan diajarkan. Perangkat pembelajaran juga dipersiapkan lembar kerja siswa, lembar evaluasi Siklus II, lembar observasi guru dan siswa, rubrik penelitian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta silabus. Untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran siswa diorganisasi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 3-4 siswa.

52 b) Tindakan dan Observasi 1) Pertemuan Pertama Tindakan pertama pada hari Selasa, 16 April 2013 pukul 07.00-08.45 WIB, beberapa kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal: Kegiatan dimulai dengan guru mengucap salam dan mengecek kehadiran siswa, mengecek apakah ruang kelas telah tertata rapi untuk memulai pembelajaran. Guru menggali pemahaman awal siswa dengan mengulang pembelajaran sebelumnya mengenai operasi hitung pecahan sebagai apersepsi. Setelah mengajukan apersepsi, guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari, yaitu operasi hitung pecahan desimal. Guru sebelumnya telah menginformasikan bahwa pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Kegiatan Inti: Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai operasi hitung pecahan desimal. Setelah itu siswa dengan arahan guru mengerjakan contoh-sontoh soal dipapan tulis mengenai mengubah pecahan desimal ke bentuk pecahan biasa dan sebaliknya serta penjumlahan pecahan desimal. Guru menginformasikan kepada siswa mengenai sampai sejauh mana pemahaman siswa tentang pecahan desimal yang baru dijelaskan oleh guru. Kemudian guru mengarahkan para siswa untuk masuk dalam games turnamen. Setiap siswa masuk dalam kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya. Setiap kelompok bersiap-siap masuk dalam games turnamen, setiap ketua kelompok menginformasikan agar anggota kelompoknya menyiapkan alat belajarnya masing-masing. Kemudian guru menginformasikan bahwa games turnamen telah dimulai dan akan mencatat setiap skor yang didapat setiap kelompok pada saat turnamen. Kegiatan Akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

53 tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 2) Pertemuan Kedua Tindakan pada pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Kamis, 18 April 2013, beberapa kegiatan sebagai berikut: Kegiatan Awal: Pertemuan ini berlangsung dari pukul 09.00-10.45 WIB. Sebelum pembelajaran dimulai, dibuka dengan memberi salam, berdoa setelah itu guru mengecek kehadiran siswa. Sebagai bentuk apersepsi, guru menagajak para siswa untuk menyanyikan lagu balonku. Melalui lagu tersebut, guru menginformasikan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari yaitu operasi hitung pengurangan pecahan desimal. Kegiatan Inti: Kegitan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung pengurangan pecahan desimal. Dengan arahan dan bantuan guru para siswa mencoba mengerjakan contoh soal dipapan tulis yang telah disediakan oleh guru sebelumnya. Setelah itu guru menginformasikan siswa untuk masuk dalam kelompok games turnamen. Soal-soal games turnamen berkisar tentang operasi hitung pecahan desimal. Guru mengecek kesiapan setiap kelompok untuk mengikuti games turnamen. Setelah semua kelompok siap mengikuti games turnamen, guru memulai games turnamen. Selama turnamen setiap kelompok mengecek skor masing-masing dan diakhir turnamen setiap perolehan skor kelompok diserahkan kepada guru. Kegiatan akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. 3) Pertemuan Ketiga Tindakan dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 April 2013 pukul 09.00-10.45 WIB, beberapa kegiatan dari pertemuan ketiga ini sebagai berikut:

54 Kegiatan Awal: Sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru terlebih dahulu memberi salam, mengecek kehadiran siswa dan mengecek kesiapan siswa mengikuti pembelajaran meliputi tempat duduk dan alat tulis siswa. Pembelajaran dimulai dengan guru mengajak siswa masuk dalam apersepsi dengan mengulang sedikit pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya yaitu mengenai operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Melalui apersepsi tersebut, guru mengarahkan siswa untuk masuk dalam materi tentang operasi hitung pecahan campuran. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa pembelajaran akan menggunakan model TGT. Kegiatan Inti: Kegiatan inti meliputi, siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang operasi hitung pecahan campuran dan dilanjutkan untuk menguji kemampuan awal siswa mengenai materi, guru menginformasikan para siswa untuk mengerjakan contohcontoh soal yang telah disediakan oleh guru. Setelah dirasa paham, guru menginformasikan kepada siswa untuk masuk dalam kelompok tim games turnamen yang telah dibentuk sebelumnya. Siswa mempersiapkan diri untuk masuk dalam turnamen. Guru memberi aba-aba bahwa turnamen sudah siap dimulai, setiap kelompok siap untuk mengerjakan soal-soal turnamen yang telah dibuat. Siswa dengan arahan guru mengecek jumlah skor yang diperoleh selama turnamen berlangsung. Kegiatan Akhir: Guru bersama dengan siswa menarik simpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas, dari materi yang telah dipelajari. Guru sedikit mengingatkan tentang materi tentangoperasi hitung pecahan biasa dan pecahan desimal, selanjutnya siswa mengatur tempat duduk seperti semula untuk disiapkan mengerjakan evaluasi. Guru membagikan lembar evaluasi Siklus II untuk dikerjakan oleh semua siswa secara individu.

55 c) Hasil Observasi Hasil tindakan diperoleh dari hasil observasi pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru. Untuk mengukur keberhasilan penerapan pada saat guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam kegiatan belajar mengajar di kelas maka menggunakan lembar observasi yang diambil dari lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Data hasil observasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Hasil Observasi Kinerja Guru Menerapkan TGT No Aspek yang di amati Skor 1 Guru mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran 4 2 Guru memeriksa kesiapan peserta didik 3 3 Guru membagi siswa dalam beberpa kelompokuntuk masuk dalam turnamen 4 4 Guru melakukan kegiatan apersepsi 3 5 Guru menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana kegiatan 4 6 Guru menjelaskan beberapa hal penting yang ada dalam materi pembelajaran 4 7 Guru meminta beberapa siswa maju ke depan kelas untuk membacakan soal turnamen yang berhubungan dengan materi pelajaran 4 8 Guru membimbing siswa dalam kelompok untuk masuk dalam games turnament 4 9. Guru membimbing para siswa yang kesulitan dalam games turnament 4 10 Guru menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pelaksanaan games turnament 4 11 Guru membahas hasil games turnament bersama- sama siswa 4 12 Guru memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif 3 13 Guru memberikan reward kepada setiap kelompok yang berhasil menjawab pertanyaan pada saat games turnament 4 14 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum jelas 4 15 Guru membimbing siswa membuat kesimpulan pembelajaran 3 16 Guru melakukan evaluasi pembelajaran 4 TOTAL SKOR PEROLEHAN 60 Data kinerja guru dalam menggunakan model TGT pada tabel 4.6 dihitung dengan cara sebagai berikut: Nilai = Σ Skor yang diperoleh Σ Skor maksimum X100%

56 Dengan kriteria nilai sebagai berikut: 51 72 = A (sangat baik) 37 50 = B (baik) 23 36 = C (cukup baik) < 22 = D (kurang) Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru pada siklus II, maka kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berada pada kategori sangat baik dengan perolehan skor 60. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model TGT, disajikan dalam tabel 4.7. Tabel 4.7 Aktifitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus 1 Hasil No Aspek yang diamati Jumlah siswa Persentase 1 Siswa menempati tempat duduk masing-masing 15 100% 2 Kesiapan siswa menerima pembelajaran 15 100% 3 Siswa mampu menjawab apersepsi 15 100% 4 Mendengarkan secara seksama saat dijelaskan 14 97% kompetensi/tujuan yang akan dicapai 5 Memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi 15 100% pembelajaran 6 Aktif bertanya saat proses pelajaran materi 14 97% 7 Siswa terlibat aktif dalam kegiatan belajar 15 100% 8 Siswa mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan 15 100% benar 9 Siswa mengikuti pelajaran dengan santai dan tidak ada 15 100% tekanan 10 Siswa menanggapi hasil jawaban temannya 15 100% 11 Adanya interaksi positif antara siswa dengan metode 15 100% pembelajaran yang digunakan guru 12 Siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan lembar 15 100% kerja secara berkelompok 13 Siswa melakukan diskusi saat menyelesaikan lembar kerja kelompok 15 100% 14 Siswa merasa senang pada saat pembelajaran berlangsung 15 100% 15 Siswa mampu berinteraksi saat games turnament disajikan 15 100% 16 Siswa merasa terbimbing 15 100% 17 Siswa mampu menjawab dengan benar pertanyaanpertanyaan yang diajukan guru 15 100% 18 Siswa secara aktif membuat rangkuman 14 97%

57 Dapat dilihat pada tabel 4.7 tentang aktivitas siswa mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT pada siklus II, dapat diketahui bahwa penggunan model TGT telah dapat membuat siswa aktif dan antusias mengikuti pembelajaran terlihat bahwa hampir keseluruhan item soal telah hampir mencapai 100% hanya ada beberapa item yang belum terpenuhi tingkat kinerjanya yaitu item nomor 7, 6 dan 18 dikarenakan masih ada beberapa siswa yang masih asyik berbicara sendiri selama kegiatan turnamen, masih ada beberapa siswa yang kurang antusias dalam bertanya dan masih ada siswa yang kesulitan dalam kegiatan merangkum isi pembelajaran. 1.4.1 Hasil Analisis Data Siklus II Analisis penelitian setelah pembelajaran berlangsung menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang terdiri dari 3 pertemuan pada siklus II dan diperoleh hasil belajar pada akhir siklus II pada pertemuan ke-3 seperti pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II Skor Frekuensi Persentase (%) Keterangan 49 0 0-50-59 0 0-60-69 3 20% Tuntas 70 12 80% Tuntas Jumlah 15 100 Nilai Rata-rata 82,67 Nilai Tertinggi 100 Nilai Terendah 63 Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus I, untuk skor nilai 50-59 terdapat 0 siswa dengan persentase 0%, skor nilai 60-69 terdapat 3 siswa dengan persentase 20% dan dengan skor nilai 70 terdapat 13 siswa dengan persentase 80%. Jadi dilihat dari nilai KKM yaitu 60, maka jumlah siswa yang tuntas

58 sebanyak 15 siswa dari jumlah keseluruhan 15 siswa dengan rata-rata nilai 82,67, nilai tertinggi 100 dan terendah 63. Untuk lebih jelasnya data hasil belajar siswa pada tabel 4.6 dapat dilihat pada data distribusi frekuensi diagram batang pada gambar 4.5 berikut ini. 14 12 Jumlah siswa 10 8 6 4 2 0 Frekuensi 49 50-59 60-69 70 3 12 Gambar 4.5: Grafik Perolehan Nilai Siklus II Ketuntasan belajar siswa melalui perolehan hasil belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa yang memiliki nilai kurang dari KKM = 60 sebanyak 0 siswa (tidak ada), sedangkan yang sudah mencapai ketuntasan minimal sebanyak 15 siswa (semua sdah tuntas). Persentase hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut. 49 50-59 60-69 70 20% Tuntas 80% Tuntas Gambar 4.6: Diagram Lingkaran Persentase Hasil Belajar Matematika Siswa Siklus II

59 Berdasarkan pada gambar 4.6, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa yang belum tuntas atau di bawah nilai KKM = 60 sebanyak 0 siswa (tidak ada) dengan persentase 0% sedangkan siswa yang tuntas dalam belajarnya dan sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa dengan persentase 100% yang berarti indikator kinerja penelitian pada siklus II telah tercapai dengan baik. 1.4.2 Refleksi Siklus II Setelah selesai pembelajaran pada siklus II maka dilaksanakan evaluasi untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar minimal (KKM =60) sebanyak 15 siswa dari keseluruhan siswa kelas 4 berjmlah 15 siswa, jadi dapat dikatakan bahwa tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah KKM dan keseluruhan siswa mendapat ketuntasan belajar. Berdasarkan indikator kinerja yang telah ditentukan yaitu ketercapaian KKM pada hasil belajar siswa peneliti memberikan patokan 100% dari jumlah keseluruhan siswa hasil belajarnya meningkat dengan mencapai nilai 60 dan 100% dari jumlah keseluruhan siswa telah mencapai nilai di atas KKM. Berdasarkan hasil evaluasi siswa, ketuntasan yang ditentukan telah meningkat, yang semula 80% pada siklus I meningkat menjadi 100% dengan keseluruhan siswa dengan nilai maksimal 100 dan minimal 63, rata-rata semula 73,06 menjadi 82,67. Dengan demikian berdasarkan hasil evaluasi tertulis siswa pada siklus II telah mencapai indikator kinerja dan mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Pada saat observer melakukan pengamatan pada siklus I, dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT masih ada kekurangan yang terjadi, saat siswa melakukan turnamen masih ada siswa yang berbicara sendiri diluar konteks turnamen dan guru belum maksimal membimbing semua siswa dalam proses turnamen, terbukti dengan masih ada beberapa siswa yang asyik berbicara sendiri maupun mengganggu teman disebelahnya selama turnamen berlangsung.

60 Pada siklus II ini telah dilakukan perbaikan yaitu saat siswa melaksanakan turnamen, guru membimbing dan mengingatkan sebelum turnamen berlangsung agar siswa fokus mengikuti turnamen, dan bila tidak skor timnya akan dikurangi dan untuk kelompok tim yang berhasil memperoleh skor tertinggi serta kelompok yang paling kompak selama turnamen berlangsung akan mendapatkan hadiah dari guru. Hal tersebut dilakukan sebagai tambahan agar siswa lebih bersemangat mengikuti turnamen. 1.5 Rekapitulasi Nilai Siswa Sebelum Tindakan (Pra Siklus), Siklus I dan Siklus II Berikut ini dapat dilihat tabel hasil belajar siswa sebelum tindakan (prasiklus), siklus I dan siklus II serta rekapitulasi pengelompokan nilai dalam tabel 4.9 berikut. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Nilai Prasiklus, Siklus I, Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II Ketuntasan No Belajar Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Siswa (%) Siswa (%) Siswa (%) 1 Tuntas 7 47 12 80 15 100 2 Tidak Tuntas 8 53 3 20 0 0 Jumlah 15 100 15 100 15 100 Dari tabel rekapitulasi pengelompokkan hasil belajar siswa pada tabel 4.9 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang masuk dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) dalam mata pelajaran matematika terbukti untuk klasifikasi Tuntas, sebelum diadakan tindakan (pra siklus) yang tuntas hanya 7 siswa sedangkan setelah siklus I jumlah siswa yang tuntas sudah menjadi 13 siswa dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II menjadi 15 siswa yang tuntas. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pada klasifikasi Tidak Tuntas, sebelum diadakan tindakan (pra siklus) terdapat 8 siswa yang belum tuntas setelah

61 siklus I hanya 3 siswa yang belum tuntas dan pada siklus II untuk kategori yang belum tuntas terdapat 0 siswa, dalam artian seluruh siswa tuntas. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut. Jumlah Siswa Gambar 4.7: Grafik Hasil Perolehan Nilai Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Prasiklus Siklus I Siklus II Tuntas 7 12 15 Tidak Tuntas 8 3 0 Pada Tabel 4.9 dan diagram linier 4.7 menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model TGT dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 1.6 Pembahasan Hasil Penelitian Hasil observasi sebelum tindakan (pra siklus) yang dilakukan di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga ditemukan bahwa hasil belajar matematika siswa masih rendah, hal ini disebabkan pemahaman siswa mengenai materi Operasi Hitung Pecahan belum secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Proses pembelajaran sebelum tindakan (pra siklus) menunjukkan siswa masih pasif selama pembelajaran, yang aktif hanya guru. Siswa lebih cenderung mendengarkan ceramah dari guru sehingga pembelajaran terkesan membosankan. Siswa masih bekerja secara individual, tidak nampak selama pembelajaran kreatifitas siswa dan siswa tidak dibiasakan mengembangkan keterampilan sosial (bekerja sama) dalam sebuah kelompok kecil. Siswa terlihat jenuh karena proses

62 pembelajaran seakan monoton dari guru saja sehingga hasil belajar siswa rata-rata masih rendah, khusus pada materi Operasi Hitung Pecahan hasil belajar siswa dalam rata-rata sebelum tindakan adalah 59,53. Siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM=60) hanya 7 siswa atau 47%, sedangkan siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal sebanyal 8 siswa atau 53%. Nilai tertinggi yang berhasil didapatkan oleh siswa sebelum tindakan adalah 69 sedangkan nilai terendah adalah 50. Adanya perbandingan yang cukup merata di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga antara jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas karena siswa yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sudah dapat menerima materi yang disajikan oleh guru walaupun hanya dengan metode ceramah saja, karena ke-7 siswa ini memamg mempunyai daya tangkap materi pembelajaran yang lebih baik dibandingkan teman-teman yang lain walaupun guru menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah saja. Sebaliknya 8 siswa yang lain belum bisa menerima materi pembelajaran yang disajikan oleh guru menggunakan metode ceramah karena 8 siswa dalam hal penguasaan materi pembelajaran masih rendah jika guru hanya menggunakan metode ceramah saja, sehingga diperlukan tindakan sesuai yaitu bagaimana guru harus menekankan aktifitas siswa di kelas agar tidak hanya mengandalkan metode konvensional (ceramah) yang sedikit membosankan dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak sekolah dasar yang masih dalam tahap operasional konkrit (7-11 th). Siswa akan lebih dapat menguasai materi jika dihadapkan pada suatu yang konkrit dan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat mendapatkan pengalaman belajar yang berarti serta siswa dapat terlibat aktif selama kegaiatan belajar mengajar berlangsung. Menurut Slavin (2005: 59) model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dalam sebuah turnamen. Siswa dirancang dapat bersaing dalam kelompok untuk memperoleh skor nilai yang terbaik. Model pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam tim dan adanya semangat kerja sama yang tumbuh dari model pembelajaran tersebut memungkinkan siswa memahami materi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

63 Menurut Sasmito (2005: 27) pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing anggota kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama. Pendapat yang dikemukakan oleh kedua ahli di atas juga selaras dengan apa yang peneliti terapkan pada saat melaksanakan tindakan di kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa tidak lagi terlihat pasif dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa terlibat aktif, bekerja dalam kelompoknya untuk mengerjakan soal-soal turnamen yang diberikan oleh guru. Sehingga hal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Peningkatan hasil belajar matematika didapatkan dari hasil perolehan nilai siswa di siklus I dan siklus II. 1) Siklus I Siklus I dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 12 siswa atau 80% dan 3 atau 20% siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata siswa adalah 73,06 sedangkan nilai tertinggi adalah 85 dan nilai terendah adalah 55. 2) Siklus II Siklus II dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT, siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=60) sebanyak 15 siswa atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah atau sama dengan nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Nilai rata-rata adalah 82,67 sedangkan nilai tertinggi adalah 100 dan nilai terendah adalah 63. Berdasarkan perolehan nilai yang didapatkan pada siklus I dan siklus II didapatkan bahwa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang

64 lebih menekankan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran sehingga pada akhirnya siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran matematika tentang operasi hitung pecahan, yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas 4 SD Negeri Pulutan 02 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2012/2013.