BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Johan Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Prakonsepsi Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek, misalnya benda-benda atau kejadian-kejadian yang mewakili kesamaan ciri khas yang memungkinkan manusia berpikir dan dapat mempermudah manusia berkomunikasi (Suparno, 1997). Konsep juga didefinisikan sebagai satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama (Winkel, 2004). Sedangkan konsep didefinisikan sebagai gagasan abstrak yang digeneralisasi dari contohcontoh spesifik (Robert, 2011). Selain itu, konsep juga didefinisikan sebagai ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek (Soedjadi, 2000). Berdasarkan pangertian mengenai konsep diatas maka konsep dapat dikatakan sebagai gagasan abstrak yang mewakili sejumlah objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Semua objek yang meliputi benda, kejadian maupun orang akan diabstraksi hanya ditinjau dari aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pada bunga mawar, bunga anggrek, bunga flamboyan dan lain sebagainya, ditemukan sejumlah ciri konkret yang sama yaitu mekar, berbenang sari, bertangkai, berwarna dan berputik. Semua ciri-ciri tersebut dikelompokkan menjadi suatu pengertian bunga yang kemudian dilambangkan dengan kata bunga (Winkel, 2004:92). Konsep pasti akan ditafsir orang secara berbeda-beda tetapi akan serupa ketika dapat dikomunikasikan dengan menggunakan lambang yang telah disepakati bersama. Lambang yang digunakan untuk menyatakan konsep-konsep ini merupakan abstraksi internal. Tafsiran setiap orang terhadap suatu konsep berbeda-beda, misalnya saja konsep meja atau almari akan ditafsir secara berbeda-beda. Tafsiran seseorang terhadap suatu konsep inilah yang disebut dengan konsepsi. Maka dapat dikatakan bahwa konsepsi adalah cara pandang orang terhadap suatu konsep. Konsep-konsep dalam matematika diajarkan secara tepat, tetapi dalam proses belajar mengajar ketika siswa menerima pelajaran tentang suatu konsep bisa saja sebelumnya siswa tersebut sudah memiliki konsepsi sendiri mengenai konsep tersebut berdasarkan pengalaman dan 5
2 konsepsinya, hal ini yang disebut pra konsepsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa prakonsepsi adalah konsepsi siswa yang telah dimiliki sebelum mengikuti pelajaran atau konsep awal yang dimiliki seseorang tetang suatu objek. B. Perkembangan Konsep pada Individu Bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah perkembangan konsep secara evolutif. Proses perkembangan konsep ini, seseorang mengubah ide-idenya. Gagasan dari Toulmin menyebutkan bahwa seseorang mengungkapkan rasionalitasnya, tidak melalui konsep yang sudah tidak terubahkan melainkan melalui suatu cara di mana ia mengubah gagasan, prosedur, dan konsepnya. Pada proses belajar juga ada proses perubahan konsep. Perubahan konsep ini terjadi karena adanya asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah dipunyai untuk berhadapan dengan fenomena baru dan pada tahap akomodasi siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. Berdasarkan penelitiannya Vygotsky konsep dibagi menjadi dua yakni konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh siswa dari kehidupan sehari-hari dan konsep ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Konsep ini saling berhubungan. Apa yang dipelajari siswa di sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari dan sebaliknya. Adanya konsep ini membuat guru untuk tidak mengatakan bahwa suatu konsep spontan siswa salah melainkan guru membantu agar konsep spontan siswa dapat dintegrasikan dengan konsep yang ilmiah (Suparno, 1997:52). Konsep dan pengetahuan seseorang terus berkembang mulai dari kanak-kanak sampai dewasa dan setiap saat seseorang mempunyai pemahaman tentang suatu hal, maka tidak dapat dikatakan bahwa pemahaman siswa salah melainkan bahwa pemahamannya terbatas dan tugas seorang guru adalah membantu agar pemahaman mereka berkembang semakin mendekati pemahaman para ilmuwan. Pengetahuan seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan merupakan proses perkembangan yang terus menerus. Pada proses perkembangan ini ada siswa yang mengalami 6
3 perubahan besar dengan mengubah konsep lama melalui akomodasi, tetapi ada pula yang hanya mengembangkan dan memperluas konsep yang sudah ada melalui asimilasi. Proses perubahan ini terjadi jika siswa aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Kecepatan siswa dalam mengembangkan pengetahuannya memang berbeda-beda. Siswa akan berkembang konsep dan pengetahuannya sejalan dengan usianya. Piaget membedakan empat taraf perkembangan kognitif seseorang yaitu: (1) Taraf sensori-motor, (2) Praoperasional, (3) Taraf Operasional konkret, dan (4) Taraf Operasional Formal. Taraf sensori motor berkembang pada anak sejak lahir sampai sekitar umur 2 tahun. Selama taraf ini, seorang anak belum berpikir dan menggambarkan suatu kejadian atau objek secara konseptual meskipun perkembangan kognitif sudah mulai ada yaitu mulai dibentuknya skemata. Pada taraf praoperasional yang berkembang pada anak dari umur 2-7 tahun, mulai berkembang kemampuan berbahasa dan beberapa bentuk pengungkapan. Penalaran pralogika juga mulai berkembang. Pada umur 7-11 tahun, yang disebut taraf operasional konkret, anak mengembangkan kemampuan menggunakan pemikiran logis dalam berhadapan dengan persoalan-persoalan yang konkret. Pada taraf operasional formal (11-15 tahun), anak sudah memperkembangkan pemikiran abstrak, dan penalaran logis untuk macam-macam persoalan (Suparno, 1997:34). C. Belajar Konsep dan Pemahaman Konsep Belajar konsep adalah belajar dengan pemahaman. Siswa diminta untuk memahami dan mengkonstruksi konsep-konsep yang diberikan dalam pembelajaran. Proses belajar konsep dapat dipahami siswa dengan menggunakan suatu benda, aneka gambar maupun secara verbal. Pada jenjang Sekolah Dasar, guru akan mengajarkan konsep-konsep matematika menggunakan benda konkret misalnya ketika mengajarkan tentang konsep pecahan guru membawa media pembelajaran berupa roti dan apel. Pada tingkatan sekolah menengah proses belajar konsep akan menggunakan penjelasan verbal karena siswa sekolah menengah sudah mampu berpikir abstrak. Penjelasan verbal akan menggunakan konsep-konsep lain untuk menjelaskan konsep yang baru. 7
4 Seseorang memperoleh konsep-konsep dengan cara: (1) Cara formasi konsep, merupakan perolehan konsep sebelum anak masuk sekolah atau belajar konsep konkret karena pengalaman. Pengalaman konsep terjadi dengan proses induktif, belajar, dan mengikuti pola contoh, misalnya konsep meja, burung, roda dan lainnya; (2) Cara asimilasi konsep, merupakan perolehan konsep selama dan sesudah sekolah umumnya belajar konsep abstrak. Perolehan konsep terjadi dengan proses deduktif, belajar sajian, dan belajar konsep sebagai aturan atau contoh (Dahar, 1989). Proses belajar konsep membantu siswa dalam merekonstruksi konsep-konsep yang ada sesuai dengan teori yang benar. Keuntungan dari belajar konsep juga diungkapkan oleh Dahar (1989) yaitu: (1) mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengkategorisasikan berbagai stimulus terbatas; (2) konsep-konsep merupakan batu-batu pembangun berpikir; (3) konsep-konsep merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi; dan (4) konsep-konsep diperlukan untuk memcahkan masalah. Pembelajaran konsep diawali dengan penanaman konsep dasar terlebih dahulu yaitu ketika guru mengajarkan konsep baru dan siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa dengan konsep baru matematika yang abstrak. Pada pembelajaran ini digunakan media atau alat peraga untuk membantu siswa menyusun konsepsinya. Proses selanjutnya adalah pemahaman konsep. Proses ini merupakan lanjutan dari proses penanaman konsep yang bertujuan agar siswa lebih memahami konsep-konsep yang ada pada matematika. Tingkat pencapaian konsep tercermin pada tujuan instruksional yang dirumuskan bagi para siswa. Analisis konsep adalah prosedur yang dikembangkan sebagai penolong dalam merencanakan tahap pengajaran bagi pencapaian konsep (Heruman, 2010:3). Pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara akurat, efisien dan tepat. Indikator pemahaman konsep adalah (Depdiknas, 2007): 1. Menyatakan ulang suatu konsep. 8
5 2. Mengklarifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 3. Memberi contoh dan non contoh dari suatu konsep. 4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah. D. Makna suatu Konsep Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Makna suatu konsep berkaitan dengan representasi siswa terhadap suatu konsep. Representasi menyangkut tiga komponen yaitu (1) Simbol (tertulis) seperti diagram, grafik, skema untuk mengubah ke bentuk lain; (2) Obyek nyata; dan (3) Gambaran mental atau verbal (Janvier, 1987). Konsep merupakan pikiran orang seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi dan berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan. Konsep berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi konsep. Adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambar atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi semakin jelas apa yang dimaksud dengan konsep tertentu. Konsep trapesium jika dikemukakan dalam definisi, trapesium adalah segiempat yang tepat sepasang sisinya sejajar akan menjadi lebih jelas maksudnya. Konsep trapesium juga dapat dikemukakan dengan definisi lain yaitu trapesium adalah segiempat yang terjadi jika sebuah segitiga dipotong oleh sebuah garis sejajar yang salah satu sisinya adalah trapesium. Kedua definisi trapesium itu memiliki isi kata atau makna kata yang berbeda, tetapi mempunyai jangkauan yang sama (Soedjadi, 2000:14). 9
6 Belajar bermakna juga erat kaitaannya dengan belajar konsep. Belajar bermakna merupakan suatu proses menghubungkan pengetahuan atau informasi baru dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai seseorang yang sedang belajar. Belajar bermakna terjadi ketika siswa mampu menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Hal ini terjadi melalui belajar konsep dan perubahan konsep yang telah ada yang mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai oleh siswa. Proses belajar bermakna juga mengasosiasikan pengalaman baru ke dalam skema lama siswa, dan siswa akan mengembangkan atau bahkan dapat mengubah skema yang ada, sehingga dalam proses ini siswa harus bisa merekonstruksi apa yang sudah dipelajari (Suparno, 1997:54). E. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan, maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat melainkan ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalaman yang dialaminya. Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru (Suparno, 1997). Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang saat berinteraksi dengan lingkungannya. Struktur konsepsi tersebut membentuk pengetahuan bila struktur itu dapat digunakan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman mereka ataupun dalam menghadapi persoalan-persoalan mereka yang berkaitan dengan konsepsi tersebut. Bila konsep ataupun abstraksi seseorang terhadap sesuatu dapat menjelaskan macam-macam persoalan yang berkaitan, maka konsep itu membentuk pengetahuan seseoarang akan hal itu. Misalnya, konsepsi seseorang akan ciri-ciri meja dan kursi akan membentuk suatu pengetahuan tentang ciri-ciri meja jika konsepsi 10
7 itu dapat digunakan untuk menganalisis meja-meja lain yang dijumpainya dan dapat membedakan antara meja dengan kursi. Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan yang sesuai. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada yang lain, tetapi harus diinterpretasikan oleh masing-masing orang. Setiap orang mengkonstruksi pengetahuan sendiri, pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan seseorang yang ingin tahu sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya dalam proses itu. F. Bangun Datar dan Unsur-unsurnya Bangun datar mempunyai 2 unsur yaitu panjang dan lebar. Bangun datar memiliki bagian-bagian: (1) Sisi, adalah ruas garis yang membatasi suatu bidang atau bangun datar; (2) Sudut, adalah bagian yang terletak diantara dua sisi dan bertemu di satu titik; dan (3) Diagonal, adalah garis yang menghubungkan 2 sudut yang tidak bersebelahan. Bangun datar yang diajarkan di tingkat SD adalah persegi, persegi panjang, segitiga, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium dan lingkaran. 1. Persegi atau Bujur sangkar Persegi adalah bangun segi empat yang memiliki empat sisi sama panjang dan empat sudut siku-siku. Sifat-sifat persegi adalah : a. Mempunyai empat sisi yang sama panjang. b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut siku-siku (90 0 ). c. Sudut-sudut suatu persegi dibagi dua sama besar oleh diagonal-diagonalnya. 11
8 d. Diagonal-diagonal persegi saling berpotongan sama panjang membentuk sudut siku-siku. e. Panjang diagonal-diagonal sama dan saling membagi dua sama panjang. f. Memiliki empat sumbu simetri. 2. Persegi panjang Persegi panjang adalah suatu segiempat yang keempat sudutnya siku-siku dan panjang sisi-sisi yang berhadapan sama panjang. Sifat-sifat persegi panjang adalah : a. Panjang sisi yang berhadapan sama dan sejajar. b. Keempat sudutnya sama besar dan merupakan sudut sikusiku. c. Panjang diagonal-diagonalnya sama dan saling membagi dua sama panjang. d. Mempunyai dua sumbu simetri, vertikal dan horisontal. 3. Segitiga Segitiga adalah bangun geometri bidang datar yang terdiri dari tiga garis yang saling berpotongan membentuk suatu kurva tertutup. Jenis segitiga berdasarkan sisi, yaitu : a. Segitiga sama sisi Segitiga sama sisi adalah segitiga yang ketiga sisinya sama panjang, sehingga semua sudutnya juga sama besar yaitu b. Segitiga sama kaki Segitiga sama kaki adalah segitiga yang dua dari tiga sisinya sama panjang. Segitiga ini memiliki dua sudut yang sama besar yaitu sudut antara kaki dan alas segitiga. 12
9 c. Segitiga sebarang Segitiga sebarang adalah segitiga yang ketiga sisinya berbeda panjangnya. Besar semua sudutnya juga berbeda. Jenis segitiga berdasarkan sudut : a. Segitiga siku-siku Segitiga siku-siku adalah segitiga yang besar sudut terbesarnya sama dengan Sisi di depan sudut 90 0 disebut hipotenusa atau sisi miring. b. Segitiga lancip < 90 0 Segitiga lancip adalah segitiga yang besar ketiga sudutnya < < 90 0 < 90 0 c. Segitiga tumpul > 90 0 Segitiga tumpul adalah segitiga yang besar salah satu sudutnya > Jajar genjang Jajar genjang adalah segiempat dengan sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang serta sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Sifat-sifat jajar genjang adalah : a. Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. b. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar. c. Jumlah pasangan sudut yang saling berdekatan adalah d. Diagonal-diagonalnya saling membagi sama panjang. 13
10 e. Mempunyai dua simetri putar tetapi tidak memiliki simetri lipat. 5. Belah ketupat Belah ketupat adalah segiempat dengan sisi yang berhadapan sejajar, keempat sisinya sama panjang dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar. Sifat-sifat belah ketupat adalah : a. Semua sisinya sama panjang. b. Diagonal-diagonalnya merupakan sumbu simetri. c. Sudut-sudut yang berhadapan sama besar dan dibagi dua sama besar. d. Kedua diagonalnya saling membagi dua sama panjang dan saling tegak lurus. 6. Layang-layang Layang-layang adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya saling tegak lurus dan salah satu diagonalnya membagi diagonal lainnya menjadi dua sama panjang. Sifat-sifat layang-layang adalah : a. Mempunyai dua sisi sama panjang. b. Mempunyai sepasang sudut yang berhadapan sama besar. c. Salah satu diagonalnya adalah sumbu simetri. d. Salah satu diagonalnya membagi dua sama panjang diagonal yang lain dan tegak lurus dengan diagonal tersebut. 7. Trapesium Trapesium adalah bangun datar segiempat yang mempunyai tepat sepasang sisi yang berhadapan sejajar. Secara umum ada tiga jenis trapesium yaitu : 14
11 a. Trapesium sama kaki Trapesium sama kaki adalah trapesium yang mempunyai sepasang sisi sama panjang, disamping mempunyai sisi yang sejajar. Sifat-sifat trapesium sama kaki : i. Mempunyai sepasang sisi sejajar. ii. Mempunyai dua sudut lancip dan dua sudut tumpul. iii. Mempunyai dua pasang sudut yang berdekatan sama besar. iv. Mempunyai dua sisi miring sama panjang. v. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar adalah vi. Mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik. b. Trapesium siku-siku Trapesium siku-siku adalah trapesium yang salah satu sudutnya merupakan sudut siku-siku. Sifat-sifat trapesium siku-siku : i. Mempunyai sepasang sisi sejajar. ii. Mempunyai dua sudut siku-siku iii. Mempunyai satu sudut lancip dan satu sudut tumpul iv. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar adalah v. Mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik. c. Trapesium sebarang Trapesium sebarang adalah trapesium yang keempat sisinya tidak sama panjang. Sifat-sifat trapesium sebarang : i. Mempunyai sepasang sisi sejajar ii. Mempunyai dua sudut lancip dan dua sudut tumpul iii. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara dua sisi sejajar adalah
12 iv. Mempunyai dua diagonal yang berpotongan di satu titik. 8. Lingkaran Lingkaran adalah kurva tertutup yang dibentuk dari banyak titik yang berjarak sama terhadap r r titik tertentu yang dinamakan pusat lingkaran. Sifat-sifat lingkaran adalah : a. Jumlah diagonalnya tak terhingga. b. Jarak antara titik pusat dengan lingkaran adalah konstan dan disebut jari-jari. c. Tidak mempunyai sudut. d. Jumlah sisinya ada satu, yaitu sisi lengkung. G. Hasil kajian yang relevan Mytha Ardhianingsih (2010), Pemahaman siswa kelas V SD tentang bangun datar dan bangun ruang. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pemahaman siswa tentang bangun datar dan bangun ruang sangat bervariasi, penjelasan siswa tentang bangun datar dan bangun ruang yang diberikan secara tertulis seringkali tidak diikuti dengan penjelasan figuratif yang tetap. Sutriyono (2003), Konsepsi siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar tentang segitiga. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa konsepsi siswa tentang segitiga sangat bervariasi. Claude Janvier (1987), Conception and Representation : An example is circle. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsepsi tentang lingkaran dapat di representasikan secara berbeda-beda. 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep, Konsepsi, dan Miskonsepsi Konsep menurut Berg (1991:8) adalah golongan benda, simbol, atau peristiwa tertentu yang digolongkan berdasarkan sifat yang dimiliki
Lebih terperinci50 LAMPIRAN NILAI SISWA SOAL INSTRUMEN Nama : Kelas : No : BERILAH TANDA SILANG (X) PADA JAWABAN YANG DIANGGAP BENAR! 1. Persegi adalah.... a. Bangun segiempat yang mempunyai empat sisi dan panjang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Konsep, Konsepsi dan Representasi Solso dan Maclin (2008) mendefinisikan konsep sebagai penggambaran mental, ide, atau proses. Hurlock (1999) juga mengungkapkan konsep
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prakonsep Menurut Soedjadi (1995) pra konsep adalah konsep awal yang dimiliki seseorang tentang suatu objek. Didalam proses pembelajaran setiap siswa sudah mempunyai
Lebih terperinciPendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Pendahuluan 1.1 Latar elakang Geometri datar, merupakan studi tentang titik, garis, sudut, dan bangun-bangun geometri yang terletak pada sebuah bidang datar. erbagai mekanisme peralatan dalam kehidupan
Lebih terperinciSD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1
SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 11. BIDANG DATARLatihan Soal 11.1 1. Perhatikan gambar di bawah ini! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/123/1701_5.png Dari bangun datar di atas, maka sifat bangun
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN 1 PECAHAN SEDERHANA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SEMESTER 2 PEMBELAJARAN PECAHAN SEDERHANA. Pecahan - Pecahan Daerah yang diarsir satu bagian dari lima bagian. Satu bagian dari lima bagian artinya satu dibagi lima
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Wayan Memes (2000), mendefinisikan
Lebih terperinciDengan makalah ini diharapkan para siswa dapat mengetahui tentang sudut, macam-macam sudut, bangun datar dan sifat-sifat bangun datar.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi setiap tingkatan kelas di sekolah dasar, pembelajaran geometri dapat dikategorikan kepada materi yang cukup sukar serta memerlukan pemahaman yang cukup tinggi.
Lebih terperinciGeometri Bangun Datar. Suprih Widodo, S.Si., M.T.
Geometri Bangun Datar Suprih Widodo, S.Si., M.T. Geometri Adalah pengukuran tentang bumi Merupakan cabang matematika yang mempelajari hubungan dalam ruang Mesir kuno & Yunani Euclid Geometri Aksioma /postulat
Lebih terperinciSifat-Sifat Bangun Datar
Sifat-Sifat Bangun Datar Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
Lebih terperinciMAKALAH. GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam
MAKALAH GEOMETRI BIDANG Oleh Asmadi STKIP Muhammadiyah Pagaralam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata geometri berasal dari bahasa Yunani yang berarti ukuran bumi. Maksudnya mencakup segala sesuatu
Lebih terperinciGEOMETRI DIMENSI DUA. B. Keliling dan Luas Bangun Datar. 1. Persegi. A s
. Keliling dan Luas angun atar 1. Persegi GEOMETRI IMENSI U s s Sifat Sifat : Keempat sisinya sama panjang, = = = Keempat sudutnya siku-siku = = = = 90 o Kedua diagonalnya sama panjang dan saling berpotongan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Aplikasi Pembelajaran. Sekolah Dasar Berbasis. (2014) Untuk Taman Kanak-
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka bertujuan untuk membantu member gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan
Lebih terperinciInisiasi 2 Geometri dan Pengukuran
Inisiasi 2 Geometri dan Pengukuran Apa kabar Saudara? Semoga Anda dalam keadaan sehat dan semangat selalu. Selamat berjumpa pada inisiasi kedua pada mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika. Kali ini topik
Lebih terperinciKonsep Dasar Geometri
Konsep Dasar Geometri. Segitiga 1. Definisi Segitiga Segitiga merupakan model bangun ruang datar yang dibatasi oleh tiga ruas garis. 2. Klasifikasi Segitiga a) Segitiga menurut panjang sisinya 1) Segitiga
Lebih terperinciSD V BANGUN DATAR. Pengertian bangun datar. Luas bangun datar. Keliling bangun datar SD V
SD V BANGUN DATAR Pengertian bangun datar Luas bangun datar Keliling bangun datar SD V Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Allah Subahanahu wa Ta ala, yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunianya, sehingga
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Konsepsi siswa tentang jenis-jenis segitiga dan unsur-unsurnya memiliki keanekaragaman. Siswa memiliki berbagai jenis konsep yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berbagai
Lebih terperinciSEGITIGA DAN SEGIEMPAT
SEGITIGA DAN SEGIEMPAT A. Pengertian Segitiga Jika tiga buah titik A, B dan C yang tidak segaris saling di hubungkan,dimana titik A dihubungkan dengan B, titik B dihubungkan dengan titik C, dan titik C
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu dapat menarik minat, antusiasme siswa, dan memotivasi siswa agar senantiasa belajar
Lebih terperinciLAMPIRAN A. A. 1. Jadwal Penelitian
LAMPIRAN A A. 1. Jadwal Penelitian 131 JADWAL PENELITIAN Kelas Eksperimen 1 Kegiatan Pembelajaran Kelas Eksperimen 2 Selasa, 11 April 2017 Pretest Kamis, 13 April 2017 Kamis, 13 April 2017 Pertemuan 1
Lebih terperinci- Segitiga dengan dua sisinya sama panjang dan terbentuk dari dua segitiga siku-siku yang kongruen disebut segitiga samakaki
SEGITIG DN SEGIEMPT. SEGITIG 1. Mengenal Segitiga Jika persegi panjang PQRS dipotong melalui diagonal PR, maka akan didapat dua bangun yang berbentuk segitiga yang sama dan sebangun atau kongruen. Semua
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
Lebih terperinci47
46 47 48 49 50 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran : SD Laboratorium Kristen Satya Wacana : Matematika Kelas / Semester : V/ 2 Materi Pokok : Sifat sifat bangun datar Waktu
Lebih terperinciBAB XIII SIMETRI LIPAT, SIMETRI PUTAR dan PENCERMINAN
XIII SIMETRI LIPT, SIMETRI PUTR dan PENERMINN I. Simetri Lipat Simetri lipat adalah jumlah lipatan yang membuat suatu bangun datar menjadi dua bagian yang sama besar. a. Simeti lipat pada ujur Sangkar
Lebih terperinciHUBUNGAN SATUAN PANJANG DENGAN DERAJAT
GEOMETRI BIDANG Pada bab ini akan dibahas bentuk-bentuk bidang dalam ruang dimensi dua, keliling serta luasan dari bidang tersebut, bentuk ini banyak kaitannya dengan kegiatan ekonomi (bisnis dan manajemen)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Kemampuan Siswa Mengenal Bangun Datar Sederhana 2.1.1 Pengertian Kemampuan Sebagaimana dikemukakan pada Bab I sebelumnya bahwa kemampuan yang dimaksud dalam bahasan ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Kemampuan fisik berkaitan dengan stamina dan karakteristik tubuh, sedangkan
2.1 Kajian Teoritis BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1.1 Hakekat KemampuanMengenal Geometri Kemampuan menurut Robbin (2007:67) adalah bawaan kesanggupan sejak lahir atau merupakan hasil
Lebih terperinciPENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP. Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN-BANGUN SEGIEMPAT MELALUI PENGGUNAAN JARINGAN KONSEP 1) Sri Tresnaningsih 1) Dosen Universitas Terbuka-UPBJJ Surabaya Abstract Geometry is a part of mathematics that
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi siswa dan dari
BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
Lebih terperinciSifat-Sifat Bangun Datar dan Bangun Ruang
ab 9 Sifat-Sifat angun Datar dan angun Ruang Setiap benda memiliki sifat yang menjadi ciri khas benda tersebut. oba kamu sebutkan bagaimana sifat yang dimiliki oleh benda yang terbuat dari karet! egitu
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN PEKUWON 2
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATERI PELAJARAN BANGUN DATAR DENGAN METODE STAD DAN ALAT BANTU MBDW PADA PESERTA DIDIK KELAS V SDN PEKUWON 2 Li ila Guru SDN Pekuwon 3Sumberrejo Bojonegoro Email :liila.pekuwon3@gmail.com
Lebih terperinciIntegral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan
BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Matematika 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dalam situasi baru, mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Distribusi Frekuensi Jawaban Benar Hasil yang diperoleh dari jawaban-jawaban siswa pada penelitian ini adalah sebagai berikut, dengan daftar pertanyaan pada lampiran. Jawaban
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 787), prestasi belajar diartikan
BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar Matematika 1. Pengertian Prestasi Belajar Para ahli memberikan pengertian prestasi belajar yang berbeda-beda. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 787), prestasi
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciPERSEGI // O. Persegi merupakan belah ketupat yang setiap sudutnya siku-siku Sisi Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan semua sisinya sama panjang
2/15/2012 1 PERSEGI D // // O // // Persegi merupakan belah ketupat yang setiap sudutnya siku-siku Sisi Sisi-sisi yang berhadapan sejajar dan semua sisinya sama panjang 2/15/2012 2 D // // O // // Sudut
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG
BAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG A. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif, yaitu suatu aktivitas
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar
Lebih terperinciBELAJAR VAN HIELE. Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo
BELAJAR VAN HIELE Oleh: Andi Ika Prasasti Abrar Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo Abstrak: Dalam pembelajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Pierre Van Hiele,
Lebih terperinciKTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2
KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Matematika. : SMP/MTs. : VII s/d IX /1-2 Nama Guru
Lebih terperinci1. BARISAN ARITMATIKA
MATEMATIKA DASAR ARITMATIKA BARISAN ARITMATIKA 1. BARISAN ARITMATIKA Sering disebut barisan hitung, adalah barisan bilangan yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau mengurangi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Hakikat Pemahaman Konsep Luas Bangun Luas a. Pengertian Pemahaman Pemahaman yang baik sangat diperlukan dalam mempelajarai suatu
Lebih terperinciA. Pengantar B. Tujuan Pembelajaran Umum C. Tujuan Pembelajaran Khusus
Modul 4 SEGIEMPAT A. Pengantar Materi yang akan di bahas pada kegiatan pembelajaran ini terdiri atas pengertian berbagai macam segiempat: jajargenjang, belah ketupat, layang-layang dan trapesium. Disamping
Lebih terperinciINSTRUMEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS
INSTRUMEN VALIDITAS DAN RELIABILITAS 79 80 UJI VALIDITAS ANGKET Data diri Nama Lengkap : Sekolah : Kelas : Petunjuk pengisian! Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan tentang cara-cara yang kamu gunakan
Lebih terperinci09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan
09. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B. Tujuan. D. Rumusan Masalah
I PENDHULUN. Latar elakang Geometri (daribahasayunani, geo = bumi, metria = pengukuran) secaraharfiah berarti pengukuran tentang bumi, adalahcabangdarimatematika yang mempelajari hubungan di dalamruang.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN BANGUN-BANGUN DATAR (1)
PEMBELAJARAN BANGUN-BANGUN DATAR (1) H. Sufyani Prabawanto, M. Ed. Bahan Belajar Mandiri 3 PEMBELAJARAN BANGUN-BANGUN DATAR (1) Pendahuluan Bahan belajar mandiri ini menyajikan pembelajaran bangun-bangun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Hakikat Kemampuan Mengenal Bentuk Bangun Datar Sederhana Kemampuan mengenal bentuk bangun datar sederhana adalah suatu kemampuan yang
Lebih terperinciSILABUS PEMELAJARAN. Indikator Pencapaian Kompetensi. Menjelaskan jenisjenis. berdasarkan sisisisinya. berdasarkan besar sudutnya
42 43 SILABUS PEMELAJARAN Sekolah :... Kelas : VII (Tujuh) Mata Pelajaran : Matematika Semester : II (dua) GEOMETRI Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. diantaranya faktor teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Upaya Peningkatan Pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar di pengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Konsep Hudoyo (1988) mengartikan konsep sebagai ide yang dibentuk dengan memandang sifat-sifat yang sama dari sekumpulan eksemplar yang cocok, sedangkan Berg (1991)
Lebih terperinciPEMBELAJARAN SEGIEMPAT, SEGITIGA DAN LINGKARAN LAPORAN. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Matematika II
PEMBELAJARAN SEGIEMPAT, SEGITIGA DAN LINGKARAN LAPORAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Matematika II Dosen Dr. Karso, M.Pd Disusun oleh : Indri Nur Oktaviani 1003282 Saeful
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI A.
BAB II KAJIAN TEORI A. Tahap-tahap Berpikir van Hiele Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof adalah sepasang suami-istri bangsa Belanda yang mengabdi sebagai guru matematika di negaranya. Pada tahun
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bilangan, (b) aljabar, (c) geometri dan pengukuran, (d) statistika dan peluang
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematika Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), disebutkan bahwa standar kompetensi mata pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Matematika, menurut Ruseffendi adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktiaan secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak kegiatan yang dilakukan secara sengaja atau tidak membutuhkan ilmu
Lebih terperinciC D Tanda yang tepat untuk kalimat : 3,2 x ( 4,3 + 0,7 )... ( 4,3-0,3 ) x 0,4 adalah... A. B. <
1. Hasil penjumlahan bilangan-bilangan di bawah ini adalah... 14.826 B. 14.824 C. 14.816 14.126 2. Harga b pada kalimat : b - 3 = 1 adalah... C. B. 3. Tanda yang tepat untuk kalimat : 3,2 x ( 4,3 + 0,7
Lebih terperinci41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai
Lebih terperinciMATEMATIKA NALARIA REALISTIK
MATEMATIKA NALARIA REALISTIK Oleh : Ir. R. RIDWAN HASAN SAPUTRA, M.Si Disampaikan : Drs. H.M. ARODHI Sesi 1 : Pemahaman Konsep, Makna PEMAHAMAN KONSEP Pemahaman Konsep Matematika adalah kemampuan siswa
Lebih terperinciINSTRUMEN PERANGKAT PEMBELAJARAN
INSTRUMEN PERANGKAT PEMBELAJARAN Lampiran 1 : RPP Siklus I Pertemuan 1 dan 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : SDN Pekunden : Matematika : II (dua)
Lebih terperinciBAB II. sumber belajar, lingkungan belajar dan pendekatan pembeajaran yang digunakan.
BAB II KAJIAN TEORI Deskripsi Teori 1. Pembelajaran Matematika Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran merupakan kegiatan pokok untuk membantu peserta didik belajar dengan baik. Pembelajaran tidak
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. Surat Ijin Uji Coba Instrumen
LAMPIRAN 1 Surat Ijin Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 2 Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN 3 Surat Keterangan Melakukan Uji Coba Instrumen LAMPIRAN 4 Surat Keterangan Melakukan Penelitian LAMPIRAN 5 Instrumen
Lebih terperinciAhmad Susanto, teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), ), 2.
BAB II LANDASAN TEORI A. Hakikat Pembelajaran Matematika di MI/SD Kata matematika berasal dari bahasa Latin, manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yangg dipelajari, sedang dalam bahasa
Lebih terperinciTeori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon
Lebih terperinciKata kunci : konsep, pemahaman konsep, segitiga.
KONSEPSI SISWA SMP PANGUDI LUHUR AMBARAWA TERHADAP LUAS SEGITIGA Yolanda Leonino, Tri Nova Hasti Yunianta, M.Pd., Novisita Ratu, S.Si., M.Pd. Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Kristen Satya
Lebih terperinciBAB II MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN
BAB II MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching 1. Pengertian Model Pembelajaran Reciprocal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas V SD a. Karakteristik Siswa Kelas V SD Menurut Tim dosen FIP IKIP Malang (Suharjo,
Lebih terperinciPEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN TANGRAM GEOGEBRA UNTUK MENEMUKAN LUAS PERSEGI Farida Nursyahidah, Bagus Ardi Saputro Program Studi Pendidikan Matematika FPMIPATI Universitas PGRI Semarang Jl.
Lebih terperinciLAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LAMPIRAN 54 LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 55 56 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SDN Mangunsari 06 Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : V/ 2 Alokasi Waktu : 5 x
Lebih terperinciUraian Materi. Keliling dan Luas Bangun Datar. A. Macam-Macam Bangun Datar Beraturan. Perlu Tahu
Keliling dan Luas angun atar Segala sesuatu di muka bumi ini memunyai bentuk dan ukuran. i dalam matematika, benda yang memunyai ukuran dapat dilakukan perhitungan terhadap benda tersebut. Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciKATALOG MATEMATIKA ALAT PERAGA PENDIDIKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KATALOG ALAT PERAGA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA 1. Model Bangun Datar Model bangun datar dimaksudkan untuk membantu menjelaskan pengertian, sifat-sifat bangun datar, kesebangunan
Lebih terperinciCONTOH SOAL UAN/UN/UASBN SD 2012
CONTOH SOAL UAN/UN/UASBN SD 2012 DISESUAIKAN DENGAN KISI-KISI UASBN SD 2012 Kompetensi 3 : Memahami konsep, sifat, dan unsur-unsur bangun geometeri, dapat menghitung besar-besaran yang terkait dengan bangun
Lebih terperinciSD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal
1. Luas bangun di bawah ini adalah... cm 2. SD kelas 6 - MATEMATIKA BAB 5. BANGUN DATAR DAN BANGUN RUANGLatihan Soal 5.1 http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/mt48.png C. 1.092
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hal ini sejalan dengan pernyataan
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Menurut Hamalik (2008:36) belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang terampil dalam mengelolanya. Sumber daya manusia yang terampil adalah sumber daya manusia
Lebih terperinciRingkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA. SD Kelas 4, 5, 6
Ringkasan Materi Soal-soal dan Pembahasan MATEMATIKA SD Kelas 4, 5, 6 1 Matematika A. Operasi Hitung Bilangan... 3 B. Bilangan Ribuan... 5 C. Perkalian dan Pembagian Bilangan... 6 D. Kelipatan dan Faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Dimana kegiatan pembelajaran tersebut diciptakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Pemahaman Matematika. 1. Pengertian Pemahaman. Pemahaman adalah suatu proses konstruktivitas sosial dalam
BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman Matematika 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman adalah suatu proses konstruktivitas sosial dalam memahami berbagai teks, tidak hanya semata-mata memahami makna kata-kata dan
Lebih terperinciMata pelajaran : Matematika Hari / Tanggal : Selasa / 04 Juni 2013 Kelas : VII (Tujuh) Waktu : WIB
PEMERINTH KUPTEN LMPUNG TIMUR DINS PENDIDIKN PEMUD DN OLHRG MKKS SMP KUPTEN LMPUNG TIMUR ULNGN KENIKN KELS (UKK) THUN PELJRN 2012 / 2013 Mata pelajaran : Matematika Hari / Tanggal : Selasa / 04 Juni 2013
Lebih terperinciKisi kisi Soal Tes. Bentuk Nomor. Uraian 1
44 Lampiran 1 : Kisi-kisi So_al Tes Kisi kisi Soal Tes No Materi Uraian Materi 1 Bangun Segi datar empat adalah bangu n datar yang dibatas i oleh empat sisi Indikator Soal Siswa dapat mengenal jenis jenis
Lebih terperinciTEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR
TEORI BELAJAR MATEMATIKA DAN PENERAPANNYA DI SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD kelas awal oleh Rahayu Condro Murti, M.Si Belajar dan Pembelajaran Belajar : berusaha untuk memperoleh kepandaian atau
Lebih terperinciOSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP)
Pembahasan Soal OSK SMP 2017 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN SMP 2017 OSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 20 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE SAINS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORITIS. adalah luas daerah tertutup suatu permukaan bangun datar.
7 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Bangun datar merupakan bangun dua dimensi yaitu sebuah bangun yang mempunyai luas yang sesungguhnya yang dapat digambarkan. Keliling sebuah bangun datar adalah
Lebih terperinciSegi Empat. Persembahan
i Segi Empat Persembahan Hai sobat dumat (dunia metematika), kali ini saya akan mempersembahkan sebuah buku yang sebenarnya untuk memenuhi syarat mendapatkan nilai Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang di pahami dan di mengerti dengan benar. Ernawati (2003;8) mengemukakan
6 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Pemahaman Konsep Menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang di pahami dan di mengerti dengan
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE
ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE JURNAL Disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai Gelar
Lebih terperinciLAMPIRAN LAMPIRAN 140
LAMPIRAN LAMPIRAN 140 LAMPIRAN A Perangkat Pembelajaran Lampiran A.1 : RPP Kelas Eksperimen 1 (dengan model pembelajaran CORE) Lampiran A.2 : RPP Kelas Eksperimen 2 (dengan model pembelajaran STAD) Lampiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan
Lebih terperinciBAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA
BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan
Lebih terperinciBAHAN BELAJAR: BANGUN DATAR. Untung Trisna Suwaji. Agus Suharjana
BAHAN BELAJAR: BANGUN DATAR Untung Trisna Suwaji Agus Suharjana KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA YOGYAKARTA
Lebih terperinciD. GEOMETRI 2. URAIAN MATERI
D. GEOMETRI 1. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini diharapkan peserta diklat memahami dan dapat menjelaskan unsur-unsur geometri, hubungan titik, garis dan bidang; sudut; melukis bangun geometri; segibanyak;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang diciptakan agar siswa menjadi aktif dan senang dalam belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinci