BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah bidang geometri. Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata Latin Geometria. Kata geo memiliki arti

SIFAT-SIFAT KETEGAKLURUSAN, KESEJAJARAN, DAN SEGITIGA ASIMPTOTIK PADA GEOMETRI HIPERBOLIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab pembahasan ini akan dibahas mengenai Geometri Hiperbolik yang

GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

DASAR-DASAR GEOMETRI Suatu Pengantar Mempelajari Sistem-sistem Geometri

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Desember 2016, Vol. 1, No.2. ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Geometri berasal dari kata latin Geometria. Geo artinya tanah, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Geometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.

GEOMETRI EUCLID D I S U S U N OLEH :

REFLEKSI DAN AKSIOMA CERMIN PADA BIDANG POINCARÉ

BAB II MATERI. sejajar dengan garis CD. B

KONSISTENSI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI HIPERBOLIK

UKURAN RUAS-RUAS GARIS PADA SEGITIGA SKRIPSI

SEGIEMPAT SACCHERI. (Jurnal 7) Memen Permata Azmi Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia. 4 2 l2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah

MAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam

BAB 3 PENGENALAN GEOMETRI TERURUT

BAB 5 POSTULAT KESEJAJARAN EUCLIDES

D. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI

Oleh : Sutopo, S.Pd., M.Pd. Prodi P Mat-Jurusan PMIPA FKIP UNS

Geometri di Bidang Euclid

GEOMETRI EUCLID. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geometri Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Dwi Juniati, M.Si.

SIFAT-SIFAT SEGITIGA SIKU-SIKU PADA GEOMETRI BOLA. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

LUAS PADA GEOMETRI HIPERBOLIK MENGGUNAKAN MODEL SETENGAH BIDANG ATAS H

4 Jasa Besar Euclid. 4 Jasa Besar Euclid 19

Geometri I. Garis m dikatakan sejajar dengan garis k, jika kedua garis terletak pada satu bidang datar dan kedua garis tidak berpotongan

SKRIPSI PERBANDINGAN SEGIEMPAT SACCHERI PADA GEOMETRI EUCLID DAN GEOMETRI NON EUCLID. Universitas Negeri Yogyakarta

Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH. GEOMETRI TRANSFORMASI Tentang PENGGOLONGAN, LAMBANG DAN AKSIOMA GEOMETRI

TEOREMA PAPPUS PADA ELIPS, PARABOLA DAN HIPERBOLA. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia

BAB 9 TEORI GEOMETRI NON-EUCLIDEAN RIEMANN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 5 - Garis dan Sudut

JENIS-JENIS SEGILIMA-BOLA DAN SIFAT-SIFATNYA

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

SUDUT SEGITIGA PADA BIDANG NON-EUCLID ( MATEMATIKA DASAR )

SIFAT-SIFAT KETEGAKLURUSAN, KESEJAJARAN, DAN SEGITIGA ASIMPTOTIK PADA GEOMETRI HIPERBOLIK SKRIPSI

GEOMETRI EUKLID VERSUS GEOMETRI SFERIK. Sangadji *

A. Jumlah Sudut dalam Segitiga. Teorema 1 Jumlah dua sudut dalam segitiga kurang dari Bukti:

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui karya-karya Euclides 2. Memenuhi tugas terstruktur dalam mata kuliah sejarah matematika

Kalkulus Multivariabel I

BAB I PENDAHULUAN. A. Geometri Euclid

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

BAHAN BELAJAR: UNSUR DASAR PEMBANGUN GEOMETRI. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana

KONSTRUKSI BATAS-BATAS WILAYAH YANG BERJARAK MINIMUM DENGAN MENGGUNAKAN GEOMETRI TAXICAB

BAB III FUNGSI KUASIKONVEKS

2 Pythagoras Membuka Jalan 7

Matematika IPA (MATEMATIKA TKD SAINTEK)

1. BARISAN ARITMATIKA

KAJIAN SEGIEMPAT TALI BUSUR DAN SEGIEMPAT GARIS SINGGUNG PADA SATU LINGKARAN

07FDSK. Dasar Dasar Desain 2. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

LAMPIRAN Data Penelitian Nilai Siswa

PENGAYAAN MATERI OLIMPIADE MATEMATIKA SD GEOMETRI. Oleh : Himmawati P.L

MakALAH TEOREMA PYTHAGORAS

07FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

Drs. Slamin, M.Comp.Sc., Ph.D. Program Studi Sistem Informasi Universitas Jember

GENERALISASI TEOREMA MENELAUS DAN TEOREMA CEVA PADA POLIGON DI BIDANG EUCLID

JENIS-JENIS SEGITIGA YANG TERBENTUK AKIBAT TERBENTUKNYA SEBUAH SEGIEMPAT PADA SEBUAH BOLA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Teori Dasar. 2.1 Erlanger Program Kongruen

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana

Pembahasan : untum membentuk jarring-jaring, maka setiap sisi yang berimpitan akan berimpitan secara tepat.

GEOMETRI BIDANG, oleh I Putu Wisna Ariawan Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

BAB V PENUTUP. dengan kurikulum baru, alokasi waktu yang dirasa masih kurang, dan adanya jarak

GLOSSARIUM. A Akar kuadrat

SILABUS KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI FAKULTAS TARBIYAH BANJARMASIN

PERSAMAAN GARIS LURUS

SOAL&PEMBAHASAN MATEMATIKATKDSAINTEK SBMPTN. yos3prens.wordpres.com

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

SOAL DAN PEMBAHASAN OSN MATEMATIKA SMP 2012 TINGKAT PROVINSI (BAGIAN A : ISIAN SINGKAT)

Partisi Maksimum pada Poligon

(A) Hanya K (B) Hanya L (C) Hanya M K L M (D) Hanya L dan M (E) Semua adalah persegi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MASALAH MATEMATIKA DAN STRATEGI PEMECAHANNYA

BAB 7 GEOMETRI NETRAL

BAB V GEOMETRI DAN TRANSFORMASI

2 Pythagoras Membuka Jalan 7

Art Gallery Problem II. POLIGON DAN VISIBILITAS. A. Poligon I. PENDAHULUAN. B. Visibilitas

BAB 8 PENGANTAR GEOMETRI NON-EUCLIDES


Perhatikanlah sebuah sepeda. Sepeda mempunyai dua buah gir, yaitu gir. Garis Singgung Lingkaran. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.

MODUL 9: GEOMETRI DATAR DAN GEOMETRI RUANG Oleh: Nahrowi Adjie dan Maulana

BAB 2 AKSIOMATIKA. Obyek Matematika. /Aksiomatika

ISOMETRI & HASIL KALI TRANSFORMASI

MAKALAH. Pembuktian Teorema Pythagoras

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB JENIS DAN BESAR SUDUT

RINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA

IKIP BUDI UTOMO MALANG GEOMETRI HAND OUT 2

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA SMP NEGERI 2 AMBARAWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAHAN BELAJAR: BANGUN DATAR. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

GEOMETRI Geometri Dasar Oleh: WIDOWATI Jurusan Matematika FMIPA UNDIP

Geometri dan Pengukuran dalam Kurikulum Matematika

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu matematika terus berlangsung dari masa ke masa, salah satunya adalah bidang geometri. Geometri berasal dari bahasa Yunani yaitu "Geometrein", kata tersebut terdiri dari dua suku kata yaitu geo yang berarti bumi dan metria yang berarti pengukuran (Greenberg, 1994: 5). Dalam bahasa Indonesia, Geometri sering disebut sebagai Ilmu Ukur. Geometri didefinisikan sebagai cabang Matematika yang mempelajari titik, garis, bidang dan bendabenda ruang serta sifat-sifatnya, ukuran-ukurannya dan hubungannya satu sama lain (Hadiwidjojo, 1986: 1.2). Geometri yang pertama kali muncul adalah Geometri Euclid. Geometri Euclid dibahas dalam sebuah karya berjudul "The Elements" yang ditulis oleh Euclides, seorang tokoh matematika dari Alexandria. Geometri Euclid dapat dipandang sebagai suatu sistem deduktif dan bertahan selama hampir 2000 tahun (Hadiwidjojo, 1986: 1.9). Meskipun geometri Euclid menjadi dasar dan digunakan sampai sekarang, geometri Euclid juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah postulat kelima Euclid yang berbunyi "Jika suatu garis lurus memotong dua garis lurus dan membuat sudut-sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-siku, jika kedua garis tersebut diperpanjang tak terbatas, maka akan bertemu dipihak tempat kedua sudut dalam sepihak kurang dari dua sudut siku-siku" (Hadiwidjojo, 1986: 1.12). Postulat tersebut tidak memuat istilah garis sejajar, namun sering dimaknai sebagai Postulat Kesejajaran Euclid. Postulat 1

tersebut menyatakan bahwa kondisi sudut-sudut yang dibentuk oleh suatu transversal yaitu jumlah besar sudut dalam sepihak kurang dari besar dua sudut siku-siku menunjukkan bahwa kedua garis tersebut tidak paralel (Venema, 2012: 3). Postulat tersebut menimbulkan kerisauan dikalangan matematikawan karena menganggapnya sebagai suatu teorema yang diturunkan dari empat postulat Euclid lainnya dan perlu dibuktikan, namun Euclid tidak menyebutkannya sebagai teorema melainkan postulat yang tidak perlu dibuktikan lagi (Prabowo, 2009: 68). Beberapa ahli matematika mencoba membuktikan bahwa postulat tersebut salah, namun tidak berhasil. Dari kegagalan tersebut, para ilmuwan menyadari bahwa ada kemungkinan muncul suatu teori baru dari geometri yang berdasar pada Postulat Kesejajaran Euclid. Salah satu ahli matematika yang menemukan teori atau gagasan baru mengenai postulat kesejajaran Euclid adalah Nikolai Lobachevsky (1792-1856). Lobachevsky menyatakan bahwa "Untuk setiap garis dan untuk setiap titik P yang tidak terletak pada, ada paling sedikit dua garis dan sehingga P terletak pada keduanya dan keduanya sejajar dengan " (Venema, 2012: 21). Hal yang dinyatakan oleh Lobachevsky tersebut dikenal sebagai Postulat Kesejajaran Lobachevsky dan merupakan dasar dari geometri Lobachevsky. Geometri hiperbolik merupakan geometri dengan konsep kesejajaran yang berlawanan dengan Postulat Kesejajaran Euclid. Perbedaan konsep kesejajaran antara geometri Euclid dan geometri hiperbolik menyebabkan penyajian objek geometri keduanya menggunakan model bidang yang berbeda. Model bidang yang digunakan untuk menyatakan objekobjek geometri Euclid misalnya adalah daerah jajargenjang, sedangkan geometri 2

hiperbolik mempunyai beberapa model bidang untuk menyatakan objek-objeknya yaitu model upper half plane, model Klein Beltrami, model Poincaré disk dan model hiperboloida (Reynolds, 1993: 453-454). Beberapa kajian tentang geometri hiperbolik telah dibahas oleh Wicaksono (2015), Lucky (2016), dan Rosyadi (2017). Rosyadi (2017) membahas sifat-sifat pada geometri hiperbolik, salah satu sifat yang dibahas adalah segitiga asimtotik. Pembahasan segitiga asimtotik berupa sifat-sifat pada setiap jenis segitiga asimtotik dan belum dibahas mengenai luas segitiga asimtotik pada geometri hiperbolik yang disajikan menggunakan suatu model bidang hiperbolik. Wicaksono (2015) membahas luas pada geometri hiperbolik. Pembahasan luas geometri hiperbolik disajikan secara umum dan belum disajikan pada suatu model bidang hiperbolik. Hasil dari pembahasan tersebut yaitu daerah poligon merupakan gabungan daerah segitiga yang berhingga dan luas daerah poligon merupakan total defek suatu daerah poligon yaitu jumlah defek daerah segitiga dari suatu triangulasi terhadap daerah poligon tersebut, secara khusus digunakan triangulasi bintang untuk mempermudah penentuan total defek daerah poligon. Lucky (2016) membahas luas pada geometri hiperbolik menggunakan model setengah bidang atas. Teori yang digunakan mengacu pada Postulat Kesejajaran Hiperbolik dan model setengah bidang atas. Tulisan tersebut menjelaskan konsep dasar seperti titik, garis, sudut, jarak, dan panjang hiperbolik pada model setengah bidang atas. Selain itu juga dibahas poligon pada geometri 3

hiperbolik dan luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model setengah bidang atas. Penggunaan suatu model dapat mempermudah pengilustrasian objek dan konsep pada geometri hiperbolik. Hasil kajian sebelumnya sudah ada yang menggunakan suatu model yaitu model setengah bidang atas oleh Lucky (2016) dan belum ada yang menggunakan model lain untuk menyajikan geometri hiperbolik, secara khusus untuk menentukan luas poligon dari geometri hiperbolik. Oleh karena itu, konsep luas poligon pada geometri hiperbolik perlu dikaji menggunakan model yang lain untuk mengetahui pengilustrasian objek dan konsep yang berkaitan dengan luas poligon hiperbolik pada model bidang yang berbeda. Model bidang yang akan digunakan berupa suatu lingkaran Euclid yang disebut model Poincaré disk. Model Poincaré disk digunakan karena merupakan model yang paling sederhana namun belum banyak dikaji mengenai konsep luas pada geometri hiperbolik menggunakan model tersebut. Berdasarkan uraian di atas, perlu dikaji lebih dalam mengenai luas pada geometri hiperbolik berupa poligon yang berkaitan dengan segitiga asimtotik menggunakan model Poincaré disk. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut: 1. Geometri hiperbolik memiliki model bidang yang berbeda dengan geometri Euclid untuk menyajikan objek dan konsepnya, hal tersebut 4

didasarkan pada perbedaan postulat kesejajarannya. Model yang belum banyak dikaji adalah model Poincaré disk. 2. Salah satu bagian penting dari geometri hiperbolik adalah segitiga asimtotik namun belum banyak dikaji mengenai luasnya. C. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, luas yang akan dibahas adalah luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. Poligon yang dibahas merupakan poligon hiperbolik sebarang konveks. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan batasan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa masalah berikut: 1. Bagaimana penyajian objek dan konsep dasar pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk? 2. Bagaimana konsep segitiga dan segitiga asimtotik serta konsep luasnya pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk? 3. Bagaimana konsep poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk? 4. Bagaimana penentuan luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk? 5

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan penyajian objek dan konsep dasar pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. 2. Mendeskripsikan konsep segitiga dan segitiga asimtotik serta konsep luasnya pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. 3. Mendeskripsikan konsep poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. 4. Mendeskripsikan penentuan luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis a. Menambah pengetahuan penulis mengenai luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. b. Menambah pengetahuan penulis mengenai geometri hiperbolik yang disajikan pada suatu model bidang hiperbolik. 2. Bagi mahasiswa a. Memberikan ilmu pengetahuan mengenai matematika khususnya mengenai luas poligon pada geometri hiperbolik menggunakan model Poincaré disk. 6

b. Menambah ilmu pengetahuan mengenai geometri hiperbolik yang disajikan pada model Poincaré disk. 3. Bagi lembaga dan perpustakaan Menambah koleksi referensi dan skripsi mengenai luas poligon pada geometri hiperbolik yang disajikan menggunakan suatu model yaitu model Poincaré disk sehingga dapat mengembangkan penelitian yang sejenis. 7