KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR TAHUN 2011 TENTANG

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BUEAn PACriAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG URAIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KECAMATAN KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PACITAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Menggugat Kinerja Profesor

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

III. METODE PENELITIAN

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PERATURAN BUPATI PACITAN \ NOMORTAHUN 2007 \ TENTANG URAIAN TUGAS. FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN I KABUPATEN PACITAN

BUPATI PACITAN ; PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 59 TAHUN 2011

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

MENTERI KOORD[NATOR BlDANG POLITlK, HUKUM DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa (engineering) dan administratif tidak

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PACITAN TENTANO PENTELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA I

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tinggi bagi kesehatan. Buwono (1993) mengungkapkan bahwa susu

BUPATI PACITAN! PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 1^ TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN, DAN PEMBEBASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

I PERATURAN BUPATI PACITAN I NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN PACITAN TAHUN 2013 BUPATI PACITAN

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN ; NOMOR 8 TAHUN 2001 SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA!

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

Semoga bermanfaat. Kepala Badan Ketahanan Pangan ACHMAD SURYANA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BUPATI PACITAN. i PERATURAN BUPATI PACITAN j NOMOR 30 TAHUN 2008 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KABUPATEN PACITAN

LAPORAN KKN SISDAMAS Kelompok 114 PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK DAN BARANG BEKAS MENJADI KERAJINAN YANG BERNILAI DAN BERDAYA JUAL DI DESA BONGAS KULON

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 Peraturan Menteri

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI PACITAN PENDELEGASIAN SEBAGIAN KEWENANGAN BUPATI KEPADA CAMAT DI KABUPATEN PACITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK) TAHUN 2017

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

MENTIEM ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL FEPUBLIK INDONESIA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

VlSl PERTANIAN INDONESIA 2030

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BUPATI RIALUKU TENGGARA BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN MINAT ORANG TUA MENYEKOLAHKAN ANAKNYA KEPERGURUAN TINGGI DI SMA XAVERIUS II KOTA JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mcnimbang. Mengingat. Menetapkan. i i

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

THE ECONOMICS OF MARRIAGE & DIVORCE. Minggu-11 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menentukan arah kebijakan Pembangunan Dinas Perhubungan,

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

TUGAS AKHIR Pancasila Berdasarkan Landasan Yuridis SETIYAWAN S1TI-12 Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma.

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

NOMOFT io renurt 2P1l

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

Transkripsi:

KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN 2010 2014 DEWAN KETAHANAN PANGAN 2010

.

PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Ketahanan Pangan mash merupakan su yang pentng bag bangsa Indonesa. Sekalpun saat n Indonesa telah berhasl mencapa swasembada beras, namun ketahanan pangan mash menjad salah satu prortas pembangunan nasonal. Hal n antara lan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang tdak bsa dsubsttus dengan bahan lan. Sementara, pertumbuhan jumlah penduduk ndonesa yang terus menngkat memerlukan penyedaan bahan pangan dalam jumlah yang sangat besar. D ss lan, kapastas penyedaan bahan pangan justru menghadap sejumlah tantangan sepert perubahan klm global, kompets pemanfaatan sumberdaya lahan dan ar untuk kegatan pertanan dan non pertanan, serta degradas lngkungan yang menurunkan kapastas produks pangan nasonal. Kta juga menghadap persoalan penanganan kerawanan pangan mash terjad d Indonesa. Sehubungan dengan persoalan tersebut d atas, maka dalam RPJMN 2010-2014, Pemerntah menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas nasonal. Dalam katan dengan pembangunan ketahanan pangan, pemerntah memberkan penekanan pada perbakan subsstem ketersedaan pangan, subsstem dstrbus pangan dan subsstem konsums pangan. Pembangunan subsstem ketersedaan darahkan guna menjamn ketahanan dan kedaulatan pangan nasonal. Dalam hal n, Pemerntah berupaya mencapa swasembada dan mempertahankan swasembada berkelanjutan bag komodtas pangan strategs, melalu snerg dan keterpaduan antar sektor, sehngga tujuan tersebut dapat dcapa secara efektf dan efsen. Upaya pengembangan subsstem ketersedaan pangan juga darahkan sebaga bass untuk mengks persoalan kerawanan pangan yang mash terjad dsebagan wlayah Indonesa. i

Pembangunan subsstem dstrbus pangan darahkan untuk menjamn ketersedaan pangan, bak d tngkat nasonal maupun d setap daerah selalu dalam konds cukup, memada, dan terkelola dengan bak, yang dtanda oleh stabltas harga pangan yang terjangkau bag konsumen, namun dss lan juga memberkan penghaslan yang memada bag petan. Upaya pembangunan dstrbus pangan antara lan melalu pengembangan cadangan pangan dan perbakan ranta dstrbus logstk nasonal yang efektf dan efsen. Pengembangan substem konsums pangan dmaksudkan untuk memperbak kualtas konsums pangan masyarakat, khususnya melalu penganekaragaman konsums pangan dengan memanfaatkan sumberdaya pangan lokal, termasuk menngkatkan aspek keamanan pangan. Kekayaan sumberdaya hayat Indonesa perlu dmanfaatkan untuk menngkatkan kualtas dan keragaman konsums pangan masyarakat, sekalgus mengatas ketergantungan pada beras. Guna memberkan arahan mengena mplementas RPJMN bdang ketahanan pangan, dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan 2010-2014. Penerbtan buku n dmaksudkan sebaga pedoman bag seluruh pemangku kepentngan, Pemerntah Pusat dan Daerah serta komponen bangsa lannya mengena program-program pembangunan ketahanan pangan secara terpadu dan snergs. Saya berharap dengan berpedoman pada Kebjakan Umum Ketahanan Pangan 2010 2014 n, kta mampu secara terarah memusatkan semua upaya dan sumberdaya untuk percepatan pencapaan tujuan pembangunan ketahanan pangan nasonal. Karena tu, saya berharap semua pemangku kepentngan menjadkan buku n sebaga acuan dalam perumusan langkah operasonal pembangunan ketahanan pangan d bdang dan wlayah kerjanya masng-masng sesua dengan peran dan tanggung jawabnya. Jakarta, Maret 2011 Presden RI/Ketua Dewan Ketahanan Pangan, DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono ii ii

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamn ketersedaan pangan yang cukup dar seg jumlah, mutu, keamanan dan keragaman sehngga setap rumah tangga mampu mengkonsums pangan dalam setap saat, mampu mengkonsum pangan yang cukup, aman, bergz dan sesua plhannya, untuk menjalan hdup sehat dan produktf. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dmana pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Untuk mencapa tujuan n, pemerntah dan masyarakat bertanggung jawab sesua dengan peran dan sumberdaya yang dmlknya. Pemerntah bertanggung jawab menyelenggarakan pengaturan, pembnaan, pengendalan dan pengawasan terhadap ketersedaan pangan, sedangkan masyarakat berperan menyelenggarakan produks dan penyedaan, perdagangan, dstrbus dan konsumen. Mengngat pentngnya masalah pangan, setap negara memprortaskan pembangunan ketahanan pangan dan pencapaannya dposskan sebaga fondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal, telah mempengaruh stuas ketahanan pangan nasonal. Berkatan dengan hal tersebut, pemerntah Indonesa menempatkan pembangunan ketahanan pangan sebaga salah satu prortas pembangunan nasonal, sebagamana yang tercantum d dalam RPJMN 2010-2014. Sebaga tndak lanjut dan penjabaran dar kebjakan pembangunan ketahanan pangan nasonal, maka dsusun Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 sebaga kelanjutan penyempurnaan dar KUKP 2006-2009. Dokumen KUKP 2010-2014 n dharapkan dapat menjad acuan atau i iii

referens bag para perumus kebjakan, pelaksana pembangunan, pelaku ekonom, serta masyarakat pada umumnya dalam melaksanakan pembangunan ketahanan pangan d berbaga tngkatan, dem terwujudnya ketahanan pangan nasonal, daerah dan rumah tangga secara berkelanjutan. Buku KUKP 2010-2014 n juga dharapkan dapat dgunakan sebaga arahan untuk menykap dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka ketahanan pangan d dalam neger, bak pada tngkat nasonal maupun sampa pada tngkat daerah. Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 n dmula dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja Ahl) Dewan Ketahanan Pangan (DKP) untuk merumuskan de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 n dlakukan melalu peneltan, stud pustaka, dskus nternal dengan Pokja Tekns, Tm Asstens dan Pokja Khusus Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Konsep awal KUKP 2010-2014 n telah dsemnarkan dan dbahas berkal-kal dalam berbaga dskus publk, mula dar pengenalan, perumusan, dentfkas masalah, prortsas kebjakan, langkah aks, sampa pada pembagan tugas dan tanggung jawab stake holder. Dskus publk telah melbatkan unsur lembaga pemerntah, perguruan tngg, swasta, organsas profes, lembaga swadaya masyarakat, dan organsas kemasyarakatan lannya. Mengngat setap daerah memlk sumberdaya dan persoalan ketahanan pangan yang spesfk lokas, maka dhmbau agar setap daerah dapat juga merumuskan Langkah Operasonal Pembangunan Ketahanan Pangan tngkat propns dan kabupaten/kota sebaga penjabaran dan mplementas kebjakan pembangunan ketahanan pangan d tngkat daerah, dengan mengacu pada KUKP 2010-2014 n. Jakarta, Maret 2011 Menter Pertanan/ Ketua Haran Dewan Ketahanan Pangan, Suswono Suswono ii iv ii

DAFTAR ISI Hal. PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA... i SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR... viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 4 1.3. Landasan Hukum... 4 1.4. Ruang Lingkup... 11 1.5. Proses Penyusunan... 13 II. DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN... 15 2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan... 15 2.2. Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional... 19 III. KERAGAAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2005-2009... 27 3.1. Ketersediaan Pangan... 31 3.2. Stabilisasi Harga Pangan... 39 3.3. Cadangan Pangan... 41 3.4. Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan... 43 3.5. Keamanan Pangan... 49 3.6. Kesejahteraan Masyarakat... 51 IV. POTENSI, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KETAHANAN PANGAN... 59 4.1. Potensi... 59 4.2. Permasalahan... 85 4.3. Tantangan Ketahanan Pangan... 87 v

V. KEBIJAKAN UMUM KETAHANAN PANGAN NASIONAL... 119 5.1. Arah dan Tujuan Kebijakan... 120 5.2. Sasaran Kebijakan Ketahanan Pangan... 123 5.3. Strategi Umum... 125 5.4. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan... 127 VI. RENCANA AKSI KETAHANAN PANGAN... 149 VII. PENUTUP... 161 vi

DAFTAR TABEL Hal. Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Beberapa Komoditas Pangan 2005-2009... 33 Tabel 3.2. Ketersediaan Beberapa Komoditas Pangan 2005-2009... 35 Tabel 3.3. Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Komoditas Pangan Penting tahun 2005-2009... 37 Tabel 3.4. Ketersediaan Energi dan Protein Tahun 2005-2009... 39 Tabel 3.5. Perbandingan Rata-rata Median dan Coefisien Variasi Harga Bahan Pangan Pokok - Strategis Bulan Januari - Desember Tahun 2005-2008... 40 Tabel 3.6. Perbandingan Rata-rata Median dan Persentase Kenaikan Harga Pangan Pokok Strategis Bulan Januari-Agustus Tahun 2008-2009... 41 Tabel 3.7. Perkembangan Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein Tahun 2005-2009... 44 Tabel 3.8. Rata-rata Konsumsi Kelompok Pangan Rumah Tangga Tahun 2005-2009... 45 Tabel 3.9. Konsumsi Penduduk Indonesia dan Selisih Aktual terhadap Berbagai Kelompok Makanan Tahun 2005-2009... 48 Tabel 3.10. Perkembangan Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan Tahun 2001-2009... 50 Tabel 3.11. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Penganggruan Tahun 2002-2009... 52 Tabel 3.12. Persentase Pengeluaran Rata-rata per Kapita Menurut Kelompok Barang Penduduk Indonesia Tahun 2005-2008... 57 Tabel 4.1. Potensi Ketesediaan Lahan Pertanian Indonesia... 62 Tabel 4.2. Keragaman Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Status Pekerjaan Utama dan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008... 66 Tabel 4.3. Proyeksi Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2009-2014... 103 vii

Tabel 4.4. Proyeksi Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2009-2015... 104 Tabel 4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin 2005-2008. 115 Tabel 5.1. Sasaran Skor PPH 2010-2014... 123 Tabel 5.2. Sasaran Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 2010-2014... 124 DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR Grafik 3.1. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Dalam Negeri Tahun 2004-2009... 28 Grafik 3.2. Perkembangan Harga Pangan Pokok Strategis di Pasar Internasional Tahun 2007-2009... 29 Gambar 3.3. Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Perkantoran dan Perdesaan Tahun 1976-2009... 53 Gambar 3.4. Pengeluaran Rata-rata per Kapita sebulan di Daerah Perkotaan dan Perdesaan menurut Kelompok Barang dan Golongan Pengeluaran per Kapita sebulan Tahun 2008... 55 viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusa yang palng utama, karena tu pemenuhannya menjad bagan dar hak asas setap ndvdu. D Indonesa, pemenuhan kecukupan pangan bag seluruh rakyat merupakan kewajban, bak secara moral, sosal, maupun hukum termasuk hak asas setap rakyat Indonesa. Selan tu juga merupakan nvestas pembentukan sumberdaya manusa yang lebh bak d masa datang untuk melaksanakan pembangunan nasonal, dan prasyarat bag pemenuhan hak-hak dasar lannya sepert penddkan, pekerjaan, dan sebaganya. Mengngat pentngnya memenuh kecukupan pangan, setap negara mendahulukan pembangunan ketahanan pangannya sebaga pondas bag pembangunan sektor-sektor lannya. Pembangunan ketahanan pangan d Indonesa dtujukan untuk menjamn ketersedaan dan konsums pangan yang cukup, aman, bermutu, bergz, dan sembang pada tngkat rumah tangga, daerah, nasonal, sepanjang waktu dan merata. Hal n dapat dlakukan melalu pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, teknolog novatf dan peluang pasar, untuk memperkuat ekonom perdesaan dan mengentaskan masyarakat dar kemsknan. Dengan demkan, ketahanan pangan d Indonesa ddefnskan sebaga konds terpenuhnya pangan bag rumah tangga yang tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Berbaga tantangan dan perubahan lngkungan strategs bak secara global maupun nasonal telah mempengaruh pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan tdak saja d Indonesa, tetap juga d hampr semua negara d duna, bak negara maju maupun negara 1

berkembang. Tantangan dan perubahan lngkungan strategs secara global dtanda oleh pergerakan harga-harga pangan strategs, bak sebaga dampak beranta dar kenakan harga mnyak bum duna, perubahan klm dan pemanasan global, maupun sebaga dampak dar krss fnansal global yang mempengaruh daya bel konsumen mskn, dan menngkatkan kerawanan pangan terutama d negaranegara berkembang. Hal n juga dapat bermplkas terhadap ketahanan pangan dan pencapaan tujuan pembangunan millennium (MDGs) menurunkan jumlah penduduk mskn dan rawan pangan hngga setengahnya pada tahun 2015. Serng dengan adanya perubahan fenomena dan dnamka konds global yang mempengaruh stuas dan dnamka nternal d dalam neger, maka dperlukan perubahan pada kebjakan ketahanan pangan, bak secara umum maupun khusus d tngkat pusat dan daerah. Kebjakan tersebut berupa pembentukan kelembagaan ketahanan pangan tngkat daerah sebaga konsekuens dar ketentuan terbaru bahwa ketahanan pangan adalah urusan wajb pemerntah daerah. Selan tu, Indonesa juga telah berupaya untuk mengembangkan kebjakan yang mengarah pada satu sasaran strategs tentang Indonesa Tahan Pangan dan Gz 2015 sebaga konsekuens dar mplementas kebjakan dan kesepakatan pmpnan daerah, Gubernur selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan (DKP) d tngkat provns. Pada dekade mendatang peranan pemerntah pusat dan pemerntah daerah dalam mencapa ketahanan pangan mash sangat pentng, walaupun akhr-akhr n terdapat kecenderungan semakn aktfnya fungs sektor swasta dan kelembagaan pasar. Peran pemerntah pusat pentng dalam menentukan arah kebjakan, strateg yang akan dtempuh, dan sasaran yang akan dcapa menuju tngkat ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat secara umum. Ketdakjelasan dan terputusnya herark level polts-strategs, organsas, dan mplementas 2

kebjakan sangat mempengaruh perjalanan serta kualtas ketahanan pangan yang ngn dwujudkan, yang melput dmens ketersedaan, aksesbltas dan stabltas harga, serta utlsas produk pangan. Dengan demkan, kehadran DKP daerah, dmana gubernur dan bupat/walkota selaku Ketua DKP Provns dan Kabupaten/Kota perlu berperan aktf dan kreatf dalam melakukan koordnas dan snkronsas kebjakan ketahanan pangan dan mplementasnya secara harmons yang dapat membantu memperlancar terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Desentralsas ekonom adalah ttk tolak untuk memperbak kerja sama, terutama snerg kebjakan ketahanan pangan antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah. Sstem organsas dan enforcement, rasa tanggung jawab pejabat pusat dan daerah juga perlu dtngkatkan, terutama dalam hal tersedanya mekansme pengawasan untuk menetapkan prortas alokas anggaran pusat dan daerah yang dapat mendukung terwujudnya pembangunan ketahanan pangan. Sebaga contoh adalah tersedanya kejelasan pembagan tugas dan tanggung jawab dalam rehabltas nfrastruktur pertanan dan perdesaan, sepert dkenal dengan stlah O&M (operation and maintenance) jarngan rgas, saluran dranase, jalan produks, jalan desa dan tentunya jalan provns, jalan negara, dan lan-lan. Dalam rangka menghadap tantangan perubahan fenomena dan dnamka ketahanan pangan sepert yang telah dkemukakan d atas, dsusun Kebijakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 sebaga penyempurnaan dar KUKP 2006-2009. Dokumen KUKP 2010-2014 n dharapkan dapat menjad acuan atau referens yang berharga bag para perumus dan pelaksana kebjakan d lapangan, pelaku ekonom, serta masyarakat madan pada umumnya dalam menyusun penetapan kebjakan ketahanan pangan pada berbaga tngkat dan terwujudnya pembangunan ketahanan pangan nasonal, daerah dan rumah tangga d masa yang akan datang. 3

1.2. Tujuan Tujuan penyusunan Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014, adalah untuk : 1. Menjad acuan dan common platform bag para stakeholders ketahanan pangan, mula dar nstans pemerntah, sektor swasta, Badan Usaha Mlk Negara (BUMN), perguruan tngg, petan, nelayan, ndustr pengolah, pedagang, penyeda jasa lan dan masyarakat umum dalam peran dan upayanya untuk memberkan kontrbus yang optmal dalam mewujudkan ketahanan pangan. 2. Menjad acuan dasar bag lembaga pemerntah dan pemerntah daerah untuk membangun snerg, ntegras dan koordnas, sehngga palng tdak kedua lembaga dapat salng mengnformaskan kegatan yang dlaksanakan secara transparan, akuntabel dan efektf (good governance), serta secara maksmal dapat mendukung terwujudnya tujuan ketahanan pangan. 1.3. Landasan Hukum Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuh kebutuhan dasar manusa, dan pemerntah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan, serta menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen dan phak yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan. Undang-undang tersebut telah djabarkan dalam beberapa peraturan pemerntah (PP) antara lan: (a) PP Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan mengatur tentang ketahanan pangan yang mencakup aspek ketersedaan pangan, cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, peran pemerntah pusat dan daerah 4

serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusa dan kerja sama nternasonal; (b) PP Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan yang mengatur pembnaan dan pengawasan d bdang label dan klan pangan dalam rangka mencptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggungjawab; dan (c) PP Nomor 28 Tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gz pangan, pemasukan dan pengeluaran pangan ke wlayah Indonesa, pengawasan dan pembnaan serta peran serta masyarakat mengena hal-hal d bdang mutu dan gz pangan. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perkanan yang terkat dengan Ketahanan Pangan, adalah mengena wlayah penangkapan dan pembuddayaan kan yang berfungs sebaga potens sumberdaya pangan. Kebjakan n bertujuan untuk mewujudkan penyedaan kan dalam jumlah yang memada sebaga upaya mencukup gz masyarakat dengan harga yang layak. Berbaga peraran dan Zona Ekonom Eksklusf (ZEE) wlayah Indonesa, yang mengandung berbaga sumberdaya jens kan akan memberkan penngkatan ketahanan pangan dan pemerataan ketersedaan pangan daerah provns, kabupaten/kota sampa pada tngkat rumah tangga, serta menjad sumber pendapatan para nelayan yang juga dapat menngkatkan daya bel untuk memperoleh pangan beragam bergz dan sembang. Undang-undang n secara tegas mengamanatkan snergtas dalam pasal 24 ayat (1), (2) dan (3), bahwa pemerntah mendorong penguatan nla tambah produk hasl pertanan, membatas ekspor bahan baku ndustr pengolahan kan untuk menjamn ketersedaan bahan baku d dalam neger. Hal n berart bahwa strateg d bdang ketahanan pangan dan perkanan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal guna menngkatkan kesejahteraan petan dan masyarakat pada umumnya. 5

Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan khususnya pasal 35 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerntah dan pemerntah daerah memfasltas pengembangan unt pasca panen produk hewan skala kecl dan menengah. Selan tu, pemerntah juga berkewajban untuk membna penngkatan produks dan konsums proten hewan dalam mewujudkan ketersedaan pangan bergz sembang bag masyarakat dengan tetap menngkatkan kesejahteraan pelaku usaha peternakan, serta mendorong dan memfasltas pengembangan produk hewan yang dtetapkan sebaga bahan pangan pokok strategs dalam mewujudkan ketahanan pangan nasonal (pasal 76 ayat (4)). Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan, menyebutkan bahwa alh fungs lahan pertanan merupakan ancaman terhadap pencapaan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan. Alh fungs lahan mempunya mplkas yang serus terhadap produks pangan, lngkungan fsk, serta kesejahteraan masyarakat pertanan dan perdesaan yang kehdupannya tergantung pada lahannya. Perlndungan lahan pertanan pangan berkelanjutan merupakan upaya yang tdak terpsahkan dar reforma agrara, yatu penataan yang terkat dengan aspek penguasaan/pemlkan serta aspek penggunaan/pemanfaatan berdasarkan pasal 2 Ketetapan Majels Permusyawaratan Rakyat RI Nomor IX/MPR-RI/2001 tentang Pembaharuan Agrara dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan merupakan acuan dar berbaga peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan. Dalam pekembangannya peraturan perundang-undangan yang berkatan dengan pangan antara lan: 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perndustran (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); 6

2. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sstem Buddaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantna Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482); 4. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3502); 5. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecl (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611); 6. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3612); 7. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asas Manusa; 8. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888; 9. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlndungan Varetas Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 10. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 11. Undang-undang Nomor 21Tahun 2004 tentang Pengesahan Cartagena Protocol on Biossafety to The Convention on Biological Diversity (Protokol Cartagena tentang Keamanan Hayat atas Konvens Keanekaragaman Hayat) (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4414); 7

12. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), sebagamana telah beberapa kal dubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 13. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Ratfkas Kovenan Internasonal Hak-Hak Ekonom, Sosal dan Budaya (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4557); 14. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2006 Tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (Perjanjan mengena Sumberdaya Genetk Tanaman untuk Pangan dan Pertanan); 15. Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perkanan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5073); 16. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 17. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059; 18. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063); 19. Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5068); 8

20. Peraturan Pemerntah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3867); 21. Peraturan Pemerntah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4254); 22. Peraturan Pemerntah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gz Pangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4424); 23. Peraturan Pemerntah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayat Produk Rekayasa Genetk (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 498); 24. Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan; 25. Peraturan Presden Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebjakan Percepatan Penganekaragaman Konsums Pangan Berbass Sumberdaya Lokal. Dsampng mengacu pada berbaga dokumen hukum nasonal tersebut, pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada komtmen bangsa Indonesa dalam berbaga kesepakatan duna. Indonesa sebaga salah satu anggota PBB berkomtmen untuk melaksanakan aks-aks mengatas kelaparan, kekurangan gz serta kemsknan duna. Komtmen tersebut antara lan tertuang dalam Deklaras World Food Summit 1996 dan dtegaskan kembal dalam World food Summit: five years later 2002, serta Millenium Development Goals tahun 2000, untuk mengurang angka kemsknan ekstrm dan kerawanan pangan duna sampa setengahnya d tahun 2015. Pada ntnya dketahu bahwa pencapaan sasaran tersebut sangat sult dcapa dan perlu ada upaya sungguh-sungguh dar masyarakat duna untuk mencapanya. 9

Beberapa konvens nternasonal yang memuat komtmen bangsa-bangsa d duna termasuk Indonesa terhadap pembangunan d bdang pangan, gz dan kesehatan antara lan adalah : (a) Deklaras Unversal tentang Hak Asas Manusa (Universal Declaration of Human Rights) tahun 1948 yang menyatakan bahwa hak atas pangan adalah bagan yang tdak terpsahkan dar hak asas manusa; (b) Konvens Internasonal tentang ekonom, sosal dan budaya (ECOSOC) tahun 1968, yang mengaku hak setap ndvdu atas kecukupan pangan dan hak dasar (asas) untuk terbebas dar kelaparan; (c) Konvens tentang Hak Anak (International Convention on the Right of Child) yang salah satu temnya menyatakan bahwa negara anggota mengaku hak asas dar setap anak kepada standar kehdupan yang layak bag perkembangan fsk, mental, sprtual, moral dan sosal anak, juga mengaku hak anak untuk mendapatkan gz yang bak. Dar berbaga dokumen hukum serta kesepakatan nasonal maupun nternasonal, maka pemerntah Indonesa menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014. Peran pemerntah daerah dalam pembangunan ketahanan pangan, datur dalam PP Nomor 3 tahun 2007 tentang pertanggungjawaban gubernur dan bupat/walkota, dmana gubernur dan bupat/walkota wajb melaporkan pembangunan ketahanan pangan d daerahnya. PP Nomor 38 tahun 2007 bahwa ketahanan pangan menjad urusan wajb pemerntah provns dan kabupaten/kota. Berdasarkan kedua peraturan pemerntah tersebut jelas secara tegas bahwa ketahanan pangan menjad urusan wajib bag pemerntah provns dan kabupaten/kota, dan berdasarkan PP Nomor 41 tahun 2007 bahwa perlu ada kelembagaan atau unt kerja yang menangan ketahanan pangan untuk menangannya. Berdasarkan Peraturan Presden Nomor 83 Tahun 2006 tentang DKP, tugas DKP adalah membantu Ketua DKP (presden, 10

gubernur dan bupat/walkota) d pemerntah pusat, pemerntah provns dan kabupaten/kota dalam menyusun dan merumuskan kebjakan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasonal dan wlayah. Sebaga lembaga fungsonal, DKP dapat menjalankan fungs koordnas dengan cara memfasltas kerja sama lntas sektor d tngkat wlayah (provns dan kabupaten/kota) dan nasonal. Tanpa melebh batas kewenangan daerah otonom, serta mash dalam kerangka sstem negara kesatuan, maka pada urusan pangan yang bersfat lntas daerah, pembangunan ketahanan wlayah dan nasonal tdak dapat dlepaskan dar dnamka kehdupan d tngkat lokal, regonal, hngga nasonal. Oleh karena tu koordnas yang efektf akan menngkatkan pemahaman terhadap makna, manfaat, ruang lngkup, serta unsur-unsur yang berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan sebaga plar ketahanan nasonal. 1.4. Ruang Lingkup Mengacu pada pengertan dan landasan hukum d atas, maka ruang lngkup dokumen Kebjakan Umum Ketahanan Pangan (KUKP) 2010-2014 mencakup tga plar utama yatu ketersedaan, dstrbus, dan konsums pangan. Pada plar dstrbus dan konsums merupakan penjabaran dar aksesbltas masyarakat terhadap pangan. Jka salah satu plar tersebut tdak dpenuh maka suatu negara belum dapat dkatakan mempunya ketahanan pangan yang bak. Walaupun pangan terseda cukup d tngkat nasonal dan regonal, tetap jka akses ndvdu untuk memenuh kebutuhan pangannya tdak merata, maka ketahanan pangan mash dkatakan rapuh. Akses terhadap pangan, ketersedaan pangan dan resko terhadap akses dan ketersedaan pangan tersebut merupakan determnan yang esensal dalam ketahanan pangan. Aspek kesembangan ketahanan pangan, melput ketersedaan, aksesbltas dan stabltas harga pangan, bak dalam skala rumah 11

tangga, regonal wlayah dan skala nasonal. Sesua dengan tujuan penyusunan buku n sebaga salah satu acuan bag pemerntah dan seluruh stakeholder dalam pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, maka secara sstemats akan dsampakan substans dasar dar kebjakan ketahanan pangan yang melput aspek-aspek yang mendukung tercapanya ketahanan pangan yang deal. KUKP n dawal dengan pendahuluan (Bab I) yang antara lan memuat latar belakang, tujuan, landasan hukum, dan ruang lngkup. Bab II mengurakan tentang dnamka konsep ketahanan pangan saat n. Ketahanan pangan mengalam dnamka dan tantangan baru yang semakn kompleks serng dengan beberapa perubahan yang terjad pada tngkat global dan dnamka perkembangan ekonom nasonal. Keragaan ketahanan pangan saat n yang dgambarkan oleh knerja umum ketahanan pangan yang dcapa selama 5 tahun, secara lengkap dtamplkan pada bab III. Pada Bab IV djelaskan tentang bagamana potens (peluang), permasalahan dan tantangan yang dhadap dalam upaya pemantapan ketahanan pangan bak dar ss sumberdaya alam, sumberdaya mansa, keanekaragaman hayat, teknolog, nfrastruktur, stuas pasar komodtas, teknolog, kelembagaan, dan konds budaya masyarakat yang sangat bervaras. Dalam bab n juga dbahas mengena berbaga tantangan dalam upaya penyedaan pangan strategs dan pangan pentng serta dampak krss ekonom yang berkepanjangan dserta dengan tuntutan lngkungan strategs bak domestk maupun nternasonal. Bab V secara rnc membahas substans butr-butr kebjakan umum ketahanan pangan yang terdr dar 18 elemen pentng yang dharapkan menjad panduan bag pemerntah, swasta dan masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan d tngkat rumah tangga, tngkat wlayah dan tngkat nasonal. 12

Pada Bab VI dtamplkan matrks Rencana Aks Ketahanan Pangan Tahun 2010-2014 yang menjabarkan secara rnc tujuan kebjakan, program kegatan, lembaga/nstans penanggung jawab dar setap elemen kebjakan, dan ndkator keberhaslan (output). Matrks tersebut dharapkan dapat menjad panduan bag para stakeholders yang berkontrbus dalam pembangunan ketahanan pangan. Sebaga penutup Bab VII menjelaskan harapan agar KUKP n dapat menjad acuan bag seluruh stakeholders ketahanan pangan dalam melaksanakan peran dan memberkan kontrbusnya untuk pemantapan ketahanan pangan bak d tngkat nasonal maupun wlayah. 1.5. Proses Penyusunan Penyusunan dokumen KUKP 2010-2014 dmula dengan menugaskan Kelompok Kerja (Pokja) Ahl DKP untuk merumuskan de-de dasar dar pembangunan ketahanan pangan. Proses penyusunan konsep awal KUKP 2010-2014 n dlakukan melalu peneltan, stud pustaka, dskus nternal dengan Tm Asstens dan Kelompok Kerja Khusus (Pokjasus) Pemberdayaan Ketahanan Pangan Masyarakat DKP. Pokjasus memberkan masukan yang sgnfkan ke dalam KUKP n dengan saran tertuls yang sangat krts dan berharga. Konsep awal KUKP 2010-2014, kemudan dsemnarkan dan dbahas berkal-kal dalam berbaga dskus publk, mula dar pengenalan, perumusan, dentfkas masalah, prortsas kebjakan, langkah aks, sampa ada pembagan tugas dan tanggung jawab stakeholders. Dskus publk telah melbatkan unsur lembaga pemerntah, perguruan tngg, swasta, organsas profes, lembaga swadaya masyarakat, dan organsas kemasyarakatan lannya. Untuk mengolah kembal saran dan masukan dar peserta dskus, dbentuk Tm Ad Hoc penyusunan KUKP 2010-2014 yang lebh lengkap. Tahap terakhr proses n adalah dskus nternal 13

nstans pemerntah dalam wadah rapat koordnas Dewan Ketahanan Pangan. Hasl dar pembahasan tersebut telah dmasukkan kedalam website Kementan untuk mendapatkan masukan dar publk, sebelum dfnalkan menjad dokumen resm yang dkeluarkan melalu Dewan Ketahanan Pangan. 14

BAB II DINAMIKA KONSEP KETAHANAN PANGAN 2.1. Konsep Global Ketahanan Pangan Ketahanan pangan yang merupakan terjemahan dar food security mencakup banyak aspek dan luas, sehngga setap orang mencoba menerjemahkan sesua dengan konds dan stuas yang berkembang pada perode jamannya. Ketahanan pangan dnterpretaskan dengan banyak cara, sehngga pemakaan stlah ketahanan pangan tu sendr telah menmbulkan perdebatan. Pada tahun 1950-1960-an, ketka Perang Duna II (PD II) baru usa, setap negara, bahkan negara maju dan pemenang PD II pun harus memkrkan pangan rakyatnya setelah beberapa tahun dtnggalkan untuk menyapkan dan berkonsentras pada perang duna yang sedang dhadap tersebut. Dengan konds sepert n tdak heran apabla pada perode tersebut, pengertan ketahanan pangan lebh menekankan perhatannya pada ketersedaan pangan, bak pada tngkat nasonal maupun tngkat global darpada tngkat rumah tangga. Apalag pada tahun 1970-an terjad krss pangan d Afrka karena gagal panen yang dsebabkan karena kekerngan maupun perluasan penggurunan. Keadaan n mendorong negara-negara donor dan masyarakat nternasonal untuk semakn memberkan perhatan pada penyedaan pangan secara global dan nasonal. Pemahaman ketahanan pangan sepert n mendapatkan legtmasnya dalam Konferens Pangan Duna tahun 1974 yang dselenggarakan oleh Badan Perserkatan Bangsa-bangsa (PBB) Food and Agriculture Organization (FAO). Kedaulatan pangan menuntut hak rakyat atas pangan, yang menurut FAO merupakan hak untuk memlk pangan secara teratur, permanen dan bsa mendapatkannya secara bebas, bak secara cumacuma maupun membel dengan jumlah dan mutu yang mencukup, serta cocok dengan trads kebudayaan rakyat yang 15

mengkonsumsnya. Menjamn pemenuhan hak rakyat untuk menjalan hdup yang bebas dar rasa takut dan bermartabat, bak secara fsk maupun mental, serta secara ndvdu maupun kolektf. Kenyataannya, kelaparan sebaga ndkas tndasan terhadap hak atas pangan mash berlangsung dmana-mana bahkan bertambah buruk saja. Inda neger dengan jumlah penderta kelaparan tertngg d duna, dsusul oleh Chna. Sektar 60 persen dar total penderta kelaparan d seluruh duna berada d Asa dan Pasfk, dkut oleh neger-neger Sub-Sahara dan Afrka sebesar 24 persen serta Amerka Latn dan Karba sebesar 6 persen. Setap tahun orang yang menderta kelaparan bertambah 5,4 juta. Juga setap tahunnya 36 juta rakyat mat karena kelaparan dan gz buruk, bak secara langsung maupun tdak langsung. Dalam usaha mengatas masalah kelaparan dan akses pangan, PBB melalu FAO memperkenalkan stlah ketahanan pangan dengan harapan adanya persedaan pangan setap saat, dmana semua orang dapat mengaksesnya dengan bebas dengan jumlah, mutu dan jens nutrs yang mencukup serta dapat dterma secara budaya. Keterbatasan pemahaman ketahanan pangan sebaga ketersedaan pangan pada tngkat nasonal dan global sepert d atas mendapatkan pencerahannya ketka terjad krss pangan, yang sekal lag terjad d Afrka pada pertengahan tahun 1980-an, dmana secara global ketersedaan pangan cukup untuk memenuh seluruh penduduk duna. Hal n menunjukkan bahwa konds ketersedaan pangan yang cukup pada tngkat nasonal dan global tdak secara otomats menunjukkan konds ketahanan pangan pada tngkat ndvdu maupun rumah tangga. Para pakar dan prakts pembangunan kemudan menyadar bahwa kerawanan pangan bsa terjad dalam konds dmana ketersedaan pangan cukup tetap kemampuan memperoleh pangannya tdak cukup. Teor Sen tentang food entitlement memperoleh pengaruh yang sangat luas dan membawa perubahan 16

pemkran dalam pemahaman konsep ketahanan pangan. Food entitlement rumah tangga dperoleh bak dar produks sendr, pendapatan yang dtermanya, atau mengumpulkan pangan dar sumberdaya alam yang ada, dukungan dan bantuan dar masyarakat, aset sendr maupun ketka mereka melakukan mgras untuk dapat memperoleh pangan yang lebh bak. Dengan demkan, konds sosal dan varabel ekonom rumah tangga memlk pengaruh yang besar kepada rumah tangga dalam memperoleh pangan. Memburuknya konds kerawanan pangan dapat dpandang sebaga proses perubahan jangka panjang dmana korbannya tdak secara pasrah menerma keadaan tersebut, tetap memang keadaanlah yang menyebabkan mereka mengalam konds yang semakn buruk. Para pakar anthropolog berpendapat bahwa populas yang rentan terhadap kerawanan pangan sesungguhnya menunjukkan upaya-upaya untuk mengatas masalah gangguan secara ekonom, sehngga memberkan pemahaman tentang perlaku (behavioural) rumah tangga dalam merespon masalah tersebut dan bagamana mereka menghadap (coping mechanism) keadaan krss pangan. Pada akhr tahun 1990-an, lembaga donor, pemerntah, dan LSM mula mengumpulkan nformas dan varabel sosal ekonom d dalam menganalss kerawanan pangan. Pendekatan ketahanan pangan rumah tangga yang mula berkembang pada tahun 1980-an menekankan bak ketersedaan maupun akses yang stabl terhadap pangan. Dengan demkan, pemahaman ketahanan pangan pada perode n mula menekankan dua aspek pentng dalam ketahanan pangan, yatu ketahanan pangan dalam art ketersedaan pangan pada tngkat nasonal (dan regonal) maupun akses yang stabl pada tngkat lokal. Hal-hal lan yang menjad perhatan adalah berkenaan dengan pemahaman pangan sebaga satu sstem (food system), sstem produks, dan faktor-faktor lan yang dapat mempengaruh komposs dar ketersedaan pangan serta akses rumah tangga terhadap 17

ketersedaan pangan tersebut secara terus menerus. Sekal lag, perubahan pemahaman ketahanan pangan dengan menekankan aspek aksesbltas pada tngkatan rumah tangga mendapatkan legtmasnya pada Konferens Pangan Tngkat Tngg tahun 1996, yang dselenggarakan oleh FAO, dengan memberkan pengertan baru berkenaan dengan ketahanan pangan, yatu food security exists when all people, at all times, have physical and economic access to sufficient, safe and nutritious food to meet their dietary needs and food preferences for an active and healthy life. Hal lan yang juga belum begtu jelas hubungannya adalah bagamana dampak nutrs dapat dntegraskan kedalam pemahaman ketahanan pangan. Rset-rset tentang gz buruk (malnutrs) menunjukkan bahwa pangan hanyalah salah satu faktor penyebab gz buruk. Faktor-faktor lan yang memlk dampak kepada gz buruk antara lan adalah konsums dan kompossnya (dietary intake and diversity), kesehatan dan penyakt, serta perawatan bu dan anak (maternal and child care), sehngga dapat dsmpulkan bahwa ketahanan pangan rumah tangga merupakan prasyarat untuk ketahanan gz, tetap belum cukup untuk menjamn ketahanan gz. Para pakar menunjukkan bahwa ada dua proses utama yang dapat mewujudkan ketahanan gz, yang pertama menentukan akses dar rumah tangga terhadap pangan bag seluruh anggota rumah tangganya, dan yang kedua menunjukkan bagamana pangan yang telah dperoleh tersebut dtransmskan menjad kecukupan nutrs bag setap anggota rumah tangga (World Bank, 1989). Proses yang kedua menentukan dan berasal dar bdang kesehatan, lngkungan, budaya dan perlaku yang dapat memberkan dampak postf bag kecukupan gz dar pangan yang dkonsumsnya. Proses yang pertama dsebut jalur ketersedaan dan akses, sedangkan jalur kedua dsebut jalur konsums dan gz. Pemahaman kerawanan pangan sepert d atas, telah merubah pemahaman ketahanan pangan rumah tangga dar 18

sekedar kemampuan/akses pangan rumah tangga dan sstem pangan, menjad perluasan pemahaman tentang dampak dar kesehatan/ penyakt, santas lngkungan, daya dukung (carrying capacity), kualtas dan komposs konsums sehngga dapat memberkan dampak gz yang cukup. Rset yang dlakukan pada akhr 1980-an dan awal 1990-an menunjukkan bahwa ketahanan pangan dan gz sebagamana pemahaman yang ada memerlukan pengembangan yang lebh komprehensf. Hasl-hasl rset tersebut menunjukkan bahwa ketahanan pangan hanyalah merupakan salah satu tujuan rumah tangga mskn; kecukupan pangan hanyalah salah satu faktor yang menentukan bagamana rumah tangga mskn menentukan pengamblan keputusannya dan bagamana mereka mampu menyebar berbaga resko sehngga akhrnya mereka mampu menyembangkan berbaga tujuan agar tetap hdup bak dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Beberapa kelompok mungkn berseda untuk menahan lapar agar asetnya mash dapat dpertahankan atau untuk memenuh kehdupan yang lebh jangka panjang. Oleh karena tu, menempatkan ketahanan pangan sebaga satu-satunya kebutuhan yang fundamental mungkn akan memberkan kesmpulan yang salah, apabla tanpa memperhatkan kebutuhan-kebutuhan lannya. 2.2. Dinamika Konsep Ketahanan Pangan Nasional Setap pemerntahan suatu negara mempunya kewajban memenuh hak masyarakat atas pangan. Sejarah perekonoman pangan Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI) mencatat dengan jelas bahwa para pmpnan negara secara konssten meletakkan ekonom pangan sebaga sesuatu hal yang sangat strategs. Presden RI pertama, Ir. Soekarno menyadar betul pentngnya penyedaan pangan bag kelangsungan kehdupan bangsanya. Pada tanggal 27 Aprl 1952, saat acara peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanan 19

Unverstas Indonesa d Bogor, Presden Soekarno menyatakan bahwa: apa yang saya hendak katakan itu, adalah amat penting, bahwa mengenai soal mati-hidupnya bangsa kita di kemudian hari oleh karena itu, soal yang hendak saya bicarakan itu mengenai soal persediaan makan rakyat. Pandangan dan pola pkr sepert n mash danut oleh Presden RI kedua Soeharto. Hal In terbukt bahwa 21 tahun kemudan, pada 11 Me 1973, dalam salah satu acara kunjungan kerja d Yogyakarta, Presden Soeharto waktu tu mengemukakan:. jadi kalau kita akan mengatasi kekurangan beras itu dengan mengimpor, bilamana kemungkinan devisa itu ada, keadaan di duniapun juga tidak mengijinkan kita. Selanjutnya Presden Soeharto mengemukakan Kita harus menghasilkan sendiri bahanbahan pangan khususnya beras dalam jumlah yang kita telah ketahui agar kestabilan dari pada harga beras itu betul-betul akan terjamin. Pada bagan lan Presden Soeharto berujar.kalau kita simpulkan keseluruhannya jelas daripada harga beras yang tidak bisa dikendalikan, stabilitas nasional akan terganggu... (Sawt dkk, 2002). Dalam pdato Presden Soeharto n, dengan sangat jelas pangan tu dartkan sebaga beras. Implementas dar pandangan kedua pmpnan termasuk dmula pada dekade tahun 1960-an pemerntah berupaya keras menngkatkan produks pad nasonal dalam rangka mewujudkan Swasembada Beras, dan mengatas krss (kelangkaan) beras yang terjad saat tu. Program besar n dawal dengan suatu program Action Research oleh Lembaga Pengabdan Masyarakat Fakultas Pertanan Unverstas Indonesa (IPB-belum terbentuk), dengan tujuan mengajak para petan pad agar berseda menggunakan lmu pengetahuan dan menerapkan teknolog produks pad modern dalam mengelola usaha pertanannya. Mengubah pertanan tradsonal menjad pertanan modern merupakan perjuangan panjang. Program 20

Action Research dlaksanakan dalam bentuk Proyek Panca Usaha Karawang, d atas hamparan lahan sawah seluas 100 hektar tersebar d tga desa dengan konds tata ar dan ragam perlaku petan yang berbeda. Pelaksana lapangan juga harus menghadap petan yang memlk phoba terhadap pendatang (orang asng). Untuk mengawal pelaksanaan transfer teknolog kepada para petan, Fakultas Pertanan melakukan pembmbngan dan pendampngan secara terus-menerus dengan menempatkan para mahasswa untuk tnggal dan hdup bersama para petan bnaannya. Program penerapan lmu pengetahuan dan teknolog d atas hamparan sawah seluas 100 hektar berlangsung sangat sukses. Keberhaslan tersebut kemudan dperluas ke seluruh Indonesa secara bertahap dalam bentuk program BIMAS (Bmbngan Massal) dengan melbatkan seluruh Fakultas Pertanan d Indonesa melalu Program KKN (Kulah Kerja Nyata). BIMAS dkembangkan lebh lanjut menjad Program INMAS (Intensfkas Massal) serng dengan keberhaslan para penelt menghaslkan varetas pad unggul dan upaya untuk melakukan ntroduks teknolog revolus hjau. Upaya n membuahkan hasl dengan tercapanya swasembada beras pada tahun 1984. Pada masa reformas, yang dmula dar pemerntahan Presden B.J. Habbe, Presden Abdurrahman Wahd dan Presden Megawat Soekarnoputer, su pangan dan beras tetap menjad prortas. Dalam masa-masa pemerntahan tersebut, yang dcrkan oleh adanya krss ekonom yang cukup berat, swasembada beras tetap menjad sasaran utama kebjakan pangan. Pada perode tersebut, untuk merespon menurunnya produks beras domestk karena krss ekonom dan anomal klm (kemarau panjang), pemerntah berkal-kal dalam waktu relatf sngkat menakkan harga dasar gabah, mengeluarkan kebjakan nsentf berproduks dan membuka lebar pasar domestk bag beras mpor. 21

Pada era n program swasembada ala BIMAS dan INMAS dkemas dan dperluas cakupannya dalam bentuk GEMA (Gerakan Mandr) untuk gerakan swasembada pad, jagung dan kedele (PALAGUNG), swasembada proten hewan (PROTEINA), dan swasebada hortkultura (HORTINA). Untuk mengawal keberhaslan GEMA, sebagamana program BIMAS dan INMAS, pemerntah menyedakan tenaga pendampng dar perguruan tngg d Indonesa yang dkoordnaskan oleh Insttut Pertanan Bogor (IPB) dan mengalokaskan anggaran APBN yang sangat besar untuk menyedakan kredt bag petan (Kredt Usaha Tan). Memang upaya n belum mampu dalam jangka pendek menghaslkan hasl-hasl sepert yang dharapkan, tetap beberapa waktu kemudan, pemerntah mampu melakukan larangan mpor, tdak hanya pada waktu-waktu tertentu (masa panen raya) saja, bahkan selama setahun penuh pada tahun 2005. Pada era Presden Suslo Bambang Yudhoyono, flosof kebjakan umum perberasan pada ntnya tetap sama dengan era pemerntahan sebelumnya, dengan varas pada tataran kebjakan operasonalnya. Penegasan skap n dtanda dengan pencanangan Revtalsas Pertanan, Perkanan dan Kehutanan (RPPK) oleh Presden RI tanggal 11 Jun 2005 d Waduk Jatluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Tujuan RPPK adalah membangun ketahanan pangan dengan: (a) mengoptmalkan pemanfaatan dan menngkatkan kapastas sumberdaya pertanan; (b) menngkatan daya sang, produktvtas, nla tambah dan kemandran produks dan dstrbus; dan (c) melestarkan lngkungan hdup dan memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sepert halnya pada awal reformas, kengnan untuk mengulang swasembada juga menjad mpan pemerntah dengan mengembangkan program Penngkatan Produks Beras Nasonal (P2BN), bahkan juga dperluas dengan upaya pencapaan swasembada jagung, kedela, gula, dan dagng sap, yang juga merupakan sumber proten hewan. 22

Pada tahun 2008 swasembada beras kembal drah, setelah tahun 1984. Hal n merupakan wujud dar keberhaslan menngkatkan produktvtas pad hngga lebh dua kal lpat, dar 2,42 ton per hektar pada tahun 1969 menjad 4,88 ton per hektar pada tahun 2008. Keberhaslan penngkatan produktvtas pad erat katannya dengan penerapan teknolog produks sepert varetas pad baru, manajemen usahatan sepert Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT), pemberan nsentf berproduks sepert subsd nput (benh, pupuk, modal kerja), jamnan harga gabah/beras, dan perlndungan perdagangan nternasonal. Dalam perkembangan upaya pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan, sejauh n masyarakat sudah mula memaham pentngnya mewujudkan ketahanan pangan dengan memperkokoh plar-plar ketahanan pangan dalam penyedaan pangan yang cukup bag rumah tangganya. Kesadaran masyarakat n terlhat dengan terbentuknya lumbung-lumbung pangan bak d tngkat kelompok maupun d tngkat rumah tangga, sebaga upaya dalam penanganan masalah ketahanan pangan. Beberapa program pemerntah yang semakn luas dan lebh memprortaskan kesejahteraan masyarakat, antara lan adalah dengan: (a) membangun ekonom berbass pertanan dan perdesaan untuk menngkatkan produks pangan pertanan, menyedakan lapangan kerja dan pendapatan, melalu Program P2BN serta CSR; dan (b) memenuh pangan bag kelompok masyarakat mskn dan rawan pangan melalu pemberan bantuan langsung pangan dan pemberdayaan masyarakat, sepert PNPM, PUAP, Desa Saga, Desa Mandr Energ; kemandran pangan masyarakat dalam bentuk gerakan Desa Mandr Pangan; penanganan kerawanan pangan transen; percepatan penganekaragaman konsums pangan; keamanan pangan; dan program-program terkat lannya. 23

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlndungan Lahan Pertanan Pangan Berkelanjutan (PLPPB) mendefnskan: - ketahanan pangan adalah konds terpenuhnya bak pangan bag rumah tangga yang tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. - kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandr dapat menentukan kebjakan pangannya yang menjamn hak atas pangan bag rakyatnya, serta memberkan hak bag masyarakatnya untuk menentukan sstem pertanan pangan yang sesua dengan potens sumberdaya lokal. - kemandirian pangan adalah kemampuan produks pangan dalam neger yang ddukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumbersumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal. Dar pengertan tersebut jelas bahwa konds terpenuhnya pangan bag rumah tangga tercermn dar tersedanya pangan yang cukup, bak jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau, artnya bahwa substans PLPPB dmaksudkan untuk memperkuat ketersedaan pangan sampa pada tngkat rumah tangga. Hal n dapat dtunjukkan dengan upaya mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah untuk kesejahteraan rakyat yang pentng untuk drealsaskan dalam memenuh hak negara dan bangsa yang secara mandr dapat menentukan kebjakan pangannya yang menjamn hak atas pangan bag masyarakatnya, serta memberkan hak bag masyarakatnya untuk menentukan sstem pertanan pangan sesua dengan potens sumberdaya lokal. Satu hal yang menjad catatan pentng, bahwa PLPPB secara sstem merupakan pencermnan snergtas dar proses perkembangan ketahanan pangan tu sendr, karena kemandran pangan adalah kemampuan produks pangan dalam neger yang ddukung kelembagaan ketahanan pangan yang 24

mampu menjamn pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup d tngkat rumah tangga, bak dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang ddukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesua dengan keragaman lokal. Dalam rancangan RPJM 2010-2014, arah kebjakan dan strateg Kementeran Pertanan mengacu kepada 11 (sebelas) prortas kebjakan dan strateg nasonal. Dar 11 (sebelas) prortas nasonal tersebut, yang terkat dengan Kementeran Pertanan adalah prortas nomor 5 yatu ketahanan pangan. Yang dmaksud dengan prortas ketahanan pangan adalah penngkatan ketahanan pangan dan lanjutan revtalsas pertanan untuk mewujudkan kemandran pangan, penngkatan daya sang produk pertanan, penngkatan pendapatan petan, serta kelestaran lngkungan dan sumberdaya alam. Secara nasonal, target pertumbuhan ekonom rata-rata 6,3-6,8 persen, mencapa 7 persen pada tahun 2013 dan mnmal 7 persen pada tahun 2014, dengan nflas rata-rata 4-6 persen, pengangguran 5-6 persen pada tahun 2014, dan kemsknan 8-10 persen pada tahun 2014. Penngkatan pertumbuhan Pendapatan Domestk Bruto (PDB) sektor pertanan sebesar 3,7 persen dan ndeks Nla Tukar Petan (NTP) sebesar 115-120 pada tahun 2014. Dalam arah kebjakan dan strateg nasonal, prortas ketahanan pangan memlk 6 (enam) substans utama, yatu: (a) lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang pertanan dlaksanakan dengan penataan regulas untuk menjamn kepastan hukum atas lahan pertanan, pengembangan areal pertanan baru seluas dua juta hektar, dan penertban dan optmalsas penggunaan lahan terlantar; (b) nfrastruktur dlaksanakan melalu pembangunan dan pemelharaan sarana transportas dan angkutan, jarngan lstrk serta teknolog komunkas dan sstem nformas nasonal yang melayan daerahdaerah sentra produks pertanan dem penngkatan kuanttas dan kualtas produks serta kemampuan pemasarannya; (c) peneltan dan 25