BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menerapkan model pembelajaran Modelling The Way pada materi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Lokasi Penelitian. 1. Letak Sekolah Dasar Negeri 01 Kaliwiro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Prasiklus Jumlah siswa Presentase (%) , ,33 JUMLAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN 06 Koto Gadang Guguk Kabupaten Solok semester II tahun ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Jumlah Persentase 1 Tuntas 8 36 % 2 Belum Tuntas % Jumlah %

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGKLASIFIKASI PESAWAT SEDERHANA MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Dalam penelitian penggunaan media Flip Chart untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis Pekerjaan Pada Siswa Kelas III A MI Darussalam Pagesangan-Surabaya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas dengan peningkatan hasil belajar IPA tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri I Tulang Bawang Tengah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini merupakan kerja kolaborasi antara observer dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Tindakan BAB IV

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Uraian mengenai hasil penelitian sebagai jawaban dari rumusan masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran berlangsung 2 x 35 menit, selama 2 x pertemuan yang diikuti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. eksperimen dapat dideskripsikan sebagai berikut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SD Negeri 06 Metro Barat terletak di jalan Jendral Sudirman No. 14 Ganjar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran matematika di kelas IIIa MI Daarul Aitam Palembang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Penelitian ini dalam pelaksanaannya melalui tahap pratindakan dengan melakukan observasi, wawancara, dan uji pratindakan. Hasil wawancara dengan guru sebelum pratindakan memberikan informasi bahwa pada tahun ajaran 2013/2014, siswa kelas V SDN Karangasem IV Surakarta mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan pesawat sederhana. Hasil wawancara tersebut dikuatkan dengan nilai hasil ulangan pesawat sederhana yang kurang optimal. Sejumlah 70,27% atau 26 dari 37 siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Data nilai ulangan IPA materi pesawat sederhana disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1. Frekuensi Nilai Ulangan Pesawat Sederhana siswa kelas V Tahun 2013/2014 No Rentang Frekuensi Nilai Fi.Xi Persentase Keterangan Nilai (Fi) Tengah (Xi) 1. 30-39 2 34,5 69 5,41% Tidak Tuntas 2. 40-49 5 44,5 222,5 13,51% Tidak Tuntas 3. 50-59 10 54,5 545 27,03% Tidak Tuntas 4. 60-69 9 64,5 580,5 24,32% Tidak Tuntas 5. 70-79 7 74,5 521,5 18,92% Tuntas 6. 80-89 4 84,5 338 10,81% Tuntas Jumlah Siswa 37 Rata-rata 58,78 Nilai Terendah 35 Nilai tertinggi 85 Tingkat ketuntasan 29,73% Tingkat ketidaktuntasan 70,27% (data selengkapnya pada lampiran 3 halaman 107) commit to user 58

59 Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa 11 dari 37 siswa atau 29,73% siswa dapat mencapai KKM (70), sedangkan 26 siswa lainnya atau 70,27% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada ulangan IPA materi pesawat sederhana yaitu 58,78 dengan nilai terendah 35 dan nilai tertinggi 85. Hasil ulangan IPA materi pesawat sederhana menggambarkan bahwa pemahaman materi pesawat sederhana sebagian besar siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 masih rendah. Berikut disajikan grafik persentase ketuntasan ulangan IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 pada gambar 4.1. Tuntas, 29.73% Tidak tuntas, 70.27% Gambar 4.1. Diagram Persentase Ketuntasan Ulangan Pesawat Sederhana Tahun 2013/2014 Data frekuensi nilai ulangan IPA materi pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2013/2014 yang terlihat pada tabel 4.1. dapat disajikan dalam grafik seperti pada gambar 4.2. commit to user

60 12 10 10 9 FREKUENSI 8 6 4 2 2 5 7 4 0 30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 INTERVAL NILAI Gambar 4.2. Grafik Nilai Ulangan Pesawat Sederhana Tahun 2013/2014 Berpijak dari grafik 4.2., dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai pada interval nilai 30-39 sebesar 5,41% (2 siswa), nilai 40-49 sebesar 13,51% (5 siswa), nilai 50-59 sebesar 27,03% (10 siswa), nilai 60-69 sebesar 24,32% (9 siswa). Siswa yang mendapatkan nilai pada interval nilai 70-79 sebesar 18,92% (7 siswa), dan interval nilai 80-89 sebesar 10,81% (4 siswa). Berdasarkan data di atas, maka peneliti melakukan uji pratindakan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem IV Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Hasil uji pratindakan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 disajikan dalam tabel 4.2. commit to user

Tabel 4.2. Frekuensi Nilai Uji Pratindakan Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V No Rentang Frekuensi Nilai Fi.Xi Persentase Keterangan Nilai (Fi) Tengah (Xi) 1. 30-37 7 33,5 234,5 18,42% Tidak Tuntas 2. 38-45 8 41,5 332 21,05% Tidak Tuntas 3. 46-53 3 49,5 148,5 07,90% Tidak Tuntas 4. 54-61 9 57,5 517,5 23,68% Tidak Tuntas 5. 62-69 3 65,5 196,5 07,90% Tidak Tuntas 6. 70-77 4 73,5 294 10,525% Tuntas 7. 78-85 4 81,5 326 10,525% Tuntas Jumlah Siswa 38 Rata-rata 54,21 Nilai Terendah 30 Nilai tertinggi 85 Tingkat ketuntasan 21,05% Tingkat ketidaktuntasan 78,95% (data selengkapnya pada lampiran 5 halaman 111) 61 Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat disimpulkan bahwa 8 dari 38 siswa atau 21,05% siswa dapat mencapai KKM (70), sedangkan 30 siswa lainnya atau 78,95% siswa mendapatkan nilai di bawah KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada uji pratindakan yaitu 54,21 dengan nilai terendah yaitu 30 dan nilai tertinggi adalah 85. Hasil dari uji pratindakan menggambarkan bahwa sebagian besar siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 belum mencapai KKM dalam pembelajaran IPA mengklasifikasikan pesawat sederhana. Persentase ketuntasan klasikal hasil uji pratindakan dapat digambarkan dalam grafik pada gambar 4.3. commit to user

62 Tuntas, 21.05% Tidak tuntas, 78.95% Gambar 4.3. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal pada Uji Pratindakan Data frekuensi nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada kondisi awal atau pratindakan siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 yang terlihat pada tabel 4.2. dapat disajikan dalam grafik seperti pada gambar 4.4. FREKUENSI 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 9 8 7 4 4 3 3 30-37 38-45 46-53 54-61 62-69 70-77 78-85 INTERVAL NILAI Gambar 4.4. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Uji Pratindakan Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V commit to user

63 Berpijak dari grafik pada gambar 4.4., siswa yang belum mencapai KKM pada interval nilai 30-37 sebesar 18,42% (7 siswa), nilai 38-45 sebesar 21,05% (8 siswa), nilai 46-53 sebesar 7,90% (3 siswa), dan nilai 54-61 sebesar 23,68% (9 siswa), dan nilai 62-69 sebesar 7,90% (3 siswa). Siswa yang telah mencapai KKM yakni pada interval nilai 70-77 sebesar 10,525% (4 siswa), dan pada interval nilai 78-85 sebesar 10,525% (4 siswa). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru sebelum tindakan, diperoleh informasi bahwa pembelajaran IPA di SDN Karangasem IV Surakarta tahun ajaran 2014/2015 masih sederhana. Proses pembelajaran belum memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Proses pembelajaran didominasi dengan metode ceramah dan belum menggunakan media. Hal ini menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang bermakna, sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan pesawat sederhana. Peneliti dan guru dalam usaha memecahkan permasalahan di atas melakukan perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan scientific approach untuk meningkatkan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Perbaikan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dilaksanakan dalam dua siklus. Peneliti dan guru berkolaborasi melakukan tindakan, dan refleksi dalam menerapkan scientific approach pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana yang dilaksanakan dalam dua siklus. B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Lebih jelasnya berikut ini dipaparkan proses dan hasil tindakan yang sudah dilaksanakan dalam dua siklus. 1. Deskripsi Tindakan Siklus I Tindakan pada siklus I dilaksanakan pada hari Selasa 24 Maret dan Kamis 26 Maret 2015. Tahapan commit yang dilakukan to user adalah sebagai berikut:

64 a. Perencanaan Kegiatan perencaan siklus I dilaksanakan pada Senin 23 dan Kamis 25 Maret 2015. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan solusi permasalahan yaitu dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa 24 Maret dan Kamis 26 Maret 2015. Deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti dan guru kelas menyusun RPP IPA materi pesawat sederhana selama dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I terdiri dari pertemuan I (lampiran 26 halaman 189) dan pertemuan II (lampiran 27 halaman 210). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang kelas didesain sesuai dengan penerapan scientific approach yakni tempat duduk siswa ditata berkelompok agar memudahkan siswa untuk belajar dalam kelompok. b) Menyiapkan perangkat media yang digunakan dalam proses pembelajaran di antaranya: laptop, LCD proyektor, slide powerpoint tentang pesawat sederhana, serta peralatan percobaan. Peneliti juga menyiapkan handycam dan kamera untuk merekam jalannya proses pembelajaran. c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dan soal evaluasi. Lembar Kerja Siswa berisi kegiatan commit yang to user dilakukan siswa dalam percobaan

65 mengenai mengklasifikasikan pesawat sederhana. Lembar kerja siswa memuat identitas siswa, tujuan percobaan, alat dan bahan, langkah kerja, tabel pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan. Setiap siklus siswa mengerjakan dua LKS, yaitu pertemuan pertama tentang Pengungkit dan Bidang Miring, sedangkan pertemuan kedua tentang Roda Berporos dan Katrol. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan percobaan, kemudian menuliskan hasil percobaan pada LKSnya masing-masing secara mandiri. Soal evaluasi dikerjakan oleh siswa setiap akhir pertemuan. Siswa mengerjakan dua soal evaluasi pada setiap siklus, yaitu pada pertemuan pertama terdiri dari 15 soal tentang Pengungkit dan Bidang Miring, sedangkan pada pertemuan kedua terdiri dari 10 soal tentang Roda Berporos dan Katrol. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dari a sampai d. 3) Menyiapkan instrumen penelitian Instrumen penelitian yang disiapkan yaitu berupa lembar pengamatan kinerja guru untuk mengamati kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach. Pengamatan juga dilakukan pada siswa untuk mengamati perilaku siswa yang menyimpang selama proses pembelajaran dan mencatatnya. Lembar pedoman pengamatan kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 117 dan lembar pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 129. b. Pelaksanaan Peneliti dan guru kelas berkolaborasi untuk melaksanakan tindakan dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Guru kelas bertindak sebagai pengajar, dan peneliti bertindak sebagai observer serta membantu guru apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. commit to user

66 1) Pertemuan Ke-I Pertemuan ke-i dilaksanakan pada hari Selasa, 24 Maret 2015. Dimulai pukul 07.30 sampai 08.40 WIB. Pertemuan ke-i membahas tentang pesawat sederhana jenis Pengungkit dan Bidang Miring. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas bertindak sebagai pengajar. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I pertemuan ke-i adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, kemudian memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan, apabila kita membutuhkan rafia dengan ukuran tertentu, dapatkah kita memotongnya secara langsung?. Siswa kemudian menjawab tidak. Guru melanjutkan pertanyaan, lalu dengan menggunakan apa kita dapat memotongnya?. Siswa menjawab, dengan gunting, guru kemudian mengarahkan siswa menuju pada materi. Guru selanjutnya memberikan motivasi pada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Guru kemudian melakukan orientasi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Kegiatan inti Kegiatan inti dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Siswa mengamati peragaan penggunaan gunting untuk memotong tali rafia. Siswa kemudian mengamati slide powerpoint gambar alat-alat yang menerapkan prinsip Pengungkit tipe I, II, dan III lalu mengamati ciri khas dari setiap tipe Pengungkit. Siswa lalu menyebutkan alat-alat di sekitarnya yang menerapkan prinsip Pengungkit. Siswa selanjutnya mengamati gambar pekerjaan commit tanpa to memanfaatkan user prinsip Bidang Miring.

67 Siswa kemudian mengajukan pertanyaan tentang peragaan dan slide powerpoint yang mereka amati, selanjutnya siswa dan guru melakukan tanya jawab-diskusi untuk menjawab pertanyaan yang diajukan siswa. (2) Elaborasi Siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masingmasing kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan untuk mengidentifikasi alatalat yang menerapkan prinsip Pengungkit dan Bidang Miring kemudian menuliskan hasilnya pada Lembar Kerja Siswa. Setiap kelompok mendapatkan peralatan percobaan berupa stapler, kertas, gunting, tali rafia, pembuka tutup botol, botol minuman yang masih tertutup, lembar gambar, dan LKS. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi alatalat yang menerapkan pesawat sederhana dan mengelompokkan alat-alat tersebut sesuai prinsip pesawat sederhana yang diterapkan masing-masing alat. Siswa kemudian menuliskan hasil diskusinya secara individu pada LKS yang telah disiapkan. Dilanjutkan perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang mengidentifikasi alat yang menerapkan Pengungkit dan Bidang Miring selanjutnya mendemonstrasikan penggunaan salah satu alat yang menerapkan prinsip Pengungkit atau Bidang Miring. (3) Konfirmasi Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari serta siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. c) Kegiatan akhir Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa kemudian mengerjakan commit to user

68 soal evaluasi secara mandiri. Siswa selanjutnya melakukan refleksi dengan bimbingan guru dan pelajaran diakhiri dengan salam. 2) Pertemuan Ke-II Pertemuan ke-ii dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Maret 2015 dimulai pukul 07.30 sampai pukul 08.40 WIB. Pertemuan ke-ii membahas tentang pesawat sederhana jenis Roda Berporos dan Katrol. Guru kelas bertindak sebagai pengajar, dan peneliti bertindak sebagai observer serta membantu guru kelas apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I pertemuan ke-ii adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan sebuah mentimun. Guru lalu bertanya pada siswa, dapatkah mentimun ini dijadikan bagian-bagian yang lebih kecil?. Siswa menjawab, bisa pak. Guru melanjutkan pertanyaan, dipatahkan? Atau bisa lebih mudah dengan cara lain?. Siswa menjawab, dengan pisau pak. Guru meminta salah satu siswa memperagakan penggunaan isau untuk memotong mentimun. Guru lalu mengarahkan siswa menuju materi yang akan dipelajari. Guru kemudian memberikan motivasi pada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Guru selanjutnya melakukan orientasi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Kegiatan inti Kegiatan inti dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Siswa mengamati slide powerpoint tentang Roda Berporos dan Katrol. Siswa mengamati gambar alat-alat yang menerapkan Roda commit Berporos to user dan Katrol, kemudian menyebutkan

69 alat-alat di sekitar mereka yang menerapkan prinsip Roda Berporos dan Katrol. Siswa kemudian mengajukan pertanyaan tentang Roda Berporos dan Katrol. Kegiatan dilanjutkan tanya jawab dan diskusi untuk menjawab pertanyaan yang siswa ajukan. (2) Elaborasi Siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masingmasing kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa. Guru membagikan peralatan percobaan pada masing-masing kelompok yang terdiri dari tiruan katrol, tali rafia, mobil-mobilan, lembar gambar, dan LKS. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan untuk mengidentifikasi alat-alat yang menerapkan prinsip Roda Berporos dan Katrol. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang mengidentifikasi alat yang menerapkan Roda Berporos dan Katrol, kemudian mendemonstrasikan cara penggunaannya. (3) Konfirmasi Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari yaitu tentang pesawat sederhana jenis Roda Berporos dan Katrol untuk menyamakan persepsi siswa. Siswa kemudian bertanya tentang materi yang belum dipahami. c) Kegiatan akhir Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa kemudian mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Siswa selanjutnya melakukan refleksi dengan bimbingan guru dan pelajaran diakhiri dengan salam. 3) Hasil Tindakan Siklus I Hasil tes kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach pada siklus I disajikan pada tabel 4.3 berikut. commit to user

Tabel 4.3. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V pada Siklus I No Rentang Nilai Frekuensi Nilai Tengah (Fi) Fi.Xi Persentase Keterangan 1. 52-57 3 54,5 163,5 7,90% Tidak Tuntas 2. 58-63 5 60,5 242 13,16% Tidak Tuntas 3. 64-69 4 66,5 266 10,53% Tidak Tuntas 4. 70-75 7 72,5 507,5 18,42% Tuntas 5. 76-81 4 78,5 314 10,53% Tuntas 6. 82-87 8 84,5 676 21,05% Tuntas 7. 88-93 6 90,5 543 15,78% Tuntas 8. 94-99 1 96,5 193 2,63% Tuntas Jumlah Siswa 38 Rata-rata 75,70 Nilai Terendah 53 Nilai tertinggi 97 Tingkat ketuntasan 68,42% Tingkat ketidaktuntasan 31,58% (data selengkapnya pada lampiran 12 halaman 130) 70 Berdasarkan data pada tabel 4.3., dapat disajikan persentase ketuntasan klasikal kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V pada siklus I seperti dalam grafik pada gambar 4.5. Tidak Tuntas, 31.58% Tuntas, 68.42% Gambar 4.5. Grafik Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siklus I commit to user

71 Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 di atas, dapat dikethui bahwa persentase ketuntasan klasikal sebesar 68,42% atau 26 siswa yang tuntas dari 38 siswa. Persentase ketidaktuntasan sebesar 31,58% atau 12 siswa yang tuntas dari 38 siswa. Berpijak dari data pada tabel 4.4., maka frekuensi nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana setelah dilaksanakan tindakan siklus I dapat disajikan dalam grafik pada gambar 4.6. FREKUENSI 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 8 7 6 5 4 4 3 1 52-57 58-63 64-69 70-75 76-81 82-87 88-93 94-99 INTERVAL NILAI Gambar 4.6. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siklus I Berdasarkan grafik 4.6 diatas, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 52-57 sebanyak 3 siswa atau 7,90%, nilai 58-63 sebanyak 5 siswa atau 13,16%, nilai 64-69 sebanyak 4 siswa atau 10,53%, nilai 70-75 sebanyak 7 siswa atau 18,42%, nilai 76-81 sebanyak 4 siswa atau 10,53%, nilai 82-87 sebanyak 8 siswa atau 21,05%, nilai 88-93 sebanyak 6 siswa atau 15,78%, dan nilai 94-99 sebanyak 1 siswa atau 2,63%. c. Pengamatan Berdasarkan dua pertemuan yang telah dilaksanakan pada siklus I, peneliti sebagai observer melaksanakan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran IPA materi pesawat sederhana yang dilaksanakan oleh guru kelas. Kegiatan pengamatan dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat agar hasil pengamatan dapat diperbandingkan commit to user dan lebih objektif. Pengamatan

72 yang dilaksanakan berpedoman pada lembar observasi kinerja guru yang telah dipersiapkan. Skor rata-rata hasil observasi terhadap kinerja guru dengan menerapkan scientific approach pada siklus I pertemuan I ditampilkan lebih rinci pada tabel 4.4. Tabel 4.4. Nilai Hasil Pengamatan Kinerja Guru dengan Menerapkan Scientific Approach pada Siklus I No Pertemuan Skor observer Observer I Observer II Rata-rata Kategori 1. Pertemuan I 3,22 3,25 3,235 B 2. Pertemuan II 3,34 3,42 3,38 B Rata-rata 3,31 Keterangan: Penskoran Kategori: 1. Skor 4,00 = A (Sangat Baik) 2. Skor 3,00-3,99 = B (Baik) 3. Skor 2,00-2,99 = C (Cukup) 4. Skor 1,00-1,99 = D (Kurang) 5. Skor <1,00 = E (Sangat Kurang) (Data selengkapnya dapat dilihat di lampiran 17 dan 18 halaman 140-151) Berdasarkan hasil observasi kinerja guru pada tabel 4.4., dapat disimpulkan bahwa keseluruhan proses pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach pada siklus I dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil observasi kinerja guru pada siklus I memperoleh skor rata-rata 3,31 dengan kategori baik. Beberapa aspek yang perlu diperbaiki yaitu pada penggunaan media dan memantau kemajuan belajar selama proses. Aspek penggunaan media yang relevan dengan materi pembelajaran memperoleh nilai rata-rata 2 (data selengkapnya pada lampiran 17 dan 18 halaman 140 dan 146) dan aspek memantau kemajuan belajar selama proses memperoleh nilai rata-rata 2,25 (data selengkapnya pada lampiran 17 dan 18 halaman 140 dan 146). Kondisi tersebut commit to user disebabkan karena beberapa hal, yaitu: (1) media yang digunakan belum

73 dapat menyampaikan pesan pembelajaran secara maksimal. Media berupa alat-alat yang menerapkan prinsip pesawat sederhana untuk diidentifikasi dalam percobaan kurang efektif menyampaikan pesan pembelajaran. Contoh alat yang menerapkan prinsip Pengungkit, Bidang Miring, dan Roda Berporos, dan Katrol perlu disesuaikan dengan soal yang muncul pada evaluasi. Tiruan katrol yang terbuat dari gabus juga kurang efektif dalam menggambarkan cara kerja Katrol karena terlalu ringan, sehingga cukup sulit digunakan. (2) Guru kurang optimal dan intensif dalam melakukan pengawasan serta bimbingan selama siswa melakukan percobaan, terutama saat siswa mengalami kebingungan dan kesulitan. Kelemahan pada aspekaspek di atas perlu diperbaiki agar kinerja guru dapat optimal dalam menyajikan proses pembelajaran yang berkualitas. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan ada beberapa siswa yang melakukan aktivitas di luar kegiatan proses pembelajaran yang seharusnya. Saat pertemuan I terdapat 3 siswa yang kurang fokus pada pembelajaran (data selengkapnya pada lampiran 21 halaman 164), dan pada pertemuan II juga terdapat 3 siswa yang kurang fokus mengikuti pembelajaran (data selengkapnya pada lampiran 22 halaman 165). Kondisi tersebut dapat di atasi oleh guru dengan memberikan teguran dan mengingatkan siswa untuk kembali fokus pada pembelajaran. d. Refleksi Pembelajaran IPA materi pesawat sederhana pada siklus I yang terdiri dari dua pertemuan belum berhasil mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 85% siswa mencapai KKM dengan nilai 70. Tingkat ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 68,42%. Nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V pada siklus I sebesar 75,70 dengan nilai terendah yaitu 53 dan nilai tertinggi 97. Belum tecapainya indikator kinerja penelitian disebabkan karena, siswa masih mengalami kesulitan dalam mengklasifikasikan pesawat sederhana yang belum diidentifikasi secara langsung. Media yang digunakan khususnya alat-alat yang diidentifikasi commit dalam to percobaan user kurang bervariasi sehingga

74 siswa masih kesulitan untuk memahami prinsip dan cara kerja masingmasing jenis pesawat sederhana. Hal tersebut menyebabkan hasil pembelajaran pada siklus I belum optimal. Siswa juga masih mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi alat-alat pada kegiatan percobaan karena bimbingan guru belum optimal dalam memantau dan mengawasi perkembangan siswa selama melakukan percobaan. Kurang optimalnya penggunaan media dan bimbingan guru dalam memantau perkembangan siswa selama proses pembelajaran juga ditunjukkan dari hasil observasi kinerja guru. Berdasarkan hasil observasi kinerja guru, kendala yang muncul dalam proses pembelajaran yaitu kinerja guru pada aspek menggunakan media yang relevan dengan materi pembelajaran dan memantau kemajuan siswa salam proses pembelajaran masih rendah. Kinerja guru pada aspek menggunakan media yang relevan memperoleh skor rata-rata 2. Hal tersebut disebabkan karena media yang digunakan belum dapat menyampaikan pesan pembelajaran mengenai prinsip kerja pesawat sederhana berupa Pengungkit, Bidang Miring, Roda Berporos, dan Katrol secara optimal. Media yang diidentifikasi dalam percobaan perlu ditambah jenisnya untuk memberi gambaran yang jelas pada siswa. Tiruan katrol yang digunakan dalam peragaan juga kurang efektif karena terlalu ringan, sehingga cukup culit digunakan. Kelemahan kinerja guru pada aspek memantau kemajuan siswa dalam proses pembelajaran terlihat dari skor rata-rata yang diperoleh guru dalam aspek tersebut yaitu 2,25. Kondisi tersebut disebabkan karena guru kurang optimal dalam mengawasi dan membimbing siswa saat melakukan percobaan. Hal ini menyebabkan saat siswa mengalami kesulitan dan kebingungan saat percobaan kurang optimal teratasi. Perbaikan pada aspek penggunaan media yang relevan dengan materi pembelajaran dilakukan dengan menambah media realia untuk diidentifikasi dalam kegiatan percobaan dan media video. Media realia yang ditambahkan yaitu: pemotong kuku, penjepit makanan, penjepit baju, pinset, sekrup, tutup botol yang berulir, commit knop to user pintu, dan papan tulis yang beroda.

75 Tiruan katrol diganti dengan alat peraga katrol agar peragaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efektif. Perbaikan pada aspek memantau kemajuan siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan meningkatkan bimbingan dan pengawasan saat siswa melakukan percobaan. Guru harus lebih tanggap dan intensif membimbing siswa dalam percobaan terutama saat siswa mengalami kesulitan. Diharapkan siswa akan mendapatkan gambaran yang lebih konkrit melalui penambahan media yang lebih bervariasi dan terhindar dari kesulitan-kesulitan dalam proses pembelajaran melalui bimbingan guru yang lebih intensif. 2. Deskripsi Tindakan Siklus II Tindakan pada siklus II dilaksanakan pada hari Selasa 31 Maret dan Kamis 2 April 2015. Tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Kegiatan perencaan siklus I dilaksanakan pada Senin 30 Maret dan Kamis 1 April 2015. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan. Rancangan tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan solusi permasalahan yaitu dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Selasa 31 Maret dan Kamis 1 April 2015. Deskripsi perencanaan siklus I adalah sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Peneliti dan guru kelas menyusun RPP IPA materi pesawat sederhana berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II disepakati dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. RPP yang disusun meliputi: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, dan penilaian. RPP yang dirancang terdiri dari pertemuan I commit to user

76 (lampiran 28 halaman 230) dan pertemuan II (lampiran 29 halaman 251). 2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung Fasilitas dan sarana yang dipersiapkan untuk pelaksanaan pembelajaran adalah: a) Ruang kelas ditata secara berkelompok sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan menerapkan scientific approach. Siswa dibagi ke dalam enam kelompok yang akan belajar bersama dalam kelompoknya masing-masing. b) Menyiapkan perangkat media yang digunakan dalam proses pembelajaran di antaranya: laptop, LCD proyektor, slide powerpoint dan video tentang Pengungkit dan Bidang Miring, dan peralatan percobaan. Peralatan untuk percobaan pada siklus II akan ditambah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I agar siswa mendapat gambaran yang lebih konkrit terhadap materi yang dipelajari. Peneliti juga menyiapkan handycam dan kamera untuk merekam jalannya proses pembelajaran. c) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa dan soal evaluasi. Lembar Kerja Siswa berisi kegiatan yang dilakukan siswa dalam percobaan mengenai mengklasifikasikan pesawat sederhana. Dilakukan beberapa perubahan dalam penyusunan Lembar Kerja Siswa pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Dilakukan perubahan dan penambahan jenis alat yang diidentifikasi dalam kegiatan percobaan. Format Lembar kerja siswa sama seperti siklus I yaitu memuat identitas siswa,tujuan percobaan, alat dan bahan, langkah kerja, tabel pengamatan, dan pertanyaan-pertanyaan. Setiap siklus siswa mengerjakan dua LKS yaitu pertemuan pertama tentang Pengungkit dan Bidang Miring, sedangkan pertemuan kedua tentang Roda Berporos dan Katrol. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk melakukan percobaan, kemudian menuliskan hasil percobaan pada LKSnya masing-masing commit secara to mandiri. user

77 Soal evaluasi dikerjakan oleh siswa setiap akhir pertemuan. Siswa mengerjakan dua soal evaluasi pada setiap siklus, yaitu pada pertemuan pertama terdiri dari 15 soal tentang Pengungkit dan Bidang Miring, sedangkan pada pertemuan kedua terdiri dari 10 soal tentang Roda Berporos dan Katrol. Soal evaluasi berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dari a sampai d. 3) Menyiapkan instrumen penelitian Instrumen penelitian yang disiapkan berupa lembar pengamatan kinerja guru untuk mengamati kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach. Pengamatan juga dilakukan pada siswa untuk mengamati perilaku siswa yang menyimpang selama proses pembelajaran dan mencatatnya. Lembar pedoman pengamatan kinerja guru dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 117 dan lembar observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 129. Instrumen penelitian lain yang juga disiapkan yaitu pedoman wawancara guru setelah diterapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Lembar pedoman wawancara guru setelah diterapkan scientific approach dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 116. b. Pelaksanaan Peneliti dan guru kelas berkolaborasi untuk melaksanakan tindakan dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Guru kelas bertindak sebagai pengajar, dan peneliti bertindak sebagai observer serta membantu guru apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. 1) Pertemuan Ke-I Pertemuan ke-i dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2015. Dimulai pukul 07.30 sampai 08.40. Pertemuan ke-i membahas tentang pesawat sederhana jenis Pengungkit dan Bidang Miring. Peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas bertindak sebagai pengajar. commit to user

78 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II pertemuan ke-i adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa bersama, kemudian memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan, Apakah mentimun ini bisa dipotong menjadi bagian yang lebih kecil? Dapatkah dilakukan dengan tangan?. Siswa kemudian menjawab bisa, namun sulit. Guru melanjutkan pertanyaan, lalu dengan menggunakan apa kita dapat memotongnya dengan lebih mudah?. Siswa menjawab, dengan pisau, guru kemudian mengarahkan anak menuju pada materi. Guru selanjutnya memberikan motivasi pada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Guru kemudian melakukan orientasi dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Kegiatan inti Kegiatan inti dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Siswa mengamati cara kerja pisau untuk memotong mentimun yang diperagakan siswa lain. Siswa selanjutnya mengamati video tentang pesawat sederhana jenis Pengungkit dan Bidang Miring. Siswa kemudian mengajukan pertanyaan tentang video yang diamati. Siswa diminta menyebutkan alat-alat di sekitarnya yang menerapkan prinsip Pengungkit golongan I, II, III, dan juga Bidang Miring. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang diajukan siswa. (2) Elaborasi Siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masingmasing kelompok commit terdiri to dari user 6 sampai 7 siswa. Siswa secara

79 berkelompok melakukan percobaan untuk mengidentifikasi alatalat yang menerapkan prinsip Pengungkit dan Bidang Miring kemudian menuliskan hasilnya pada Lembar Kerja Siswa. Setiap kelompok mendapatkan peralatan percobaan berupa stapler, pemotong kuku, pinset, penjepit makanan, pembuka tutup botol, botol dengan tutup yang berulir, sekrup, lembar gambar, dan LKS. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk mengidentifikasi alat-alat yang menerapkan pesawat sederhana dan mengelompokkan alat-alat tersebut sesuai prinsip pesawat sederhana yang diterapkan masing-masing alat. Siswa kemudian menuliskan hasil diskusinya secara individu pada LKS yang telah disiapkan. Siswa kemudian menuliskan prinsip Pengungkit dan Bidang Miring pada alat yang diputar pada slide powerpoint. Dilanjutkan perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya tentang mengidentifikasi alat yang menerapkan Pengungkit dan Bidang Miring selanjutnya mendemonstrasikan penggunaan salah satu alat yang menerapkan prinsip Pengungkit atau Bidang Miring. (3) Konfirmasi Guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Siswa kemudian diberikan kesempatan untuk menanyakan materi yang belum dipahami. c) Kegiatan akhir Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran serta melakukan refleksi dengan bimbingan guru. Siswa kemudian mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Siswa selanjutnya melakukan refleksi dengan bimbingan guru dan pelajaran diakhiri dengan salam. 2) Pertemuan Ke-II Pertemuan ke-ii dilaksanakan pada hari Kamis, 2 April 2015 dimulai pukul 07.30 sampai commit 08.40 to user WIB. Pertemuan ke-ii membahas

80 tentang pesawat sederhana jenis Roda Berporos dan Katrol. Guru kelas bertindak sebagai pengajar dan peneliti bertindak sebagai observer serta membantu guru apabila mengalami kesulitan-kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II pertemuan ke-ii adalah sebagai berikut: a) Kegiatan awal Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa dan mengkondisikan kelas. Guru melakukan apersepsi dengan memutar knop pintu kelas, kemudian bertanya pada siswa, apakah pada knop pintu menerapkan prinsip pesawat sederhana? Prinsip pesawat sederhana jenis apakah yang diterapkan?. Siswa menjawab pertanyaan guru dengan serempak. Guru kemudian memberikan motivasi pada siswa untuk bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran. Guru selanjutnya melakukan orientasi dengan menyampaikan tujuan serta kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. b) Kegiatan inti Kegiatan inti dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. (1) Eksplorasi Siswa mengamati video tentang penerapan Roda Berporos dan Katrol. Siswa kemudian mengamati roda yang terdapat pada kaki-kaki papan tulis. Siswa menyebutkan prinsip pesawat sederhana yang diterapkan pada alat tersebut. Guru kemudian meminta siswa menyebutkan benda-benda di kelas yang menerapkan prinsip pesawat sederhana Roda Berporos dan Katrol. Siswa selanjutnya mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang diamati. Siswa dan guru kemudian melakukan diskusi untuk menjawanb pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa. Kegiatan dilanjutkan dengan mengamati slide powerpoint tentang pesawat sederhana jenis Roda commit Berporos to user dan Katrol.

81 (2) Elaborasi Siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masingmasing kelompok terdiri dari 6 sampai 7 siswa. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan untuk merangkai Katrol. Siswa kemudian secara berkelompok melakukan percobaan untuk mengidentifikasi alat-alat yang menerapkan prinsip Roda Berporos dan Katrol. Setiap kelompok mendapatkan peralatan berupa alat peraga Katrol, sepeda, dan lembar gambar, selain itu siswa juga mengamati benda-benda yang berada di dalam kelas seperti knop pintu dan kipas angin. Siswa kemudian menuliskan prinsip Katrol dan Roda Berporos pada alat yang diputar pada slide powerpoint. Kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil diskusi dari perwakilan kelompok kemudian mendemonstrasikan penggunaan alat-alat yang menerapkan Roda Berporos dan Katrol yang telah diamati (3) Konfirmasi Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari yaitu tentang pesawat sederhana jenis Roda Berporos dan Katrol. Siswa kemudian bertanya tentang materi yang belum dipahami. c) Kegiatan akhir Siswa membuat kesimpulan dan rangkuman hasil pembelajaran dengan bimbingan guru. Siswa kemudian mengerjakan soal evaluasi secara mandiri. Siswa selanjutnya melakukan refleksi dengan bimbingan guru dan pelajaran diakhiri dengan salam. 3) Hasil Tindakan Siklus II Hasil tes kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach pada siklus II disajikan pada tabel 4.5 berikut. commit to user

82 Tabel 4.5. Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V pada Siklus II No Rentang Nilai Frekuensi Nilai Tengah Fi.Xi Persentase (Fi) 1. 61-65 1 63 63 2,63% 2. 66-70 4 68 272 10,53% 3. 71-75 4 73 292 10,53% 4. 76-80 6 78 468 15,79% 5. 81-85 6 83 498 15,79% 6. 86-90 8 88 704 21,05% 7. 91-95 6 93 558 15,79% 8. 96-100 3 98 249 7,89% Jumlah Siswa 38 Rata-rata 83,38 Nilai Terendah 65 Nilai tertinggi 100 Tingkat ketuntasan 89,47% Tingkat ketidaktuntasan 10,53% (data selengkapnya pada lampiran 13 halaman 132) Berdasarkan data pada tabel 4.5., dapat disajikan persentase ketuntasan klasikal kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana kelas V pada siklus I seperti dalam diagram pada gambar 4.7. Tidak Tuntas, 10.53% Tuntas, 89.47% Gambar 4.7. Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengklasifikasikan commit Jenis Pesawat to user Sederhana pada Siklus II

83 Berpijak dari data pada tabel 4.5., maka frekuensi nilai kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana setelah dilaksanakan tindakan siklus II dapat disajikan dalam grafik pada gambar 4.8. 9 8 8 FREKUENSI 7 6 5 4 3 4 4 6 6 6 3 2 1 1 0 61-65 66-70 71-75 76-80 81-85 86-90 91-95 96-100 INTERVAL NILAI Gambar 4.8. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siklus II Berdasarkan grafik 4.6 diatas, diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai 61-65 sebanyak 1 siswa atau 2,63%, nilai 66-70 sebanyak 4 siswa atau 10,53%, nilai 71-75 sebanyak 4 siswa atau 10,53%, nilai 76-80 sebanyak 6 siswa atau 15,79%, nilai 81-85 sebanyak 6 siswa atau 15,79%, nilai 86-90 sebanyak 8 siswa atau 21,05%, nilai 91-95 sebanyak 6 siswa atau 15,79%, dan nilai 96-100 sebanyak 3 siswa atau 7,89%. c. Pengamatan Berdasarkan dua pertemuan yang telah dilaksanakan pada siklus II, peneliti sebagai observer melaksanakan pengamatan dalam kegiatan pembelajaran IPA materi pesawat sederhana yang dilaksanakan oleh guru kelas. Observasi dilaksanakan berpedoman pada lembar observasi kinerja guru yang telah dipersiapkan. Hasil pengamatan kinerja guru dapat dilihat pada tabel 4.6. commit to user

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Kinerja guru dengan Menerapkan Scientific Approach pada Siklus II No Pertemuan Skor obserer Observer I Observer II Rata-rata Kategori 1. Pertemuan I 3,6 3,65 3,625 B 2. Pertemuan II 3,66 3,71 3,685 B Rata-rata 3,66 Keterangan: Penskoran Kategori: 1. Skor 4,00 = A (Sangat Baik) 2. Skor 3,00-3,99 = B (Baik) 3. Skor 2,00-2,99 = C (Cukup) 4. Skor 1,00-1,99 = D (Kurang) 5. Skor <1,00 = E (Sangat Kurang) (Daftar penilaian selengkapnya pada lampiran 19 dan 20 halaman 152-163) 84 Berdasarkan hasil observasi kinerja guru, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan proses pembelajaran IPA materi pesawat sederhana dengan menerapkan scientific approach pada siklus II telah dilaksanakan dengan baik oleh guru. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil observasi kinerja guru pada siklus II memperoleh skor rata-rata 3,66 dengan kategori baik. Seluruh aspek yang dinilai dalam observasi kinerja guru memperoleh skor minimal 3 dan skor maksimal 4. Tidak ada aspek yang memperoleh nilai di bawah 3. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja guru dalam menerapkan scientific approach pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II menunjukkan ada beberapa siswa yang melakukan aktivitas di luar kegiatan proses pembelajaran yang seharusnya. Saat pertemuan I terdapat 2 siswa yang kurang fokus pada pembelajaran, dan pada pertemuan II juga terdapat 2 siswa yang kurang fokus mengikuti pembelajaran. Kondisi tersebut dapat di atasi oleh guru dengan memberikan teguran dan mengingatkan siswa untuk kembali fokus mengikuti proses pembelajaran. commit to user

85 d. Refleksi Siklus II merupakan tindak lanjut dari siklus I karena indikator kinerja penelitian belum berhasil tercapai. Siklus II dilaksanakan dengan perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Perbaikanperbaikan tersebut yaitu penambahan media berupa alat yang diidentifikasi dalam kegiatan percobaan berupa: pemotong kuku, penjepit makanan, penjepit baju, pinset, sekrup, tutup botol yang berulir, knop pintu, dan papan tulis yang beroda. Tiruan katrol diganti dengan alat peraga, penggunaan media video, dan bimbingan serta pengawasan guru yang lebih intensif saat siswa melakukan percobaan. Pembelajaran IPA materi pesawat sederhana pada siklus II yang terdiri dari dua pertemuan berhasil mencapai indikator kinerja yang ditentukan yaitu 85% siswa mencapai KKM dengan nilai 70. Tingkat ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 89,47%. Nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V pada siklus II sebesar 83,38 dengan nilai terendah yaitu 65 dan nilai tertinggi 100. Tercapainya indikator kinerja penelitian membuktikan bahwa langkah perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I berhasil. Hasil observasi kinerja guru menunjukkan bahwa adanya peningkatan kinerja guru dalam menerapkan scientific approach pada pembelajaran IPA materi pesawat sederhana. Peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan skor rata-rata hasil observasi kinerja guru yang pada siklus I sebesar 3,31 meningkat menjadi 3,66 pada siklus II. Skor perolehan pada aspek-aspek yang diperbaiki berdasarkan hasil refleksi siklus I mengalami peningkatan. Skor pada aspek menggunakan media yang relevan dengan materi pembelajaran meningkat dari siklus I yaitu 2 menjadi 4 pada siklus II. Skor pada aspek memantau kemajuan siswa selama proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 2 menjadi 4 pada siklus II. Skor pada aspek-aspek penilaian kinerja guru yang lain tidak mengalami penurunan, bahkan beberapa commit aspek to mengalami user peningkatan. Peningkatan

86 perolehan skor pada observasi kinerja guru membuktikan bahwa usaha perbaikan pada siklus II berhasil dilakukan. Perbaikan pada aspek menggunakan media yang relevan dilakukan dengan menambah media video tentang Roda Berporos dan Katrol serta menambah media realia berupa: pemotong kuku, penjepit makanan, penjepit baju, pinset, sekrup, tutup botol yang berulir, knop pintu, dan papan tulis yang beroda. Tiruan Katrol yang terbuat dari gabus diganti dengan alat peraga katrol agar peragaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan efektif. Perbaikan pada aspek memantau kemajuan siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan meningkatkan bimbingan dan pengawasan saat siswa melakukan percobaan. Guru menjadi lebih tanggap dan intensif membimbing siswa dalam percobaan terutama saat siswa mengalami kesulitan. Kualitas pembelajaran IPA materi mengklasifikasikan jenis pesawat sederhana pada siklus II baik proses maupun hasil telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan pada siklus I. Keberhasilan proses pembelajaran mengklasifikasikan jenis pesawat sederhana pada siklus II dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu: 1. Skor hasil observasi kinerja guru pada siklus II yang mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I. 2. Persentase ketuntasan klasikal pada siklus II yang mengalami peningkatan dan berhasil mencapai indikator kinerja penelitian yang ditentukan. 3. Hasil wawancara dengan guru mengenai kondisi proses pembelajaran dengan menerapkan scientific approach (lampiran 16 halaman 138). Hasil refleksi pada siklus II menunjukkan bahwa indikator kinerja penelitian yaitu 85% siswa mencapai KKM telah tercapai. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka diambil keputusan bahwa penelitian tentang kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Karanagasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 dihentikan pada siklus II. commit to user

87 C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus Penerapan scientific approach sangat membantu dalam meningkatkan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Ada tiga bahasan perbandingan utama, yaitu: (1) Perbandingan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana. (2) Perbandingan persentase ketuntasan klasikal, (3) Perbandingan hasil observasi kinerja guru. Perbandingan pertama yaitu mengenai nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada setiap siklus yang disajikan pada tabel 4.7. Tabel 4.7. Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V Setiap Siklus No Siklus Nilai Rata-rata 1. Pratindakan 54,21 2. Siklus I 75,70 3. Siklus II 83,38 (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5, 12 dan 13 halaman 111, 130,132) Berdasarkan data pada tabel 4.6. dapat dipahami bahwa nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada setiap siklus mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pada pratindakan atau kondisi awal yaitu 54,21, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 75,70, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,38. Perbandingan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 setiap siklus dapat dilihat pada gambar 4.9. commit to user

88 FREKUENSI 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.38 75.7 54.21 Pratindakan Siklus I Siklus II Gambar 4.9. Grafik Perbandingan Nilai Rata-rata Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Setiap Siklus Perbandingan yang kedua adalah mengenai persentase ketuntasan klasikal yang disajikan pada tabel 4.8 berikut. Tabel 4.8. Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Kemampuan Mengklasifikasikan Pesawat Sederhana Siswa Kelas V Setiap Siklus No Siklus Persentase Ketuntasan (%) 1. Pratindakan 21,05 2. Siklus I 68,42 3. Siklus II 89,47 (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5, 12 dan 13 halaman 111, 130,132) Berpijak dari data pada tabel 4.8. tingkat ketuntasan klasikal juga mengalami peningkatan. Perbandingan ketuntasan klasikal setiap siklus dapat dilihat pada grafik dalam gambar 4.10. commit to user

89 100 89.47 PERSENTASE 80 60 40 20 21.05 68.42 0 Pratindakan Siklus I Siklus II Gambar 4.10. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Klasikal Setiap Siklus Berdasarkan tabel 4.6. dan grafik 4.8. dapat dijelaskan bahwa tingkat ketuntasan klasikal kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Tingkat ketuntasan klasikal dengan KKM 70, pada kondisi awal sebesar 21,05% atau 8 siswa mencapai KKM dari keseluruhan 38 siswa, pada siklus I meningkat menjadi 68,42% atau 26 siswa mencapai KKM dari keseluruhan 38 siswa, dan pada siklus II meningkat menjadi 89,47% atau 34 siswa mencapai KKM dari keseluruhan 38 siswa. Peningkatan persentase ketuntasan klasikal paling signifikan terjadi pada pratindakan ke siklus I yaitu dari 21,05% menjadi 68,42% atau mengalami peningkatan sebesar 47,37%. Hal ini dikarenakan pada tahap pratindakan pembelajaran masih sederhana dengan dominan menggunakan metode ceramah serta belum menggunakan media untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penerapan scientific approach pada siklus I memberikan dampak positif peningkatan tingkat ketuntasan klasikal. Dampak positif tersebut yaitu proses pembelajaran menjadi lebih inovatif dan memberikan ruang bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri melalui kegiatan lima M (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan). Hal tersebut menyebabkan pemahaman yang siswa dapatkan lebih mendalam mengenai materi pesawat sederhana. commit to user

90 Perbandingan yang ketiga adalah mengenai hasil observasi kinerja guru dengan menerapkan scienific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana yang disajikan pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Perbandingan Skor Hasil Observasi Kinerja Guru dengan Menerapkan Scientific Approach dalam Pembelajaran IPA Materi Pesawat Sederhana No Siklus Skor rata-rata hasil observasi Kategori 1. Siklus I 3,31 B 2. Siklus II 3,66 B (Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17, 18, 19, 20 halaman 140-163) Berpijak dari data pada tabel 4.8., skor hasil observasi kinerja guru mengalami peningkatan dari siklus I sebesar 3,35 menjadi 3,66 pada siklus II. Peningkatan skor tersebut menunjukkan adanya perbaikan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana di kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015. Perbandingan skor hasil observasi kinerja guru dengan menerapkan scientific approach dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 disajikan dalam grafik pada gambar 4.11. SKOR 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 3.31 Siklus I 3.66 Siklus II Gambar 4.11. Grafik Perbandingan Skor Hasil Observasi Kinerja Guru dengan Menerapkan commit Scientific to user Approach

91 D. Pembahasan Berdasarkan pelaksanaan tindakan selama dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklus yang dilaksanakan selama dua minggu, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan pembelajaran dengan menerapkan scientific approach untuk meningkatkan kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana pada siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 Surakarta tahun ajaran 2014/2015 telah berhasil. Keberhasilan penelitian ditunjukkan dengan pencapaian indikator kinerja penelitian yang telah ditentukan yaitu tingkat ketuntasan klasikal sebesar 85% atau setara dengan 33 siswa mencapai KKM yakni 70. Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana dan persentase ketuntasan klasikal dibandingkan dengan kondisi awal atau pratindakan. Nilai rata-rata meningkat dari pratindakan yaitu 54,21 menjadi 75,70 pada siklus I atau meningkat 21,49. Persentase ketuntasan klasikal meningkat dari pratindakan sebesar 21,05% menjadi 68,42% pada siklus I atau meningkat 47,37%. Peningkatan nilai rata-rata dan persentase ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa kemampuan mengklasifikasikan pesawat sederhana siswa kelas V SDN Karangasem IV No. 204 tahun ajaran 2014/2015 juga mengalami peningkatan. Siswa menjadi lebih memahami materi pesawat sederhana setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan scientific approach yang dilakukan pada siklus I. Kondisi dan suasana pembelajaran yang berbeda pada siklus I memberikan dampak positif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pesawat sederhana. Kondisi dan suasana pembelajaran pada pratindakan cenderung teacher centre, didominasi transfer informasi dari guru ke siswa melalui metode ceramah dan belum menggunakan media. Proses pembelajaran pada pratindakan belum memberikan ruang bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri melalui pengalaman belajar yang bermakna dan berkualitas. Scientific approach kemudian diterapkan dalam pembelajaran IPA materi pesawat sederhana pada siklus I melalui langkah lima M yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan commit mengomunikasikan. to user