practicum apk industrial engineering 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Lampiran A. Tabel Westinghouse, Kelonggaran dan MTM

LAMPIRAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS DAN PENGUKURAN KERJA SAMPLING PEKERJAAN (WORK SAMPLING)

ERGONOMI & APK - I KULIAH 8: PENGUKURAN WAKTU KERJA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Tabel Uji Keseragaman Data Pada Work Center Pengukuran dan Pemotongan

practicum apk industrial engineering 2012

Pengukuran Kerja Langsung (Direct Work Measurement)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

practicum apk industrial engineering 2012

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 7. work sampling

WORK SAMPLING. Modul Work Sampling Praktikum Genap 2011/2012 I. TUJUAN PRAKTIKUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

III. TINJAUAN PUSTAKA

MENGUKUR PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN SEVEN ELEVEN MANGGA DUA

BAB II LANDASAN TEORI

LAMPIRAN 1 STRUKTUR ORGANISASI PT. KARYA DELI STEELINDO

WORK SAMPLING STUDI KASUS PEKERJAAN BERTENDER PADA SEBUAH CAFE TUTI SARMA SINAGA ST MEILITA TRYANA SEMBIRING, ST

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Efisiensi Operator Pemanis CTP dengan Westing House System s Rating

ANALISIS PENGUKURAN KERJA

PENGGUNAAN METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI KARUNGAN SOAP CHIP DI PT. SA

Kelonggaran (%) Faktor Contoh pekerjaan. A. Tenaga yang dikeluarkan Ekivalen beban Pria Wanita

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGUKURAN WAKTU KERJA

Seminar Nasional IENACO ISSN: APLIKASI METODE WORK SAMPLING UNTUK MENGHITUNG WAKTU BAKU DAN KAPASITAS PRODUKSI PADA INDUSTRI KERAMIK

PENGUKURAN BEBAN KERJA TENAGA KERJA DENGAN METODE WORK SAMPLING (Studi Kasus di PT. XY Yogyakarta)

PENGUKURAN WAKTU. Nurjannah

By: Amalia, S.T., M.T. PENGUKURAN KERJA: FAKTOR PENYESUAIAN DAN ALLOWANCE

Lakukan Pekerjaanmu secara Efektif & Efisien

Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 4. PENGUMPULAN, PENGOLAHAN dan ANALISA DATA

Lampiran Perhitungan Uji Keseragaman dan Kecukupan Data

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERENCANAAN JUMLAH OPERATOR PRODUKSI DENGAN METODE STUDI WAKTU (STUDI KASUS PADA INDUSTRI PENGOLAHAN PRODUK LAUT)

L A M P I R A N. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENYESUAIAN DAN KELONGGARAN TEKNIK TATA CARA KERJA II

Lampiran-1: Tabel Westinghouse System's Rating A1 Superskill 0.13 A A B1 Excellent 0.08 B B C1 Good 0.03 C2 0.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN

Nama : Johanes Susanto NIM : Tugas online #4 TKT313 Metodologi Penelitian. Work Sampling

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

EPSIKER LABORATORY 2016

Perhitungan Waktu Baku Menggunakan Motion And Time Study

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

ANALISIS KOEFISIEN HARGA SATUAN TENAGA KERJA DI LAPANGAN DENGAN MEMBANDINGKAN ANALISIS SNI DAN ANALISIS BOW PADA PEMBESIAN DAN BEKISTING KOLOM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR FINISHING SORTIR DENGAN METODE WORK SAMPLING (STUDI KASUS DI PT. XZY) ABSTRAK

Rating Factor Masing-masing Stasiun Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERTEMUAN #13 UJI PETIK PEKERJAAN (WORK SAMPLING) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pengukuran Waktu Work Sampling TEKNIK TATA CARA KERJA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

MODUL II WORK MEASUREMENT

PENENTUAN KEBUTUHAN JURU MASAK DI SKADIK 502 WINGDIKUM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS

ERGONOMI & APK - I KULIAH 9: PENGUKURAN WAKTU KERJA (LANJUTAN)

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada dasarnya pengumpulan data yang dilakukan pada lantai produksi trolly

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam analisa dan pemecahan masalah secara sistematis dan teratur perlu

IMPLEMENTASI METODE WORK SAMPLING GUNA MENGUKUR PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI CV.SINAR KROM SEMARANG

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRACT...

Riduwan Arif Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Efisiensi Karyawan untuk Meningkatkan Produktivitas pada Divisi Pengemasan Line Box di PT. MAK

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI BPPT URIP MAKASAR PT. H. KALLA MELALUI OPTIMALISASI METODE KERJA, SOP, PERALATAN DAN SKILL

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN WAKTU BAKU PRODUKSI KERUPUK RAMBAK IKAN LAUT SARI ENAK DI SUKOHARJO

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS LINE PACKAGING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk.

KAJIAN PENERAPAN HARGA SATUAN SNI DAN HARGA SATUAN JADI DI KOTA MANADO

Lampiran 1: Pembagian Tugas dan Tanggungjawab. Direktur merupakan jabatan tertinggi dari struktur organisasi PT. Bintang

Peningkatan Produktivitas Kerja Dengan Menggunakan Metode Work Sampling Pada Industri Batu Bata (Studi Kasus Pada UD. Amin Jaya Kota Langsa)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 LANDASAN TEORI. pengukuran kerja ( work measurement ) yang meliputi teknik-teknik pengukuran waktu

BAB II LANDASAN TEORI

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA. tutorial 8 STOPWATCH

TUGAS AKHIR. ANALISA PROSES KERJA UNTUK MENENTUKAN KAPASITAS MESIN PAINTING FILTER PADA PT. SELAMAT SEMPURNA, Tbk.

ANALISIS WAKTU STANDAR PELAYANAN DAN PRODUKTIVITAS PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang diperhatikannya produktivitas pekerja pada suatu proyek konstruksi dapat menghambat pekerjaan konstruksi tersebut. Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas dalam proyek konstruksi, dimana salah satunya adalah faktor tenaga kerja yang berkaitan langsung dalam pembangunan konstruksi di lapangan. Produktivitas pekerja merupakan salah satu unsur utama dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan suatu proyek konstruksi, tapi seringkali penggunaan tenaga kerja tidak efektif, seperti menganggur, mengobrol, makan, minum, dan merokok di luar jam istirahat, dan lain-lain. Untuk itu, pihak manajemen harus dapat mengetahui cara-cara untuk mengukur produktivitas pekerja sebelum melakukan upaya peningkatkan produktivitas. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran produktivitas kerja, namun pengukuran ini sulit untuk dilakukan secara akurat. Oleh karena itu, metode-metode pendekatan dalam work sampling dapat digunakan untuk mengukur produktivitas pekerja. Penelitian ini juga akan meninjau faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas pekerja terhadap pekerjaannya. 1.2 Tujuan Adapun beberapa tujuan dari dilakukannya pratikum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui mengenai metode work sampling baik teori maupun prakteknya sebagai metode yang efektif dalam suatu pengamatan, 2. Untuk melatih pratikan melaksanakan kegiatan pengukuran kerja dengan pemahaman dan penguasaan materi mengenai work sampling, dan untuk mendapatkan data-data untuk kemudian dianalisa, dan 3. Untuk mendorong pratikan agar dimasa-masa mendatang dapat melaksanakan kegiatan pengukuran dan penelitian kerja guna meningkatkan produktivitas kerja karena dilakukan secara langsung, hingga didapat waktu yang produktif. restu, anis, afif Page 1

BAB II LANDASAN TEORI Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, Ratio Delay Study atau Random Observation Method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan cara ini juga diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung. Karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dilakukan secara langsung ditempat kerja yang diteliti (Sritomo, 1989. Hal: 194). Metode sampling kerja dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas atau sampling. Oleh karena itu pengamatan terhadap suatu obyek yang ingin diteliti tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara mengambil sampel pengamatan yang diambil secara acak ( random) (Sritomo, 1989. Hal: 194). Suatu sampel yang diambil secara random dari suatu grup populasi yang besar akan cenderung memiliki pola distribusi yang sama seperti yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila sampel yang dimiliki tersebut diambil cukup besar, maka karakteristik yang dimiliki oleh sampel tersebut tidak akan jauh berbeda dibanding dengan karakteristik dari populasinya (Sritomo. 1989. Hal: 194) 2.1 Sampling Pekerjaan Sampling pekerjaan adalah suatu teknik yang cukup sering digunakan untuk mengukur beban kerja tenaga kerja dan mempunyai beberapa tipe, yaitu pekerjaan dengan beban tetap dan pekerjaan dengan beban yang berubah. Selain itu, sampling pekerjaan adalah suatu prosedur pengukuran yang dilakukan pada waktu-waktu yang ditentukan secara acak. 2.2 Kegunaan Sampling Pekerjaan Karena cara kerjanya, sampling pekerjaan mempunyai tiga manfaat utama yaitu sebagai berikut: restu, anis, afif Page 2

1. Activity and delay sampling, digunakan untuk mengukur dan mengetahui distribusi dan pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh pekerja/kelompok kerja, atau untuk mengetahui tingkat pemanfaatan mesin-mesin, peralatan, dan fasilitas kerja, 2. Performance sampling, dapat digunakan untuk mengukur performance index atau performance level dari pekerja sepanjang waktu kerjanya. Performance sampling ini juga digunakan untuk mengetahui dan menghitung beban kerja dari para pekerja, serta memperkirakan kelonggaran bagi pekerjaan tertentu, dan 3. Work measurement, digunakan untuk menghitung dan menentukan waktu baku dari suatu jenis pekerjaan tertentu. (http://www.scribd.com/doc/54280256/worksampling) Distribusi pemakaian waktu kerja atau kelompok pekerja dan tingkat pemanfaatan mesin atau alat-alat secara mudah diketahui dengan mempelajari frekuensi setiap kegiatan atau pemakaian dari catatan pengamatan setiap melakukan kunjungan. Kegunaan-kegunaan sampling pekerjaan yang dikemukakan ini tampak sebagai kelebihan cara ini dibandingkan dengan cara jam henti. 2.3 Rancangan Sampling Sebelum melakukan sampling, maka perlu merancang proses sampling dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang sampling yaitu sebagai berikut: 1. Rumuskan persoalan yang ingin diketahui, 2. Tentukan dengan jelas batas populasi mengenai masalah yang ingin diketahui, 3. Definisikan dengan jelas dan tepat segala unit dan istilah yang diperlukan, 4. Tentukan unit sampling yang diperlukan, 5. Tentukan dan rumuskan cara-cara pengukuran dan penilaian yang akan digunakan, 6. Kumpulkan segala keterangan tentang hal yang ingin diteliti, yang pernah dilakukan masa lampau, 7. Tentukan ukuran sampel, jangan terlalu kecil maupun terlalu besar, 8. Tentukan cara sampling yang digunakan, 9. Tentukan cara pengumpulannya, dan 10. Tentukan metode analisis yang digunakan. restu, anis, afif Page 3

Untuk mendapatkan hasil yang baik, banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara pengukuran, jumlah pengukuran, dan lainlain. Di bawah ini adalah sebagai langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat tercapai. 2.3.1 Penetapan Tujuan Pengukuran Dalam pengukuran waktu, sebelum melakukan kegiatan pengukuran ini harus ditetapkan terlebih dahulu tujuannya. Hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan adalah peruntukan dan penggunaan hasil pengukuran, tingkat ketelitian, dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. 2.3.2 Melakukan Penelitian Pendahuluan Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah pemacu semangat pekerja, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk memperkirakan secara kasar waktu pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya, maka tingkat ketelitian dan tingkat keyakinannya tidak perlu sebesar tadi. Tujuan yang ingin dicapai dari pengukuran waktu kerja adalah memperoleh waktu yang optimal untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Suatu perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang seefisien mungkin agar dapat meraih hasil yang optimal. Untuk memperbaiki kondisi dan cara kerja, diperlukan pengetahuan dan penerapan sistem kerja yang baik, yakni prinsip-prinsip serta keterangan-keterangannya telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Hal ini yang harus dilakukan dalam rangka ini, yaitu membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Di sini semua kondisi dan cara kerja dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu dangan gambar-gambar. Untuk tata letak peralatan dan wadah, misalnya pembakuan sistem kerja yang dipilih adalah suatu hal yang penting baik dilihat untuk keperluan sebelumnya, pada saat-saat proses, maupun sesudah pengukuran dilakukan dan waktu baku didapatkan. restu, anis, afif Page 4

Sering kali, sebelum pengukuran waktu kerja dilakukan, sang operator yang akan melakukan pekerjaan melakukan serangkaian pelatihan dengan sistem kerja yang baku. Ini terjadi bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem tersebut. Catatan yang baku inilah yang dipakai sebagai acuan jika pelatihan-pelatihan semacam itu diperlukan. Begitu pula pada saat-saat pengukuran dilakukan, keduanya sektor ini memerlukan bahan acuan agar sistem kerja yang dipilih tersebut dapat berjalan sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan. Waktu akhir yang diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu penyelesaian pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran berlangsung. Jadi, waktu penyesuaiannya pun berlaku hanya untuk sistem tersebut. Suatu penyimpangan akan menyebabkan waktu penyelesaian yang jauh berbeda dari yang telah ditetapkan berdasarkan pengukuran. Karenanya catatan yang baku tentang sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara. 2.3.3 Memilih Operator Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu agar pengukuran akan berjalan dengan baik dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat-syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Jika jumlah pekerja yang tersedia di tempat kerja yang bersangkutan banyak dan kemampuan mereka dibandingkan akan terlihat perbedaan diantaranya dari yang berkemampuan rendah sampai tinggi. Umumnya kemampuan akan berdistribusi bahwa orang-orang yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya sedikit. Sementara orang yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik distribusi demikian dapat dibuktikan berdistribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal. Kembali pada tujuan mengukur waktu, yaitu mendapatkan waktu penyelesaian, maka dengan melihat kenyataan kemampuan pekerja seperti ditunjukkan tadi jelaslah orang yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang-orang restu, anis, afif Page 5

yang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerja yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar diperlukan oleh pekerja normal. Dan ini merupakan orang-orang berkemampuan rata-rata. Dengan demikian pengukur harus mencari operator yang memenuhi hal tersebut. Di samping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan mau bekerja secara wajar. Walau operator yang bersangkutan sehari-hari dikenal memenuhi syarat pertama tadi tidak mustahil dia bekerja tidak wajar ketika pengukuran dilakukan karena alasan tertentu. Biasanya jika operator tersebut memiliki kecurigaan terhadap maksud-maksud pengukuran, misalnya dianggap untuk hal-hal yang akan merugikan dirinya atau pekerjaan lain, dia akan bekerja lamban. Sebaliknya mungkin saja dia bekerja dengan kecepatan lebih karena menginginkan hasil yang banyak untuk mendapatkan pujian. Selain itu, operator pun harus bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan pengukur ada di dekatnya. 2.3.4 Tahapan Melakukan Sampling Pekerjaan Adapun cara dalam melakukan work sampling dapat melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Menentukan objek penelitian, 2. Mendeskripsikan aktivitas yang diamati, 3. Merancang lembar pengamatan sampling pekerjaan, 4. Menentukan jadwal kunjungan secara acak, 5. Melakukan pengamatan, 6. Menghitung proporsi pengamatan, dan 7. Menarik kesimpulan studi. 2.3.5 Aplikasi dari Metode Sampling Kerja Metode sampling kerja pada umumnya merupakan salah satu cara yang sederhana, mudah dilaksanakan, serta tidak memerlukan biaya yang besar. Dengan menggunakan metode ini, maka waktu kosong atau menganggur ( idle time) dari mesin atau fasilitas produksi lainnya akan dapat segera diatasi. Hasil studi ini akan dapat dipakai pula restu, anis, afif Page 6

berbagai dasar penetapan tugas dan jadwal kerja yang lebih efektif dan efisien bagi operator maupun mesin. 2.4 Cara Menentukan Waktu Pengamatan Secara Acak Berulang kali telah kita sebutkan bahwa kunjungan-kunjungan dilakukan dalam waktu yang ditentukan secara acak. Untuk ini biasanya satu hari dibagai ke dalam satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu-satuan waktu tidak terlampau panjang. Berdasarkan satuan waktu inilah saat-saat kunjungan dilakukan. Melakukan pengamatan dengan sampling pekerjaan juga tidak berbeda dengan yang dilakukan untuk cara jam henti yaitu yang terdiri dari tiga langkah: melakukan sampling pendahuluan, menguji keseragaman data, dan menghitung jumlah kunjungan yang diperlukan. Langkah-langkah ini dilakukan terus sampai jumlah kunjungan mencukupi untuk tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diperlukan. 2.5 Metode Westinghouse Metode westinghouse mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan, yaitu skill, effort, condition dan consistency. Berikut adalah tabel performance rating sistem westinghouse yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Tabel performance rating sistem westinghouse +0,15 +0,13 +0,11 +0,08 +0,06 +0,03 0,00-0,05-0,10-0,16-0,22 Skill A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 Superskill Excellent Good Average Fair Poor +0,13 +0,12 +0,10 +0,08 +0,05 +0,02 0,00-0,04-0,08-0,12-0,17 Effort A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 Superskill Excellent Good Average Fair Poor Sumber: Wignjosoebroto, Sritomo. 1999. Hal: 205 restu, anis, afif Page 7

+0,06 +0,04 +0,02 0,00-0,03-0,07 Tabel 2.1 Condition A B C D E F Tabel performance rating sistem westinghouse (lanjutan) Ideal Excellent Good Average Fair Poor Sumber: Wignjosoebroto, Sritomo. 1999. Hal: 205 +0,04 +0,03 +0,01 0,00-0,02-0,04 Consistency A B C D E F Ideal Excellent Good Average Fair Poor 2.6 Pengolahan Data Untuk mengolah data dalam sampling kerja, perlu dilakukan beberapa tahap seperti dibawah ini: 1. Persentase kegiatan produktif Adapun untuk mencari hasil dari tes keseragaman data, dapat memakai Persamaan 2.1 dan Persamaan 2.2 sebagai berikut: Pn = produktif..... (2.1) jumlah pengamatan p = p 1 + p 2 + p 3........ (2.2) 3 Lalu untuk menghitung batas kontrol atas dan batas kontrol bawah dapat memakai Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 sebagai berikut: BKA = p + 3 p (1 - p ).. (2.3) N BKB = p 3 p (1 - p )... (2.4) N dengan: p = persentase BKA = batas kendali atas BKB = batas kendali bawah restu, anis, afif Page 8

2. Uji Kecukupan Data Langkah selanjutnya yaitu dengan menguji kecukupan data, suatu data dikatakan cukup apabila N < N dan suatu data dikatakan kurang apabila N > N. Untuk menghitung uji kecukupan data dapat menggunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut: N` = k2 (1-p) S 2... (2.5) p dengan: N = kecukupan data k = tingkat keyakinan s = standar deviasi 3. Ratio Delay Perhitungan ratio delay digunakan untuk mengetahui kinerja operator dalam melakukan suatu pekerjaan, berapa banyak waktu kerja operator tersebut dalam keadaan menganggur ( idle). Adapun perhitungannya menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut: Ratio delay = % idle... (2.6) % produktif dengan: Ratio delay = rasio keterlambatan Idle = waktu menganggur Produktif = waktu produktif 4. Persentase Produktif Adapun persentase produktif yang dapat ditentukan dengan memakai Persamaan 2.9 sebagai berikut: Persentasi produktif = produktif n x 100%... (2.7) dengan: Persentasi produktif = tingkat kinerja n = jumlah pengamatan 5. Selanjutnya yaitu dengan melakukan perhitungan waktu baku yang dapat diperoleh dengan memakai Persamaan 2.8 dan Persamaan 2.9 sebagai berikut: a. Jumlah Menit Produksi (JMP) JMP = PP x menit pengamatan.. (2.8) restu, anis, afif Page 9

b. Waktu yang Diperlukan Per Unit T = JMP.. Jumlah output selama pengamatan (2.9) 6. Waktu Normal Untuk menghitung waktu normal menggunakan Persamaan 2.10 dan Persamaan 2.11 sebagai berikut: Faktor penyesuaian = 1 + WH. (2.10) Waktu normal = T x Faktor Penyesuaian.... (2.11) 7. Faktor Kelonggaran Faktor kelonggaran pada dasarnya adalah suatu faktor koreksi yang harus diberikan kepada waktu kerja operator, karena dalam melakukan pekerjaannya operator terganggu pada hal-hal yang tidak diinginkan namun sifatnya alamiah. Kelonggaran secara umum dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan, serta kelonggaran untuk hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Adapun besar kelonggaran (allowance) dapat dilihat pada Tabel 2.2 sebagai berikut: A. TENAGA YANG DIKELUARKAN 1. Dapat diabaikan 2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat Tabel 2.2 Tabel Allowance FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%) EKIVALEN BEBAN PRIA WANITA Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0.0-6.0 0.0-6.0 Bekerja dimeja, berdiri 0.00-2.25 kg 6.0-7.5 6.0-7.5 Menyekop, ringan 2.25-9.00 7.5-12.0 7.5-16.0 Mencangkul 9.00-18.00 12.0-19.0 16.0-30.0 Mengayun palu yang berat 19.00-27.00 19.0-30.0 Memanggul beban 27.00-50.00 30.0-50.0 Memanggul karung berat Diatas 50 kg B. SIKAP KERJA 1. Duduk 2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring 5. Membungkuk Sumber: Sutalaksana. 1999. Hal. 170 Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada dua kaki 0.0 1.0 1.0 2.5 2.5 4.0 2.5 4.0 4.0 10.0 restu, anis, afif Page 10

Tabel 2.2 Tabel Allowance (lanjutan) FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%) C. GERAKAN KERJA 1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit 4. Pada anggota badan terbatas 5. Seluruh anggota badan terbatas D. KELELAHAN MATA *) 1. Pandangan yang terputus-putus 2. Pandangan yang hamper terusmenerus 3. Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah 4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap E. KEADAAN TEMPERATUR TEMPAT KERJA **) 1. Beku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi F. KEADAAN ATMOSFER ***) 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang baik 4. Buruk Ayunan bebas dari bahu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorong pertambangan yang sempit Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan yang sangat teliti TEMPERATUR ( O C ) dibawah 0 0 13 13 22 22 28 28 38 diatas 38 Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan Adanya debu beracun atau tidak beracun tapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya harus menggunakan alat pernafasan Sumber: Sutalaksana, I.Z., dkk. 1999. Hal. 170 0 0 5 0 5 5 10 10 15 PENCAHAYAAN BAIK BURUK 0.0-6.0 0.0-6.0 6.0-7.5 6.0-7.5 7.5-12.0 7.5-16.0 19.0-30.0 16.0-30.0 KELEMBABAN, NORMAL, BERLEBIHAN Diatas 10 diatas 12 10 5 12 5 5 0 8 0 0 5 0 8 5 40 8 100 diatas 40 diatas 100 0 0 5 5 10 10 20 restu, anis, afif Page 11

Tabel 2.2 Tabel Allowance (lanjutan) FAKTOR CONTOH PEKERJAAN KELONGGARAN (%) G. KEADAAN LINGKUNGAN YANG BAIK 1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0 2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 10 detik 0 1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 5 detik 1 3 4. Sangat bising 0 5 5. Jika faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 5 6. Terasa adanya getaran lantai 5 10 7. Keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll. 5 10 Sumber: Sutalaksana. 1999. Hal. 170 *) = kontras antara warna hendaknya diperhatikan ** = tergantung juga pada keadaan ventilasi ***) = dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan = kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5% 8. Insentif Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlah uang yang ditambahkan pada upah dasar yang diberikan perusahaan terhadap karyawan. Adapun untuk mencari persentasi insentif dapat memakai Persamaan 2.12 sebagai berikut: Insentif = Wb - Wn x 100%... (2.12) Wb dengan: Wn: waktu normal Wb: waktu baku restu, anis, afif Page 12

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengumpulan Data Data pengambilan work sampling kerja dilakukan selama tiga hari yang diambil secara langsung dengan memperhatikan tally produktif dan tally idle. Data yang diambil pada hari pertama akan dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut: Kelompok : 3.3 Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia Nama Pekerja : Melda Apriani Jam Pengamatan : 14.00-20.00 Hari/Tanggal : Kamis, 3 Mei 2012 Angka Bilangan Random : 6 Tabel 3.1 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Pertama No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 1 0 14.00 3 2 3 14.18 6 3 5 14.30 3 4 7 14.42 4 5 10 15.00 6 12 15.12 2 7 13 15.18 3 8 14 15.24 3 9 15 15.30 5 10 16 15.36 5 11 20 16.00 7 12 22 16.12 3 13 23 16.18 4 14 25 16.30 2 15 26 16.36 3 Sumber: Pengumpulan Data restu, anis, afif Page 13

Tabel 3.1 Data Pengambilan Work Sampling Hari Pertama (lanjutan) No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 16 27 16.42 1 17 28 16.48 18 29 16.54 4 19 30 17.00 6 20 31 17.06 1 21 32 17.12 22 33 17.18 23 34 17.24 8 24 36 17.36 25 38 17.48 7 26 39 17.54 1 27 40 18.00 6 28 42 18.12 2 29 43 18.18 3 30 44 18.24 1 31 46 18.36 3 32 47 18.42 3 33 49 18.54 7 34 52 19.12 3 35 54 19.18 3 36 55 19.30 5 37 57 19.35 9 38 58 19.48 1 39 59 19.54 1 40 60 20.00 2 Sumber: Pengumpulan Data restu, anis, afif Page 14

Data pengambilan work sampling pada hari kedua akan dijelaskan pada Tabel 3.2 sebagai berikut: Kelompok : 3.3 Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia Nama Pekerja : Melda Apriani Jam Pengamatan : 14.00 20.00 Hari/Tanggal : Sabtu, 5 Mei 2012 Angka Bilangan Random : 7 Tabel 3.2 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Kedua No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 1 0 14.00 3 2 1 14.07 3 3 3 14.21 8 4 5 14.35 11 5 7 14.49 3 6 8 14.56 13 7 10 15.10 3 8 11 15.17 4 9 13 15.31 2 10 14 15.38 2 11 15 15.45 1 12 17 15.59 13 18 16.06 7 14 19 16.13 3 15 20 16.20 5 16 21 16.37 5 17 22 16.34 2 18 23 16.41 6 19 24 16.48 14 20 26 17.02 5 21 28 17.16 11 22 29 17.23 10 23 30 17.30 7 Sumber: Pengumpulan Data restu, anis, afif Page 15

Tabel 3.2 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Kedua (lanjutan) No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 24 32 17.44 3 25 33 17.51 4 26 34 17.58 4 27 35 18.05 6 28 37 18.19 5 29 38 18.26 1 30 39 18.33 2 31 40 18.40 7 32 41 18.47 10 33 42 18.54 2 34 43 19.01 3 35 44 19.08 9 36 45 19.15 12 37 47 19.29 8 38 49 19.43 3 39 50 19.50 13 40 51 19.57 12 Sumber: Pengumpulan Data restu, anis, afif Page 16

Data pengambilan work sampling pada hari ketiga akan dijelaskan pada Tabel 3.3 sebagai berikut: Kelompok : 3.3 Objek Pengamatan : Kasir Food Point Plaza Mulia Nama Pekerja : Melda Apriani Jam Pengamatan : 14.00 20.00 Hari/Tanggal : Minggu, 6 Mei 2012 Angka Bilangan Random : 8 Tabel 3.3 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Ketiga No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 1 0 14.00 13 2 1 14.08 8 3 2 14.16 12 4 3 14.24 17 5 4 14.32 7 6 5 14.40 12 7 6 14.48 8 8 7 14.56 3 9 8 15.04 7 10 9 15.12 6 11 10 15.20 7 12 11 15.28 3 13 12 15.36 6 14 13 15.44 4 15 14 15.52 9 16 15 16.00 9 17 16 16.08 10 18 17 16.16 11 19 18 16.24 8 20 19 16.32 20 21 20 16.40 11 22 21 16.48 7 23 22 16.56 9 24 23 17.04 5 25 24 17.12 9 26 25 17.20 9 27 26 17.28 7 Sumber: Pengumpulan Data restu, anis, afif Page 17

Tabel 3.3 Data Pengambilan Work Sampling pada Hari Ketiga (lanjutan) No Bilangan Jam Tally Random Kunjungan Produktif Tally Idle OIU 28 27 17.36 20 29 29 17.52 16 30 32 18.16 25 31 35 18.40 17 32 37 18.56 25 33 38 19.04 10 34 39 19.12 5 35 40 19.20 5 36 41 19.28 9 37 42 19.36 8 38 43 19.44 7 39 44 19.52 10 40 45 20.00 5 Sumber: Pengumpulan Data 3.2 Pengolahan data Setelah melakukan pengamatan selama tiga hari secara berturut-turut, data tersebut kemudian diolah menjadi sebagai berikut: 1. Lokasi Pengamatan Lokasi pengamatan ini dilakukan di kasir Food Point Plaza Mulia, Samarinda. 2. Interval Waktu Pengamatan Interval waktu pengamatan terhadap kasir Food Point Plaza Mulia yang dilakukan adalah sebesar 6 menit, 7 menit, dan 8 menit. 3. Waktu Pengamatan Waktu pengamatan dilakukan selama tiga hari, yaitu hari kamis, sabtu dan minggu. Pada pelaksanaannya, pekerja diamati selama 6 jam, yang dimulai pada pukul 14.00-20.00 WITA. Berikut adalah jumlah bilangan random maksimal: 1. Bilangan Random Maksimal Bilangan random maksimal diperoleh dari perhitungan sebagai berikut: restu, anis, afif Page 18

a. Hari ke- 1 : b. Hari ke- 2 : c. Hari ke- 3 : 60 6 60 7 60 8 x 6 jam = 60 x 6 jam = 51 x 6 jam = 45 Frekuensi pengamatan selama tiga hari dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini: Tabel 3.4 Tabel Fisik Pengamatan Kegiatan Frekuensi Pengamatan Hari Ke Jumlah 1 2 3 Produktif 35 39 40 114 Idle 5 1 0 6 Jumlah Pengamatan 40 40 40 120 OIU 130 232 399 761 Sumber: Pengumpulan Data 3.2.1 Uji Keseragaman Data Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka dapat dilakukan uji keseragaman data dengan menggunakan data-data sebagai beriku: 1. Persentasi Kegiatan Produktif Adapu persentasi kegiatan produktif pertama dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.1 sebagai berikut: P 1 = 35 40 = 0,88 Untuk menghitung kegiatan produktif kedua dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.1 sebagai berikut: P 2 = 39 40 = 0,97 restu, anis, afif Page 19

Untuk menghitung kegiatan produktif ketiga dapat diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.1 sebagai berikut: P 3 = 40 40 = 1 2. Persentasi Terjadinya Kejadian Rata-rata Setelah mendapatkan persentasi kegiatan produktif, maka selanjutnya dapat dicari persentasi terjadinya kejadian rata-rata dengan menggunakan Persamaan 2.2 sebagai berikut: p = 0,88 + 0,97 + 1 = 0,95 3. Batas Kontrol 3 Batas kontrol terbagi menjadi Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Untuk menghitung BKA dan BKB dengan menggunakan Persamaan 2.3 dan Persamaan 2.4 sebagai berikut: BKA = 0,95 + 3 0,95 (1 0,95) 120 = 0,95 + 3 (0,01989) = 1,009 BKB = 0,95-3 0,95 (1 0,95) 120 = 0,95-3 (0,01989) = 0,8903 3.2.2 Uji Kecukupan Data Setelah melakukan berbagai uji keseragaman data, maka selanjutnya yaitu menguji kecukupan data yang diperoleh dengan menggunakan Persamaan 2.5 sebagai berikut: K = 95% 2 S = 5% 0,05 restu, anis, afif Page 20

N` = 2 2 1 0,95 2 0,05 0,95 = 84 Dengan demikian maka data yang diperoleh dinyatakan cukup karena N > N 3.2.3 Ratio Delay Untuk mengetahui seberapa banyak waktu kerja yang tidak produktif atau mengetahui ratio delay yaitu dapat menggunakan Persamaan 2.6 sebagai berikut: Ratio delay = 5% 95% = 0,52 3.2.4 Persentasi Produktif Untuk mengetahui persentasi produktif, maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan Persamaan 2.7 sebagai berikut: Persentasi Produktif = 114 120 x 100% = 95% = 0,95 3.2.5 Waktu Baku Berdasarkan data pengamatan diatas, dapat diperoleh waktu baku sebagai berikut: 1. Persentasi Produktif = 95% 2. Jumlah Menit Produksi (JMP) Untuk menghitung JMP dapat menggunakan Persamaan 2.8 sebagai berikut: JMP = 0,95 x 1080 = 1026 menit 3. Waktu yang Diperlukan Per Unit (T) Setelah mendapatkan nilai JMP, selanjutnya dapat mencari nilai dari waktu yang diperlukan per unit dengan menggunakan Persamaan 2.9 sebagai berikut: T = 1026 761 = 1,35 menit restu, anis, afif Page 21

4. Waktu Normal (Wn) Untuk menghitung nilai dari faktor penyesuaian waktu normal dengan metode westinghouse system adalah sebagai berikut: a. Skill = +0,06 b. Effort = +0,04 c. Condition = +0,04 d. Consistency = +0,01 + = +0,15 Setelah mendapatkan westinghouse, selanjutnya kita dapat menghitung nilai dari faktor penyesuaian dengan menggunakan Persamaan 2.10 sebagai berikut: Faktor Penyesuaian = 1 + 0,15 = 1,15 Untuk menghitung waktu normal dapat menggunakan Persamaan 2.11 sebagai berikut: Waktu Normal = 1,35 x 1,15 = 1,552 menit/orang 5. Waktu Baku Sebelum menghitung waktu baku, kita terlebih dahul harus menghitung nilai allowance yang kita amati sebagai berikut: a. Sikap Kerja = 0,7% b. Gerakan = 1,3% c. Kelelahan Mata = 0,8% d. Tenaga yang Dikeluarkan = 1,2% e. Temperatur Tempat Kerja = 5% f. Keadaan Lingkungan = 0,2% g. Keadaan Atmosfer = 0,3% + = 9,5% Selanjutnya dapat menghitung waktu baku karena telah didapat nilai allowance dengan menggunakan Persamaan 2.12 sebagai berikut: restu, anis, afif Page 22

Wb = 1,552 + (0,095 x 1,552) = 1,699 menit/orang 3.2.6 Insentif Selanjutnya dapat menghitung nilai insetif yang dapat diberikan kepeda pekerja, karena telah didapat nilai W dan Wb dengan menggunakan Persamaan 2.13 sebagai berikut: 1,699 1,552 Insentif = x 100% 1,652 = 9,4% Jadi, insentif yang dapat diterima pekerja tersebut adalah 9,4% dari upah yang diperoleh. 3.3 Analisa Setelah didapat hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di atas, maka selanjutnya adalah analisa data yang akan dijelaskan sebagai berikut: 3.3.1 Uji Keseragaman Data dan Grafik Keseragaman Data Berdasarkan uji keseragaman data yang telah dilakukan, maka didapatkan nilai BKA yaitu sebesar 1,009 dan nilai BKB yaitu sebesar 0,8903, sehingga dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh berada dalam wilayah batas kontrol. Grafik keseragaman data pengamatan work sampling akan dilihatkan pada Gambar 3.1 sebagai berikut: 1,05 Grafik Keseragaman Data Presentase Produktif 1 0,95 0,9 0,85 BKA Presentase BKB Rata-rata 0,8 1 2 3 restu, anis, afif Page 23 Jumlah Pengamatan

Gambar 3.1 Grafik Keseragaman Data Berdasarkan gambar di atas, maka dapat diketahui bahwa semua nilai presentasi kerja masuk dalam range BKA dan BKB, maka data tersebut dapat dikatakan tidak seragam. 3.3.2 Uji Kecukupan Data Dari uji kecukupan data yang telah dilakukan didapatkan bahwa data yang dibutuhkan adalah 84 data, sedangkan pada pengamatan yang dilakukan hanya 120 data yang diambil. Hal ini berarti data yang diambil pada saat pengamatan telah mencukupi. 3.3.3 Ratio Delay Berdasarkan perhitungan ratio delay, maka diperoleh waktu menganggur yang terjadi selama kegiatan kerja adalah sebesar 0,52 atau 52%, sedangkan prensentase produktifnya sebesar 95%. Hal ini menunjukkan bahwa selama dilakukan pengamatan, pekerja menganggur atau melakukan pekerjaan lain hanya sedikit berhubungan atau pekerja lebih banyak melakukan pekerjaan produktif. 3.3.4 Persentasi Produktif Persentasi produktif yang diperoleh yaitu sebesar 95%. Menunjukkan bahwa selama dilakukannya pengamatan, operator berada dalam kondisi yang produktif bila dibandingkan dengan nilai ratio delay yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa selama dilakukan pengamatan, pekerja sangat produktif. 3.3.5 Waktu Baku Penghitungan waktu normal dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor penyesuaian dengan menggunakan westinghouse system. Nilai faktor penyesuaian yang diperoleh adalah 0,14% dengan rincian sebagai berikut: 1. Skill = +0,06 Nilai ini dipilih karena operator memiliki skill (kemampuan) yang baik dalam melaksanakn pekerjaannya. 2. Effort = +0,04 restu, anis, afif Page 24

Nilai ini dipilih karena operator memiliki usaha yang cukup baik dalam menyelesaikan pekerjaannya. 3. Condition = +0,04 Nilai ini dipilih karena operator berada dalam kondisi kerja yang sangat baik. 4. Consistency = +0,01 Nilai ini dipilih karena operator memiliki konsistensi kerja yang baik. Sedangkan untuk menghitung waktu standar harus ditentukan terlebih dahulu allowance-nya. Kelonggaran pada pekerja yang diberikan adalah sebesar 9,5% dengan rincian sebagai berikut: 1. Sikap kerja = 0,7% Sikap kerja pekerja yang tidak baik akan mempengaruhi daya tahan atau kemampuannya dalam bekerja. Pada pengamatan pekerja bekerja duduk dan sesekali berjalan untuk melayani konsumen. 2. Gerakan = 1,3% Pada pengamatan pekerja bekerja dengan gerakan yang cukup sibuk namun tidak terlalu dibatasi. 3. Kelelahan mata = 0,8% Pada pengamatan pekerja bekerja dengan pandangan yang tidak selalu terus menerus fokus, tetapi harus teliti disaat menerima pembayaan ataupun memberikan kembalian pada konsumen. 4. Tenaga yang dikeluarkan = 1,2% Pekerjaa ini tidak membutuhkan tenaga yang cukup besar, karena pada pengamatan pekerja bekerja pada posisi duduk. 5. Temperatur tempat kerja = 5% Pada pengamatan pekerja bekerja di ruangan yang bersuhu <16⁰C dengan menggunakan pendingin ruangan. 6. Keadaan Lingkungan = 0,2% Pada pengamatan pekerja bekerja pada lingkungan yang tidak terlalu bising dan siklus kerja yang berulang-ulang. 7. Keadaan Atmosfer restu, anis, afif Page 25

Pada pengamatan pekerja bekerja pada ruang yang bersirkulasi udara yang cukup baik dan tidak berdebu ataupun gas-gas beracun yang berbahaya. Dari perhitungan juga diperoleh waktu normal untuk kegiatan kerja ini adalah sebesar 1,539 menit/orang, sedangkan waktu bakunya adalah 1,685 menit/orang. 3.3.6 Insentif Berdasarkan perhitungan-perhitungan yang telah dihitung, maka didapat hasil insentif yaitu sebesar 9.4% dari upah yang sebenarnya. restu, anis, afif Page 26

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan dan analisa data yang telah dilakukan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut: 1. Sampling kerja atau sering disebut sebagai work sampling, ratio delay study atau random observation method adalah salah satu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Jadi, dalam pratikum ini praktikan mengamati pekerja dari kejauhan dan mencatat banyaknya konsumen yang dilayani dalam waktu tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan tanpa mengganggu pekerjaan dari operator tersebut. 2. Pada praktikum pengamatan kerja dengan menggunakan metode work sampling, praktikum melakukan pengamatan secara langsung terhadap kinerja kasir di Food Point Plaza Mulia Samarinda. Praktikum ini dilakukan selama tiga hari masing-masing selama enam jam. Data-data dikumpulkan kemudian dianalisa, dengan bilangan random enam, tujuh, dan delapan menggunakan metode westinghouse dan tingkat kepercayaan 95%. Pada praktikum kali ini, diperoleh nilai waktu baku, waktu normal, dan insentif yang nantinya akan diberikan kepada pekerja, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas kerja dari pekerja. 3. Pada praktikum work sampling, dilakukan pengamatan secara langsung pekerja lebih sedikit menganggur, dan data yang telah diolah dan dianalisa pada bab sebelumnya maka diperoleh nilai ratio delay adalah 0,52. Waktu baku 1,699 menit per orang, persentase produktifnya 95%, sedangkan insentif yang sesuai untuk kinerja pekerja adalah 9,4% dari upah yang diterima oleh pekerja. restu, anis, afif Page 27

4.2 Saran Adapun saran yang ingin praktikan sampaikan ialah sebagai berikut: 1. Sebelum menentukan tempat yang akan diamati, sebaiknya praktikan terlebih dahulu melihat secara langsung lokasi yang kira-kira akan dijadikan tempat pengamatan, sebab tidak semua ideal untuk dijadikan tempat pengamatan dan nyaman untuk pratikan sendiri, 2. Sebelum melakukan pengamatan, pratikan sebaiknya menyiapkan/mencari terlebih dahulu tempat yang nyaman untuk dapat beristirahat sekaligus dapat dijadikan tempat untuk melakukan pengamatan, 3. Untuk melakukan sampling pekerjaan sebaiknya pekerja dipilih adalah pekerja normal yang sudah terlatih dan dapat bekerja sama dengan baik (kooperatif), dan 4. Dalam pengamatan, pratikan diharapkan teliti dalam melakukan pengamatan, agar didapat hasil yang efektif dan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi. restu, anis, afif Page 28