PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Disini tujuan akhir yang ingin dicapai penulis adalah pembuatan suatu aplikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

Pengantar Teknik Industri

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI. Definisi teknik industri menurut Institute of Industrial Engineering (IIE) :

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

The use of Hax and Meal Method in the Disaggregation Process of Master Production Schedule. A case Study on a Healthy Drink Industry DIA Malang

III KERANGKA PEMIKIRAN

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perencanaan Produksi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS

III. METODE PENELITIAN

BAHAN AJAR GERAK LURUS KELAS X/ SEMESTER 1 OLEH : LIUS HERMANSYAH,

ANALISA DAN EVALUASI PRODUKTIVITAS MELALUI PENDEKATAN THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER MODEL (APC) (Studi Kasus di PT. Gratia Husada Farma)

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

SKRIPSI IMELDA YULI YANTI FRANSISKA

RANCANG BANGUN OPTIMASI PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DENGAN ALGORITMA SILVER-MEAL

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab IV Pengembangan Model

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

LATIHAN SOAL KWU XII

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Analisis Model dan Contoh Numerik

MODEL INVENTORI TINGKAT PERMINTAAN LINEAR, TINGKAT PRODUKSI TERBATAS DAN KEKURANGAN PERSEDIAAN YANG DIPENUHI SAAT PRODUKSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

PERENCANAAN PRODUKSI DISAGREGAT: STUDI KASUS PRODUKSI PAKAN TERNAK DI PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA BALARAJA Sii Nur Fadlilah A 1 ; Thomas Widjaja 2 ABSTRACT Producion planning is an aciviy o make decison amoun produc ha have o be produce for periods. Producion planning is devided by ino agrega planning and disagrega planning. Agrega planning is planning on Type and Family level, Disagrega planning on end iem level. Disagrega planning used in manufacuring process ha have some variance produc. Keywords: producion planning, aggrega, disagrega ABSTRAK Rencana produksi adalah akivias menenukan jumlah produk yang harus diproduksi pada periode erenu. Perencanaan produksi erbagi menjadi dua, yaiu perencanaan produksi agrega dan perencanaan produksi disagrega. Perencanaan produksi agrega adalah perencanaan produksi ingka ipe dan famili sedangkan perencanaan produksi disagrega adalah perencanaan ingka end sysem. Perencanaan disagrega dapa diaplikasikan pada proses manufakur dengan beberapa variasi produk. Kaa kunci: rencana produksi, agrega, disagrega 1 Saf Pengajar Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UBiNus, Jakara 2 Sarjana Teknik, Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UBiNus, Jakara 68 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

PENDAHULUAN Perencanaan produksi adalah akivias mengenai berapa banyak produk yang harus dihasilkan seiap periode produksinya. Fase perencanaan produksi dapa dinyaakan dalam sauan ahun, bulan, minggu, hari, bahkan dalam jam. Perencanaan produksi yang baik adalah perencanaan produksi yang mampu memenuhi kebuuhan konsumen pada saa demand daang dan memberikan biaya perencanaan seminimum mungkin. Oleh karena iu, agar dapa diperoleh perencanaan produksi yang epa, perlu digunakan meoda perencanaan produksi yang epa. Ada banyak meode yang dapa digunakan oleh perusahaan dalam menenukan banyaknya produksi yang dihasilkan seiap hari. Baik meode heurisik, maemais, aaupun simulasi. Penggunaan meode yang baik dalam perencanaan produksi akan memberikan hasil yang akura dalam memenuhi perminaan konsumen sehingga perusahaan akan mendapakan keunungan yang maksimal. PEMBAHASAN Perencanaan Agrega Perencanaan agrega adalah perencanaan produksi yang dinyaakan secara agrega. Perencanaan ini berhubungan dengan penenuan jumlah dan waku produksi unuk jangka waku menengah. Manajer produksi harus menenukan jalan erbaik agar memenuhi prakiraan perminaan dengan cara menyesuaikan raa raa produksi, ingka penggunaan enaga kerja, ingka persediaan, lembur, kerja sama (subkonrak), aau variabel lain yang dapa dkendalikan. Dengan beberapa meode dalam perencanaan agrega, manajer produksi dapa memilih sraegi erbaik yang memberikan keunungan opima. Perencanaan agrega diperlukan karena akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memenuhi perminaan dan dalam berkompeisi dengan perusahaan lain. Sraegi dalam Perencanaan Agregra Terdapa ujuh sraegi yang digunakan dalam perencanaan agrega. 1. Melakukan variasi ingka persediaan. Pada sraegi ini, jumlah karyawan dan waku kerja diperahankan sehingga raa raa ingka produksi akan eap. Kelebihan produksi yang erjadi pada periode perminaan rendah disimpan sebagai persediaan yang naninya digunakan unuk menuupi produksi pada waku erjadi perminaan yang lebih inggi dari ingka produksi. Kelemahannya adalah imbulnya biaya penyimpanan persediaan berupa biaya sewa gudang, adminisrasi, asuransi, kerusakan maerial, dan berambahnya modal yang eranam. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 69

Sraegi ini idak dapa digunakan unuk kegiaan jasa (misalnya, ransporasi, kesehaan, aau pendidikan) karena jasa idak dapa disimpan sebagai persediaan. Selain iu, juga idak epa unuk perusahaan yang produknya cepa rusak/idak ahan lama, berhubungan dengan mode/fashion, bernilai inggi, aau memerlukan ruang simpan yang sanga besar. 2. Melakukan variasi jam kerja. Pada sraegi ini, jumlah karyawan dijaga eap unuk suau ingka produksi erenu, perubahan hanya dilakukan erhadap jumlah jam kerja. Jika perminaan naik, diadakan penambahan jam kerja unuk menambah produksi sedangkan jika perminaan urun, dilakukan pengurangan jam kerja. Lembur biasanya akan menimbulkan biaya yang lebih besar karena upah lembur lebih besar daripada upah pada waku reguler. Selain iu, erlalu banyak lembur dapa menurunkan produksivias dan menambah biaya overhead. 3. Melakukan variasi jumlah jam kerja, apabila erjadi perminaan inggi maka dilakukan penambahan enaga kerja. Sebaliknya, pada waku perminaan rendah, dilakukan pengurangan enaga kerja. Biaya yang imbul mencakup biaya pengadaan enaga kerja aau pesangon bagi enaga kerja yang dikurangi. Sraegi ini cocok unuk dierapkan jika enaga kerja yang disewa aau dikurangi mempunyai kerampilan yang rendah dan jika pasar enaga kerja memiliki suplai yang besar. Bagi perusahaan yang memerlukan enaga kerja dengan keerampilan inggi, sraegi ini idak mudah dierapkan karena enaga kerja yang demikian lebih menyukai pekerjaan yang eap dan erjamin. Selain iu, pengurangan enaga kerja yang eralu sering mempunyai pengaruh negaif, yaiu menurunkan moral kerja karyawan yang mengakibakan penurunan produkivias. 4. Subkonrak, dilakukan jika erjadi perminaan yang berambah semenara kapasias produksi idak cukup unuk memenuhinya sedangkan perusahan idak menghendaki hilangnya perminaan aau pelanggan pening. Kerugian sraegi ini adalah harga pokok produksi menjadi lebih inggi, dapa memberikan kesempaan kepada pesaing unuk maju, dan adanya risiko karena idak dapa secara langsung mengonrol muu produk dan penjadwalan. 5. Menggunakan pekerja paruh waku, dalam sekor jasa pekerja paruh waku dapa memenuhi kebuuhan enaga kerja berkeerampilan rendah. Meode ini membawa frekuensi biaya yang rendah dan lebih fleksibel daripada menggunakan enaga kerja eap. Kelemahannya adalah mengakibakan perpuaran enaga kerja dan biaya pelaihan yang inggi, sera mempengaruhi konsisensi muu produk. Apabila sraegi ini dierapkan unuk pekerjaan yang memerlukan keerampilan inggi, masalah yang perlu dianisipasi adalah idak ersedianya enaga kerja pada saa diperlukan karena mereka mencari kerja di empa lain. 7 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

6. Mempengaruhi perminaan, jika perminaan urun aau rendah, perusahaan berusaha menaikkan perminaan melalui iklan, promosi, pemoongan harga, aau menggalakkan benuk kegiaan pemasaran lain. Biaya ambahan yang imbul enunya berupa biaya iklan, poongan harga, dan biaya program promosi lain. Sraegi ini ermasuk menggeser perminaan dari periode perminaan inggi ke periode perminaan rendah, seperi dilakukan perusahaan elekomunikasi. Pada saa siang hari, banyak perminaan elepon yang idak erlayani karena salurannya penuh. Unuk iu, dilakukan sraegi menggeser perminaan siang hari ke malam hari, melalui perbedaan arif yang sanga signifikan. Hal iu menyebabkan konsumen yang adinya akan menggunakan jasa elepon siang hari beralih ke lama hari karena ingin mendapakan biaya yang rendah. Perminaan siang hari yang poensi hilang menjadi eap ada karena pindah ke malam hari. 7. Pemesanan erunda selama periode perminaan inggi. Pemesanan erunda adalah pemesanan barang aau jasa yang dierima perusahaan eapi dapa memenuhi kemudian seelah perusahaan mempunyai persediaan. Pemesanan erunda berlaku umum bagi perusahaan mail order aau perusahaan yang memproduksi barang barang yang kompleks aau beenilai inggi, seperi pesawa erbang, kapal lau, dan lain lain. Sraegi iu sering idak dapa dilaksanakan unuk perusahaan yang menjual barang barang konsumsi, seperi makanan, oba obaan, aau pakaian. Keunungan sraegi ini dapa menghindari lembur dana eap menjaga kapasias produksi yang konsan. Semenara kelemahannya adalah erunda penerimaan/penjualan dan hanya dapa dilakukan apabila perminaan lebih inggi daripada penawaran. Meode Perencanaan Agrega Beberapa meode yang dikenal dalam perencanaan agrega, anara lain pendekaan inuiif, pendekaan maemaika, sera meode abel dan grafik. Dalam pendekaan inuiif, manajemen menggunakan rencana yang sama dari ahun ke ahun. Penyesuaian dilakukan dengan inuisi hanya sekadar unuk memenuhi perminaan baru. Apabila rencana yang lama idak opimal, pendekaan ini mengakibakan pemborosan yang berkepanjangan. Pendekaan maemaika dilakukan dengan eori, seperi pemrograman linier, kaidah kepuusan linier, model koefisien manajemen, meode ransporasi, dan simulasi. Pemrograman linier merupakan eknik pengambilan kepuusan unuk memecahkan masalah mengalokasikan sumber daya yang erbaas dianara berbagai kepeningan seopimal mungkin. Pemrograman linier merupakan salah sau meode dalam rise operasi yang memungkinkan para manajer mengambil kepuusan mengenai kegiaan yang mereka angani dengan dasar analisis kuaniaif. Dengan eori ini, hasil yang opimal dapa diperkirakan, seperi berapa uni produk yang harus dibua, berapa shif yang dioperasikan, aau berapa uni persediaan barang yang disimpan. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 71

Meode ransporasi menuru Herjano (23:171) adalah suau meode yang digunakan unuk mengaur disribusi dari sumber yang menyediakan produk yang sama ke empa ujuan secara opimal. Disribusi iu dilakukan sedemikian rupa sehingga perminaan dari beberapa empa ujuan dapa dipenuhi dari beberapa empa asal yang masing masing dapa memiliki perminaan aau kapasias yang berbeda. Alokasi ini dapa dilakukan dengan memperimbangkan biaya pengangkuan yang bervariasi karena jarak dan kondisi anarlokasi yang berbeda. Dengan meode ransporasi, dapa diperoleh suau alokasi disribusi barang yang dapa meminimalkan oal biaya ransporasi. Disagregasi (Smih, 1989:28) Disagregasi adalah suau proses unuk memecah rencana produksi secara agrega menjadi rencana produksi end iem. Hasil ou pu dari proses disagregasi adalah MPS aau JIP (jadwal induk produksi). Beriku ini hierarki rencana produksi. Rencana produksi ype (agrega) Rencana produksi famili (agrega) Rencana produksi iem (disagrega) Gambar 1 Hierarki Rencana Produksi Type (h): Merupakan kumpulan famili yang memiliki biaya produksi persauan/ pola perminaan relaif sama. Famili (i): Merupakan kumpulan iem yang menanggung biaya se-up secara bersama. Se-up diperlukan apabila fasilias digunakan unuk memproses iem dari famili lain. Iem (j):merupakan produk akhir yang akan dikirim ke konsumen. Suau iem dibedakan aas iem lainnya berdasarkan warna, kemasan, dan lain-lain. Disagregasi ada 2 ahap: (1) Disagregasi dari ipe ke famili (2) Disagregasi dari famili ke iem INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

Langkah disagregasi: (1) Memilih famili mana yang harus diproduksi. Dengan cara memeriksa persediaan dan ramalan demand seiap produk pada seiap famili. (I-1 D Sij) I-1 : Persediaan awal seiap iem j pada semua famili i Dij : Demand seiap iem j pada semua famili i Sij : Safey Sock seiap iem j pada semua famili i (2) Menenukan jumlah yang harus diproduksi. i = Min [ EOQi ; Osi Ii ] dan: Osi = Jumlah max persediaan famili-i Ii = Jumlah persediaan famili -i EOQ i 2. Ai. C R. C hi si Keerangan: Ai : Kebuuhan famili i per ahun Csi : Biaya 1 kali seup mesin unuk membua famili i Chi : Biaya simpan famili i per ahun R : Suku bunga bank (nilai uang aas barang persediaan) i : Jumlah famili ke-i yang harus diproduksi. (3) Lakukan penyesuaian jika: Jika Jika i Ph Ph = Rencana produksi agrega ipe (h) i = Toal jumlah semua famili yang harus di produksi ih i, Ph, ih maka i, disesuaikan menjadi i*, ; dan: i*, Ph, i, Ph, i i membandingkan a & b yang paling minimum dan: maka i, disesuaikan menjadi i*, dengan Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 73

a i*, = Min b ji i, ( P (4) Lakukan perhiungan disagregasi iem. h, S ih ) i, ) ji ih S S ) ) Rumus: d = Max [ ; D I-1 + S] dan: d i *, ji j i ( I 1 d S ) S I i j, 1 d = Perminaan efekif iem-j pada perioda D = Perminaan pasar iem-j pada perioda I-1 = Persediaan iem-j pada akhir perioda -1 Penyesuaian iem: < < S => ij*, = => ij*, = OS => ij*, = OS Penenuan Rencana Produksi Disagrega Sudi Kasus Produksi Pakan Ternak di PT Charoen Pokphand Indonesia Balaraja (1). Memilih famili mana yang harus diproduksi: Rumus : (I-1 D Sij) 74 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

Famili Layer Breeder Puyuh Sapi Babi Tabel 1 Penenuan Family yang Harus Diproduksi Rencana produksi disagrega Unuk Semua Famili 1 hari ke depan SENIN Langkah 1 Invenory Demand Safey Sock Expeced Quaniy End Iem (on) (on) (on) (on) 611 15 744 15-744 612 36 162 33-132 613 186 78 18-511 18 9 18-9 512 366 12 24 6 513 15 66 12-36 BP11 15 15-621 12 528 99-318 622 378 75-48 521 126 546 15-336 522 84 3 9-36 523 6 36 9-66 321 12 66 12-66 631 756 3 6-144 632 66 36 6-3 633 6 24 6-24 531 366 18 36-174 532 126 54 12-48 533 12 6 12-6 614 15 54 9 6 615 144 48 9 6 SP121 54 3 6-36 SP21 3 6-18 BT42 24 42 6 BT45 24 42 6 Toal 8394 378 7494-288 Keerangan: nilai yang diceak ebal beranda negaif (-) berari jumlah produksi iem ersebu akan di bawah sandar safey sock. Jika idak, dibua kembali seelah dipakai unuk memenuhi perminaan/demand sehingga semua family pada iem ersebu harus diproduksi. Dalam hal ini, semua family diproduksi, kecuali iem pakan puyuh dan pakan babi. Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 75

(2). Menenukan jumlah yang harus diproduksi: Rumus : i = Min [ EOQi ; Osi Ii ] dan: Osi = Jumlah max persediaan famili-i Ii = Jumlah persediaan famili -i EOQ i 2. Ai. C R. C hi si Tabel 2 Menenukan Jumlah Toal Family yang Harus Diproduksi Osi (on) Ii (on) Langkah 2 Csi (Rp,) Chi (Rp,) R (%) EOQi (on) Osi-Ii (on) i (on) Famili Ai (kg) 525 2892 28194 18 38325 18% 1212.98 2358 1213. Layer 54 378 34752 15 3942 18% 1211.33 1692 1212. Breeder 24 1494 138546 15 1752 18% 1148.3 96 96. Puyuh 45 294 21498 1 3285 18% 852.73 156 Sapi 3 126 1323 1 219 18% 819.29 174 174. Babi 3 144 183 1 5475 18% 1482.52 156 Toal 141 8658 81396 78 112875 1.8 66.88 355. Keerangan: Pakan ernak puyuh dan babi idak di produksi Conoh perhiungan unuk langkah kedua meode disagregasi: Os I A Cs Ch R 18% EOQ Os 525 on 2892 on 28194 kg Rp 18 Rp 2*365 hari *525 kg Rp 38325 I min( EOQ 2* 28194 1212.98 on 18% *38325 2358 on, Os I ) 1213 on 76 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

3. Lakukan penyesuaian dilakukan jika i Ph Jika a ih i, Ph, & b yang paling minimum dan: maka i, disesuaikan menjadi i*, dengan membandingkan a i*, = Min b ( P h, Karena i, = 355 dan Ph, = 378 sehingga S maka perlu dilakukan penyesuaian sebagai beriku. ji i, ih ) i, ih ) ji ih S S i, Ph, ) ) Tabel 3 Penyesuaian Toal Family yang Diproduksi dengan Rencana Produksi Agrega Famili Ph, (on) Ph,*i/sum(i) Osi - Si Langkah 3 i, ( P h, ih i, ) ji ih Breeder 977.8 18 954.53 954.53 378 Puyuh S S ) ) i*, 138.17 255 1327.58 1327.58 Layer 137.9 231 1315.8 1315.8 Sapi 187.65 18 182.9 18. Babi Toal 378 378 612 378. 3777.91 Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 77

Jadi oal family yang harus diproduksi 1 hari ke depan adalah 3778 on per hari. (4) Menenukan Disagregasi Iem: Rumus: d i *, ji j i ( I 1 d S ) S I i j, 1 d = Max [ ; D I-1 + S] dan: d = Perminaan efekif iem-j pada perioda D = Perminaan pasar iem-j pada perioda I-1 = Persediaan iem-j pada akhir perioda -1 Penyesuaian iem: < < S => ij*, = => ij*, = OS => ij*, = OS 78 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

Tabel 4 Perhiungan Disagregasi Iem Famili End Iem d (on) Langkah 4 (on) adjus (on) akhir (on) 611 744 986.54 987 99 612 132 145.3 146 15 613 89.47 9 9 511 9 119.34 12 12 512-126. 513 36 17.74 18 18 BP11 95.47 96 96 621 318 221.7 222 222 622 48 583.88 584 588 Layer 521 336 246.14 247 252 522 36 54.87 55 6 523 66 119.6 9 9 321 66 89.6 9 9 631 144 182.56 183 186 632 3 64.53 6 6 633 24 56.43 57 6 Breeder 531 174 43.9 36 36 532 48 16.85 17 18 533 6 141.7 12 12 Puyuh 614 615 Sapi SP121 36 13. 6 6 SP21 18 5. 5 54 Babi BT42 BT45 Toal 291 3777.91 3742 3774 Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 79

boiler. Conoh perhiungan unuk langkah keempa perhiungan disagregasi unuk famili d d d d d d d 611, 612, 613, 511, 512, 513, BP11, ] S Max [; D I Max [,162-34 Max [, 78-156 Max [, 9-18 Max [,12-366 Max [, 66-148 Max [, -15 I i j, 1 d 33] 132 18] 18] 9 24] 12] 36 i -1 S ] 15] *, ji j i ( I 1 d Max [, 744-15 S ) 15] 744 611, 611, 611, 15 15 744* 1327.58 (15 15) (36 33) (186 18) (18 18) (366 24) (15 12) (15 15) 744 132 9 36 1327.58 3 6 126 3 15 15 744* 744 132 9 36 986.54 adjus 987 akhir 99 8 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82

Perencanaan Produksi... (Sii Nur Fadlilah A; Thomas Widjaja) 81 96 96 95.47 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 * 15 15 18 18 17.74 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 36* 15 12 126 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 * 366 24 12 12 119.34 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 9* 18 18 9 9 89.47 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 * 186 18 15 146 145.3 36 9 132 744 3 126 6 3 1327.58 132* 36 33 11, 11, 11, 513, 513, 513, 512, 512, 512, 511, 511, 511,, 613, 613, 613, 612, 612, 612, akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus akhir adjus BP BP BP

PENUTUP Pada saa menenukan jenis family yang harus diproduksi, jika hasil perhiungan yang diperoleh negaif. Arinya, Family pada end iem ersebu harus diproduksi. Jika posiif, arinya semua end iem pada family ersebu masih mampu memenuhi perminaan konsumen dan idak perlu diproduksi dulu. Jika jumlah family yang harus diproduksi idak sama dengan jumlah perencanaan produksinya maka perlu dilakukan penyesuaian. Proses pemecahan dari famili ke end iem adalah langkah erakhir dalam menenukan jumlah end iem yang harus diproduksi. DAFTAR PUSTAKA Browne, J.1996. Producion Managemen Sysem An Inegraed Approach. Bedword, D. 1997. Inegraed Producion Conrol Sysem. Edisi 2. New ork. Heizer, Jay. 21. Principle Of Operaion Managemen and Ineracive CD. Smih, Spencer B. 1989. Compuer-Based Producion and Invenory Conrol. 82 INASEA, Vol. 7 No. 1, April 26: 68-82