BAB IV ANALISA PERMASALAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

Model Pengukuran Produktivitas

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

BAB II LANDASAN TEORI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

BAB II LANDASAN TEORI

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

Analisa Produktivitas Proses Perakitan Pada Produksi Ban Memakai Metode OEE

BAB II KERANGKA TEORETIS

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) *

APLIKASI SISTEM PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KAITANNYA DENGAN PENGUPAHAN

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA DEPARTEMEN PRODUKSI PT. MACROPRIMA PANGANUTAMA

BAB IV METODE PENELITIAN

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) *

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN MODEL MUNDEL DAN APC UNTUK MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BIAYA PRODUKSI (Studi Kasus : PT.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN. industri baik dalam bidang teknologi maupun dalam bidang manajemen,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Productivi ty = Measurement. Productivity: Definition. Proses produksi. Beberapa pengertian produktivitas yang lain adalah

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat oleh karena itu menuntut setiap perusahaan untuk selalu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan efisiensi (sumber daya) dan efektivitas (daya guna) kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah produktivitas parsial di PT.

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XIII PMS NGABANG (PERSERO) MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL. Daniel Roy Sibarani

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. b. Meminimalkan biaya bahan baku dan upah kerja. c. Kecepatan proses produksi dengan basis mess production yang seragam.

BAB IV METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVITY (OEE) PADA CYLINDER HEAD LINE PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA JAKARTA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

serta saran bagi perusahaan dan penelitian selanjutnya. BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. produk hasil pertanian. Dalam proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

MANAJEMEN PRODUKTIVITAS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Analisis Produktivitas dengan Menggunakan Metode Parsial POSPAC dan Total David J. Sumanth di PT.Yudhistira Ghalia Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS MESIN CNC DI PT. RAJA PRESISI SUKSES MAKMUR DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

Disusun Oleh : Nama : Subur Widodo NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

2 BAB II 3 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS HASIL

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS PRODUKSI DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) DI PG.KREBET BARU MALANG

ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI DI PABRIK GULA TOELANGAN PT PERKEBUNAN NUSANTARA X SIDOARJO DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGANTAR ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA. Dosen Pengampu : Amalia, S.T., M.T.

ANALISA PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN FUNGSI PRODUKSI COBB-DOUGLAS PADA DEPARTEMEN PRODUKSI DI PT. MARGA CIPTA PRESISI

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK

ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PADA LINI PRODUKSI MESIN PERKAKAS GUNA MEMPERBAIKI KINERJA PERUSAHAAN

ANALISIS PRODUKTIFITAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus: PT. Moradon Berlian Sakti)

atau keluaran yang dihasilkan dari proses.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II Landasan Teori

Analisis Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. X

BAB I PENDAHULUAN. kecil adalah realitas bahwa produktivitasnya rendah. Sudah menjadi pengertian

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA LINE POUCH PT.XYZ

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS DI PT. TIGA MANUNGGAL SYNTHETIC INDUSTRIES DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4.1. Konsep dan Teori Menurut Ilmu Perkuliahan 4.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep adalah bagaimana output akan berubah apabila bersama input berubah. Istilah atau kata Produktivitas muncul pada artikel Francois Quesnay tahun 166, ekonom Perancis. Kemudian pada tahun 1883, Littre adalah Faculty of produce. Beberapa definisi produktvitas antara lain : a. Menurut Sumarth tahun 199, Produktivitas total adalah rasio antara tangible output dengan tangible input. b. Menurut Gordon K.C.Chen adalah perbandingan antara output yang diproduksi dengan unit sumberdaya yang digunakan selama proses. Output yang diukur merupakan agregat output produksi sedangkan inputnya adalah segala bentuk sumberdaya yang digunakan dalam proses. Dalam produktivitas, berhubungan dengan efektivitas dalam mencapai hasil dan menggunakan sumberdaya dengan efisien. c. Menurut Kendrick dan Cremer, produktivitas merupakan definisi fungsional untuk produktivitas parsial, produktivitas total dan faktor total produktivitas. d. Menurut Siegel, produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara output dengan input. 24

e. Menurut Rome Conference, European Productivity Agency, Th. 1958, yaitu : 1. Produktivitas adalah derajat efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan elemen produksi. 2. Di atas semuanya produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. f. Berdasarkan Piagam Produktivitas Oslo tahun 1994, antara lain : 1. Produktivitas adalah konsep yang universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang, dengan menggunakan sumberdaya yang sesedikit mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana, pengembangan dan pelaksanaan cara-cara produktif, dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien namun tetap mempertahankan kualitas. 2. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan ketrampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energy dan sumber-sumber daya lainnya untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia melalui pendekatan konsep produktivitas secara total. g. Pengertian produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional RI yang dirumuskan tahun 1983, ialah : 1. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung sikap mental yang selalu mempunyai 25

pandangan bahwa kehidupan hari ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. 2. Produktivitas dan Produksi merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan Produksi menunjukkan penambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas tetap atau menurun. 3. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk : a) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumber daya (input) yang sama. b) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya (input) yang lebih sedikit. c) Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya (input) yang relatif lebih kecil 4. Sumber daya manusia memegang peranan yang utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Secara umum Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Misalnya saja Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output / input. Masukan sering dibatasi dengan 26

masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa : Produktivitas mengutarakan cara pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam memproduksi barang- barang. Produktivitas juga diartikan sebagai : a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil b. Perbedaan atara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum. Maka Produktivitas dapat dihitung sebagai berikut 4.1.2 Hubungan Produktivitas Dengan Efisiensi dan Efektifitas Efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada Input dan sering digunakan secara bersamaan, sehingga sering mengaburkan arti sesungguhnya. Beberapa definisi dari efektivitas dan efisiensi : Efektivitas merupakan derajat pencapaian output dari sistem produksi Efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada masukan (input) yang lebih sedikit, maka produktivitas berorientasi pada keduanya. Jika efektivitas membandingkan hasil yang dicapai dan efisiensi membandingkan masukan sumber daya yang digunakan maka produktivitas membandingkan hasil 2

yang dicapai dan sumber daya yang digunakan, yang dapat dihitung dengan rumus : Prinsip Manajemen dalam Produktivitas adalah : Efektif dalam mencapai tujuan dan efisien dalam menggunakan sumber daya Produktivitas adalah kombinasi dari efektivitas dan efisiensi. 4.1.3 Kesalahan Pengertian Mengenai Produktivitas Pertama, Produktivitas bukanlah produksi atau yang merupakan ukuran dari produksi. Produksi adalah unjuk laku dan hasil-hasil yang dicapai adalah komponen - komponen dari usaha-usaha produktivitas. Antara produksi dengan produktivitas haruslah dibedakan. Kalau produksi berdimensi satu dan berhubu ngan dengan pertanyaan how much?, maka produktivitas memiliki dua dimensi dan berhubungan dengan pertanyaaan how well?. Jadi peningkatan produksi tidak otomatis meningkatkan produktivitas, bahkan produksi dapat meningkat sedangkan produktivitas menurun. Produksi tertuju dengan aktivitas produksi barang/jasa. Sedangkan produktivitas tertuju dengan efisien penggunaan sumber (input) dalam produksi barang/jasa (output) Kedua, Produktivitas bukan efisiensi. Pengertian efisiensi selalu berorientasi ke input. Tindakan yang efisien berarti menghemat penggunaan input atau dapat mendekati suatu standar tertentu. Ketiga, produktivitas bukan pengukuran kerja (work measurement ). Konsep pengukuran kerja bertujuan untuk mengetahui jumlah jam kerja yang dibutuhkan 28

oleh seorang pekerja dalam menyelesaikan suatu tugas yang sesuai dengan suatu standar tertentu. Keempat, produktivitas bukan profitabilitas. Konsep profitabilitas merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai (rupiah) maka nilai profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga (baik harga input maupun harga output). Pada umumnya faktor-faktor yang menentukan tingkat harga berada di luar kontrol perusahaan. Suatu perusahaan disebut produktif kalau dapat mempertahankan tingkat output dengan penggunaan input yang semakin berkurang atau meningkatkan output dengan tidak menambah input. Jadi masalah hubungan input dan output berada dalam kontrol perusahaan. Dalam situasi pasar barang yang disebutkan di atas dapat saja terjadi suatu perusahaan yang tidak produktif akan mengalami kerugian yang besar. Sebaliknya perusahaan yang produktif meskipun pasar sedang lesu tetap dapat mencapai laba positif. Dari uraian terdahulu dapat diketahui bahwa konsep produktivitas adalah hubungan antara output dan input. Jadi orientasi bukan tertuju hanya pada output atau pada input melainkan kepada keduanya. Oleh karena itu konsep produktivitas adalah lebih luas dari konsep-konsep yang hanya berorientasi pada satu segi saja. (seperti efisiensi, produksi dan efektivitas). Jadi dalam kegiatan pengukuran produktivitas maka perlu diukur baik output maupun input. Hubungan antara output dan input biasanya dinyatakan dalam rasio atau indeks (perbandingan rasio dengan rasio). Dapat pula hubungan itu dinyatakan dalam fungsi produksi (seperti dalam bentuk Cobb-Douglas). 29

4.1.4 Komponen Dalam Produktivitas Komponen dalam produktivitas mencakup : 1. Output, yaitu semua produk produk utama dan sampingan 2. Input, diantaranya : a. Tenaga kerja : buruh langsung, buruh tak langsung b. Modal : investasi, mesin, peralatan, dll c. Energi : listrik, gas, batubara, dl d. Informasi : harga pasar, standar-standar,peraturan, dll e. Bahan baku : langsung dan tak langsung f. Data : yang akan diproses sehingga menghasilkan informasi Sehingga produktivitas perusahaan dapat dihitung sebagai berikut : Ps adalah produktivitas sistem. Dalam perhitungan ini, baik output maupun input harus dikuantifikasikan. Output: Positif : menghasilkan penerimaan Negatif : menimbulkan pengeluaran Input Menjadi biaya/pengeluaran Ps dapat dinaikkan dengan cara : 1. Kualitas unsur-unsur penyebut diperbaiki 2. Pengendalian input Peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan cara : 1. Menaikkan output dengan input tetap 2. Menurunkan input dengan output tetap 3. Menaikkan output dan menurunkan input 30

4. Menurunkan input dengan tajam dan menurunkan output 5. Menaikkan output dengan tajam dan menaikkan input Dari kelima cara di atas, maka cara ketiga yaitu dengan menaikkan output sekaligus menurunkan input adalah cara yang terbaik. Produktivitas seringkali diidentifikasi dengan efisiensi dalam arti suatu rasio antara keluaran (output) dan masukan (input). Sebagai ukuran efisiensi, produktivitas kerja manusia, maka rasio tersebut umumnya berbentuk keluaran yang dihasilkan oleh aktivitas kerja dibagi dengan jam kerja (man hours) yang dikontribusikan sebagai sumber masukan dengan rupiah atau unit produksi lainnya sebagai dimensi tolak ukurannya. Masih ada pula sumber masukan lainnya yang tidak bisa atau sulit untuk dinilai dan diukur besarnya, akan tetapi cukup penting dalam penentuan tingkat produktivitas kerja. Faktor ini dikenal sebagai masukan bayangan (invisible input), antara lain : Tingkat pengetahuan (degree of knowledge) Kemampuan teknis (technical skill) Metodologi kerja dan pengaturan organisasi (managerial skill) Motivasi kerja Berdasarkan hal-hal tersebut, produktivitas secara umum akan diformulasikan sebagai berikut : 31

4.1.5 Siklus Produktivitas Peningkatan Produktivitas bukanlah suatu pekerjaan yang sekali jadi, tetapi merupakan suatu proses. Proses yang berkelanjutan sehingga merupakan suatu siklus yang kita sebut sebagai Siklus Produktivitas. Gambar 4.1 Siklus Produktivitas Sebuah perusahaan yang akan menjalankan program produktivitas secara formal, pertama kali haruslah melakukan pengukuran produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, kita akan mengevaluasi atau membandingkannya dengan perencanaan yang dibuat sebelumnya. Berdasarkan pada evaluasi ini tingkat produktivitas yang ditargetkan, direncanakan, baik rencana jangka pendek maupun rencana jangka panjang. Untuk mengetahui seberapa jauh perbaikan tersebut membawa hasil, maka haruslah dilakukan pengukuran produktivitas kembali. Jadi siklus ini berlanjut sepanjang program produktivitas dijalankan di dalam perusahaan atau organisasi tersebut. 4.2 Pengukuran Produktivitas Pengukuran Produktivitas merupakan satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Hasil pengukuran pada suatu waktu merupakan patokan bagi peningkatan produktivitas di waktu yang akan datang. 32

Manfaat pengukuran produktivitas untuk tingkat perusahaan diantaranya : a. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa. b. Berguna untuk perencanaan sumberdaya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. c. Dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan. d. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas pada saat ini dapat direncanakan target tingkat produktivitas di masa mendatang. David Bain mengemukakan alasan mengapa sulit untuk mendesain, melaksanakan dan mengambil manfaat dari ukuran yang berarti itu karena : a. Ukuran cendrung terlalu luas b. Ukuran biasanya berorientasi pada aktivitas daripada berorientasi pada hasil yang dicapai c. Perusahaan biasanya segan untuk melakukan pengukuran terhadap penggunaan sumber. Dalam dunia usaha dan organisasi pelayanan kadangkadang timbul keseganan untuk melakukan pengukuran terhadap sumbersumber yang dimaksudkan untuk menaksir kemajuan perusahaan dalam rangka mencapai tujuannya. 4.2.1 Kriteria Pengukuran Produktivitas yang berarti Pengukuran produktivitas yang lebih teliti dan lebih berguna dalam meningkatkan produktivitas tersebut, menurut David Bain, hendaknya memenuhi beberapa 33

kriteria yang dapat membantu kita untuk memiliki ratio produktivitas berarti, seperti berikut di bawah ini : a. Validitas (keabsahan) Ukuran yang valid adalah ukuran yang dapat secara tepat menggambarkan perubahan dari input menjadi output dalam proses yang sebenarnya. b. Completeness (kelengkapan) Kelengkapan berhubungan dengan ketelitian dengan mana seluruh output atau hasil yang didapat dan input dari sumber yang digunakan dapat diukur dan termasuk didalam ratio produktivitas tersebut. Misalnya dalam menentukan manhours pada suatu perusahaan manufacturing, kita tidak dapat melihat dari jam kerja pekerja langsung saja tetapi juga harus melihat jam kerja dari pekerja tidak langsungnya sebagai input sumber. c. Comparability (dapat dibandingkan) Produktivitas adalah ukuran relatif. Kita mengukur lalu membandingkannya sekarang dengan kemarin, bulan ini dengan bulan lalu, atau tahun ini dengan tahun lalu. d. Timeliness (waktu yang tepat) Memastikan bahwa data yang dihasilkan cukup tepat bagi manager untuk mengambil tindakan bila ada persoalan yang timbul. Pengukuran produktivitas dimaksudkan sebagai alat yang efektif bagai manajemen, sehingga harus dikomunikasikan pada setiap manager yang bertanggungjawab pada bidangnya.dalam waktu yang secepat-cepatnya tetapi masih dalam batas-batas yang masih praktis untuk dilakukan. 34

4.2.2 Tipe Dasar Pengukuran Produktivitas Menurut J. Sumanth, beberapa tipe dasar pengukuran produktivitas adalah o Produktivitas Parsial Adalah perbandingan antara output dengan salah satu faktor input. Disebut juga produktivitas factor tunggal. Misalnya produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap tenaga kerja. o Produktivitas Dua Faktor Adalah perbandingan antara output bersih dengan input tenaga kerja dan kapital, dimana input bersih adalah output total dikurangi jumlah nilai barang dan jasa yang dibeli. o Produktivitas Total Adalah perbandingan agregat output dengan agregat input 4.3 Metode Pengukuran Produktivitas 4.3.1 Model Marvin E. Mundel Dengan metoda ini Indeks Produktivitas dapat diukur sebagai berikut : Dimana : o IP = Index Productivity o AOMP = Aggregated Output, Measured Period, yaitu total Output pada waktu pengukuran. 35

o RIMP = Resource Input, Measured Period yaitu Total Input yang digunakan pada waktu pengukuran. o AOBP = Aggregated Outputs, Base Period yaitu Total Output pada waktu dasar pengukuran. o RIBP = Resource Inputs, Base Period yaitu Total Input yang digunakan pada waktu dasar pengukuran. AOMP/RIMP disebut sebagai Current Performance Index (CPI) pada waktu pengukuran. AOBP/RIBP disebut sebagai Base Performance Indeks (BPI) pada waktu dasar. AOMP/AOBP disebut sebagai Output Index (OI) yaitu perbandingan pada waktu pengukuran dengan waktu dasar pengukuran. RIMP/ RIBP disebut sebagai Input Index (II) yaitu perbandingan input pada waktu pengukuran dengan pada waktu dasar pengukurannya. Jadi pengukuran ini pada dasarnya adalah membandingkan antara produktivitas pada waktu pengukuran dengan pada waktu dasarnya. Indeks Produktivitas pada waktu dasar pengukuran adalah 100, sehingga indeks produktivitas pada waktu pengukuran ada tiga macam, yaitu : 1. IP < 100, jika produktivitas pada waktu pengukuran lebih kecil dibandingkan dengan produktivitas waktu dasar pengukuran. 2. IP = 100, jika produktivitas pada waktu pengukuran sama dengan produktivitas waktu dasar pengukuran. 3. IP > 100, jika produktivitas pada waktu pengukuran lebih besar dibandingkan dengan produktivitas waktu dasar pengukuran. 36

Semakin baik produktivitas suatu perusahaan berarti semakin naik IP-nya (diatas 100). 4.3.2 Metode Pengukuran Produktivitas Parsial Pengukuran produktivitas parsial akan mengukur produktivitas unit proses secara spesifik sehingga lebih obyektif, mudah dipantau, dipelihara dan diperbaiki. Produktivitas keseluruhan akan baik jika produktivitas parsialnya baik. Jadi peningkatan produktivitas total dapat dilakukan dengan memperbaiki produktivitas parsial. Metode pengukuran produktivitas parsial : 1. Model APC 2. Habberstad Productivity Wheel 3. Objective Matrix (OMAX) 4.3.3 Metode OMAX (Objective Matrix) Model sistem penilaian ini pertama kali dikembangkan di Oregon State University oleh seorang profesor produktivitas di Departement of Industrial Engineering yaitu James L. Riggs. OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas dari tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut. Model pengukuran produktivitas OMAX mengatasi masalah- masalah kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan seluruh criteria produktivitas yang penting dalam suatu bentuk matrix yang terpadu dan saling terkait satu sama lain, sehingga mudah untuk dikomunikasikan. 3

Dalam pengukuran kinerja, metode ini dipergunakan dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada saat pengukuran kinerja yang didalamnya terdapat unsur manusia. Permasalahannya adalah pengaruh sifat manusia yang sulit diukur. Hal tersebut diatasi dengan menerjemahkan kinerja manusia ke dalam sesuatu yang lebih kuantitatif. Langkah langkah yang dilakukan dalam proses OMAX adalah : Gambar 4.2. Langkah proses dalam OMAX Dari kesebelas blok tersebut, terdapat tiga aspek yang terpenting yaitu : 1. Awareness, yaitu a. Mengerti masalah produktivitas b. Ada kemungkinan peningkatan produktivitas c. Mampu meningkatkan produktivitas 2. Improve a. Know how to do it (Mengetahui Bagaimana Melakukannya) b. Mampu dan mau menjalankan perbaikan 38

3. Maintenance a. Mempertahankan kemajuan b. Memelihara semangat untuk maju 4.3.4 Struktur OMAX Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matriks objektif. Bentuk matriks tersebut sebagai berikut : Tabel 4.1. Struktur OMAX 39

Keterangan : A. Blok Pendefinisian, terdiri atas : 1. Kriteria produktivitas, yaiyu kriteria yang menjadi ukuran produktivitas pada bagian atau departemen yang akan diukur produktivitasnya. Misalnya untuk departemen produksi yang menjadi kriteria adalah Output / jam, Scrap/100 unit, dll.kriteria sebaiknya lebih dari satu. 2. Performansi sekarang, yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir. Misalnya Output / jam = 100, Scrap / 100 Unit. B. Blok Kuantifikasi, terdiri atas : 1. Skala, yaitu angka-angka yang menunjukan tingkat performansi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas terdiri dari sebelas bagian dari 0 sd 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas Skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a) Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi. b) Level 3, yaitu nilai produktivitas performansi sekarang. c) Level 10, yaitu nilai produktivitas yang diharapkan sampai periode tertentu. Kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara Interpolasi. 1. Skor, yaitu nilai leveldimana level pengukuran produktivitas berada. Misalnya, jika Output / jam = 100 terletak di level 5, maka skor untuk pengukuran itu adalah 5. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai angka pada matriks, lakukan pembulatan ke bawah. 40

2. Bobot, yaitu besarnya bobot dari tiap kriteriaa produktivitas terhadaap total produktivitas. Jumlah bobot dari tiap kriteria adalah 100. 3. Nilai, merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya. 4. Indikator Produktivitas, merupakan jumlah dari tiap nilai Index Produktivitas (IP) maka dihitung sebagai prosentase kenaikan / penurunan terhadap performansi sekarang. Kriteria performansi sekarang = 300, Index Produktivitas adalah : 4.4. Perhitungan Produktivitas Metode Objektive Matrix (OMAX) 4.4.1. Menentukan Level dan Nilai Masing masing Rasio Tentukan range / batasan tiap tiap rasio yang ada mulai dari level 0 10, dimana level 3 ditentukan sebagai performa saat ini atau rata rata dari performa rasio saat ini, sedangkan level 10 adalah target atau kondisi optimum sasaran yang diinginkan manajemen /perusahaan. Jika dalam hal ini nilai level 3 dan 10 sudah diketahui, maka untuk mengetahui nilai / range level 1 2 dan 4 9 dipergunakan cara interpolasi dengan rumus sebagai berikut: Dimana : Y1 = Value rata-rata actual kinerja saat ini Y2 = Value target produktivitas yang diharapkan manajemen. 41

Y3 = Value kinerja produktivitas hasil interpolasi / ekstrapolasi. X1 = Posisi level skor rata-rata actual kinerja dalam analisa Objective matrix. X2 = Posisi level skor target produktivitas yang diharapkan manajemen X3 = Posisi level skor yang akan diinterpolasi / ekstrapolasi Ratio 1 : Output OK Output Total Rata-rata : 0.9945 ( Level 3 ) Target : 0.9955 ( Level 10 ) Level 9 : ( 9-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9953 Level 8 : ( 8-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9952 Level : ( -3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9951 Level 6 : ( 6-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9949 42

Level 5 : ( 5-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9948 Level 4 : ( 4-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0.9946 Level 2 : ( 2-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0,9943 Level 1 : ( 1-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0,9942 Level 0 : ( 0-3 ) x ( 0,9955 0,9945 ) + 0,9945 = 0,9941 Ratio 2 : Output OK Run Time Rata-rata : 3.135 ( Level 3 ) Target : 3.449 ( Level 10 ) Level 9 : ( 9-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.404 43

Level 8 : ( 8-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.359 Level : ( -3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.314 Level 6 : ( 6-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.269 Level 5 : ( 5-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.225 Level 4 : ( 4-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.180 Level 2 : ( 2-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.090 Level 1 : ( 1-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.045 Level 0 : ( 0-3 ) x ( 3.449 3.135 ) + 3.135 = 3.000 44

Ratio 3 : Down Time Run Time Rata-rata : 0,1064 ( Level 3 ) Target : 0,0958 ( Level 10 ) Level 9 : ( 9-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,093 Level 8 : ( 8-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,0988 Level : ( -3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,1003 Level 6 : ( 6-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,1018 Level 5 : ( 5-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,1034 Level 4 : ( 4-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,1049 45

Level 2 : ( 2-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0,109 Level 1 : ( 1-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0.1094 Level 0 : ( 0-3 ) x ( 0,0958 0,1064 ) + 0,1064 = 0.1109 Ratio 4 : Output OK Man Power Cost per Unit Rata-rata : 23.435 ( Level 3 ) Target : 28.644 ( Level 10 ) Level 9 : ( 9-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 2.900 Level 8 : ( 8-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 2.156 Level : ( -3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 26.411 46

Level 6 : ( 6-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 25.66 Level 5 : ( 5-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 24.923 Level 4 : ( 4-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 24.19 Level 2 : ( 2-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 22.690 Level 1 : ( 1-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 21.94 Level 0 : ( 0-3 ) x ( 28.644 23.435 ) + 23.435 = 21.202 4

Ratio 5 : Output OK Konsumsi Listrik Rata-rata : 225.25 ( Level 3 ) Target : 24. ( Level 10 ) Level 9 : ( 9-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 244.55 Level 8 : ( 8-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 241.33 Level : ( -3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 238.12 Level 6 : ( 6-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 234.90 Level 5 : ( 5-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 231.68 Level 4 : ( 4-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 228.4 48

Level 2 : ( 2-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 222.03 Level 1 : ( 1-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 218.81 Level 0 : ( 0-3 ) x ( 24. 225.25 ) + 225.25 = 215.60 4.4.2.Menentukan Bobot dan Penilaian Produktifitas Setelah nilal level diketahui, maka dilakukan pengukuran untuk mengetahui nilai produktifitas ditentukan terlebih dahulu bobot dari masing masing rasio yang diukur berdasarkan urutan kepentingan atau prioritas, dimana dalam hal ini yang menjadi pertimbangan utama adalah nilai ekonomis dan faktor safety / keselamatan Tabel 4.1. Kriteria Pertimbangan Bobot Rasio Kriteria Pertimbangan Besarnya Nilai yg dapat ditekan Panjangnya proses berhubungan dengan biaya produksi yg sudah 1 Output OK Output Total Paling Besar 2 Output OK Run Time ( RN ) Besar Lebih Besar 3 DownTime ( DT) Run Time ( RN ) Lebih Besar Paling Besar 4 Output OK Man Power Cost per unit 5 Output OK Konsumsi Listrik Besar 49

dikeluarkan Berpengaruh dengan unsur Tidak Tidak Ya Tidak Ada Safety Ditentukan Bobot 25 15 25 15 20 TOTAL 100 Setelah bobot didefinisikan maka dimasukkan dalam table perhitungan Omax, sehingga didapat data produktivitas sebagai berikut :Tabel 5.2 Nilai Produktivitas Januari 2015 sd Juni 2015 Berdasarkan OMAX Januari Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.9949 3.358 0.1236 28.192 241.24 Level Keterangan Target 0.9958 3.694 0.1112 34.46 265.36 10 Sangat Baik 0.995 3.646 0.1130 33.50 261.91 9 0,9955 3.598 0.114 32.64 258.4 8 0.9954 3.550 0.1165 31.8 255.02 Baik 0.9953 3.502 0.1183 30.881 251.58 6 0.9952 3.454 0.1200 29.985 248.13 5 Range Nilai Level 0.9950 3.406 0.1218 29.088 244.69 4 0.9949 3.358 0.1236 28.192 241.24 3 0,9948 3.310 0.1254 2.295 23.9 2 Sedang 0,9946 3.262 0.121 26.399 234.35 1 Buruk 0,9945 3.214 0.1289 25.503 230.90 0 SangatBuruk Score Aktual 4 2 2 2 4 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 100 30 50 30 80 Nilai Produktivitas Total = 290 50

Februari Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.990 3.052 0.0420 1.138 219.23 Level Keterangan Target 0.995 3.35 0.038 20.23 241.16 10 Sangat Baik 0.994 3.313 0.0384 20.20 238.02 9 0.993 3.20 0.0390 19.699 234.89 8 0.993 3.226 0.0396 19.18 231.6 Baik 0.992 3.183 0.0402 18.64 228.63 6 0.991 3.139 0.0408 18.162 225.50 5 Range Nilai Level 0.990 3.096 0.0414 1.650 222.36 4 0.990 3.052 0.0420 1.138 219.23 3 0.9969 3.008 0.0426 16.626 216.10 2 Sedang 0.9968 2.965 0.0432 16.114 212.96 1 Buruk 0.996 2.921 0.0438 15.602 209.83 0 SangatBuruk Score Aktual 4 4 2 4 2 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 100 60 50 60 40 Nilai Produktivitas Total = 310 Maret Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.9952 3.468 0.0596 21.15 249.12 Level Keterangan Target 0.9960 3.815 0.0536 25.58 24.04 10 Sangat Baik 0.9959 3.65 0.0545 24.946 20.48 9 0.9958 3.16 0.0553 24.315 266.92 8 0.9956 3.666 0.0562 23.683 263.36 Baik 0.9955 3.61 0.050 23.052 259.80 6 0.9954 3.56 0.059 22.420 256.24 5 Range Nilai Level 0.9953 3.518 0.058 22.89 252.68 4 0.9952 3.468 0.0596 21.15 249.12 3 0.9953 3.418 0.0605 20.525 245.56 2 Sedang 0.9949 3.369 0.0613 19.894 242.00 1 Buruk 0.9948 3.319 0.0622 19.262 238.44 0 SangatBuruk Score Aktual 2 2 2 2 4 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 50 30 50 30 80 Nilai Produktivitas Total = 240 51

April Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.994 2.692 0.1129 19.825 193.3 Level Keterangan Target 0.9956 2.961 0.1116 23.966 212.0 10 Sangat Baik 0.9955 2.923 0.1118 23.34 209.94 9 0.9953 2.884 0.1120 22.83 20.18 8 0.9952 2.846 0.1122 22.191 204.42 Baik 0.9951 2.80 0.1123 21.600 201.65 6 0.9949 2.69 0.1125 21.008 198.89 5 Range Nilai Level 0.9948 2.30 0.112 20.41 196.13 4 0.994 2.692 0.1129 19.825 193.3 3 0.9946 2.654 0.1131 19.233 190.61 2 Sedang 0.9944 2.615 0.1133 18.642 18.85 1 Buruk 0.9943 2.5 0.1135 18.050 185.09 0 SangatBuruk Score Aktual 2 2 4 2 4 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 50 30 100 30 80 Nilai Produktivitas Total = 290 Mei Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.9924 3.1 0.1440 21.953 228.21 Level Keterangan Target 0.9938 3.494 0.1296 26.525 251.03 10 Sangat Baik 0.9936 3.449 0.131 25.82 24. 9 0.9934 3.403 0.133 25.219 244.51 8 0.9932 3.358 0.1358 24.566 241.25 Baik 0.9930 3.313 0.138 23.912 23.99 6 0.9928 3.268 0.1399 23.259 234.3 5 Range Nilai Level 0.9926 3.222 0.1419 22.606 231.4 4 0.9924 3.1 0.1440 21.953 228.21 3 0.9922 3.132 0.1461 21.300 224.95 2 Sedang 0.9920 3.086 0.1481 20.64 221.69 1 Buruk 0.9918 3.041 0.1502 19.994 218.43 0 SangatBuruk Score Aktual 2 2 2 2 4 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 50 30 50 30 80 Nilai Produktivitas Total = 240 52

Juni Kriteria Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio 1 2 3 4 5 Nilai Aktual 0.992 3.06 0.1564 32.342 220.32 Level Keterangan Target 0.9940 3.34 0.1408 39.088 242.35 10 Sangat Baik 0.9938 3.330 0.1430 38.124 239.20 9 0.9936 3.286 0.1453 3.161 236.06 8 0.9934 3.242 0.145 36.19 242.91 Baik 0.9932 3.199 0.149 35.233 239.6 6 0.9930 3.155 0.1519 34.269 226.61 5 Range Nilai Level 0.9929 3.111 0.1542 33.306 223.4 4 0.992 3.06 0.1564 32.342 220.32 3 0.9925 3.023 0.1586 31.38 21.1 2 Sedang 0.9923 2.99 0.1609 31.415 214.02 1 Buruk 0.9921 2.146 0.1631 29.451 210.88 0 SangatBuruk Score Aktual 2 2 2 4 4 Bobot 25 15 25 15 20 Nilai Produktivitas 50 30 50 60 80 Nilai Produktivitas Total = 20 Tabel 4.2 Nilai Produktivitas Januari 2015 sd Juni 2015 Overall Productivity Jan Feb Mar Apr Mei Jun AVG 290 310 240 290 240 20 23 53

4.5. OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS ( OEE ) LINE ASSEMBLY KALENG CAT 1 KG / TYPE 40 Formula : OEE = AVAILABILITY X PERFORMANCE RATE X QUALITY/DEFECT RATE Availibility : merupakan waktu mesin / alat berada dalam kondisi siap pakai terdiri dari Break Down dan Setup/Adjustment. Performance Rate : merupakan nilai kinerja yang dicapai oleh kegiatan produksi, terdiri dari Small Stops dan Slow Running. Quality Rate : merupakan nilai keberhasilan yang diukur dari kualitas produk, terdiri dari Startup Defect dan Production Defect. x 100 x 100 x 100 Dengan menggunakan Formula di atas dapat kita hitung Efektivitas dari Mesin di Line Assembly Kaleng Cat 1 Kg / Type 40 sebelum perbaikan maupun setelah dilakukan langkah-langkah perbaikan. 54

4.5.1. Overall Equipment Effectiveness ( OEE ) Periode Januari sd Juni 2015 ) : Availability = 1.336 26 x 100 1.336 = 9.34 % Performance Rate = 4.196.252 X 100 80.181 x 80 = 65.42 % Quality Rate = 4.12.558 x 100 4.196.252 = 99.43 % Jadi OEE selama enam bulan adalah : 9.34 % x 65.42 % x 99.43 % atau 0.934 x 0.6542 x 0.9943 = 0.5161 atau 51.60 % Adapun jika pedoman hasil OEE yang berstandar Internasional ( Word Class ) pada umumnya kita bandingkan dengan hasil OEE sebelum maupun setelah dilakukan perbaikan adalah seperti Tabel di bawah ini. 55

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Overall Equipment Effectiveness KRITERIA PT.MMII WORD CLASS Availability Rate 9.34 % 90 % Performance Rate 65.42 % 95 % Quality Rate 99.43 % 99.90 % OEE 51.60 % 85 % Dari hasil perhitungan OEE di atas, terlihat bahwa baik untuk Availability Rate maupun Performance Rate masih sangat jauh dari standar OEE Word Class, sedangkan Untuk Quality Rate sudah mendekati dari Word Class sehingga perlu peningkatan lebih lanjut di ketiga category. 56