BAB V HASIL DAN ANALISA

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Analisa Hasil Perhitungan Data Berdasarkan hasil dari pengumpulan serta pengolahan data yang sudah dilakukan menggunakan peta kendali p sebelumnya maka diperoleh hasil dari data tersebut untuk dilakukan analisa dengan menggunakan diagram pareto serta diagram sebab akibat selanjutnya diterapkan dalam kegiatan QCC. Pada proses press outsole kode 475 tersebut terlihat defect kurang bahan merupakan data cacat tertinggi di bulan Mei Berdasarkan grafik Diagram Pareto terlihat data defect kurang bahan merupakan masalah yang memiliki kontribusi terbesar sebanyak 31 %. berikut : Dan berikut grafik total kontribusi total cacat di bulan Mei 2013 sebagai 69

2 Data Defect Kurang Bahan periode Mei 2013 prs Kurang Bahan 33 Kurang Angin 46 Logo Berbayang 55 Kotor Bahan 61 Pecah Defect % Cont. Gambar 5.1 Data Diagram Pareto Untuk Jenis Defect 5.2 Pemecahan masalah Pemecahan masalah yang akan penulis terapkan adalah dengan menggunakan salah satu alat kendali kualitas dan juga salah satu alat dari 7 alat pada quality control circle yaitu diagram sebab akibat atau yang biasa disebut dengan diagram fishbone dikarenakan bentuknya seperti tulang ikan. Dengan menggunakan diagram fishbone dapat mempermudah kita untuk dapat menemukan akar penyebab terjadinya masalah. 5.3 Penerapan Metode QCC. QCC (Quality Control Circle) yang dilakukan oleh tim QCC diawali dengan membuat plan dan actual kegiatan dari empat langkah yang ada pada QCC. Berikut ini adalah timeline plan dan actual tim QCC (Tabel 4.2). 70

3 Tabel 5.1 Plan Dan Actual QQC Dept. Technical Tahun Pemilihan Tema Dari data yang telah ditampilkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa defect atau cacat produk tertinggi pada proses hot press outsole kode mold 475 adalah defect kurang bahan. Maka dari itu tema yang diangkat dalam QCC ini adalah menurunkan defect kurang bahan yang terjadi di proses hot press outsole kode mold Menentukan Sebab Akibat. Untuk dapat mengetahui sebab akibat yang terjadi dari defect atau cacat produk kita perlu terlebih dahulu untuk melihat kondisi yang ada dilapangan. Berikut analisa yang dilakukan penulis beserta team QCC terhadap kondisi yang ada di lapangan. 71

4 Tabel 5.2 Analisis kondisi yang ada No Faktor Kondisi yang seharusnya Kondisi yang terjadi 1 Manusia Operator kompeten dalam proses press outsole. 2 Mesin Mesin terkualifikasi dengan baik. 3 Material Bahan harus sesuai dengan standar ketebalan. 4 Metode Pengerjaan sesuai dengan proses press outsole. 5 Lingkungan Suhu sesuai dengan standar ruang produksi Ada beberapa operator yang belum kompeten proses press outsole. Mesin terkualifikasi dengan baik. Ada beberapa bahan tidak sesuai dengan standar ketebalan. Pengerjaan tidak sesuai dengan proses press outsole. Suhu sesuai dengan standar ruang produksi Analisis kondisi merupakan langkah yang harus dilakukan setelah target telah ditentukan. Kondisi yang dianalisis mencakup setiap faktor yang berpengaruh dalam proses press outsole. Analisis yang dilakukan yaitu menelaah secara teliti kondisi yang terjadi di lapangan dan kemudian di analisis kesesuaiannya dengan kondisi yang seharusnya terjadi. Dilihat dari tabel analisa kondisi yang ada tersebut kita dapat mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya defect kurang bahan pada proses hot press outsole kode mold 475 di Line Press Outsole. Dan berikut analisa yang penulis terapkan dalam diagram sebab-akibat (Diagram Fishbone) sebagai berikut : 72

5 Gambar 5.2 Analisa sebab akibat (Fishbone Diagram). Dari diagram sebab-akibat (Fishbone Diagram) diatas dapat ditarik kesimpulan dari masing-masing faktor yang berpotensi menyebabkan terjadinya defect kurang bahan diantaranya adalah sebagai berikut : Faktor Manusia (Man) Penyebab yang berpotensi terjadinya kegagalan pada elemen manusia dalam proses adalah : 1) Operator kurang mendapatkan training dari kepala regu di perusahaan terutama departemen technical yang terkait dengan training tentang proses press outsole. 2) Operator tidak melakukan penimbangan bahan perform pada saat ingin proses press outsole. 73

6 Faktor Material Penyebab yang berpotensi terjadi kegagalan pada elemen material dalam proses adalah tidak ada pengukuran standar ketebalan bahan outsole saat proses pembuatan bahan berlangsung di mesin callender 6 inchi yang sesuai dengan standar ketebalan bahan preform outsole yaitu ± antara 4-5 mm. Faktor Mesin Pada elemen mesin dianggap tidak ada kaitannya dengan defect/cacat tersebut dikarenakan mesin sudah disesuaikan dengan standar pada proses per item outsole yang akan diproduksi yang telah ditentukan. Faktor Metode Penyebab yang berpotensi terjadinya kegagalan pada elemen metode dalam proses adalah : 1) Penempatan bahan yang tidak menutupi seluruh bagian lubang mold atau cetakan outsole yang mengakibatkan hasil press outsole menjadi defect kurang bahan. 2) Tidak ada SOP (Standar Operasional Prosedur) kualitas pada proses press outsole. Faktor Environment ( Lingkungan ) Pada elemen lingkungan dianggap tidak ada keterkaitan dengan masalah tersebut dikarenakan untuk suhu dan kondisi ruangan telah dilakukan penyesuaian terhadap tempat dan kondisi tempat kerja. 74

7 3. Menentukan Faktor Dominan Setelah kita mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi cacat suatu produk, dalam hal ini adalah defect/lecet kurang bahan outsole kode mold 475. Selanjutnya adalah menetukan faktor dominan yang mungkin paling berpengaruh terhadap cacat produk tersebut. Tabel 5.3 Penentuan Faktor Dominan Dalam QCC ini team memberikan penilaian masing-masing terhadap faktor yang menyebabkan terjadinya kurang bahan. Dan berdasarkan jumlah bobot serta ranking akhirnya ditentukan bahwa faktor metode adalah faktor yang paling dominan atau berpengaruh besar terhadap kurang bahan yang terjadi pada proses press outsole kode mold

8 4. Merencanakan Tindakan. Tabel 5.4 Rencana Tindakan Penanggulangan 5. Menetapkan Target Berdasarkan data sebelumnya dimana kurang bahan periode Mei mencapai 0,36 % maka Target QCC nya adalah menurunkan kecacatan produk yang diakibatkan oleh kurang bahan menjadi 0,15 %. 76

9 6. Melaksanakan Tindakan. Tabel 5.5 Pelaksanaan Tindakan Penanggulangan 77

10 7. Check Hasil Tabel 5.6 Data perbandingan defect Mei Vs November 2013 Berdasarkan Hasil penerapan Metode Quality Control Circle (QCC) yang diterapkan berhasil menurunkan defect outsole kurang bahan di bulan November 2013 menjadi down 0,15 %. Dan secara langsung berpengaruh terhadap total defect/cacat yang terjadi. Dan secara keseluruhan analisa masalah mengenai defect kurang bahan ini dapat diterapkan untuk di Line 1 sampai Line 5 pada Mesin Hot Press. 78

11 8. Standarisasi Langkah selanjutnya adalah standarisasi faktor yang menyebabkan terjadinya masalah terjadinya defect kurang bahan. Metode ini dapat juga di terapkan untuk item lain outsole dan berhasil menurunkan defect kurang bahan di item lain nya. Standarisasi proses yang dilakukan yaitu: Faktor Manusia 1) Pengawasan atau kontrol oleh leader dan supervisior line press outsole perlu dilakukan agar operator menimbang perform outsole sebelum proses press dilakukan untuk menghindarkan terjadinya defect kurang bahan yang tinggi. 2) Pelu dilakukan pelatihan atau training kepada operator press outsole agar dapat mengetahui standar kerja yang benar dan dapat memiliki kompetesi serta pengetahuan untuk proses press outsole. Faktor Metode Pembuatan SOP (Standar Operational Prosedur) proses press outsole agar operator dapat melihat serta mengikuti standar kualitas dengan benar. Dimana sebelumnya hanya ada SOP mesin hot press sehingga operator tidak mengikuti sesuai SOP proses press outsole. Faktor Material Dilakukan standar ketebalan bahan perform outsole 4-5 mm, dimana sebelumnya tidak ada standar ketebalan bahan yang akhirnya membuat menyebabkan defect kurang bahan yang tinggi. 79