BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Prosedur Penelitian Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

Gambar 5. Kerangka pemikiran kajian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI KAJIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI A. Lokasi dan Waktu B. Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

III. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB III 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Metode Kerja Pengumpulan Data

Transkripsi:

98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan KUB Hurip Mandiri merupakan salah satu industri rumah tangga yang memproduksi abon ikan. Usaha ini cukup potensial namun belum berkembang secara optimal. Pengambilan data penelitian akan dilaksanakan pada bulan FebruariMaret 2008. 4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer didapat dari wawancara dan kuesioner dengan pihak KUB Hurip Mandiri yang terdiri dari 1 orang ketua dan 20 orang anggota, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (1 responden yaitu Kepala Seksi bina Mutu dan Pemasaran), dan konsumen (20 responden). Namun, pada pengisian kuesioner untuk tahap pemilihan strategi hanya akan dilakukan oleh Ketua KUB Hurip Mandiri dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi. Data primer yang diperlukan berkaitan dengan analisis lingkungan eksternal dan internal lingkungan usaha tersebut. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, berbagai instansi terkait seperti BPS, Departemen Koperasi dan UKM, dan Departemen Kelautan dan Perikanan.

99 4.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, wawancara, dan pengisian kuesioner oleh pihak yang telah disebutkan di atas. Data yang didapat akan digunakan untuk mengidentifikasi faktor kunci lingkungan eksternal dan internal usaha. Pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama peneliti datang ke lokasi penelitian untuk mengidentifikasi faktorfaktor kunci lingkungan dan pengisian kuesioner. Selanjutnya peneliti akan menganalisis data yang diperoleh untuk mendapatkan alternatif strategi pengembangan usaha. Tahap selanjutnya adalah pengisian kuesioner pemilihan strategi (kuesioner untuk PHA) oleh responden yang telah ditentukan. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan data kualitatif yang kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas bagi perusahaan dengan beberapa pendekatan guna mendapatkan alternatif strategi. Metode pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan pendekatan konsep manajemen strategis. Analisis yang digunakan terdiri atas tiga tahap yaitu tahap input, pencocokan, dan tahap keputusan. Analisis lingkungan eksternal dan internal dilakukan dengan wawancara dan pengisian kuesionar oleh responden yaitu ketua KUB Hurip Mandiri (1 responden), anggota KUB Hurip Mandiri (20 responden), Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi (1 responden), dan 20

100 responden dari konsumen. Perbandingan nilai bobot setiap responden adalah 50%:15%:25%:10%. Penetapan perbandingan penilaian bobot untuk tiap responden yang berbeda berdasarkan asumsi peneliti bahwa pengusaha abon ikan adalah pihak yang paling memahami lingkungan eksternal dan internal yang mereka hadapi serta merupakan pihak pengambil keputusan. Pihak anggota tidak terlalu memahami lingkungan eksternal dan internal yang mereka hadapi dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan. Pihak Dinas Kelautan dan Perikanan mengetahui lingkungan eksternal dan internal yang dihadapi oleh perusahaan karena merupakan pembina secara langsung usaha tersebut sejak mulai berdiri hingga saat ini. Konsumen adalah pihak yang hanya mengetahui keadaan produk yang mereka konsumsi sedangkan lingkungan usaha yang dihadapi oleh perusahaan tidak menjadi perhatian mereka. Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini dipaparkan seperti di bawah ini. 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran secara sistematis dan akurat mengenai faktafakta permasalahan yang diteliti. Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengidentifikasi visi, misi dan tujuan kelompok usaha tersebut. Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh faktafakta dari gejalagejala yang ada.

101 4.4.2 Analisis Matriks EFE Matriks EFE memungkinkan untuk merangkum dan mengevaluasi informasi faktorfaktor eksternal suatu usaha. Matriks EFE dapat dibuat dengan lima tahapan, yaitu: 1. Tulislah faktor eksternal yang didapat dalam analisis lingkungan eksternal. Tuliskan peluang terlebih dahulu dan kemudian ancaman. 2. Berikan bobot untuk masingmasing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). 3. Berikan peringkat 1 hingga 4 untuk masingmasing faktor eksternal kunci tentang seberapa efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor tersebut, dimana 1 = respon jelek 3 = respon di atas ratarata 2 = respon ratarata 4 = respon luar biasa 4. Kalikan masingmasing bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan nilai tertimbang. 5. Jumlahkan nilai tertimbang dari masingmasing faktor untuk menentukan total nilai tertimbang bagi perusahaan Jumlah nilai yang dibobot dapat berkisar 1,0 yang terendah sampai 4,0 yang tinggi dengan ratarata 2. Tabel 9. Matriks EFE Faktor Kunci Eksternal Bobot Peringkat Skor Peluang Ancaman Total 1 Sumber: David (2006)

102 Total nilai yang dibobot dalam matriks EFE jauh di bawah 2,5 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluangpeluang dan ancaman yang ada dalam industrinya 4.4.3 Analisis Matriks IFE Matriks IFE meringkas dan mengevaluasi faktor kunci internal berupa kekuatan dan kelemahan utama dalam berbagai bidang fungsional dalam suatu usaha. Matriks ini dapat dijadikan landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidangbidang ini. Tahaptahap pengembangan matriks IFE adalah sebagai berikut (David, 2006): 1. Tulislah faktorfaktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam analisis lingkungan internal perusahaan. Tulislah kekuatan terlebih dahulu dan kemudian kelemahan. Daftar harus spesifik dengan menggunakan persentase, rasio, atau angka perbandingan. 2. Berikan bobot terhadap setiap faktor. Berikan bobot untuk masingmasing faktor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting) 3. Berikan peringkat pada masingmasing faktor. Pemberian peringkat dilakukan untuk mengukur pengaruh masingmasing variabel terhadap kondisi perusahaan. Peringkat ditentukan dengan menggunakan skala 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk menunjukan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon faktor tersebut. Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan yaitu :

103 1 = kelemahan besar 3 = kekuatan kecil 2 = kelemahan kecil 4 = kekuatan besar 4. Selanjutnya kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot untuk setiap faktor. 5. Kemudian jumlahkan nilai yang dibobot dari banyaknya faktor kunci yang dimasukkan dalam matriks IFE. Jumlah nilai yang dibobot dapat berkisar 1,0 yang terendah sampai 4,0 yang tinggi dengan ratarata 2,5. Tabel 10. Matriks IFE Faktor Kunci Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan Kelemahan Total 1 Sumber: David (2006) Total nilai matriks IFE yang dibobot jauh di bawah 2,5 menunjukkan ciri perusahaan yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2,5 menunjukkan posisi internal yang kuat. 4.4.4 Matriks InternalEksternal Matriks InternalEksternal (IE) menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci yaitu total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu y. Berdasarkan total nilai yang dibobotkan maka dapat disusun matriks IE. Pada sumbux Matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai 2,0 sampai 2,99

104 dianggap sedang; sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Demikian pula pada sumbuy, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1,0 sampai 1,99 dianggap lemah; nilai 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; sedangkan nilai 3,0 sampai 4,0 dianggap kuat. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian utama yang mempunyai dampak strategis yang berbeda. Pertama, divisi yang masuk pada sel I, II, atau IV disebut tumbuh atau berkembang. Strategi yang tepat dalam kondisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horisontal). Kedua, divisi yang masuk sel III, V atau VII paling baik dikelola dengan strategi pertahankan dan pelihara. Strategi yang tepat untuk kondisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Ketiga, divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX paling baik dikelola dengan strategi panen atau investasi. Total Tinggi Nilai 3,04,0 EFE yang Sedang Dibobot 2,02,99 Rendah 1,01,99 Total Nilai IFE yang Dibobot Kuat RataRata Lemah 3,04,0 2,02,99 1,01,99 I II III IV V VI VII VIII IX Gambar 5. Matriks InternalEksternal (IE) (David, 2006)

105 4.4.5 Analisis SWOT Matriks SWOT merupakan perangkat pencocokan faktorfaktor kunci eksternal dan internal. Hasil dari analisis SWOT diharapkan dapat memberikan alternatifalternatif strategi pengembangan bagi perusahaan. Matriks SWOT digunakan untuk menyusun strategi perusahaan dalam memadukan dan menyesuaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan peluang dan ancaman yang datang dari lingkungan eksternal perusahaan. Tahapan analisis SWOT adalah : 1. Menuliskan peluang eksternal kunci perusahaan 2. Menuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan 3. Menuliskan kekuatan internal kunci perusahaan 4. Menuliskan kelemahan internal kunci perusahaan 5. Mencocokkan kekuatankekuatan internal dan peluangpeluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi SO 6. Mencocokkan kelemahankelemahan internal dan peluangpeluang eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi WO 7. Mencocokkan kekuatankekuatan internal dan ancamanancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi ST 8. Mencocokkan kelemahankelemahan internal dan ancamanancaman eksternal dan mencatat hasilnya dalam strategi WT

106 Tabel 11. Matriks SWOT IFAS EFAS OPPORTUNITIES (O) Daftar Peluang THREATHS (T) Daftar Ancaman Sumber: David (2006) STRENGHTS (S) Daftar Kekuatan STRATEGI SO Gunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada STRATEGI ST Gunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari dampak dari ancaman eksternal WEAKNESES (W) Daftar Kelemahan STRATEGI WO Mengatasi kelemahan internal dengan mencoba memanfaatkan peluang STRATEGI WT Meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman eksternal 4.4.6 Metode Proses Hirarki Analitik Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) biasa dikenal dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Teknik ini menyediakan prosedur yang sudah teruji efektif dalam mengidentifikasi dan menentukan prioritas dalam pengambilan keputusan. PHA mencerminkan cara alami manusia dalam bertingkah laku dan berpikir. Metode PHA merupakan suatu metode yang luwes, yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasangagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masingmasing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan (Saaty, 1993). PHA memasukkan pertimbangan dan nilainilai pribadi secara logis. Proses ini bergantung pada imajinasi, pengalaman, dan pengetahuan untuk menyusun hirarki suatu masalah dan bergantung pada intuisi serta pengalaman secara logika. Pengkajian permasalahan dengan metode PHA sangat rinci dapat dimulai dengan mengidentifikasikan situasi yang ada secara seksama dan mengumpulkan

107 data yang relevan dengan permasalahan. Setelah itu menyusunnya ke dalam suatu hirarki. Tingkatan tertinggi dalam hirarki adalah sasaran menyeluruh sedangkan tingkatan terendah terdiri dari berbagai tindakan akhir atau rencana alternatif yang dapat berkontribusi secara negatif atau positif. Metode PHA ini dapat digunakan tanpa database, asalkan para analis memahami dan menguasai secara mendalam permasalahan yang akan dipecahkan. Data penerapan metode PHA yang diutamakan adalah kualitas dari responden, tidak tergantung pada kuantitas tertentu. Sebuah hirarki yang telah disusun dengan elemen di tiap tingkatnya menjadi tidak berarti apabila tanpa nilai dan bobot bagi elemen di satu tingkat nantinya akan mempengaruhi bobot pada tingkat di bawahnya. Metode PHA mengenal tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, yaitu : 1. Prinsip Menyusun Hierarki Melakukan identifikasi dari yang diamati, mempersepsikan gagasan dengan menggunakan seperangkat pengetahuan dan metode tertentu yang kemudian menjadi elemenelemen pokok dari setiap persoalan sampai pada subbagian yang terkecil (tersusun secara hirarkis) yang berkaitan dengan realitas yang diamati (menjadi permasalahan). 2. Prinsip Menetapkan Prioritas Prinsip kedua adalah prinsip menetapkan prioritas. Penetapan prioritas yang dimaksud adalah menentukan peringkat elemenelemen menurut relatif pentingnya.

108 3. Prinsip Konsistensi Logis Prinsip terakhir adalah prinsip konsistensi logis. Konsistensi logis adalah menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan memperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis. Secara umum langkahlangkah penyusunan PHA dapat dibagi menjadi delapan langkah utama (Saaty, 1993) yaitu: 1. Identifikasi sistem yang akan diselesaikan. Permasalahan yang akan diteliti harus dirinci secara jelas agar tidak terjadi bias dalam penentuan pemilihan tujuan, kriteria, aktivitas, dan berbagai faktor yang membentuk hirarki dapat diidentifikasi sendiri oleh peneliti sesuai dengan masalah yang dihadapi. 2. Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Penyusunan model suatu hirarki ditentukan oleh jenis permasalahan dan keputusan yang akan diambil, karena tidak ada aturan khusus yang mengaturnya. Setiap set atau perangkat variabel atau faktor dalam hirarki menduduki satu hirarki. Tingkat puncaknya hanya terdiri dari satu variabel atau faktor saja yang disebut fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang akan dicapai. Tingkat berikutnya dapat dibagi menjadi beberapa variabel sesuai dengan kriteria yang akan diteliti, berupa faktorfaktor, pelaku, aktivitas, tujuan, skenario, alternatifalternatif dan sebagainya. Tidak ada batasan tertentu yang mengatur jumlah tingkatan struktur keputusan dan variabelvariabel pada setiap tingkatan. 3. Penyusunan matriks perbandingan berpasangan dari setiap tingkat dalam hirarki. Dalam menyusun matriks banding berpasangan tersebut, pasanganpasangan variabel atau faktor dibandingkan satu sama lain dalam hal kriteria

109 di tingkat lebih tinggi. Perbandingan berpasangan pertama dilakukan pada tingkat dua yaitu: F1, F2, F3 dan seterusnya hingga Fn. Menurut perjanjian suatu variabel yang di sebelah kiri dinilai dominasinya terhadap suatu variabel di pincak matriks. Tingkat 1 : Fokus G Tingkat 2 : Faktor F1 F2 F3... Fn Tingkat 3 : Pelaku A1 A2 A3... An Tingkat 4 : Tujuan O1 O2 O3... On Tingkat 5: Skenario S1 S2 S3... Sn Gambar 6. Model Struktur Hirarki (Saaty, 1993) 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk pengembangan perangkat matriks di langkah tiga. Pada langkah ini dilakukan perbandingan berpasangan antara setiap variabel pada baris kei yang berhubungan dengan fokus G. Perbandingan berpasangan antar variabel tersebut dapat dilakukan dengan pertanyaan: Seberapa kuat variabel baris kei didominasi oleh fokus G, dibandingkan dengan kolom kej?. Untuk mengisi nilainilai dalam

110 matriks banding berpasangan tersebut digunakan angkaangka tertentu sebagai skala banding, seperti yang tertera pada Tabel 12. 5. Memasukkan bilangan satu (1) sepanjang diagonal utama dalam matriks banding berpasangan dari kiri atas ke kanan bawah. Bagian di bawah diagonal tersebut diisi dengan nilainilai kebalikan dari nilainilai di atas diagonal. Tabel 12. Nilai Skala Berpasangan Nilai Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama penting Dua elemen memberikan sumbangan yang sama besar untuk mencapai tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting (cukup penting) daripada yang lainnya 5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek. Bukti yang menyokong elemen satu atas elemen yang lainnya memilki tingkat penegasan yang tertinggal yang menguatkan. 2,4,6,8 Nilai diantara dua pertimbangan Ketika kompromi dibutuhkan yang berdekatan diantara dua pertimbangan. Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memilki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Sumber: Saaty (1993) 6. Melakukan langkah 3, 4, dan 5 kembali untuk setiap dan gugusan dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilakukan untuk semua variabel pada tiap tingkat keputusan yang ada dalam hirarki. Ada dua macam matriks pembandingan yang digunakan dalam PHA yaitu: a. Matriks Pendapat Individu (MPI) yaitu merupakan matriks hasil pembanding oleh individu. Variabelnya disimbolkan oleh aij, artinya variabel matriks baris kei dan kolom kej (Tabel 13, hal 55).

111 Tabel 13. Matriks Pendapat Individu (MPI) G A1 A2 A3... An A1 A11 A12 A13... A1n A2 A21 A22 A23... A2n A3 A31 A32 A33... A3n.................. An An1 An2 An3... Anm Sumber: Saaty (1993) b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) yaitu merupakan martiks yang variabelnya berasal dari ratarata geomatriks pandapat individu yang rasio inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 0,1 atau 10 persen. Variabel pada matriks ini disimbolkan dengan Gij (Tabel 14). Tabel 14. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) G G1 G2 G3... Gn G1 G11 G12 G13... G1n G2 G21 G22 G23... G2n G3 G31 G32 G33... G3n.................. Gn Gn1 Gn2 Gn3... Gnm Sumber: Saaty (1993) 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektorvektor prioritas. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobot vektorvektor prioritas tersebut dengan bobot kriteriakriteria dan menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang bersangkutan dangan nilai prioritas dari tingkat bawah berikutnya, demikian seterusnya. Ada dua tahap yang harus dilakukan dalam mengolah MPI dan MPG tersebut, yaitu: a. Pengolahan horisontal, meliputi penentuan vektor prioritas (vektor eigen), uji konsistensi dan revisi pendapat bila dibutuhkan b. Pengolahan vertikal, merupakan tahap lanjutan setelah MPI dan MPG diolah secara horisontal. Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan

112 suatu prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat tertentu dalam suatu hirarki terhadap fokus atau tujuan utamanya. Prioritasprioritas yang diperoleh dalam pengolahan horisontal sebelumnya disebut prioritas lokal, karena hanya berkenaan dengan sebuah kriteria pembanding yang merupakan anggota elemenelemen tingkat di atasnya. Hasil akhir dari pengolahan vertikal adalah mendapatkan suatu hirarki terhadap sasarannya. 8. Mengevaluasi konsistensi untuk seluruh hirarki. Rasio inkonsistensi harus bernilai 10 persen atau kurang. Jika tidak, mutu informasi harus ditinjau kembali dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan pada saat pengisian ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan responden untuk membuat perbandingan berpasangan. Metode PHA dilakukan dengan menggunakan software Expert Choice 2000. Penggunaan software ini mulai dilakukan pada langkah ke 6 hingga langkah ke 8. Langkah 1 hingga langkah 5 dilakukan secara manual.