Pengeboran Baja ASTM A1011 Menggunakan Pahat High Speed Steel dalam Kondisi Dilumasi Cairan Minyak

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 2, April 2014

Bab III Metoda Taguchi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebagai hasil penelitian dalam pembuatan modul Rancang Bangun

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Pengumpulan Data Pembuatan plot contoh

PENGARUH INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI PROPINSI JAMBI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

ANALISA UJI KEKERASAN PADA POROS BAJA ST 60 DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA

STANDAR KEKASARAN PERMUKAAN BIDANG PADA YOKE FLANGE MENURUT ISO R.1302 dan DIN 4768 DENGAN MEMPERHATIKAN NILAI KETIDAKPASTIANNYA

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat terapi ini menggunakan heater kering berjenis fibric yang elastis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

simulasi selama 4,5 jam. Selama simulasi dijalankan, animasi akan muncul pada dijalankan, ProModel akan menyajikan hasil laporan statistik mengenai

III. METODE PENELITIAN

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan deteksi dan tracking obyek dibutuhkan perangkat

STUDI TENTANG BEBERAPA MODIFIKASI METODE ITERASI BEBAS TURUNAN

Studi Kasus Optimasi Proses Sizing Benang di P.T. XYZ

SOAL PRAPEMBELAJARAN MODEL PENILAIAN FORMATIF BERBANTUAN WEB-BASED UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SB/P/BF/14 PERFORMA PERTUMBUHAN IKAN NILA BEST PADA BERBAGAI MEDIA ph

BAB 3 METODE PENELITIAN

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kawasan Pantai Anyer, Kabupaten Serang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

BAB IV PENELITIAN Gambar Alat Untuk gambar alat dapat dilihat pada gambar 4.1. dibawah ini: Gambar 4.1. Modul Alat Tugas Akhir

III. METODE PENELITIAN. Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi NTB, BPS pusat, dan instansi lain

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. : Lux meter dilengkapi sensor jarak berbasis arduino. : panjang 15,4 cm X tinggi 5,4 cm X lebar 8,7 cm

Kata kunci: Critical speed, whirling, rotasi, poros.

METODOLOGI PENELITIAN. penggunaan metode penelitian. Oleh karena itu, metode yang akan digunakan

PROSIDING ISBN:

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Model Pertumbuhan BenefitAsuransi Jiwa Berjangka Menggunakan Deret Matematika

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK MONITORING DAN EVALUASI KINERJA DOSEN DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIVERSITAS TANJUNGPURA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif, karena

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

ANALISA PERBANDINGAN SIFAT IMPACT DAN KEKERASAN AKIBAT PERLAKUAN PACK CARBURIZING DENGAN MATERIAL ARANG YANG BERBEDA PADA ALUMINIUM AA 110.

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri I

BAB V UKURAN GEJALA PUSAT (TENDENSI CENTRAL)

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

= Keterkaitan langsung ke belakang sektor j = Unsur matriks koefisien teknik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN. Perumusan - Sasaran - Tujuan. Pengidentifikasian dan orientasi - Masalah.

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

ESTIMASI. (PENDUGAAN STATISTIK) Ir. Tito Adi Dewanto. Statistika

PENAKSIRAN DAN PERAMALAN BIAYA D. PENAKSIRAN BIAYA JANGKA PANJANG E. PERAMALAN BIAYA

Metode Bootstrap Persentil Pada Sensor Tipe II Berdistribusi Eksponensial

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PADA LOKET PENDAFTARAN PASIEN DI PUSKESMMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

Pengendalian Proses Menggunakan Diagram Kendali Median Absolute Deviation (MAD)

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Muhammadiyah 1 Pekanbaru. semester ganjil tahun ajaran 2013/2014.

BAB III METODE PENELITIAN. pre test post test with control group. Penelitian ini berupaya untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN. Data yang digunakan untuk mengevaluasi Gardu Induk Bandar Sribhawono

II. LANDASAN TEORI. Sampling adalah proses pengambilan atau memilih n buah elemen dari populasi yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. X Y X Y X Y sampel

POSITRON, Vol. II, No. 2 (2012), Hal. 1-5 ISSN : Penentuan Energi Osilator Kuantum Anharmonik Menggunakan Teori Gangguan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN

MATERI 13 ANALISIS TEKNIKAL ANALISIS TEKNIKAL

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Potensi Ekowisata Hutan Mangrove ini dilakukan di Desa

METODE PENELITIAN. Ajaran dengan jumlah siswa 40 orang yang terdiri dari 19 siswa lakilaki

III. METODE PENELITIAN. kelas VIII semester ganjil SMP Sejahtera I Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011

PENGGGUNAAN ALGORITMA GAUSS-NEWTON UNTUK MENENTUKAN SIFAT-SIFAT PENAKSIR PARAMETER DAN

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MATERI 10 ANALISIS EKONOMI

Perbandingan Power of Test dari Uji Normalitas Metode Bayesian, Uji Shapiro-Wilk, Uji Cramer-von Mises, dan Uji Anderson-Darling

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Langkah Langkah Dalam Pengolahan Data

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di halaman Pusat Kegiatan Olah Raga (PKOR) Way Halim Bandar Lampung pada bulan Agustus 2011.

PEMODELAN MINIMIZE TOTAL BIAYA PENGENDALIAN KUALITAS TERHADAP PROSES MANUFAKTURING PRODUK FURNITURE

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

METODE PENELITIAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Wijaya Bandar

Inflasi dan Indeks Harga I

Keterkaitan Karakteristik Pergerakan di Kawasan Pinggiran Terhadap Kesediaan Menggunakan BRT di Kota Palembang

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

BAB IV. METODE PENELITlAN. Rancangan atau desain dalam penelitian ini adalah analisis komparasi, dua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI TEGANGAN PADA BALOK KASTELA HEKSAGONAL BENTANG 1 METER (001S)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Pegebora Baja ASTM A111 Megguaka Pahat High Speed Steel dalam Kodisi Dilumasi Caira Miyak Dodi Wibowo, Gusri Akhyar Ibrahim Jurusa Tekik Mesi, Fakultas Tekik Uiversitas Lampug, wibowo@yahoo.com Abstrak Pahat HSS yag diguaka dalam proses pegebora memiliki umur da tidak dapat diguaka secara terus meerus. Bayak faktor yag mempegaruhi umur pahat diataraya keausa pahat. Utuk meetuka keausa pahat pahat bor biasaya operator mesi haya melakuka secara visual atau meraba pada bagia ujug mata pahat. Cara ii yag serig dilakuka pada duia idustri dikareaka keterbatasa alat da efisiesi waktu dalam proses produksi. Dalam peelitia ii pegaruh kecepata putara (), gerak maka (f) terhadap terbetukya keausa tepi pahat HSS, diaalisis dega dua metode, yaitu metode kualitatif (grafik) da metode kuatitatif (statis) dega metode aalisis variasi (ANOVA). Dalam peelitia ii, proses pegebora megguaka pahat HSS da material uji baja ASTM A111 dega ketebala material 1 mm. Dalam proses pegujia, gerak maka (f) yag diguaka adalah,1 mm/rev,,18 mm/rev,,24 mm/rev sedagka kecepata putara () yag diguaka adalah 443, 635, 97. Dari hasil pegujia secara kualitatif didapat bahwa peigkata gerak maka (f) aka meigkatka keausa tepi pahat HSS. Begitu pula peigkata ilai kecepata putara () aka meigkatka keauasa tepi pahat HSS. Dari metode ANOVA ( pegujia kuatitatif) dega megguaka program diperoleh hasil bahwa kecepata putara (), da gerak maka (f) secara bersama-sama mempuyai pegaruh timbulya keausa pahat, amu secara sigifika haya gerak maka yag berpegaruh terhadap timbulya keausa tepi pahat HSS. Pada peelitia ii gerak maka (f) mempuyai pegaruh palig besar terhadap timbulya keausa tepi yaitu 5,1% sedagka kecepata putara haya berpegaruh sebesar 37,42% terhadap timbulya keausa tepi pahat HSS. Kata kuci : Pegebora, pahat HSS, ASTM, pelumasa. PENDAHULUAN Proses permesia merupaka proses maufaktur dimaa objek dibetuk dega cara membuag atau meghilagka sebagia material dari beda kerjaya. Tujua diguaka proses permesia ialah utuk medapatka akurasi dibadigka prosesproses yag lai seperti proses pegecora, pembetuka da juga utuk memberika betuk bagia dalam dari suatu objek tertetu. Adapu jeis-jeis proses permesia yag bayak dilakuka atara lai : Proses bubut (turig), proses meyekrap (shapig da plaig), proses pembuata lubag (drillig), proses megefreis (millig), proses meggerida (gridig), proses meggergaji (sawig), da yag terakhir adalah proses memperbesar lubag (borig) [1]. Proses pegebora adalah proses pemesia yag palig sederhaa diatara proses pemesia yag lai. Biasaya di begkel atau workshop proses ii diamaka proses bor. Proses pegebora dimaksudka sebagai proses pembuata lubag bulat dega megguaka mata bor (twist drill). Sedagka proses bor (borig) adalah proses meluaska/ memperbesar lubag yag bisa dilakuka dega batag bor (borig bar) yag tidak haya dilakuka pada mesi drillig, tetapi bisa dega mesi bubut, mesi frais, atau mesi bor [2]. Dalam proses permesia yag serig megalami pergatia adalah pahat (cuttig tool). Pegguaa baha mata pahat yag tidak tepat aka meyebabka umur pahat mejadi lebih sigkat. Hal ii aka mempegaruhi dalam proses-proses produksi karea mata pahat aka serig digati da biaya pemesia mejadi lebih tiggi. Umur pahat sagat dipegaruhi oleh keausa yag terjadi pada permukaa gesek pahat da beda kerja [3]. Pahat aka megalami keausa setelah diguaka utuk pemotoga, semaki besar keausa pahat maka kodisi pahat aka semaki kritis. Jika pahat terus diguaka maka keausa pahat aka semaki cepat da meyebabka ujug pahat aka rusak, kerusaka yag fatal tidak boleh terjadi pada pahat sebab gaya pemotoga yag besar aka merusak pahat bor, mesi perkakas serta 29

Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 beda kerja da dapat membahayaka operator serta berpegaruh besar pada tolerasi geometri da kualitas permukaa produk [4]. Utuk dapat megoptimalka mesi dalam arti seefektif mugki, maka diperluka suatu pemeriksaa da kalkulasi. Pemeriksaa da kalkulasi disii meliputi : Pemeriksaa da kalkulasi bagia-bagia mesi secara meyeluruh tetag kodisi, fugsi da kualitas dari bagia-bagia tersebut. Dari hasil pemeriksaa da kalkulasi dapat diketahui apakah kodisi, fugsi, da kualitas mesi masih releva atau tidak dega perkembaga tekologi saat ii. Selai itu utuk megoptimalka hasil pegebora maka diperluka parameterparameter pegebora yag sesuai. Sehigga bisa diperoleh hasil yag maksimal seperti waktu pegebora yag tidak terlalu lama da kodisi mata bor bisa dijaga agar tidak megalami patah. METODE PENELITIAN Alat da Baha Peelitia Adapu alat-alat da baha yag diguaka didalam peelitia ii adalah: besi plat ASTM A111 dega pajag material 35 cm da lebar 1 cm dega ketebala 1 mm. Sedagka mata bor High Speed Steels (HSS) merupaka padua dari,75%-1,5% Carbo (C), 4%-4,5% Chromium (Cr), 1%- 2% Tugste (W) da Molybdeum (Mo), 5% lebih Vaadium (V), da Cobalt (Co) lebih dari 12%. Diameter mata bor yag diguaka pada peelitia ii adalah 9 mm. Beberapa alat yag diguaka adalah mesi bor duduk, stopwatch, jagka sorog, mikroskop da miyak goreg sebagai pelumas. Parameter yag diguaka dalam peelitia ii ada dua yaitu kecepata putara () da gerak pemakaa (. Variasiya yag diguaka adalah kecepata putara (443, 635 da 97 ) da gerak maka (,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24. Metode pegukura keausa tepi Alat yag diguaka utuk megukur keausa tepi pahat adalah microskop pocket measurig micro. Dalam hal ii besarya keausa tepi dapat diketahui dega megukur pajag VB (mm), yaitu jarak atara mata potog sebelum terjadi keausa sampai ke garis rata-rata bekas keausa pada bidag, pegukura aus dilakuka sebayak 3 kali agar memperoleh hasil pegukura yag lebih akurat da memiimalisir ilai kesalaha. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada peelitia pegaruh gerak maka da kecepata putara terhadap laju aus pahat HSS pada pegebora baja ASTM A111 megguaka pelumas miyak goreg ii dilakuka dega megguaka dua parameter yag berbeda yaki kecepata putara da gerak maka, da masig-masig parameter memiliki tiga variasi yag berbeda. Utuk kecepata putara yaitu 443, 635, 79 da variasi gerak maka yag diguaka adalah,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24 mm/rev. Dalam peelitia ii pelumas yag diguaka adalah miyak goreg dega cara caira pelumas disemprotka pada mata bor secara terus meerus. Pemiliha pelumas miyak goreg dikareaka miyak goreg mampu membuag geram, mecegah korosi, harga relatif lebih murah, ama terhadap ligkuga serta ama bagi kesehata, sehigga peelitia dilakuka sebayak 9 kali percobaa. Pegu jia Tabel 1. Data Hasil Pegujia Kecep ata Putara () 1. 443 2. 443 3. 443 4. 635 5. 635 6. 635 7. 97 8. 97 9. 97 Gerak maka (mm/r ev) Diam eter mata bor (mm) Keau sa (VB) Um ur paha t (me it),1 9 mm,3 4,6 5,18 9 mm,3 1,94,24 9 mm,3,83,1 9 mm,3 2,7,18 9 mm,3 1,1,24 9 mm,3,47,1 9 mm,3 1,13,18 9 mm,3,52,24 9 mm,3,19 Berdasarka hasil pegujia yag disajika pada Tabel 1. dapat diamati bahwa tigkat keausa pahat bor megalami peigkata seirig meigkatya kecepata putara da gerak maka. jika gerak maka yag diguaka adalah,1 mm.rev, maka lama waktu pemesia adalah 4,65 meit, 3

Keausa (mm) Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 2,7 meit da 1,13 meit. Sedagka jika gerak maka yag diguaka adalah,18 mm/rev, maka lama waktu pemesia adalah 1,94 meit, 1,1 meit da,52 meit. Utuk gerak maka,24 mm/rev, maka lama waktu pemesia adalah,83 meit,,47 meit da,19 meit. Pada Tabel diatas dapat diamati bahwa pada gerak maka yag sama umur pahat semaki cepat aus seirig dega keaika kecepata putara. Hal ii dikareaka pada semua operasi logam, eergi yag dihasilka dalam operasi pegebora diubah mejadi paas, yag maa pada akhirya aka meaika temperatur pada daerah pegebora tersebut. Apabila kecepata diaika maka secara otomatis paas yag dihasilka meigkat secara teratur [5].. Hampir semua eergi pegebora diubah mejadi eergi paas/laju paas yag ditujuka oleh daya pegebora melalui proses geseka atara geram dega pahat serta atara pahat dega beda kerja. Semaki tiggi kecepata putara utama mesi bor maka semaki besar presetasi paas yag terbawa oleh geram. Jadi dega kecepata putara yag berbeda da besarya gerak maka yag berbeda, maka keausa yag didapat juga bertambah sehigga aka mempegaruhi jumlah lubag yag dihasilka. A. Pegaruh Pemakaa Terhadap Tigkat Keausa Pada bagia ii aka dibahas bagaimaa pegaruh variasi kecepata putara terhadap umur pahat dilakuka dega cara megukur keausa utuk setiap variasi kecepata putara. Peigkata keausa pahat dapat dilihat secara visual dega grafik keausa terhadap waktu. Utuk melihat pegaruh gerak maka, maka grafik yag dibuat dega kecepata putara yag sama. Gerak maka yag diguaka pada peelitia adalah,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24 mm/rev. Pada hasil uji percobaa yag pertama diperoleh utuk gerak maka yag terkecil,1 mm/rev, bahwa tigkat keausaaya lama dibadigka yag laiya yaki 4,65 meit. Pada awal pegebora tigkat keausa sagat kecil tapi lama kelamaa keausaya mejadi besar hal ii dikareaka geram keluar tidak sempura. Pegujia yag kedua yaki dega memperbesar gerak maka higga mejadi,18 mm/rev keausaya sebesar,3 mm da waktu yag dipakai selama 1,94 meit. Pada percobaa yag kedua ii keausa terbesar pada umur pahat 1,5 meit dega keausa,2 mm. Da utuk pegujia yag ketiga megguaka gerak maka,24mm/rev keausaya sagat cepat dibadigka percobaa yag sebelumya yaki,3 mm waktuya haya,83 meit. Hasil peroleha presetasi umur pahat utuk pemakaa,24 mm/rev ke,1 mm/rev 19,48 % berbeda dari,18 mm/rev ke,1 mm/rev yaki 41,78 %, ii meujuka bahwa semaki besar gerak maka maka semaki umur pahat semaki berkurag begitu juga sebalikya. Hal ii dapat disimpulka bahwa meigkatya gerak maka maka semaki cepat pula waktu utuk mecapai batas tigkat keausa VB,3 mm. utuk lebih jelasya dapat dilihat pada gambar dibawah ii :.35.3.25.2.15.1.5 2 4 6 f=(,1mm/re v) f=(,18 f= (,24 Gambar 1. Grafik pegaruh gerak maka terhadap tigkat keausa pahat pada kecepata putara 443 Pada percobaa selajutya dega kecepata putara () 635 dega variasi gerak maka,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24 mm/rev, terlihat utuk gerak maka,1 mm/rev keausa yag dihasilka,3 mm, waktuya yaki selama 2,7 meit. Utuk gerak maka,18 mm/rev waktuya 1,1 meit da keausaya sebesar,3 mm. Sedagka utuk gerak maka,24 mm/rev keausa yag terjadi,3 mm dega waktu yag sagat sigkat yaki,47 meit. Perbadiga persetase umur pahat pada Gambar Grafik 12 dari,24 mm/rev ke,1 mm rev dega gerak maka,18 mm/rev ke,1 mm/rev adalah 22,7 % : 48,79 %. Perbedaaya sekitar 26,9 % utuk keduaya, perbedaa meuruya umur pahat terlihat sagat siigfika ketika keausa umur pahat mecapai,15 mm. 31

keausa (mm) keausa (mm) keausa (mm) Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214.35.3.25.2.15.1.5 Gambar 2. Grafik pegaruh gerak maka terhadap tigkat keausa pahat pada kecepata putara 635 Percobaa yag ketiga yaki dega meambah kecepata putara mejadi 97 tetapi yag divariasika adalah gerak maka yaki,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24 mm/rev sehigga dihasilka grafik seperti Gambar 3. Pada gerak maka,1 mm/rev da,18 mm/rev gambar grafik berliku-liku sedagka utuk gerak maka,24 mm/rev keausa meigkat cepat ii dikareaka kecepata putara yag tiggi serta gerak maka yag besar aka meyebabka aikya temperatur pemotoga..35.3.25.2.15.1.5 1 2 3 f= (,1 f= (,18 f= (,24.5 1 1.5 f= (,1 f= (,18 f= (,24 Gambar 3. Grafik pegaruh gerak maka terhadap tigkat keausa pahat pada kecepata putara 97 Dari ketiga gambar grafik diatas terlihat jelas utuk gerak maka,1 mm/rev umur pahat sagat lama dibadigka gerak maka,18 mm/rev da,24 mm/rev. Hal ii dikareaka semaki kecil gerak maka maka keausa yag terjadi pada mata bor semaki lama. Pada gerak maka tertetu dimulai dari kecepata putara redah, temperatur mecapai hasil yag besar, kemudia membesar da terus membesar seirig aikya kecepata putara [6]. Utuk gerak maka,24 mm/rev keausa mata bor segat cepat, hal ii dikareaka gaya yag dibutuhka besar sehigga temperatur mejadi aik. Pegaruh kecepata putara terhadap tigkat keausa Utuk megetahui pegaruh kecepata putara, maka grafik yag dibuat dega gerak maka yag sama. Kecepata putara yag diguaka pada peelitia adalah 443, 635 da 97. Sehigga data hasil pegujia yag telah dilakuka utuk megetahui keausa tepi pahat (VB ) da umur pahat ( T ) ditampilka pada gambar grafik berikut ii. Pegujia selajutya yaitu dega memvariasika kecepata putara yag diguaka sebesar 443, 635, da 97. sedagka gerak maka yag diguaka yaitu,1 mm/rev sehigga didapat data perbadiga persetase umur pahat dari 97 ke 635. Selajutya 635 ke 443 adalah 54,58 % - 48,59 % sedagka perbadiga persetase umur pahat dari 443 s/d 97, 443 s/d 635 yaki sebesar 26,52 % : 48,59 %. Utuk lebih jelasya dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ii..35.3.25.2.15.1.5 2 4 6 = 443 = 635 = 97 Gambar 4. Grafik pegaruh kecepata putara terhadap tigkat keausa pada gerak maka,1 mm/rev Selajutya utuk meggetahui pegaruh kecepata terhadap tigkat keausa pada gerak maka yaki dega merubah gerak maka dari,1 mm/rev mejadi,18 mm/rev. Dari data yag didapat pada peelitia dapat diketahui gerak pemakaa,18 mm/rev pada pegujia kecepata 32

keausa (mm) keausa (mm) Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 putara 443 keausa yag diperoleh sebesar,3 mm dega waktu pemakaia selama 1,94 meit. Utuk Kecepata putara 635 keausa yag didapat,3 mm tetapi waktu keausaya lebih cepat yaki selama 1,1 meit terlihat pada gambar 5. Da utu kecepata putara 97 keausa yag terlihat sebesar,3 mm da waktu keausa yag terjadi pada pahat semaki cepat pula yaki haya,52 meit. Pada Grafik kecepata putara 97 sagat berdekata dekat dega kecepata putara 635. Hal ii terjadi karea jarak perbadiga umur pahat juga sagat sigifika yaki sebesar 29,21% pada kecepata putara 443 s/d 635 utuk kecepata putara 443 s/d 97 56,74% sedagka utuk kecepata putara 635 s/d 97 sebesar 51,48%. Hal ii meujuka bahwa meigkatya kecepata putara mempegaruhi umur pahat serta lubag yag dihasilka..35.3.25.2.15.1.5 1 2 3 = 443 = 635 = 97 Gambar 5. Grafik pegaruh kecepata putara terhadap tigkat keausa pada gerak maka,18 mm/rev Utuk pegaruh kecepata putara pada gerak maka,24 dapat dilihat Gambar 6. dimaa semaki besar kecepata putara maka semaki cepat pula keausa yag terjadi. Ii dapat lihat pada putara 443 dega gerak pemakaa,24 mm/rev waktuya,83 meit keausa yag dapat lihat sebesar,3 mm. Utuk kecepata putara 635 keausa lebih cepat yaki selama,47 meit, keausa yag terlihat,3 mm. Pada kecepata putara 97 teyata waktu keausaya lebih cepat yaki,19 meit keausaya,3 mm. perbadiga persetasi jarak dari data kecepata putar 97, 635, 443 hampir sama yaki sekitar 4,42 %, 56,62 % da utuk kecepata putar 97 ke 443 adalah 22,89 %..4.3.2.1 Gambar 6. Grafik pegaruh kecepata putara terhadap tigkat keausa pada gerak maka,24 mm/rev Dari grafik dapat disimpulka semaki kecil kecepata putara yag diguaka maka semaki lama keausa pahat yag terjadi sehigga berpegaruh terhadap umur pahat. Meurut [7] berdasarka grafik umur pahat yag ditujuka gambar, terlihat bahwa dega meigkatya kecepata putara () maka keausa pahat aka meigkat, umur pahat aka meuru. Jadi semaki ladai grafik hasil pegujia maka umur pahat aka semaki pajag, begitu juga sebalikya semaki tajam hasil pegujia maka umur pahat aka semaki pedek. Aalisa varia (ANOVA) Two ways utuk keausa mata pahat Aalisa varia ii diguaka Utuk membadigka keausa tepi pahat akibat adaya variasi kecepata putara da gerak maka serta kemugkia adaya pegaruh faktor lai terhadap ilai keausa pahat HSS maka dilakuka aalisa megguaka Aova two ways. Tabel 2. Data kecepata putara, gerak maka da keusa aova two way Kecepata Putara ().5 1 Gerak maka ( = 443 = 635 = 97 Umur pahat (meit) 443,1 4,65 443,18 1,94 443,24,83 635,1 2,7 635,18 1,1 635,24,47 97,1 1,13 97,18,52 97,24,19 33

Mea Mea Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 Pada Tabel 2. digambarka data yag aka di aalisa megguaka Aova two ways. Hal ii bertujua utuk melihat bagaimaa pegaruh kecepat putara da gerak maka terhadap ilai keusa mata pahat. Selai hal itu juga utuk megetahui bagaimaa iterkasi aatara kecepata putara da gerak maka dalam mempegaruhi ilai keusa mata pahat. VB berpera sebagai data respose sedagka kecepata putara da gerak maka sebagai data primer. 2.5 2. 1.5 1..5.1 Mai Effects Plot for t Data Meas f.18.24 443 635 97 Tabel 3. Two-way ANOVA: VB versus Kecepata putara ; Gerak maka Source Gerak maka Kecepa ta putara D F 2 5,74 14 2 4,29 62 Error 4 1,44 28 Total 8 11,4 84 SS MS F P 2,877 2 2,148 8,367 7,96,4 5,96,6 3 S =.66 R-Sq = 87.43% R-Sq(adj) = 74.86% 5, 1 % 37, 42 2 % 12, 56 8 % Pada Tabel 3. di atas adalah tampila pegolaha data pada tabel 16 megguaka program Aova two ways. Jika ilai P<,5 maka berarti faktor kecepata da gerak maka adalah faktor yag mempegaruhi ilai keusa mata pahat da tidak ada faktor laiya. Utuk ilai P >,5 maka berarti kecepata da gerak maka tidak berpegaruh terhadap keusa mata pahat atau pegaruhya sagat kecil. Dalam peelitia ii ilai gerak maka dega ilai P,4 % da utuk ilai P,63 % yag didapat utuk kecepata putara lebih dari,5. Da ilai F palig besar dari kedua faktor yag di uji yaitu F utuk gerak maka 7,96 sedagka utuk F kecepata putara 5,96. Hal ii meadaka faktor yag domia dalam memegaruhi keusa mata pahat adalah gerak maka. Hal ii dapat diperkuat dega grafik yag aka ditampilka dibawah. Gambar 7. Pegaruh gerak maka da kecepata putara terhadap keusa mata pahat. Pada Gambar 7. dapat kita amati bahwa gerak maka berpegaruh sigifika dalam hal meuruka keusa mata pahat. Pada grafik ii juga dapat kita amati yag meggambarka bahwa umur mata pahat megalami peurua pada gerak maka,1 mm/rev,,18 mm/rev da,24 mm/rev. Pada grafik juga dapat kita amati bahwa kecepata putara berpera dalam meuruka umur mata pahat tetapi tidak sesigifika dari gerak maka. Hal itu dapat kita lihat pada grafik yag meggambarka peurua umur mata pahat pada saat kecepata putara 443, kecepata putara 635 da kecepata putara 97. Pada peelitia ii terjadi aova dua arah tapa iteraksi utuk lebih jelasya dapat dilihat pada gambar 8 4 3 2 1.1 Iteractio Plot for t Data Meas.18 f Gambar 8. Aova Dua Arah Tapa Iteraksi Atara Gerak Maka Dega Kecepata Putara Pada Gambar 8. adalah grafik yag meggambarka aova dua arah tapa iteraksi atara gerak maka dega kecepata putara dalam mempegaruhi umur mata pahat, karea aova dua arah dega iteraksi adalah uji rata-rata lebih dari 2 faktor da ditadai dega adaya replikasi (perulaga) sehigga dapat diuji pula iteraksi atara kedua faktorya sedagka.24 443 635 97 34

Jural Mechaical, Volume 5, Nomor 2, September 214 dalam peelitia ii yag didapat uji rata-rata lebih dari 2 populasi dega 2 faktor yag mempegaruhi.. Dimaa aova 2 arah tapa iteraksi berarti hipotesis yag aka diuji adalah bahwa tidak ada perbedaa k mea (k >2) pada perlakua pertama; tidak ada perbedaa k mea (k > 2) pada perlakua kedua; da tidak ada efek iteraksi atara perlakua pertama da kedua ( Riski, 21) 8. KESIMPULAN Setelah dilakuka pegujia kecepata putara da gerak maka pada pegebora baja ASTM A 111, maka dapat disimpulka sebagai berikut : 1. Secara umum aus mata pahat bor semaki meigkat apabila gerak maka ditigkatka hal ii disebabka karea semaki tiggi gerak maka maka semaki tiggi pula suhu yag dihasilka 2. Dari hasil pegolaha data megguaka ANOVA faktor yag domia dalam mempegaruhi keusa mata bor adalah gerak maka, hal itu ditujuka pada hasil pegolaha data megguaka miitab dega ilai P <,5 yaki sebesar P,4 sedagka utuk kecepata putara P,63 da kotribusi masig-masig faktor ( ) utuk gerak maka sebesar 5,1%, utuk kecepata putara sebesar 37,42% DAFTAR PUSTAKA [1] Hegki Iata, 21, Pegukura Temperatur Mata Pisau (Cuttig Edge) Pahat Pada ProsesDrillig Baja Karbo AISI 145 Dega Metode Embedded Thermocouple, Fakultas Tekik Jurusa Tekik Mesi Uiversitas lampug. Badar lampug. [2] Joko Waluyo, 25, Pegaruh Putara Spidel Utama Mesi Bor Terhadap Keausa Pahat Da Parameter Pegebora Pada Proses Pegebora Dega Baha Baja Jural Mechaical Tekik Mesi UNILA. [3] Kalpakjia da Rehmid, 21, Maufacturig Egieerig ad Tekologi, Iteratioal Editio. ( Price Hall, USA ) [4] Makmur, 21, Aalisa Pegaruh Kecepata Potog Proses Pembubuta Baja Amutit K 46 Terhadap Umur Pahat HSS. [5] Rahdiyata Dwi, 21, Proses Gurdi (Drillig) Jurusa Pedidika Tekik Mesi Fakultas Tekik Uiversitas Negeri Yogyakarta. [6] Redy Chadhika, 21, Prediksi Temperatur Pahat Pada Proses Peggurdia (Drillig) Baja AISI 145 Dega Megguaka Metode Simulasi Berbasis Metode Eleme Higga. Fakultas Tekik Jurusa Tekik Mesi Uiversitas Lampug. Badar Lampug. [7] Riskiayu, 21, Aova Dua Arah Tapa Iteraksi. Mahasiswa Uiversitas Mulawarma Samarida. Samarida. 35