2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas"

Transkripsi

1 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas Secara Umum Pengertian produktivitas Produktivitas dapat diartikan sebagai campuran (compound) dari produksi dan aktivitas, dimana daya produksi menjadi penyebabnya dan produktivitas mengukur hasil dari daya produksi tersebut (Ravianto 1985). Beberapa pengertian atau definisi-definisi produktivitas secara umum menurut badan-badan internasional dapat diuraikan sebagai berikut (Ravianto 1985): 1) Menurut Organisation for Economic Coorperation and Development (OECD), pada dasarnya produktivitas adalah output dibagi dengan salah satu elemen produksi. 2) Menurut International Labour Organization (ILO) produktivitas merupakan output dari hasil integrasi empat elemen produksi yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan organisasi. 3) Menurut Europe Production Agency (EPA), pada dasarnya produktivitas adalah tingkat efisiensi pemanfaatan setiap elemen produksi. Menurut Sinungan (2008), doktrin pada Konferensi Oslo 1984 mencantumkan definisi umum produktivitas semesta yaitu produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia dengan menggunakan sumber-sumber riil yang makin sedikit. Secara umum produktivitas dapat didefinisikan sebagai rasio antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang digunakan, atau dalam bentuk formula dapat dinyatakan sebagai berikut (Summanth 1984) : Diketahuinya nilai produktivitas, maka akan diketahui pula seberapa efektif proses produksi yang telah didayagunakan untuk meningkatkan output dan seberapa efisiensi pula sumber-sumber input yang telah berhasil dihemat agar

2 5 produktivitas dapat meningkat. Dengan demikian, input produksi dapat memberikan kontribusi sepenuhnya terhadap kegiatan-kegiatan produksi yang berkaitan dengan nilai tambah dan berusaha meminimalisasi kegiatan-kegiatan yang menghambat proses produksi. Berbagai pernyataan produktivitas di atas pada umumnya juga menyatakan bahwa, produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi yang meliputi tenaga kerja (man), mesin dan peralatan (machine), bahan baku (material), sistem (method) yang digunakan untuk memanajemen proses produksi, dan modal (Widjaja 1996) Manfaat pengukuran produktivitas Pada level perusahaan (company), pengukuran produktivitas digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisis dan mendorong efisiensi produksi. Pengukuran produktivitas akan meningkatkan kesadaran dan minat pekerja untuk melaksanakan tingkat dan rangkaian produksi (Sinungan 2008). Produktivitas dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan pembangunan suatu negara, industri, maupun perusahaan (company), sehingga dapat digunakan sebagai kontrol agar tetap survive dalam era persaingan dalam perdagangan, bisnis dan perebutan pangsa pasar. Job description sangat diperlukan oleh perusahaan untuk pengukuran produktivitas secara cermat serta mengkuantifikasikan data yang dipakai dalam proses produksi (Sunarto 1999). Pada level yang paling kecil pengukuran produktivitas tenaga kerja individual dapat meningkatkan pendapatan (income) yang bermanfaat untuk investasi. Manfaat lain yang didapat adalah meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi, sehingga akhirnya dapat meningkatkan harkat dan martabat serta pengukuran terhadap potensi individu (Sunarto 1999) Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara umum dapat diterangkan berdasarkan level organisasi agar scope pembahasannya jelas dan mudah untuk dipahami (Summanth 1984). Level organisasi tersebut terbagi menjadi beberapa level seperti level internasional, nasional, industri, dan

3 6 perusahaan (company). Pada penelitian yang akan dilaksanakan hanya dibatasi pada level perusahaan (company). Crismianto (1999) pada level perusahaan (company) produktivitas sangat dipengaruhi faktor-faktor produksi. Hal ini dapat dilihat apabila perusahaan telah berhasil meningkatkan daya guna dan efisiensi dari faktor-faktor produksinya, maka didapat pula peningkatan efisiensi pengunaan input dan peningkatan efektivitas output yang selanjutnya dapat meningkatkan produktivitas. Faktor produksi terdiri dari dua faktor pokok yaitu input dan sistem. Menurut Iryanto (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan antara lain : 1) Desain (design) Kapal dibuat berdasarkan rancangan desain, baik yang dibuat oleh pihak galangan maupun pemilik kapal itu sendiri. Desain yang berkualitas mampu memberikan kemudahan dalam proses pembangunan, perawatan, serta kekuatan konstruksi kapal tersebut. Tingkat kemudahan yang tinggi dalam proses pembangunan kapal, maka akan mengurangi kesalahan dalam proses pengerjaan yang mengakibatkan pengulangan pekerjaan. Dengan demikian, dapat meminimaliskan waktu dan jam orang sekaligus biaya pembangunan kapal. Semakin cepat waktu pengerjaan dan minimnya biaya produksi maka galangan tersebut telah memiliki efisiensi dan produktivitas tinggi. 2) Proses manufacturing Proses manufacturing produksi tidak hanya mencangkup pekerjaan dasar (pembuatan badan kapal) tetapi juga pemilihan, sistem pengangkutan material barang yang dihasilkan, penyimpanan, serta sistem perpindahan material dari satu bengkel ke bengkel yang lainnya. Processing, assembly, fabrication, erection, dan instalation sebisa mungkin dilakukan pada kondisi yang paling normal. Pemakaian teknologi dengan fasilitas yang memadai akan membantu meningkatkan produktivitas. 3) Sistem manajemen Dalam melakukan pekerjaan perlu adanya pengaturan pekerjaan agar hasil akhir yang ingin diperoleh bisa maksimal.

4 Ukuran produktivitas Ada tiga dasar pengukuran produktivitas yang dibedakan menjadi tiga strata faktorial (Summanth 1984) yaitu : 1) Produktivitas parsial (partial productivity) Produktivitas ini menunjukan perbandingan gross output dengan salah satu input dari faktor produksi. Salah satu input faktor produksi dapat berupa material, tenaga kerja, energi dan capital. 2) Produktivitas faktor-total (factor-total productivity) Produktivitas total-faktor menunjukan rasio perbandingan keluaran (net output) dengan tenaga kerja dan capital sebagai input faktor produksi. 3) Produktivitas total (total productivity) Produktivitas total menunjukkan rasio perbandingan total keluaran (total output atau gross output) dengan total masukkan (total input). Total input produksi meliputi material, tenaga kerja, energi, kapital, peralatan dan lainlain. Tabel 1 Keuntungan dan batasan pengukuran produktivitas. Keuntungan-keuntungan 1) Produktivitas Parsial (1) Mudah dimengerti atau dipahami. (2) Mudah untuk mendapat atau mengumpukan data. (3) Mudah dalam perhitungan. (4) Memudahkan manajemen karena ketiga keuntungan di atas. (5) Data dari beberapa indikasi produktivitas parsial (seperti output per jam orang) telah banyak tersedia di berbagai industri. (6) Sebagai diagnosa yang tepat untuk meningkatkan produktivitas, jika dibandingkan dengan produktivitas faktor-total dan produktivitas total. 2) Produktivitas faktor-total (1) Record data dari perusahaan relatif mudah untuk di dapat dibandingkan dengan produktivitas total. Batasan-batasan (1) Jika menggunakan satu parsial tidak dapat dikatakan akurat dan mungkin masih terdapat faktorfaktor yang tidak diketahiui. (2) Tidak dapat menerangkan jumlah atau banyaknya cost secara keseluruhan. (3) Dapat menunjukkan kecenderungan kesalahan shift kerja atau bagian kerja sehingga area kesalahan bisa diperbaiki dengan kontrol manajemen. (4) Kontrol keuntungan, karena pengukuran produktivitas parsial dapat merupakan pendekatan yang sukses dan sebaliknya. (1) Tidak dapat menunjukkan faktor langsung dari material dan energi sebagai input. (2) Pendekatan tambahan nilai

5 8 (2) Biasanya sangat menarik dari sudut pandang ekonomi. 3) Produktivitas total (1) Membandingkan semua faktor output dan input keseluruhan, lebih akurat dalam menggambarkan real kemampuan perusahaan. (2) Top manajemen dapat mengontrol profit dengan lebih akurat. (3) Jika digunakan bersama dengan produktivitas parsial merupakan cara yang efektif. (4) Lebih mudah untuk melakukan analisa produktivitas. (5) Berhubungan langsung dengan biaya total (cost) Sumber : Sumanth 1984 material yang dicapai perusahaan sebagai output tidak tepat didefinisikan sebagai output karena kesulitan bagi manajer operasi menghubungkan tambahan nilai dengan effisiensi produksi. (3) Porsi biaya material yang tidak tepat merupakan faktor dari total biaya produksi sebagai input tidak langsung menunjukkan ukuran produktivitas. (4) Data-data untuk perbandingan produktivitas relatif sulit diterangkan, walaupun kadangkadang pada industri spesifik tertentu dan periode waktu tertentu ukuran ini dipublikasikan. (1) Data untuk perhitungan produktivitas relatif sulit didapat kecuali data telah dicatat untuk maksud analisa produktivitas total. (2) Seperti produktivitas parsial dan produktivitas faktor total tidak dapat benar-benar membandingkan total output dan total input secara keseluruhan karena faktorfaktor output dan input yang tidak dapat dijangkau. Pendekatan produktivitas parsial lebih banyak digunakan oleh strata perusahaan. Produktivitas parsial dapat diukur dengan menggunakan rasio atau indeks produktivitas tentang tenaga kerja, modal, organisasi, penjualan, produksi, dan produk (Sinungan 2008). Model Objactive Matrix (OMAX pada dasarnya merupakan pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas.

6 Usaha untuk meningkatkan produktivitas Crismianto 1997, metode untuk meningkatkan produktivitas perusahaan (company) dapat dikategorikan menjadi empat kemungkinan : 1) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah produk yang sama; 2) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah produk yang lebih besar; 3) Metode pemanfaatan sumberdaya yang sama untuk mendapatkan jumlah produk yang lebih besar; dan 4) Metode pemanfaatan sumberdaya yang lebih banyak untuk mendapatkan jumlah produk yang jauh lebih besar. Selain keempat metode di atas, lazim digunakan juga metode yang dapat dengan efektif meningkatkan produktivitas perusahaan, seperti pada Gambar 1. Pada gambar ini tertulis empat jenis metode yang mempunyai pengaruh terhadap produktivitas, keempat metode tersebut adalah : 1) Metode penghematan produktivitas dengan menghemat tenaga kerja; 2) Metode peningkatan produktivitas dengan menerapkan metode kerja yang paling tepat; 3) Metode peningkatan produktivitas dengan memanfaatkan sumber daya manusia dengan lebih efektif, yaitu dengan menyempurnakan manajemen personalia; dan 4) Metode peningkatan produktivitas dengan melenyapkan prektek-praktek yang tidak produktif. Menghemat tenaga kerja atau SDM Melenyapkan praktek ttidak produktif Kenaikan produktivitas Menyempurnakan metode kerja Menyempurnakan manajemen personalia Sumber : Crismianto 1997 Gambar 1 Metode lain untuk meningkatkan produktivitas

7 10 Metode di atas tidak selamanya menguntungkan, karena upaya memperkenalkan mesin, teknologi, dan metode baru sering kali berarti pengangguran bagi tenaga kerja. Oleh karena itu, kadang-kadang metode ini bertentangan dengan tanggung jawab perusahaan (Sunarto 1999). 2.2 Metode Pengukuran Produktivitas Model Objective Matrix (OMAX) Menurut Mahendra 2007, untuk setiap model pengukuran mempunyai manfaat masing-masing, akan tetapi secara umum manfaat dari pengukuran produktivitas bagi perusahaan dan organisasi adalah : 1) Dalam melakukan pengukuran produktivitas dapat diperoleh informasi keberhasilan yang dicapai oleh perusahaan secara menyeluruh. 2) Perusahaan dapat menilai efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang atau jasa. 3) Pengukuran produktivitas dapat berguna untuk perencanaan produksi dan sumber daya, baik untuk jangka panjang atau pendek. 4) Berdasarkan hasil pengukuran produktivitas saat ini dapat direncanakan sasaran tingkat produktivitas masa mendatang. 5) Strategi peningkatan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat yang diukur. Pengukuran produktivitas sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui keberhasilan yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut. Selain itu, dari hasil pengukuran dapat diketahui sampai sejauh mana usaha peningkatan efisiensi dan efektivitas perusahaan telah mencapai sasaran (Mahendra 2007) Alasan pemilihan metode OMAX Model pengukuran produktivitas OMAX mangatasi masalah masalah kerumitan dan kesulitan pengukuran produktivitas dengan mengkombinasikan seluruh kriteria produktivitas yang penting kedalam suatu bentuk yang terpadu dan saling terkait satu sama lain serta mudah untuk dikombinasikan. Model ini mengikutsertakan seluruh jajaran pegawai yang terkait dalam operasi operasi perusahaan, mulai dari pekerja tingkat bawah sampai kepada manajer dalam proses pembentukan dan pelaksanaannya. Model ini pada dasarnya merupakan

8 11 pengukuran produktivitas total yang merupakan perpaduan dari beberapa ukuran keberhasilan atau kriteria produktivitas yang sudah dibobot sesuai dengan derajat kepentingan masing masing kriteria itu didalam perusahaan (Mahendra 2007). Model pengukuran OMAX dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor faktor yang sangat berpengaruh maupun yang kurang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas. Hal-hal yang dapat dilihat dengan menggunakan model pengukuran ini, antara lain (Mahendra 2007): 1) Model ini memungkinkan dijalankannya aktivitas aktivitas pengukuran produktivitas, penilaian (evaluasi) produktivitas, peningkatan dan perencanaan produktivitas sekaligus. 2) Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dapat diidentifikasikan dengan baik dan dapat dikuantifikasikan. 3) Adanya sasaran produktivitas yang jelas dan mudah dimengerti yang akan memberikan motivasi bagi pekerja untuk mencapainya. 4) Adanya pengertian bobot yang mencerminkan pengaruh masing masing faktor terhadap peningkatan produktivitas perusahaan yang penentuannya memerlukan persetujuan manajemen. 5) Model ini menggabungkan seluruh faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas (baik dalam satuan fisik maupun uang) dan nilai kedalam suatu indikator atau indeks Bentuk dan susunan model OMAX Pengukuran pada model OMAX (Objective Matrix) dikembangkan oleh James L. Riggs di Oregon State University. OMAX menggabungkan kriteriakriteria produktivitas ke dalam suatu bentuk yang terpadu dan berhubungan satu sama lain. Model ini melibatkan seluruh jajaran di perusahaan, mulai dari bawahan sampai atasan. Kelebihan dari model OMAX dalam pengukuran produktivitas perusahaan antara lain (Anonim 2012): 1) Relatif sederhana dan mudah dipahami. 2) Mudah dilaksanakan dan tak memerlukan keahlian khusus. 3) Datanya mudah diperoleh. 4) Lebih fleksibel, tergantung pada masalah yang dihadapi.

9 12 Bentuk dan susunan dari pengukuran produktivitas model OMAX berupa matrix, yang terdiri dari : 1) Kriteria Produktivitas. Menyatakan kegiatan dan faktor-faktor yang akan diukur produktivitasnya, dinyatakan dengan ratio dari produktivitas yang diukur. 2) Performance/nilai pencapaian. Setelah dilakukan pengukuran maka kita dapat mengetahui tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Hasilnya ini yang akan dicantumkan pada baris performance untuk kriteria yang diukur. 3) Butir-butir matrix Terdapat dalam badan matrix yang disusun oleh besaran-besaran pencapaian mulai dari tingkat 0 (hasil yang terjelek) smpai dengan tingkat 10 (hasil yang terbaik). Pengukuran dimulai dari tingkat normal yaitu tingkat 3. 4) Skor (score) Hasil dari pengukuran (performance) yang diubah ke dalam skor yang sesuai. 5) Bobot (weight) Setiap kriteria yang diukur mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tingkat produktivitas perusahaan. Kriteria yang akan diberi bobot berdasarkan derajat kepentingannya. Total dari bobot bisa bernilai 100 atau 100% atau 1. 6) Nilai (value) Nilai merupakan hasil prkalian dari skor pada kriteria tertentu dengan bobot kriteria tersebut. 7) Performance indicator Merupakan jumlah nilai (6) dari semua kriteria pengukuran yang dilakukan Penyusunan matrix Menurut Mahendra 2007, penyusunan dan pelaksanaan matrik ini merupakan suatu proses yang jelas dan langsung yang membutuhkan sedikit keahlian. 1) Menentukan kriteria produktivitas Langkah pertama ini adalah mengidentifikasikan kriteria produktivitas yang sesuai bagi unit kerja dimana pengukuran ini akan dilaksanakan. Kriteria ini

10 13 harus menyatakan kondisi atau kegiatan yang mendukung produktivitas unit kerja yang diukur dan dapat dikontrol oleh unit kerja tersebut. Kriteria ini menyatakan ukuran efisiensi dari input, efektivitas dari output dan ukuran ukuran lainnya (inferensial) yang secara tidak langsung mendukung proses kegiatan unjuk kerja yang akan diukur. Supaya efektif, kriteria ini harus sudah dimengerti, mudah diukur, administrasinya dilakukan secara baik dan dapat diterima. Selanjutnya, kriteria ini sebaiknya berdiri sendiri tidak saling bergantung satu sama lain dan merupakan faktor faktor yang terukur. 2) Menjelaskan data Setelah seluruh kriteria dapat diidentifikasikan dengan baik, langkah berikutnya adalah mendefinisikan kriteria tersebut secara terperinci. Tiap tiap kriteria memerlukan penjelasan lebih lanjut, misalnya tingkat ketidakhadiran, harus dijelaskan rasio rasio yang membentuk kriteria ini. Demikian juga, sumber daya untuk setiap pengukuran tertentu harus pula diidentifikasikan dengan jelas, laporan yang akurat, orang orang yang bertanggung jawab dan terlibat, atau sumber daya lain, untuk setiap bilangan dalam perhitungan matrik harus dispesifikasikan dengan baik. 3) Penilaian pencapaian mula mula Setelah menentukan kriteria yang akan diukur, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan pengumpulan data dari tiap tiap kriteria. Langkah berikutnya mengolah data tersebut sehingga layak untuk digunakan. Data pencapaian mula-mula diperoleh dengan cara perhitungan rata rata dari periode data yang ditentukan. Pencapaian mula mula diletakkan pada skor 3 dari skala 0 sampai 10 untuk memberikan lebih banyak tempat bagi perbaikan dari pada untuk terjadinya penurunan. Pencapaian ini juga biasanya tidak diletakkan pada tingkat yang lebih rendah lagi agar memberikan kemungkinan terjadinya pertukaran dan memberikan kelonggaran apabila sekali kali terjadi kemunduran. 4) Menetapkan sasaran (skor 10) Apabila skala skor 3 merupakan pencapaian mula mula, maka skor 10 merupakan pencapaian yang akan kita tuju nantinya. Skala skor 10 ini berkenaan dengan sasaran sasaran yang ingin dicapai dalam waktu

11 14 mendatang, dan karenanya harus berkesan optimis. Sasaran yang diambil harus merupakan gambaran yang realistis dan diperhitungkan pula faktor faktor yang realistis. Hali ini dikarenakan beberapa waktu mendatang telah terjadi perubahan atau kemungkinan telah ada peralatan baru. 5) Menetapkan sasaran jangka pendek Pengisian skala skor yang tersisa lainnya dari matrik dapat dilakukan langsung setelah butir skala skor 0, skor 3 dan skor 10 telah ditetapkan. Butir butir yang tersisa yaitu skor 1, 2, 4 sampai dengan 9 merupakan suatu sasaran antara (intermediate) sebelum tingkat pencapaian akhir dipenuhi. Biasanya skala linier digunakan untuk pengisian antara pencapaian saat ini dengan sasaran yang ingin dicapai pada setiap kriteria produktivitas. Oleh sebab itu, jarak bilangan dari setiap tingkat skor 3 ke skor 0 juga dilakukan seperti pengskoran di atas. Jadi tidak ada syarat yang baku mengenai hal ini dan tergantung pada kesepakatan saja, karena pokok perhatian mengenai struktur skala ini adalah seberapa baik pengskoran ini dimengerti oleh orang orang yang unjuk kerjanya diukur. Dengan demikian, ada sebelas tingkat pencapaian untuk setiap kriteria. Satu kriteria menempati satu kolom dari atas ke bawah dari badan matrik. Penempatan dari hasil yang diharapkan pada setiap tingkat merupakan bagian yang penting dari pengskalaan, karena hasil hasil tersebut membentuk suatu rintangan khusus yang harus di atasi untuk maju dari satu sasaran jangka pendek ke sasaran jangka pendek berikutnya. 6) Menentukan derajat kepentingan Semua kriteria tidaklah mempunyai pengaruh yang sama pada produktivitas unit kerja keseluruhan, sehingga untuk melihat berapa besar derajat kepentingannya tiap kriteria diberi bobot. Pembobotan memberikan suatu kesempatan untuk memberikan perhatian secara langsung pada kegiatan kegiatan yang berpotensi besar bagi peningkatan produktivitas. Pembobotan biasanya dilakukan oleh manajer atau dewan produksi yang dimiliki galangan. Total pembobotan untuk semua kriteria harus sama dengan 100 %. Bila pembobotan telah selesai, maka matrik ini secara teknis dapat digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas dan dapat diketahui bagaimana cara meningkatkan produktivitas.

12 Pengoperasian matrix Setelah seluruh badan matrik dan perlengkapannya terisi, maka matrik dapat dioperasikan. Pengoperasian matrik dilakukan dengan cara : 1) Pencapaian sekarang Langkah awal pada tahap ini adalah mengumpulkan data dari tiap tiap kriteria atau rasio selama periode pengukuran akan dilakukan dan menetapkan pencapaian sebenarnya untuk setiap kriteria atau rasio tersebut. Data yang didapat kemudian dimasukkan ke dalam kolom pencapaian pada bagian atas badan matrik. 2) Lingkari bilangan pencapaian (No.1) pada badan matrik. Pada badan matrik lingkari bilangan yang sesuai dengan bilangan pencapaian yang didapat. Apabila tidak ada bilangan yang tepat sama dengan bilangan pencapaian, maka yang dilingkari adalah bilangan yang berada dibawahnya. Perlu diingat bahwa setiap kotak dalam badan matrik merupakan suatu rintangan yang harus diatasi untuk mencapai skor tertentu. Setiap pencapaian yang lebih kecil dari tingkat pencapaian terburuk yang masih diperbolehkan (level terbawah) akan tetap menerima skor 0 untuk periode tersebut. 3) Penentuan skor Dari bilangan yang telah dilingkari, dapat ditentukan tingkat skor yang dicapai. Tingkat skor tersebut diletakkan pada kolom skor yang berada pada bagian bawah badan matrik. 4) Penentuan nilai Setiap skor yang didapat untuk setiap kriteria atau rasio, dikalikan dengan besarnya bobot masing masing. Hasil perkalian ini diletakkan dalam kolom nilai yang berada pada bagian bawah badan matrik. 5) Indikator pencapaian saat ini Nilai nilai yang didapat untuk setiap kriteria dijumlahkan sehingga diperoleh indikator pencapaian saat ini. 6) Indeks Sebuah indikator produktivitas hanya bermanfaat jika dibandingkan dengan nilai dari periode lain. Satu unit kerja tidak bisa dibandingkan dengan nilai

13 16 unit kerja lainnya berdasarkan nilai skor, sebab kriteria masing masing unit berbeda dan kondisi operasinya bervariasi. Nilai bobot total dapat diperlakukan sebagai indeks performansi dan digunakan untuk menilai perkembangan dari waktu ke waktu atau indeks produktivitas dapat dihitung untuk menghubungkan performansi satu periode pada periode selanjutnya dengan menggunakan : Dimana : V2 = nilai yang dibuat pada periode sekarang V1 = nilai yang dibuat pada periode sebelumnya 2.3 Galangan Kapal Galangan kapal merupakan tempat pembuatan kapal baru, baik itu kapal ikan atau pun kapal muat dan juga sebagai tempat reparasi kapal. Menurut Storch 1995, galangan kapal merupakan suatu industri yang berorientasi untuk menghasilkan suatu produk seperti kapal (ship), bangunan lepas pantai (offshore), dan bangunan terapung (floating plant) untuk kebutuhan pelanggan (owner, perusahaan, dan pemerintah). Selain sebagai tempat kegiatan membangun kapal, galangan kapal juga melayani kegiatan reparasi kapal. Adapun fasilitas-fasilitas pokok yang harus dilengkapi oleh suatu galangan kapal (Pulungan 1986), yaitu : 1) Kantor untuk tempat penyelenggaraan kegiatan manajemen dan administrasi; 2) Landasan pembangunan untuk tempat mengkonstruksi; 3) Lantai gambar untuk tempat menggambar garis-garis kapal; 4) Perairan dan dermaga untuk tempat peluncuran; dan 5) Bengkel perakitan. Selain fasilitas-fasilitas pokok di atas, galangan kapal juga dilengkapi dengan fasilitas bantu (Pulungan 1986), antara lain : 1) Gudang sebagai tempat penyimpanan material-material; dan 2) Pembangkit tenaga listrik yang memadai untuk menjalankan mesin-mesin dan sebagai penerangan.

14 17 Sistem yang digunakan sebaiknya memperlihatkan ketegasan aktivitasnya dalam bagian dan kelompok pekerja di galangan dan dok, dan menempatkan individu-individu dengan pendidikan dan keterampilan yang dimilikinya. Adanya ketegasan aktifitas dan jenis pekerjaan yang sesuai pekerjaan maka penggunaan bahan, mesin dan peralatan serta fasilitas-fasilitas yang ada semakin tepat target dan pada akhirnya produktivitas dari galangan kapal dan dok tersebut berjalan secara lancar (Pulungan 1986). 2.4 Produktivitas Galangan Kapal Pengukuran produktivitas akan dapat mengetahui kinerja sebagian atau seluruh proses produksi, dan kinerja total dari suatu perusahaan. Mempelajari dan membahas suatu konsep produktivitas galangan kapal tidak hanya mempelajari pengukuran produktivitas saja, tetapi juga meliputi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi produktivitas galangan kapal, manfaat dari pengukuran produktivitas, serta usaha-usaha yang dapat meningkatkan suatu produktivitas dari galangan kapal (Sunarto 1999) Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas galangan Al-Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas galangan kapal adalah adanya kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh galangan, kelemahan-kelemahan tersebut dikategorikan menjadi empat kelompok, yaitu : 1) Kelemahan desain. Kelemahan desain ini terlihat dari kesalahan desain kapal yang dibuat galangan atau desainer, mengakibatkan bangunan kapal baru tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kesalahan desain ini dapat berupa kesalahan sebagian, keseluruhan dari gambar, dan kesalahan dari perhitungan. Kesalahan desain tidak hanya pada kesalahan gambar atau perhitungan tetapi dapat diakibatkan karena pembuatan desain yang tidak rasional dan proporsional, maka akan memperlambat proses penyelesaian sehingga waktu untuk produksi bertambah panjang dan pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas. Jadi, secara umum kesalahan desain akan mengakibatkan

15 18 galangan lebih sulit dalam membangun suatu kapal jika dibandingkan dengan galangan lain yang kelemahan desainnya telah dapat diatasi. 2) Kelemahan produksi. Kelemahan produksi dapat disebabkan karena minimnya teknologi, misalnya adalah penggunaan teknologi yang tidak tepat, hal ini akan menghambat proses produksi sehingga waktu penyelesaian produksi akan bertambah lama, yang berarti akan mengakibatkan biaya produksi bertambah, yang selanjutnya akan mengurangi produktivitas. Kelemahan-kelemahan produksi lainnya dapat terjadi pada kelemahan automatisasi dan perawatan peralatan-peralatan produksi dapat terjadi karena kesalahan penjadwalan perawatan, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan bertambah fatal, sehingga dapat menghambat proses produksi atau bahkan aktivitas produksi dapat berhenti total, sehingga waktu proses produksi akan bertambah lama, sehingga pada akhirnya akan dapat mengurangi produktivitas. 3) Kelemahan sistem manajemen. Kelemahan sistem manajemen dapat berupa kelemahan training, kualitas, perencanaan, estimasi, kontrol, dan sistem pengawasan. Sistem manajemen adalah salah satu faktor produksi yang tidak secara nyata langsung tampak pada proses produksi tetapi pengaruhnya sangat besar, dan jika terjadi kelemahan sistem manajemen maka seluruh proses produksi akan terhambat. 4) Kelemahan tenaga kerja. Kelemahan tenaga kerja dapat disebabkan karena kelemahan motivasi, sehingga semangat untuk bekerja keras berkurang dan juga bisa memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan saat proses produksi, yang pada akhirnya dapat mengurangi produktivitas. Kelemahan lain dari tenaga kerja diantaranya disebabkan karena kelemahan kemampuan, kelemahan kesehatan, kemalasan, absent, dan sakit. Pada akhirnya kelemahan-kelemahan tenaga kerja ini akan dapat mengurangi produktivitas tenaga kerja (labor productivity) dan produktivitas perusahaan (company) secara keseluruhan.

16 Pengukuran produktivitas galangan Input produksi adalah sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki sebagai kekuatan suatu perusahaan atau galangan (Sunarto 1999), secara umum sumberdaya yang dimaksud adalah : 1) Sumberdaya manusia (man); 2) Sumberdaya mesin atau peralatan (machine); 3) Sumberdaya material (material); 4) Sumberdaya manajemen (method); dan 5) Sumberdaya uang (money). Dalam pengukuran produktivitas perusahan, tolak ukur yang digunakan adalah kuantitas, kualitas, waktu dan harga. Sasongko 1991 diacu dalam Sunarto 1999, produktivitas erat kaitannya dengan efisiensi pemakaian sumberdaya dalam menghasilkan produk yang efektif, dimana efektivitas menunjukkan suatu intensitas kerja. Produktivitas juga berhubungan dengan pemanfaatan sumberdaya secara optimum yang disebut dengan utilitas. Baik efisiensi maupun utilitas mengacu kepada penggunaan kapasitas yang tersedia dalam proses produksi, dimana kapasitas merupakan besar-besaran atau nilai kuantitas dari output yang mampu dihasilkan dalam suatu proses produksi. Dalam pengukuran produktivitas galangan kapasitas dibedakan menjadi dua yaitu kapasitas aktual dan kapasitas maksimum (kapasitas terpasang). Anugrah 1996 diacu dalam Sunarto 1999, dalam pengukuran produktivitas galangan, pengukuran yang biasa dilakukan adalah pengukuran produktivitas peralatan produksi dengan parameter-paremeter ukuran utilitas, effisiensi, bahan kerja (load factor) dan rasio penggunaan berth (berth occupation ratio). Al- Kattan 1992 diacu dalam Sunarto 1999, ukuran yang digunakan untuk menganalisa produktivitas yang dapat menunjukkan kemampuan galangan secara umum dan global Usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas galangan Voughan 1983 diacu dalam Sunarto 1999, usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas galangan kapal yang berhubungan

17 20 dengan elemen-elemen produksi ada empat belas poin penting yang sering disebut Common Core Technology (CCT), yaitu : 1) Strategi pembangunan kapal dan desain produksi (ship building strategy and product design); 2) Strategi membangun (build strategy); 3) Detail teknik produksi (detail production engineering); 4) Definisi keperluan dan daftar material; 5) Estimasi isi pekerjaan;kontrol biaya tenaga kerja dan waktu registrasi; 6) Kontrol material; 7) Manufacturing control (accuracy control dan quality control); 8) Manajemen proyek; 9) Pengembangan teknologi produksi; 10) Training dan pengembangan organisasi; 11) Sistem kode (coding system); 12) CAD/CAM; dan 13) Aplikasi computer administrasi. 2.5 Kaitan Produktivitas Galangan dengan Perkembangan Perikanan Tangkap Secara umum jumlah galangan yang beroperasi di Indonesia mencapai 240 galangan. Namun, pemanfaatan kapasitas terpasang industri galangan kapal saat ini hanya mencapai 40%. Peran galangan asing masih mendominasi dalam industri kelautan di Indonesia. Diberlakukannya regulasi asas cabotage, yang mengharuskan muatan di dalam negeri diangkut oleh kapal berbedera merah putih, akan memberikan efek yang signifikan terhadap kebutuhan kapal dalam negeri. Oleh karena itu, industri galangan perlu dikembangkan dan lebih reaktif dalam memenuhi kebutuhan kapal (Kurniawati 2011). Dalam kaitanya dengan perikanan tangkap, Kementrian Kelautan dan Perikanan 2010, dimana visinya yaitu menjadikan Indonesia sebagai penghasil produk terbesar di sektor perikanan dan kelautan pada tahun Salah satu, sasaran strategisnya adalah dengan meningkatkan produktivitas serta daya saing berbasis pengetahuan. Maka, untuk mencapainya diperlukan sarana dan prasarana

18 21 kelautan dan perikanan yang mampu memenuhi kebutuhan serta diproduksi di dalam negeri dan dibangun secara terintegrasi. Saat ini di Indonesia masih mendominasi kapal-kapal berukuran kecil yang kurang dari 30 GT, padahal kapal merupakan salah satu sarana produksi armada penangkapan ikan. Daya jelajah kapal tersebut terbatas, akibatnya sumberdaya ikan di laut lepas belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Restrukturasi kapal merupakan trobosan untuk meningkatkan produksi perikanan tangkap. Program ini merupakan program untuk meningkatkan armada penangkapan agar memiliki kapasitas yang lebih besar serta memiliki daya jelajah lebih jauh. Hal ini akan berpengaruh pada industri galangan sebagai salah satu prasarana industri perikanan tangkap. Lebih jauh, galangan juga memberikan jasa perawatan dan perbaikan kapal, sehingga kapal tetap dalam kondisi baik. Galangan juga menghasilkan armada yang tangguh untuk mendukung keberhasilan operasi penangkapan ikan (Kurniawati 2011).

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Secara umum produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan atau sebagian sumberdaya (input) yang

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN PRODUKTIVITAS GALANGAN KAPAL KOPERASI PEGAWAI NEGERI DINAS PERIKANAN (KPNDP) DKI JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) LINA YUNI KURNIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 35 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Kriteria-kriteria yang akan diukur meliputi kriteria efisiensi, kriteria efektivitas, dan kriteria inferensial. Kriteria efisiensi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data 20 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli - September 2011 di Dok Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Balai Teknologi Penangkapan Ikan (UPT BTPI), Muara Angke, Jakarta.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA AKTIVITAS REPARASI DI DOK PEMBINAAN UPT BTPI, MUARA ANGKE, JAKARTA MENGGUNAKAN MODEL OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PRAMUDYA PRATAMA PUTRA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja

Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja Produktivitas dipengaruhi oleh efisiensi, efektivitas dan kualitas. Bersama dengan inovasi dan kualitas kerja, produktivitas menentukan kinerja organisasi total, yaitu kemampuan memperoleh keuntungan Tanpa

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 40 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kriteria Produktivitas dan Indikator Kinerja Pengukuran dengan model OMAX (Objective Matrix) menggabungkan kriteria-kriteria produktivitas galangan ke dalam suatu bentuk yang

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.01 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2014 Strategi Peningkatan Produktivitas di Lantai Produksi Menggunakan Metode Objective

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Menurut Gasperz V (2000), produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian

3 METODOLOGI. Gambar 2 Peta lokasi penelitian 22 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data di lapangan dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Maret 2012. Lokasi pengambilan data dilaksanakan di galangan kapal Koperasi

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kajian literatur induktif dan deduktif. Kajian induktif adalah kajian yang dilakukan untuk memperoleh informasi dari penelitian - penelitian

Lebih terperinci

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas

Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, November Permasalahan Pengukuran Produktivitas 1.3 Tujuan Pengukuran Produktivitas TEKNIK ANALISA LAPORAN KEUANGAN DENGAN MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS SUMMANTH & OBJECTIVE MATRIX (OMAX) GUNA MENUNJANG PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI REGIONAL PRIBADIYONO Simposium Riset Ekonomi II TEKNIK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith tahun 1810. Inti konsep

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Definisi Produktivitas Definisi secara umum pengertian produktivitas adalah perbandingan masukan dan keluaran. Masukan adalah sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Dewasa ini kesadaran akan perlunya peningkatan produktivitas semakin meningkat, karena adanya suatu keyakinan bahwa perbaikan produktivitas akan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas 2.1.1 Definisi Produktivitas Produktivitas menurut Sinungan (2005) diartikan sebagai perbandingan antara nilai yang dihasilkan suatu kegiatan terhadap nilai semua

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK

PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX ABSTRAK PENGUKURAN DAN ANALISIS PRODUKTIVITAS LINI PRODUKSI PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX Riani Nurdin, Yasrin Zabidi Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto (STTA) Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengendalian Mutu (Quality Control) 2.1.1. Pengertian pengendalian mutu (quality control) Beberapa pengertian pengendalian mutu (quality control) yang berkembang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perusahaan dituntut untuk mampu menghadapi persaingan baik dari perusahaan lokal maupun perusahaan luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DATA 4.1 GambaranUmumPerusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. XYZ adalah suatu perusahaan manufactur pembuatan resin paper dan textile. Berdasarkan filosofi manajemen kepuasan pelangan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian produktivitas Produktivitas adalah perbandingan antara keluaran (Output) dan masukan (Input) pada perusahaan, dapat diartikan sebagai rasio antara jumlah output yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENILITIAN

BAB III METODOLOGI PENILITIAN BAB III METODOLOGI PENILITIAN 3.1 Metode Penilitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia industri sangat ketat, khususnya dalam industri sepatu, hanya perusahaan yang memiliki sistem distribusi dan produksi yang baik

Lebih terperinci

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) *

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) * Reka Integra ISSN 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Analisis Peningkatan tivitas Di Lantai si dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX)

Lebih terperinci

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) *

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di PT Agronesia Divisi Industri Karet) * Reka Integra ISSN:2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LANTAI PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian secara sistematik, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan penelitian. 3.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA BAB II. STUDI PUSTAKA Industri galangan kapal dewasa ini memiliki perkembangan yang masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan dan upaya memajukan teknologinya. Hal ini tergambar dari kenyataan bahwa

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT

BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 124 BAB 4 HASIL KINERJA SISTEM ERP PADA MODUL MATERIAL MANAGEMENT 4.1 Evaluasi Perspektif dalam IT Balanced Scorecard Sesudah menetapkan ukuran dan sasaran strategis dari masing-masing perspektif IT balanced

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin

BAB I PENDAHULUAN. maupun jasa, sehingga persaingan antar industri-industri sejenis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini kemajuan sektor ekonomi meningkat dengan pesat, industri berkembang di segala bidang, baik industri barang maupun jasa, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produktivitas 1 Produktivitas dapat digambarkan dalam dua pengertian yaitu secara teknis dan finansial. Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengefesiensian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADA PT HAMSON INDONESIA INCREASING THE PRODUCTIVITY AT PT HAMSON INDONESIA Arnolt K. Pakpahan 1, Didien Suhardini 2, Prabowo Ehsy 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berkompetisi antar perusahaan industri kini semakin tinggi, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki kinerja sistem industri yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN

BAB IV ANALISA PERMASALAHAN BAB IV ANALISA PERMASALAHAN 4.1. Konsep dan Teori Menurut Ilmu Perkuliahan 4.1.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas sebagai konsep output dengan input, pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan

Lebih terperinci

ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA

ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA ANALISA PENCAPAIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PENGGUNAAN MESIN LAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL OMAX DI PT. DOK DAN PERKAPALAN SURABAYA Alifatul Fitriyah S1Pendidikan Teknik Mesin Produksi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun

BAB II LANDASAN TEORI. Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Produktivitas Produktivitas tinggi apabila kegiatan untuk menghasilkan produk pun tinggi. Produktivitas berfungsi untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan produk.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. produksi dilakukan proses pengolahan input menjadi output. Semakin sedikit

BAB II LANDASAN TEORI. produksi dilakukan proses pengolahan input menjadi output. Semakin sedikit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Produksi 2.1.1 Fungsi Produksi Efisiensi berhubungan erat dengan proses produksi karena dalam produksi dilakukan proses pengolahan input menjadi output. Semakin sedikit

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Penelitian ini disajikan dalam langkah-langkah seperti yang terdapat pada gambar dibawah ini. Penyajian secara sistematis dibuat agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PRODUKTIVITAS 2.1.1. PENDAHULUAN Produktivitas pekerja hanyalah salah satu dari sekitar banyak faktor yang terkait di dalam produktivitas secara keseluruhan, disamping itu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Tahapan AHP 5.1.1 Kuesioner Tahap Pertama Dari hasil kalkulasi pada Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa rasio 2 yaitu perbandingan antara total produk yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. 1 Tinjauan Teoretis 2.1. 1 Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-331 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Produktivitas Sejak awal perkembangan hingga kini, pengertian produktivitas sangat beragam disampaikan dan didefinisikan oleh para ahli, namun pada dasarnya produktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Produktivitas Produktivitas secara konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja (bentuk nyata) dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN

Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN LAMPIRAN 66 Lampiran 1 Kuesioner penentuan sasaran KUESIONER PENENTUAN SASARAN Kuesioner lanjutan untuk keperluan : Penelitian dalam mengukur tingkat produktivitas dari variable-variabel yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN Pengumpulan dan pengolahan data telah dilakukan dan disajikan pada bab sebelumnya yaitu bab EMPAT, selanjutnya hasilnya akan dianalisis dan diinterpretasikan untuk setiap kriteria

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX 215 PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX R.Bagus Yosan (1), Muhammad Kholil (2), Purwanto (3) 1,2,3 Program Studi Teknik Industri Universitas Mercubuana Jakarta Jl. Meruya

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KAITANNYA DENGAN PENGUPAHAN

APLIKASI SISTEM PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KAITANNYA DENGAN PENGUPAHAN JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 8, NO. 2, DESEMBER 2006: 114-121 APLIKASI SISTEM PENGUKURAN PRODUKTIVITAS KAITANNYA DENGAN PENGUPAHAN Pribadiyono Masyarakat Produktivitas Jawa Timur (MPJ) E-mail: pribadiyono@yahoo.com

Lebih terperinci

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material

Definisi ilmu seni memindahkan menyimpan melindungi mengontrol/ mengawasi material Definisi 1. Material handling adalah ilmu dan seni memindahkan, menyimpan, melindungi, dan mengontrol/ mengawasi material. 2. Material handling merupakan penyediaan material dalam jumlah yang tepat, pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. King Manufacture merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur mold & dies. Adapun strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk meresponi permintaan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan-galangan Kapal di Surabaya Dicky Hari Traymansah,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dimulai sejak tanggal 31 Agustus 2004 hingga tanggal 3 November 2004 dilakukan secara cermat dan menyeluruh, baik langsung maupun

Lebih terperinci

Analisis Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. X

Analisis Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. X Analisis Produktivitas dengan Metode Objective Matrix (OMAX) di PT. X Fitri Agustina 1 dan Nina Aris Riana Program Studi Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang PO. BOX. 02 Telp:

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi selalu memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia), BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek dengan sumber daya tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Produktivitas Produktivitas memiliki pengertian yang beraneka ragam berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Pembahasan mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay

BAB II LANDASAN TEORI dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Produktivitas Definisi dari produktivitas pertama kali muncul pada tahun 1776 dalam sebuah makalah yang disusun dan ditulis oleh Francis Quesnay yang berasal dari Perancis.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Konsep Dasar Produktivitas Jika ukuran keberhasilan produksi dipandang hanya dari segi output saja, maka ukuran produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknologi Salah satu cara yang dapat ditempuh manusia agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sesuai dengan tuntutan zaman adalah melalui penerapan dan pengembangan teknologi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Produksi Peranan manajemen dalam pelaksanaan sistem produksi adalah agar dapat dicapai tujuan yang diharapkan perusahaan untuk menghasilkan barang atau jasa dalam

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Reka Integra ISSN: Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 USULAN STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN HASIL ANALISIS PENGUKURAN OBJECTIVE

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sebelum melakukan penelitian terhadap perancangan job description peneliti melakukan beberapa tinjuan pustaka yang selama ini telah dilakukan

Lebih terperinci

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention)

Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan. Arahan Strategi ( Strategic Intention) L1 Wawancara Hubungan Lights- On dan Proyek dengan Arahan Strategi ( Strategic Intention) Untuk menjawab pertanyaan dibawah ini menggunakan format skor dengan skala ( 0-5 ) dan lingkari skor yang akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Dewanti (2008:230), manajemen yakni proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara

Lebih terperinci

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN. HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIFITAS: PENGUKURAN, PELAPORAN DAN PENGENDALIAN HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Definisi Kualitas Kualitas adalah ukuran relatif dari kebaikan. Mendefinisikan kualitas

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Gambaran Umum Tentang Anggaran Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, manajemen memerlukan alat bantu yang digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAN IAN 1i4 ERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2003 PERENCANAAN

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SUBKONTRAKTOR PADA PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT.ADILUHUNG SARANA SEGARA INDONESIA

STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SUBKONTRAKTOR PADA PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT.ADILUHUNG SARANA SEGARA INDONESIA STUDI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SUBKONTRAKTOR PADA PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT.ADILUHUNG SARANA SEGARA INDONESIA Donny Pratama Putra 1, Minto Basuki 2, Soejitno 3 Jurusan Teknik Perkapalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini dihadapkan pada era perdagangan bebas dan globalisasi dunia usaha. Adanya globalisasi dapat dilihat dengan tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN. dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan antar perusahaan merupakan hal yang biasa dalam dunia industri, terutama untuk masalah produksi. Perusahaan dapat memenangkan persaingan dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Balanced Scorecard Balanced scorecard adalah suatu pendekatan untuk memberi penilaian hasil kerja suatu organisasi yang ditemukan oleh Kaplan dan Norton di tahun 1992 dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

Hariyono Seputro Youngky Pratama 6

Hariyono Seputro Youngky Pratama 6 PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN PASANGAN BATA RINGAN (Studi Kasus Proyek Pembangunan MIPA Center Tahap 2 Universitas Brawijaya) Hariyono Seputro Youngky Pratama 6 Abstrak: Suatu keberhasilan

Lebih terperinci

SISTEM PENANGANAN MATERIAL

SISTEM PENANGANAN MATERIAL SISTEM PENANGANAN MATERIAL 167 Penanganan Material (Material Handling) merupakan seni pergerakan/pemindahan material secara ekonomis dan aman. Material handling dirancang menggunakan metode yang tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Bridgestone Tire Indonesia, merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pembuatan produk ban. Agar perusahaan tetap bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL

BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL BAB III. INDUSTRI GALANGAN KAPAL Industri galangan kapal dewasa ini belum berkembang sesuai dengan tantangan yang dihadapi. Perkembangan yang terjadi masih jauh dari potensi, kapasitas, kebutuhan kapal

Lebih terperinci

Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut :

Skema harga satuan pekerjaan, yang dipengaruhi oleh faktor bahan/material, upah tenaga kerja dan peralatan dapat dirangkum sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Harga Satuan Pekerjaan 2.1.1 Pengertian Analisa Harga Satuan Pekerjaan Analisa harga satuan pekerjaan adalah suatu cara perhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN PENERAPAN DARI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI PERUSAHAAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN PENERAPAN DARI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI PERUSAHAAN Tugas : Individu Ujian Tengah Triwulan / E52 Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Prof.Dr. Ir. Imam Suroso, Msc(CS) Batas : 17 Januari 2015 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 MANAJEMEN PRODUKSI Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 Produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan barang/jasa lain yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan.

BAB II TINJAUN PUSTAKA. dimiliki untuk mencapai tujuan perusahaan. BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi adalah serangkain kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran. Barry Render dan Jay Heizer

Lebih terperinci

MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN PENDEKATAN RASIO OUTPUT PER INPUT

MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN PENDEKATAN RASIO OUTPUT PER INPUT MODEL PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BERDASARKAN PENDEKATAN RASIO OUTPUT PER INPUT Haryadi Sarjono 1 ABSTRACT Objective of this research is to find model which measure productivity. That measuring uses a ratio

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 5 soal Bobot 20% 1. Pengukuran kinerja value for money 2. Akuntansi yayasan (lap keuangan) psak 45 3. Teknik pencatatan akuntansi (kas, akrual, komitmen) 4. Perbedaan pp 71 sama 24 5. Audit kinerja 6.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PENDAHULUAN Sirajuddin, Putiri Bhuana Katili, Koko Cahyana Jaya Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sultan

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN

PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN PENDEKATAN MODEL OBJECTIVE MATRIX-AHP UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PADA KANTOR KELURAHAN Rina Fiati 1) 1) Teknik Informatika UMK Jl Gondang Manis Bae Kudus Email : rfiati003@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas merupakan salah satu kriteria penting yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan. Produktivitas menunjukkan seberapa baik perusahaan

Lebih terperinci

Analisis Pengukuran Kinerja Departemen Pengadaan dengan Metode Objective Matrix (OMAX)

Analisis Pengukuran Kinerja Departemen Pengadaan dengan Metode Objective Matrix (OMAX) Petunjuk Sitasi: Azlia, W., Arifianto, E. Y., & Noegroho, I. (2017). Analisis Pengukuran Kinerja Departemen Pengadaan dengan Metode Objective Matrix (OMAX). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F258-264).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Proyek dengan segala ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilibatkan didalamnya merupakan salah satu upaya manusia dalam membangun kehidupannya. Suatu proyek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development)

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) BAB II Landasan Teori 2.1. Pengembangan Sistem [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) dapat berarti menyusun suatu system yang baru untuk menggantikan system yang lama secara keseluruhan

Lebih terperinci