Sedangkan bilangan real yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat adalah bilangan irasional, contohnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

KALKULUS (IT 131) Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana. Bagian 3. Fungsi & Model ALZ DANNY WOWOR

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

MA5032 ANALISIS REAL

LOGO MAM 4121 KALKULUS 1. Dr. Wuryansari Muharini K.

Silabus. 1 Sistem Bilangan Real. 2 Fungsi Real. 3 Limit dan Kekontinuan. Kalkulus 1. Arrival Rince Putri. Sistem Bilangan Real.

LAMPIRAN VIII BAHAN AJAR I

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

SISTEM BILANGAN RIIL DAN FUNGSI

MBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari

Himpunan dari Bilangan-Bilangan

Sistem Bilangan Ri l

MAT 602 DASAR MATEMATIKA II

Arief Ikhwan Wicaksono, S.Kom, M.Cs

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

KALKULUS 1. Oleh : SRI ESTI TRISNO SAMI, ST, MMSI /

RELASI DAN FUNGSI A. Relasi 1. Pengertian Perhatikan gambar dibawah ini.

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

Matematika Semester IV

Sistem Bilangan Riil

RELASI DAN FUNGSI. 2. Misalkan A = {2,3,4,5} dan B = {2,3,4,5,6}. Buatlah relasi dari A ke B yang

1 Sistem Bilangan Real

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS 1 UNTUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA OLEH: DADANG JUANDI, DKK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang

Bagian 1 Sistem Bilangan

FUNGSI DAN GRAFIKNYA KULIAH-4. Hadi Hermansyah,S.Si., M.Si. Politeknik Negeri Balikpapan PERTIDAKSAMAAN

fungsi Dan Grafik fungsi

BAHAN AJAR MATEMATIKA WAJIB KELAS X MATERI POKOK: PERTIDAKSAMAAN RASIONAL DAN IRASIONAL

MA2111 PENGANTAR MATEMATIKA Semester I, Tahun 2015/2016. Hendra Gunawan

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

KALKULUS 1 HADI SUTRISNO. Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan. Hadi Sutrisno/P.Matematika/STKIP PGRI Bangkalan

Sistem Bilangan Riil

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

5 F U N G S I. 1 Matematika Ekonomi

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

INFORMASI PENTING. No 1 Bilangan Bulat. 2 Pecahan Bentuk pecahan campuran p dapat diubah menjadi pecahan biasa Invers perkalian pecahan adalah

II. FUNGSI. 2.1 Pendahuluan

FUNGSI. A. Relasi dan Fungsi Contoh: Manakah yang merupakan fungsi/pemetaan dan manakah yang bukan fungsi? (i) (ii) (iii)

SRI REDJEKI KALKULUS I

PERTIDAKSAMAAN

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

KISI-KISI SOAL PENALARAN & KOMUNIKASI MATEMATIK

3. FUNGSI DAN GRAFIKNYA

RELASI DAN FUNGSI. b. Diberikan dua himpunan:

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

Homepage : ekopujiyanto.wordpress.com HP :

Pengertian Fungsi. MA 1114 Kalkulus I 2

BAB 3 FUNGSI. f : x y

MODUL 11 FUNGSI EKSPONENSIAL & LOGARITMA

Zulfaneti Yulia Haryono Rina F ebriana. Berbasis Penemuan Terbimbing = = D(sec x)= sec x tan x, ( + ) ( ) ( )=

OUTLINE Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan. Kalkulus. Dani Suandi, M.Si.

LEMBAR KERJA SISWA I

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK

MA1201 KALKULUS 2A Do maths and you see the world

Bab 2. Relasi dan Fungsi. Standar Kompetensi. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. Kompetensi Dasar

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Bab1. Sistem Bilangan

SISTEM BILANGAN REAL

KALKULUS UNTUK STATISTIKA

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

MAKALAH RELASI DAN FUNGSI Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Matematika SMP 1 Dosen Pengampu: Koryna Aviory, S.Si.,M.Pd.

Fungsi, Persamaaan, Pertidaksamaan

Silabus. Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : MATEMATIKA Kelas / Program : X / UMUM Semester : GANJIL

Eksponen dan Logaritma

TUGAS HIMPUNAN DAN FUNGSI OLEH ARNASARI MERDEKAWATI HADI EKA REZEKI AMALIA DIAH RAHMAWATI HANIYAH MATKOM II A

Dari gambar jaring-jaring kubus di atas bujur sangkar nomor 6 sebagai alas, yang menjadi tutup kubus adalah bujur sangkar... A. 1

4. Himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear x + y = 5 dan x - 2y = -4 adalah... A.{ (1, 4) }

MATEMATIKA EBTANAS TAHUN 1992

PENDAHULUAN KALKULUS

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK

Matematika Dasar FUNGSI DAN GRAFIK

Komposisi fungsi dan invers fungsi. Syarat agar suatu fungsi mempunyai invers. Grafik fungsi invers

KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS

NAMA : KELAS : SMA TARAKANITA 1 JAKARTA theresiaveni.wordpress.com

A B A B A B a 1 a 1 a 1 b 2 b 2 b 2 c 3 c 3 c 3 d d d. Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Relasi Fungsi Relasi Bukan Fungsi Relasi Bukan Fungsi

atau y= f(x) = ax 2 + bx + c (3.17) y= f(x) = a 2 x + a 0 x 2 + a 1

Bagian 2 Matriks dan Determinan

1 P E N D A H U L U A N

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

Hendra Gunawan. 30 Agustus 2013

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2009 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2010

FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a

2.4 Relasi dan Fungsi

*Tambahan Grafik Fungsi Kuadrat

FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS

MATEMATIKA DASAR PENDIDIKAN BIOLOGI UPI 0LEH: UPI 0716

y

11. FUNGSI MONOTON (DAN FUNGSI KONVEKS)

BAB 6 FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS Standar Kompetensi: Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi

Transkripsi:

BAB I A. SISTEM BILANGAN REAL Sistem bilangan real dan berbagai sifatnya merupakan basis dari kalkulus. Sistem bilangan real terdiri dari himpunan unsur yang dinamakan Bilangan Real yang sering dinyatakan dengan. untuk melihat system bilangan real perlu dilihat kembali system bilangan yang paling sederhana yaitu bilangan asli (N) yaitu : 1, 2, 3, 4, 5, 6,... Dengan menambahkan bilangan negatif dan bilangan nol pada bilangan asli akan diperoleh bilangan bulat dialambangakan, (bahasa Jerman Zahlen) yang menyatakan himpunan bilangan bulat :..., -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3,... Bilangan real dapat merupakan bilangan positif, bilangan negatif atau nol. Selanjutnya bilangan real dikelompokan sebagai bilangan rasional dan bilangan irasional. Bilangan rasional merupakan bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan bulat, yang dapat di bentuk sebagai p/q, dimana p dan q adalah bilangan bulat dan q 0, contohnya 1 2 3 = 7 ( 3 = 3 17 ) 17 = 7 7 1 0,24 = 24 100 Sedangkan bilangan real yang tidak dapat dinyatakan sebagai pembagian dua bilangan bulat adalah bilangan irasional, contohnya 3 π 3 5 2 sin 1 log 10 2 Untuk mengidentifikasi bilangan rasional dan bilangan irasional tidak hanya dengan perbandingan dua bilangan bulat, tetapi bias juga dengan bilangan desimal, karena semua bilangan dapat dinyatakan ke dalam bentuk desimal. Apabila pada bilangan yang mempunyai desiamal berulang maka bilangan tersebut adalah bilangan rasional, seperti : 1 2 = 0,500.. = 0.50 3 7 = 0,428571428571428571.. = 0, 428571 2 3 = 0,666.. = 0, 6 17 24 = 0,708333.. = 0.7083 157 495 = 0,3171717.. = 0,317 (Tanda bar menujukan barisan angka tersebut berulang selamanya.) Sebaliknya pada bilangan yang bentuk desiamalnya tidak berulang maka bilangan tersebut adalah bilangan irasional, untuk lebih jelas lihat contoh berikut. π = 3,4145926535897 3 = 1,7320508075 log 10 2 = 0,3010299956 Untuk menulis bilangan desimal sering digunakan lambang berati kurang lebih sama dengan, misalnya π 3,41459265. semakin banyak tempat desimal yang yang dituliskan, akan semakin baik hampiran yang didapatkan. Bilangan real dapat dinyatakan dengan titik pada sebuah garis seperti pada gambar 1. Arah positif ke kanan, 0 dipilih sebagai titik acuan (titik asal) yang berada di tengah-tengah dan ki kiri merupakan arah negatif. Dengan sembarang satuan pengukuran yang memudahkan setiap bilangan positif x dinyatakan dengan titik pada garis yang jaraknya x unit ke kanan dari titik asal, dan setiap bilangan negatif x dinyatakan dengan titik x unit ke kiri dari titik asal. Jadi setiap bilangan real dinyatakan dengan sebuah titik pada garis, dan setiap titik p pada garis berkaitan dengan tepat sebuah bilangan real. Bilangan yang terkait dengan titik p disebut koordianat p dan garis tersebut kemudian disebut sebagai garis koordinat, atau garis bilangan real atau singkatnya garis real. Seringkali pada garis real untuk menendai titik menggunakan koordinatnya dan menghubungkan suatu bilangan sebagai suatu titik pada giris real.

Gambar 1. Garis bilangan real B. SELANG DAN KETIDAKSAMAAN SELANG Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai garis bilangan real. Selang merupakan himpunan bilangan real tertentu, yang sering muncul dalam kalkulus dan secara geometri berkaitan dengan ruas garis. Secara umum selang terdiri dari selang terbuka dan selang tertutup. Misalnya, jika a < b, selang terbuka dari a ke b berisi semua bilangan di antara a dan b yang dinyatakan dengan lambang (a, b). Dengan menggunakan notasi himpunan ditulis (a, b) = {x a < x < b}, yang secara geometri ditujukan pada gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Selang terbuka Gambar 3. Selang tertutup Pada gambar 2, kedua titik ujung selang yaitu a dan b tidak termasuk anggota dari himpunan, ini ditandai dengan kurung biasa ( ) dan dengan bulatan kosong. Selang tertutup dari a ke b adalah himpunan [a, b] = {x a < x < b} Pada selang tertutup, kedua titik unjung selang termasuk anggota dari himpunan. Ini di tandai dengan dengan kurung siku [ ] dan dengan bulatan penuh, pada gambar 3. Dimungkinkan juga hanya terdapat satu titik yang termasuk dalam selang, sebagaimana diperlihatkan dalam tabel 1 berikut. Notasi Deskripsi Himpunan Grafik (geometris) (a, b) [a, b] [a, b) (a, b] {x a < x < b} {x a x b} {x a x < b} {x a < x b} (a, ) {x x > a} [a, ) {x x a} (, b) {x x < b} (, b] {x x b}

(, ) R himpunan semua bilangan real tabel 1. Tabel selang Sebagai catatan, perhatikan pada selang menuju tak terhingga seperti (a, ) = {x x > a}, Ini tidak berarti bahwa lebih besar daripada, sehingga lambang terhingga jauhnya dalam arah positif. KETIDAKSAMAAN ( tak terhingga ) merupakan bilangan. Notasi (a, ) berarti himpunan semua bilangn yang secara sederhana mengindikasikan bahwa selang membentang tak Untuk menyelesaikan permasalahan ketidaksamaan perlu untuk memperhatikan aturan-aturan berikut 1. Jika a < b, maka a + c < b + c 2. Jika a < b dan c < d, maka a + c < b + d 3. Jika a < b dan c > 0, maka ac < bc 4. Jika a < b dan c < 0, maka ac > bc 5. Jika 0 < a < b, maka 1/a > 1/b Pada aturan 1, mejelaskan bahwa sembarang bilagan dapat ditmbahkan ke dua ruas ketidaksamaan, dan aturan 2 menjelaskan bahwa dua ketidaksamaan dapat dijumlahkan. Tetapi harus berhati-hati dengan perkalian. Pada aturan 3 menjelaskan kedua ruas ketidaksamaan dapat dikalikan dengan bilangan positif, tetapi pada aturan 4 menjelaskan bahwa apabila mengalikan kedua ruas ketidaksamaan dengan sebuah bilangan negatif, maka harus mengubah arah ketidaksamaan tersebut. Terakhir aturan 5 menjelaskan bahwa jika suatu bilangan diambil kebalikannya, maka arah ketidaksamaan akan berubah (asalkan kedua bilangan tersebut positif). Contoh 1. Untuk menjelaskan aturan 3 dan aturan 4, diambil ketidaksamaan 2 < 4, dari aturan 3 diperoleh : 6 < 12 (dikalikan dengan 3) tetapi dengan aturan 4 diperoleh : -6 > -12 (dikalikan dengan -3) Contoh 2. Selesaikan ketidaksamaan 1 + x < 7x + 5 Penyelesaian: ketidaksamaan yang diberikan dipenuhi untuk sejumlah nilai x tetapi tidak untuk yang lainnya. Menyelesaikan sebuah ketidaksamaan berarti menentukan himpunan bilangan x yang membuat ketidaksamaan menjadi benar. Himpunan ini disebut himpunan penyelesaian. 1 + x < 7x + 5 Langkah pertama kurangkan 1 dari kedua ruas ketidaksamaan (aturan 1) x < 7x + 4 Lalu kurangkan 7x dari kedua ruas -6x < 4 Selanjutnya kedua ruas dibagi dengan -6 (atau dikali dengan -1/6) x > 4 6 = 2 3

Lagnkah-langkah ini dapat dibalik, sehingga himpunan penyelesaiannya berisi semua bilangan yang lebih besar daripada 2 3. Sehingga penyelasaian dari ketidaksamaan di atas adalah selang ( 2, ), dan dalam bentuk himpunan {x x > 2 3 3 } atau selangnya yang ditujukan pada gambar 4 di bawah ini Gambar 4 Contoh 3: Selesaikan ketidaksamaan 4 3x 2 < 13 Penyelesaian: Disini himpunan penyelesaian birisi semua semua nilai x yang memenuhi kedua ketidaksamaan. Dengan menggunakan aturan ketaksamaan (2) maka 4 3x 2 < 13 6 3x < 15 ( tambahkan 2) 2 x < 5 ( bagi dengan 3). Jadi himpunan penyelesaiannya adalah [2,5). Contoh 4: Selesaikan pertidaksamaan dari x 2 5x + 6 0 Penyelesaian. Langakah pertama ruas kiri difaktorkan,,menjadi (x 2)(x 3) 0 sehingga mempunyai akar 2 dan 3, bilangan 2 dan 3 membagi garis bilangan real menjadi tiga selang (, 2) (2, 3) (3, ) pada masing-masing selang ditentukan tanda masing-masing factor. Misalnya, Untuk memudahkan perhitungan digunakan tabel berikut selang x-2 x-3 (x-2)(x-3) x (, 2) x < 2 x 2 < 0 x > 2 2 < x < 3 x > 3 - + + - - + + - + Cara lain untuk memperoleh informarmasi dalam tabel adalah dengan menggunakan nilai uji. Sebagai contoh, jika kita gunakan nilai uji x = 1 untuk selang (, 2), maka subtitusi ke dalam x 2 5x + 6 0 memberikan 1 2 5(1) + 6 = 2 Pengujian juga dapat dilakukan untuk selang (2, 3) dan (3, ). Dari tabel (x 2)(x 3) bernilai negative ketika 2 < x < 3. Jadi penyelesaian pertidaksamaan (x 2)(x 3) 0 adalah {x 2 x 3} = [2, 3] Perhatikan untuk titik unjung 2 dan 3 disertakan karena harus dicari semua nilai x yang hasil kali bernilai nol dan negative. Penyelesaian diilustrasikan pada gambar 5.

Gambar 5 Pertaksamaan Pecahan dapat diselesaikan dengan sifat : f(x) g(x) 0 f(x). g(x) 0 Tanda dapat berupa, >, atau <. Langkah-langkah penyelesaian : a. Menentukan pembuat nol f(x) dan g(x) b. Menentukan nilai uji untk daerah (+/-) dengan garis bilangan c. Menentukan penyelesaian Catatan : Tidak berlaku perkalian silang, tetapi memenuhi : f(x) c f(x) c 0 dan g(x) 0 g(x) g(x) Contoh: 1. Nilai x yang memenuhi pertidaksamaan x2 4x+3 x 2 3x 10 0 adalah 2. Penyelesaian pertidaksamaan x2 5x 4 x+3 Pertidaksamaan Bentuk Akar Langkah-langkah penyelesaian : > 1 adalah a. Mendkuadratkan kedua rumus pertidaksamaan dan menentukan penyelesaiannya b. Menggunakan syarat real Contoh: Jika f(x) ada maka f(x) 0 c. Menggambungkan syarat (a) dan (b) Tentukan nilai x yang memenuhi x 2 x < 2 Penyelesaian: syarat I : x 2 x < 2 (dikuadratkan) x 2 x < 2 (dikurangi 2) x 2 x 2 < 0 (x 2)(x + 1) < 0 Syarat II: x 2 x 0 x(x 1) 0 untuk lebih jelas perhatikan gambar 6 di bawah ini

Gambar 6 Dengan menggunakan garis bilangan diperoleh daerah penyelesaiannya adalah 1 < x 0 atau 1 x < 2 C. NILAI MUTLAK Nilai mutlak sebuah bilangan a, dinyatakan a, adalah jarak dari a ke 0 pada garis bilangan real. Jarak senantiasa positif atau, sehingga kita peroleh a 0 untuk setiap bilangan a. Sebagai contoh, 3 = 3, 3 = 3, 0 = 0, 2 1 = 2 1, 3 π = π 3 Secara umum, dipunyai a = a jika a 0 a = a jika a < 0 CONTOH 5. Nyatakan 3x 2 tanpa menggunakan lambang nilai mutlak. PENYELESAIAN 3x 2 jika 3x 2 0 3x 2 = (3x 2) jika 3x 2 < 0 = 3x 2 jika x 2 3 2 3x jika x < 2 3 Ingat bahwa lambang berarti akar kuadrat positif dari. Jadi, r = s berarti s 2 = r dan s 0. jadi,persamaan a 2 = a tidak selalu benar. Ia benar hanya bila a 0. Jika a < 0, maka a > 0, sehingga kita peroleh a 2 = a. Menurut (3), maka kita mempunyai kesamaan a 2 = a Yang benar untuk semua nilai a. Petunjuk untuk bukti sifat-sifat berikut dalam soal latihan. Sifat-sifat Nilai Mutlak Misalkan a dan b bilangan real. Sebarang dan n bilangan bulat, maka 1. ab = a a 2. a b = a b (b 0) 3. a n = a n

BAB II A. RELASI 1. Pengertian Relasi Secara umum relasi berati hubungan. Tetapi dalam metematika, relasi memiliki pengertian yang lebih khusus. Untuk lebih memahami pengertian relasi perhatikan uraian berikut Misalakan Eva, Roni, Tian dan Dian diminta untuk menyebutkan warna kesukaannya masing-masing. Hasilnya adalah sebagai berikut: Eva menyukai warna merah Roni menyukai warna hitam Tina menyukai warna merah Dian menyukai warna biru Pada uraian tersebut, terdapat dua himpunan yaitu himpunan orang dan himpunan warna. Misalkan A = {Eva, Roni, Tia, Dian} dan B adalah himpunan warna sehingga B = {merah, hitam, biru}. Dengan demikian relasi himpunan A dan Himpunan B dapat digambarkan dengan diagram sperti pada gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Relasi himpunan A dab B pada gambar 2.1 adalah menyukai warna. 2. Menyatakan Relasi Terdapat tiga cara untuk menyatakan relasi antara dua himpunan, yaitu dengan menggunakan diagram panah himpunan pasangan berurtan, dan diagram Cartesius. a. Diagram panah Dinamakan relasi diagram panah karena ihubuangkan/dinyatakan dengan arah panah. contoh 1.2: Perhatikan diagram panah berikut. Gambar 2.2 Tentukan hobi masing-masing anak.

Jawab : Hasan dipasangkan dengan membaca, berarti Hasan hobi membaca. Maria tidak dipasangkan dengan membaca, memasak, atau olahraga, jadi, hobi Maria bukanlah membaca, memasak, atau olahraga. Joni dipasangkan dengan membaca dan olahraga, berarti Joni hobi membaca dan berolahraga. Zahra dipasangkan dengan memasak, berarti hobinya Zahra adalah memasak. b. Himpunan Pasangan Berurutan Dinamakan demikian karena menyatakan relasi antara dua himpunan, misalnya himpunan A dan B yang dinyatakan sebagai pasangan berurutan (x, y) dengan x ϵ A dan y ϵ B. Contoh 1.3: Pada gambar 1.1 relasi menyukai warna, dapat dinyatakan dengan himpunan pasangan berurutan. Himpunan A = {Eva, Roni, Tia, Dian} dan Himpunan B = {merah, hitam, biru}. Pernyataan Eva menyukai warna merah ditulis (Eva, merah). Pernyataan Roni menyukai warna hitam ditulis (Roni, hitam). Pernyataan Tia menyukai warna merah ditulis (Tia, merah). Pernyataan Dian menyukai warna biru ditulis (Dian, biru). Diperoleh pasangan berurutan : {(Eva, merah), (Roni, biru), (Tia, merah), (Dian, biru)}. c. Diagram Cartesius Relasi yang dinyatakan ke dalam diagram Cartesius, dengan menempatkan suatu himpunan pada sumbu mendatar dan himpunan yang lain pada sumbu tegak, atau sebaliknya. Setiap anggota suatu himpunan yang berpasangan dengan anggota himpunan yang lain, diberi tanda ( ). Contoh 1.4: Perhatikan kembali contoh 1.1, yang membahas relasi menyukai warna. Himpunan A ditempatkan pada sumbu mendatar, dan himpunan B pada sumbu tegak. Gambar 2.3 B. FUNGSI 1. Pengertian Fungsi dan Pemetaan Gambar 2.4 Pada gambar 1.4, terdapat dua himpunan yaitu P = {Nisa, Asep, Made, Cucu, Butet} dan Q = {A, B, O, AB}. Setiap anak anggota P dipasangkan dengan tepat satu anggota Q. Bentuk relasi seperti ini disebut Fungsi atau Pemetaan.

Fungsi atau pemetaan adalah relasi khusus yang memasangkan setiap anggota satu himpunan dengan tepat satu anggota di himpunan yang lain. Contoh 1.5: Dari diagram panah berikut, manakah yang merupakan fungsi? Gambar 2.5 Jawab: Diagram panah (a) merupakan fungsi karena setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B. Diagram (b) bukan merupakan fungsi karena ada anggota A, yaitu a, mempunyai dua pasangan anggota B, yaitu 1 dan 2. Diagram panah (c) bukan merupakan fungsi kerana ada anggota A, yaitu a, tidak mempunyai pasangan anggota B. 2. Domain, Kodomain dan Range Perhatikan fungsi pada gambar 1.6 di bawah ini, himpunan A disebut domain (daerah asal) dan himpunan B disebut kodomain (daerah kawan) dan range (daerah hasil). Gambar 2.6 Dari gambar 2.6 di atas diperoleh : Domain (D f ) adalah A = {1, 2, 3} Kodomain adalah B = {1, 2, 3, 4} Range (R f ) adalah = {2, 3, 4}. 3. Sejarah Istilah fungsi pertama kali digunakan G. W. Leibniz pada tahun 1673, yang digunakan untuk menujukan ketergantungan pada kuantitas yang lain. Misalnya luas daerah A adalah lingkaran dengan jari-jari r, sehingga A = r 2 maka A adalah fungsi dari r. Berubahnya kecepatan agin w terhadap waktu t. maka w adalah fungsi dari t. Setelah itu matematikawan berkembangsaan Swis, Leonhard Euler menotasikan f sebagai fungsi. Yang di tulis y=f(x) (dibaca: y sama dengan f dari x atau y sama dengan f x ) Kadang fungsi juga dinotasikan w = f(t), g(x), v(r), dll. 4. Grafik Fungsi Gambar 2.7

Pada gambar 2.7, aturan yang memetakan himpunan A ke himpunan B adalah untuk setiap x anggota A dipetakan ke (x+1) anggota B. Untuk fungsi pada gambar 1.7 digunakan f maka fungsi tersebut dinotasikan dengan y = f (x) = x + 1. Sehingga diperoleh. Untuk x = 1, y = f(1) = 1 + 1 = 2 sehingga (1,2). Untuk x = 2, y = f(2) = 2 + 1 = 3 sehingga (2,3). Untuk x = 3, y = f(3) = 3 + 1 = 4 sehingga (3,4). Untuk memudahkan cara menulis atau membaca, suatu pemetaan dapat dituliskan dalam tabel. Seperti pada fungsi y = f (x) = x +1 x 1 2 3 y = f(x) = x +1 2 3 4 Pasangan Berurutan (x, y) (1, 2) (2, 3) (3, 4) Tabel 2.1 Dari tabel 2.1 merupakan pasangan berurutan, dan akan membentuk sebuah grafik jika setiap noktah dihubungkan seperti pada gambar 2.8 Gambar 2.8 Dari gambar di atas domain D f = A = {1, 2, 3}, kodomain = B = {1, 2, 3, 4} dan Range R f = {2, 3, 4}. Contoh : Gambarlah grafik fungsi dari f(x) = x Solusi: y = f(x) = x, berdasarkan defenisi nilai mutlak maka x, x 0 y = -x, x < 0 Atau dapat juga diselesaikan menggunakan tabel x -3-2 -1 0 1 2 3 y = x 3 2 1 0 1 2 3 (x, y) (-3, 3) (-2, 2) (-1, 1) (0, 0) (1,1) (2,2) (3, 3) grafik di samping bertepatan dengan garis y = x untuk x 0 dan garis y = -x untuk x < 0. Gambar 2.9 Grafik x