BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah diharapkan setiap daerah menentukan kegiatan sektor ekonomi yang dominan (Syahfrizal, 1997). Penentuan komoditas unggulan nasional dan daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Perkebunan sebagai bagian integral dari sektor pertanian merupakan subsektor yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan nilai tambah dan daya saing, serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan (Anonim, 2009a). Peranan subsektor perkebunan di Indonesia tercermin dari nilai produk domestik bruto (PDB) perkebunan secara kumulatif mengalami peningkatan pada dengan pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 19,3% (Anonim,

2 2 2011a). Berdasarkan harga konstan nilai PDB perkebunan secara kumulatif juga mengalami peningkatan pada 2005 sampai 2010, dengan pertumbuhan rata-rata per tahun mencapai 3,6% (Anonim, 2011b). Jumlah penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia pada 2011 sebesar 39,3 juta orang (33,51%) dari jumlah total angkatan kerja nasional. Proporsi penyerapan tenaga kerja tersebut relatif tidak berubah dari tahun ke tahun. Sektor pertanian masih merupakan sektor andalan dalam penyerapan tenaga kerja nasional (Anonim, 2012). Subsektor perkebunan pada 2011 mampu menyerap tenaga kerja sebesar 17,7 juta pekerja (45%) dari 39,3 juta angkatan kerja di sektor pertanian. Luas lahan di Indonesia yang sesuai untuk sektor pertanian sebesar 94,1 juta ha. Luas lahan yang sudah dijadikan lahan pertanian baru sebesar 63,7 juta ha (67,7%). Hal ini menunjukkan bahwa masih terbuka peluang perluasan areal pertanian sebesar 30,4 juta ha (32,3%). Luas lahan sekitar 24 juta ha (78,9%) di antaranya merupakan lahan subur untuk pengembangan komoditas perkebunan dan komoditas lainnya. Sementara 6,4 juta ha (21,1%) lainnya merupakan sawah pasang surut, lebak, dan gambut yang masih memerlukan inovasi khusus. Lahan pertanian terlantar jumlahnya masih cukup luas sebesar 12,4 juta ha (19,5%) (Anonim, 2009b). Luas areal komoditas perkebunan di Indonesia pada meningkat cukup tinggi dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,7%/thn (Anonim, 2011c). Peningkatan luas areal dan produksi komoditas perkebunan di sisi lain dinilai masih kurang dalam menciptakan kesempatan kerja yang lebih banyak. Hal

3 3 ini disebabkan oleh produksi komoditas perkebunan yang masih sedikit diolah pada tingkat lebih lanjut. Produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk segar sebesar 80%, sedangkan dalam bentuk olahan baru sebesar 20% (Anonim, 2009c). Hasil komoditas perkebunan masih banyak diperdagangkan pada tingkat produksi primer dengan nilai tambah yang masih terlalu kecil sehingga pendapatan petani belum memadai. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan devisa negara, meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur ekspor, mengurangi risiko fluktuasi harga komoditas primer perkebunan, dan mencegah penurunan nilai tukar, serta antisipasi terhadap kejenuhan komoditas primer perkebunan di masa mendatang maka diperlukan pengembangan agroindustri (Baharsyah, 1991). Banyak kajian telah dilakukan, tentang pentingnya pengembangan agroindustri perkebunan bagi pembangunan nasional. Sektor ini bukan saja mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agroindustri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, dan meningkatkan perolehan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perkebunan tetapi juga mampu mendorong munculnya industri yang lain. Agroindustri sebagai salah satu motor penggerak pembangunan perkebunan, diharapkan dapat memainkan peran penting dalam kegiatan pembangunan daerah. Pembangunan daerah baik dalam sasaran pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas nasional dalam suasana era otonomi daerah saat ini (Sari, 2009). Pengembangan agroindustri membutuhkan pelaku dalam memanfaatkan atau mengembangkan berbagai faktor pendukung untuk mencapai keberhasilan usaha (Bryson, 2000).

4 4 Harapan besar tersebut tentunya perlu dilakukan dengan melihat potensi yang ada pada setiap daerah. Potensi daerah dapat menjadi kenyataan jika dilakukan kajian dari berbagai aspek secara lebih mendalam, agar agroindustri perkebunan yang akan dikembangkan dapat menjalankan perannya seperti yang diharapkan. Pembangunan perkebunan yang dikaitkan dengan pengembangan agroindustri diharapkan dilakukan dalam skala prioritas yang pertumbuhan agroindustrinya mampu menangkap manfaat ganda yang tinggi bagi kepentingan pembangunan nasional, khususnya perekonomian daerah (Soekartawi, 2000). Usaha peningkatan produksi komoditas perkebunan diharapkan memperhatikan karakteristik lahan yang ada. Eksploitasi sumberdaya lahan yang tidak didasarkan pada potensi dan kesesuaian lahan, serta tidak menggunakan teknik pengelolaan sesuai lingkungannya akan mengakibatkan terjadinya degradasi lahan dan kerusakan lingkungan yang pada akhirnya akan menyulitkan dalam pengelolaan lahan dari berbagai komoditas perkebunan. Kriteria lahan yang diperlukan untuk setiap komoditas perkebunan berbeda-beda. Namun, pada kenyatannya sering terjadi benturan berbagai kepentingan, sehingga pemanfaatan lahan kurang memerhatikan kesesuaian lahan yang akibatnya (a) kurang efektif dan efisiennya pemanfaatan lahan, (b) produktivitas dan keuntungan yang kurang maksimal, dan (c) kelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan yang ada akan terganggu (Anonim, 2007a). Kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi komoditas perkebunan ataupun keperluan lainnya setiap tahun semakin meningkat. Pemikiran yang saksama perlu dilakukan dalam mengambil keputusan

5 5 pemanfaatan lahan yang paling menguntungkan dari sumberdaya lahan yang terbatas tersebut (Sitorus, 1998). Setiap daerah diharapkan dapat menggali segenap potensi yang dimilikinya dalam upaya meningkatkan pembangunan di daerah yang berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Terkait dengan pembangunan tersebut permasalahan prioritas sering kali menjadi salah satu permasalahan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan pembangunan daerahnya. Pemanfaatan potensi unggulan strategis daerah yang ada diharapkan berimplikasi pada penyerapan tenaga kerja, peningkatan nilai tukar produk pertanian, dan lain-lain. Intinya terjadi peningkatan kesejahteraan pelaku agroindustri yang ada di daerah tersebut (Sari, 2009). Berkait dengan latar belakang masalah, maka perlu dilakukan penelitian tentang Rekayasa Sistem Pengembangan Agroindustri Perkebunan Unggulan Berbasis Kesesuaian Lahan. Meskipun belum bisa menyelesaikan permasalahan secara keseluruhan, penelitian ini dapat menjadi entry point dan alternatif solusi awal penyelesaian masalah yang ada Rumusan Masalah Berdasarkan masalah di atas, beberapa permasalahan yang muncul dirumuskan sebagai berikut. 1. Belum adanya skala prioritas pengembangan komoditas perkebunan berakibat pada ketidakmampuan bersaing dengan sektor sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar domestik atau nasional.

6 6 2. Kriteria lahan yang diperlukan untuk setiap komoditas perkebunan berbedabeda. Pemanfaatan lahan kurang memperhatikan kesesuaian lahan yang ada yang akibatnya berupa (a) kurang efektif dan efisiennya pemanfaatan lahan, (b) produktivitas dan keuntungan yang kurang maksimal, dan (c) kelestarian sumberdaya lahan dan lingkungan yang ada akan terganggu. 3. Pengembangan agroindustri perkebunan diharapkan mengacu pada pendekatan komoditas unggulan. Sampai saat ini, acuan yang komprehensif bagi pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan pengembangan agroindustri masih terbatas. Kebijakan yang ada diharapkan sesuai dengan komoditas perkebunan unggulan yang memberikan nilai tambah memadai dan memberikan manfaat yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Diversifikasi produk komoditas perkebunan belum berkembang dan hasil ikutannya belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka diperlukan kajian mengenai Rekayasa Sistem Pengembangan Agroindustri Perkebunan Unggulan Berbasis Kesesuaian Lahan Batasan Masalah Penelitian ini menggunakan beberapa batasan masalah sebagai pertimbangan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi: (1) sistem pengembangan agroindustri dirancang khusus untuk dan sesuai karakteristik komoditas perkebunan unggulan; (2) jenis komoditas dibatasi pada komoditas perkebunan yang ada saat ini; (3) kesesuaian

7 7 lahan terbatas pada tingkat ordo (kesesuaian lahan secara umum); dan (4) pengembangan sistem terbatas pada tahap simulasi model. Agroindustri dalam penelitian ini adalah industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan pengolahan hasil pertanian. Dalam penelitian ini, pertanian yang dimaksudkan adalah pertanian tanaman perkebunan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan umum penelitian ini adalah rekayasa sistem pengembangan agroindustri perkebunan unggulan berbasis kesesuaian lahan. Agar tujuan tersebut bisa tercapai, maka ditetapkan tujuan yang lebih khusus yaitu: 1. menetapkan komoditas perkebunan unggulan; 2. menentukan kesesuaian lahan komoditas perkebunan unggulan; 3. merumuskan strategi pengembangan agroindustri perkebunan unggulan berbasis kesesuaian lahan Manfaat Penelitian Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan rekomendasi dalam pengambilan keputusan kepada instansi pemerintah terkait aspek-aspek (komponen) sumberdaya yang berpengaruh dalam pengembangan agroindustri perkebunan unggulan berbasis kesesuaian lahan.

8 8 2. Menjadi informasi awal bagi investor dalam perencanaan investasi khususnya pengembangan agroindustri perkebunan unggulan berbasis kesesuaian lahan. 3. Menjadi acuan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan agroindustri perkebunan unggulan berbasis kesesuaian lahan. 4. Mengembangkan kemitraan dan kerja sama penelitian antara perguruan tinggi dengan pihak lain, terkait pengembangan agroindustri perkebunan berbasis kesesuaian lahan.