MENGHITUNG BANYAKNYA BILANGAN PRIMA YANG LEBIH KECIL DARI ATAU SAMA DENGAN SUATU BILANGAN BULAT n ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
FORMULA SELISIH DAN PENJUMLAHAN BARISAN BILANGAN k-fibonacci. Rini Adha Apriani ABSTRACT

SOLUSI BILANGAN BULAT SUATU PERSAMAAN DIOPHANTINE MELALUI BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS ABSTRACT

KEKONVERGENAN DERET RECIPROCALS PRIMA YANG BERHUBUNGAN DENGAN BILANGAN FERMAT ABSTRACT

Yurnalis 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

SOLUSI PERIODIK TUNGGAL SUATU PERSAMAAN RAYLEIGH. Jurusan Matematika FMIPA UT ABSTRAK

SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTINE DENGAN IDENTITAS BILANGAN FIBONACCI DAN BILANGAN LUCAS. Ayu Puspitasari 1, YD Sumanto 2, Widowati 3

LIMIT DAN KEKONTINUAN

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

PEMILIHAN KOEFISIEN TERBAIK KUADRATUR KUADRAT TERKECIL DUA TITIK DAN TIGA TITIK. Nurul Ain Farhana 1, Imran M. 2 ABSTRACT

METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Bilangan Totient sempurna (Perpect Totient Number atau PTN) adalah suatu

SEBUAH VARIASI BARU METODE NEWTON BERDASARKAN TRAPESIUM KOMPOSIT ABSTRACT

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

FUNGSI COMPUTABLE. Abstrak

BAB II DASAR TEORI. Di dalam BAB II ini akan dibahas materi yang menjadi dasar teori pada

Integral Baire-1 Stieltjes, Henstock-Stieltjes dan Riemann-Stieltjes. The Stieltjes Integrals of Baire-1, Henstock and Riemann

LEMBAR AKTIVITAS SISWA INDUKSI MATEMATIKA

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

MODIFIKASI METODE NEWTON DENGAN KEKONVERGENAN ORDE EMPAT. Yenni May Sovia 1, Agusni 2 ABSTRACT

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN INTEGRAL VOLTERRA-FREDHOLM NONLINEAR MENGGUNAKAN FUNGSI BASIS BARU ABSTRACT

Sifat Barisan Subhimpunan Tutup di Ruang Metrik yang Completion-nya adalah Ruang Atsuji

MUNGKINKAH MELAKUKAN PERUMUMAN LAIN ATURAN SIMPSON 3/8. Supriadi Putra & M. Imran

RUANG LIPSCHITZ. Departemen Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. *Surel: : (, ) Ϝ

BEBERAPA METODE ITERASI ORDE TIGA DAN ORDE EMPAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Neli Sulastri 1 ABSTRACT

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT

SISTEM LINEAR DALAM ALJABAR MAKS-PLUS

2 BILANGAN PRIMA. 2.1 Teorema Fundamental Aritmatika

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

PENGGUNAAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PADA KALKULUS VARIASI ABSTRACT

Matematika Diskrit. Reza Pulungan. March 31, Jurusan Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN NILAI BATAS PADA PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL NONLINEAR ABSTRACT

GERSHGORIN DISK FRAGMENT UNTUK MENENTUKAN DAERAH LETAK NILAI EIGEN PADA SUATU MATRIKS. Anggy S. Mandasary 1, Zulkarnain 2 ABSTRACT

Beberapa Pertidaksamaan Tipe Ostrowski

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62

MODIFIKASI APROKSIMASI TAYLOR DAN PENERAPANNYA

Sieve of Eratosthenes dan Aplikasinya Dalam Problem Solving

SYARAT PERLU DAN CUKUP SISTEM PERSAMAAN LINEAR BERUKURAN m n MEMPUNYAI SOLUSI ABSTRACT

Kajian Fungsi Metrik Preserving

MENENTUKAN PERPANGKATAN MATRIKS TANPA MENGGUNAKAN EIGENVALUE

ALTERNATIF MENENTUKAN FPB DAN KPK

METODE ITERASI BEBAS TURUNAN BERDASARKAN KOMBINASI KOEFISIEN TAK TENTU DAN FORWARD DIFFERENCE UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

Daimah 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

BARISAN SIMBOL DAN UKURAN INVARIAN FUNGSI MONOTON SEPOTONG-SEPOTONG KONTINU

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

PEMBENTUKAN IDEAL MAKSIMAL GELANGGANG POLINOM MIRING MENGGUNAKAN IDEAL GELANGGANG TUMPUANNYA

HUBUNGAN ANTARA MAYORISASI NILAI EIGEN EUCLIDEAN DISTANCE MATRIX (EDM) DENGAN MATRIKS SEMIDEFINIT POSITIF YANG BERSESUAIAN

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

PELABELAN PRIME CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF YANG TERKAIT DENGAN GRAF SIKEL

MENYELESAIKAN PERMAINAN DENGAN METODE NILAI SHAPLEY ABSTRACT

ANALISIS KEKONVERGENAN PADA BARISAN FUNGSI

PERBANDINGAN METODE GAUSS-SEIDEL PREKONDISI DAN METODE SOR UNTUK MENDAPATKAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR. Merintan Afrina S ABSTRACT

FAMILI BARU METODE ITERASI BERORDE TIGA UNTUK MENEMUKAN AKAR GANDA PERSAMAAN NONLINEAR. Nurul Khoiromi ABSTRACT

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

DEFINISI TIPE RIEMANN UNTUK INTEGRAL LEBESGUE 1. Drajad Maknawi 2 dan Muslich 3 Jurusan Matematika FMIPA UNS. Abstrak

KAJIAN OPERASI ARITMETIKA INTERVAL DAN SIFAT-SIFATNYA

Ketunggalan titik Tetap Pemetaan Kondisi Tipe Kontraktif pada Ruang Banach

SOLUSI NUMERIK UNTUK PERSAMAAN INTEGRAL KUADRAT NONLINEAR. Eka Parmila Sari 1, Agusni 2 ABSTRACT

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 6

MODIFIKASI METODE HOMOTOPY PERTURBASI UNTUK PERSAMAAN NONLINEAR DAN MEMBANDINGKAN DENGAN MODIFIKASI METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN ABSTRACT

VARIAN METODE HALLEY BEBAS TURUNAN KEDUA DENGAN ORDE KEKONVERGENAN ENAM. Siti Mariana 1 ABSTRACT ABSTRAK

Teori Bilangan (Number Theory)

METODE ITERASI OPTIMAL BERORDE EMPAT UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

PARTISI BILANGAN p(5n + 4), p(7n + 5) DAN p(11n + 6) SECARA BERTURUT-TURUT KONGRUEN MODULO 5, 7 DAN 11 ABSTRACT

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

F. RANCANGAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BILANGAN-BILANGAN YANG MENAKUTKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

PELABELAN SIGNED PRODUCT CORDIAL PADA GRAF PATH, CYCLE, DAN STAR

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

Keywords : Galois Field GF (p n ), Euclidean Geometry EG (2, p n ), Projective Geometry PG (2, p n ).

METODE GENERALISASI SIMPSON-NEWTON UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR DENGAN KONVERGENSI KUBIK. Resdianti Marny 1 ABSTRACT

Bilangan Prima dan Teorema Fundamental Aritmatika

PERBAIKAN METODE OSTROWSKI UNTUK MENCARI AKAR PERSAMAAN NONLINEAR. Rin Riani ABSTRACT

MODIFIKASI ARITMETIKA INTERVAL DAN PENERAPANNYA PADA SISTEM PERSAMAANINTERVAL LINEAR

STRUKTUR ALJABAR: RING

Teorema Dasar Aljabar Mochamad Rofik ( )

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

ISSN: X 19 MODIFIKASI PERKALIAN BERSUSUN UNTUK MENENTUKAN KOEFISIEN TRINOMIAL SERTA KONSTRUKSINYA PADA KERUCUT

Penerapan Aproksimasi Fejer dalam Membuktikan Teorema Weierstrass

FAMILI METODE ITERASI DENGAN KEKONVERGENAN ORDE TIGA. Rahmawati ABSTRACT

ANALISIS REAL 2 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

SOLUSI REFLEKSIF DAN ANTI-REFLEKSIF DARI PERSAMAAN MATRIKS AX = B

TEKNIK ITERASI VARIASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

Beberapa Sifat Operator Self Adjoint dalam Ruang Hilbert

Transkripsi:

MENGHITUNG BANYAKNYA BILANGAN PRIMA YANG LEBIH KECIL DARI ATAU SAMA DENGAN SUATU BILANGAN BULAT n Polorida 1, Asli Sirait, Musraini M. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru 893 gultompolorida@yahoo.co.id ABSTRACT This articel studies the explicit formula for a function to enumerate the number of primes less than or equal to n called Prime Counting Function, where n is natural number. Prime Counting Function is denoted by π(n). Explicit formula of π(n) is constructed by arithmetic function φ(n) and δ(n) with the help of notation of sum and the floor function. Keywords: Prime number, prime counting function, arithmetic function ABSTRAK Artikel ini membahas tentang fungsi eksplisit untuk fungsi menghitung banyaknya bilangan prima yang lebih kecil atau sama dengan n yang disebut sebagai Fungsi Penghitung Prima, dengan n adalah bilangan bulat positif. Fungsi Penghitung Prima dinotasikan dengan π(n). Rumus eksplisit dari π(n) dikonstruksi dari fungsi aritmatika φ(n) dan δ(n) dengan menggunakan notasi penjumlahan dan fungsi floor. Kata kunci: Bilangan prima, fungsi penghitung prima, fungsi aritmatika 1. PENDAHULUAN Selama dua ribu tahun lebih Teori Bilangan telah menarik perhatian dan menginspirasi baik bagi para amatir maupun matematikawan. Matematikawan terkenal Carl Friedrich Gauss (1777-1855) mengatakan, Matematika adalah ratu dari ilmu pengetahuan dan aritmatika adalah ratu dari matematika [6]. Gauss menggunakan kata aritmatika untuk menyatakan teori bilangan. Teori bilangan adalah salah satu cabang dalam bidang ilmu matematika murni yang membahas mengenai sifatsifat bilangan secara lebih luas. Salah satunya adalah membahas tentang bilangan prima. Dalam artikel ini yang dibahas mengenai fungsi eksplisit untuk menghitung banyaknya bilangan prima. Repository FMIPA 1

Banyaknya bilangan prima yang lebih kecil dari bilangan bulat n dapat ditentukan dengan menggunakan suatu fungsi yang disebut Fungsi Penghitung Prima. Fungsi Penghitung Prima dari n dinotasikan dengan π(n) dengan n adalah bilangan bulat positif. Fungsi Penghitung Prima memiliki banyak rumus eksplisit diantaranya Minac Formulae [6], Willan s Formulae [6], serta rumus eksplisit yang lainnya diperkenalkan oleh M. Vassilev Missana dalam [8], dan beberapa tipe untuk rumus eksplisit dari π(n) yang diperkenalkan oleh K. Atanassov dalam []. Artikel ini membahas tentang menghitung banyaknya bilangan prima yang lebih kecil dari atau sama dengan n dengan menggunakan rumus eksplisit dari π(n) dan merupakan tinjauan (review) dari artikel Missana [7] dan artikel Atanassov []. Rumus eksplisit yang akan dibahas merupakan rumus eksplisit dari Fungsi Penghitung Prima yang dikonstruksi oleh fungsi aritmatika yaitu Fungsi Euler s Totient dan Fungsi δ dengan menggunakan notasi penjumlahan dan fungsi floor.. FUNGSI EULER S TOTIENT Fungsi Eulers Totient adalah fungsi aritmatika yang menyatakan banyaknya bilangan bulat positif yang lebih kecil dari n dan relatif prima terhadap n, dan dinotasikan dengan φ(n), dengan n adalah bilangan bulat positif. Jika n adalah bilangan prima, maka setiap bilangan bulat positif yang lebih kecil dari n adalah relatif prima terhadap n, sehingga untuk bilangan prima n berlaku φ(n) = n 1. Teorema 1 [5: h.356] Untuk p bilangan prima dan k bilangan bulat positif, maka berlaku φ(p k ) = p k p k 1. (1) Bukti: Bukti dapat dilihat pada [5: h. 356]. Teorema [5: h.361] Misalkan n = p e 1 1 p e p e k maka φ(n) = n (1 1p1 ) (1 1p ) k adalah faktorisasi prima dari n, ) (1 1pk. () Bukti: Bukti dapat dilihat pada [5: h. 361]. 3. FUNGSI δ Fungsi δ adalah fungsi aritmatika yang menyatakan turunan dari bilangan bulat positif. Turunan dari bilangan bulat positif n dinotasikan dengan δ(n). Fungsi δ(n) didefinisikan sebagai berikut Repository FMIPA

Definisi 3 [1: h.178] Misalkan diberikan n = k i=1 pα i i, dengan k 1, dan α i 1 untuk i = 1,,, 3,, k adalah bilangan bulat positif, dan p 1, p,, p k adalah bilangan prima yang berbeda, maka untuk setiap bilangan bulat positif n, berlaku: δ(n) = k i=1 α i n p i, atau δ(n) = n k i=1 α i p i. Akibat 4 [1: h. 178] Misalkan n = k i=1 pα i i adalah bilangan bulat positif. Jika n merupakan bilangan prima maka δ(n) = 1 dan jika n merupakan bilangan komposit maka δ(n) > 1. Bukti: Misalkan n = k i=1 pα i i adalah bilangan bulat positif. Untuk n merupakan bilangan prima maka n = p, dengan i = 1 dan α i = 1, berdasarkan Definisi 3 diperoleh Karena n = p, diperoleh δ(n) = n δ(n) = 1. ( ) 1. p Selanjutnya akan dibuktikan untuk n merupakan bilangan komposit. Misalkan n merupakan bilangan komposit, maka n = k i=1 pα i i = p α 1 1 p α p α k k dan i = 1,,, k dengan p 1, p,, p k adalah bilangan prima berbeda, berdasarkan Definisi 3 diperoleh δ(n) = n k i=1 ( α1 α i p i δ(n) = n α α ) k p 1 p p ( k α1 (p p 3 p k ) α (p 1 p 3 p k ) α k (p 1 p p k 1 ) δ(n) = n p 1 p p k karena n = p α 1 1 p α p α k, α i 1 dan p i > 1 untuk i = 1,,, k, diperoleh k δ(n) > 1. ), Repository FMIPA 3

4. FUNGSI EKSPLISIT PENGHITUNG PRIMA Fungsi Penghitung Prima adalah fungsi aritmatika yang menyatakan banyaknya bilangan prima yang lebih kecil atau sama dengan n, dengan n adalah bilangan bulat positif. Fungsi Penghitung prima didefinisikan sebagai berikut: π(n) = p n 1, (3) dengan p adalah bilangan prima. Pada artikel ini dibahas tentang dua fungsi eksplisit penghitung prima. Sebelum membahas kedua fungsi eksplisit penghitung prima tersebut, terlebih dahulu diberikan dua hasil berikut ini : Lema 5 [8: h. 48] Misalkan k > 1 adalah bilangan komposit, maka berlaku φ(k) k k, (4) dan φ(k) = k k hanya mungkin terjadi ketika k = p, dengan p adalah bilangan prima. Bukti: Bukti dapat dilihat pada [8: h. 48]. Akibat 6 [7: h. 46] Misalkan k > 1 adalah bilangan komposit, maka φ(k) k 1 k k k 1 = 1 1. (5) k 1 Bukti: Bukti dapat dilihat pada [7: h. 46]. Teorema 7 [7: h. 47] Misalkan f fungsi aritmatika dengan nilai positif kuat dan misalkan terdapat sebuah bilangan komposit k > 1, sedemikian sehingga ( ) f(i) φ(i) i=k e f(i) i1 < 1 (6) terpenuhi (dimana simbol digunakan sebagai penjumlahan dari seluruh bilangan komposit i, yang memenuhi: 4 i k 1), maka untuk setiap bilangan bulat n berlaku n ( ) f(i) φ(i) π(n) =. (7) Bukti: Misalkan bilangan bulat n, diperoleh n =, (8) 1 Repository FMIPA 4

dengan simbol 1 digunakan untuk menyatakan penjumlahan dari seluruh bilangan prima i, yang memenuhi pertidaksamaan i n dan simbol digunakan untuk menyatakan penjumlahan dari seluruh bilangan komposit i yang memenuhi pertidaksamaan i n. Karena φ(i) = untuk bilangan prima i, dan berdasarkan persamaan (3) diperoleh = ( ) f(i) = 1 1 1 1 = π(n). (9) 1 Misalkan n 3, maka = 0. (10) Kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (9) dan persamaan (10) ke persamaan (8) diperoleh n = π(n). (11) Misalkan k adalah bilangan komposit terkecil yang memenuhi pertidaksamaan (6), dan untuk k = 4, pertidaksamaan (6) menjadi i=k e f(i) i 1 < 1. Misalkan n 4, jika n k maka persamaan (6) mengakibatkan < 1. (1) Misalkan n k, diperoleh = ( ) f(i) ( ) f(i) φ(i) φ(i), (13) simbol digunakan untuk menyatakan penjumlahan seluruh bilangan komposit i, sedemikian sehingga k i n. Misalkan {a i } i=1 adalah barisan yang didefinisikan oleh a i = Berdasarkan Akibat 6 diperoleh ( 1 1 i 1 ) i1. f(i) a i1 i < f(i) a i1 i. (14) i=k Repository FMIPA 5

Barisan {a i } i=1 adalah barisan monoton naik kuat dan lim a i = e 1. (15) i Dari hasil pada persamaan (15) maka pertidaksamaan (14) menjadi < Berdasarkan pertidaksamaan (16), maka persamaan (13) menjadi i=k < ( ) f(i) φ(i) e f(i) i1. (16) i=k e f(i) i1, (17) dan berdasarkan pertidaksamaan (6) dan pertidaksamaan (17) menyebabkan < 1. (18) Dari persamaan (9) dan persamaan (18), persamaan (8) menjadi dan n < π(n) 1 () π(n) n, (0) sehingga dari pertidaksamaan () dan pertidaksamaan (0) diperoleh π(n) n < π(n) 1. (1) Karena π(n) adalah bilangan bulat positif, diperoleh n ( ) f(i) φ(i) π(n) =. Dengan demikian teorema terbukti. Teorema berikut ini merupakan akibat dari Teorema 7. Teorema ini menyatakan fungsi eksplisit penghitung prima. Teorema 8 [7: h. 48] Misalkan n adalah bilangan bulat, maka berlaku n ( ) i 1 φ(i) π(n) =. () Repository FMIPA 6

Bukti: Misalkan n adalah bilangan bulat. Misalkan f(i) =, dimana i =, 3, 4, dan misal pilih k = 0, dari pertidaksamaan (6) diperoleh ( ) i 1 φ(i) 0 e i 1 i1. (3) Akan diverifikasi bahwa untuk k = 0 pertidaksamaan (3) terpenuhi. ( ) i 1 φ(i) = (φ(4))3 (φ(6))5 (φ(8))7 (φ(9))8 (φ(10))9 3 3 5 5 7 7 8 8 9 9 (φ(1))11 (φ(14))13 (φ(15))14 (φ(16))15 (φ(18))17 11 11 13 13 14 14 15 15 17 17 ( ) i 1 φ(i) = 0, 47754... < 0, 43. (4) k 1 Untuk i = 0, 1,,, dengan i 1 i1 =, diperoleh 0 0 e i 1 i1 e i 1 i1 = e ( i 1) = e 0 0 e i < e i. (5) 0 Misalkan, g(i) = e i, dimana fungsi g(i) merupakan fungsi monoton turun kuat dalam interval [, ), diperoleh sehingga g(i) < 0 e i < 0 g(i)di, e i di. (6) Dengan menyelesaikan bentuk integral pada pertidaksamaan (6) dengan menggunakan integral parsial diperoleh ( e i di = 1 ) e. (7) Dari pertidaksamaan (6) dan persamaan (7) diperoleh: e i < 0 e i < 0 ( e i di = 1 ) e e i di = 0, 3769... < 0, 38, Repository FMIPA 7

sehingga e i < 0, 38. (8) 0 Berdasarkan pertidaksamaan (5) dan pertidaksamaan (8) diperoleh 0 e i 1 i1 < 0, 38. (9) Kemudian dari hasil pada pertidaksamaan (4) dan pertidaksamaan (9) menghasilkan ( ) i 1 φ(i) e i 1 i1 < 0, 43 0, 38 = 0, 81 < 1 0 ( ) i 1 φ(i) e i 1 i1 < 0, 81 < 1. (30) 0 Pertidaksamaan (30) menyatakan bahwa syarat (6) terpenuhi untuk f(i) = dengan i =, 3, 4,. Berdasarkan Teorema 7, disimpulkan bahwa untuk setiap bilangan bulat n berlaku fungsi π(n) pada persamaan (). Teorema 9 [: h. 505] Misalkan n dengan n adalah bilangan bulat positif, maka untuk setiap bilangan n berlaku: n π(n) =. (31) δ(i) Bukti: Misalkan n dengan n adalah bilangan bulat positif, diperoleh n =. δ(i) 1 δ(i) δ(i) Misalkan i n adalah bilangan bulat positif. Jika i adalah bilangan prima maka δ(i) = 1,diperoleh = 1. (3) δ(i) Berdasarkan persamaan (3) dan persamaan (3) diperoleh = π(n). (33) 1 δ(i) Untuk i adalah bilangan komposit, maka δ(i) > 1, sehingga diperoleh = 0. (34) δ(i) Dari persamaan (33) dan persamaan (34) maka persamaan (31) terpenuhi. Repository FMIPA 8

Contoh 1 Untuk π(0) dengan menggunakan fungsi eksplisit pada Teorema 8 diperoleh 10 ( ) i 1 φ(i) π(0) = 10 ( ) i 1 φ(i) 0 π(0) = i=11 ( ) 11 1 φ(11) = 4, 47... 11 1 ( ) 0 1 φ(0) = π(0) = 8. 0 1 4, 47... = 8, 555... ( ) 10 ( ) 11 10 4 10 11 ( ) i 1 φ(i) ( ) 1 1 φ(1) 1 1 ( ) 13 1 φ(13) 13 1 ( ) 1 ( ) 1 8 1 Untuk π(0) dengan menggunakan fungsi eksplisit pada Teorema 9 diperoleh 0 π(0) = δ(i) 10 0 = δ(i) δ(i) i=11 1 1 1 1 = 4 δ(11) δ(1) δ(13) δ(14) 1 1 1 1 δ(17) δ(18) δ() δ(0) 1 1 1 1 1 1 = 4 1 16 1 9 8 3 1 1 4 π(0) = 4 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 = 8. 1 1 δ(15) δ(16) 1 1 1 5. KESIMPULAN Fungsi eksplisit π(n) dapat dikonstruksikan oleh fungsi aritmatika yaitu Fungsi Euler s Totient dan Fungsi δ dengan menggunakan notasi penjumlahan dan fungsi floor dengan n adalah bilangan bulat positif. Untuk i > 1 dan n dengan i dan n adalah bilangan bulat positif, jika i merupakan bilangan prima maka hasil penjumlahan diruas kanan untuk kedua fungsi eksplisit menghasilkan banyaknya bilangan Repository FMIPA 9

prima yang lebih kecil atau sama dengan n, hal ini dikarenakan untuk i adalah bilangan prima mengakibatkan ruas kanan kedua fungsi eksplisit dinyatakan dalam bentuk n 1 dan jika i merupakan bilangan komposit maka hasil penjumlahannya sama dengan 0, hal ini dikarenakan penggunaan fungsi floor pada fungsi eksplisit Penghitung Prima. DAFTAR PUSTAKA [1] Atanassov, K. 004. On an Arithmetic Function. Advanced Studies in Contemporary Mathematics, 8(): 177-18. [] Atanassov, K. 013. A Formula for the n-th Prime Number. Comptes Rendus de l Academie Bulgare des Sciences, Tome 66(4): 503-506. [3] Bartle, R. G. & D. R. Sherbert. 000. Introduction to Real Analysis (3rd edition). Jhon Wiley & Sons. New York. [4] Clark, W. E. 003. Elementary Number Theory. Lecture Note. University of South Florida. [5] Hardy, G. H. & E. M. Wright. 79. An Introduction to the Theory of Numbers (5th Edition). Clarendon Press. Oxford, England. [6] Koshy, T. 007. Elementary Number Theory with Application, second edition. Elsevier Academic Press. California, USA. [7] Missana, M. V. 013. New Explicit Formulae for Prime Counting Function. Notes on Number Theory and Discrete Mathematics, (1): 44-49. [8] Ribenboim, P. 96. The New Book of Prime Number Records (3rd edition). Springer-Verlag. New York. [9] Sierpinski, W. 88. Elementary Number Theory (nd edition). PWN Polish Scientific Publishers. North Holland, Amsterdam. Repository FMIPA 10