BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kategori Frekuensi Prosentase Tuntas 10 37,04% Tidak Tuntas 17 62,96% Total %

BAB IV HASIL DAN PMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Belajar IPA Kelas I Pra Siklus BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

penggunaan pembelajaran kooperatif model picture and picture sesuai dengan analisis masalah. d. Merancang tes formatif perbaikan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV % Tuntas % 3 Tidak tuntas % %

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Frekuensi Persentase 1 Tuntas 7 33% 2 Tidak tuntas 14 67% Jumlah % Minimum 30 Maksimum 82

HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SIKLUS 2

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBELAJARAN Pelaksanaan Tindakan Kondisi Awal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dan dalam bahasa inggris disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan. tahap perencanaan antara lain:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. menyangkut suatu proses pengumpulan sampai penulisan laporan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Selanjutnya data yang terkumpul diuraikan melalui analisa deskriptif. Yaitu analisa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan jumlah siswa 20 anak yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11. Lugusari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. juga teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Penelitian ini hanya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. umum terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal

Jumlah 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair Share

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

4.1Kondisi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pembelajaran pada kondisi awal belum memanfaatkan kerja kelompok dengan teman sebangku dan alat bantu benda kongkrit. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih rendah, siswa cenderung pasif, dan lebih banyak mendengarkan penjelasan dari guru. Saat guru menjelaskan materi pelajaran, banyak siswa kurang memperhatikan. Keaktifan atau motifasi belajar siswa yang rendah berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar, sehingga indikator keberhasilan belum tercapai sesuai denagn KKM yaitu (70). Hasil tes kondisi awal yang nampak seperti tabel 4.1 bahwa dari hasil kondisi awal dapat diketahui jumlah siswa yang tuntas dan yang tidak tuntas, nilai minimum dan nilai maksimum, dan nilai rata-rata kelas berikut kategori ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kondisi awal. Tabel 4.1 Hasil Tes Kondisi Awal Kategori Frekuensi (Jumlah siswa) Persentase Tuntas 10 37,04% Tidak tuntas 17 62,96% Total 27 100 % Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang tuntas dan tidak tuntas dari siswa yang berjumlah 27 anak. Jumlah siswa yang tuntas adalah 10 anak dengan 37,04%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas adalah 17anak dengan presentase 62,96%. Deskripsi awal, dapat diketahui bahwa separuh lebih dari jumlah sisiwa tidak tuntas. Untuk memperjelas tabel 4.1 dapat dilihat pada diagram lingkaran 4.1.

Kondisi Awal 0% 0% 37,04% Tuntas Tidak Tuntas 62,96% Gambar 4.1 Diagram ketuntasan belajar IPS kondisi Awal Selain dapat melihat jumlah dan prosentase siswa yang mencapai tuntas sesuai dengan indikator kinerja yang diharapkan yaitu 80% siswa yang memperolah nilai 70. Tabel 4.2 Nilai maksimum, nilai minimum, dan mean atau rata-rata hasil belajar IPS Kondisi Awal No Data Ket 1 Nilai minimum 30 2 Nilai maksimum 70 3 Mean (rata-rata) 50,35 Tabel 4.2 diketahui nilai minimumnya adalah 30, dan maksimumnya adalah 70. Sedangkan mean atau rata-rata nilai yang diperolah pada kondisi awal adalah 50,35. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka peneliti ingin meningkatkan lagi hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo Salatiga. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan siklus I dengan memanfaatkan peta yang ada sebagai penggunaan alat bantu benda kongkrit. 4.2 Siklus 1 1. Perencanaan

Berdasarkan rumusan masalah dikemukakan di bab sebelumnya maka peneliti tertarik untuk menguji dan memperbaiki model pembelajaran Think-Pair-Share dengan melakukan penelitian tindakan kelas IV SD Blotongan 01 Salatiga. Penulis mencoba mencari cara memperbaiki permasalahan tersebut. Untuk itu penulis perlu merancang tindakan perbaikan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Perancangan suatu tindakan perbaikan mengaju kepada teori yang relevan dan/atau bertanya kepada ahli terkait ahli terkait yang dimaksud adalah ahli pembelajaran, atau ahli bidang studi. Dua langkah penting dalam perancangan tindakan adalah perbaikan adalah merumus hipotesis dan persiapan tindakan. a) Hipotesis tindakan adalah upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS melalui penggunaan model pembelajran Think-Pair-Share (TPS) bagi siswa SD Negeri Blotongan 01 tahun 2012/2013 b) Untuk sampai pada pemilihan tindakan yang tepat, penulis memulainya dengan menimbang berbagai prosedur alternatif yang mungkin dapat dilaksanankan agar perbaikan yang diinginkan dapat tercapai, kemudian menemukan prosedur tindakan yang diangggap tepat yang telah disampaikan dalam metodologi penelitian. Dalam menimbang-nimbang berbagai prosedur ini, penulis mencari masukan dari teman sejawat dan mengkaji teori/hasil penelitian yang telah ditinjau sebelumnya sehinggga rumusan hipotesisnya tepat. Persiapan tindakan berupa: (1) pembuatan skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah kegiatan dalam pembelalajran, disamping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan dan hal ini disajikan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti yang dilampirkan dalam lampiran, (2) menyediakan sarana pembelajaran yang mendudukung terlaksananya tindakan, (3) pembuatan instrumen penelitian termasuk lembar observasi, dan (4) pelaksanaan pengujian keterlaksanaan tindakan di lapangan. 2. Pelaksanaan Pertemuan 1 Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada 19 Agutus Agutus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin. Pada pertemuan ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share (TPS). Kegiatan awal guru memulai memperkenalkan diri bahwa saya Paus Maling, mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang berasal dari Papua. Setelah itu dilakukan apersepsi dan

menyampaikan kepada siswa bahwa pertemuan kita ini akan digunakan dengan membentuk kelompok. Ada pun kekurangan yang ditemukan dalam pertemuan pertama ini adalah kesulitan mengajukan pertanyaan, tanggapan, dari siswa masih terasa kurang karena belum terbiasa mengunakan model pembelajaran TPS serta pengaturan waktu yang tidak efektif. Kekurangan akan dilengkapi pada pertemuan II. Pertemuan ke 2 1. Perencanaan Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I pertemuan kedua dilaksanakan pada 23 Agutus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin. Pada pertemuan ini masih dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share (TPS). Guru menyiapkan Rencan Pelaksanaan Pembelajran dan berkonsultasi dengan guru kelas. 2. Pelaksanaan Pertemuan 2 Pada saat pembelajaran siklus I berlangsung, peneliti meminta bantuan Observer untuk mengamati proses pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan lembar observasi tersebut meliputi dalam mengikuti pelajaran. Dari hasil observasi tersebut dapat diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan selama pembelajaran berlangsung. 3. Refleksi pertemuan ke 2 Kegiatan pembelajaran siklus I pertemuan II ini sudah berjalan dengan baik. Sebagaian besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran, aktif berdiskusi, guru menjelaskan tentang materi siswa juga memperahtikan dengan tekun. Pertemuan ke dua ini diamati oleh observer untiuk mengamati jalannnya pembelajaran dari awal hinggga akhir pembelajaran. Adapun kekuarangan dalam pembelajaran siklus I pertemuan petama adalah pengaturan waktu perlu diperbaiki dan penjelasan terlalu cepat (peneliti). Sedangkan kelebihannya adalah sudah optimal dalam membimbimng siswa saat diskusi keloimpok, persiapan sebelum mengajar, adanya ketegasan guru saat menegur siswa yang tidak mendegarkan, melibatkan siswa dalam mengambil kesimpulan. Akan dilanjutkan ke siklus II sebagai pemantapan keberhasilan siklus I. 4. Refleksi

Data hasil pengamatan Pengolaan Pembelajaran.Data pengolahan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4.3 Data Refleksi Pengelolaan Skor Skor Rata-rata Pembelajaran minimum maksimum 25 100 62,5 Tabel 4.3 diketahui skor maksimal pengolahan pembelajaran adalah 100 sedangkan skor minimal adalah 25 dan skor rata-rata adalah 62,5. Untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat pengloahan pembelajaran digunakan 5 kategori, yakni kategori sangat baik. Ada pun rumus yang dipakai untuk mencari rentang adalah sebagai berikut: Nilai = sekor.perolehan X 100 % skor.maksimal Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 4.4 Kategori Hasil Pengukuran Rentang Nilai Kategori 90-100 Sangat Baik 75-89 Baik 60-74 Cukup Baik 50-59 Kurang 0-49 Sangat kurang Tabel 4.5 Observasi PengolaanPembelajaran Siklus I No Kegiatan Indikator Keberhasilan Hasil (%) Ketercapaian Indikator 1 Kegaiatan 75 % 75% Belum Awal 2 Inti 75 % 80% Tercapai 3 Penutup 75 % 79% Tercapai Rata-rata 75% 78% Tercapai Berdasarkan data tabel 4.5 kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan kelompok kecil dan alat peraga mencapai indikator keberhasilan yaitu 78%. Namun dalam kegiatan pendahuluan, inti dan penutup perlu disempurnakan karena masih ada kekurangan dan beberapa kegiatan penting yang telah direncanakan terlewatkan. Tabel 4.6 Deskripsi nilai minimum, maksimum, rara-rata pengukuran keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Uraian Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran Jumlah siswa Skor minimum Skor maksimum Rata-rata 27 0 100 50 Tabel 4.6 diketahui skor maksimal sebesar 100 dan skor minimal 25 dengan rata-rata 50. Hasil pengkuran tersebut kemudian dikelompokan menjadi lima golongan yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Sebagai pengelompokan digunakan rumus sebagai berikut: Dapat dilihat bahwa sebagaian besar siswa, yakni sejumlah 66,66% tingkat motivasi belajar yang tinggi skor 75-89 dicapai 18 siswa, 14, 81% menunjukan sedang dengan skor 60-74 dicapai oleh emapt siswa. Sementara 3,72 % siswa yang menunjukakan motivasi belajar yang sangat rendah 0% dengan skor 0-49 % tidak dicapai siswa atau 0. Maka dikatakan bahwa sebagaian besar tingkat motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Blotongan 01 Salatiga berada pada tingkat tinggi. Pengamatan pembelajaran diketahui skor maksimal angket motivasi belajar adalah 100 sedangkan skor minimal adalah 0. Untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat pengloahan pembelajaran digunakan 5 kategori, yakni kategori sangat baik. Ada pun rumus yang dipakai untuk mencari rentang adalah sebagai berikut: Nilai = sekor.perolehan X 100 % skor.maksimal Nilai = sekor.perolehan X 100 % skor.maksimal Keberhasilan belajar dapat dillihat bahwa sebagian besar respon, yakni sejumlah 70,38 % memiliki motivasi belajar tinggi, 14,8 % responden memiliki tingkat motivasi sangat tinggi, 14,81% memiliki tingkat motivasi rendah, dan sangat rendah adalah 0%. Maka, dapat dikatakan bahwa mayoritas responden memilki tingkat motivasi belajar yang tinggi. 2. Data Hasil Tes FormatifTabel 4.7

Tabel 4.7 Data Hasil Tes Siklus I Kategori Frekuensi Persentase Tuntas 17 62,96% Tidak tuntas 10 37,04% Total 27 100 % Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas pada siklus ini adalah 17 siswa dengan presentase 62,96% dan siswa yang belum tuntas pada siklus ini sebanyak 10 siswa dengan presentase 37,04%. Hal tersebut menunjukan bahwa pada siklus pertema secara klasikal siswa belum tuntas belajar karena yang memperoleh nilai 60 hanya sebesar 62,96% lebih kecil dari presentase ketuntasan yang dikehendaki. Yaitu sebesar 80 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum terbiasa atau mengerti apa yang dimaksud dengan kerja kelompok kecil dengan teman sebangku. Refleksi Refleksi dimaksudkan sebagai upaya untuk mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang dihasilkan, mengapa hal tersebut terjadi, dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan I diperoleh refleksi sebagai berikut: No Uraian Kondisi Awal Tabel 4:8 Refleksi Pelaksanaan I Siklus I Refleksi 1 Memanfaatkan teman sebagai sumber belajar 2 Persentase motivasi belajar siswa 3 Persentase angket motivasi - Baik (78%) Rendah Tinggi (67,85%) Rendah Tinggi (71,42%) Kondisi awal belum teramati. Siklus I telah mencapai keberhasilan Kondisi awal masih rendah. Siklus I belum mencapai persentase indikator keberhasilan, ada peningkatan dari tingkat rendah ke tinggkat tinggi. Kondisi awal masih rendah. Siklus I belum mencapai persentase indikator

belajar keberhasilan, ada peningkatan dari tingkat rendah ke tinggkat tinggi. 4 Persentase 35,71% 60,71% Kondisi awal dan siklus I belum Ketuntasan mencapai indikator keberhasilan. Peningktan sebesar 25 % 5 Kekurangan Siswa kurang berani mengajukan pertanyaan 6 Revisi Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa untuk bertanya. Berdasarkan tabel 4.8 di atas kekurangan yang ada pada siklus I akan diperhatikan siklus berikutnya. 4.3 Siklus 2 1. Rencana Tindakan Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II pertemuan pertama dilaksanakan pada 26 Agutus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin. Pada pertemuan ini dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share. Membuat RPP siklus II dan dilampiran, menyiapkan lembar observasi Siklus II, rinciannya di lampiran. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan pada 27 Agutus dan 30 Agutus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin jumlah yang memperoleh hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share. Pertemuan 1 Pelaksanaan Pada pelaksanaan pembelajaran siklus ke dua pertemuan pertama dilaksanakan pada 26 Agustus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin. Pada pertemuan ini masih dilakukan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share. Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan berkonsultasi dengan guru kelas. Pertemuan 2 1. Pelaksanaan Pada pelaksanaan pembelajaran siklus ke dua pertemuan pertama dilaksanakan pada 28 Agutus 2013 bertempat di ruang kelas IV SD Blotongan 01. Dari siswa kelas IV yang berjumlah 27 orang tidak ada yang izin. Pada pertemuan ini masih dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajran Think-Pair-Share. Guru menyiapkan Rencan Pelaksanaan Pembelajaran dan berkonsultasi dengan guru kelas. 2. Hasil Tindakan Data Hasil Pengamatan Aktivitas Guru/Pengolahan Pembelajaran dan data pengelolaan pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Tindakan Skor minimum Skor Rata-rata Pengelolaan pembelajaran 25 maksimum 100 62,5 Tabel 4.9 diketahui skor maksimal pengolahan pembelajaran adalah 100 sedangkan skor minimal adalah 25 dan skor rata-rata adalah 62,5. Untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat pengloahan pembelajaran digunakan 5 kategori, yakni kategori sangat baik. Ada pun rumus yang dipakai untuk mencari rentang adalah sebagai berikut: Nilai = sekor.perolehan X 100 % skor.maksimal Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 4.10 Kategori Hasil Pengukuran Rentang nilai Kategori 90-100 Sangat Baik 75-89 Baik 60-74 Cukup Baik 50-59 Kurang 0-49 Sangat kurang Tabel 4.11 Tabel Hasil Observasi Pengolaan Pembelajaran Siklus II N Kegiatan Indikator Hasil Ketercapaian

o keberhasilan (%) Indikator 1 Kegaiatan 75% 81% Tercapai Awal 2 Inti 75% 83 % Tercapai 3 Penutup 75% 79% Tercapai Rata-rata 75% 81% Tercapai Aspek yang diamati untuk memperoleh data motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran siklus II meliputi 10 aspek yang meliputi: (1) siswa antusias dalam merespon motivasi guru, (2) Mampu menjawab pertanyaan guru dengan benar, (3) memperhatikan penjelasan guru, (4) mengajukan pertanyaan (5) mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, (6) berdiskusi dengan teman, (7) membantu teman yang kesulitan, (8) membuat rangkuman, (10) mengerjakan tes dengan semangat dan hasilnya dikelompokan menurut kategori yang telah ditentukan. Tabel 4.12 Deskripsi nilai minimum, maksimum, rara-rata Uraian Jumlah Skor Skor Rata-rata siswa minimum maksimum Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran 27 0 100 50 Tabel 4.6 diketahui skor maksimal sebesar 100 dan skor minimal 25 dengan rata-rata 50. Hasil pengkuran tersebut kemudian dikelompokan menjadi lima golongan yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Sebagai pengelompokan digunakan rumus sebagai berikut: Nilai = sekor.perolehan X 100 % skor.maksimal Dengan demikian tinggi rendahnya hasil pengukuran dapat dikategorikan sebagai berikut: Tabel 4.12 Rentang Nilai, Frekuensi dan Kategori No Rentang nilai Frekuensi Persentase Kategori 1 90-100 6 14,81% Sangat TInggi 2 75-89 21 85,19% Tinggi 3 60-74 0 0% Sedang 4 50-59 0 0% Rendah 5 0-49 0 0% Rendah Sekali Total 27 100 % Berdasarkan tabel 4.12 jelas bahwa sebagaian besar responden, yakni sejumlah 85,19% memilki tingkat keaktifan belajar yang tinggi dengan rentang nilai 75-89 dicapai oleh 23siswa, 14,81%

memilki keaktifan siswa sangat tinggi dengan rentang nilai 90-100 dicapai oleh 5 orang. Sedangkan keaktifan belajar tingkat sedang 0% dengan rentang nilai 40-55 dicapai oleh 0 siswa, dan sangat rendah juga 0% dengan rentang nilai 0-39 dicapai 0 siswa atau tidak ada. Maka dapat dikatakan bahwa mayoritas responden pada siklus II memiliki tingkat keaktifan belajar yang sangat tinggi. Tabel 4.13 Data Hasil tes Siklus II Kategori Jumlah Siswa Persentase Tuntas 24 88,88% Tidak tuntas 3 11,12% Total 27 100 % Dari tabel 4.13 ini memperlihatkan bahwa ada peningkatan cukup siknifikan dari siklus 1. berikut: Berdasarkan hasil observasi pelakasan siklus I dan II diperoleh hasil refleksi sebagai Tabel 4.14 Refleksi No Uraian Siklus I Siklus II Refleksi 1 Pemanfaatan benda kongkrit 2 Persentase motivasi siswa pembelajran dalam 78% (Baik) 66,66% (Tinggi) 81% (Baik) 77,77 (Tinggi) Sikluss I dan siklus II telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 3% Siklus I belum mencapai porsentase indikator keberhasilan (75% siswa memiliki motivasi belajar tingkat tinggi) dan siklus II telah mencapai Persentase keberhasilan, indikator motivasi belajar siswa berada pada tingkat tinggi. Peningkatan sebesar 10,72%

3 Persentase angket 70,38% 85,19% Siklus I belum mencapai motivasi belajar (Tinggi) (Tinggi) porsentase indikator keberhasilan (75% siswa memiliki motivasi belajar tingkat tinggi) dan siklus II telah mencapai persentase indikator keberhasilan, motivasi belajar siswa berada pada tingkat tinggi. Peningkatan sebesar 10,72% 4 Persentase Ketuntasan 62,96% 88,88% Siklus I belum mencapai persentase indikator keberhasilan yaitu 80% siswa memperoleh 70 dan siklus II telah mencapai indikator keberhasilan. Peningkatan sebesar 28,57%. 4. 4 Pembahasan 4.4.1. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model TPS memilki dampak positif dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya motivasi siswa dlam mengemukakan pendapatnya dan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru (persentase ketuntasan belajar meningkat dari kondisi awal, siklus I dan siklus II yaitu masing-masing 37,03%, 62,96%, 88,88%). 4.4.2 Kondisi Awal Proses Pembelajaran saat kondisi awal masih merepkan pembelajaran yang berpusat pada guru. Siswa hanya penerima materi dengan mendegarkan saja.hasil belajar IPS saat kondisi awal menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mendapat nilai 60 masih banyak, atau dapat dikatakan hampir separu dari siswa tidak tuntas. Siswa yang tidak tuntas yaitu 17 anak dari jumlah keseluruhan siwa yaitu 27 anak. Sedangkan siswa yang tuntas adalah 10 anak. Bila dilihat

presentase ketuntasannya, saat kondisi awal ini siswa tidak tuntas adalah 62,96% dan yang tuntas adalah 37,04%. Nilai maksimum yang diperoleh siswa pada kondisi awal ini adalah 70, namun nilai minimum yang diperoleh siswa masih sangat rendah yaitu 30. Dengan demikian dapat dilihat rentang yang sangat jauh antara nilai minimum dan niulai maksimum. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa saat kondisi awal adalah 50,35. 4.4.3 Siklus I Pada proses pembelajaran siklus I yaitu disaat pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias. Ketuntasan siswa dapat dilihat dengan keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan guru. Hasil tes IPS pada siklus ini yang mencapai nilai 70 atau yang mencapai ketuntasan menurut indikator kinerja adalah 17 siswa (62,96%). Sedangkan siswa yang belum tuntas adalah 10 siswa (37,04%). Bila dibandingkan dengan kondisi awal, hasil belajarnya telah meningkat yaitu dari kondisi awal yang persentasenya ketuntasannya adalah 37,04% menjadi 62,96% pada siklus I ini.kenaikan persentase ketuntsan dari kondisi awal ke siklus I adalah 25%. Nilai minimum pada siklus I ini adalah 40, lebih tinggi dibandingkan pada saat kondisi awal yang hanya 30. Sedangkan nilai maksimumnya juga mengalami kenaikan, pada siklus I yaitu 70.Nilai rata rata yang dicapai pada siklus 70 dan bila dibandingkan dengan kondisi awal yang nilai rata-ratanya 50,35 maka pada siklus satu ini juga terjadi kenaikan nilai rata-rata sebesar 9,65. Tabel 4.14 Ketuntasan Kondisi Awal dan Siklus I No Kategori Jumlah Persentase (%) Kondisi Awal Siklus I Kondisi Awal Siklus I 1 Tuntas 10 17 37,04 62,96 2 Tidak Tuntas 17 10 62,96 37,04 3 Total 27 27 100 100 4 Minimum 30 40 5 Maksimum 70 80 6 Rata-rata 50,35 60 Tabel 4.14 diatas diketahui bahwa pada siklus I siwa yang mencapai tuntas adalah 62,96%. Hal ini berarti indikator kinerja yang diharapkan belum mencapai yaitu belum ada 80%

siswa yang mendapat nilai 70. Dengan demikian, penelitian pada siklus ini belum berhasil dan perlu perbaikan pada siklus selanjutnya terutama tentang kerja sama dalam kelompok. 4.4.4 Siklus 2 Proses pembelajaran dengan memanfaatkan alat peraga yang ada untuk berdikusi pada siklu 2 ini sudah lebih baik dari pada siklus I, pembelajaran serta ketepatan jawaban siswa dalam meenjawab pertanyaan guru. Hasil tes IPS pada siklus ini dibandingkan dengan hasil saat kondisi awal dan siklus I jauh lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mencapai nilai 70 atau yang mencapai ketuntasan menurut indikator kinerja adalah 25 siswa (88,88%) sedangkan siswa yang belum tuntas adalah 3 siswa (11,12%). Bila dibandingkan saat kondisi awal yang hanya 10 siswa yang tuntas (37,04%) dan siklus I ada 17 siswa yang tuntas (62,96%), siklus II ini memiliki jumlah ketuntasan yang paling tinggi. Dari data yang dapat kita ketahui kenaikan presentase ketuntasan dari siklus I ke siklus 2 adalah 25 %. Nilai minimum hanya 30 dan siklus I hanya 40. Sedangkan nilai maksimum meningkat menjadi menjadi 100, yang tadinya pada siklus I nilai maksimum yang dicapai adalah 80, kondisi awal yang nilai rata-ratanya 50,35 dan siklus I yang hanya 60. Pada siklus ini juga terjadi kenaikan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 15. Untuk mempermudah membandingkan hasil belajar antara kondisi awal, siklus I, dan siklus II dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut ini: Tabel 4.15 Berbandingan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Kategori Jumlah Persentase (%) Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2 Kondisi Awal Siklus Tuntas 10 17 24 37,04 66,66 88,88 Tidak Tuntas 17 10 3 62,96 37,04 11,12 Total 27 27 27 100 100 100 Minimum 30 40 40 Maksimum 70 80 80 Rata-rata 50,35 60 60 I Siklus II Tabel 4.15 diketahui bahwa hasil belajar siswa yang tuntas pada siklus 2 telah mencapai 88,88% atau lebih dari indikator kinerja yang diinginkan yaitu lebih dari 80% siswa yang mendapatkan

nilai 70. Hasil belajar pada siklus 2 ini ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tercapai tetapi telah mencapai indikator kinerja yang diharapkan sehingga penelitian dihentikan pada siklus ke 2. Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai indikator yang diharapkan, akan diberikan kegiatan remedial di luar kegiatan siklus.