BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKAMELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Pelaksanaan Tindakan Sesuai dengan perencanaan penelitian yang telah dirancang, maka pelaksanaan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di MI Miftahul Ulum Kecamatan Tutur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan pemahaman materi jenisjenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

siswa kurang memahami materi yang disampaikan guru,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Perencanaan Pembelajaran. dipersiapkan diantaranya:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

7,0 dengan ketuntasan klasikal 85%. Persentase siswa yang mencapai kategori terampil pada setiap aspek. psikomotor meningkat setiap siklus.

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Oleh : Vira Ismis Kairat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebenarnya di lapangan sebagai data awal siswa sebelum peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II, dimana setiap siklusnya dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Pelaksanaan setiap siklus terdiri dari empat tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti merencanakan semua hal yang diperlukan seperti membuat RPP, membuat lembar evaluasi, menyiapkan alat peraga, membuat lembar observasi baik untuk aktivitas guru maupun aktivitas siswa. Pada tahap pelaksanaan, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Kemudian pada tahap observasi, peneliti dan guru kelas 5 mengamati setiap pelaksanaan pembelajaran dengan bantuan lembar observasi. Pada tahap refleksi peneliti bersama dengan guru kelas 5 merefleksikan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Refleksi dilakukan dengan mendaftar semua kelebihan dan kekurangan pada pembelajaran tiap siklus. Kemudian peneliti bersama dengan guru kelas 5 menentukan solusi untuk mengatasi setiap kekurangan-kekurangaan yang ada dalam pembelajaran. 4.1.1 Pelaksanaan Pra Siklus Sebelum siklus I dan siklus II dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu melakukan kegiatan observasi proses pembelajaran matematika di kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa. Kegiatan ini peneliti lakukan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika di kelas tersebut terkait dengan metode dan media pembelajaran yang digunakan guru, serta tingkat keaktifan belajar siswa. Hasil observasi yang peneliti dapatkan yaitu pembelajaran yang dilakukan guru bersifat konvensional, metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah. Selain itu, dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan media pembelajaran. Jadi, pembelajaran berlangsung tanpa adanya 48

49 media pembelajaran apapun. Selama pembelajaran berlangsung pun siswa terlihat pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan LKS. Pembelajaran menjadi monoton karena model interaksinya hanya satu arah yaitu guru ke siswa. Sehingga tingkat keaktifan belajar siswa menjadi rendah. Selain kegiatan observasi, peneliti juga melakukan kegiatan wawancara terhadap guru dan siswa kelas 5. Kegiatan ini peneliti lakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa atau pra siklus terkait dengan hasil belajar matematika, kesulitan pengajaran materi matematika bagi guru, dan kesulitan belajar matematika bagi siswa. Kondisi pra siklus merupakan keadaan siswa sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas. Adapun kondisi pra siklus siswa kelas 5 berdasarkan hasil belajar matematika pada Ulangan Tengah Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut. Tabel 10 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa pada Pra Siklus No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Persentase 1 45 52 4 19 % Tidak tuntas 2 53 60 4 19 % Tidak tuntas 3 61 68 5 23,8 % Tidak tuntas 4 69 76 2 9,6 % Tuntas 5 77 84 1 4,8 % Tuntas 6 85 92 5 23,8 % Tuntas Jumlah 21 100 % Dari tabel 10 terlihat bahwa pada nilai 45 s/d 52 dicapai oleh 4 siswa dengan persentase 19%, pada nilai 53 s/d 60 dicapai 4 siswa dengan persentase 19%, pada nilai 61 s/d 68 dicapai 5 siswa dengan persentase 23,8%. Sedangkan pada nilai yang lebih tinggi yaitu 69 s/d 76 dicapai 2 siswa dengan persentase 9,6%, pada nilai 77 s/d 84 hanya dicapai 1 siswa dengan persentase 4,8%, dan pada nilai 85 s/d 92 dicapai 5 siswa dengan persentase 23,8%. Grafik hasil belajar siswa pada pra siklus dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

50 Hasil Belajar Matematika Pra Siklus Jumlah Siswa 5 4 3 2 1 0 45-52 53-60 61-68 69-76 77-84 85-92 Nilai Gambar 3 Grafik hasil belajar matematika pra siklus siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Data tersebut perlu dianalisis lebih lanjut agar dapat diketahui jumlah siswa yang sudah tuntas maupun yang tidak tuntas. Analisis ketuntasan belajar dilakukan dengan membandingkan data awal dengan skor KKM yaitu sebesar 70. Berikut ini disajikan tabel ketuntasan belajar siswa kelas 5 pada pra siklus. Tabel 11 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa pada Pra Siklus No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Angka Ketuntasan Persentase 1 < 70 Tidak tuntas 13 62 % 2 70 Tuntas 8 38 % Jumlah 21 100 % Nilai tertinggi 91 Nilai terendah 45 Rata-rata 67 Dari tabel 11 di atas tampak bahwa dari 21 siswa hanya 8 siswa (38%) yang sudah mencapai KKM (70). Sedangkan 13 siswa lainnya (62%) belum mencapai KKM. Nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 91, nilai terendahnya 45, dan

51 rata-rata kelas hanya mencapai 67. Grafik ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas 5 pada pra siklus dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini. Ketuntasan Hasil Belajar Pra Siklus Tidak Tuntas 62% Tuntas 38% Gambar 4 Grafik ketuntasan hasil belajar matematika pra siklus siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Berdasarkan data kentuntasan hasil belajar pra siklus siswa pada mata pelajaran matematika di atas, maka direncanakan sebuah penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengubah situasi tersebut. Adapun pelaksanaannya dijelaskan pada bagian berikut ini. 4.1.2 Pelaksanaan Siklus I 4.1.2.1 Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, peneliti melakukan beberapa perencanaan. Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah sebagai berikut. a. Menentukan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, yaitu pendekatan CTL. b. Menentukan media pembelajaran yang akan digunakan, yaitu berupa alat peraga baik benda konkrit maupun semi konkrit. c. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penggunaan alat peraga untuk mata pelajaran matematika pokok bahasan perkalian dan pembagian pecahan.

52 d. Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan. e. Membuat lembar evaluasi. f. Membuat lembar kerja kelompok. g. Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Setelah semua perangkat pembelajaran tersebut selesai dibuat, peneliti melakukan konsultasi kepada guru kelas. Dari kegiatan konsultasi tersebut didapatkan masukan berupa kritik dan saran. Berdasarkan kritik dan saran itu, kemudian peneliti melakukan revisi perangkat pembelajaran. Setelah semua perangkat pembelajaran mendapat persetujuan dengan guru kelas, peneliti mengecek kembali kelengkapannya. 4.1.2.2 Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilakukan melalui tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Rabu 2 Maret 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat 4 April, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin 7 April 2014. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran (2 35 menit). Pada pelaksanaan tindakan siklus I ini guru melakukan pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perkalian dan pembagian berbagai bentuk pecahan. Adapun uraian dari proses pembelajaran ketiga pertemuan tersebut adalah sebagai berikut. a. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama berlangsung pada hari Rabu, 2 April 2014 pukul 09.00 WIB. Pembelajaran ini diawali guru dengan mengucapkan salam, melakukan apersepsi dengan menanyakan materi yang telah dipelajari siswa sebelumnya. Kemudian guru menyampaikan judul materi yang akan dipelajari yaitu perkalian berbagai bentuk pecahan, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Lalu guru menjelaskan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan yaitu pendekatan CTL beserta gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Pada kegiatan inti guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang bilangan pecahan. Kemudian guru menceritakan suatu permasalahan sederhana

53 yang berkaitan dengan perkalian pecahan, dengan bantuan alat peraga. Siswa diminta untuk mencari penyelesaiannya. Lalu guru menjelaskan materi dengan bantuan alat peraga dan memberikan latihan soal, beberapa siswa diminta untuk mengerjakan di papan tulis. Selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok kecil. Setiap kelompok diberi tugas untuk mengerjakan lembar kerja kelompok, dan melaporkan hasilnya di depan kelas. Siswa diminta menanggapi hasil kerja dari kelompok lain. Kemudian guru memberikan umpan balik dari hasil kerja kelompok siswa dengan meluruskan jawaban yang salah, dilanjutkan dengan memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Saat itu tidak ada siswa yang bertanya, kemudian guru bersama siswa melakukan refleksi dengan merangkum materi yang telah dipelajari secara lisan. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi kepada siswa secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran. Kemudian guru menutup pembelajaran. b. Pertemuan Kedua Pertemuan kedua berlangsung pada hari Jumat, 4 April 2014 pukul 07.00 WIB. Pembelajaran ini diawali guru dengan memberi salam, berdoa, presensi secara singkat dan mempersiapkan siswa untuk belajar dengan cara mengecek kesiapan perlengkapan alat tulis. Kemudian guru melakukan apersepsi dengan menceritakan permasalahan kontekstual tentang pembagian pecahan dengan bantuan alat peraga, dan siswa diminta untuk mencari penyelesaiannya. Berdasarkan jawaban siswa tersebut, guru menegaskan tentang materi yang akan dipelajari yaitu pembagian berbagai bentuk pecahan beserta tujuan pembelajarannya. Lalu guru menjelaskan tentang gambaran umum kegiatan yang akan dilakukan pada hari itu. Pada kegiatan inti guru menceritakan permasalahan kontektual kepada siswa yang lebih sulit mengenai pembagian pecahan dengan bantuan alat peraga. Kemudian siswa diminta untuk menemukan penyelesaiannya dengan bimbingan guru. Setelah itu guru menjelaskan materi pembagian pecahan secara singkat, dilanjutkan dengan memberikan latihan soal. Beberapa siswa ditunjuk untuk

54 mengerjakan di papan tulis. Lalu siswa dibagi dalam kelompok kecil secara heterogen untuk mengerjakan lembar kerja kelompok dan melaporkan hasilnya di depan kelas. Siswa diminta menanggapi hasil kerja dari kelompok lain. Selanjutnya guru memberikan umpan balik dengan meluruskan jawaban yang salah dan dilanjutkan dengan memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Ada beberapa siswa yang menanyakan bagian materi yang belum mereka pahami, kemudian guru menjelaskannya. Setelah itu guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan merangkum materi yang telah dipelajari dengan menuliskan di papan tulis. Siswa diminta mencatatnya di buku catatannya masing-masing. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi kepada siswa secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah melakukan pembelajaran. Setelah itu guru menutup pembelajaran. c. Pertemuan Ketiga Pada pertemuan ketiga yang berlangsung pada hari Senin 7 April 2014 pukul 07.35 WIB ini diawali guru dengan memberi salam, berdoa, dan melakukan presensi siswa. Kemudian guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan cara mengecek kesiapan perlengkapan alat tulis. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan menanyakan dan mengulas sedikit materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Lalu guru menyampaikan judul materi yang akan dipelajari yaitu operasi hitung campuran beserta tujuan pembelajarannya. Pada kegiatan inti guru menceritakan permasalahan kepada siswa yang berkaitan dengan operasi hitung campuran dengan bantuan alat peraga. Kemudian siswa diminta untuk menemukan penyelesaiannya, beberapa siswa ditunjuk untuk mengerjakan di papan tulis. Guru membimbing siswa untuk menemukan penyelesaiannya. Setelah itu guru memberikan latihan soal, beberapa siswa diminta untuk mengerjakan di papan tulis. Kemudian guru memberikan umpan balik dengan meluruskan jawaban siswa yang salah, dilanjutkan dengan memberikan poin bagi siswa yang dapat mengerjakan dengan benar. Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Saat itu ada beberapa siswa yang berani menanyakan hal yang belum mereka pahami, kemudian guru menjelaskan

55 kembali dan memberikan poin pada mereka. Setelah itu guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan merangkum materi yang telah dipelajari secara lisan. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi akhir siklus I kepada siswa secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Kemudian guru menutup pembelajaran. 4.1.2.3 Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati keseluruhan aktivitas selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini peneliti lakukan dengan dibantu oleh guru kelas dan dimulai bersamaan dengan dimulainya pembelajaran. Pada siklus I ini kegiatan observasi dilakukan sebanyak tiga kali. Adapun hal-hal yang menjadi pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung diuraikan sebagai berikut. a. Aktivitas Guru Pada siklus I pertemuan pertama, guru sudah melaksanakan pembelajaran secara runtut hanya saja pada kegiatan awal belum menyiapkan siswa. Kemudian dalam hal alat peraga guru sudah menyediakannya dengan baik dan beragam, tapi kurang melibatkan siswa dalam penggunaannya. Ketika siswa kerja kelompok guru sudah melaksanakannya dengan baik, tapi tidak menilai hasil kerja siswa dan tidak memberikan penghargaan bagi kelompok pemeroleh skor tinggi. Dalam kegiatan akhir yaitu refleksi, guru sudah melibatkan siswa hanya saja tidak menyeluruh. Selain itu guru melakukan refleksi hanya secara lisan, sehingga kurang dipahami siswa dengan baik. Selama pembelajaran guru kurang menunjukkan kemampuan pengelolaan kelas. Hal ini ditunjukkan adanya beberapa siswa yang bermain dengan teman ketika melakukan kerja kelompok, dan guru kurang dapat mengatasinya. Dalam hal waktu, pembelajaran ini berlangsung melebihi alokasi waktu yang direncanakan, yaitu 15 menit lebih lama. Pada pertemuan kedua, guru sudah menunjukkan perbaikan pembelajaran dari pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua ini guru telah menyiapkan siswa di kegiatan awal, melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

56 Hanya saja tidak semua materi dijelaskan oleh guru karena ada bagian yang terlewati, yaitu pada pemberian contoh soal. Kemudian dalam hal alat peraga guru sudah melibatkan siswa dalam penggunaanya, hanya saja guru tidak menyediakannya secara beragam. Pada kegiatan inti yaitu kerja kelompok, guru sudah melaksanakannya dengan baik tapi kurang dapat membimbing siswa secara menyeluruh. Sehingga tidak semua siswa mendapat pengalaman belajar yang sama. Dalam penilaian guru sudah menilai hasil belajar siswa secara berkelompok. Guru sudah memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapat skor tinggi dengan menuliskan tambahan poin di papan tulis. Namun hal ini ternyata dapat menimbulkan rasa minder oleh kelompok yang mendapat skor rendah. Hal ini ditunjukkan dari keaktifan dan atusias belajar mereka yang rendah. Dalam hal waktu, guru sudah melaksanakan pembelajaran sesuai rencana. Pada pertemuan ketiga guru sudah melaksanakan kegiatan awal dan inti dengan baik, hanya saja guru tidak mengadakan kerja kelompok. Hal ini dikarenakan sebagian besar materi sudah diajarkan dan karena adanya evaluasi akhir siklus I yang memerlukan waktu yang cukup lama. Sehingga pada pertemuan ini guru hanya mengajarkan sedikit materi dan melakukan review atau mengulas materi yang telah diajarkan pada pertemuan pertama dan kedua. Kegiatan akhir sudah dilakukan guru dengan baik, hanya saja pelaksanaan pembelajaran ini melebihi rencana. Hal ini dikarenakan siswa membutuhkan waktu yang lebih dalam mengerjakan evaluasi siklus I. b. Aktivitas Siswa Pada siklus I pertemuan pertama, siswa terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa tampak usil dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan penjelasan guru. Beberapa siswa tidak terlibat dengan penggunaan alat peraga yang disediakan guru. Selain itu banyak siswa enggan untuk menanyakan materi yang belum dipahami, mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan, dan merangkum materi di akhir pembelajaran. Pada pertemuan kedua, siswa belum mengalami peningkatan dalam hal keaktifan. Hal ini tampak ketika banyak siswa tidak ikut terlibat dalam pemecahan

57 masalah kontekstual yang disediakan guru, masih enggan untuk bertanya dan mengemukakan pendapat walau sudah diberi kesempatan. Hanya beberapa siswa saja yang berani menanyakan materi yang belum dipahaminya. Dalam kegiatan inti sebagian besar siswa terlihat kurang bersemangat dalam bekerja kelompok dan kurang dapat bersosialisasi dengan anggota kelompoknya. Siswa yang pintar cenderung menonjol dalam mengerjakan tugas kelompok. Hal itu terjadi karena siswa kurang terbiasa bekerja dalam kelompok secara heterogen. Sehingga dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok pun siswa terlihat kurang aktif. Pada pertemuan ketiga terjadi peningkatan keaktifan siswa. Pada pertemuan ini sebagian besar siswa sudah berani dalam menjawab pertanyaan guru sekaligus menanyakan materi yang belum mereka pahami. Hanya saja banyak siswa masih enggan untuk memberikan pendapat ketika diberi kesempatan. 4.1.2.4 Refleksi Dalam pelaksanaan siklus I didapatkan data hasil belajar siswa yang cukup bagus. Dari 21 siswa yang ada, sebanyak 13 siswa sudah mencapai KKM (70), sedangkan 8 siswa lainnya belum mencapai KKM. Namun nilai rata-rata kelas yang dicapai yaitu 69, sehingga belum mencapai KKM. Skor keaktifan siswa pada siklus ini hanya sebesar 12,3 atau 72%, maka belum mencapai kriteria yang diharapkan (80%). Selain itu dalam pelaksanaan siklus ini masih banyak ditemukan kekurangan baik dari guru maupun dari siswa. Berikut diuraikan hasil refleksi bagi guru dan siswa. a. Bagi Guru 1) Guru kurang dapat menumbuhkan antusiasme atau keaktifan siswa. 2) Guru hanya menunjuk siswa yang dianggap mampu mengerjakan saja, sehingga siswa lainnya kurang mendapat pengalaman belajar yang sama. 3) Pelaksanaan kerja kelompok kurang efektif, karena guru tidak membagi kelompok secara heterogen. Sehingga kemampuan tiap kelompok kurang merata. 4) Guru belum dapat membimbing siswa dalam kerja kelompok secara menyeluruh.

58 5) Guru belum optimal dalam memberikan reward atau penghargaan bagi siswa yang berani menjawab pertanyaan dengan benar. 6) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang ramai. 7) Guru kurang terampil dalam pengaturan waktu, hal ini terlihat dari pembelajaran yang melebihi alokasi waktu. Sehingga menyebabkan siswa sedikit jenuh. b. Bagi Siswa 1) Masih ada beberapa siswa yang belum menguasai materi yang diberikan guru. 2) Banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, banyak dari mereka yang terlihat malu dan tidak berani mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan. 3) Ada beberapa siswa yang pasif dalam pembelajaran. Hal ini terlihat dari adanya siswa yang tidak mau mencatat materi di buku catatannya dan mengerjakan soal di papan tulis. Berdasarkan keterangan-keterangan di atas, peneliti bersama dengan guru kelas memutuskan untuk melanjutkan penelitian ke siklus II. 4.1.3 Pelaksanaan Siklus II 4.1.3.1 Perencanaan Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, peneliti melakukan beberapa perencanaan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan tindakan pada siklus II dapat lebih baik daripada sebelumnya. Selain itu diharapkan juga agar hasil belajar dan keaktifan belajar siswa dapat lebih meningkat dari siklus I. Adapun hal-hal yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan siklus II ini adalah sebagai berikut. a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan penggunaan alat peraga untuk mata pelajaran matematika pokok bahasan perbandingan dan skala. b. Menyiapkan dan membuat alat peraga yang akan digunakan.

59 c. Membuat lembar evaluasi. d. Membuat lembar kerja kelompok. e. Membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa. f. Menyiapkan reward atau penghargaan sederhana. Setelah semua perangkat pembelajaran tersebut selesai dibuat, peneliti melakukan konsultasi kepada guru kelas. Dari kegiatan konsultasi tersebut didapatkan beberapa masukan berupa kritik dan saran. Kemudian berdasarkan kritik dan saran itu peneliti melakukan revisi perangkat pembelajaran. Setelah semua perangkat pembelajaran mendapat persetujuan dengan guru kelas, peneliti mengecek kembali kelengkapannya. 4.1.3.2 Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan melalui tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat 11 April 2014, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin 14 April 2014, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu 19 April 2014. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam 2 jam pelajaran (2 35 menit). Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini guru melakukan pembelajaran matematika dengan pokok bahasan perbandingan dan skala. Adapun uraian dari proses pembelajaran ketiga pertemuan tersebut adalah sebagai berikut. a. Pertemuan Pertama Pertemuan pertama berlangsung pada hari Jumat, 11 April 2014 pukul 07.00 WIB. Pembelajaran ini diawali guru dengan memberi salam, berdoa, dan melakukan presensi siswa. Kemudian guru mempersiapkan siswa untuk belajar dengan mengecek kesiapan perlengkapan alat tulis. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan menyajikan sebuah resep kue dan melakukan tanya jawab bersama siswa tentang perbandingan bahan-bahan yang digunakan. Lalu guru menyampaikan judul materi yang akan dipelajari yaitu perbandingan beserta tujuan pembelajarannya. Pada kegiatan inti guru menyajikan alat peraga benda konkrit yaitu sedotan, permen, dan resep kue lebaran. Lalu guru meminta beberapa siswa untuk

60 menyebutkan perbandingan dari kumpulan benda-benda tersebut secara acak. Kemudian guru menjelaskan materi tentang perbandingan, selanjutnya siswa diminta mencatat di buku catatan masing-masing. Setelah itu guru menceritakan suatu permasalahan kontekstual tentang suhu kepada siswa. Siswa diminta untuk memberikan pendapat tentang cara memecahkan masalah tersebut. Saat itu ada beberapa siswa yang memberikan pendapatnya. Kemudian guru menunjuk 2 siswa untuk menuliskan cara pemecahannya di papan tulis. Dari kedua jawaban siswa tersebut guru membimbing siswa untuk menemukan cara pemecahan yang benar. Kemudian guru memberikan reward bagi kedua siswa tersebut karena berani menjawab pertanyaan dari guru. Setelah itu guru menjelaskan materi suhu secara singkat dan siswa diminta mencatatnya di buku masing-masing. Kemudian guru memberikan beberapa latihan soal kepada siswa, dan siswa diminta mengerjakan di buku masing-masing. Beberapa siswa diminta untuk mengerjakan di papan tulis. Pemberian reward tadi ternyata dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya siswa yang tertarik untuk mengerjakan latihan soal di papan tulis. Berdasarkan jawaban siswa itu guru memberikan umpan balik dengan meluruskan jawaban salah, dilanjutkan dengan memberikan reward bagi siswa yang dapat mengerjakan dengan benar. Setelah itu guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Saat itu ada beberapa siswa yang berani menanyakan hal yang belum mereka pahami, kemudian guru menjelaskanya kembali dan memberikan reward pada mereka. Setelah itu guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan merangkum materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi sederhana untuk mengetahui pemahaman siswa. Kemudian guru menutup pembelajaran. b. Pertemuan Kedua Pada pertemuan kedua yang berlangsung pada hari Senin, 14 April 2014 pukul 07.35 WIB diawali guru dengan memberi salam, berdoa, dan melakukan presensi siswa. Lalu guru memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dengan mengecek kesiapan perlengkapan alat tulis. Selanjutnya guru melakukan apersepsi

61 dengan menyajikan sebuah peta kepada siswa, kemudian guru melakukan tanya jawab bersama siswa tentang arti skala pada peta. Dari jawaban siswa tersebut, guru menegaskan tentang judul materi yang akan dipelajari yaitu skala beserta tujuan pembelajarannya. Pada kegiatan inti guru menyediakan alat peraga berupa maket atau miniatur rumah kepada siswa. Lalu guru menjelaskan secara singkat kegunaan pembuatan maket bagi arsitek. Selanjutnya guru menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga tersebut dan menuliskannya di papan tulis. Siswa diminta untuk mencatat di buku catatan masing-masing. Kemudian guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok, dan memberikan lembar kerja kelompok. Siswa diminta mengerjakannya bersama kelompoknya masing-masing. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, guru meminta beberapa perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya di dengan menuliskannya di papan tulis. Kelompok lain diminta untuk memberikan pendapat tentang hasil kerja tersebut. Berdasarkan jawaban itu guru memberikan umpan balik dengan meluruskan jawaban yang salah, dilanjutkan dengan memberikan reward bagi kelompok yang dapat mengerjakan dengan benar. Setelah semua soal selesai dibahas, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Saat itu ada satu siswa yang berani menanyakan bagian yang belum jelas, kemudian guru menjelaskanya kembali dan memberikan reward padasiswa tersebut. Kemudian guru mengajak siswa melakukan refleksi dengan merangkum materi yang sudah dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa. Kemudian guru menutup pembelajaran. c. Pertemuan Ketiga Pertemuan ketiga berlangsung pada hari Sabtu, 19 April 2014 pukul 09.10 WIB. Pembelajaran ini diawali guru dengan memberi salam dan memeriksa kesiapan siswa untuk belajar dengan mengecek kesiapan perlengkapan alat tulis. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dengan menyajikan alat peraga berupa denah rumah kepada siswa. Selanjutnya guru melakukan tanya jawab bersama siswa tentang cara mencari jarak sebenarnya pada denah dengan bantuan alat

62 peraga tersebut. Lalu guru menjelaskan tentang judul materi yang akan dipelajari yaitu perbandingan dan skala (pengulangan materi) beserta tujuan pembelajarannya. Pada kegiatan inti guru membentuk siswa dalam beberapa kelompok. Kemudian guru membagikan lembar kerja kelompok, dan beberapa perlengkapan berupa kardus, kertas warna, gunting dan lem. Siswa secara berkelompok diminta mengerjakan tugas proyek yaitu membuat denah rumah berdasarkan keterangan pada lembar tersebut. Guru membimbing siswa dalam kerja kelompok. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan, hasil kerja kelompok dikumpulkan untuk dinilai oleh guru. Selanjutnya guru bersama siswa mengulas kembali materi pelajaran lalu yaitu perbandingan dan skala dengan memberikan beberapa latihan soal. Beberapa siswa ditunjuk untuk mengerjakan di papan tulis. Berdasarkan jawaban siswa, guru memberikan umpan balik dengan meluruskan jawaban yang salah, dilanjutkan dengan memberikan reward bagi siswa yang dapat mengerjakan dengan benar. Setelah semua soal selesai dibahas, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Saat itu tidak ada siswa bertanya, maka guru melanjutkan dengan melakukan refleksi bersama siswa dengan merangkum materi yang telah dipelajari. Pada kegiatan akhir, guru mengadakan evaluasi akhir siklus II untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Kemudian guru menutup pembelajaran. 4.1.3.3 Observasi a. Aktivitas Guru Pada siklus II pertemuan pertama, guru sudah melaksanakan pembelajaran secara baik dan runtut. Guru sudah menyediakan alat peraga dengan beragam, hanya saja guru kurang melibatkan siswa dalam penggunaannya. Dalam pembelajaran ini guru tidak merancang kegiatan kerja kelompok bagi siswa, dengan alasan agar siswa tidak merasa jenuh. Kemudian guru sudah baik dalam pemberian latihan soal dan pemberian penghargaan bagi siswa yang dapat mengerjakannya dengan baik. Dalam kegiatan akhir yaitu refleksi, guru sudah melibatkan siswa secara menyeluruh. Selama pembelajaran guru sudah

63 menunjukkan kemampuan pengelolaan kelas dengan baik. Dalam hal waktu, pembelajaran ini berlangsung sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Pada pertemuan kedua, guru sudah melakukan pembelajaran jauh lebih baik. Pada pertemuan ini guru telah menyiapkan siswa di kegiatan awal, melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian dalam hal alat peraga guru sudah menyediakan secara beragam dan melibatkan siswa dalam penggunaanya. Pada kegiatan inti guru menyediakan kegiatan kerja kelompok bagi siswa, dan sudah melaksanakannya dengan baik. Guru sudah memberikan penghargaan bagi kelompok yang mendapat skor tinggi. Namun dalam hal waktu, guru melaksanakan pembelajaran melebihi waktu yang direncanakan. Pada pertemuan ketiga guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik dan runtut. Guru menyediakan kerja kelompok yang menyenangkan bagi siswa melalui tugas proyek membuat denah rumah. Hanya saja kegiatan ini menyita waktu yang lama dan beberapa kelompok tidak dapat menyelesaikannya pada pertemuan itu. Sehingga guru tidak dapat memberikan penilaian kelompok dan pemberian penghargaan kelompok pada hari itu. Kegiatan akhir sudah dilakukan guru dengan baik dan sesuai dengan waktu yang direncanakan. b. Aktivitas Siswa Pada siklus II pertemuan pertama, sebagian besar siswa sudah menunjukkan keaktifan. Hanya saja ada beberapa siswa yang terlihat tidak memperhatikan penjelasan guru. Kemudian siswa masih enggan untuk mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan. Saat itu hanya beberapa siswa saja yang berani mengemukakan pendapat. Pada pertemuan kedua, terlihat adanya peningkatan keaktifan oleh siswa. Pada pertemuan ini siswa telah aktif memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya dan mulai berani mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan. Hal tersebut dapat terjadi karena guru memberikan reward atau penghargaan bagi siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Hanya saja beberapa siswa masih terlihat kurang aktif dalam mempresentasikan hasil pekerjaannya.

64 Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan ketiga, sebagian besar siswa sudah berani menjawab pertanyaan guru, menanyakan materi yang belum dipahami, dan mengemukakan pendapat ketika diberi kesempatan. Selain itu dalam kerja kelompok, siswa telah mampu bersosialisasi atau bekerja kelompok dengan baik. Siswa terlihat lebih aktif dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok. Hal tersebut dapat terjadi ketika guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang kompak dan dapat mencapai skor tinggi. Pemberian penghargaan itu secara tidak langsung memacu siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. 4.1.3.4 Refleksi Setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II, didapatkan data hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pokok bahasan perbandingan dan skala yang cukup memuaskan. Dari 21 siswa yang ada, sebanyak 17 siswa sudah mencapai batas KKM, dan 4 siswa lainnya belum mencapai batas KKM. Selain itu nilai rata-rata kelas pada siklus ini naik menjadi 76,4. Nilai terendah siswa adalah 40 dan nilai tertinggi adalah 100. Sedangkan dari hasil observasi yang dilakukan pada siklus I dan siklus II, tingkat keaktifan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I skor keaktifan siswa hanya 12,3 (72%), dan pada siklus II ini meningkat menjadi 15,3 dengan persentase 90%. Berdasarkan data hasil belajar dan keaktifan siswa tersebut, maka peneliti bersama dengan guru kelas bersepakat untuk mengakhiri siklus pada penelitian tindakan kelas ini. 4.2 Hasil Penelitian Setelah semua pembelajaran pada siklus I dan siklus II selesai dilaksanakan, maka didapatkan beberapa data yaitu data hasil belajar dan data keaktifan belajar siswa. Pada bagian ini penulis akan membahas tentang deskripsi data dan analisis data. Dalam bagian deskripsi data penulis akan memaparkan data-data tersebut yaitu data hasil belajar dan data keaktifan belajar siswa. Kemudian data-data tersebut akan dianalisis lebih mendalam dari segi ketuntasanya, dan secara komparatif.

65 4.2.1 Deskripsi Data 4.2.1.1 Deskripsi Data Siklus I Berikut ini disajikan data hasil belajar dan data keaktifan belajar siswa yang peneliti dapatkan setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus I. a. Data Hasil Belajar Tabel 12 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Siklus I No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Persentase 1 25 39 3 14,3 % Tidak tuntas 2 40 54 2 9,5 % Tidak tuntas 3 55 69 3 14,3 % Tidak tuntas 4 70 84 7 33,3 % Tuntas 5 85 100 6 28,6 % Tuntas Jumlah 21 100 % ini. Berdasarkan keterangan pada tabel 12, dapat digambarkan grafiknya berikut Hasil Belajar Matematika Siklus I Jumlah Siswa 7 6 5 4 3 2 1 0 25-39 40-54 55-69 70-84 85-100 Nilai Gambar 5 Grafik hasil belajar matematika siklus I siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa

66 b. Data Keaktifan Tabel 13 Keaktifan Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa pada Pembelajaran Matematika Siklus I No Aspek yang Diamati Hasil Observasi Pertemuan ke 1 2 3 1 Siswa terlibat dalam kegiatan apersepsi 2 Siswa memperhatikan secara seksama ketika disampaikan tujuan pembelajaran 3 Siswa memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran x 4 Siswa memperhatikan alat peraga yang disajikan guru 5 Siswa aktif menggunakan alat peraga sesuai petunjuk guru x 6 Siswa aktif dalam pemecahan masalah kontekstual x 7 Siswa aktif bertanya saat proses pembelajaran x x 8 Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 9 Siswa aktif mengungkapkan pendapatnya x x x 10 Siswa aktif mengerjakan latihan soal dari guru 11 Siswa aktif mencatat penjelasan guru 12 Siswa bersemangat dalam bekerja kelompok x x 13 Siswa dapat bersosialisasi dengan siswa lain, untuk saling membantu dalam kerja kelompok x x 14 Siswa aktif mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik x 15 Siswa memperhatikan umpan balik dari guru 16 Siswa aktif merangkum materi x 17 Siswa aktif mengerjakan evaluasi Skor total 12 11 14 Rata-rata 12,3 4.2.1.2 Deskripsi Data Siklus II Berikut ini disajikan data hasil belajar dan data keaktifan belajar siswa yang peneliti dapatkan setelah melaksanakan pembelajaran pada siklus II.

67 a. Data Hasil Belajar Tabel 14 Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Siklus II No Interval Nilai Sebelum Tindakan Jumlah Persentase Keterangan 1 40 49 2 9,5 % Tidak tuntas 2 50 59 1 4,8 % Tidak tuntas 3 60 69 1 4,8 % Tidak tuntas 4 70 79 6 28,6 % Tuntas 5 80 89 5 23,7 % Tuntas 6 90 100 6 28,6 % Tuntas Jumlah 21 100 % ini. Berdasarkan keterangan pada tabel 14, dapat digambarkan grafiknya berikut Hasil Belajar Matematika Siklus II Jumlah Siswa 6 5 4 3 2 1 0 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Nilai Gambar 6 Grafik hasil belajar matematika siklus II siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa

68 b. Data Keaktifan Siswa Tabel 15 Keaktifan Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa pada Pembelajaran Matematika Siklus II No Aspek yang Diamati Hasil Observasi Pertemuan ke 1 2 3 1 Siswa terlibat dalam kegiatan apersepsi 2 Siswa memperhatikan secara seksama ketika disampaikan tujuan pembelajaran 3 Siswa memperhatikan dengan serius ketika dijelaskan materi pelajaran x 4 Siswa memperhatikan alat peraga yang disajikan guru 5 Siswa aktif menggunakan alat peraga sesuai petunjuk guru 6 Siswa aktif dalam pemecahan masalah kontekstual 7 Siswa aktif bertanya saat proses pembelajaran 8 Siswa aktif menjawab pertanyaan yang diajukan guru 9 Siswa aktif mengungkapkan pendapatnya x 10 Siswa aktif mengerjakan latihan soal dari guru 11 Siswa aktif mencatat penjelasan guru 12 Siswa bersemangat dalam bekerja kelompok x 13 Siswa dapat bersosialisasi dengan siswa lain, untuk saling membantu dalam kerja kelompok x 14 Siswa aktif mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik x 15 Siswa memperhatikan umpan balik dari guru 16 Siswa aktif merangkum materi 17 Siswa aktif mengerjakan evaluasi Skor total 13 16 17 Rata-rata 15,3 4.2.2 Analisis Data Data-data yang telah didapatkan itu akan dianalisis secara mendalam dalam dua tahapan. Tahapan pertama adalah analisis ketuntasan, dan tahap kedua adalah analisis komparatif. 4.2.2.1 Analisis Ketuntasan a. Ketuntasan Hasil Belajar

69 Tabel 16 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Siklus I No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Angka Ketuntasan Persentase 1 < 70 Tidak tuntas 8 38 % 2 70 Tuntas 13 62 % Jumlah 21 100 % Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 25 Rata-rata 69 Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa pada pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh data hasil belajar matematika dimana dari 21 siswa yang ada, sebanyak 13 siswa (62%) telah berhasil mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 8 siswa lainnya (38%) belum mencapai ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar tersebut diperoleh dengan menganalisis data mentah tentang hasil belajar matematika siklus I dengan didasarkan pada KKM yang digunakan yaitu sebesar 70. Sehingga sebanyak 3 siswa dengan presentase 14,3% nilai 25 s/d 39, sebanyak 2 siswa dengan presentase 9,5% nilai 40 s/d 54, dan sebanyak 3 siswa dengan presentase 14,3% nilai 55 s/d 69 dapat dikategorikan tidak tuntas. Sedangkan sebanyak 7 siswa dengan presentase 33,3% nilai 70 s/d 84 dan sebanyak 6 siswa dengan presentase 28,6% nilai 85 s/d 100 dapat dikategorikan tuntas. Berdasarkan tabel 12 juga terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 25, dan nilai rata-rata kelasnya sebesar 69. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai ratarata kelas masih rendah, karena kurang dari KKM (70). Dari keterangan pada tabel 20 dapat dilihat dalam gambar 7 berikut ini.

70 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Tidak tuntas 38% Tuntas 62% Gambar 7 Grafik ketuntasan hasil belajar matematika siklus I siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Selain data ketuntasan hasil belajar pada siklus I, berikut ini dipaparkan pula data ketuntasan hasil belajar pada siklus II. Tabel 17 Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa Siklus II No. Standar Ketuntasan Jumlah Siswa Angka Ketuntasan Persentase 1 < 70 Tidak tuntas 4 19 % 2 70 Tuntas 17 81 % Jumlah 21 100 % Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 40 Rata-rata 76,4 Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa dari 21 siswa yang ada, sebanyak 17 siswa (81%) telah berhasil mencapai ketuntasan belajar. Sedangkan 4 siswa lainnya (19%) belum mencapai ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar itu diperoleh dengan membandingkan data mentah tentang hasil belajar matematika siklus II dengan skor KKM yaitu sebesar 70. Sehingga sebanyak 2 siswa dengan persentase 9,5% nilai 40 s/d 49, sebanyak 1 siswa dengan presentase 4,8% nilai 50

71 s/d 59, dan sebanyak 1 siswa dengan presentase 4,8% nilai 60 s/d 69 dapat dikategorikan tidak tuntas. Sedangkan sebanyak 6 siswa dengan persentase 28,6% nilai 70 s/d 79, sebanyak 5 siswa dengan presentase 23,7% nilai 80 s/d 89, dan sebanyak 6 siswa dengan presentase 28,6% nilai 90 s/d 100 dapat dikategorikan tuntas. Selain itu berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 100, nilai terendah adalah 40, dan nilai rata-rata kelas sebesar 76,4. Dari keterangan pada tabel 17 dapat dilihat dalam gambar 8 berikut ini. Gambar 8 Grafik ketuntasan hasil belajar matematika siklus II siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa 4.2.2.2 Analisis Komparatif Berdasarkan beberapa data yang telah diuraikan di atas, maka dapat diketahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa setiap siklusnya. a. Hasil Belajar Ada tidaknya peningkatan dan seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dapat diketahui dengan membandingkan data hasil belajar pra siklus, siklus I, dan siklus II. Berikut ini disajikan data hasil belajar pada pra siklus, siklus I dan siklus II dalam tabel 18.

72 Tabel 18 Analisis Komparatif Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II f (%) f (%) f (%) 1 Tidak tuntas 13 62% 8 38% 4 19% 2 Tuntas 8 38% 13 62% 17 81% Rata-rata 67 69 76.4 Nilai tertinggi 91 100 100 Nilai terendah 45 25 40 Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa ada peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran matematika. Pada pra siklus hanya 8 siswa yang tuntas, dan 13 siswa lainnya tidak tuntas. Sedangkan pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas mengalami peningkatan menjadi 13 siswa. Sehingga siswa yang tidak tuntas menjadi berkurang menjadi 8 siswa. Tidak jauh berbeda dari siklus I, siklus II juga mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu menjadi 17 siswa. Sedangkan jumlah siswa yang tidak tuntas pada siklus II hanya 4 siswa. Selain terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, berdasarkan tabel 18 juga terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata kelas. Pada pra siklus nilai rata-rata kelas yang dicapai hanya 67, kini meningkat menjadi 69 pada siklus I. Lalu meningkat lagi menjadi 76,4 pada siklus II. Selain itu nilai tertinggi pun ikut meningkat. Awalnya pada pra siklus nilai tertinggi yang dapat dicapai siswa yaitu 91, pada siklus I meningkat menjadi 100 begitu juga pada siklus II. Namun nilai terendah siswa kurang mengalami kemajuan. Pada pra siklus nilai terendah siswa adalah 45, pada siklus I terjadi kemunduran menjadi 25, dan pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 40. Apabila dibandingkan dengan skor KKM yang dipakai yaitu 70, nilai rata-rata kelas pada pra siklus dan siklus I yaitu 67 dan 69 belum mengalami ketuntasan. Namun pada siklus II nilai rata-rata kelas sudah mengalami ketuntasan, yaitu sebesar 76,4. Selain itu nilai tertinggi yang dicapai pada pra siklus, siklus I dan siklus II telah mengalami ketuntasan. Sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa belum mengalami ketuntasan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini nilai terendah siswa

73 tidak mengalami kemajuan, tapi ketuntasan hasil belajar dan nilai tertinggi siswa, serta nilai rata-rata kelas telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan. b. Keaktifan Berikut ini disajikan data keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II, untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika. Tabel 19 Analisis Komparatif Keaktifan Siswa Kelas 5 SDN Lodoyong 03 Ambarawa dalam Pembelajaran Matematika Tingkat Keaktifan Standar Siklus No Skor Keterangan Ketuntasan Ke- (%) Rata-rata 1 I 12,3 72% Cukup aktif 80% aktif 2 II 15,3 90% Aktif Berdasarkan tabel 19 terlihat bahwa ada peningkatan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika siklus I dan siklus II. Pada siklus I skor rata-rata keaktifan siswa hanya 12,3 dengan persentase 72%. Sehingga tingkat keaktifan siswa pada siklus ini dapat dikategorikan cukup aktif. Sedangkan pada siklus II skor rata-rata keaktifan siswa meningkat menjadi 15,3 dengan persentase 90%, maka dapat dikategorikan aktif. Berdasarkan keterangan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keaktifan siswa dari siklus I ke siklus II. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan data hasil belajar dan keaktifan siswa yang diperoleh pada pra siklus, siklus I dan siklus II, dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa setelah digunakan pendekatan CTL berbantuan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa alasan yang berkaitan dengan teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Alasan pertama, pendekatan CTL dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi matematika. Menurut Depdiknas dalam Kesuma, dkk (2010:58), pendekatan CTL adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan

74 situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengaitan itu dimaksudkan agar siswa mampu melihat makna dari materi yang sedang dipelajari tersebut. Ketika siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa mampu melihat makna dari materi matematika yang sedang dipelajari, maka mereka dapat memahami materi itu dengan baik. Pemahaman yang baik terhadap materi matematika tersebut dapat dibuktikan dengan hasil belajar mereka yang tinggi. Alasan kedua, pendekatan CTL mampu membuat siswa aktif dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan CTL sangat beragam, antara lain: (a) konstruksi, (b) inkuiri, (c) bertanya, (d) masyarakat belajar/ kerja kelompok, (e) pemodelan, (f) refleksi, (g) penilaian autentik/ sebenarnya (Nurhadi, dkk, 2003:106). Keberagaman kegiatan dalam langkah-langkah tersebut sangat memungkinkan siswa kelas 5 SDN Lodoyong Kecamatan Ambarawa untuk belajar dengan banyak interaksi seperti siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan alat peraga. Keberagaman kegiatan belajar tersebut pada akhirnya dapat mendukung siswa menjadi aktif dalam belajar. Alasan ketiga, pendekatan CTL dengan bantuan alat peraga dapat membantu memperjelas materi matematika dan mampu menarik perhatian siswa. Keberhasilan penelitian ini juga didukung dengan penggunaan media pembelajaran berupa alat peraga. Menurut Sudjana (2002:59), alat peraga dalam pengajaran memegang peran penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Pernyataan tersebut sangat sesuai dengan hasil penelitian ini. Ketika siswa kelas 5 SDN Lodoyong 03 Kecamatan Ambarawa dijelaskan materi dengan bantuan alat peraga baik berupa benda konkrit maupun benda semi konkrit, mereka terlihat sangat memperhatikan penjelasan guru dengan serius. Mereka menjadi tertarik dalam pembelajaran tersebut. Selain itu penggunaan alat peraga mampu membantu siswa dalam memperjelas materi pelajaran matematika yang disampaikan guru dengan lebih baik. Hal itu

75 dibuktikan dengan pencapaian hasil belajar mereka dan tingkat keaktifan belajar siswa yang tinggi. Namun beberapa teori tentang pendekatan CTL tersebut tidak sepenuhnya dapat benar-benar meningkatkan pemahaman atau hasil belajar siswa. Seperti pada penelitian tindakan kelas ini, masih ada 4 siswa yang belum meningkat pemahaman materinya. Namun hal tersebut sangat dimungkinkan terjadi, karena pada dasarnya setiap siswa memiliki perbedaan dengan siswa lainnya. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan tingkat intelegensi atau IQ, perbedaan motivasi belajar, gaya belajar dan perbedaan lingkungan atau tempat tinggal. Perbedaan tersebut sangat memungkinkan adanya perbedaan daya serap yaitu perbedaan kemampuan dalam menangkap materi pelajaran. Bagi siswa yang daya serapnya tinggi, mereka akan lebih cepat memahami materi yang diajarkan oleh guru. Namun bagi siswa yang daya serapnya rendah, ia akan lambat dalam meamahami materi. Sehingga mereka membutuhkan perlakuan dan waktu yang lebih, agar dapat memahami materi dengan baik. Jadi, sangat dimungkinkan apabila ada beberapa siswa yang belum dapat mencapai hasil yang tinggi. Selain teori para ahli, hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhamad Ngainun Najib (2013) dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui Pendekatan CTL dan Penggunaan Alat Peraga pada Siswa Kelas 5 di SD Negeri Koripan 04 Tahun 2012/2013. Ia menyatakan bahwa pendekatan CTL dan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar siswa IPA kelas 5 SD Negeri Koripan 04 Tahun 2012/2013. Selain itu menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Husni Sabil (2011) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) pada Materi Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Matematika FKIP UNJA. Ia menyatakan bahwa melalui penerapan pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) dan model pembelajaran berdasarkan masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar pada materi ruang dimensi tiga mahasiswa Program Studi Matematika FKIP UNJA.

76 Berdasarkan uraian-uraian di atas terkait dengan keberhasilan penelitian ini, peneliti juga menemukan beberapa kendala dalam melaksanakan penelitian ini. Berikut ini adalah beberapa kendala yang peneliti temukan terkait dengan penerapan pendekatan CTL dan alat peraga. a) Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran di kelas sangat menyita waktu. Hal ini disebabkan karena banyaknya langkah-langkah pembelajaran di dalam pendekatan CTL yang penerapannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Contohnya: kegiatan inkuiri, konstruksi dan masyarakat belajar (kerja kelompok). b) Penerapan penilaian autentik atau penilaian sebenarnya dalam pembelajaran matematika tergolong cukup sulit. Penilaian autentik mengharuskan guru/ peneliti menilai siswa secara individu yaitu dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik di setiap pembelajarannya. Dengan durasi waktu pembelajaran yang tergolong cukup singkat, guru/ peneliti merasa kesulitan melakukan penilaian autentik. c) Tidak semua materi matematika khususnya pada kelas 5 dapat dibuat atau disusun alat peraga yang bervariasi. Hal itu disebabkan karena sebagian materi matematika berupa fakta-fakta.