ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

T 23 Center Manifold Dari Sistem Persamaan Diferensial Biasa Nonlinear Yang Titik Ekuilibriumnya Mengalami Bifurkasi Contoh Kasus Untuk Bifurkasi Hopf

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey

BIFURKASI SADDLE-NODE PADA SISTEM INTERAKSI NONLINEAR SEPASANG OSILATOR TANPA PERTURBASI

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

BIFURKASI HOPF DALAM MODEL EPIDEMI DENGAN WAKTU TUNDAAN DISKRET

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

EULER. Jurnal Matematika, Pendidikan Matematika, Sains dan Teknologi. Pemimpin Redaksi Franky Alfrits Oroh, Universitas Negeri Gorontalo (UNG)

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

PENGARUH PEMANENAN TERHADAP MODEL VERHULST DENGAN EFEK ALLEE

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

BIFURKASI PITCHFORK SUPERKRITIKAL PADA SISTEM FLUTTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Harjanto, E. 1 dan Tuwankotta, J. M. 2

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

BIFURKASI HOPF PADA MODEL SILKUS BISNIS KALDOR-KALECKI TANPA WAKTU TUNDA

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

KESTABILAN TITIK EQUILIBRIUM MODEL SIR (SUSPECTIBLE, INFECTED, RECOVERED) PENYAKIT FATAL DENGAN MIGRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

UNNES Journal of Mathematics

Eksistensi dan Kestabilan Model SIR dengan Nonlinear Insidence Rate

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

BIFURKASI DARI HASIL MODIFIKASI SISTEM PERSAMAAN LORENZ

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

MODEL SEIR PENYAKIT CAMPAK DENGAN VAKSINASI DAN MIGRASI

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

Kestabilan Model SIRS dengan Pertumbuhan Logistik dan Non-monotone Incidence Rate

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

Analisa Perluasan Model Rosenzweig-MacArthur dengan menggunakan Perturbasi Singular

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

BAB II LANDASAN TEORI. pada bab pembahasan. Materi-materi yang akan dibahas yaitu pemodelan

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

MODEL NON LINEAR PENYAKIT DIABETES. Aminah Ekawati 1 dan Lina Aryati 2 ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

Dinamik Model Epidemi SIRS dengan Laju Kematian Beragam

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING II DAN WAKTU TUNDA

BIFURKASI HOPF PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA DAN TINGKAT PEMANENAN KONSTAN LOLA OKTASARI

PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN DALAM MODEL MANGSA PEMANGSA BEDDINGTON DEANGELIS

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

ANALISA KESEIMBANGAN INTERAKSI POPULASI TERUMBU KARANG, SIPUT DRUPELLA DAN PREDATORNYA MELALUI PHASE PORTRAIT

Agus Suryanto dan Isnani Darti

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

BAB IV ANALISIS DINAMIK MODEL SUBTHALAMIK NUKLEUS. Pada model matematika yang dibangun di Bab III, diperoleh 5 persamaan diferensial,

Modifikasi Kontrol untuk Sistem Tak Linier Input Tunggal-Output Tunggal

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

Kestabilan Titik Ekuilibrium Model SIS dengan Pertumbuhan Logistik dan Migrasi

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MODEL PELATIHAN ULANG (RETRAINING) PEKERJA PADA SUATU PERUSAHAAN BERDASARKAN PENILAIAN REKAN KERJA

STABILITAS GLOBAL MODEL HOLLING-TANNER TIPE II LAZUARDI RAMADHAN

Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.501 MODEL MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI MANUSIA

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS. Dian Permana Putri, 2 Herri Sulaiman 1,2

ANALISIS KESTABILAN MODEL DINAMIKA PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sistem Tiga-massa yang Tereksitasi Secara Parametrik

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Bifurkasi (3 SKS)

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN RESPON FUNGSIONAL TAK MONOTON RIDWAN IDHAM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR KAJIAN SKEMA BEDA HINGGA TAK-STANDAR DARI TIPE PREDICTOR-CORRECTOR UNTUK MODEL EPIDEMIK SIR

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

Analisis Kestabilan Global Model Epidemik SIRS menggunakan Fungsi Lyapunov

BENTUK NORMAL BIFURKASI HOPF PADA SISTEM UMUM DUA DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

Transkripsi:

Jurnal Euler, ISSN: 2087-9393 Januari 2014, Vol.2, No.1, Hal.1-12 ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR Hasan S. Panigoro 1 Diterima: 12 November 2013, Disetujui: 29 Desember 2013 Abstrak Paper ini mempelajari sistem Predator-Prey model Leslie-Gower dengan pemanenan terhadap Predator. Diasumsikan Predator dipanen dengan jumlah konstan. Tujuan utama dalam paper ini adalah memperlihatkan pengaruh dari pemanenan Predator terhadap dinamik dari sistem. Diperlihatkan bahwa sistem memiliki paling banyak dua titik ekuilibrium yang memberikan dinamik berbeda disekitar titik ekuilibrium tersebut ketika pemanenannya divariasikan. Dengan menetapkan pemanenan sebagai parameter yang divariasikan, juga diperlihatkan terjadi bifurkasi Hopf pada sistem. Kata kunci: Bifurkasi, Leslie-Gower, Pemanenan, Predator-Prey Abstract In this paper, Leslie-Gower Predator-Prey system with predator harvesting is studied. It assume that the predator is continuosly being harvested at constant rate. The main purpose of this paper is to show the effect of harvesting to the dynamic of system. Its shown that the system has at most two equilibrium point and give the different stability of equilibrium when harvesting is variated. By regarding the predator harvesting as bifurcation parameter, the existence of hopf bifurcation is shown. Keywords: Bifurcation, Leslie-Gower, Harvesting, Predator-Prey 1 Pendahuluan The study of the dynamics of Predator-Prey System is one of dominant subjects in ecology and mathematical ecology due to its universal existence and importence [8]. Sistem predator-prey adalah suatu model yang sudah lama dipelajari karena berhubungan langsung dengan alam dan eksistensi mahluk yang ada didalamnya. Model ini sangat popular sehingga banyak peneliti yang kemudian mempelajari, mengembangkan dan memodifikasi model dengan tujuan agar bersesuaian dengan kondisi sebenarnya di alam. Model ini membahas tentang dua spesies yang saling berinteraksi, dimana salah satu darinya memangsa yang lainnya dengan tujuan untuk bertahan hidup. Dalam paper ini dipelajari tentang salah 1 Jurusan Matematika, Universitas Negeri Gorontalo, Jln. Jend. Sudirman, No.6, kota Gorontalo. Telp.0435-821752, Fax.0435-827213 email : hspanigoro@ung.ac.id

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) satu model predator-prey yang dikenal dengan kelas semi-ratio-dependent dengan fungsi respon. Model tersebut yaitu: ẋ = rx ( ) 1 x K p(x)y ẏ = sy ( ) (1) 1 ny x dimana x(t) > 0, y(t) 0 sepanjang t 0, dan r, s, K, n bilangan real positif. Variabel x menyatakan populasi dari prey dan variabel y menyatakan populasi dari predator. Pada sistem (1) diasumsikan besaran prey tumbuh secara logistik dengan daya tampung K dan pertumbuhan intrinsik r dengan adanya y sebagai predator. Predator memangsa prey dengan fungsi respon p(x) yang juga tumbuh secara logistik dengan pertumbuhan intrinsik s dan daya tampung bergantung secara proposional terhadap jumlah prey. Parameter n adalah angka yang menyatakan besaran prey yang dibutuhkan untuk mendukung eksistensi bagi satu predator [1]. Dalam paper ini, fungsi respon yang digunakan adalah fungsi respon Holling Tipe-I yang dituliskan: p(x) = mx. (2) Sistem (1) dengan fungsi respon (2) dikenal dengan sistem predator-prey model Leslie- Gower [4] yang dituliskan: ẋ = rx ( ) 1 x K mxy ẏ = sy ( ) (3) 1 ny x dengan m adalah nilai maksimum dimana tingkat penurunan per kapita dari mangsa dapat tercapai. Dalam suatu lingkungan ataupun suatu ekosistem yang memperlihatkan adanya hubungan antara predator dan prey, peran serta manusia dalam eksistensi predator dan prey tidak dapat dipisahkan. ikan di lingkungannya. terhadap hiu. Misalkan model mangsa dan pemangsa antara Hiu dan suatu spesies Dalam sistem tersebut, ternyata manusia melakukan perburuan Dalam beberapa kondisi peranan manusia terhadap sistem (3) dapat terjadi baik terhadap predator maupun terhadap prey. Oleh karena itu, paper ini membahas sistem predator-prey model Leslie-Gower (3) dengan menambahkan parameter perburuan (pemanenan) secara konstan. Sistem tersebut dapat dituliskan: ẋ = rx ( ) 1 x K mxy hx ẏ = sy ( ) (4) 1 ny x hy dimana h x dan h y masing-masing menunjukkan adanya pemanenan secara konstan terhadap prey dan predator. Pada saat tidak terjadi pemanenan baik terhadap predator maupun prey (h x = h y = 0), sistem berbentuk (4). Dalam Hsu & Huang [1] ditunjukkan bahwa sistem (4) memiliki titik ekuilibrium tunggal dengan dinamiknya bersifat stabil asimtotik secara global. Pada saat pemanenan secara konstan terjadi pada prey dan tidak terjadi pemanenan 2 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12

Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ISSN: 2087-9393 terhadap predator (h y = 0), maka sistem menjadi: ẋ = rx ( ) 1 x K mxy hx ẏ = sy ( ) (5) 1 ny x Zhu & Lan [9] memperlihatkan bahwa terjadi bifurkasi saddle-node, bifurkasi hopf superkritikal, bifurkasi hopf subkritikal, dan bifurkasi Bogdanov-Takens pada sistem (5). Pada saat pemanenan secara konstan terjadi pada predator (h x = 0), maka sistem menjadi: Sistem inilah yang akan dibahas pada paper ini. ẋ = rx ( ) 1 x K mxy ẏ = sy ( ) (6) 1 ny x hy 2 Metode Penelitian Dalam menganalisa sistem ini, ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu: Melakukan simplifikasi terhadap sistem apabila memungkinkan. Tujuan dari simplifikasi adalah mereduksi sistem sehingga sistem lebih sederhana yang tentunya tetap mempertahankan dinamik dari sistem awal secara kualitatif. Mengidentifikasi titik ekuilibrium pada sistem. Mulai Sistem Awal Simplifikasi Sistem Analisis Titik Ekuilibrium Analisis Bifurkasi Simulasi dan Interpretasi Selesai Gambar 1: Diagram Alir Penelitian Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12 3

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) Mengidentifikasi kestabilan lokal disekitar titik ekuilibrium dari sistem. Tahap ini dilakukan secara numerik dengan bantuan Matcont (suatu toolbox yang berjalan pada MATLAB). Mengidentifikasi terjadinya bifurkasi satu parameter pada sistem dengan mengkontinuasi satu titik ekulibrium sistem. Seluruh proses yang dilakukan pada tahapan diatas dengan memperhatikan pengaruh pemanenan pada sistem terhadap analisis yang dilakukan. Hal ini berarti melihat pengaruh parameter h y terhadap kestabilan titik ekulibrium, dan bifurkasi yang mungkin terjadi jika parameter tersebut divariasikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram alir pada gambar (1). 3 Hasil dan Pembahasan 3.1 Simplifikasi Sistem Untuk simplifikasi sistem (6), dilakukan penskalaan. Penskalaan yang dilakukan yaitu penskalaan variabel bebas waktu (t), dan variabel terikat yaitu prey (x) dan predator (y). Penskalaan yang dilakukan yaitu: (t, x, y) (rt, 1K x, mr ) y (7) Penskalaan (7) terhadap sistem (6) mengakibatkan sistem tereduksi menjadi: dimana: ẋ = x(1 x y) ẏ = αy β y2 h (8) x α = s r, β = sn mk, h = mhy r 2. Berdasarkan kondisi biologis (bahwa tidak ada populasi negatif), maka diasumsikan bahwa yang dipelajari adalah kuadran pertama R 2 + := {(x, y) x > 0, y 0, x, y R} dari sistem. Dengan mudah dapat kita pastikan bahwa titik asal (0, 0) bukan merupakan titik ekulibrium. 3.2 Titik Ekuilibrium dan Kestabilannya Langkah termudah dalam mempelajari dinamik dari suatu sistem persamaan diferensial yaitu dengan mengidentifikasi titik ekuilibrium yang dilanjutkan dengan analisis dinamik disekitar titik ekuilibrium tersebut. Titik ekuilibrium sistem (8) didapatkan dari persamaan berikut: 1 x y = 0 αy β y2 h = 0 (9) x Solusi persamaan (8) ada di R 2 + jika x = 1 y, 0 < x 1 dan h a < y < 1. Persamaan 4 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12

Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ISSN: 2087-9393 ini memiliki paling banyak dua titik ekuilibrium positif yaitu: ( α+2β h D(h) E 1 :=, α+h+ ) D(h) 2(α+β) 2(α+β) ( α+2β h+ D(h) E 2 :=, α+h ) (10) D(h) 2(α+β) 2(α+β) dimana D(h) = h 2 2(α + 2β)h + α 2. Untuk memfasilitasi dalam menganalisa titik ekuilibrium, didefinisikan: D(h) := (h h 1)(h h 2) dimana: h 1 := α + 2β 2 αβ + β 2, h 2 := α + 2β + 2 αβ + β 2, dengan h 1 dan h 2 bilangan konstan positif. Perhatikan diagram berikut: (11) Gambar 2: Diagram titik ekuilibrium Perhatikan bahwa: a. Jika 0 < h < h 1 maka D(h) > 0, sehingga ada dua titik ekuilibrium di R 2 +. b. Jika h = h 1, maka D(h) = 0 sehingga ada satu titik ekuilibrium di R 2 +. c. Jika h > h 1 maka D(h) < 0 sehingga tidak ada titik ekuilibrium di R 2 +. Gambar (3) memperlihatkan bahwa seluruh solusi akan bergerak mendekati sumbu-x, yang berarti predator akan mengalami kepunahan. Perhatikan juga bahwa ketika h h 2 mengakibatkan titik ekuilibrium yang muncul tidak berada di R 2 +. Gambar 3: Potret Fase pada saat h > h 1, tidak ada titik ekuilibrium di R 2 + Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12 5

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) Selanjutnya untuk mempelajari kestabilan titik ekuilibrium dari sistem (6), dilakukan pelinearan terhadap sistem (6) yang memberikan matriks jacobian: [ ȳ 1 ȳ 1 βȳ 2 (ȳ 1) 2 (α+2β)ȳ α ȳ 1 dengan (1 ȳ, ȳ) adalah titik ekuilibrium. Kestabilan titik ekuilibrium didapatkan dengan melihat nilai eigen dari (12) yaitu: λ 1,2 := 1 2 ( tr(j) ± ) tr(j) 2 4 det(j) ] (12) (13) dimana: tr(j) = ȳ2 +(α+2β 2)ȳ+(1 α) ȳ 1 det(j) = αȳ2 2(α+β)ȳ+α ȳ 1. (14) Titik ekuilibrium Tunggal pada saat h = h 1 Pada saat h = h 1 mengakibatkan hanya ada satu titik ekuilibrium di R 2 +. Jika h = h 1 maka D(h) = 0 sehingga: β = (α h)2. (15) 4β Dengan demikian titik ekuilibrium menjadi: ( ) α h E := α + h, 2h. (16) α + h Titik ekuilibrium ini memberikan: tr(j) = (h2 +h) ()α α+h dt(j) = 0 (17) sehingga λ 1 = 0 dan λ 2 = tr(j). Teorema 3.1. Jika h = h 1, maka titik ekuilibrium dari sistem (8) tunggal dan tidak ada orbit tertutup (limit cycle) di R 2 +. Bukti 3.1. Ketunggalan dari titik ekuilibrium pada saat h = h 1 sangat jelas karena kondisi ini mengakibatkan D(h) = 0 sehingga E 1 = E 2 = E (16). Selanjutnya andaikan ada orbit tertutup di R 2 + maka harus ada titik ekuilibrium tunggal. Karena titik ekuilibrium (16) cusp atau saddle (lihat teorema (3.2)), maka tidak mungkin ada orbit tertutup tersebut. Teorema 3.2. Jika h = h 1, maka ada tiga kasus titik ekuilibrium (16) yaitu: a. Jika α = h2 +h maka titik ekuilibrium (16) merupakan titik saddle dan bersifat at- b. Jika α > h2 +h tracting. maka titik ekuilibrium (16) merupakan titik saddle dan bersifat re- c. Jika α < h2 +h pelling. maka titik ekuilibrium (16) merupakan titik cusp. 6 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12

Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ISSN: 2087-9393 Bukti 3.2. Lihat J Huang & y. Gong [2]. Perhatikan gambar (4), (5), (6). Pada gambar (4) diperlihatkan bahwa titik ekuilibrium (16) merupakan titik cusp. Solusi cenderung menjauhi titik ekuilibrium, namun ada solusi yang akan terus mendekati titik ekuilibrium. Pada gambar (5) diperlihatkan solusi yang tidak stabil dimana semua solusi akan bergerak mendekati titik ekuilirbrium (16) yang pada t tertentu akan menjauhi titik ekuilibrium tersebut. Pada gambar (16) diperlihatkan bahwa seluruh solusi akan bergerak menjauhi titik ekuilibrium. Dapat dilihat pada simulasi potret fase dari ketiga gambar (4), (5), (6) bahwa titik ekuilibrium tunggal cenderung tidak stabil (kecuali untuk gambar (4)dimana ada kondisi solusi yang mendekati titik ekuilibrium) dan bergerak mendekati sumbu-x yang merepresentasikan kepunahan predator akibat pemanenan terhadapnya. Gambar 4: Potret fase pada saat α = h2 +h Gambar 5: Potret fase pada saat α > h2 +h Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12 7

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) Gambar 6: Potret fase pada saat α < h2 +h Titik Ekulibrium pada Saat 0 < h < h 1 Pada saat 0 < h < h 1, ada dua titik ekuilibrium di R 2 +. Kondisi ini mengakibatkan D(h) > 0 sehingga titik ekuilibrium adalah titik (9). J.Huang & Y. Gong [2] memperlihatkan kestabilan titik ekuilibrium E 2 dari (9) sebagai titik saddle dan kestabilan titik ekuilibrium E 1 dari (9) sebagai berikut: Teorema 3.3. Misalkan: h 3 = 1 (6β 4 4β2 + 3α 6αβ 2α 2 ( 1 + 2β + 2α) 8β + 4β 2 + 4αβ + α 2 ). a. Jika h > h 3 maka E 1 titik ekuilibrium tidak stabil (unstable node). (Gambar 7) b. Jika h = h 3 maka E 1 titik ekuilibrium tipe center (weak focus). (Gambar 8) c. Jika h < h 3 maka E 1 titik ekuilibrium stabil (stable node). (Gambar 9) Bukti 3.3. Lihat J. Huang & Y. Gong [2]. Gambar 7: Potret fase pada saat h > h 3 8 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12

Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ISSN: 2087-9393 Gambar (7) memperlihatkan bahwa pada kondisi h > h 3, titik ekuilibrium E 2 bertipe saddle, dan E 1 merupakan titik ekuilibrium tidak stabil. Gambar 8: Potret fase pada saat h = h 3 Gambar (8) memperlihatkan bahwa pada kondisi h = h 3, titik ekuilibrium E 2 bertipe saddle dan E 1 merupakan titik ekuilibrium tidak stabil tipe center. Gambar 9: Potret fase pada saat h < h 3 Gambar (9) memperlihatkan bahwa pada kondisi h < h 3, titik ekuilibrium E 2 bertipe saddle, dan E 1 merupakan titik ekuilibrium stabil. 4 Bifurkasi Saddle-Node Bifurkasi saddle-node merupakan tipe bifurkasi yang muncul dengan memvariasikan satu parameter, yang mengakibatkan dari tidak adanya titik ekuilibrium, muncul 2 titik Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12 9

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ekuilibrium. Kemunculan 2 titik ekuilibrium ini haris diawali dengan muncul 1 titik ekuilibrium terlebih dahulu dengan titik ekuilibrium tersebut bertipe saddle. Dari teorema (3.2), perhatikan bahwa jika α h2 +h, maka kita memiliki titik ekuilibrium tipe saddle. Perhatikan juga jumlah titik ekuilibrium berubah ketika parameter h melewati h 1. Bifurkasi saddle-node terjadi dimana dari tidak adanya titik ekuilibrium kemudian muncul satu titik tipe saddle dan pecah menjadi dua titik ekuilibrium. Dengan demikian h = h 1 merupakan titik bifurkasi saddle-node. Dengan demikian variasi parameter pemanenan h mengakibatkan terjadinya bifurkasi saddle-node dengan syarat α h2 +h. Bifurkasi saddle-node juga dapat di identifikasi secara numerik yang terlihat pada gambar (10). 5 Bifurkasi Hopf Perhatikan bahwa kondisi h = h 3 mengakibatkan titik ekuilibrium E 1 merupakan titik center, yang sebelumnya titik ekuilibrium tidak stabil dengan nilai eigennya merupakan nilai eigen kompleks. Dengan demikian ada peluang variasi parameter h akan mengakibatkan terciptanya solusi periodik yang merupakan salah satu ciri dari munculnya bifurkasi hopf. Untuk mempermudah identifikasi, bifurkasi hopf pada paper ini diidentifikasi secara numerik dengan menggunakan matcont yang merupakan toolbox pada MATLAB, yang kemudian disimulasikan dengan Maplesoft Maple 18. Ditetapkan nilai α = 3, 5 dan β = 1, 5. Pemilihan nilai ini disesuaikan pada kasus h = h 3. Kemudian dilakukan variasi parameter h sehingga didapatkan hasil simulasi numerik seperti pada gambar (10). Gambar 10: Diagram bifurkasi satu parameter yang memperlihatkan secara numerik bahwa terjadi bifurkasi saddle-node dan hopf Hasil numerik memperlihatkan bahwa terjadi bifurkasi saddle-node di h = 1, 0227 dan bifurkasi hopf di h = 0, 999. Perhatikan bahwa pada saat h bergerak ke arah kiri setelah terjadinya bifurkasi saddle-node, pergerakan solusi sangat lambat pada kondisi yang semakin dekat ke titik ekuilibrium. Hal ini mengindikasikan akan terbentuknya limit-cycle di sekitar titik ekuilibrium tersebut. 10 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12

Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) ISSN: 2087-9393 Gambar 11: Titik ekuilibrium yang mengalami bifurkasi Hopf 6 Kesimpulan dan Saran Parameter harvesting (pemanenan) terhadap predator sangat berpengaruh terhadap kestabilan dari sistem ini. Hampir seluruh kondisi parameter dengan adanya pemanenan terhadap predator berakibat akan punahnya predator tersebut dalam kurun waktu tertentu. Namun ada beberapa peluang bagi predator untuk tetap mempertahankan spesiesnya, yaitu dengan melakukan pemanenan sesuai kondisi yang diperlihatkan pada titik ekuilibrum di gambar (8) dan (9). Dalam sistem ini juga diperlihatkan adanya bifurkasi saddle-node dan bifurkasi hopf. Pada saat bifurkasi hopf tercipta solusi periodik yang menjamin bahwa jika kondisi awal berada dalam interior solusi periodik, maka kedua spesies baik predator ataupun prey dapat dipertahankan. Secara analitik, kondisi akhir adanya solusi periodik dapat menjadi bahan penelitian lanjutan, dimana kita bisa mempelajari apakah ada bifurkasi lain ketika kita mengkontinuasi solusi periodik dengan tetap mevariasikan parameter pemanenan (harvesting). Selain itu, ada satu hal yang menarik yaitu apabila sistem dengan model ini dimodifikasi dengan mengasumsikan bahwa daya dukung (carrying capacity) juga turut berubah terhadap waktu, sehingga model yang baru berupa sistem persamaan diferensial nonlinear di R 3. Referensi [1] Hsu, S. B. and Huang, T. W., (1995), Global stability for a class of predator-prey system, SIAM J. Appl. Math., 55, 763-783. [2] Huang, J., Gong, Y., (2013), Bifurcation Analysis in a Predator-Prey Model with Constant-Yield Predator Harvesting, Discrete and Continuous Dynamical System Series B 21011-212. [3] Kuznetsov, Y. A. (1998), Elements of Applied Bifurcation Theory, Springer-Verlag, New York [4] Leslie, P. H. & Gower, J. C. (1960), The properties of a stochastic model for the predator-prey type of interaction between two species, Biometrika, 47, 219234. [5] Perko, L., (1996), Differential Equations and Dynamical Systems, Second edition, Texts in Applied Mathematics, 7, Springer-Verlag, New York. [6] Verhulst, F. (1996), Nonlinear Differential Equations and Dynamical Systems, Spinger-Verlag, Berlin Heidelberg. [7] Wiggins, S. (1990), Introduction to Applied Nonlinear Dynamical System and Chaos, Springer- Verlag, New York. Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12 11

ISSN: 2087-9393 Hasan S. Panigoro (Analisis Dinamik...) [8] Zhang, W., Liu, W., Xu, C., Bifurcation Analysis for a Leslie-Gower Predator-Prey System with Time Delay, International Journal of Nonlinear Science, Vol.15 No.1, pp. 35-44. [9] Zhu, C. R. and Lan, K. Q., (2010), Phase portraits, Hopf bifurcation and limit cycles of Leslie- Gower predator-prey systems with harvesting rates, Discrete Contin. Dynam. Syst. Ser. B, 14, 289-306. 12 Euler Vol.2, No.1 Hal.1-12