BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV SIMULASI NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam berberapa tingkatan, gelombang pada atmosfir yang berotasi

SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES

DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

II LANDASAN TEORI. dengan, 1,2,3,, menyatakan koefisien deret pangkat dan menyatakan titik pusatnya.

Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG

BAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR

III PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Reflektor Gelombang 1 balok

BAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.

REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES. Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro

PEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)

PENENTUAN SOLUSI GELOMBANG NONLINIER KORTEWEG DE VRIES MENGGUNAKAN METODE HIROTA

Persamaan SWE Linier untuk Dasar Sinusoidal

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Linearisasi Persamaan Air Dangkal

Persamaan Diferensial

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

Bab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan

Bab II Model Lapisan Fluida Viskos Tipis Akibat Gaya Gravitasi

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK

perpindahan, kita peroleh persamaan differensial berikut :

Persamaan Difusi. Penurunan, Solusi Analitik, Solusi Numerik (Beda Hingga, RBF) M. Jamhuri. April 7, UIN Malang. M. Jamhuri Persamaan Difusi

Reflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

PEMECAH GELOMBANG BERUPA SERANGKAIAN BALOK

SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)

Metode Beda Hingga pada Persamaan Gelombang

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

FUNGSI DELTA DIRAC. Marwan Wirianto 1) dan Wono Setya Budhi 2)

MATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Bab 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Penurunan Persamaan Air Dangkal

Pengantar Metode Perturbasi Bab 1. Pendahuluan

EKSISTENSI SOLITON PADA PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES

Bab 4 Diskretisasi Numerik dan Simulasi Berbagai Kasus Pantai

BAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda

Husna Arifah,M.Sc : Persamaan Bessel: Fungsi-fungsi Besel jenis Pertama

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dikumpulkan pada Hari Sabtu, tanggal 27 Februari 2016 Jam di N107, berupa copy file, bukan file asli.

PENURUNAN PERSAMAAN GELOMBANG SOLITON DENGAN DERET FOURIER ORDE DUA SECARA NUMERIK

BAB II LANDASAN TEORI

Solusi Problem Dirichlet pada Daerah Persegi dengan Metode Pemisahan Variabel

RENCANA PEMBELAJARAN 9. POKOK BAHASAN: GETARAN SELARAS (Lanjutan)

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan

Transformasi Laplace Peninjauan kembali variabel kompleks dan fungsi kompleks Variabel kompleks Fungsi Kompleks

Pertemuan Ke 2 SISTEM PERSAMAAN LINEAR (SPL) By SUTOYO,ST.,MT

FUNGSI. Berdasarkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, fungsi dibedakan dua: fungsi eksplisit dan fungsi implisit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Matriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)

TINJAUAN PUSTAKA. diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan. Persamaan diferensial parsial memegang peranan penting di dalam

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal Linier (Linier Shallow Water Equation)

BAB II TEORI TERKAIT

( t) TINJAUAN PUSTAKA. x dengan nilai fungsi dari: x

PENENTUAN GELOMBANG SOLITON PADA FIBER BRAGG GRATING DENGAN MENGGUNAKAN METODE STEP-SPLIT. Theresa Febrina Siahaan*, Saktioto, Muhammad Edisar

PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE I. Nurdinintya Athari

Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Persamaan Diferensial Biasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Metode Koefisien Tak Tentu untuk Penyelesaian PD Linier Homogen Tak Homogen orde-2 Matematika Teknik I_SIGIT KUSMARYANTO

PENYELESAIAN PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES ORDE TINGGI DENGAN METODE EKSPANSI RESTY BANGUN PRATIWI

Persamaan Diferensial Parsial CNH3C3

Metode Beda Hingga untuk Penyelesaian Persamaan Diferensial Parsial

Penerapan Metode Multiple Scales untuk Masalah Galloping pada DuaSpans Kabel Transmisi

FUNGSI, SISTEM PERSAMAAN LINIER DAN MENGGAMBAR GRAFIK

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

BAB VIII PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

5. PERSAMAAN LINIER. 1. Berikut adalah contoh SPL yang terdiri dari 4 persamaan linier dan 3 variabel.

MASALAH SYARAT BATAS (MSB)

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. analitik dengan metode variabel terpisah. Selanjutnya penyelesaian analitik dari

PENYELESAIAN MASALAH NILAI EIGEN UNTUK PERSAMAAN DIFERENSIAL STURM-LIOUVILLE DENGAN METODE NUMEROV

III PEMBAHASAN. (3.3) disubstitusikan ke dalam sistem koordinat silinder yang ditinjau pada persamaan (2.4), maka diperoleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A B A B. ( a ) ( b )

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN SCHRÖDINGER TAK BERGANTUNG WAKTU DAN APLIKASINYA PADA SISTEM POTENSIAL 1 D

Pertemuan 1 dan 2 KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

APROKSIMASI VARIASIONAL UNTUK SOLUSI SOLITON PADA PERSAMAAN SCHRÖDINGER NONLINIER DISKRIT NONLOKAL

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

Modul Praktikum Analisis Numerik

BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS

Memahami konsep dasar turunan fungsi dan mengaplikasikan turunan fungsi pada

PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL LINEAR HOMOGEN DENGAN KOEFISIEN KONSTAN MENGGUNAKAN METODE ADAMS BASHFORTH MOULTON

Bab III Metode Penelitian

BAB 3 REVIEW SIFAT-SIFAT STATISTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK

Teori Dasar Gelombang Gravitasi

BAB III GROUND PENETRATING RADAR

BAB II KAJIAN TEORI. pada penulisan bab III. Materi yang diuraikan berisi tentang definisi, teorema, dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas suatu jenis persamaan differensial parsial tak homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah dengan koefisien ω, λμ, dan c adalah kontanta. c u + ωu μuu λu = F t x x xxx x( x) (.1) Secara fisis, persamaan ini merupakan model hampiran dari perambatan gelombang permukaan yang dibangkitkan oleh gaya luar berupa gangguan pada aliran yang berbentuk gundukan kecil di dasar perairan [4]. Sebelum menyelesaikan persamaan fkdv secara numerik, perlu dijelaskannya persamaan KdV sebagai langkah awal, yaitu dengan mengambil gaya luar bernilai nol. Keunikan dari persamaan KdV tersebut adalah kita dapat menyelesaikannya kedalam bentuk solusi analitik, sehingga solusi numeriknya dapat diuji. Salah satu solusi analitik yang memenuhinya adalah fungsi sekan hiperbolik, yang dijelaskan pada subbab berikutnya, sedangkan numeriknya dijelaskan pada bab III. Pengembangan skema numerik dari persamaan KdV selanjutnya digunakan untuk menjelaskan solusi persamaan fkdv yang juga telah diselesaikan oleh R.H.J. Grimshaw, D. H. Zhang dan K.W. Chow [4] dengan metoda yang berbeda.

.1. Persamaan Korteweg de Vries (KdV). Persamaan KdV merupakan persamaan differensial parsial nonlinear yang homogen, dimana ruas kanan (.1) bernilai nol, dengan orde turunan tertinggi adalah orde tiga yang dinyatakan sebagai u + ωu μuu λu = 0, (.) t x x xxx Secara fisis persamaan tersebut dijumpai sebagai model perambatan gelombang permukaan (lihat [4]) dengan ω adalah perbedaan kecepatan aliran (v) dan kecepatan rambat gelombang (c); μ, λ adalah suatu konstanta yang terkait dengan besaran fisis yang mempunyai hubungan sebagai berikut dengan h menyatakan kedalaman dan g sebagai gravitasi. 3 1 μ = c, λ = ch, c = ( gh ) (.3) h 6 Persamaan KdV (.) memiliki dua peubah bebas, yang dituliskan sebagai x dan t, salah satu jenis solusi yang memenuhi persamaan diatas adalah fungsi sekan hiperbolik, yang diturunkan pada subbab berikutnya... Solusi KdV. Seperti yang dijelaskan pada persamaan KdV, bahwa gelombang soliter merupakan gelombang permukaan yang merambat dengan kecepatan yang konstan tanpa mengalami perubahan bentuk. Sifat perambatan tersebut dapat diamati dengan

memperkenalkan variabel baru, yaitu z = x ct. Dengan menggunakan variabel tersebut persamaan (.) menjadi dimana uxt (, ) = f ( z = x ct). ( ) ( ω c) f μ f. f λ f = 0 (.4) z z zzz Selain itu, agar tidak merumitkan penurunan pada Persamaan (.4), kita gunakan p= ω c, q= μ, r = λ. Jika kedua ruas Persamaan (.4) diintegralkan, maka persamaan (.4) menjadi q + + = (.5) p f f r f z z a dimana a adalah konstanta integrasi. Kemudian kedua ruas persamaan (.5) ini dikalikan dengan f z dan mengintegralkannya sekali lagi pada kedua ruas tersebut, sehingga diperoleh q ( ) 3 p f + f + r f = a z + b z 3 (.6) dimana b adalah suatu konstanta integrasi lain. Perhatikan bahwa untuk memperoleh solusi persamaan KdV, sifat f ( z ) beserta semua turunan-turunannya terhadap z menuju nol sebagaimana z ±. Oleh karena itu, nilai konstanta a dan b haruslah nol, sehingga q + + ( ) = 0 z (.7) 3 3 p f f r f

Salah satu bentuk solusi yang memenuhinya, berupa f(x-ct)=a.sech (Bz), dengan konstanta A dan B ditentukan dari persamaan tersebut. Fungsi f disubstitusikan pada persamaan (.7), sehingga diperoleh qa 3 4 ( ) rb A sec h Bz + pa + rb A = ( ) 4.1 0 (.8) Perlu diketahui bahwa {sech (Bz),1} merupakan himpunan yang bebas linier. Oleh karena itu, koefisien-koefisien pada persamaan (.7) harus bernilai nol, sehingga diperoleh B 1 A μ = dan 3 λ c A μ = ω +, (.9) 3 setelah mengembalikan notasi p, q dan r ke besaran semula. Dengan demikian, solusi soliter yang memenuhi persamaan KdV adalah 1 Aμ Aμ u( x, t) = Asech. x ω t 3λ 3 (.10) Karena koefisien-koefisien diatas saling bergantung, maka secara fisis diberikan nilai h, g dan ω, setelah itu nilai-nilai koefisien pada (.3) diperoleh, sehingga kita dapat menentukan nilai koefisien A pada (.10), begitu juga c. Pada fungsi ini, solusi u(x,t)=f(x-ct) berbentuk sekan hiperbolik, yang bergerak pada satu arah dengan kecepatan c yang bergantung pada nilai amplitudo sekan hiperbolik (A), ω dan μ yang diberikan pada (.9). Untuk mengetahui fungsi yang berbentuk sekan hiperbolik ini secara numerik bergerak dengan kecepatan konstan,

cukup melihat pergerakan titik puncak pada solusi uxt (, ) sepanjang sumbu x pada waktu tertentu, sebagai illustrasi bisa dilihat pada gambar.1. Gambar.1 Solusi Korteweg de Vries dengan A=.5 Pada setiap waktu, kita ambil beberapa data nilai puncak misalkan u ( x, t ) untuk t tertentu. Kemudian, dengan data-data yang diperoleh, kita dapatkan bentuk regresi liner yang sama dengan variabel z = x ct yang diberikan sebelumnya, dengan c sebagai kemiringan persamaan liner yang konstan. Jika kita sesuaikan dengan (.10), maka kita dapatkan c yang sesuai dengan (.9). Jika kita lakukan perhitungan analitik dan memplotkan semua titik pada time step yang diberikan, dapat disimpulkan bahwa dengan memberikan satu parameter (A) yang cukup besar akan memberikan nilai c yang cukup besar pula. Hal ini mengakibatkan lebar fungsi sekan hiperbolik akan semakin mengecil dan perambatannya semakin cepat seperti yang diperlihatkan pada gambar.1. Jika parameter yang diberikan lebih kecil dari parameter tersebut yang diberikan bernilai peak

kecil, maka bentuk lebar sekan hiperbolik akan semakin membesar, sedangkan pergerakannya akan semakin lambat, seperti yang diperlihatkan pada gambar. berikut ini. Gambar.. Solusi Korteweg de Vries dengan A=1..3. Persamaan Forced Korteweg de Vries (fkdv). Perhatian kita pada makalah ini adalah karakteristik solusi pada persamaan (.1) yang sampai saat ini masih belum memiliki solusi analitik. Solusi persamaan (.1) dapat diselesaikan dengan menggunakan metode numerik. Metode yang digunakan untuk menyeselesaikan persamaan (.1) baru-baru ini diselesaikan dengan metoda beda hingga eksplisit Centre-Space dan Centre-Time yang dilakukan oleh R.H.J. Grimshaw, D.-H. Zhang, dan K.W. Chow [4]. Proses untuk menyelesaikan persamaan (.1) yang dilakukan oleh mereka, terlebih dahulu merubah persamaan diatas menjadi bentuk persamaan

nondimensional, yaitu semua variabel pada persamaan (.1) menjadi besaran yang tak berdimensi. Variabel u (sebagai simpangan), x,dan t yang bersesuaian pada (.1) diskalakan dengan menggunakan variabel kecepatan rambat (c) dan kedalaman (h), sehingga kita dapatkan variabel baru akibat penskalaan yang digunakan, yaitu 1 1 c = = = (.11) h h h * * * u u, x x, t t Selanjutnya kita hilangkan tanda (*), sehingga persamaan (.1) menjadi 3 1 1 u + ωu uu u = F t x x xxx x( x) (.1) 6 Disini besaran tak berdimensi ω = Fr 1, dimana Fr = v adalah bilangan c Froude. Kita dapat merubah koefisien-koefisien pada Persamaan fkdv (.1) dalam notasi bilangan bulat dengan mengambil skala nondimensional baru dan mensubstitusikannya ke dalam (.1). Skala yang dimaksudkan adalah 1 3 9 = = = =, (.13) 6 * * * * t t, u u, F F, ω 6ω Selanjutnya kita hilangkan tanda (*) untuk menyederhanakan penulisan, sehingga persamaan (.1) akibat (.13) menjadi ( ) u + ωu 6uu u = F x (.14) t x x xxx x Persamaan (.13) diselesaikan dengan kondisi awal ux (,0) = 0 dan gaya luar yang digunakan adalah F m ( x) ( tanh x tanh ( x L) ) F = γ γ (.15)

Bentuk gaya luar yang digunakan diatas, berupa gundukan dengan puncak yang datar dengan lebar L dan tinggi gundukan sebesar F m. Sedangkan γ adalah sudut kemiringan antara F m dan s sebagai lebar kaki dari gundukan tersebut, seperti yang diperlihatkan pada gambar.3 dibawah L F m s Gambar.3 Gaya luar Hasil numerik yang diperoleh dengan menggunakan metode beda hingga skema CTCS pada tiga simulasi, dimana ω yang digunakan adalah 0,0.,dan -0. yang menunjukkan bahwa, gelombang terbentuk diatas gundukan yang diberikan dan terpecah menjadi dua kelompok gelombang permukaan yang berlawanan arah pada posisi gaya luar. Kelompok gelombang yang bergerak kearah kiri berbentuk soliton yang sempurna, sedangkan kelompok gelombang yang bergerak kearah kanan berbentuk gelombang yang teredam. Dari penjelasan pada subbab-subbab diatas, penulis menghitung kembali dari hasil yang diperoleh oleh R.H.J. Grimshaw, D. H. Zhang dan K.W. Chow [4], yaitu CTCS dengan skema numerik FTCS. Tujuannya adalah untuk membandingkan

hasil yang diperoleh [4] dengan hasil yang diperoleh dengan FTCS. Pembandingan yang dilakukan pada makalah ini akan mengambil bentuk gaya luar yang sama dengan (.15) berupa skema numerik implisit FTCS. Kemudian, mensimulasikan (.14) untuk gaya luar berupa fungsi sekan hiperbolik. Solusi numerik fkdv dengan metoda FTCS tersebut dapat dilihat di [9].