BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan harus melakukan perbaikan berdasarkan prioritas, dimana perbaikan yang perlu dilakukan lebih awal adalah perbaikan untuk produk produk dengan masalah defect short shot, permasalah ini harus segera diselesaikan. Nilai persentase dari defect short shot ini sebesar 36 %, memang terlihat tidak terlalu berbeda jauh dengan nilai persentase defect yang lain tetapi perusahaan tetap harus melakukan perbaikan berdasarkan prioritas. Untuk melakukan perbaikan ini perlu dilakukan analisa sebab akibat. Diagram sebab akibat atau disebut diagram tulang ikan (fishbone chart) ini berguna untuk menggambarkan elemen-elemen proses. Dengan kata lain diagram sebab akibat ini memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya. Diagram sebab akibat juga berguna untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan mangaitkan penyebabnya serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan penyebab dari kecacatan produk secara umum dapat digolongkan sebagai berikut: 86
87 a. Manusia (man) Para pekerja atau operator yang melakukan pekerjaan yang terlibat dalam proses produksi. b. Bahan baku (material) Segala sesuatu yang digunakan oleh perusahaan sebagai komponen produk yang akan diproduksi tersebut, terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku pembantu. c. Mesin (machine) Mesin dan berbagai peralatan yang digunakan dalam proses produksi. d. Metode (method) Instruksi kerja atau perintah kerja serta standard proses yang harus diikuti dalam proses produksi. e. Lingkungan (environmental) Keadaan sekitar persahaan atau proses produksi yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi perusahaan secara umum dan mempengaruhi proses produksi secara khusus. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat Terhadap Defect Short Shot Dengan analisa sebab akibat dapat dicari faktor-faktor penyebab dari defect short shot. Setelah dilakukan brainstrorming dengan beberapa section terkait seperti Quality Contol, Produksi dan Production Engineering (PE), maka dapat diketahui faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya defect tersebut yang selanjutnya dapat dilihat pada fishbone chart pada lampiran 1
88 berikut faktor-faktor yang dianggap mempunyai kontribusi dalam meyelesaikan masalah defect short shot. LINGKUNGAN MATERIAL (tidak ada) Tidak bekerja optimal Nozzel dan purging tersumbat Barel abrasive MESIN Mesin Kotor METODE Dokumentasi record total shot belum baik Temperatur setting tidak pas Control total shoot belum maksimal Parameter setting temp. belum standard WI tidak terpasang dilapangan Tidak bekerja sesuai WI Kurang pemahaman dalam setting mesin Kurangnya training MANUSIA SHORT SHOT Gambar 5.1 Diagram Sebab Akibat Defect Short Shot
89 5.1.1 Faktor Manusia Berdasarkan hasil brainstorming, permasalahan pada faktor manusia disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. Operator salah didalam melakukan setting mesin ketika selesai melakukan proses trial, sehingga setting condition yang digunakan untuk proses normal masih menggunakan setting condition proses produk trial sehingga hasil produk yang dihasilkan terdapat short shot, hal ini dikarenakan trining terhadap operator dirasakan masih kurang terutama untuk penangan perpindahan proses dari trial ke proses normal. b. Operator mesin tidak bekerja sesuai dengan SOP atau WI yang merupakan panduan dalam bekerja dengan baik, hal ini juga dikarenakan SOP atau WI tidak terdapat didekat lokasi proses kerja atau mesin sehingga operator merasa sulit untuk mengetahui dan akhirnya mereka bekerja tidak sesuai tuntunan didalam SOP atau WI seperti merawat mesin sebelum dan sesudah pemakaian atau produksi/pembersihan. 5.1.2 Faktor Mesin Hasil brainstorming menunjukan bahwa penyebab dari timbulnya defect short shot adalah: a. Mesin tidak bekerja optimal ketika proses produksi berlangsung, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mesin menjadi tidak bekerja optimal, diantaranya adalah:
90 1. Barel sudah abrasive, sehingga perputaran tidak berjalan baik dan proses pendorongan material resin didalam mesin menjadi tidak sempurna sehingga terjadilah defect short shot. 2. Nozzle dan purging tersumbat karena material yang tertahan didalamnya atau karena kotoran menempel kuat dan tidak dibersihkan dengan baik oleh operator. b. Mesin kotor yang diakibatkan banyaknya material yang tersumbat didalam bagian-bagian dalam mesin yang sulit untuk dibersihkan dengan baik, terutama pada dies atau cetakan housing selain pada nozzle dan purging seperti yang telah disebutkan diatas. 5.1.3 Faktor Metode a. Temperatur setting yang dipersiapkan oleh supervisor dan diterapkan oleh operator dilapangan tidak optimal dan belum terstandarkan dengan baik, terkadang terlalu tinggi dan terkadang terlalu rendah sehingga material yang proses atau dipanaskan dan untuk selanjutnya ditembakkan kedalam dies tidak menjadi produk yang sempurna dan terjadi defect short shot. b. Kontrol total shoot belum maksimal, didalam proses produksi housing ini terdapat aturan bahwa beberapa shoot diawal proses tidak langsung dijadikan produk OK, tetapi dibuang sebagai produk scrap atau sampah, proses ini disebut sebagai total shoot, hal ini dilakukan karena pada saat awal pertama produksi berjalan, produk yang pertama kali keluar dari mesin kemungkinan besar belum tercetak sempurna, karena faktor kestabilan mesin dan temperature diawal mesin berjalan belum tercapai sempurna. Penentuan total shoot yang
91 kurang baik dan dokumentasi yang tidak dilakukan menyebabkan produk yang seharusnya dibuang menjadi masuk kedalam produk OK, sehingga didalam box produk OK terdapat defect short shot. 5.2 Pemecahan Masalah Defect Short Shot Setelah dilakukan analisa penyebab masalah defect short shot, maka dilakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk meminimalisasi masalah tersebut. berikut: Adapun tindakan tindakan perbaikan yang dilakukan adalah sebagai Tabel 5.1 Usulan Perbaikan Terhadap Defect Short Shot Jenis Faktor Perincian Penyebab Tindakan Perbaikan 1. Manusia Operator salah didalam melakukan setting mesin ketika selesai melakukan proses trial, karena kurangnya training yang diberikan kepada operator. Operator mesin tidak bekerja sesuai dengan SOP atau WI yang merupakan panduan dalam bekerja dengan baik, hal ini juga dikarenakan SOP atau WI Lakukan re-training untuk semua operator mesin dan maintenance terkait proses condition setting saat peralihan proses. Re-sosialisasi WI dan SOP proses dan mesin kepada semua operator dan simpan WI dan SOP di dekat lokasi proses berlangsung/mesin. tidak terdapat didekat lokasi proses kerja atau mesin
92 sehingga operator merasa sulit untuk mengetahui dan mengikutinya. 2. Mesin Mesin tidak bekerja optimal ketika proses produksi berlangsung, karena: a. Barel sudah abrasive. b. Nozzle dan purging tersumbat, karena jarang dibersihkan. Optimalisasi mesin dengan: a. Mengganti barel yang abrasive dan control penggunaannya sehingga penggantian tidak harus menunggu rusak/abrasive. b. Bersihkan nozzle dan purging secara berkala dan buatkan jadwal PIC pembersihannya. Mesin kotor yang diakibatkan banyaknya material yang tersumbat didalam bagianbagian dalam mesin Buatkan jadwal pem-bersihan mesin untuk operator dan maintenance dan training cara pem-bersihan mesin yang baik. 3. Metode Temperatur setting yang dipersiapkan oleh supervisor dan diterapkan oleh operator Buatkan standard setting temperature dengan melakukan pengujian dan dilapangan tidak optimal dan pengamatan sebelumnya, belum terstandarkan dengan baik, dokumentasikan dan lakukan training kepada operator.
93 Kontrol total shoot belum maksimal dan belum terdokumentasi dengan baik. Buatkan standard untuk penentuan total shoot, melalui pengujian dan pengamatan, kemudian dokumentasikan dan lakukan training kepada semua operator dilapangan. Dari brainstorming, pembuatan fishbone chart, hingga penentuan tindakan perbaikan yang telah dilakukan hanya ada tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya defect short shot pada produk PHR, dan dari hasil proses diatas perlu dilakukan control dan evaluasi terhadap efektifitas dari saran perbaikan yang telah diberikan diatas, sehingga defect yang tengah terjadi sekarang dapat dikurangi semaksimal mungkin.