BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
nilai tertinggi nilai terendah (log n) (log 32)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 03 Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kategori Frekuensi Persentase (%) 1. < 65 Tidak Tuntas 6 23, Tuntas 20 76,92 Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 22% Jumlah Nilai tertinggi 76 Nilai terendah 20

= = 7.6 dibulatkan menjadi = 8

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Nilai Rata-rata < Belum Tuntas 52, Tuntas Jumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Budhi Karya Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV. Hasil penelitian dan Pembahasan. 2012/2013 pada SDN Gambut2. Kecamatan Gambut, Siswa kelas V berjumlah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2009/2010, berlangsung selama kurang lebih tiga bulan yaitu pada bulan Februari

BAB III METODE PENELITIAN

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. dari 20 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Dukuh 01 Salatiga, dengan subyek penelitian yaitu siswa kelas 4. Total subyek dalam penelitian ini adalah 34 siswa, dengan subyek penelitian laki-laki yaitu 14 siswa dan subyek perempuan yaitu 20 siswa. Karakteristik siswa pada kelas ini sangat beragam yaitu mulai dari hasil akademik, karakteristik personal individu maupun usia. Persoalan utama yang dihadapi oleh kelas ini adalah ketuntasan belajar siswa. Dari data awal, diketahui bahwa siswa yang belum tuntas mencapai 56%. 4.2 Pelaksanaan Tindakan 4.2.1 Kondisi Sebelum Tindakan Kondisi sebelum tindakan merupakan kondisi awal sebelum diterapkan model pembelajaran jigsaw pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 Salatiga. Berdasarkan data awal, ditemukan bahwa dari total siswa yaitu 34 siswa, ada 19 siswa (56%) yang dinyatakan belum tuntas KKM dan 15 siswa (44%) siswa yang telah tuntas KKM. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan sekolah, yaitu minimal 80% dari total jumlah siswa harus lulus KKM = 70, maka diperlukan suatu penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki situasi ketuntasan pada siswa ini. Berikut disajikan dalam Tabel 4.1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai berdasarkan interval nilai ketuntasan belajar. Tabel 4. 1 Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah Siswa (%) 1 < 70 19 56 Belum tuntas 2 70 15 44 Tuntas Jumlah 34 100 Rata-rata 60,58 Nilai tertinggi 80 Nilai terendah 40 37

38 Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan < 70 adalah 19 siswa (56%), sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan 70 adalah 15 siswa (44%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki ketuntasan belajar guna mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas KKM = 70. 4.2.2 Siklus I a. Perencanaan Siklus 1 terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 17 dan 18 Februari 2016. Sebelum proses pembelajaran siklus 1 dilaksanakan, peneliti telah melakukan kerja kelompok dengan teman sejawat untuk menentukan model yang sesuai dengan materi yang diajarkan, sehingga proses pembelajaran berlangsung kondusif. Peneliti mempersiapkan rencana pembelajaran siklus 1 untuk mata pelajaran matematika materi pecahan. Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, adapun langkah-langkah pembelajaran. Kemudian peneliti menyiapkan lembar observasi kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang diamati oleh observer. Untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang diajarkan, peneliti merancang alat evaluasi berupa soal tes tertulis yang akan menguji siswa berkaitan dengan mteri tersebut. Perencanaan yang dilakukan tersebut diatas telah mampu menjadi pedoman yang sistematis dalam proses pembelajaran, artinya susunan program tersebut terstruktur dan merupakan suatu urutan tahapan yang mempermudah pembelajaran suatu materi, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar. Perencanaan merupakan tahap untuk menyusun strategi dalam rangka menyelesaikan masalah ketuntasan belajar siswa yang dialami. Setelah melakukan konsultasi dengan guru kelas, maka hal-hal yang direncanakan untuk selanjutnya dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut: 1. Menyepakati bahwa tindakan akan dilakukan pada dua siklus, dimana masing-masing siklus dilaksanakan masing-masing dua pertemuan.

39 2. Menyusun kembali RPP berdasarkan kesepakatan antara guru sebagai kolaborator yang mengajar dengan peneliti; dimana RPP yang disusun kembali, tetap mengacu pada sintaks pembelajaran tipe jigsaw. 3. Menyiapkan semua alat peraga; dimana alat peraga yang disiapkan, berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. 4. Memeriksa kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data, seperti lembar observasi hasil kesepakatan dengan guru. b. Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal Pada pertemuan pertama, guru mengawali kegiatan dengan memberikan salam, mengabsensi siswa, dan mengecek kerapian serta kelengkapan alat dan sumber belajar yang disiapkan oleh siswa. Agar siswa menjadi bersemangat belajar, guru memberikan motivasi dengan menyampaikan bahwa belajar dengan giat merupakan modal yang baik pada masa depan. Setelah berhenti sejenak, selanjutnya guru memberikan apersepsi dalam bentuk pertanyaan yaitu apa kalian pernah berbagi kue ulang tahun kepada teman kalian? Guru mempersilakan siswa menjawab apersepsi yang diberikan. Serentak, beberapa siswa mengacungkan tangan. Agar tidak berebutan dalam menjawab, guru mempersilakan satu per satu siswa untuk memberikan jawabannya. Setelah siswa selesai menjawab apersepsi, guru memberikan penguatan lewat pujian, agar siswa terus memiliki keberanian dalam menyampaikan hal-hal yang diketahui. Setelah siswa menjawab pertanyaan apersepsi, guru melanjutkan dengan pertanyaan untuk tahap pertama pembelajaran jigsaw yaitu tahap orientasi dengan pertanyaan lanjutan, jika kalian pernah berbagi kue ulang tahun kepada teman kalian, apa yang kalian ketahui tentang pecahan? Setelah itu, guru menjelaskan garis besar materi tentang pecahan. 2. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, Selanjutnya guru membagi siswa dalam 5 kelompok, yang terdiri dari empat kelompok beranggotakan 7 siswa dan satu kelompok terdiri 6 siswa. Selama pembagian kelompok, suasana menjadi riuh,

40 karena siswa hendak berkelompok dengan teman dekatnya sendiri. Mengantisipasi hal tersebut, guru mengatur pembagian kelompok, dengan cara berhitung. Selanjutnya, guru memberikan tugas yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab yang harus didiskusikan di kelompok. guru menjelaskan materi secara singkat, guru membagi materi pelajaran dalam bentuk teks yang sudah dibagi menjadi beberapa sub bab pokok bahasan, guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, siswa mengerjakan soal pecahan, guru membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan diskusi, guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari temannya, guru memberi kesempatan pada siswa untuk melaporkan hasil diskusi, guru memberi kesempatan kelompok lain untuk menanggapi diskusi dan guru membimbing siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat. 3. Kegiatan Akhir Sebelum mengakhiri pelajaran, guru bersama-sama siswa mengambil kesimpulan, pemantapan gagasan, memberikan penguatan kepada siswa, memberikan pujian kepada kelompok maupun individu yang telah bekerjasama dalam kelompoknya maupun terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan evaluasi individual berupa tes kepada siswa, setelah siswa mengerjakan tes, guru mengucapkan terimakasih dan menutup pelajaran. c. Observasi Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi meliputi kinerja guru dalam mengajar dengan model jigsaw, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model jigsaw juga perubahan pada hasil belajar siswa karena menerima pelajaran dengan menerapkan model jigsaw. Hasilnya disajikan berikut ini:

41 1. Kinerja Guru Kinerja guru merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan guru dalam menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran. Hasil pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran, disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4. 2 Lembar Pengamatan Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran Kelas 4 SDN Dukuh 01 Siklus I pertemuan pertama Aspek Item Ya Tidak Kegiatan Awal Salam a. Kemampuan guru Absen menyiapkan mental Mengatur tempat duduk siswa ketepatan cara Menyiapkan alat tulis siswa dan isi Berdoa b. Kemampuan guru Guru memberikan ilustrasi membangun apersepsi ketepatan cara dan isi a. Kemampuan guru Menyadarkan siswa membangun Menyampaikan tujuan pembelajaran memotivasi siswa Menyampaikan langkah-langkah jigsaw Kegiatan inti Mengali pengetahuan siswa a. Kemampuan guru Kesesuaian pertanyaan meaksanakan Penerimaan siswa dalam menerima eksplorasi ketepatan cara dan isi pertanyaan Penggunaan media b. Langkah Langkah Membantu siswa memberi informasi Menggunakan Penguasaan materi Model Membagi menjadi 4-5 kelompok Pembelajaran sebagai kelompok asal Kooperatif Tipe Membagi siswa dari tim asal sebagai Jigsaw tim ahli Berdiskusi tentang materi pecahan dalam tim ahli Tim ahli melakukan diskusi kelompok Tim ahli menyampaikan hasil diskusi kepada tim asal a. Kemampuan guru Masing masing mempresentasikan melaksanakan konfirmasi ketepatan hasil diskusi Kelompok lain memberi tanggapan cara dan isi Tanya jawab siswa dan guru tentang materi Kegiatan akhir Melaksanakan kesimpulan

42 a. Kemampuan guru melaksanakan akhir kegiatan cara dan isi Melaksanakan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang diamati adalah hasil belajar siswa setelah menerima pelajaran dengan model jigsaw. Menyajikan hasil belajar adalah untuk mengamati apakah model jigsaw mampu memberikan pengaruh dalam memperbaiki ketuntasan belajar siswa setelah tindakan. Berikut disajikan dalam tabel 4.3 hasil belajar siswa setelah tindakan pada siklus I. Tabel 4. 3 Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I No Nilai Siklus I Keterangan Jumlah Siswa (%) 1 < 70 11 32 Belum tuntas 2 70 23 68 Tuntas Jumlah Rata-rata 67,35 Nilai tertinggi 90 Nilai terendah 40 Berdasarkan Tabel 4.3diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas belajar dengan perolehan nilai 70 pada siklus I adalah 23 siswa (68%), dan siswa yang belum tuntas belajar dengan perolehan nilai < 70 pada siklus I adalah 11 siswa (32%). 4.2.3 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum tindakan dengan Siklus I Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model jigsaw, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.4 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan dan pada siklus I.

43 Tabel 4. 4 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan Siklus I No Ketuntasan Sebelum Tindakan Siklus I Jumlah siswa % Jumlah siswa % 1 Belum Tuntas 19 56 11 32 2 Tuntas 15 44 23 68 Total 34 100 34 100 Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika sebelum tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 15 siswa (44%) dari total jumlah siswa, terjadi peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas menjadi 23 siswa (68%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 8 siswa (24%). Jumlah siswa yang belum tuntas sebelum tindakan adalah 19 siswa (56%) dan berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 11 siswa (32%). Hasil ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 8 siswa (24%). Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus I, diketahui bahwa ketuntasan belajar ini belum memberikan hasil yang diharapkan yaitu minimal 80% dari total siswa tuntas belajar atau tuntas KKM yang ditetapkan sekolah = 70. Dengan kata lain, dengan hasil ini diperlukan lagi tindakan yang harus dilaksanakan pada siklus II. d. Refleksi Setelah tindakan pada siklus I dilaksanakan, perlu dilakukan refleksi tentang keseluruhan proses belajar mengajar. Refleksi didasarkan atas temuan baik temuan observer maupun temuan guru selama proses pembelajaran dilaksanakan. Refleksi dimaksudkan agar kekurangan-kekurangan selama tindakan pada siklus I, dapat diperbaiki sewaktu melaksanakan tindakan pada siklus II. Adapun kekurangan-kekurangan yang ditemui selama tindakan pada siklus I, adalah sebagai berikut:

44 1. Guru belum mengkoordinasi kelas dengan baik, baik dalam pembentukan kelompok, diskusi kelompok maupun presentasi tiap-tiap anggota kelompok. 2. Waktu pembelajaran yang terbatas, menjadikan proses pembelajaran belum dilaksanakan maksimal. 3. Ketuntasan belajar siswa belum mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah (minimal 80% dari total siswa tuntas KKM). 4. Guru masih belum mengunakan media pembelajaran 5. Sebagian siswa masih pasif dalam mengikuti pembelajaran 4.2.4 Siklus II a. Perencanaan Siklus II terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 24 dan 25 Februari 2016. Berdasarkan refleksi pada siklus I, maka hal-hal yang direncanakan untuk dilaksanakan sebagai tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut: 1. Mengkoordinasi proses pembentukan kelompok, diskusi kelompok maupun presentasi anggota kelompok. 2. Mengatur proses pembelajaran agar waktu yang disediakan cukup untuk seluruh langkah-langkah pembelajaran dapat dilaksanakan. 3. Membagikan tugas dan peran yang berbeda-beda dalam anggota kelompok, agar memacu aktivitas belajar, untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa. 4. Guru sudah menggunakan media pembelajaran dengan baik b. Pelaksanaan 1. Kegiatan Awal Pada pertemuan pertama, guru mengawali kegiatan dengan memberikan salam, mengabsensi siswa, dan mengecek kerapian serta kelengkapan alat dan sumber belajar yang disiapkan oleh siswa. Agar siswa menjadi bersemangat belajar, guru memberikan motivasi dengan menyampaikan bahwa belajar dengan giat merupakan modal yang baik pada masa depan. Setelah berhenti sejenak, selanjutnya guru memberikan apersepsi dalam bentuk pertanyaan yaitu apa kalian pernah berbagi kue ulang tahun kepada teman kalian? Guru mempersilakan siswa menjawab apersepsi yang diberikan. Serentak, beberapa siswa mengacungkan

45 tangan. Agar tidak berebutan dalam menjawab, guru mempersilakan satu per satu siswa untuk memberikan jawabannya. Setelah siswa selesai menjawab apersepsi, guru memberikan penguatan lewat pujian, agar siswa terus memiliki keberanian dalam menyampaikan hal-hal yang diketahui. Setelah siswa menjawab pertanyaan apersepsi, guru melanjutkan dengan pertanyaan untuk tahap pertama pembelajaran menerapkan model jigsaw yaitu tahap orientasi dengan pertanyaan lanjutan, jika kalian pernah berbagi kue ulang tahun kepada teman kalian, maka apa yang kalian kethui tetang pecahan? Setelah itu, guru menjelaskan garis besar materi tentang pecahan. 2. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas, guru mengatur tempat duduk siswa, Setelah menjelaskan tujuan pembelajaran, selanjutnya membagi siswa dalam 5 kelompok, yang terdiri dari empat kelompok beranggotakan 7 siswa dan satu kelompok beranggotakan masing-masing 6 siswa. Selama pembagian kelompok, suasana berubah menjadi riuh, karena siswa hendak berkelompok dengan teman dekatnya sendiri. Mengantisipasi hal tersebut, guru mengatur pembagian kelompok, dengan cara berhitung. Selanjutnya, guru memberikan tugas yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab yang harus didiskusikan di kelompok. Sebelum mengerjakan tugas yang diberikan, guru menjelaskan terlebih dahulu garis besar materi pecahan dengan menggunakan alat peraga kertas karton. guru memasuki tahap berikut dalam langkah-langkah pembelajaran menerapkan model jigsaw, guru membagi materi pelajaran dalam bentuk teks yang sudah dibagi menjadi beberapa sub bab pokok bahasan, guru menyuruh setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya, siswa mengerjakan soal pecahan, guru membantu siswa memberi informasi jika diperlukan siswa, guru menyuruh tiap anggota kelompok yang lain yang telah mempelajari sub bab yang berbeda agar bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan diskusi, guru mengarahkan agar setiap kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas untuk mengajari temannya, guru memberi kesempatan pada siswa untuk melaporkan hasil diskusi,

46 guru memberi kesempatan kelompok lain untuk menanggapi diskusi dan guru membimbing siswa untuk memperoleh jawaban yang tepat. 3. Kegiatan Akhir Sebelum mengakhiri pelajaran, guru bersama-sama siswa mengambil kesimpulan, pemantapan gagasan, memberikan penguatan kepada siswa, memberikan pujian kepada kelompok maupun individu yang telah bekerjasama dalam kelompoknya maupun terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sebelum mengakhiri pelajaran, guru memberikan evaluasi individual berupa tes kepada siswa, setelah siswa mengerjakan tes, guru mengucapkan terimakasih dan menutup pelajaran. c. Observasi Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi meliputi kinerja guru dalam mengajar dengan menerapkan model jigsaw aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menerapkan model jigsaw juga perubahan pada hasil belajar siswa karena menerima pelajaran dengan menerapkan model jigsaw Hasilnya disajikan berikut ini: 1. Kinerja Guru Kinerja guru merupakan keseluruhan aktivitas yang dilakukan guru dalam menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran. Hasil pengamatan kinerja guru dalam pembelajaran, disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4. 5 Lembar Pengamatan Guru Terhadap Kegiatan Pembelajaran Kelas 4 SDN Dukuh 01 Siklus I pertemuan pertama Aspek Item Ya Tidak Kegiatan Awal Salam a. Kemampuan guru Absen menyiapkan Mengatur tempat duduk mental siswa Menyiapkan alat tulis siswa ketepatan cara Berdoa dan isi Guru memberikan ilustrasi b. Kemampuan guru membangun apersepsi ketepatan cara dan isi a. Kemampuan guru Menyadarkan siswa

47 membangun memotivasi siswa Kegiatan inti a. Kemampuan guru meaksanakan eksplorasi ketepatan cara dan isi b. Langkah Langkah Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw c. Kemampuan guru melaksanakan konfirmasi ketepatan cara dan isi Kegiatan akhir a. Kemampuan guru melaksanakan akhir kegiatan cara dan isi Menyampaikan tujuan pembelajaran Menyampaikan langkah-langkah jigsaw Mengali pengetahuan siswa Kesesuaian pertanyaan Penerimaan siswa dalam menerima pertanyaan Penggunaan media Membantu siswa memberi informasi Penguasaan materi Membagi menjadi 4-5 kelompok sebagai kelompok asal Membagi siswa dari tim asal sebagai tim ahli Berdiskusi tentang materi pecahan dalam tim ahli Tim ahli melakukan diskusi kelompok Tim ahli menyampaikan hasil diskusi kepada tim asal Masing masing mempresentasikan hasil diskusi Kelompok lain memberi tanggapan Tanya jawab siswa dan guru tentang materi Melaksanakan kesimpulan Melaksanakan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut 2. Hasil Belajar Siswa Hasil belajar siswa yang diamati adalah hasil belajar siswa setelah menerima pelajaran dengan model jigsaw. Menyajikan hasil belajar adalah untuk mengamati apakah model jigsaw mampu memberikan pengaruh dalam memperbaiki dan meningkatkan ketuntasan belajar siswa setelah tindakan. Berikut disajikan dalam tabel 4.6 dan gambar 4.4 hasil belajar siswa setelah tindakan pada siklus II.

48 Tabel 4. 6 Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II No Nilai Siklus II Keterangan Jumlah Siswa (%) 1 < 70 4 12 Belum tuntas 2 70 30 88 Tuntas Jumlah 34 100 Rata-Rata 75 Nilai Tertinggi 90 Nilai Terendah 60 Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar setelah diberikan tindakan pada siklus II adalah 30 siswa (88%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 4 siswa (12%). Dengan perolehan hasil ini disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model jigsaw. dalam rangka meningkatkan ketuntasan belajar matematika materi pecahan berhasil. a. Refleksi Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I, dan setelah guru memperbaiki kinerjanya, maka diketahui bahwa keaktifan belajar dan jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah diberikan tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa memperhatikan proses dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama KBM berlangsung adalah sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai hasil belajar dan ketuntasan belajar yang diharapkan. 4.2.5 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siklus I dengan Siklus II Membandingkan ketuntasan belajar setelah tindakan pada siklus I dengan setelah tindakan pada siklus II, dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model jigsaw, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pecahan. Berikut ini disajikan dalam Tabel 4.7 perbandingan ketuntasan belajar siswa setelah siklus I dengan setelah tindakan pada siklus II. Tabel 4. 7 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II No Kategori Siklus I Siklus II Ketuntasan Jumlah siswa % Jumlah siswa % 1 Belum tuntas 11 32 4 12

49 2 Tuntas 23 68 30 88 Total 34 100 34 100 Berdasarkan Tabel 4.7 diketahui bahwa pada siklus I, siswa yang tuntas belajar adalah 23 siswa (68%). Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa menjadi 30 (88%). Siswa yang belum tuntas pada siklus I adalah 11 siswa (32%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, berkurang menjadi 4 siswa (12%). Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran jigsaw materi pecahan pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 Salatiga berhasil dilakukan. Tabel 4. 8 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I, dan Siklus II No Hasil Belajar Belum Tuntas Tuntas Jumlah siswa % Jumlah siswa % 1 Sebelum tindakan 19 56% 15 44% 2 Siklus I 11 32% 23 68% 3 Siklus II 4 12% 30 88% Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa siswa yang tuntas sebelum tindakan adalah 15 (44%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 23 siswa (68%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 30 siswa (88%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 19 siswa (56%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 8 siswa (24%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 4 (12%) siswa yang belum tuntas walaupun sudah terjadi peningkatan dibanding siklus I. Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran jigsaw, materi pacahan pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 Salatiga berhasil dilakukan. 4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa siswa yang tuntas sebelum tindakan adalah 15 (44%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I terjadi

50 peningkatan jumlah ketuntasan siswa menjadi 23 siswa (68%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan jumlah ketuntasan menjadi 23 siswa (88%). Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 19 siswa (56%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, berkurang menjadi 8 siswa (24%). Setelah dilaksanakan lagi tindakan pada siklus II, menjadi 4 (12%) yang belum tuntas. Dengan kata lain, bahwa upaya peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran jigsaw, materi pacahan pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01, berhasil dilakukan. Selain meningkatkan ketuntasan belajar, menerapkan model jigsaw dalam pembelajaran matematika materi pecahan, juga meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa. Pada siklus I guru masih belum menggunakan media pembelajaran, kinerja guru masuk dalam kategori cukup baik. Setelah dilaksanakan perbaikan pada siklus II guru sudah menggunakan media pembelajaran, kinerja guru meningkat menjadi baik sekali. Setelah dilaksanakan perbaikan tindakan pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran jigsaw, masuk dalam kategori baik sekali. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Siti Ulfah (2011), dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Perbandingan Dan Skala Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas V SD Negeri Randuagung Rembang Tahun Pelajaran 2010/2011. Selanjutnya, juga mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Amalia, Rizqi. (2014), dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan Pecahan melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD 2 Jurang. Terbukti bahwa dengan menggunakan Model Pembelajaran jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa secara individu. Selain mendukung dua hasil penelitian sebelumnya, hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan teoritis tentang model pembelajaran jigsaw oleh Suyatno (2008:104) yang menyatakan bahwa model pembelajaran jigsaw merupakan salah satu pembelajaran kelompok yang terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Anggota kelompok terdiri atas beberapa siswa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi. Siswa yang memiliki topik sama bertemu pada kelompok ahli, kelompok

51 ahli mempelajari satu topik. Dan setelah topik tersebut tuntas dibahas, maka siswa dari kelompok ahli kembali pada kelompok asal dan berbagi pengetahuan dengan teman-teman pada kelompok asal. Dengan memperlakukan sintaks pembelajaran dengan tepat, dan dengan memperhatikan karakateristik siswa, kemudian dibagi tugas dan peran siswa sebagai tim asal dan tim ahli sekaligus penyelesaian atas masalah yang ditemukan dalam gagasan itu, ternyata model pembelajaran jigsaw ini mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika, materi pecahan pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2015/2016. Dari hasil penelitian masih ada 4 siswa yang belum tuntas. Hal ini disebabkan karena masih ada siswa yang ketidak teliti dalam mengerjakan soal evaluasi. Berdasarkan penjelasan hasil penelitian dan temuan terdahulu, maka dapat dipaparkan implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut: 1. Implikasi Teoritis Pembelajaran Matematika pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 01 salatiga dapat berhasil jika guru menggunakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan baik. 2. Implikasi Praktis a. Belajar melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pelajaran Matematika dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini terjadi dikarenakan dalam belajar siswa yang aktif guru hanya sebatas moderator dan fasilitator. b. Pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dituntut untuk bekerja mandiri dan saling mendukung dalam kelompok, dalam hal ini rasa ingin tahu siswa akan lebih tinggi dengan ada dorongan persaingan ketat dengan kelompok lainnya. Siswa juga dituntun untuk mampu mempertanggung jawabkan apa yang menjadi beban dalam kelompoknya.