II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Hutan rakyat tersusun dari satuan

dokumen-dokumen yang mirip
III METODE PENELITIAN

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

I. PENDAHULUAN. hutan rakyat diusahakan tanaman pohon-pohon yang hasil utamanya kayu: sengon

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

B a b 1 I s y a r a t

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

III. METODE PENELITIAN

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

III KERANGKA PEMIKIRAN

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

TINJAUAN PUSTAKA. secara geografis terletak antara Bujur Timur dan

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Paprika adalah salah satu komoditas sayuran yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

I. PENDAHULUAN II. LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

DAMPAK KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN BAKAU (MANGROVE) TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT PANTAI DI KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

Integral dan Persamaan Diferensial

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Bab IV Pengembangan Model

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Sistem

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

BAB 3 LANDASAN TEORI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA Huan rakya adalah huan yang pengelolaannya dilaksanakan oleh organisasi masyaraka baik pada lahan individu, komunal (bersama), lahan ada, maupun lahan yang dikuasai oleh negara. Huan rakya ersusun dari sauan ekosisem kehidupan mulai dari anaman keras, non kayu, sawa, buah-buahan, sauan budi daya semusim, peernakan, barang dan jasa, sera rekreasi alam (Awang dkk. 2002). Salah sau solusi unuk mengurangi ekanan erhadap huan dan mengaasi masalah kebuuhan lahan peranian adalah dengan menerapkan sisem agroforesry. Agroforesry merupakan sisem pemanfaaan lahan secara opimal berasaskan kelesarian lingkungan dengan mengusahakan aau mengkombinasikan anaman kehuanan dan peranian (perkebunan, ernak) sehingga dapa meningkakan perekonomian peani di pedesaan (Gauama, 2007). Lembaga Peneliian IPB (1983) dalam Purwano dkk. (2004) membagi huan rakya dalam iga kelompok, yaiu: 1. Huan rakya murni (monoculure), yaiu huan rakya yang hanya erdiri dari sau jenis anaman pokok berkayu yang dianam secara homogen aau monokulur. 2. Huan rakya campuran (polyculure), yaiu huan rakya yang erdiri dari berbagai jenis pohon-pohonan yang dianam secara campuran. 3. Huan rakya wana ani (agroforesry), yaiu yang mempunyai benuk usaha kombinasi anara kehuanan dengan cabang usaha ani lainnya seperi anaman

pangan, perkebunan, peernakan, perikanan, dan lain-lain yang dikembangkan secara erpadu. Pengembangan huan rakya dengan komodii erenu dapa memperbaiki muu lingkungan disamping meningkakan pendapaan masyaraka, mencipakan iklim mikro yang baik, memperbaiki srukur anah, dan mengendalikan erosi. Hal ersebu menjadikan huan rakya merupakan salah sau eknik konservasi anah dan air secara vegeaif (Purwano, dkk. 2004). Pembangunan huan rakya secara swadaya merupakan alernaif yang dipilih unuk mengaasi masalah sosial ekonomi dan lingkungan hidup, selain iu pengaruh posiif yang lain adalah erpeliharanya sumberdaya alam (konservasi anah dan air) sehingga meningkakan daya dukung lahan bagi penduduk dan iku sera dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS), mengurangi erjadinya kerusakan huan akiba penebangan liar dan penyeroboan anah. Kombinasi berbagai jenis anaman memungkinkan pemeikan hasil secara erus menerus dan memungkinkan erbenuknya sraifikasi ajuk sehingga mencegah erosi anah dan hempasan air huan (Arief, 2001). Deskripsi Tanaman Kemenyan Kemenyan (Syrax spp.) ermasuk jenis pohon berukuran besar yaiu dari famili Syracaceae. Adapun uruan sisemaika kemenyan adalah sebagai beriku: Kingdom Superdivision Division Class Ordo : Planae : Spermaophya : Angiospermae : Dikoil : Syracales

Family Genus Species : Syracaceae : Syrax : Syrax sumarana dan Syrax benzoin Di Indonesia erdapa ujuh jenis aau varieas kemenyan (Syrax spp.) yang menghasilkan geah akan eapi hanya dua jenis yang lebih umum dikenal dan diusahakan di Sumaera Uara, yaiu Syrax sumarana J.J.SM yang disebu dengan kemenyan oba dan Syrax benzoin DRYAND yang disebu dengan kemenyan (haminjon) durame. Dari kedua jenis ini ersebu, jenis yang perama lebih dominan karena memiliki kualias geah yang lebih baik dan bernilai ekonomi lebih inggi dibandingkan dengan jenis yang erakhir (Sasmuko, 2000). Ciri khas kemenyan oba (Syrax sumarana) adalah kandungan aau kadar asam sinamanya cukup inggi. Jelas bahwa jenis ini dapa menghasilkan geah kualias perama dengan ciri-ciri memiliki aroma yang lebih wangi, berwarna puih dan idak lengke. Sedangkan ciri khas jenis kemenyan durame (Syrax benzoin) bahwa jenis ini dapa menghasilkan geah kemenyan seperi ahir yang memiliki kualias geah lebih rendah dengan ciri-ciri berwarna hiam kecoklaan dan agak lengke. Manfaa/Kegunaan Kemenyan Penggunaan kemenyan unuk indusri dalam negeri sampai saa ini masih erbaas, relaif kecil dan belum banyak dikeahui sera dielii kegunaannya, kecuali dibakar sebagai bahan dupa dalam penyelenggaraan upacara-upacara keagamaan dan dipakai pada upacara ada aau sesajian sera ramuan rokok.

Eksraksi kimia geah kemenyan menghasilkan incure dan benzoin resin yang digunakan sebagai fix acive agen dalam indusri parfum. Eksraksi kemenyan juga dapa menghasilkan beberapa senyawa kimia yang diperlukan oleh indusri farmasi anara lain asam balsama, asam sinama, benzyl benzoae, sodium benzoae, benzophenone, eser aromais dan sebagainya. Di negara-negara indusri maju seperi negara Eropa, kemenyan (Syrax spp.) dipergunakan sebagai bahan dasar dalam pembuaan asam benzoae aau asam sinama dan eser-esernya, indusri farmasi (oba-obaan), indusri kosmeika dan bahan pembuaan parfum, pabrik porselin, sabun, plasik sineis, bahan pengawe pada indusri makanan dan sebagainya. Penggunaan kemenyan dari segi pemakaiannya sebagai bahan kimia yaiu anara lain: 1. Pada bidang farmasi (oba-obaan) Penggunaan kemenyan sebagai oba-obaan elah lama dipergunakan. Hal ini dibukikan dari berbagai lieraur kimia, yaiu: - Anisepik - Oba maa bagi penyaki kaaraks - Expecoran (melegakan pernafasan) 2. Pada oba-obaan peranian Melalui proses eserifikasi, asam sinama dipergunakan unuk membenuk eser-eser, seperi meil dan eil eser. Beberapa urunan kimianya dapa dipergunakan unuk pembuaan oba-obaan peranian.

3. Pada parfum Pada parfum dipergunakan sebagai fix acive, yaiu unuk menahan aroma parfum lebih lama dan memperemukan dua aau beberapa jenis parfum dari bahan yang berbeda unuk mendapakan aroma parfum yang lebih baik. 4. Pada Kosmeik 5. Pabrik rokok dan pabrik porselin 6. Kegiaan religius/upacara agama (dupa) 7. Varnis Berdasarkan uji coba pembuan varnish dari kemenyan ernyaa kemenyan menghasilkan varnish yang bermuu inggi (Edison (1983) dalam Yuniandra, 1998). Pengerian dan Fungsi Agroforesry Agroforesry adalah suau nama kolekif unuk sisem-sisem penggunaan lahan eknologi, dimana anaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu, dan sebagainya) dianam bersamaan dengan anaman peranian, dan/aau hewan, dengan suau ujuan erenu dalam suau benuk pengauran spasial aau uruan emporal, dan di dalamnya erdapa ineraksi-ineraksi ekologi dan ekonomi dianara berbagai komponen yang bersangkuan (Nair (1989) dalam Hairiah, 2003). Fungsi agroforesry erhadap aspek sosial, budaya dan ekonomi anara lain: (a) Kaiannya dengan aspek enurial, agroforesry memiliki poensi di masa kini dan masa yang akan daang sebagai solusi dalam memecahkan konflik menyangku lahan negara yang dikuasai oleh para peani penggarap; (b) Upaya

melesarikan idenias kulural masyaraka, pemahaman akan nilai-nilai kulural dari suau akivias produksi hingga peran berbagai jenis pohon aau anaman lainnya di lingkungan masyaraka lokal dalam rangka keberhasilan pemilihan desain dan kombinasi jenis pada benuk-benuk agroforesry modern yang akan diperkenalkan aau dikembangkan di suau empa; (c) Kaiannya dengan kelembagaan lokal, dengan prakik agroforesry lokal idak hanya melesarikan fungsi dari kepala ada, eapi juga norma, sanksi, nilai, dan kepercayaan (unsurunsur dari kelembagaan) radisional yang berlaku di lingkungan suau komunias; (d) Kaiannya dalam pelesarian pengeahuan radisional, salah sau ciri dari agroforesry radisional adalah diversias komponen eruama hayai yang inggi (polyculure). Sebagian dari anaman ersebu sengaja dianam aau dipelihara dari permudaan alam guna memperoleh manfaa dari beberapa bagian anaman sebagai bahan baku pengobaan. Meskipun hampir di seluruh kecamaan di Indonesia sudah ersedia Puskesmas aau Puskesmas Pembanu (Pusban), eapi masyaraka masih banyak yang memanfaakan lingkungannya sebagai abib bilamana mereka saki (Widiano dkk. 2003). Fungsi agroforesry diinjau dari aspek biofisik dan lingkungan pada skala benang lahan (skala meso) adalah kemampuannya unuk menjaga dan memperahankan kelesarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya erhadap kesesuaian lahan anara lain: (a) Memelihara sifa fisik dan kesuburan anah; (b) Memperahankan fungsi hidrologi kawasan; (c) Memperahankan cadangan karbon; (d) Mengurangi emisi gas rumah kaca; dan (e) memperahankan keanekaragaman hayai (Lahjie, 2004).

Klasifikasi Sisem Agroforesry Berbagai ipe agroforesry elah banyak diinvenarisir dan dikembangkan dengan benuk yang beragam erganung kondisi wilayah, lokasi dan ujuan agroforesry iu sendiri. Namun demikian, keragaman agroforesry ersebu dapa dikelompokkan ke dalam empa dasar uama (Sardjono dkk., 2003), yaiu: (1) Berdasarkan srukurnya (Srucural Basis) yang berari penggolongan diliha dari komposisi komponen-komponen penyusunnya (anaman peranian, huan, pakan, dan/aau ernak). Agroforesry dapa diklasifikasikan sebagai beriku: a. Agrisilvikulur (Agrisilviculural Sysems) Sisem agroforesry yang mengkombinasikan komponen kehuanan (aau anaman berkayu/woody plans) dengan komponen peranian (aau anaman non kayu). Tanaman berkayu dimaksudkan yang berdaur panjang (ree crops) dan anaman non kayu dari jenis anaman semusim (annual crops). b. Silvopasura (Silvopasural Sysems) Sisem agroforesry yang melipui komponen kehuanan (aau anaman berkayu) dengan komponen peernakan (aau binaang ernak/pasure). Kedua komponen dalam silvopasura seringkali idak dijumpai pada ruang dan waku yang sama (misal: penanaman rumpu hijauan ernak di bawah egakan pinus, aau yang lebih eksrim lagi adalah sisem cu and carry pada pola pagar hidup/living fences of fodder hedges and shrubs; aau pohon pakan serbaguna/mulipurpose fodder rees pada lahan peranian yang disebu proein bank ).

c. Agrosilvopasura (Agrosilvopasural Sysems) Merupakan pengkombinasian komponen berkayu (kehuanan) dengan peranian (semusim) dan sekaligus peernakan/binaang pada uni manajemen lahan yang sama. Conoh: berbagai benuk kebun pekarangan (homegardens), kebun huan (fores-gardens), aaupun kebun desa (village-foresgardens), seperi sisem Parak di Maninjau (Sumaera Bara) aau Lembo dan Tembawang di Kalimanan. (2) Berdasarkan sisem produksi, agroforesry dibedakan menjadi : a. Agroforesry berbasis huan adalah benuk agroforesry yang diawali dengan pembukaan sebagian areal huan dan/aau belukar unuk akivias peranian. b. Agroforesry berbasis pada peranian yaiu produk uama anaman peranian dan aau peernakan erganung sisem produksi peranian dominan di daerah ersebu. Komponen kehuanan merupakan elemen pendukung bagi peningkaan produkivias dan/aau susainabilias. c. Agroforesry berbasis pada keluarga adalah agroforesry yang dikembangkan di areal pekarangan rumah (homesead agroforesry). (3) Berdasarkan masa perkembangannya, agroforesry dapa dibedakan menjadi : a. Agroforesry radisional/klasik yaiu iap sisem peranian, dimana pohonpohonan baik yang berasal dari penanaman aau pemeliharaan egakan/anaman yang elah ada menjadi bagian erpadu, sosial ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sisem (agroecosysem). b. Agroforesry modern umumnya hanya meliha pengkombinasian anara anaman keras aau pohon komersial dengan anaman sela erpilih. Conoh:

berbagai model umpang sari (baik yang dilaksanakan oleh Perhuani di huan jai di Jawa aau yang coba diperkenalkan oleh beberapa pengusaha Huan Tanaman Indusri/HPHTI di luar Jawa). Pola Kombinasi Komponen dalam Sisem Agroforesry Secara sederhana agroforesry merupakan pengkombinasian komponen anaman berkayu/kehuanan (baik berupa pohon, perdu, palem-paleman, bambu, dan anaman berkayu lainnya) dengan anaman peranian (anaman semusim) dan/aau hewan (peernakan), baik secara aa waku aaupun secara aa ruang. Kombinasi yang ideal erjadi bila seluruh komponen agroforesry secara erus menerus berada pada lahan yang sama. Pengkombinasian dalam sisem agroforesry dapa menghasilkan berbagai reaksi, yang masing-masing aau bahkan sekaligus dapa dijumpai pada sau uni manajemen yaiu persaingan, melengkapi, dan keerganungan (Sardjono dkk. 2003). Sardjono dkk. (2003) juga mengaakan bahwa pengkombinasian secara aa waku dimaksudkan sebagai durasi ineraksi anara komponen kehuanan dengan peranian dan aau peernakan. Kombinasi ersebu idak selalu ampak di lapangan, sehingga dapa menimbulkan kesalahpahaman bahwa suau benuk pemanfaaan lahan idak dapa dikaegorikan agroforesry. Secara sederhana kombinasi menuru aa waku dapa dibagi dua yaiu kombinasi permanen dan semenara. Kombinasi secara aa ruang dapa secara horizonal dan verikal. Penyebaran menuru aa ruang juga dapa bersifa penyebaran meraa aau penyebaran idak meraa.

Analisis Finansial Agroforesry Menuru Widiano dkk (2003) bahwa keberadaan pohon dalam agroforesry mempunyai dua peranan uama. Perama, pohon dapa memperahankan produksi anaman pangan dan memberikan pengaruh posiif pada lingkungan fisik, eruama dengan memperlamba kehilangan hara dan energi, dan menahan daya perusak air dan angin. Kedua, hasil dari pohon berperan pening dalam ekonomi rumah angga peani. Pohon dapa menghasilkan: (1) Produk yang digunakan langsung seperi pangan, bahan bakar, bahan bangunan; (2) Inpu unuk peranian seperi pakan ernak, mulsa; sera (3) Produk aau kegiaan yang mampu menyediakan lapangan kerja aau penghasilan kepada anggoa rumah angga. Sisem produksi agroforesry memiliki suau kekhasan (Suharjio dkk. 2003), di anaranya: a. Menghasilkan lebih dari sau macam produk b. Pada lahan yang sama dianam paling sediki sau jenis anaman semusim dan sau jenis anaman ahunan/pohon c. Produk-produk yang dihasilkan dapa bersifa erukur (angible) dan ak erukur (inangible) d. Terdapa kesenjangan waku (ime lag) anara waku penanaman dan pemanenan produk anaman ahunan/pohon yang cukup lama Sisem agroforesry menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka waku pemanenannya berbeda, dimana paling sediki sau jenis produknya membuuhkan waku perumbuhan yang lebih dari sau ahun. Unuk meliha sejauh mana suau usaha agroforesry memberikan keunungan, maka analisis yang paling sesuai unuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial. Menuru Lahjie (2004), bahwa analisis finansial pada dasarnya dilakukan unuk mengeahui

seberapa besar manfaa yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keunungannya, kapan pengembalian invesasi erjadi dan pada ingka suku bunga berapa invesasi iu memberikan manfaa. Melalui cara berpikir seperi iu maka harus ada ukuran-ukuran erhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah : a. Ne Presen Value (NPV) Ne Presen Value (NPV) yaiu nilai saa ini yang mencerminkan nilai keunungan yang diperoleh selama jangka waku pengusahaan dengan memperhiungkan nilai waku dari uang aau ime value of money. Karena jangka waku kegiaan suau usaha agroforesry cukup panjang, maka idak seluruh biaya bisa dikeluarkan pada saa yang sama, demikian pula hasil yang diperoleh dari suau usaha agroforesry dapa berbeda wakunya. Unuk mengeahui nilai uang di masa yang akan daang dihiung pada saa ini, maka baik biaya maupun pendapaan agroforesry di masa yang akan daang harus dikalikan dengan fakor diskono yang besarnya erganung kepada ingka suku bunga bank yang berlaku di pasaran. Dengan model formulasi sebagai beriku (Suharjio dkk., 2003) : Dimana: NPV = = n B C = (1 + i 0 ) NPV B C i = Nilai bersih sekarang = Benefi (aliran kas masuk pada periode-) =Cos/ Biaya oal = Ineres (ingka suku bunga bank yang berlaku) = Periode waku

Dengan krieria apabila NPV > 0 berari usaha ersebu mengunungkan, sebaliknya jika NPV < 0 berari usaha ersebu idak layak diusahakan. b. Benefi Cos Raio (BCR) Benefi Cos Raio (BCR) yaiu perbandingan anara pendapaan dan pengeluaran selama jangka waku pengusahaan (dengan memperhiungkan nilai waku dari uang aau ime value of money). Dengan model formulasi sebagai beriku (Suharjio dkk. 2003) : BCR = = n = 0 = n = 0 B C (1 + i) B C (1 + i) B C > 0 B C < 0 Dimana : BCR B C i = Perbandingan anara pendapaan dan pengeluaran = Benefi (aliran kas masuk pada periode-) = Cos/ Biaya oal = Ineres (ingka suku bunga bank yang berlaku) = Periode waku Dengan krieria BCR > 1 dinyaakan usaha ersebu layak diusahakan dan sebaliknya jika BCR < 1 berari usaha ersebu idak layak diusahakan. c. Inernal Rae of Reurns (IRR) Inernal Rae of Reurns (IRR) menunjukkan ingka suku bunga maksimum yang dapa dibayar oleh suau proyek/usaha aau dengan kaa lain merupakan kemampuan memperoleh pendapaan dari uang yang diinvesasikan. Dalam perhiungan, IRR adalah ingka suku bunga apabila BCR yang erdiskono sama dengan nol. Usaha agroforesry akan dikaakan layak apabila nilai IRR lebih besar

dari ingka suku bunga yang berlaku di pasar pada saa ersebu. Dengan rumus sebagai beriku (Suharjio dkk. 2003) : NPV1 IRR = i 1 + i2 i1 NPV NPV 2 Dimana : IRR = Suku bunga maksimum yang dapa dibayar oleh suau proyek NPV 1 = Nilai NPV yang posiif pada ingka suku erenu NPV 2 = Nilai NPV yang negaif pada ingka suku bunga erenu i 1 = Discoun Facor (ingka bunga) perama dimana diperoleh NPV Posiif 1 i 2 = Discoun Facor (ingka bunga) kedua dimana diperoleh NPV Negaif