PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Peranan Sektor Perikanan dan Kelautan Dalam Perekonomian Wilayah Propinsi Riau

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH PADA KELOMPOK TANI HURANG GALUNGGUNG KECAMATAN SUKARATU TASIKMALAYA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

III. METODOLOGI KAJIAN

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA MINUMAN INSTAN JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn.Var.rubrum) CV.HANABIO - BOGOR. Disusun Oleh :

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

Transkripsi:

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT adalah benar hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, 12 Februari 2009 Arizal Lutfien Prasslina C 44104038

ABSTRAK ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA. Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI Kabupaten Sukabumi memiliki potensi sumberdaya perikanan tangkap dan budidaya yang cukup besar. Potensi yang besar ini dapat dimanfaatkan secara maksimal guna meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan daerah, maka perlu disusun suatu strategi pengembangan yang bertujuan meningkatkan peranan sektor perikanan tangkap dan budidaya dalam pembangunan wilayah. Hasil perhitungan nilai LQ menunjukkan bahwa berdasarkan indikator pendapatan wilayah merupakan sektor basis dengan nilai LQ lebih besar dari 1, yaitu pada Tahun 2002 sebesar 1,99, kemudian pada Tahun 2003 sebesar 1,76, dan berturutturut pada Tahun 2004, Tahun 2005, dan Tahun 2006 masing-masing sebesar 1,59, 1,80, dan 1,96. Berdasarkan hasil analisis multiplier effect, selama periode 2002-2006 berdasarkan indikator pendapatan wilayah, sektor perikanan memberikan dampak positif terhadap pembangunan wilayah Kabupaten Sukabumi. Hasil perhitungan penentuan komoditas unggulan didapatkan bahwa ada beberapa komoditas yang dapat dikategorikan sebagai komoditas unggulan yaitu untuk perikanan tangkap, ikan layang, ikan selar, ikan kuwe, kembung, pari, kakap, dan tuna, sedangkan untuk budidaya adalah ikan nila dikategorikan sebagai komoditas unggulan. Hasil analisis SWOT menghasilkan 3 alternatif strategi pembangunan, yaitu 1) Memberikan kemudahan akses bagi masyarakat untuk membuka peluang usaha di bidang perikanan 2) Mengundang investor menanamkan modalnya untuk meningkatkan sarana dan prasarana perikanan baik secara kualitas maupun kuantitas serta mengembangkan usaha budidaya dan pengolahan perikanan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, serta pemfokusan dana investasi pada komoditas yang termasuk unggulan, dan 3) Pengembangan usaha pengolahan perikanan yang bersifat padat karya sebagai langkah antisipasi dari semakin berkurangnya lahan perikanan karena beralih fungsi menjadi perkantoran, jalan dan pemukiman penduduk Kata kunci: sub sektor perikanan tangkap dan budidaya, pembangunan wilayah, komoditas, Locatian Quotient (LQ) dan multiplier effect

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

SKRIPSI Judul Skripsi : Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat Nama Mahasiswa : Arizal Lutfien Prasslina Nomor Pokok : C 44104038 Program Studi : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan Disetujui, Pembimbing Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. NIP. 131 578 826 Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 131 578 799 Tanggal Lulus: 12 Februari 2009

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 4 Januari 1986 dari pasangan Bapak Drs. Soiman dan Ibu Siti Yuhroida. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Darul Ulum 2 Jombang Tahun 2004, kemudian pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjabat sebagai anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan tahun 2005-2006 dan sebagai staf sie Keagamaan Tahun 2006-2007. Sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan- Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menulis skripsi dengan judul Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, dibimbing oleh Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang dilaksanakan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan pada tanggal 12 Februari 2009.

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia yang tak terbatas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1) Ir. Moch. Prihatna Sobari, M.S., selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2) Ayah, ibu dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dorongan, semangat dan doa 3) Bapak Ade selaku Kepala RW 14, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang telah banyak membantu dalam pengerjaan skripsi ini dan pelajaran-pelajaran hidup yang dapat dipetik dari beliau. 4) Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Badan Perencanaan dan Pembangunan Kabupaten Sukabumi, atas data-data yang di perlukan untuk penelitian ini. 5) Responden yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu atas data dan informasinya Akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut. Terima kasih sebanyak-banyaknya bagi pihak yang telah memberikan andilnya dalam proses dan hasil dari penelitian ini. Bogor,13 Februari 2009 Arizal Lutfien Prasslina

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Perumusan Masalah... 3 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA... 6 2.1 Perikanan... 6 2.2 Komoditas... 7 2.3 Perencanaan Regional... 7 2.4 Teori Basis Ekonomi... 8 2.5 Location Quotient... 9 2.6 Multiflier Effect... 11 2.7 Analisis SWOT... 12 III KERANGKA PENDEKATAN STUDI... 14 IV. METODOLOGI... 16 4.1 Metode Penelitian... 16 4.2 Jenis dan Sumber Data... 16 4.3 Metode dan Pengambilan Responden... 17 4.4 Metode Analisis Data... 17 4.4.1 Analisis Shift Share... 18 4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah... 18 4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah... 18 4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan... 19 4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan... 20 4.5 Konsep dan Pengukuran... 25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27 5.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi... 27 5.1.1 Letak Geografis... 27 5.1.2 Luas Wilayah... 28 5.1.3 Kependudukan... 28 5.1.4 Ketenagakerjaan... 29 5.1.5 Aspek Sosial Budaya... 32 5.1.6 Sarana dan Prasarana... 33

Halaman 5.2 Kondisi Perekonomian Kabupaten Sukabumi... 33 5.2.1 PDRB dan PDRB per Kapita... 34 5.2.2 Pertumbuhan Laju Perekonomian Sukabumi... 38 5.2.3 Kontribusi Nilai LQ, dan Multiplier Effect Sektor Perikanan... 40 5.3 Kondisi Umum Perikanan Kabupaten Sukabumi... 46 5.3.1 Perikanan Budidaya... 46 5.3.2 Perikanan Tangkap... 48 5.4 Peranan dan Dampak Sub Sektor Perikanan Budidaya dan Tangkap... 52 5.4.1 Sub Sektor Perikanan Budidaya... 52 5.4.2 Sub Sektor Perikanan Tangkap... 57 5.5 Komoditas Unggulan Kabupaten Sukabumi... 61 5.5.1 Perikanan Budidaya... 61 5.5.2 Perikanan Tangkap... 57 5.6 Analisis SWOT... 65 5.6.1 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Sektor dan Kelautan... 66 5.6.2 Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)... 73 5.6.3 Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation)... 75 5.6.4 Matriks SWOT... 75 5.6.5 Perumusan Strategi Utama... 79 VI KESIMPULAN DAN SARAN... 81 6.1 Kesimpulan... 81 6.2 Saran... 82 DAFTAR PUSTAKA... 83 LAMPIRAN... 86

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh ARIZAL LUTFIEN PRASSLINA C44104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan lapangan kerja. Pada saat krisis ekonomi Tahun 1998, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Ironisnya, sektor perikanan selama ini belum menjadi fokus utama pembangunan, padahal apabila sektor perikanan dikelola dengan serius akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat mengentaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan pembudidaya ikan. Kegagalan Indonesia dalam menentukan kebijakan pembangunan yang selama ini lebih mengedepankan pembangunan yang bersifat sentralistik, dimana strategi dan pembangunan untuk semua daerah disamaratakan, tanpa memandang karakteristik dan potensi masing-masing daerah. Pada akhirnya kebijakan sentralistik menimbulkan kesalahan dalam pengelolaan yang mengakibatkan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Hal ini kemudian menghasilkan paradigma baru, yaitu kebijakan desentralistik yang dalam pelaksanaanya memperhatikan karakteristik masing-masing daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah dapat meningkatkan pembangunan sesuai potensinya masing-masing. Hadirnya paradigma baru dalam pembangunan, maka dewasa ini sektor perikanan menjadi perhatian dalam rencana pembangunan. Habisnya lahan dan besarnya potensi perikanan Indonesia menjadikan fokus pembangunan pemerintah beralih dari agraris ke sektor perikanan. Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar, dimana luas lautan Indonesia sebesar 2/3 luas daratan, dengan luas perairan sebesar 5.8 juta km 2. Potensi perikanan diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun yang dapat dikelola secara lestari dengan rincian 4,4 juta ton dapat ditangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dari perairan ZEEI (Dahuri R 2001). Perairan tersebut mengandung potensi sumberdaya hayati yang dapat dikelompokkan menjadi sumberdaya ikan dan non-ikan. Kelompok sumberdaya

2 ikan dibagi menjadi kelompok ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, dan ikan demersal. Perikanan akan menjadi fokus dari penelitian ini. Kegiatan penangkapan ikan menjadi mata pencaharian utama dari beberapa wilayah di Indonesia, khususnya daerah yang mempunyai garis pantai dengan potensi perikanan tangkap. Profesi nelayan banyak ditemukan di wilayah-wilayah tersebut. Nelayan membantu tersedianya komoditas ikan tangkap. Hasil tangkapan sangat beragam, sehingga masing-masing komoditas memiliki keunggulan dan kelemahan. Demikian juga dengan perikanan budidaya. Ikan hasil budidaya memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda dengan ikan hasil tangkapan, perbedaan ini juga memberikan nilai plus dan minus tersendiri. Kuantitas dan kualitas suatu komoditas ikan di setiap daerah juga berbeda-beda, sehingga peran tiap komoditas ikan untuk tiap wilayah tidak sama. Kabupaten Sukabumi yang terletak di wilayah Pantai Selatan Jawa memiliki potensi baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya yang cukup potensial untuk dikembangkan. Potensi lestari perikanan yang dimiliki Kabupaten Sukabumi mencapai 14.592 ton per tahun (www.kabupatensukabumi.go.id). Potensi yang cukup besar tersebut masih bisa terus dimaksimalkan untuk meningkatkan pendapatan daerah. Berdasarkan PDRB Kabupaten Sukabumi atas dasar harga berlaku, menurut lapangan usaha Tahun 2006, nilai sektor perikanan mencapai Rp 9.592.102.000.000,00 atau 0.74% dari nilai PDRB (tanpa minyak dan gas bumi), mengalami peningkatan dari Tahun 2005 sebesar Rp 8.283.335.000.000,00 atau 0.64% dari nilai PDRB (tanpa minyak dan gas bumi). Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan menunjukkan peranan dalam kontribusi terhadap pendapatan daerah cukup signifikan. Dalam PDRB Kabupaten Sukabumi sektor perikanan termasuk dalam sektor primer. Peningkatan nilai suatu sektor yang termasuk sektor primer diharapkan mampu meningkatkan pendapatan daerah dan lebih membuka kesempatan kerja. Sektor perikanan terbagi menjadi dua bagian, yaitu perikanan tangkap dan budidaya, masing-masing bagian memiliki komoditas ikan yang berbeda. Tiap komoditas mempunyai peran sesuai dengan kuantitas dan kualitas masing-masing komoditas. Perlu adanya penentuan komoditas unggulan untuk

3 dijadikan komoditas kunci untuk pengembangan perikanan. Komoditas unggulan yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kontribusi pada perekonomian. Melihat potensi Kabupaten Sukabumi tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk melihat kontribusi sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi, dengan judul Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Ikan Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. 1.2 Perumusan Masalah Sektor perikanan belum menjadi sektor yang dapat diandalkan dalam pembangunan, karena pemerintah lebih fokus untuk mengelola sektor pertanian yang mempunyai potensi besar dan banyak menyerap tenaga kerja. Sektor perikanan mulai menjadi perhatian pemerintah ketika sektor pertanian mengalami krisis pangan yang disebabkan kurangnya stok pangan. Potensi sektor perikanan sebesar 6.167.940 ton per tahun (Budiharsono S 2001) bisa dimanfaatkan untuk mengatasi krisis pangan dan meningkatkan lapangan kerja. Pemerintah kemudian mengalihkan perhatiannya ke sektor perikanan dengan mengganti kebijakannya. Pemerintah mulai melakukan pembenahan diantaranya, mengganti kebijakan pembangunan yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik, sehingga tiap daerah bisa melakukan pembangunan sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Kemudian pemerintah juga mengeluarkan undang-undang perikanan yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menggantikan undang-undang perikanan yang lama, karena undangundang yang lama, yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan, belum menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan kurang mampu mengantisipasi perkembangan kebutuhan hukum serta perkembangan teknologi dalam rangka pengelolaan sumber daya ikan. Dengan adanya dukungan pemerintah tersebut, maka sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang mendapat perhatian dalam pembangunan, tetapi dalam keragaannya pembangunan sektor perikanan selalu tidak maksimal. Permasalahan yang timbul di lapangan adalah tidak diketahuinya keragaan pembangunan sektor perikanan, sehingga tidak bisa mengetahui peranan sektor

4 perikanan dalam pembangunan daerah dan tidak bisa menentukan apakah sektor perikanan termasuk basis atau bukan. Kegiatan perikanan dalam pelaksanaannya sering melakukan penangkapan ikan tanpa memperhatikan apakah komoditas tersebut unggulan atau bukan, hal ini menyebabkan tidak adanya efisiensi dalam penangkapan ikan, sehingga kurang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah. Kegiatan budidaya, meskipun telah melakukan budidaya pada komoditas yang banyak diminta pasar, namun perlu dikaji lebih jauh lagi apakah komoditas tersebut termasuk komoditas unggulan atau non unggulan. Penentuan komoditas unggulan diperlukan untuk mengetahui komoditas apa yang termasuk unggulan dan komoditas apa yang tidak termasuk unggulan. Dengan ditentukannya komoditas unggulan, diharapkan terjadi efisiensi dengan cara melakukan penangkapan atau budidaya hanya pada komoditas ikan unggulan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih dalam pendapatan daerah. Penelitian ini mencoba mengidentifikasikan dan menganalisis peran sektor perikanan, seberapa besar potensi sumberdaya perikanan yang tersedia telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap perekonomian di Sukabumi. Penelitian ini juga mencoba menentukan komoditas perikanan yang menjadi unggulan. Secara sistematis penelitian ini akan membahas beberapa permasalahan: 1) Bagaimanakah keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi? 2) Apakah sektor perikanan telah berperan sebagai basis ekonomi di Kabupaten Sukabumi dan bagaimana dengan sub sektor perikanan tangkap dan budidaya? 3) Jenis ikan apa yang menjadi unggulan di Kabupaten Sukabumi? 4) Bagaimana strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengidentifikasi keragaan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. 2) Menentukan peranan sektor perikanan berdasarkan perikanan tangkap maupun budidaya terhadap perekonomian wilayah. 3) Menentukan jenis ikan apa yang menjadi unggulan di Kabupaten Sukabumi.

5 4) Menentukan strategi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. Kegunaan penelitian ini adalah: 1) Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi perencanaan pembangunan, khususnya bagi pembangunan wilayah dalam kaitannya dengan pembangunan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. 3) Sebagai bahan informasi dan tambahan data bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan berminat pada masalah ekonomi pembangunan.

6

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Perikanan adalah semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Tujuan utama perikanan adalah penyediaan makanan bagi manusia, sedangkan tujuan lain yaitu olahraga, rekreasi, dan produk ikan seperti minyak ikan. Perikanan terdiri atas dua bidang, yaitu penangkapan dan budidaya. Penangkapan ikan adalah kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, mengolah atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, atau membiakkan ikan dan memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol (www.wikipedia.com). Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di lingkungan perairan (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Dalam perikanan pengelolaan dan konservasi mutlak dilakukan untuk keterusan jalannya sektor perikanan. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Konservasi sumberdaya ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumberdaya ikan (Undang- Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan).

7 Sektor perikanan tak lepas dari peran nelayan dan pembudidaya. Tanpa adanya mereka, sektor perikanan dapat diambil manfaatnya. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). 2.2 Komoditas Komoditas adalah suatu objek atau jasa yang memiliki nilai. Nilai suatu barang akan ditentukan karena barang itu mempunyai kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dalam perikanan komoditas bisa berupa barang ataupun jasa. Komoditas berupa barang yaitu ikan atau produk ikan, sedangkan komoditas jasa berupa rekreasi, olahraga dan lain-lain (www.wikipedia.com). Penentuan komoditas unggulan dimaksudkan dengan tujuan efisiensi dan peningkatan pendapatan daerah. Efisiensi bisa didapatkan dengan menggunakan komoditas yang memiliki keunggulan yang dapat bersaing ditinjau dari segi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh kualitas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional (Kohar MA dan A Suherman diacu dalam Hendayana R 2003) 2.3 Perencanaan Regional Perencanaan adalah terutama suatu cara berpikir mengenai persoalanpersoalan sosial dan ekonomi, perencanaan adalah terutama berorientasi kepada masa datang, sangat berkenaan dengan hubungan antara tujuan dan keputusankeputusan kolektip dan mengusahakan kebijaksanaan dan program yang menyeluruh (Friedman diacu dalam Glasson J 1977). Perencanaan terbagi

8 kedalam beberapa tipe. Perbedaan-perbedaan pokok tertentu antara berbagai tipe bermanfaat dalam analisa mengenai perencanaan regional. Tipe perencanaan antara lain : 1) Perencanaan fisik adalah perencanaan struktur fisik suatu daerah, meliputi tata guna tanah, komunikasi, utilitas, dan sebagainya, dan berasal dari penataan dan pengendalian pengembangan kota, 2) Perencanaan ekonomi lebih berkenaan dengan struktur ekonomi suatu daerah dan tingkat kemakmurannya secara keseluruhan, 3) Perencanaan alokatif adalah perencanaan yang berkenaan dengan koordinasi, penyelarasan hal-hal yang bertentangan, agar dapat terjamin bahwa sistem yang bersangkutan tercakup secara efisien sepanjang waktu sesuai dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh, 4) Perencanaan inovatif berkenaan dengan perbaikan atau pengembangan sistem yang bersangkutan sebagai keseluruhan, dengan menunjukkan sasaran baru dan berusaha menimbulkan perubahan-perubahan besar (Glasson J 1977). Kebijaksanaan ekonomi regional adalah penggunaan secara sadar berbagai macam peralatan (instrument) untuk merealisasikan tujuan-tujuan regional, dan tanpa adanya usaha yang disengaja tersebut tidak akan tercapai. Kebijaksanaan pembangunan regional harus disesuaikan dengan struktur dasar masing-masing daerah. Salah satu tujuan dari kebijaksanaan pembangunan adalah mengurangi perbedaan dalam tingkat pembangunan atau perkembangan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan daerah yang lain (Kadariah 1985) Untuk melaksanakan perencanaan pembangunan terdapat beberapa teknik analisis regional yang dapat dipergunakan untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan aktifitas ekonomi. Teknik-teknik tersebut antara lain basis ekonomi, multiflier effect, model grafitsi, analisis titik pertumbuhan dan analisis I-O (Richardson HW 1991) 2.4 Teori Basis Ekonomi Inti dari model ekonomi basis adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh wilayah tersebut. Ekspor tersebut berupa barang dan jasa, termasuk tenaga kerja (Budiharsono S 2001). Analisis dilakukan dengan mencari

9 hubungan interaksi perekonomian daerah dengan wilayah-wilayah di luarnya. Proses interaksi ini memungkinkan adanya proses impor dan ekspor dari suatu daerah ke daerah lainnya, sehingga ditentukan bahwa inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh adanya ekspor di wilayah sendiri. Menurut Glasson J (1977) dalam teori basis ekonomi perekonomian regional dibagi menjadi dua sektor : kegiatan basis dan kegiatan bukan basis. Kegiatan basis adalah kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang dan jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Total keseluruhan ekonomi sektor basis dan non basis menggambarkan kondisi perekonomian wilayah tersebut. Sektor basis sangat dipengaruhi oleh permintaan luar daerah secara langsung, begitu pula sektor non basis juga dipengaruhi oleh permintaan luar daerah secara tidak langsung. Mekanisme ini diawali dengan permintaan sektor basis yang kemudian membawa pengaruh pada sektor non basis (Purnomo 2007) Budiharsono S (2001) menyatakan bahwa suatu sektor dapat diklasifikasikan sebagai sektor basis dan non basis didasarkan pada pengukuran langsung dan tidak langsung. Apabila faktor sumber daya (biaya, tenaga kerja dan waktu) tidak menjadi kendala, maka survai secara langsung dapat dilakukan untuk melihat secara lebih akurat apakah suatu sektor termasuk basis atau tidak. Apabila terdapat kendala biaya, tenaga kerja dan waktu maka tidak didapatkan data yang bersifat langsung sehingga pengukuran sektor basis dan tidak basis tersebut dapat dilakukan dengan pengukuran tidak langsung. 2.5 Location Quotient Untuk mengetahui suatu sektor merupakan sektor basis atau non basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu (1) metode pengukuran langsung dan (2) metode pengukuran tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survai langsung untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan

10 sektor basis. Pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu (1) metode melalui pendekatan asumsi; (2) metode location quotient; (3) metode kombinasi (1) (2) dan (4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono S 2001). Metode LQ adalah membandingkan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah yang dibandingkan dengan porsi lapangan kerja atau nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional. Asumsi yang digunakan adalah bahwa penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional. Permintaan wilayah akan suatu barang pertama-tama akan dipenuhi oleh hasil produksi wilayah itu sendiri, jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi wilayah, maka kekurangannya diimpor. Produksi yang dihasilkan terlebih dahulu ditujukan untuk konsumsi lokal dan diekspor ke luar wilayah apabila terjadi surplus produksi. Apabila LQ kurang dari satu, maka wilayah yang bersangkutan harus mengimpor, sedangkan jika nilai LQ lebih dari satu, maka wilayah tersebut dapat melakukan ekspor (Tarigan R 2004) Metode LQ mempunyai kelemahan. Asumsi yang didasarkan bahwa produktivitas rata-rata atau konsumsi rata-rata antar wilayah adalah sama menjadikan metode LQ banyak dikritik. Bisa saja dari suatu wilayah yang lapangan kerjanya untuk sektor 1 rendah, tetapi total produksinya lebih tinggi. Perbedaan pengklasifikasian dari sektor kegiatan ekonomi yang mungkin berbeda dari suatu wilayah ke wilayah lain, dan juga kemungkinan terjadinya perhitungan ganda. Menurut Kadariah (1985) secara umum rumus LQ adalah: LQ = dimana: vi = pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industri atau sektor tertentu di suatu wilayah; Vi= total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah tersebut vt= pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain dari industry atau sektor tertentu di wilayah perbandingan yang lebih luas Vt= total pendapatan, nilai tambah, kesempatan kerja atau indikator lain di wilayah perbandingan yang lebih luas.

11 2.6 Multiplier Effect Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Peningkatan pada kegiatan basis akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis (Glasson J 1977). Arus pendapatan yang timbul, akan meningkatkan konsumsi dan investasi yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja (Kadariah 1985). Multiplier effect dengan menggunakan indikator pendapatan ini, dilandaskan pada kenyataan bahwa penginjeksian sejumlah tertentu uang ke dalam perekonomian regional akan menaikkan pendapatan regional yang mengakibatkan bertambahnya pengeluaran konsumen, meskipun dalam jumlah yang lebih kecil daripada jumlah uang yang diinjeksikan semula. Bagian pendapatan yang dibelanjakan ini akan menjadi pendapatan bagi pihak lain yang selanjutnya membelanjakannya sebagian, dan demikian seterusnya (Glasson J 1977). Menurut Glasson J (1977) secara keseluruhan pendapatan wilayah (Y) merupakan penjumlahan pendapatan sektor basis (Yb) dan sektor non basis (Yn). Pendapatan sektor basis akan dibelanjakan kembali di dalam wilayah maupun untuk impor. Pendapatan yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah untuk produksi lokal akan menghasilkan efek pengganda terhadap pendapatan wilayah. Jika proporsi pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali di dalam wilayah sebesar r, maka total pendapatan sektor basis yang dibelanjakan kembali adalah sebesar (r) Yb. Selanjutnya pembelanjaan kembali di dalam wilayah akan menghasilkan total pendapatan sebesar (r 2 ) Yb, kemudian menjadi (r 3 ) Yb dan seterusnya. Keadaan ini dapat ditulis dalam bentuk rumus: Y = Yb + ryb + r 2 Yb + r 3 Yb +..+r n Yb =(1 + r + r 2 + r 3 +.+r n ) Yb...(2) Rumus tersebut dapat diserhanakan menjadi Y = Yb (1/1-r).. (3)

12 Faktor 1-1-r di atas merupakan economic multiplier yang menimbulkan efek pengganda terhadap perekonomian secara keseluruhan. Secara empiris nilai r sulit ditentukan, maka rumus tersebut dapat diturunkan lebih lanjut untuk mencari nilai r sebagai berikut : Y/Yb = (1/1-r) atau 1-r = Yb/Y sehingga, r = 1-(Yb/Y) atau r = (Y-Yb)/Y Karena Y-Yb= Yn, maka : r = (4) Dengan demikian economic multiplier dalam jangka pendek adalah : MSy = = = = =....... (5) dimana : MSy = koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Y = jumlah pendapatan wilayah Yb = jumlah pendapatan sektor basis Berdasarkan rumus diatas, perubahan pendapatan wilayah karena adanya peningkatan kegiatan basis adalah : Y = Yb (MS). (6) dimana: MSy = koefisien pengganda jangka pendek Y = perubahan pendapatan wilayah Yb = perubahan pendapatan sektor basis Koefisien jangka pendek tersebut kemudian digunakan untuk memprediksi dampak kegiatan atau sektor basis terhadap perekonomian wilayah. 2.7 Analisis SWOT Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Strategi pengembangan adalah suatu strategi yang mengikat semua bagian usaha menjadi satu (Rangkuti F 2000). Analisis yang paling sering digunakan adalah analisis SWOT.

13 SWOT merupakan alat untuk menyusun suatu strategi dalam mengembangkan suatu usaha. SWOT adalah singkatan dari Strenght, Weakness, Opportunity, dan Threath. Strenght (kekuatan) adalah unsur dari potensi sumberdaya yang dapat melindungi dari persaingan dan dapat menciptakan kemajuan dalam suatu kegiatan atau usaha. Weakness (kelemahan) adalah unsur dari potensi sumberdaya yang tidak dapat bersaing sehingga tidak dapat menciptakan suatu kemajuan dalam kegiatan atau usaha. Opportunity (peluang) adalah unsur lingkungan yang dapat memungkinkan suatu kegiatan atau usaha mendapatkan keberhasilan yang tinggi. Adapun Threath (ancaman) adalah unsur lingkungan yang dapat mengganggu atau menghalangi kegiatan atau usaha jika tidak ada tindakan pengolahan yang tegas segera diambil (Kotler P 1997).

III KERANGKA PENDEKATAN STUDI Perbedaan karakteristik fisik dan non fisik yang dimiliki Kabupaten Sukabumi merupakan potensi yang menjadi aset untuk pengembangan pembangunan wilayah. Perencanaan regional dilakukan agar setiap daerah dapat melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata, sesuai dengan potensi yang ada si daerah tersebut. Karakteristik fisik yang ada diantaranya adalah sumberdaya alam, sumberdaya manusia, teknologi dan kelembagaan perlu digerakkan untuk peningkatan produksi dan produktivitas, sehingga memberikan kontribusi terhadap pendapatan wilayah (PDRB) dan perluasan kesempatan kerja dalam rangka pembangunan wilayah. Pengembangan potensi sumberdaya alam diutamakan pada sektor atau komoditas yang dianggap memiliki peluang bersaing dalam era pasar global. Salah satu sektor yang signifikan dengan pengembangan potensi sumberdaya adalah sektor perikanan tangkap dan budidaya. Pengembangan sektor perikanan dan kelautan dirasa pengaruhnya cukup besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Sukabumi dilihat dari semakin meningkatnya nilai PDRB sektor perikanan. Sektor perikanan tangkap dan budidaya masih merupakan lapangan usaha yang banyak diminati dan dan menjadi sumber penghasilan keluarga. Salah satu metode untuk mengetahui kontribusi sektoral adalah dengan menggunakan metode Location Quotient (LQ). LQ dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu sektor ekonomi di suatu daerah termasuk sektor basis atau non basis dalam periode tertentu. Metode LQ adalah membandingkan pendapatan untuk sektor tertentu di daerah yang lebih sempit, dibandingkan dengan pendapatan untuk sektor yang sama secara nasional (wilayah yang lebih luas). Metode LQ juga digunakan untuk menentukan suatu komoditas, apakah komoditas tersebut termasuk unggulan atau non unggulan. Dengan menggunakan metode LQ, Multiplier Effect, dan metode SWOT sebagai alat analisis, berbagai indikator dapat digunakan untuk melihat peranan suatu sektor terhadap perekonomian wilayah. Dalam penelitian ini, indikator yang akan digunakan adalah pendapatan wilayah (PDRB) dan nilai produksi perikanan selama lima tahun. Penentuan indikator tersebut berdasarkan pada pentingnya

15 peranan masing-masing indikator terhadap pembangunan wilayah di Kabupaten Sukabumi. Perekonomian dan kesejahteraan masyarakat perlu ditingkatkan dengan melakukan peningkatan pendapatan daerah. Metode Multiplier Effect menunjukkan pengaruh indikator pendapatan terhadap perekonomian wilayah. Metode SWOT digunakan untuk menentukan strategi pengembangan arah pembangunan daerah ke depannya. Metode SWOT berbentuk matriks dengan menempatkan indikator Strenght, Weakness, Opportunities, dan Threaths ke dalamnya. Skema kerangka pendekatan studi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. SDA SD Teknologi Kelembagaan Karakteristik Fisik Karakteristik non Fisik Potensi Sektor Perikanan PDRB Produksi Analisis LQ Peranan dan Komoditas Unggulan Analisis ME Dampak Metode SWOT Strategi Implikasi Gambar 1. Skema Kerangka Pendekatan Studi Keterangan :.. = ruang lingkup penelitian Analisis LQ = analisis Location Quotient Analisis ME = analisis Multiplier Effect Analisis SWOT = analisis SWOT

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi. Studi kasus adalah metode penelitian tentang subyek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield M 1930 diacu dalam Nazir M 1999). Tujuan dari studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun studi dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data berdasarkan jenisnya ada dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif adalah kumpulan angka-angka hasil observasi. Berdasarkan jenisnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif berupa data produksi ikan Kabupaten Sukabumi dan Provinsi Jawa Barat dan nilai PDRB Kabupaten Sukabumi serta nilai PDRB Provinsi Jawa Barat selama lima tahun, sedangkan data kualitatif berupa data hasil wawancara dengan responden. Dari segi perolehannya, data yang didapat dikategorikan sebagai non experimental atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan. Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan perkembangan sektor perikanan baik perikanan tangkap maupun budidaya di Kabupaten Sukabumi. Data primer ini digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan analisis SWOT. Data sekunder merupakan data time series lima tahun terakhir yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten

17 Sukabumi, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat serta Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Sukabumi 4.3 Metode Pengambilan Responden Pemilihan responden dilakukan secara non acak yaitu dengan purposive sampling. Menurut Fauzi A (2001), pemilihan sampel pada purposive sampling dilakukan pada teknik anggota populasi untuk memenuhi tujuan tertentu. Pengambilan responden ini digunakan untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah dengan menggunakan SWOT. Responden dipilih dari wakil setiap stakeholder atau pelaku perikanan dan yang berelevansi dengan penelitian, berjumlah tiga orang terdiri atas Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi, Kepala Seksi Pengembangan Penangkapan dan Budidaya Laut, dan Kepala Seksi Pengembangan Budidaya Ikan. 4.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaaan pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Sukabumi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis untuk mengetahui apakah sektor perikanan termasuk basis ekonomi di Kabupaten Sukabumi, serta bagaimana dampaknya terhadap pembangunan wilayah dilihat dari indikator PDRB, tenaga kerja dan produksi perikanan. Metode yang digunakan untuk kedua analisis di atas adalah Location Quotient dan Multiplier Effect. Strategi pengembangan wilayah digunakan analisis SWOT dengan identifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi.

18 4.4.1 Analisis Shift Share Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB, model matematikanya adalah sebagai berikut (Sawono Y dan S Endang 1983) dimana : Ki = x 100% Ki : Besarnya kontribusi tahun i Vi : PDRB sektor perikanan pada tahun i Pi : Total PDRB tahun i 4.4.2 Analisis Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah Perhitungan LQ digunakan untuk mengklasifikasikan sektor perikanan sebagai sektor basis atau non basis dalam perekonomian wilayah dengan menggunakan rumus: LQ = = vi/vi : vt/vt dimana: vi = pendapatan sektor perikanan di Kabupaten Sukabumi Vi= total pendapatan seluruh sektor di Kabupaten Sukabumi vt = pendapatan sektor perikanan di Provinsi Jawa Barat Vt= total pendapatan seluruh sektor di Provinsi Jawa Barat 4.4.3 Analisis Dampak Sektor Perikanan dalam Perekonomian Wilayah Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan. Menurut Glasson J (1977) Multiplier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator produksi hasil perikanan dan nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Sukabumi, dapat dilihat dari rumus sebagai berikut: MSy =

19 dimana : MSy = Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan Kabupaten Sukabumi Y = Perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi Yb = Perubahan pendapatan sektor perikanan Kabupaten Sukabumi 4.4.4 Analisis Komoditas Unggulan Penentuan komoditas ikan unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi perdagangan global. Komoditas unggulan dicirikan oleh keunggulan dari sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dari pasar domestik maupun internasional. Dari segi penawaran komoditas ikan unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhan pada kondisi biofisik, teknologi, dan kondisi sosial ekonomi nelayan yang dapat dijadikan andalan untuk meningkatkan pendapatan (Syafaat N dan F Supena 2000 diacu dalam Hendayana R 2003) Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan di Kabupaten Sukabumi, dibuat matrik dari pendekatan Location Quotient (LQ). Menurut Budiharsono S (2001) formula LQ sebagai berikut: LQ = Keterangan: Xij = produksi ikan jenis ke-j pada Kabupaten Sukabumi Xi. = produksi total perikanan Kabupaten Sukabumi X.j = produksi total jenis ikan ke-j di Jawa Barat X.. = produksi total perikanan Jawa Barat Interpretasi nilai LQ 1) Jika nilai LQ>1, menunjukkan terjadinya konsentrasi produksi perikanan di Kabupaten Sukabumi secara relatif dibandingkan dengan produksi perikanan Jawa Barat atau terjadi pemusatan aktivitas di Kabupaten Sukabumi. Atau

20 terjadi surplus produksi pada Kabupaten Sukabumi dan komoditas tersebut merupakan sektor basis di Kabupaten Sukabumi. 2) Jika nilai LQ = 1, maka pada Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa aktivitas perikanan setara dengan produksi total Jawa Barat. 3) Jika nilai LQ < 1, maka Kabupaten Sukabumi mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas perikanan di Jawa Barat, atau telah terjadi defisit produksi di Kabupaten Sukabumi. Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas tiga kriteria dan dua kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0.80 sampai 0.99) dan tidak terpusat (LQ < 1 ). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3, 2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. 4.4.5 Analisis Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematis antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal dari suatu sektor, sehingga dapat dibuat suatu alternatif strategi. Rangkuti F (2000) mengemukakan bahwa matrik SWOT ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yaitu SO, ST, WO, WT. 1) Strategi SO (Strenghts Opportunity) Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-sebesarnya 2) Strategi ST (Strenghts Threath) Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman. 3) Strategi WO (Weakness Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

21 4) Strategi WT (Weakness Threat) Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Secara lengkap analisis SWOT dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis SWOT Internal Strenghts (S) Eksternal Opportunity(O) Strategi SO Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk menangkap kesempatan Threat(T) Strategi ST Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Sumber : Rangkuti F (2000) Weakness (W) Strategi WO Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Strategi WT Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Dari Tabel 1 terlihat bahwa masing-masing faktor internal dan eksternal dikaitkan, sehingga dapat mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi oleh suatu perusahaan dapat dipertemukan dengan kelemahan dan kekuatan internal untuk menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategis yaitu SO, ST, WO, WT. Menurut Rangkuti F (2000), analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunity), namun

22 secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (treaths). Diagram analisis SWOT diperlihatkan pada Gambar 2. Berbagai Peluang Kuadran 3 Kuadran 1 Mendukung strategi turn around Mendukung strategi agresif Kelemahan Internal Kekuatan Internal Kuadran 4 Kuadran 2 Mendukung strategi defensif Mendukung strategi diversifikasi Berbagai Ancaman Sumber: Rangkuti F (2000) Gambar 2. Diagram Analisis SWOT, Rangkuti F (2000) Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhasap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal Factor Evaluation-IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation-EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu: a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan ekstrnal sektor perikanan Kabupaten Sukabumi. b) Penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal dalam sektor perikanan Kabupaten Sukabumi. Penentuan bobot dilakukan oleh responden, dengan menggunakan skala: 1 = Jika indikator horizontal kurang penting dari indikator vertikal 2 = Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal 3 = Jika indikator horizontal lebih penting dari indikator vertikal

23 Tabel 2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Internal A B C Total A B C Total Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis Eksternal A B C Total A B C Total c) Penentuan bobot setiap variabel diperoleh dengan menggunakan proporsi nilai dari setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan dengan rumus : ai = Keterangan: ai = Bobot variabel ke-i Xi = Nilai variabel ke-i i = 1,2,3, n n = Jumlah variabel Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks dengan total sama dengan satu. d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh peneliti, dengan skala sebagai berikut : Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu: 1 = sangat kuat 3 = lemah 2 = kuat 4 = sangat lemah

24 Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = rendah 3 = tinggi 2 = sedang 4 = sangat tinggi e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga menjadi skor f) Skor dijumlahkan untuk menentukan total skor. Tabel 4. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Kekuatan : 1.. 2.. Kelemahan: 1 2. Total Tabel 5. Matriks External Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Peluang : 1.. 2.. Ancaman: 1 2. Total g) Total skor berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternalnya lemah, sedangkan total skor diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya berada pada tingkat yang kuat. Total skor yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata.

25 4.5 Konsep dan Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting, antara lain: 1) Sektor perikanan dan kelautan meliputi perikanan, kelautan, pertambangan dan energi, transportasi laut, bangunan kelautan dan jasa kelautan lainnya, dalam penelitian ini yang dianalisis hanya sub sektor perikanan, yaitu perikanan tangkap dan budidaya; 2) Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan tenaga kerja; 3) Sektor basis perikanan adalah perbandingan relatif kemampuan sektor perikanan pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administratif di atasnya (nasional) serta sektor perikanan mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kabupaten Sukabumi dan mengekspor ke luar wilayah Kabupaten Sukabumi; 4) Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama satu tahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB yang dinilai berdasarkan harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara maupun komponen nilai tambah. Dengan PDRB ini, dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita, yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sehingga dengan PDRB per kapita dapat diketahui kemampuan wilayah dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam menghasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpatisipasi dalam proses produksi. Satuan PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah; 5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja sektor perikanan, yaitu jumlah angkatan kerja yang bekerja pada sektor perikanan. Kesempatan kerja sektor perikanan dinyatakan dalam orang (jiwa);