BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi. dengan menggunakan Metode Information Economics

dokumen-dokumen yang mirip
Daftar Pertanyaan Wawancara. 2. Bagaimana struktur organisasi instansi, beserta tugas dan tanggung jawab tiap

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Langkah Langkah Evaluasi Investasi SI / TI dengan Metode IE

BAB I PENDAHULUAN. melakukan investasi sistem informasi, banyak hal-hal yang harus

BAB IV ANALISA RETURN ON INVESTMENT

BAB 4. Helpdesk, dimana investasi ini meliputi pembeliaan hardware dan software yang

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN CORPORATE VALUE. 0 Tidak berhubungan sama sekali. 1 Sangat sedikit hubungannya. 2 Sedikit berhubungan

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

Kata Kunci : Information Economics, Teknologi Informasi, Sistem Informasi Pemasaran, Domain Bisnis, Domain Teknologi. DAFTAR ISI

Kuisioner Domain Bisnis

LAMPIRAN 1. Kuesioner Portfolio Domain Bisnis

LAMPIRAN. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT INDOSAT, Tbk

LAMPIRAN 1. Kuesioner. Domain Bisnis. untuk penyusunan skripsi dengan judul Analisis Investasi Sistem Informasi dengan

LAMPIRAN KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TOYOTA ASTRA MOTOR

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. mencakup pengadaan peralatan teknologi informasi seperti hardware dan software yang

BAB III DATA DAN ANALISIS. pada tanggal 10 Januari 1894 di Batavia.

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DSLAM PADA TELKOM MSC (MAINTENANCE SERVICE CENTER)

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. FEMALINDO MEDIA SEJAHTERA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

ANALISIS INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. SATYA DJAYA RAYA TRADING DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

PENERAPAN METODOLOGI INFORMATION ECONOMICS DALAM IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI FRS (Form Registrasi Studi) DI UNIVERSITAS XYZ SURABAYA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Program Studi Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap 2007/2008

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAMPIRAN LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN COORPORATE VALUE. Petunjuk: Berilah nilai bobot antara 0-5 dimana:

ANALISIS INVESTASI IMPLEMENTASI APLIKASI SAP MODUL SALES DISTRIBUTION DENGAN PENDEKATAN INFORMATION ECONOMIC STUDI KASUS PT EXCELCOMINDO PRATAMA

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENGEMBANGAN

KONTRADIKSI PRODUKTIVITAS TEKNOLOGI INFORMASI: SEBUAH ANALISIS EKSISTENSI MOBILE BRANCH PADA BANK MUAMALAT KOTA SURABAYA

KUESIONER EVALUASI PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI PEMASARAN BAGI PERUSAHAAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Analisis investasi TI dengan menggunakan metode Information Economics

ANALISIS SISTEM APLIKASI SAP-CRM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT XL AXIATA TBK

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN. LAMPIRAN - Kuesioner Domain Keuangan. informasi. Investasi teknologi informasi termasuk jaringan LAN dan komputer core 2

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI NAVISION BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT. FRINA LESTARI NUSANTARA

Model Group Advanced Information Economic (G AIE) Financial Approach Non Financial Approach

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI PADA PT. RIAP INDO NESIA DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS SKRIPSI. Oleh: Yassavati

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN UNTUK DOMAIN BISNIS

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

2.1 Konsep Sistem Informasi dan Teknologi Informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS INVESTASI MODUL FINANCE PADA SISTEM MULTIFINANCE PT SUZUKI FINANCE INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS SKRIPSI.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (TI) sebagai sebuah investasi untuk mendukung tujuan perusahaan.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN INFORMATION ECONOMICS (IE) UNTUK PENGKAJIAN INVESTASI SI/TI STUDI KASUS: PROYEK SIM PT ABCD

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS (STUDI KASUS : PT. MEGA CIPTA MANDIRI)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep Investasi Sisten Informasi dan Teknologi Informasi Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

EVALUASI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMPUTER DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA BALAI STANDARDISASI METROLOGI LEGAL REGIONAL II

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI E-KETENAGAKERJAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS PADA PT. MAHAKAM KENCANA INTAN PADI

Panduan Non-Financial Cost Benefit Analysis

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN HIBAH INTERNAL IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA)

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI SISTEM INFORMASI FINANSIAL MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS (IE) PADA CV. RINJANI AGRO SENTOSA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Konsep investasi Sistem Informasi dan Teknologi Informasi Pengertian Sistem Informasi dan Teknologi Informasi

KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI PROYEK TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

Kajian Manajemen Investasi Proyek E-Learning Dengan Pendekatan Generic Is/It Business Values (Studi Kasus : Sekolah Tinggi ABC)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Revolusi dunia bisnis dari Abad Industri menuju Abad Informasi telah menggeser

Bab 1. Pendahuluan. Dengan semakin berkembangnya kondisi perekonomian saat ini, semakin

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006

BAB 1 PENDAHULUAN. antar perusahaan. Untuk dapat bertahan dalam persaingan, maka perusahaan

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Manajemen Investasi SI/TI

Information Economics System untuk Mengkaji Kelayakan Investasi Proyek Teknologi Informasi

ANALISIS COST BENEFIT DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI JARINGAN PADA PT. INDO SUPER KENCANA

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI APLIKASI SISTEM INFORMASI FINANSIAL MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS (IE)PADA CV. RINJANI AGRO SENTOSA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Abstrak

IDENTIFIKASI NILAI BISNIS INVESTASI JARINGAN KOMPUTER (STUDI KASUS UNIVERSITAS XYZ JAKARTA) ABSTRAK

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berdiri pada tahun 1982 oleh Djoni Muksin dan pada tanggal 19 maret 1996

BAB 2 LANDASAN TEORI

MENGUKUR MANFAAT EKONOMIS SISTEM APLIKASI MONITORING ATM DENGAN METODE INFORMATION ECONOMICS: STUDI KASUS PT BANK XYZ TBK.

KAJIAN INVESTASI SISTEM INFORMASI AKADEMIK PADA UNIVERSITAS X DENGAN MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS

ABSTRAK Kata kunci: metode information economics, domain (manusia), dan evaluator.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS INVESTASI SISTEM INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN DOMAIN TEKNOLOGI - METODE INFORMATION ECONOMICS

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan (memiliki keunggulan bersaing/competitive advantage). Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi-teknologi baru yang muncul kian pesat belakangan ini menunjukkan

KAJIAN INVESTASI SISTEM INFORMASI BERDASARKAN DOMAIN BISNIS PADA UNIVERSITAS X

BAB I PENDAHULUAN. berbagai organisasi. Namun masih banyak manager bisnis yang belum yakin akan

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISA PEMILIHAN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMICS STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT TNI AL DR. RAMELAN - SURABAYA

Piranti Bantu Pendukung Pengambilan Keputusan Kelayakan Investasi e-government

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Informasi. mentah. Informasi dapat juga dianggap suatu data yang diolah lagi dan

BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI. besar investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan hardware, software, dan biaya

Transkripsi:

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Langkah-langkah Evaluasi Investasi Sistem dan Teknologi Informasi dengan menggunakan Metode Information Economics Evaluasi sistem dan teknologi informasi dengan metode Information Economics pada Direktorat Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM, dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap 3 domain, yaitu : a) Evaluasi terhadap domain keuangan Evaluasi terhadap domain keuangan, meliputi Traditional Cost Benefit Analysis, Value Linking, Value Acceleration, Value Restructuring dan Innovation Valuation b) Evaluasi terhadap domain bisnis Evaluasi terhadap domain bisnis, meliputi Strategic Match, Competitive Advantage, Management Information, Competitive Response, dan Project or Organizational Risk 73

74 c) Evaluasi terhadap domain teknologi Evaluasi terhadap domain teknologi, meliputi Strategic IS Architecture, Definitional Uncertainty, Technical Uncertainty, dan IS Infrastructure Risk 4.2 Evaluasi Terhadap Domain Keuangan Penilaian domain keuangan menggunakan metode ROI sederhana, dimana ROI diukur dari total investasi dan manfaat-manfaat yang diperoleh kecuali manfaat-manfaat yang diterima lebih dari waktunya. Pengembalian atau manfaat lalu dikalkulasikan untuk suatu periode waktu tertentu untuk menciptakan suatu persentase dalam investasi. Teknik Information Economics untuk mengembangkan perhitungan ROI sederhana yaitu Traditional Cost Benefit Analysis, Value Linking, Value Acceleration, Value Restructuring dan Innovation Valuation. 4.2.1 Traditional Cost Benefit Analysis Teknik traditional cost benefit analysis merupakan sarana untuk mengukur keuangan yang umum dalam menilai dan menentukan hasil dari keuntungan investasi teknologi informasi secara langsung. Dalam Information Economics, keuntungan yang diukur dalam traditional cost benefit analysis adalah keuntungan dari pengurangan biaya operasional sejak investasi teknologi informasi diimplementasikan pada Direktorat Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM.

75 Selain penghitungan keuntungan dari pengurangan biaya operasional dalam traditional cost benefit analysis juga dihitung biaya investasi teknologi informasi, dan analisis biaya berjalan dari investasi tersebut. 4.2.1.1 Biaya Investasi Sistem dan Teknologi Informasi Biaya investasi sistem dan teknologi informasi yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM terdiri atas biaya investasi awal dan biaya berjalan. a) Biaya Investasi Awal Total biaya investasi awal sistem dan teknologi informasi pada Direktorat Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM meliputi biaya pembelian hardware, software dan biaya instalasi adalah sebesar Rp 6.308.640.000 dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 3.1. b) Biaya Berjalan (On-Going Cost) Total biaya berjalan untuk tahun 2005 adalah sebesar Rp. 28.750.000 dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 3.2, total biaya berjalan untuk tahun 2006 adalah sebesar Rp. 30.800.000 dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 3.3, total biaya berjalan untuk tahun 2007 adalah sebesar Rp. 31.045.900 dengan rincian dapat

76 dilihat pada tabel 3.4 dan total biaya berjalan untuk tahun 2008 adalah sebesar Rp. 27.742.500 dengan rincian yang dapat dilihat pada tabel 3.5. Berdasarkan data biaya berjalan pada tahun 2005, 2006, 2007 dan 2008 maka dapat diprediksi pengeluaran biaya berjalan untuk tahun 2009 dengan menghitung biaya rata-rata, dimana perhitungannya sebagai berikut : (Rp 28.750.000 + 30.800.000 + 31.045.900 + 27.742.500) / 4 = Rp 29.584.600 Berikut adalah tabel total biaya berjalan yang dikeluarkan direktorat paten setelah penerapan sistem dan teknologi informasi: Tahun Biaya Berjalan (Rp) 2005 28.750.000 2006 30.800.000 2007 31.045.900 2008 27.742.500 Perkiraan 2009 29.584.600 TOTAL 147.923.000 Tabel 4.1 Rincian Biaya Berjalan

77 4.2.1.2 Manfaat Investasi Sistem dan Teknologi Informasi Manfaat yang diperoleh oleh Direktorat Paten Ditjen Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan HAM setelah menerapkan sistem dan teknologi informasi antara lain pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK), biaya kertas dan biaya telepon. a. Pengurangan Biaya Alat Tulis Kantor (ATK) Biaya operasional yang mengalami pengurangan akibat dampak langsung dari investasi sistem dan teknologi informasi adalah biaya alat tulis kantor, biaya penggunaan alat tulis kantor pada tahun 2004 sebesar Rp. 180.780.000 yang diperoleh dari Rp. 1.205.200 x 150 pegawai. Oleh karena investasi TI yang dilakukan pada tahun 2005 biaya alat tulis kantor mengalami pengurangan. Berikut ini adalah rincian dari biaya alat tulis kantor : Tahun Biaya Alat Tulis Kantor (Rp) 2004 180.780.000 2005 160.000.500 2006 136.756.200 2007 130.565.500 2008 115.205.000 Tabel 4.2 Rincian Biaya Alat Tulis Kantor

78 Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.2, maka dapat dihitung pengurangan biaya alat tulis kantor sebagai berikut : Pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK) tahun 2005 Rp 180.780.000 Rp 160.000.500 = Rp 20.779.500 Pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK) tahun 2006 Rp 160.000.500 Rp 136.756.200 = Rp 23.244.300 Pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK) tahun 2007 Rp 136.756.200 Rp 130.565.500 = Rp 6.190.700 Pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK) tahun 2008 Rp 130.565.500 Rp 115.205.000 = Rp 15.360.500 Berdasarkan pengurangan biaya tahun 2005 sampai dengan 2008, maka perkiraan pengurangan biaya alat tulis kantor untuk tahun 2009 adalah sebesar : (Rp 20.779.500 + 23.244.300 + 6.190.700 + 15.360.500) / 4 = Rp 16.393.750

79 Berikut adalah tabel rincian pengurangan biaya alat tulis kantor (ATK) yang diperoleh Direktorat Paten setelah penerapan sistem dan teknologi informasi: Tahun Pengurangan Biaya ATK (Rp) 2005 20.779.500 2006 23.244.300 2007 6.190.700 2008 15.360.500 Perkiraan 2009 16.393.750 Total 81.968.750 Tabel 4.3 Rincian Pengurangan Biaya ATK b. Pengurangan Biaya Kertas Selain biaya alat tulis kantor, biaya operasional lainnya yang juga mengalami pengurangan akibat dampak langsung dari penerapan sistem dan teknologi informasi adalah biaya kertas, pada tahun 2004 penggunaan kertas mencapai Rp. 69.600.000, Dan setelah pengimplementasian aplikasi paten, jaringan LAN dan internet pada tahun 2005 2008 penggunaan kertas dapat ditekan. Berikut rincian biaya kertas tahun 2004 2008 :

80 Tahun Biaya Kertas (Rp) 2004 69.600.000 2005 58.300.000 2006 46.520.000 2007 39.500.450 2008 31.670.500 Tabel 4.4 Rincian Penggunaan Biaya Kertas Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.4 maka dapat dihitung pengurangan biaya kertas sebagai berikut : Pengurangan biaya kertas tahun 2005 Rp 69.600.000 Rp 58.300.000 = Rp 11.300.000 Pengurangan biaya kertas tahun 2006 Rp 58.300.000 Rp 46.520.000 = Rp 11.780.000 Pengurangan biaya kertas tahun 2007 Rp 46.520.000 Rp 39.500.450 = Rp 7.019.550

81 Pengurangan biaya kertas tahun 2008 Rp 39.500.450 Rp 31.670.500 = Rp 7.829.950 Berdasarkan pengurangan biaya kertas tahun 2005 sampai dengan 2008, maka perkiraan pengurangan biaya kertas untuk tahun 2009 adalah sebesar : (Rp 11.300.000 + 11.780.000 + 7.019.550 + 7.829.950) / 4 = Rp 9.482.375 Berikut adalah tabel rincian pengurangan biaya kertas yang diperoleh Direktorat Paten setelah penerapan sistem dan teknologi informasi: Tahun Pengurangan Biaya Kertas (Rp) 2005 11.300.000 2006 11.780.000 2007 7.019.550 2008 7.829.950 Perkiraan 2009 9.482.375 Total 47.411.875 Tabel 4.5 Rincian Pengurangan Biaya Kertas

82 c. Pengurangan biaya telepon Selain terjadi pengurangan alat tulis kantor dan biaya kertas, dampak yang diperoleh karena pengadaan investasi SI dan TI pada tahun 2005 berpengaruh pada penggunaan alat telekomunikasi yaitu telepon. Hal ini dikarenakan investasi SI dan TI yang diterapkan berupa investasi berbasis jaringan dan internet, sehingga proses komunikasi dapat dilakukan secara online. Pada tahun 2004, biaya penggunaan telepon mencapai Rp. 318.424.800 yang diperoleh dari biaya telepon rata-rata Rp. 26.535.400/bln, akibat dari investasi SI danti terjadi pengurangan biaya telepon dengan rincian sebagai berikut : (Nilai dalam Rupiah (Rp)) Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Keterangan Biaya telepon 318.424.800 285.878.800 245.628.800 197.973.300 141.424.800 Tabel 4.6 Rincian Biaya Telepon Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.6 maka dapat dihitung pengurangan biaya telepon sebagai berikut :

83 Pengurangan biaya telepon tahun 2005 Rp 318.424.800 Rp 285.878.800 = Rp 32.546.000 Pengurangan biaya telepon tahun 2006 Rp 285.878.800 Rp 245.628.800 = Rp 40.250.000 Pengurangan biaya telepon tahun 2007 Rp 245.628.800 Rp 197.973.300 = Rp 47.655.500 Pengurangan biaya telepon tahun 2008 Rp 197.973.300 Rp 141.424.800 = Rp 56.548.500 Berdasarkan pengurangan biaya telepon tahun 2005 sampai dengan tahun 2008, maka perkiraan pengurangan biaya telepon untuk tahun 2009 adalah sebesar : (Rp. 32.546.000 + Rp. 40.250.000 +Rp. 47.655.500 + Rp. 56.548.500) / 4 = Rp. 44.250.000

84 Berikut adalah tabel rincian pengurangan biaya telepon yang diperoleh Direktorat Paten setelah penerapan sistem dan teknologi informasi. (Nilai dalam Rupiah (Rp)) Tahun Keterangan Pengurangan biaya telepon 2005 2006 2007 2008 Perkiraan 2009 32.546.000 40.250.000 47.655.500 56.548.500 44.250.000 Tabel 4.7 Rincian Pengurangan Biaya Telepon Berikut adalah total pengurangan biaya operasional yang diperoleh Direktorat Paten setelah penerapan sistem dan teknologi informasi: Keterangan Tahun Pengurangan Biaya ATK Pengurangan Biaya Kertas Pengurangan Biaya Telepon Total Pengurangan Biaya Operasianal Nilai dalam Rupiah (Rp) 2005 2006 2007 2008 2009 20.779.500 23.244.300 6.190.700 15.360.500 16.393.750 11.300.000 11.780.000 7.019.550 7.829.950 9.482.375 32.546.000 40.250.000 47.655.500 56.548.500 44.250.000 64.625.500 75.274.300 60.865.750 79.738.950 70.126.125 Tabel 4.8 Total Pengurangan Biaya Operasional

85 4.2.2 Value Linking Value linking digunakan untuk mengevaluasi secara financial efek dari perubahan kinerja satu atau sejumlah fungsi dalam Direktorat Paten karena adanya implementasi sistem dan teknologi informasi. Setelah melakukan investasi SI dan TI telah terjadi peningkatan terhadap kinerja Direktorat Paten yaitu dalam hal menangani permohonan paten. Pada tahun 2004, Direktorat paten hanya mampu menangani 150 permohonan paten setiap bulannya dengan biaya permohonan paten sebesar Rp. 575.000 per permohonan, jadi pendapatan yang diperoleh dari permohonan paten di tahun 2004 sebesar Rp. 575.000 x 150 permohonan x 12 bulan = Rp. 1.035.000.000. Dikarenakan investasi SI dan TI yang dilakukan oleh Direktorat Paten pada tahun 2005 permohonan paten meningkat dengan rincian sebagai berikut : Jumlah Permohonan Paten Tahun 2004 2005 2006 2007 2008 Keterangan Permohonan Paten 1800 4499 6250 7750 9450 Tabel 4.9 Rincian Permohonan Paten Berdasarkan tabel 4.9 maka dapat dihitung jumlah perolehan pendapatan permohonan paten tiap tahunnya sebagai berikut :

86 Pendapatan permohonan paten di tahun 2004 sebesar Rp. 575.000 x 1800 = Rp. 1.035.000.000 Pendapatan permohonan paten di tahun 2005 sebesar Rp. 575.000 x 4499 = Rp. 2.586.925.000 Pendapatan permohonan paten di tahun 2006 sebesar Rp. 575.000 x 6250 = Rp. 3.593.750.000 Pendapatan permohonan paten di tahun 2007 sebesar Rp. 575.000 x 7750 = Rp. 4.456.250.000 Pendapatan permohonan paten di tahun 2008 sebesar Rp. 575.000 x 9450 = Rp. 5.433.750.000 Berdasarkan perhitungan di atas dapat kita hitung peningkatan permohonan paten dari tahun 2005 2008, sebagai berikut : Peningkatan pendapatan paten di tahun 2005 sebesar Rp. 2.586.925.000 Rp. 1.035.000.000 = Rp. 1.551.925.000 Peningkatan pendapatan paten di tahun 2006 sebesar Rp. 3.593.750.000 Rp. 2.586.925.000 = Rp. 1.006.825.000 Peningkatan pendapatan paten di tahun 2007 sebesar Rp. 4.456.250.000 Rp. 3.593.750.000 = Rp. 862.500.000 Peningkatan pendapatan paten di tahun 2008 sebesar Rp. 5.433.750.000 Rp. 4.456.250.000 = Rp. 977.500.000

87 Berdasarkan perhitungan peningkatan pendapatan paten dari tahun 2005 sampai dengan 2008, maka dapat diperoleh perkiraan peningkatan pendapatan paten pada tahun 2009 dengan perhitungan sebagai berikut : (Rp. 1.551.925.000 + Rp. 1.006.825.000 + Rp. 862.500.000 + Rp. 977.500.000) / 4 = Rp. 1.099.687.500 Berikut ini tabel peningkatan pendapatan paten : (Nilai dalam Rupiah (Rp)) Keterangan Peningkatan Pendapatan Paten Tahun 2005 2006 2007 2008 Perkiraan 2009 1.551.925.000 1.006.825.000 862.500.000 977.500.000 1.099.687.500 Tabel 4.10 Rincian Peningkatan Pendapatan Paten 4.2.3 Lembar Kerja Dampak Ekonomis Berikut adalah lembar kerja dampak ekonomis untuk perhitungan Return On Investment yaitu Traditional Cost Benefit Analysis dan Value Linking berdasarkan data-data yang meliputi biaya investasi awal (lihat tabel 3.1), biaya berjalan (lihat tabel 4.1), total pengurangan biaya operasional (lihat tabel 4.8) dan peningkatan pendapatan paten (lihat tabel 4.10).

88 Tabel 4.11 Lembar Kerja Dampak Ekonomis Traditional Cost Benefit Analysis dan Value Linking

89 Berdasarkan tabel 4.11 maka diperoleh persentase ROI sebesar 18.08 % dengan nilai tersebut dampak ekonomis Traditional Cost Benefit Analysis dan Value Linking yang diperoleh berada pada skor 1 dengan nilai 1 to 299%. 4.3 Evaluasi Domain Bisnis Penilaian di dalam evaluasi terhadap domain bisnis ini berdasarkan pada hasil angket yang telah dibagikan kepada bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan sistem dan teknologi informasi pada Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM. Tujuan dari penilaian ini yaitu untuk mengevaluasi kesesuaian antara penerapan sistem dan teknologi informasi dengan kondisi Direktorat Paten. Ada lima faktor dari domain bisnis yang dievaluasi, yaitu: Strategic Match, Competitive Advantage, Management Information, Competitive Response, dan Project or Organitional Risk. Empat faktor pertama yakni Strategic Match, Competitive Advantage, Management Information, dan Competitive Response bernilai positif (menambah nilai dari sistem), sedangkan Project or Organitional Risk bernilai negatif (mengurangi nilai dari sistem).

90 4.3.1 Strategic Match Pada faktor strategic match, evaluasi berfokus pada kesesuaian dari investasi sistem dan teknologi informasi yang telah dilakukan, apakah investasi tersebut mendukung pencapaian tujuan atau strategi secara langsung atau tidak. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai +5 (dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini). Faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Strategic Match +5 +5 +4 +5 +5 +24 +4,8 +5 Tabel 4.12 Skor Responden Strategic Match Menurut para responden, mereka membutuhkan sistem yang membantu mereka dalam memroses permohonan paten dan hal-hal lain yang terkait dengan permohonan paten. Investasi sistem dan teknologi informasi yang telah diimplementasikan sangat mendukung kegiatan mereka dalam melayani permohonan hak paten, maka diperolehlah skor yang tinggi untuk strategic match. Hasil angket ini menggambarkan bahwa investasi sistem dan teknologi informasi tersebut sudah sesuai dengan kondisi yang ada dan sangat mendukung kegiatan utama dan mendukung pencapaian tujuan dari Direktorat Paten.

91 4.3.2 Competitive Advantage Pada faktor competitive advantage, evaluasi berfokus pada tingkat dimana suatu investasi sistem dan teknologi informasi dapat mendukung organisasi untuk mempertahankan atau meningkatkan keunggulan bersaingnya. Evaluasi terhadap competitive advantage mempertimbangkan strategi bisnis yang sejalan dengan proses bisnis utama. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai 0 (dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Competitive Advantage 0 0 0 0 0 0 0 0 Tabel 4.13 Skor Responden Competitive Advantage Hasil ini diperoleh karena investasi sistem dan teknologi informasi menciptakan dan meningkatkan akses atau pertukaran data antara Direktorat Paten dengan para pemohon hak kekayaan intelektual dan kerjasama antar konsultan HKI. Direktorat Paten juga tidak memiliki pesaing, hanya berfokus pada pelayanan jasa berupa pemberian hak paten dan tidak memprioritaskan perolehan laba.

92 4.3.3 Management Information Pada faktor management information, evaluasi bertujuan untuk melihat apakah investasi sistem dan teknologi informasi menyediakan manajemen informasi bagi core activities pada suatu instansi, dimana setiap instansi memiliki core activities yang berbeda-beda. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai +5 (dapat dilihat dari tabel 4.14 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Management Information +5 +4 +5 +5 +4 +23 +4,6 +5 Tabel 4.14 Skor Responden Management Information Menurut para responden, sistem dan teknologi informasi yang telah diimplementasikan mampu menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan terkait dengan core activities Direktorat Paten dengan cepat dan mudah. Nilai ini menggambarkan bahwa investasi sistem dan teknologi informasi yang dilakukan oleh Direktorat Paten menyediakan manajemen informasi yang baik dan mendukung core activities dari Direktorat Paten. Investasi yang telah dilakukan mempermudah dan turut meningkatkan kinerja Direktorat sehingga core activities dari Direktorat Paten dapat terorganisir dengan lebih baik.

93 4.3.4 Competitive Response Faktor competitive response berhubungan dengan kerugian yang akan diterima oleh organisasi apabila terjadi penundaan dalam mengimplementasikan sistem dan teknologi informasi. Evaluasi faktor competitive response mengukur tingkat kegagalan sistem yang dapat mengakibatkan menurunnya daya saing dari instansi. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai 0 (dapat dilihat dari tabel 4.15 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Competitive Response 0 0 +1 0 0 +1 +0,2 0 Tabel 4.15 Skor Responden Competitive Response Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa Direktorat Paten bukanlah sebuah organisasi berorientasi bisnis, tetapi merupakan instansi yang menyediakan pelayanan jasa dalam hal pemberian hak paten, maka penundaan dalam mengimplementasikan sistem dan teknologi informasi tidak berdampak pada daya saing instansi. Pengimplementasian sistem dan teknologi informasi dapat ditunda tanpa mempengaruhi posisi kompetitif dari Direktorat Paten.

94 4.3.5 Project or Organizational Risk Pada faktor project or organizational risk, evaluasi berfokus pada tingkat dimana instansi mampu membawa perubahan yang dibutuhkan dan kesiapan instansi untuk melakukan perubahan sebagai akibat dari penerapan sistem dan teknologi informasi yang baru. Evaluasi ini dititikberatkan kepada pengguna atau domain bisnis dan bukan organisasi teknis. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai -1 (dapat dilihat dari tabel 4.16 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Project or 0 1 1 0 2 4 0,8 1 Organizational Risk Tabel 4.16 Skor Responden Project or Organizational Risk Hasil ini menunjukkan bahwa Direktorat Paten telah mampu mengelola resiko-resiko yang muncul akibat adanya perubahan yang disebabkan oleh investasi sistem dan teknologi informasi. Direktorat Paten dalam menerapkan sistem dan teknologi informasi telah memiliki perencanaan dan persiapan yang baik sehingga dapat meminimalkan resiko-resiko yang mungkin timbul sehubungan dengan investasi sistem dan teknologi informasi.

95 4.3.6 Hasil Angket Evaluasi Domain Bisnis Hasil dari angket untuk mengevaluasi domain bisnis yang telah disebarkan kepada lima orang responden dari Direktorat Paten dapat dilihat pada tabel 4.17 di bawah ini. Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Bisnis 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Strategic Match +5 +5 +4 +5 +5 +24 +4,8 +5 Competitive Advantage 0 0 0 0 0 0 0 0 Management Information +5 +4 +5 +5 +4 +23 +4,6 +5 Competitive Response 0 0 +1 0 0 +1 +0,2 0 Project or 0 1 1 0 2 4 0,8 1 Organizational Risk Tabel 4.17 Hasil Angket Domain Bisnis 4.4 Evaluasi Domain Teknologi Penilaian di dalam evaluasi terhadap domain teknologi ini berdasarkan pada hasil angket yang telah dibagikan kepada bagian-bagian yang berhubungan langsung dengan sistem dan teknologi informasi pada Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM. Evaluasi ini ditujukan kepada pihak-pihak yang terlibat di dalam pengembangan investasi dan para pengguna sistem dan teknologi informasi. Ada empat faktor dari domain teknologi yang dievaluasi, yaitu Definitional Uncertainty, Technical Uncertainty, Strategic IS Architecture, dan

96 IS Infrastructure Risk. Faktor Strategic IS Architecture merupakan satu-satunya faktor yang bernilai positif dan menambah nilai dari sistem, sedangkan tiga faktor lainnya bernilai negatif dan merefleksikan resiko dari teknologi. 4.4.1 Definitional Uncertainty Faktor ini menunjuk kepada tingkat kemampuan instansi untuk mengelola perubahan, dimana pencapaian target dapat ditoleransi, kebutuhan dari spesifikasi sistem telah diketahui, mengukur kompleksitas area dan kemungkinan terhadap perubahan rutin. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai -1 (dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Teknologi 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Definitional Uncertainty 1 0 2 2 1 6 1,2 1 Tabel 4.18 Skor Responden Definitional Uncertainty Nilai ini menunjukkan bahwa kebutuhan dan spesifikasi telah diketahui dengan jelas, dan memungkinkan terjadinya perubahan nonrutin.

97 4.4.2 Technical Uncertainty Faktor technical uncertainty menilai kesiapan instansi secara teknis untuk menerima investasi sistem dan teknologi informasi. Evaluasi terhadap faktor ini bertujuan untuk mengenali resiko dan mempersiapkan hal-hal yang berhubungan dengan keberhasilan investasi dan teknologi informasi. Ada lima penilaian di dalam technical uncertainty yaitu sebagai berikut (dapat dilihat pada tabel 4.19): a. Keterampilan yang dibutuhkan Hasil yang diperoleh dari pembagian angket yaitu bernilai -1, dimana dibutuhkan beberapa keterampilan baru untuk staf, sedangkan manajemen tidak membutuhkan keterampilan baru. b. Ketergantungan hardware. Hasil yang diperoleh dari pembagian angket yaitu bernilai 0, dimana hardware digunakan untuk aplikasi yang sejenis. c. Ketergantungan software. Hasil yang diperoleh dari pembagian angket yaitu bernilai 0, yang berarti software yang digunakan standar dan tidak memerlukan pemrograman.

98 d. Aplikasi software. Hasil yang diperoleh dari pembagian angket yaitu bernilai -3, yang menunjukkan bahwa program tersedia secara komersial dengan tingkat kompleksitas tinggi atau program dibuat sendiri dengan tingkat kesulitan sedang. e. Ketergantungan implementasi aplikasi Hasil yang diperoleh dari pembagian angket yaitu bernilai -3, yang berarti sistem memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pengimplementasiannya. Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Teknologi 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Technical Uncertainty Keterampilan yang dibutuhkan 1 1 0 4 0 6 1,2 1 Ketergantungan Hardware 1 0 0 1 0 0 0,4 0 Ketergantungan Software 0 1 0 0 0 0 0,2 0 Aplikasi Software 3 3 2 2 3 13 2,6 3 Ketergantungan Implementasi aplikasi 3 4 3 3 4 17 3,4 3 Tabel 4.19 Skor Responden Technical Uncertainty Rata-rata penilaian faktor technical uncertainty: (-1) + 0 + 0 + (-3) + (-3) = (-7)/5 = (-1,4) dibulatkan menjadi -1.

99 4.4.3 Strategic IS Architecture Faktor strategic IS architecture mengevaluasi tingkat kesesuaian proyek dengan keseluruhan strategi atau arsitektur sistem informasi yang ditetapkan oleh Direktorat Paten. Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai +5 (dapat dilihat pada tabel 4.20 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Teknologi 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor Strategic IS Architecture +5 +5 +5 +5 +5 +25 +5 +5 Tabel 4.20 Skor Responden Strategic IS Architecture Nilai ini menunjukkan bahwa investasi sistem dan teknologi informasi yang dilakukan merupakan bagian integral dari perencanaan strategis Direktorat Paten dan merupakan prasyarat untuk investasi lainnya yang terdapat dalam perencanaan strategis instansi. 4.4.4 IS Infrastructure Risk Faktor IS infrastructure risk menilai tingkat investasi di luar investasi sistem dan teknologi informasi yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi Direktorat Paten. Penilaian ini menekankan pada organisasi SI yang sudah ada, mencakup hardware, software, dan staf.

100 Hasil akhir yang diperoleh dari angket yang telah dibagikan yaitu bernilai -2 (dapat dilihat pada tabel 4.21 di bawah ini). Faktor faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Teknologi 1 2 3 4 5 Skor Rata rata Skor IS Infrastructure Risk 1 2 2 3 0 8 1,6 2 Tabel 4.21 Skor Responden IS Infrastructure Risk Nilai ini diberikan karena adanya kemungkinan dibutuhkannya investasi lain untuk integrasi lebih lanjut ke dalam lingkungan sistem informasi instansi. 4.4.5 Hasil Angket Evaluasi Domain Teknologi Hasil dari angket untuk mengevaluasi domain teknologi yang telah disebarkan kepada lima orang responden dari Direktorat Paten dapat dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini. Faktor-faktor Skor Responden Total Skor Pembulatan Domain Teknologi 1 2 3 4 5 Skor Rata-rata Skor Definitional Uncertainty -1 0-2 -2-1 -6-1,2-1 Technical Uncertainty -1,4-1 Strategic IS Architecture +5 +5 +5 +5 +5 +25 +5 +5 IS Infrastructure Risk -1-2 -2-3 0-8 -1,6-2 Tabel 4.22 Hasil Angket Domain Teknologi

101 4.5 Corporate Value Dalam corporate value dilakukan pembobotan terhadap nilai dan resiko dari investasi sistem dan teknologi informasi yang diterapkan oleh organisasi. Terdapat 2 sumber dalam penentuan corporate value, yaitu : a. Menentukan nilainya berdasarkan corporate culture, yaitu dengan mencari sumber data dari budaya organisasi itu sendiri. Aspek-aspek dari corporate culture meliputi : Organization, yaitu hubungan pelaporan secara tradisional atau matrix. System, yaitu process planning dan budgeting berjalan secara formal atau informal. Resources, yaitu sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk melakukan suatu proses kegiatan dapat secara langsung diperoleh atau harus melalui proses persetujuan birokrasi. Culture, yaitu suatu cara pengambilan keputusan yang dilakukan secara konservatif atau dengan mengambil resiko dan cara organisasi menentukan target yang akan dicapai untuk mensukseskan organisasinya baik secara jangka panjang maupun jangka pendek.

102 b. Menentukan nilai berdasarkan fungsi dari misi organisasi. Terdapat dua sudut pandang untuk menentukan kuadran, antara lain: Dari lini bisnis, dengan melihat lini bisnis tersebut menguntungkan dan dalam keadaan yang baik atau tidak. Dari dukungan komputer yang digunakan dalam lini bisnis dengan melihat keefektifitasan dukungan komputer tersebut. Setelah melakukan penelitian pada Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM, maka dapat disimpulkan bahwa Direktorat Paten berada pada kuadran D (Breakthrough Management). Kesimpulan ini diambil sebab Direktorat Paten yang bergerak di bidang pelayanan jasa memiliki nilai bisnis yang rendah, namun memiliki dukungan sistem dan teknologi informasi yang kuat. LINE OF BUSINESS Kuat Kuadran A Investment Kuadran C Infrastructure Derajat dimana bisnis Lemah Menguntungkan, kompetitif, sehat, kuat Lemah Kuat Computer Derajat dimana usaha Support komputer yang ada cukup kuat dan efektif Gambar 4.1 Nilai Korporat Organisasi Kuadran B Strategic Kuadran D Breakthrough Management

103 Setelah diketahui bahwa tingkat investasi Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM adalah breakthrough management, maka dapat diketahui nilai pembobotannya sebagai berikut: Domain Bisnis Bobot Skor A. ROI +4 +1 B. Strategic Match +6 +5 C. Competitive advantage 0 0 D. Management Information +4 +5 E. Competitive Response 0 0 F. Project organization risk -4-1 Domain Teknologi A. Definitional Uncertainty -2-1 B. Technical Uncertainty -2-1 C. Strategic IS Architecture +6 +5 D. IS Infrastructure Risk -2-2 Total Value +20 +16 Total Risk and Uncertainty -10-5 Tabel 4.23 Ringkasan Hasil Pembobotan dan Skor Hasil Angket 4.6 Nilai Maksimum dan Minimum Proyek Nilai maksimum proyek diperoleh dari pembobotan (Corporate Value, Tabel 4.23) dikalikan dengan skor maksimum dari angket, yaitu 5 (lima). Untuk menghitung nilai maksimum dalam skala pengukuran, nilai positif dari domain bisnis dan teknologi dijumlahkan. Sedangkan penjumlahan nilai negatif dari

104 domain bisnis dan teknologi akan menjadi nilai minimum dalam skala pengukuran. Hasil dari penjumlahan nilai maksimum proyek akan digunakan dalam menentukan interval pada skala pengukuran Likert. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.24 berikut ini. Domain Bobot Total Bobot Domain Bisnis & Teknologi (Maksimum) ROI +4 +20 Strategic Match +6 +30 Competitive Advantage +0 0 Management Information +4 +20 Competitive Response 0 0 Strategic IS Architecture +6 +30 Total Bobot Maksimum +100 Domain Bisnis & Teknologi (Minimum) Project or Organizational Risk -4-20 Definitional Uncertainty -2-10 Technical Uncertainty -2-10 IS Infrastucture Risk -2-10 Total Bobot Minimum -50 Tabel 4.24 Nilai Maksimum dan Minimum Proyek

105 4.7 Information Economics Scorecard Untuk memperoleh skor akhir dari investasi sistem dan teknologi informasi yang telah dilakukan oleh Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM, digunakan information economics scorecard. Data-data di dalam Information Economics scorecard ini adalah hasil evaluasi terhadap domain keuangan, domain bisnis, domain teknologi serta corporate value. Business Domain Technology Domain Weighted Evaluator ROI* SM* CA* MI* CR* OR* DU* TU* SA* IR* Score + + + + + - - - + - Factor 4 6 0 4 0 4 2 2 6 2 Business Domain 1 5 0 5 0 1 Technology Domain 1 1 5 2 Weighted Value 4 30 0 20 0 4 2 2 30 4 72 *Where: ROI Measurement ROI = Enhanced simple return on investment score Business Domain Assessment SM = Strategic Match CA = Competitive Advantage MI = Management Information CR = Competitive Response OR = Project or Organizational Risk Technology Domain Assessment DU = Definitional Uncertainty TU = Technical Uncertainty SA = Strategic Advantage IR = IS Infrastructure Risk Tabel 4.25 Information Economics Scorecard

106 Dari hasil perhitungan pada tabel 4.25, didapat skor untuk investasi sistem dan teknologi informasi pada Direktorat Paten Ditjen HKI Depatemen Hukum dan HAM sebesar 72. Nilai ini akan dimasukkan ke dalam skala Likert agar besarnya pengaruh investasi sistem dan teknologi informasi Direktorat Paten dapat diketahui dan dinilai. Nilai tersebut dimasukkan ke dalam skala Likert dengan nilai maksimum dan minimum proyek yang terdapat pada tabel 4.24, dimana nilai maksimum yang diperoleh adalah sebesar 100, dan nilai minimum adalah sebesar -50. Besarnya pengaruh dari investasi sistem dan teknologi informasi pada Direktorat Paten dapat dilihat pada skala Likert di bawah ini: Sangat Kecil Kecil Cukup Besar Sangat Besar -50-12,5 25 62,5 72 100 Gambar 4.2 Skala Likert Dari skala Likert pada gambar 4.2, dapat dilihat bahwa investasi sistem dan teknologi informasi yang dilakukan Direktorat Paten Ditjen HKI Departemen Hukum dan HAM berada diantara skala besar dan sangat besar, sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi sistem dan teknologi informasi tersebut sangat membantu dan membawa manfaat yang besar bagi proses dan kinerja dari Direktorat Paten.