PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

BAB III PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

Persamaan Diferensial

BAB V PERSAMAAN LINEAR TINGKAT TINGGI (HIGHER ORDER LINEAR EQUATIONS) Persamaan linear tingkat tinggi menarik untuk dibahas dengan 2 alasan :

I. Sistem Persamaan Diferensial Linier Orde 1 (Review)

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

MODUL PRAKTIKUM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (MAM2201) DISUSUN OLEH : 1. Zulkarnain, M.Si 2. Khozin Mu tamar, M.Si

BAB PDB Linier Order Satu

Persamaan Diferensial

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

Pengantar Gelombang Nonlinier 1. Ekspansi Asimtotik. Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas

TUGAS MANDIRI KULIAH PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tahun Ajaran 2016/2017

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

BAB II LANDASAN TEORI

Persamaan Di erensial Orde-2

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 4) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui.

Nurdinintya Athari PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 2

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

BAB II LANDASAN TEORI

FOURIER Oktober 2013, Vol. 2, No. 2, PENYELESAIAN MASALAH NILAI BATAS PERSAMAAN DIFERENSIAL MATHIEU HILL

Dalam bentuk SPL masalah ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

BAB IV PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER

Pertemuan 13 persamaan linier NON HOMOGEN

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

SUBRUANG VEKTOR. Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KALKULUS LANJUT A (S1 / TEKNIK INFORMATIKA ) KODE / SKS KD

PRAKTIKUM 4 SOLUSI MATEMATIKA DENGAN MAPLE

Department of Mathematics FMIPAUNS

BAB 4 KEKONSISTENAN PENDUGA DARI FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN WAKTU TUNGGU DARI PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT

(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66

BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA

Aljabar Linier Elementer

Sebuah garis dalam bidang xy bisa disajikan secara aljabar dengan sebuah persamaan berbentuk :

BAB II LANDASAN TEORI. eigen dan vektor eigen, persamaan diferensial, sistem persamaan diferensial, titik

II LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:

BAB VI PENYELESAIAN DERET UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

Pengantar Metode Perturbasi Bab 4. Ekspansi Asimtotik pada Persamaan Diferensial Biasa

Suatu himpunan tak kosong F dengan operasi penjumlahan dan perkalian, dikatakan sebagai field jika untuk setiap,, memenuhi sifat-sifat berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

BAB II SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Sistem persamaan linear ditemukan hampir di semua cabang ilmu

HASIL PRESENTASI ALJABAR LINIER ( SUB RUANG VEKTOR ) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pengampu : Darmadi, S,Si, M.

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

Ujian Tengah Semester

Sistem Persamaan Linier dan Matriks

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel x, sehingga nilai y bergantung pada nilai x. Adanya relasi kebergantungan

APLIKASI MATRIKS KOMPANION PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER NON HOMOGEN TUGAS AKHIR

Analisa Matematik untuk Menentukan Kondisi Kestabilan Keseimbangan Pasar Berganda dengan Dua Produk Melalui Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear

Persamaan Diferensial

WARP PADA SEBUAH SEGITIGA

SILABUS PENGALAMAN BELAJAR ALOKASI WAKTU

METODE BEDA HINGGA UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA LINEAR DENGAN SYARAT BATAS DIRICHLET GALUH MAHARANI

SISTEM PERSAMAAN LINEAR

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

BAB 1. KONSEP DASAR. d y ; 3x = d3 y ; y = 3 d y ; x = @u @z 5 6. d y = 7 y x Dalam bahan ajar ini pemba

PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER HOMOGEN ORDE 2 Oleh: Ir. Sigit Kusmaryanto, M.Eng

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Sifat Strong Perron-Frobenius Pada Solusi Positif Eventual Sistem Persamaan Differensial Linier Orde Satu


Sistem Persamaan linier

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Persamaan Diferensial

PERKALIAN MATRIKS PERSEGI MENGGUNAKAN ALGORITMA STRASSEN

ABSTRAK 1 PENDAHULUAN

1.1. Definisi, Notasi, dan Operasi Vektor 1.2. Susunan Koordinat Ruang R n 1.3. Vektor di dalam R n 1.4. Persamaan garis lurus dan bidang rata

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan menggunakan turunan fungsi pada

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. iterasi Picard di dalam persamaan diferensial orde pertama, perlu diketahui

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

BAB III TRANSFORMASI MATRIKS DERET DIRICHLET HOLOMORFIK. A. Transformasi Matriks Mengawetkan Kekonvergenan

LIMIT DAN KEKONTINUAN

Penyelesaian Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Mathieu Hill

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL TUNDA LINIER ORDE 1 DENGAN METODE KARAKTERISTIK

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab Landasan Teori ini akan dibahas mengenai definisi-definisi, dan

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ALJABAR LINIER KODE / SKS : IT / 2 SKS

Solusi Persamaan Linier Simultan

MODUL IV SISTEM PERSAMAAN LINEAR

Modul 2.2 Matriks dan Sistem Persamaan Linear (Topik 3) A. Pendahuluan Matriks dan Sistem Persamaan Linear

Sistem Persamaan Linear Homogen 3P x 3V Metode OBE

Hendra Gunawan. 23 April 2014

Analisis Instruksional (AI) dan Silabus. MAT100 Pengantar Matematika. Program Studi S-1 Matematika Departemen Matematika Institut Pertanian Bogor

Kumpulan Soal,,,,,!!!

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

PAM 252 Metode Numerik Bab 3 Sistem Persamaan Linier

matematika LIMIT ALJABAR K e l a s A. Pengertian Limit Fungsi di Suatu Titik Kurikulum 2006/2013 Tujuan Pembelajaran

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

Transkripsi:

PRAKTIKUM 3 PAM 253 PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA TOPIK: PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA ORDE DUA ========== Dalam praktikum ini selalu gunakan Worksheet Mode dengan tipe input Maple Notation ========== I. Pendahuluan Pandang PDB orde 2 linier yang mempunyai bentuk umum Untuk mengkonstruksi solusi umum dari PDB (1), diperlukan beberapa teorema pendukung berikut. Teorema 1. (Prinsip Superposisi) Jika dan masing-masing merupakan solusi dari PDB (1) pada suatu selang, maka kombinasi linier, untuk dan suatu konstanta sebarang, juga merupakan solusi dari PDB (1) pada selang. Teorema 2. (Kebebaslinieran Dua Fungsi) Dua fungsi dan bebas linier pada selang jika dan hanya jika Notasi W dikenal sebagai determinan Wronskian atau disingkat Wronskian. Teorema 3. (Solusi Umum PDB Orde 2 Linier Homogen) Misalkan dan adalah dua solusi bebas linier dari PDB orde 2 linier homogen Maka solusi umum dari PDB (2) diberikan oleh, untuk dan konstanta sebarang. Teorema 4. (Solusi Umum PDB Orde 2 Linier Nonhomogen) Jika adalah suatu solusi dari PDB (1) dan adalah solusi umum dari PDB homogennya [yaitu pers. (2)], maka solusi umum dari PDB (1) adalah Solusi dan dikenal berturut-turut sebagai solusi homogen dan solusi partikular. Pada praktikum ini akan dibahas penyelesaian dari PDB (1) dan (2) yang ditentukan secara manual (tapi tetap memerlukan beberapa bantuan sintaks Maple) dan kemudian membandingkannya dengan solusi yang diperoleh dengan perintah dsolve pada Maple. Anda diasumsikan telah memahami metode penyelesaian PDB orde dua linier homogen dan nonhomogen. II. PDB Orde 2 Linier Homogen Silakan ketik perintah berikut dan pahami arti dari sintaksnya. [> restart; [Mendefinisikan PDB orde 2 linier homogen dan diberi nama "pdb1" [> pdb1:=diff(y(t),t$2)+diff(y(t),t)+y(t)=0; [1. Mencari solusi umum [Mendefinisikan persamaan karakteristik untuk PDB di atas [> pk:=subs(diff(y(t),t$2)=r^2,diff(y(t),t)=r,y(t)=1,pdb1); Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 1 of 6

[Mencari akar-akar persamaan karakteristik [> sol:=solve(pk,r); [> alpha:=re(sol[1]); [> beta:=im(sol[1]); [Menulis solusi umum untuk kasus akar kompleks [> exp(alpha*t)*(a*cos(beta*t)+b*sin(beta*t)); [Mencari solusi umum persamaan diferensial dengan menggunakan perintah "dsolve" [> sol_umum_pdb1:=dsolve(pdb1); [Perhatikan bahwa dua persaman terakhir sama [2. Memeriksa kebebaslinieran dari dua komponen solusi umum [Pertama, pisahkan kedua komponen solusi umum yang diperoleh di atas [> y1:=coeff(rhs(sol_umum_pdb1),_c1); [> y2:=coeff(rhs(sol_umum_pdb1),_c2); [Kedua, tentukan matriks Wronskian dari y1 dan y2 [Mendefinisikan baris pertama matriks Wronskian [> W1:=[y1,y2]; [Mendefinisikan baris kedua matriks Wronskian [> W2:=diff(W1,t); [Catatan: untuk mendefinisikan sebuah matriks pada Maple, ikuti contoh sintaks berikut: [> Matrix([[1,2,4,4],[3,4,1,1],[1,x,y,0]]); Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 2 of 6

[Dengan demikian, menggabungkan W1 dan W2 menjadi matriks Wronskian dapat ditulis sebagai berikut: [> W:=Matrix([W1,W2]); [Selain cara di atas, menentukan matriks Wronskian dapat juga langsung menggunakan perintah "Wronskian" dengan [terlebih dahulu mengaktifkan package "VectorCalculus" [> with(vectorcalculus): [> Wronskian(W1,t); [Perhatikan bahwa dua matriks terakhir sama [Selanjutnya cari nilai determinan dari matriks Wronskian di atas dengan terlebih dahulu mengaktifkan package ["LinearAlgebra" [> with(linearalgebra): [> simplify(determinant(w)); [Hasil di atas menunjukkan bahwa determinan matriks Wronskian tidak nol (jelaskan!). [Dengan demikian y1 dan y2 bebas linier atau dikatakan membentuk himpunan fundamental dari solusi-solusi [persamaan diferensial [3. Mencari solusi khusus dan memplotnya [Mendefinisikan syarat awal dan diberi nama "sa1" [> sa1:=y(0)=0,d(y)(0)=1; [Mencari solusi khusus persamaan diferensial dengan menggunakan syarat awal yang diberikan [> sol_khusus_pdb1:=dsolve({pdb1,sa1}); [Mengubah solusi masalah nilai awal di atas menjadi fungsi "y1" [> y1:=unapply(rhs(sol_khusus_pdb1),t); [Memplot fungsi y1(t) [> plot(y1(t),t=0..20); Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 3 of 6

[Periksa limit fungsi y1(t) untuk t menuju tak-hingga [> limit(y1(t),t=infinity); III. PDB Orde 2 Linier Nonhomogen Silakan ketik perintah berikut dan pahami arti dari sintaksnya. [> restart; [Mendefinisikan PDB orde 2 linier nonhomogen dan diberi nama "pdb2" [> pdb2:=diff(y(t),t$2)+y(t)=cos(t); [1. Mencari solusi homogen [Definisikan terlebih dahulu versi homogen dari "pdb2" [> pdb2homogen:=lhs(pdb2)=0; [Selesaikan dengan menggunakan perintah "dsolve" [> sol_homogen:=dsolve(pdb2homogen); [2. Mencari solusi partikular [Cari solusi partikular dengan cara manual terlebih dahulu (dalam hal ini digunakan metode koefisien tak-tentu). [Karena solusi homogen memuat fungsi yang juga sama bentuknya dengan fungsi nonhomogen, maka pemisalan [untuk solusi partikularnya dapat dicoba dengan mengalikan variabel bebas t [> yp:=a*t*sin(t)+b*t*cos(t); [Substitusikan solusi partikular "yp" di atas ke persamaan "pdb2" [> eq:=eval(subs(y(t)=yp,pdb2)); [Dengan melihat hubungan koefisien, diperoleh 2 persamaan berikut: [> eq1:=coeff(lhs(eq)-rhs(eq),cos(t))=0; [> eq2:=coeff(lhs(eq)-rhs(eq),sin(t))=0; [Selesaikan dua persamaan di atas untuk A dan B Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 4 of 6

[> sol1:=solve({eq1,eq2},{a,b}); [Untuk mengambil nilai A dan B di atas, dapat menggunakan perintah berikut (perhatikan urutan yang muncul pada ["sol1" di atas): [> A=rhs(sol1[1]);B=rhs(sol1[2]); [Dengan demikian solusi partikular menjadi [> sol_partikular:=subs(a=rhs(sol1[1]),b=rhs(sol1[2]),yp); [3. Menentukan solusi umum [Tulis solusi umum = solusi homogen + solusi partikular [> solusi_umum_pdb2:=rhs(sol_homogen)+sol_partikular; [Tentukan solusi umum dengan menggunakan perintah "dsolve" [> dsolve(pdb2); [Dua persamaan terakhir pada dasarnya sama (jelaskan!). [4. Menentukan solusi khusus dan memplotnya [Definisikan syarat awal [> sa2:=y(0)=1,d(y)(0)=1; [Mencari solusi khusus dengan menggunakan perintah "dsolve" [> solpdb2:=dsolve({pdb2,sa2}); [Mengubah solusi masalah nilai awal di atas menjadi fungsi "y2" [> y2:=unapply(rhs(solpdb2),t); [Memplot fungsi y2(t) [> plot(y2(t),t=0..100); Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 5 of 6

LATIHAN Carilah solusi masalah nilai awal berikut, kemudian plot solusinya. 1. 2. Jurusan Matematika FMIPA Unand Praktikum PDB Semester Ganjil 2017/2018 Page 6 of 6