BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Produktivitas Peningkatan produktivitas merupakan motor penggerak kemajuan ekonomi dan keuntungan perusahaan. Produktivitas juga penting untuk meningkatkan upah dan penerimaan seseorang. Suatu Negara yang tidak dapat meningkatkan produktivitasnya akan segera mengalami penurunan dalam standar kehidupannya. Produktivitas didefinisikan sebagai hubungan antara input dan output suatu sistem produksi. Hubungan ini sering umum dinyatakan sebagai rasio output dengan input. Jika lebih banyak output yang dihasilkan dengan input yang sama, maka disebut terjadi peningkatan produktivitas. Begitu juga kalau input yang lebih rendah dapat menghasilkan output yang tetap, maka produktivitas dikatakan meningkat.

2 Para menejer operasi adalah pelopor peningkatan produktivitas suatu perusahaan. Selama bertahun-tahun menajer operasi telah berperan dalam upaya peningkatan produktivitas dipabrik. Tantangan serupa kini juga sedang dihadapi para menejer operasi industri jasa. Namun demikian ternyata bahwa meningkatkan produktivitas pada fungsi operasi saja tidaklah cukup. Bagian paling luas bagi peningkatan produktivitas adalah di bidang penjualan, keuangan, kepegawaian, pengolahan data, dan bagian staf lainnya. Banyak perusahaan yang telah berhasil mengendaliakan ongkos tenaga kerja langsung tetapi ternyata gagal mengendalikan ongkos tenaga kerja tidak langsung sehingga produktivitas perusahaan menurun. Oleh karena itu produktivitas perusahaan harus dilihat sebagai masalah organisasi secara luas. Pada bidang manajemen operasi, produktivitas tergantung pada semua keputusan-keputusan sebelumnya, termasuk perancangan proses operasi, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan kebijaksanaan kualitas. Hal ini berarti bahwa produktivitas merupakan ukuran kinerja yang terintegrasi dari seluruh sistem operasi Definisi Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetus oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun Inti konsep adalah bagaimana output akan berubah apabila bersama input berubah. Istilah atau kata produktivitas muncul pada artikel Franscois Quesnay tahun 1766, ekonomi perancis. Kemudian pada tahun 1883, littre adalah faculty of produce. Beberapa definisi produktivitas antara lain:

3 a. Menurut Sumarth tahun 1979, produktivitas total adalah rasio antara tangible output dengan tangible input. b. Menurut Gordon K.C.Chen adalah perbandingan antara output yang diproduksi dengan unit sumber daya yang digunakan selama proses. Output yang diukur merupakan agregat output produksi sedangkan input adalah segala sumber daya yang digunakan dalam proses. Dalam produktivitas berhubungan dengan efektivitas dalam mencapai hasil dan menggunakan sumber daya dengan efisien. c. Menurut Siegel, produktivitas berkenaan dengan sekumpulan perbandingan antara output dan input. d. Menurut Kendrick dan Cremer, produktivitas merupakan definisi fungsional untuk produktivitas parsial, produktivitas total dan factor total produktivitas. e. Menurut Rome Conference, European Produktivity Agency, tahun 19858, yaitu: Produktivitas adalah derajat efisiensi dan efektivitas dalam penggunaan elemen produksi. Di atas semuanya produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. f. Berdasarkan Piagam Produktivitas Osio tahun 1994 antara lain: Produktivitas adalah konsep universal, yang dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang. Dengan menggunkan sumber daya yang sedikit

4 mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana pengembangan dan pelaksanaan cara-dara produktif, dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien, namun tetap mempertahankan kualitas. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan ktrampilan, modal, teknologi, majemen, informasi, energy dan sumber-sumberdaya lainnya untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia dengan melalui pendekatan produktivitas secara total. g. Pengertian produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional RI yang dirumuskan tahun 1983, ialah: Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan ini lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari sekarang. Produktivitas dan produksi merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukan penambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengrtian pertambahan hasil dan perbaikan secara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun produktivitas naik atau turun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk:

5 1. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumberdaya (input) yang sama. 2. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumberdaya (input) yang lebih sedikit. 3. Jumlah keluaran (output) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan penambahan sumberdaya (input) yang relatif lebih kecil. Dari definisi-definisi di atas secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan, atau dapat diformulasikan sebagai berikut : Produktivitas = Hubungan Produktivitas dengan Efektivitas dan Efisiensi Whitmore membawa bahwa produktivitas sebagai suatu ukuran atas penggunaan sumber daya dalam organisasi biasanya dinyatakan sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumber daya yang digunakan. Dengan kata lain pengertian produktivitas memiliki dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Penjelasan tersebut mengutarakan produktivitas total atau secara keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan diperoleh dari

6 keseluruhan masukan yang ada dalam organisasi. Masukan input tersebut dinamakan faktor produksi, masukan atau factor produksi dapat berupa tenaga kerja, material, teknologi, dan energi. Efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik dan efisiensi berorientasi pada Input dan sering digunakan secara bersamaan, sehingga sering mengaburlkan arti sesungguhnya. Beberapa definisi dari efektivitas dan efisiensi sebagai berikut: Efektivitas adalah merupakan derajat pencapaian output dari sistem produksi Efisiensi adalah ukuran yang menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk menghasilkan output Jika efektivitas berorientasi pada hasil atau keluaran (output) yang lebih baik, dan efisiensi berorientasi pada masukan (input) yang lebih sedikit, maka produktivitas berorientasi pada keduanya Jika efektivitas membandingkan hasil yang dicapai dan efisiensi membandingkan masukan sumber daya yang digunakan maka produktivitas membandingkan hasil yang dicapai dan sumber daya yang digunakan, yang dapat dihitung dengan rumus: Output yang digunakan Efektivitas pelaksanaan tugas Produktivitas = = Input yang digunakan Efisiensi penggunaan sumberdaya

7 Efektivitas Produktivitas = Efisiensi Sejarah Perkembangan Produktivitas Seperti diketahui bahwa banyak dari perusahaan saat ini yang sulit mengambil keputusan disebabkan banyaknya pesaing dan kurangnya perusahaan untuk dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam perusahaan, maka muncullah kata Produktivitas. Telah banyak perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur ya terus berusahan untuk mencari tahu tentang produktivitas ini, tidak mengherankan karena produktivitas dapat memecahkan permasalahan baik di sektor industri manapun sektor pemerintahan yang hasil menerapkan sistem produktivitas dengan baik, selain itu produktivitas sangat berkaitan erat dengan keberhasilgunaan dan keberdayagunaan serta kemampuan sebuah perusahaan jika diukur pada tingkat mikro sedangkan untuk tingkat makro produktivitas lebih sering digunakan untuk perbandingan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Dalam perkembangan selanjutnya produktivitas mulai dikenal banyak kalangan industri maupun negara. Oleh karena itu, pengertian dan perkembangan produktivitas terus berkembang, perkembangan selanjutnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

8 Tabel 2.1 Sejarah Perkembangan Pengertian Produktivitas Abad Pelopor Tahun Perkembangan XVIII Quesnay 1766 Kata produktivitas muncul pertama kalinya XIX Littre 1883 Kecapan atau keinginan yang mendalam untuk memproduksi Hubungan antara masukan dan keluaran XX OEEC 1900-an yang digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut Davis 1950 Besaran yang diperoleh melalui pembagian antara keluaran dengan salah satu faktor produksi Fabricant 1955 Peningkatan produk yang dapat dihasilkan atas sumber daya yang terpakai Kendrick dan Creamer 1962 Senantiasa merupakan hubungan antara keluaran terhadap masukan Pengertian fungsional tentang produktivitas Siegel 1965 parsial, produktivitas faktor total dan produktivitas total. Serumpun rasio antara keluaran dan Sumanh 1976 masukan 1979 Produktivitas total adalah rasio antara tangible output dan tangible input Istilah produktivitas pertama kali diungkapkan secara formal dalam sebuah artikel yang ditulisoleh Quesnay pada tahun 1766, dengan demikian unkapkan produktivitas itu sendiri kini telah berumur 231 tahun. Lebih darri seratus tahun

9 kemudian Litrre mendefinisikan sebagai kecakapan dalam memproduksi ataupun suatu niat atau keinginan yang sangat mendalam untuk memproduksi atau dalam matematis ditujukan dalam rasio ataupun hubungan antara keluaran dan masukan yang dipergunkan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Sejarah perkembangan produktivitas tersebut d atas menunjukan bahwa pengertian produktivitas pencerminan tingkat keefisienan dan keefektifan suatu sector produksi dalam menghasilkan produk atau jasa yang akan dipasok ke pasar dengan tetap mempertahankan mutu atau bahkan selalu menyesuaikannya dengan permintaann konsumen. Derajat atau tingkat produktivitas suatu sector industry diukur dengan membandingkan antar keluaran terhadap masing-masing factor masukan atau terhadap total masukan yang digunakan utnuk menghasilkan produk tersebut Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas suatu perusahaan, yaitu: 1. Jumlah Investasi Ada hubungan yang kuat antara jumlah uang yang diinvestasikan dalam suatu negara dengan tingkat produktivitas tenaga kerja di negara tersebut. 2. Perbandingan antara Modal Investasi dengan Jumlah Tenaga Kerja Jika perbandingan antara besarnya modal investasi dengan jumlah tenaga kerja menurun, artinya penambahan jumlah modal investasi yang ditanamkan kecil bila dibandingkan penambahan jumlah tenaga kerja yang

10 tidak terserap di sektor-sektor produksi, sehingga secara nasioanal produktivitas negara tersebut menurun. 3. Penelitian dan Pengembangan Pada umumnya, penelitian dan pengembangan lebih pada pengembangan produk bukan pengembangan produktivitas. Tetapi secara tidak langsung ini juga mempengaruhi tingkat produktivitas. 4. Peraturan Pemerintah Berguna untuk mengatur keseimbangan pencapaian sasaran industri dan sosial. 5. Kapasitas Terpakai Adalah kapasitas saat ini dimana suatu pabrik beroperasi. Bila kapasitas terpakai di baeah kapasitas terpasang, berarti sumber daya tidak penuh. 6. Umur Pabrik dan Peralatan Pabrik dan peralatan yang sudah tua tidak tidak bisa memberi output maksimal seperti saat pabrik dan peralatan masih baru. 7. Harga Energi Tingkat biaya industri sangat dipengaruhi oleh besarnya kompenen energi, kenaikan biaya energi mengakibatkan kenaikan biaya produksi, bahkan berpengaruh juga pada tingkat produktivitas. 8. Semangat Kerja dan Lingkungan Semangat kerja erat dengan hasil kerja. Lingkungan kerja yang baik akan memberikan hasil kerja yang baik dari pekerjaan yang dilakukan.

11 9. Peran Manajemen Peran manajemen sangat menentukan tingkat produktivitas perusahaan dengan keputusan yang diambilnya Ruang Lingkup Produktivitas Adapun ruang lingkup produktivitas tidak hanya industri saja melainkan ada beberapa bidang usaha yang lain, bahkan Negara/ nasional. Berikut adalah ruang lingkup produktivitas menurut Mali, (1978) antara lain: 1. Ruang Lingkup Nasional Pada ruang lingkup ini, estimasi produktivitas digunakan untuk meramalkan pendapatan nasional dan keluaran nasional pada suatu waktu. Memandang Negara secara keseluruhan, dimana dalam hal ini akan mempertimbangkan secara sederhana kerumitan factor-faktor yang saling mempengaruhi produktivitas secara nasional seperti tenaga kerja, kapital, manajemen, bahan mentah, inflasi dan sebagainya, sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang, ekonomi dan jasa. 2. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi Didalam suatu perusahaan atau organisasi,dimana hubungan sebab akibat dari banyak faktor yang mempengaruhi lebih jelas dan hubungan antar faktor lebih dimungkinkan untuk diukur. Produk perjam dapat diukur dan dibandingkan dengan perusahaan lain. Begitu juga untuk memperoleh bagaimana efisiensi perusahaan, keuntungan, pemulihan investasi atau budget yang terpenuhi untuk mengantarkan terciptanya suatu output dapat diukur. Produktivitas dalam suatu perusahaan tidaklah ditentukan hanya

12 semata-mata oleh beratnya atau senangnya seorang pekerja melaksanakan pekerjaannya, tetapi faktor lain seperti teknologi peralatan dan proses. 3. Ruang Lingkup Industri Hanya memperhitungkan faktor-faktor yang berhubungan dan berakibat pada industri tertentu seperti industri minyak, batubara, timah, besi baja, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. 4. Ruang Lingkup Perorangan Produktivitas kerja perorangan dipengaruhi oleh lingkungan kerja, peralatan yang digunakan dan proses serta perlengkapan. Disini muncul faktor-faktor internal yaitu motivasi. Motivasi tersebut sangat dipengaruhi oleh kelompok kerja, dimana si pekerja menjadi anggota, pengaruh antar kelompok dan sebab-sebab mangapa si pekerja melakukan tersebut. Pengukuran produktivitas tingkat perusahaan dimaksudkan agar suatu organisasi atau perusahaan mengetahui pada tingkat berapa perusahaan sedang berjalan Siklus Produktivitas Salah satu persoalan utama yang dihadapi manajemen perusahaan adalah bagaimana produktivitas bisa ditingkatkan. Walaupun istilah produktivitas sering mempunyai konotasi, tetapi produktivitas secara langsung akan mempengaruhi daya saing produk yang dihasilkan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan perusahaan. Peningkatan produktivitas sebenarnya merupakan upaya yang tidak pernah berhenti. Suatu pabrik yang dipandang memiliki produktivitas yang cukup tinggi pada saat ini mungkin saja tahun depan produktivitasnya relatif

13 lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan pesaing, karena mungkin saja pesaing telah menerapkan manajemen dan teknologi baru sehingga produktivitas perusahaan meningkatkan dengan cepat. Pada dasarnya untuk memajukan perusahaan, manajemen perusahaan harus berusaha agar produktivitas hari ini lebih baik dari hari kemaren dan hari esok lebih baik dari hari ini. Usaha peningkatan produktivitas yang tidak pernah berhenti ini dinyatakan dengan siklus produktivitas, Sumanth (1984). Siklus produktivitas bukanlah suatu proyek yang hanya sekali berjalan, tetapi merupakan siklus kontininu, proses yang berlangsung berkesinambungan. Siklus produktivitas merupakan suatu daur yang mencakup empat tahap, yaitu: Pengukuran Produktivitas (Measurement / M) Evaluasi Produktivitas (Evaluation / E) Perencanaan produktivitas (Planning) Peningkatan produktivitas (Improvement / I) Secara skematis dapat digambarkan sebagai sebuah siklus sebagai berikut:

14 TAHAP 1 PENGUKURAN PRODUKTIVITA S TAHAP 4 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TAHAP 2 EVALUASI PRODUKTIVITAS TAHAP 3 PERENCANAAN PRODUKTIVITAS Gambar 2.1 Siklus Produktivitas Dari gambar diatas tampak bahwa siklus produktivitas merupakan suatu proses yang kontinu, yang melibatkan aspek-aspek: pengukuran, evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan konsep siklus produktivitas, secara formal program peningkatan harus dimulai melalui sistem produktivitas dari sistem itu sendiri. Apabila produktivitas dari sistem industri itu telah diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas actual itu untuk diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas actual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab

15 yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini, selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Untuk mencapai produktivitas yang telah direncanakan itu, berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas terus menerus. Siklus produktivitas itu diulang kembali Penyebab Penurunan Produktivitas Pada umumnya terdapat sejumlah faktor penyebab turunnya produktivitas perusahaan, yang antara lain adalah: 1. Penghamburan pemakaian sumber daya dan ketidakmampuan pihak manajemen dalam mengukur, mengevaluasi dan mengukur produktivitasnya. 2. Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi jadwal yang telah ditetapkan. 3. Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena tidakjelasan wewenang serta tidak efesiensinya proses produksi dalam suatu perusahaan yang cukup besar. 4. Adanya pertentangan, hambatan-hambatan, dan tidak adanya kerjasama dalam memecahkan masalah yang mengakibatkan ketidakefektifan dalam bekerja sama dan partisipasi total karyawan. 5. Motivasi rendah, ketidak puasan, dan kebosanan dalam bekerja yang diakibatkan oleh semakin terspesialisasinya dan terbatasnya proses kerja,

16 sistem pengakuan dan penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan tanggung jawab karyawan. 6. Ketiadaan sistem pendidikan dan pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan pengetahuan tentang teknik-teknik peningkatan kualitas dan produktivitas perusahaan. 7. Disiplin tentang waktu dikacaukan oleh karena adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak. 8. Kegagalan perusahaan untuk selalu menyesuaikan diri dengan tingkat peningkatan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 2.2 Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas merupakan satu cara untuk meningkatkan produktivitas. Hasil pengukuran pada suatu waktu merupakan patokan bagi peningkatan produktivitas di waktu yang akan datang. Dalam melakukan pengukuran produktivitas, beberapa pendekatan yang dilakukan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktivitas dapat dibedakan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Membandingkan unit kerja periode yang diukur dengan unit kerja periode dasar. 2. Membandingkan unit kerja suatu organisasi dengan unit organisasi yang lain. 3. Membandingkan unit kerja yang sebenarnya dengan target yang telah ditetapkan.

17 2.2.1 Manfaat Pengukuran Produktivitas Beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain: a. Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumberdaya dalam menghasilkan barang atau jasa. b. Berguna untuk perencanaan sumberdaya baik untuk jangka pendek atau jangka panjang. c. Dapat dipakai untuk menyusun kembali tujuan ekonomi dan non ekonomi perusahaan. d. Berdasarkan hasil pengukuran tingkat produktivitas pada saat ini dapat direncanakan target tingkat produktivitas di masa mendatang. e. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat produktivitas yang diukur. f. Pengukuran produktivitas dapat digunakan untuk membandingkan tingkat produktivitas dari perusahaan sejenis, baik disektor industri maupun national. g. Penawaran kolektif dapat dicapai secara lebih rasional pada saat diperoleh perkiraan tingkat perusahaan. h. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan persaingan yang sehat. i. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari pengukuran produktivitas dapat digunakan dalam perencanaan laba perusahaan.

18 2.2.2 Ukuran Produktivitas Dalam pengukuran produktivitas, model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output / input. Pengukuran produktivitas berdasarkan rasio output / input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu: 1. Produktivitas Parsial Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single - faktor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu jenis input. Sebagai contoh, produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran produktivitas parsial bagi input tenaga kerja yang diukur berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja. Produktivitas modal diukur berdasarkan rasio output terhadap input modal. Produktivitas material diukur berdasarkan rasio output terhadap input material. Produktivitas energi diukur berdasarkan rasio output terhadap input energi. 2. Produktivitas faktor total Produktivitas faktor total merupakam rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi diatas, jenis input yang dipergunakan dalam pengukuran produktivitas faktor-total hanya faktor tenaga kerja dan modal.

19 3. Produktivitas Total Merupakan perbandingan antara keluaran dengan jumlah seluruh faktor masukan. Dengan demikian produktivitas total mencerminkan pengaruh bersama seluruh masukan dalam mengahasilkan pengeluaran. Biasanya orang sering mengandalkan pada pengukuran produktivitas parsial. Pengukuran produktivitas yang sering dipakai adalah pengukuran produktivitas tenaga kerja yang sering dinyatakan dengan keluaran per-orang perjam. Satu bahaya dalam mengandalkan secara terpisah pada pengukuran produktivitas parsial adalah terlalu menekankan satu faktor masukan, sehingga tidak memperkirakan masukan lainnya. Hal ini akan mengarah pada masukan yang salah serta merugikan. Sebaliknya dengan hanya mengetahui produktivitas total akan sulit mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan produktivitas untuk tindakan perbaikan. Jadi kedua bentuk pengukuran produktivitas, baik parsial maupun total harus dikombinasikan bagi rencana produktivitas. Ketiga pengukuran diatas dapat menggunakan satuan fisik dari output dan input (ukuran, berat, panjang, sisi, dan lain-lain), atau satuan moneter dari output dan input ( dollar, rupiah dan lain-lain). Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang produktivitas, namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung dengan aspek aspek kualitas, efektivitas, dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas harus didefiniskan sebagai rasio antara

20 efektivitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber sumber daya (input). Indikator-indikator pengukuran produktivitas dalam sistem industri masih berada dalam tahap pengembangan, shingga setiap jenis industri biasanya menentukan indikator-indikator yang sesuai dengan proses kerja dan tujuan manajemen dalam perbaikan produktivitas dari industri itu. Setiap manajemen industri harus menetapkan secara formal sistem pengukuran produktivitas sebelum melangkah jauh ke tahap evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas dari sistem industri. Untuk menjamin efektivitas keberhasilan program peningkatan produktivitas perusahaan, maka pemilihan indikatorindikator pengukuran produktivitas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari sistem industri yang ada dengan mengacu pada kebutuhan langsung dari perusahaan berkaitan dengan tujuan perbaikan produktivitas dari perusahaan itu. Dengan demikian, sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada sistem apa saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa saja yang diharapkan dari sistem itu dan sumber-sumber daya input apa saja yang akan dipergunakan dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan demikian pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performasi dari sistem itu berkaitan dengan performasi nilai tambah dari input menjadi output Kriteria Pengukuran Produktivitas Dalam menentukan unsur-unsur mana yang termasuk input dan unsur mana yang termasuk output sehingga rasio produktivitas tadi dapat memberikan

21 gambaran yang berarti dalam mengambil keputusan, maka perlu diketahui mengenai kriteria untuk mendapat ratio produktivitas yag baik. Konep produktivitas yang ditekankan di sini tidak semata-mata merupakan untuk kerja, atau semata-mata penggunaan yang baik dari sumber saja, tetapi merupakan kombinasi dari keduanya. Ukuran ini membandingkan dua variable penting didalam sasaran pembandingnya. Produktivitas adalah unjuk kerja tertinggi yang dapat dicapai dengan penggunaan sumber yang minimal. Langkah yang penting dalam meningkatkan produktivitas perusahaan adalah mendesain serta mengimplementasikan dari hasil pengukuran yang berarti. Pengukuran yang lebih teliti dan berguna dalam meningkatkan produktivitas tersebut, menurut david bain, hendaknya memenuhi beberapa kriteria yang dapat membantu kita memiliki ratio produktivitas yang berarti seperti berikut ini: a. Validitas (keabsahan) Ukuran yang valid adalah ukuran yang dapat secara tepat menggambarkan perubahan dari input menjadi output dalam proses yang sebenarnya. b. Completeness (kelengkapan) Kelengkapan berhubungan dengan telitian yang mana seluruh output atau hal yang didapat dan input dari sumber yang digunakan dapat diukur dan termasuk didalam rasio produktivitas tersebut. c. Comprability (dapat dibandingkan) Produktivitas adalah relative. Kita mengukur lalu membandingkannya sekarang dengan yang kemarin, bulan ini dengan bulan yang lalu, tahun ini dengan tahun yang lalu.

22 d. Timelinees (waktu yang tepat) Memastikan bahea data yang dihasilkan cukup tepat bagi menager untuk mangambil tindakan bila ada persoalan yang timbul. Pengukutan produktivitas dimaksudkan sebagai alat yang efektif bagi manajemen, sehingga harus dikomunikasikan pada setiap manager yang bertanggung jawab pada bidangnya dalam waktu yang secepat-cepatnya tetapi masih dalam batas-batas yang masih praktis dilakukan Hambatan Dalam Mendesain dan Melaksanakan Pengukuran Kegiatan pengukuran pada tingkat produktivitas diawali oleh penelitian pada ruang lingkup ekonomi makro. Pengukuran produktivitas nasional mendapat perhatian yang lebih besar karena ruang lingkupnya yang lebih luas dan menyangkut kepentingan nasional. Hal ini menyebabkan banyak organisasi/ perusahaan yang tidak memiliki sistem pengukuran produiktivitas yang berarti berarti bagi perkembangan usahanya. David dan Bain mengemukakan alasan mengapa sulit untuk mendesain, melaksanakan dan mengambil manfaat dari ukuran yang berarti itu karena: a. Ukuran yang cenderung terlalu luas Produktivitas sebagai konsep dan ukuran secara tradisional menjadi kegiatan para ekonom, sehingga pembandingan didasarkan pada ukuran keseluruhan seperti Gross National Product atau total produk atau jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan ekonomi. Pandangan yang luas ini biasanya tidak mempunyai arti bagi sebuah perusahaan atau organisasi

23 yang memerlukan ukuran yang berhubungan dan bermanfaat bagi perusahaan atau organisasi tersebut. b. Ukuran biasanya berorientasi pada aktivitas dari pada hasil yang dicapai Kadang-kadang disuatu perusahaan perhatian terpusat pada semangat dan kesibukan dari kegiatan shingga mengabaikan perhatian pada hasil yang dicapai oleh kegiatan-kegiatan tersebut. c. Perusahaan biasanya segan untuk melakukan pengukuran terhadap penggunaan sumber Dalam dunia usaha dan organisasi pelayanan kadang-kadang timbul keseganan untuk melakukan pengukuran pada sumber-sumber yang digunakan, padahal pengukuran digunakan untuk menaksir kemajuan perusahaannya dalam rangka mancapai tujuannya. Pada perusahaan lain, ukuran telah ada tetapi hasilnya kadang-kadang merupakan hasil kompromi. Hal ini sering terjadi karena pengukuran yang tepat akan menyebabkan satu atau lebih manager merasa tidak enak. 2.3 Metode Objective Matrix (OMAX) OMAX adalah suatu sistem pengukuran produktivitas parsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas di tiap bagian perusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagian tersebut (objektif). Metode OMAX ini dikembangkan oleh professor produktivitas dari Department of Industrial Engineering at Oregon State University, yaitu James L.Riggs, PE, OMAX. Diperkenalkan pada tahun 90-an di Amerika Serikat. OMAX menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk

24 yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan. Objective Matrix dilandasi dengan pernyataan bahwa produktivitas adalah fungsi dari faktor-faktor performance, dimana masing-masing unit memiliki dimensi khusus yang berbeda-beda, dan cara untuk mengukur produktivitas adalah dengan mengukur faktor yang mempengaruhinya. Objective Matrix dapat digunakan untuk mengukur unit-unit kerja baik dalam sekala kecil maupun untuk keseluruhan perusahaan. Tetapi hasil pengukuran performasi dari unit-unit tidak dapat dikaitkan secara adiktif untuk mempresentasikan performasi dari induk unit-unit tersebut. Untuk mengukur seluruhan organisasi harus dilakukan proses pembobotan unit-unit yang terkait Kelebihan dan kekurangan Objective Matrix Objective Matrix mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: Relatif sederhana dan mudah dipahami Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan keahlian khusus. Merupakan kombinasi dan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Satuan kritertia produktivitas yang berbeda dapat dijadikan satu satuan baku. Dapat digunakan untuk mengukur semua aspek kinerja atau kriteria produktivitas yang dipertimbangkan dalam unit kerja yang terkait. Indikator kerja untuk setiap masukan dan keluaran dapat terdefinisi dengan jelas.

25 Lebih fleksibel karena memasukkan pertimbangan menejemen dalam penentuan bobot. Perhitungan indikator kinerja cukup sederhana. Selain kelebihan-kelebihan diatas, Objective Matrix juga mempunyai beberapa kekurangan sebagai berikut: Subjektifitas terkadang dilakukan dalam menentukan level indikator kerja Untuk mendapatkan indeks kinerja yang diharapkan, maka dibutuhkan suatu pengukuran yang kontinu dan terstandar Bentuk dan Susunan Objective Matrix Pengukuran dengan OMAX dilakukan pada sebuah matrix objektif yang terdiri dari 3 kelompok (blok). Bentuk matrix tersebut adalah sebagai berikut:

26 A PRODUCTIVITY CRITERIA PERFORMANCE B 5 SCORES C Score Weight Value CURREN T PREVIOU S 300 INDEX % Gambar 2.2 Struktur Model OMAX A. Blok Pendifinisian 1. Kriteria Produktivitas, yaitu kriteria yang menjadi ukuran produktifitas pada bagian departemen yang akan akan diukur produktivitasnya. Misalnya, untuk departemen produksi yang menjadi criteria adalah output/jam, scrap/100 unit, dll. kriteria ini sebaiknya lebih dari satu.

27 2. Performasi Sekarang, merupakan nilai pencapaian sekarang yaitu nilai tiap produktivitas berdasarkan pengukuran terakhir. B. Blok Kuantifikasi Yaitu badan matrik yang terdiri dari skala atau angka-angka yang menunjukan tingkat performasi dari pengukuran tiap kriteria produktivitas. Skala tersebut memiliki sebelas level atau bagian darri 0 sampai dengan 10. Semakin besar skala, semakin baik produktivitasnya. Kesebelas skala tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: a. Level 0, yaitu nilai produktivitas yang terburuk yang mungkin terjadi. b. Level 3, yaitu nilai produktifitas performasi sekarang. c. Level 10, yaitu nilai produktivitas yang diharapan sampai periode tertentu. Sedangkan untuk kenaikan nilai produktivitas disesuaikan dengan cara interpolasi sebagai berikut: Kenaikan level 1 dan 2 level3- level0 3-0 Kenaikan level 4 sampai dengan 9 level10- level3 10-3

28 C. Blok Penilaian Produktivitas Pada blok penilaian produktivitas terdiri dari : 1. Skor Yaitu nilai level dimana level pengukuran produktivitas berada. Misalnya jika output / jam = 100 terletak pada level 4, maka skor untuk pengukuran itu adalah 4. Jika terdapat pengukuran yang tidak tepat sesuai dengan angka (decimal) pada matrix, maka dilakukan pembulatan ke bawah yang artinya pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi diri sendiri (internal), serta pembulatan ke atas jika pengukuran dilakukan untuk tujuan mengukur performansi penilaian orang luar (eksternal). 2. Bobot Yaitu besarnya bobot dari tiap kriteria produktivitas terhadap total produktivitas. Tiap-tiap kriteria yang telah ditetapkan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat unit yang diukur. Untuk itu perlu dicantumkan bobot yang menyatakan drajat kepentingan (dalam presentase) yang menunjukan pengaruh relatif kriteria tersebut terhadap produktivitas unit kerja yang diukur. 3. Nilai Nilai merupakan perkalian tiap skor dengan bobotnya 4. Indikator Produktivitas Indikator produktivitas merupakan jumlah dari tiap nilai Indeks Produktivitas (IP), maka dihitung sebagai presentase kenaikan atau penurunan terhadap performansi sekarang. Performasi sekarang 300

29 karena semua indicator mendapat skor tiga pada saat matrik mulai dioperasikan, maka indeks produktivitas adalah: Indikator Produktivitas IP = x 100 % Penyusunan Matrix Dalam peyusunan matrix maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Kriteria Produktivitas Langkah pertama ini adalah mengidentifikasi kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini dilaksanakan. 2. Identifikasi kriteria Setelah kriteria produktivitas teridentifikasi dengan baik, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kriteria tersebut secara terperinci. 3. Menentukan nilai pencapaian mula-mula (skor 3) Pencapaian mula-mula diletakan pada skor 3 dari skala 1 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan daripada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memungkinkan terjadinya pertukaran dan memberi kelonggaran apabila sekali-sekali terjadi kemunduran.

30 4. Menetapkan Sasaran (skor 10) Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran yang ingin kita capai dalam dua atau tiga tahun mendatang sesuai dengan lamanya pengukuran ini akan dilakukan dan karenanya harus berkesan optimis tetapi juga realistis. 5. Menentukan derajat kepentingan (bobot) Semua kriteria tidaklah memiliki pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria harus diberi bobot. Pembobotan biasanya dilakukan oleh pihak pengambil keputusan dan dapat pula dilakukan oleh orang-orang yang terpilih karena dianggap paham akan kondisi unit kerja yang akan diukur. 6. Pengoperasian matriks Pengoperasian Matriks baru dapat dilakukan apabila semua butir diatas telah dipenuhi. Setelah itu dapat diukur indeks produktivitas dari unit kerja yang diukur. 2.4 Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP ) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgment dalam memilih alternative yang paling disukai (Saaty 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka berfikir yang terorganisir,

31 sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut. AHP memungkinkan pengguna untuk memberikan nilai bobot relative dari suatu kriteria majemuk (atau Alternatif majemuk terhadap suatu kriteria) secara intuitif, yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise Comparadions). Dr. Thomas L.saaty, pembuat AHP, kemudian menentukan cara yang konsiste untu mengubah perbandingan berpasangan?parwise, menjadi suatu himpunan bilangan yang mempresentasikan prioritas relative dari setiap kriteria dan alternative Prinsip Kerja AHP Ide dasar prindip kerja Analytical Hierarchy Process adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Hierarki Persoalan yang akan diselesaiakan diuraikan menjadi unsure-unsurnya, yaitu kriteria dan alternative, kemudian sidudun menjadi struktur hierarki. 2. Penilaian Kriteria dan Alternatif Kriteria dan alternative dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty ( 1983), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan dapat dilihat pada tabel berikut:

32 Nilai Keterngan 1 Kriteria /Alternatif A penting dengan kriteria / altenatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A lebih pentig dari B 7 A sangat jelas leboh penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 3. Penentuan Prioritas Ada beberapa cara untuk menentukan vktor prioritas dari matriks Pairwise Comparasion. Berikut ini adalah salah rumus yang digunakan untuk menentukan prioritas. Synthesized matrix for experience = baris pertama : kolom pertama pada pairwise comparison matrx Priority Vektor ( bobot Wi ) = nilai aij : aij Weighted Sum Vector = (bobot Wi Baris pertama pada pairwise comparison matrix) Consisency Vector = Nilai Weighted Sum Vector : Nilai Bobot Wi λ maks = Consistency vector : Jumlah Elemen perbandingan berpasangan Consistency Indeks (CI) = (λ maks n) / (n 1)

33 Consistensy Random (CR) = CI / RI 2.5 Alat-Alat Pengevaluasi Produktivitas Evaluasi terhadap suatu sistem produktivitas perusahaan harus mampu menjawab apa yang menjadi penyebab dari penurunan produktivitas perusahaan itu. Berkaitan dengan hal ini, kita dapat menggunakan alat-alat sederhana yang populer seperti: Brainstorming, diagram pareto, dan diagram sebab akibat Diagram Pareto ( Pareto Chart ) Pareto chart pertama kali diperkenalkan oleh Alfredo Pareto dan digunakan pertama kali oleh Joseph Juran. Pareto chart adalah suatu diagram /grafik batang yang menjelaskan hierarki dari masalah-masalah yang timbul atau menjelaskan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Fungsi pareto chart adalah menentukan prioritas penyelesaian masalah. Masalah yang paling banyak terjadi ditentukan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah paling sedikit terjadi ditunjukan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Langkah langkah dalam pembuatan diagram Pareto adalah: 1. Membuat daftar masalah secara berurut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, peresentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara komulatif.

34 2. Menggambar dua buah garis vertical dan sebuah garis horizontal. a. Garis Vertikal - Garis Vertikal sebelah kiri : buatlah pada garis ini, skala dari nol sampai total dari kerusakan. - Garis vertical sebelah kanan: buatlah pada garis ini, skala dari 0% sampai 100%. b. Garis Horizontal - Bagilah garis ini ke dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan. 3. Buatkan Histogram pada diagram Pareto 4. Gambarkan kurva komulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif atau persen kumulatif) disebelah kanan atas dari interval setiap item masalah Diagram Sebab Akibat ( Fishbone) Diagram sebab akibat merupakan suatu diagram yang dapat menunjukan penyebab- penyebab penurunan produktivitas yang terjadi. Penyebab-penyebab tersebut biasanya ditinjau dari beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas. Faktor-faktor tersebut akan dianalisa sehingga dapat diketahui apakah faktorfaktor tersebut merupakan penyebab utama pada penurunan produktivitas yang terjadi atau tidak. Diagram sebab akibat sering disebut dengan Ishikawa Diagram karena diagram ini diperkenalkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun Atau sering

35 disebut diagram tulang ikan karena ( fishbone diagram ) karena bentuknya seperti kerangka ikan. Diagram ini dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi akar penyebab masalah, membantu membangkitkan ide-ide dari suatu masalah, dan membantu penyelidikan atau pencarian lebih lanjut. Langkah-langkah dalam membuat diagram sebab akibat adalah sebagai berikut: Mulai dari pernyataan utama yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Tentukan masalah yang akan diperbaiki dan usahakan adanya ukuran masalah tersebut sehingga perbandingan sebelum dan sesudah perbaikan dapat dilakukan. Cari faktor utama yang berpengaruh terhadap masalah tersebut.

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur induktif dan deduktif. Kajian induktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari penelitian - penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Menurut Gasperz V (2000), produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produktivitas 1 Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan finansial. Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4.1. Konsep dan Teori Menurut Ilmu Perkuliahan 4.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan efisiensi (sumber daya) dan efektivitas (daya guna) kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan efisiensi (sumber daya) dan efektivitas (daya guna) kerja yang Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha peningkatan Produktivitas harus selalu diperhatikan sebagai upaya mempertahankan efisiensi (sumber daya) dan efektivitas (daya guna)

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Definisi Produktivitas Definisi secara umum pengertian produktivitas adalah perbandingan masukan dan keluaran. Masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran

Lebih terperinci

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja organisasi total, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan Tanpa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dasar Produktivitas Jika ukuran keberhasilan produksi dipandang hanya dari segi output saja, maka ukuran produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Pengertian Proses Dalam Operations Management for Competitive Advantage, Tenth Edition, Chase, Jacobs, Aquilano (2004, pp 102) memberikan pengertian bahwa proses adalah bagian

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal balik (dua arah) yang sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai analisa dan evaluasi untuk meninjau tingkat produktifitas perusahaan dengan menggunakan metode APC dimana metode ini sangat pas digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL Anwar 1, Syarifuddin 2, Sri Deza Kurnia Devi 3 Mahasiswa Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Dewasa ini kesadaran akan perlunya peningkatan produktivitas semakin meningkat, karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

Pengertian Metode AHP

Pengertian Metode AHP Pengertian Metode AHP Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Jurnal Ilmiah Teknik Industri (2016), Vol. 4 No. 1, 1 8 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS UMKM MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Malang e-mail: 411210021@student.machung.ac.id;yuswono.hadi@machung.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com

Lebih terperinci

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas TEKNIK ANALISA LAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS SUMMANTH & OBJECTIVE MATRIX (OMAX) GUNA MENUNJANG PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL PRIBADIYONO Simposium Riset Ekonomi II TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay

BAB II LANDASAN TEORI dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produktivitas Definisi dari produktivitas pertama kali muncul pada tahun 1776 dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay yang berasal dari Perancis.

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung) PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus Di CV CARI RASA Kota Bandung) TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA DEPARTEMEN PRODUKSI PT. MACROPRIMA PANGANUTAMA

TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA DEPARTEMEN PRODUKSI PT. MACROPRIMA PANGANUTAMA TUGAS AKHIR ANALISA PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA DEPARTEMEN PRODUKSI PT. MACROPRIMA PANGANUTAMA Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Definisi Produktivitas Pengertian dari produktivitas sangatlah berbeda dengan produksi. Orang sering menghubungkan pengertian antara produktivitas dengan produksi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas 2.1.1 Definisi Produktivitas Produktivitas menurut Sinungan (2005) diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global Sri Subekti 1, Arni Retno Mariana 2, Andri Riswanda 3 1,2 Dosen STMIK Bina Sarana Global,

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM

MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEM Teknika : Engineering and Sains Journal Volume 1, Nomor 1, Juni 2017, 33-40 ISSN 2579-5422 online ISSN 2580-4146 print MODEL RANCANGAN PENGUKURAN KINERJA DENGAN PENDEKATAN METODE INTEGRATED PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Menurut Ir. Abrar Husen, MT., Manajemen Proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah

BAB I PENDAHULUAN. situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi perekonomian Bangsa Indonesia dewasa ini adalah situasi yang menggambarkan bangkitnya kembali perekonomian yang telah terpuruk, sejak jatuhnya pemerintahan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Memilih Vendor Pengembang Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Metode Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus Pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP A Yani Ranius Universitas Bina Darama, Jl. A. Yani No 12 Palembang, ay_ranius@yahoo.com ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Kinerja Secara umum istilah kinerja digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan induvidu maupun kelompok individu. Kinerja adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Tinjauan Umum Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan PT XYZ merupakan salah satu cabang perusahaan internasional yang memproduksi produk-produk Fast Moving

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS) 2011 Antoni Yohanes 12 PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Dan Manajemen Proyek Proyek adalah rangkaian kegiatan yang dimulai dari perencanaan, dan dilaksanakan sampai benar-benar memberikan hasil atau keluaran-keluaran

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek penelitian ini adalah strategi pengadaan bahan baku agroindustri ubi jalar di PT Galih Estetika Indonesia Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alur /Kerangka Desain Penelitian Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat oleh Sugiyono, dikutip bahwa: Metodologi penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang Penelitian mengenai evaluasi sistem penggjian dan pengupahan sudah banyak dilakukan salah

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A) Fauzia Mulyawati 1, Ig. Sudarsono 1 dan Cecep Sopyan 2 1 Jurusan Teksik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada metodologi penelitian menjelaskan tentang alur proses pengerjaan dari awal peneliti menentukan masalah, pengambilan data, pengolahan data, membuat inovasi untuk perbaikan

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Standard Operating Procedure (SOP) 2.1.1 Pengertian SOP Setiap organisasi perusahaan memiliki pola dan mekanisme tersendiri dalam menjalankan kegiatannya, pola dan mekanisme itu

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) *

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) * Reka Integra ISSN:2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Mutu (Quality Control) 2.1.1. Pengertian pengendalian mutu (quality control) Beberapa pengertian pengendalian mutu (quality control) yang berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan Perusahaan ini hadir di Indonesia pada tahun 1995 pada awalnya perusahaan ini bernama PT NZMI pada tahun 2004 perusahaan ini berganti nama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun tinggi. Produktivitas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Produktivitas Sejak awal perkembangan hingga kini, pengertian produktivitas sangat beragam disampaikan dan didefinisikan oleh para ahli, namun pada dasarnya produktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti dalam penelitian ini antara lain adalah sistem pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelakupelaku dalam pengadaan paprika,

Lebih terperinci

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) *

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) * Reka Integra ISSN 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Analisis Peningkatan tivitas Di Lantai si dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI TEH GELAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (Studi Kasus : PT CS2 POLA SEHAT)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI TEH GELAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (Studi Kasus : PT CS2 POLA SEHAT) PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI TEH GELAS MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (Studi Kasus : PT CS2 POLA SEHAT) K.A. heru Irianto1, Amiluddin Zahri, Hasmawaty Universitas Bina Darma Palembang Jalan Jenderal

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Rudiansyah Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S.Kom.) Pada Progam Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci