BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik"

Transkripsi

1 BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk lebih jelasnya, berikut ini penjelasannya. A. Penanda Kohesi Dalam penelitian terhadap Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi) yang menggunakan pronomina, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih detail, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut. 1. Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) Referensi merupakan pengacuan terhadap sesuatu hal yang sedang dibicarakan atau ditulis sebelum atau sesudahnya baik di dalam atau di luar satuan gramatikal. Referensi ini diwujudkan dalam bentuk pronomina yaitu pronomina persona (kata ganti orang), pronomina demonstratif (kata ganti penunjuk waktu atau tempat), dan prononima komparatif (kata ganti perbandingan). 43

2 44 1) Pronomina Persona Pronomina persona (kata ganti orang) yang meliputi persona pertama (persona I), kedua (persona II), dan ketiga (persona III), baik tunggal maupun jamak. Pronomina persona I tunggal, II tunggal, dan III tunggal ada yang berupa bentuk bebas (morfem bebas) dan ada pula yang bentuk terikat (morfem terikat). Kepaduan wacana yang ditandai dengan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada data berikut. 1.1 Pronomina Persona I Penanda pronomina persona I bentuk bebas yang ditemukan dalam penelitian ini adalah aku aku, kula saya, dan dalem saya. Penanda pronomina persona I bentuk terikat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah enklitik dak- ku-, enklitik -ku -ku, dan enklitik tak- ku-. Penanda pronomina persona I jamak yang ditemukan dalam penelitian ini adalah awake dhewe kita berdua. Berikut ini penjelasannya. (4) Dhik Ana kok nyawang terus ana apa ta? Mengko lek kesandhung lho, suarane Mbak Anti sing empuk nyadharake aku saka lamunan. (MK/H60/P8). Dhik Ana mengapa melihat terus ada apa ya? Nanti malah tersandung lho, suaranya Mbak Anti yang lembut menyadarkan aku dari melamun. Pronomina yang terdapat pada data (4) yaitu aku aku yang merupakan pronomina I tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Maka termasuk pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dengan acuan yaitu Ana yang disebutkan di sebelah kiri pronomina aku aku. Kemudian data (4) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (4a) Dhik Ana kok nyawang terus ana apa ta?

3 45 Dhik Ana mengapa melihat terus ada apa ya? (4b) Mengko lek kesandhung lho, Nanti malah tersandung lho, (4c) suarane Mbak Anti sing empuk nyadharake aku saka lamunan. suaranya Mbak Anti yang lembut menyadarkan aku dari melamun. Kemudian data (4c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (4d) suarane Mbak Anti sing empuk nyadharake Ø saka lamunan. suaranya Mbak Anti yang lembut menyadarkan Ø dari melamun. Hasil analisis data (4d) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona aku aku wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (4c) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku aku, menjadi sebagai berikut. (4e) suarane Mbak Anti sing empuk nyadharake aku saka lamunan. awakku suaranya Mbak Anti yang lembut menyadarkan aku dari melamun. aku Dari data (4e) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk bebas aku aku ternyata dapat digantikan dengan pronomina persona lainnya seperti awakku aku karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko. Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (125) Ah... Mas Han remenane guyon. Kula nyuwun pirsa saestu. (MK/H63/P27). Ah... Mas Han sukanya bercanda. Saya benar-benar ingin tahu. Pada data (125) menunjukkan pronomina persona I tunggal bentuk bebas yaitu kula saya yang mengacu pada tokoh yang bernama Anti. Maka pengacuan

4 tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Anti yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (125) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (125a) Ah... Mas Han remenane guyon. Ah... Mas Han sukanya bercanda. (125b) Kula nyuwun pirsa saestu. Saya benar-benar ingin tahu. Kemudian data (125b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (125c) Ø nyuwun pirsa saestu. Ø benar-benar ingin tahu. Hasil analisis data (125c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona I tunggal bentuk bebas kula saya wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (125b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk bebas kula saya, menjadi sebagai berikut. 46 (125d) Kula *kita Saya *kita nyuwun pirsa saestu. benar-benar ingin tahu. Dari data (125e) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk bebas kula saya ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina kita kita karena pronomina tersebut merupakan pronomina persona I jamak, sedangkan konteks kalimatnya merujuk kepada persona I tunggal. Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (129) Lho... nanging kala sedasa dinten kepengker taksih telepon dalem, bu. (SBIMK/H202/P87).

5 Lho... tetapi sekitar sepuluh hari yang lalu masih telepon saya, bu. Pronomina yang terdapat pada data (129) yaitu dalem saya yang merupakan pronomina I tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh yang bernama Wisnu. Maka termasuk pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dengan acuan yaitu Wisnu yang disebutkan terdahulu. Kemudian data (129) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (129a) Lho... nanging kala sedasa dinten kepengker Lho... tetapi sekitar sepuluh hari yang lalu (129b) taksih telepon dalem, bu. masih telepon saya, bu Kemudian data (129b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (129c) taksih telepon Ø, bu. tetapi sekitar sepuluh hari yang lalu masih telepon Ø, bu. Hasil analisis data (129c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona dalem saya wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (129b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk bebas dalem saya, menjadi sebagai berikut. (129d) taksih telepon dalem,,bu kula masih telepon saya,,bu. saya Dari data (129d) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk bebas dalem saya ternyata dapat digantikan dengan pronomina persona kula saya, karena pronomina tersebut masih dalam tingkat tataran yang sama yaitu krama. 47

6 48 Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (131) Mripatku enggal-enggal dakinger saka praupane Mbak Anti, nyawang menyang kedhokan-kedhokan sawah sing ana ngisor kana. (MK/H60/P8). Mataku cepat-cepat kuputar dari wajah Mbak Anti, memandang ke petakan-petakan sawah yang ada di bawah sana. Pada data (131) menunjukkan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri yaitu dak- ku- pada satuan lingual dakinger kuputar yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Ana yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (131) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (131a) Mripatku enggal-enggal dakinger saka praupane Mbak Anti, Mataku cepat-cepat kuputar dari wajahnya Mbak Anti, (131b) nyawang menyang kedhokan-kedhokan sawah sing ana ngisor kana. memandang ke petakan-petakan sawah yang ada di bawah sana. Kemudian data (131a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (131c) Mripatku enggal-enggal Øinger saka praupane Mbak Anti. Mataku cepat-cepat Øputar dari wajahnya Mbak Anti, Hasil analisis data (131c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku- pada satuan lingual dakinger kuputar wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (131a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku-, menjadi sebagai berikut.

7 49 (131d) Mripatku enggal-enggal dakinger takinger saka praupane Mbak Anti. Mataku cepat-cepat kuputar kuputar dari wajahnya Mbak Anti. Dari data (131d) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku- pada satuan lingual dakinger ku putar ternyata bisa digantikan dengan pronomina tak- ku- karena dak- ku- dan tak- ku- merupakan samasama ragam ngoko. Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (145) Dhik Ana, kok kaya ana sing dipikir, apa ana sing isa tak bantu?! Suara alus saka mburiku ngagetne aku saka lamunan. (MK/H64/P37). Dhik Ana, seperti ada yang dipikir, apa ada yang bisa kubantu?! Suara halus dari belakangku mengagetkan aku dari melamun. Pada data (145) menunjukkan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu enklitik -ku yang melekat pada satuan lingual mburiku belakangku. Maka termasuk pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Kemudian data (145) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (145a) Dhik Ana, Dhik Ana, (145b) kok kaya ana sing dipikir, seperti ada yang dipikir, (145c) apa ana sing isa tak bantu?! apa ada yang bisa kubantu?! (145d) suaran alus saka mburiku ngagetne aku saka lamunan. suara halus dari belakangku mengagetkan aku dari melamun. Kemudian data (145d) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (145e) suara alus saka mburiø ngagetne aku saka lamunan. suara halus dari belakangø mengagetkan aku dari melamun.

8 Hasil analisis data (145e) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku -ku pada satuan lingual mburiku belakangku wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (145d) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku saya, menjadi sebagai berikut. (145f) suara alus saka mburi -ku ngagetne aku saka lamunan. *-ne suara halus dari belakang -ku mengagetkan aku dari melamun. *-nya 50 Dari data (145f) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku saya ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina persona -ne - nya karena pronomina tersebut merupakan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan, sedangkan konteks kalimatnya merujuk kepada persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan. Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (156) Ya jelas ta, Dhi. Kabeh takdaftarke. (PSAD/H130/P18). Ya jelaslah, Dik. Semua kudaftarkan. Pada data (156) menunjukkan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri yaitu enklitik tak- yang melekat pada satuan lingual takdaftarke kudaftarkan. Maka termasuk pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks yang mengacu pada tokoh yang bernama Dewi. Kemudian data (156) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung

9 51 (156a) Ya jelas ta, Dhi Ya jelaslah, Dik (156b) Kabeh takdaftarke. Semua kudaftarkan. Kemudian data (156b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (156c) Kabeh Ødaftarke. Semua Ødaftarkan. Hasil analisis data (156c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri tak- ku- pada satuan lingual takdaftarke kudaftarkan wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tetap gramatikal dan berterima, tetapi makna wacana tersebut menjadi wacana bermakna perintah. Data (156b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri tak- ku-, menjadi sebagai berikut. (156d) Kabeh tak- daftarke.. dak- Semua ku- daftarkan. ku- Dari data (156d) di atas, pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri tak- ku- ternyata dapat digantikan dengan pronomina persona dak- ku- karena pronomina persona tak- ku- dan dak- ku- termasuk ragam ngoko. Data lain yang merupakan pronomina persona I adalah sebagai berikut. (157) Ora ngono Mas. Aku sumelang, mengko awake dhewe ki rak dikira ana apa-apa ana kene. (MK/H65/P46). Jangan begitu Mas. Aku khawatir, nanti diri kita malah dikira ada apaapa di sini. Pada data (157) menunjukkan pronomina persona I jamak yaitu awake dhewe diri kita yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana dan Nanang. Maka

10 pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Ana dan Nanang yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (157) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (157a) Ora ngono Mas. Tidak begitu Mas. (157b) Aku sumelang, Aku khawatir, (157c) mengko awake dhewe ki rak dikira ana apa-apa nanti diri kita malah dikira ada apa-apa (157d) ana kene. di sini. Kemudian data (157c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (157e) mengko Ø ki rak dikira ana apa-apa nanti Ø malah dikira ada apa-apa Hasil analisis data (157e) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona I jamak awake dhewe diri kita wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tetap gramatikal dan berterima, tetapi informasi yang diterima oleh pembaca menjadi kurang lengkap. Data (157c) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona I jamak awake dhewe diri kita, menjadi sebagai berikut. (157f) mengko awake dhewe ki rak dikira ana apa-apa kita aku lan kowe nanti diri kita malah dikira ada apa-apa kita aku dan kamu Dari data (157f) di atas, pronomina persona I jamak awake dhewe diri kita ternyata dapat digantikan dengan pronomina kita kita dan aku lan kowe 52

11 aku dan kamu karena pronomina tersebut berada dalam ragam bahasa yang sama yaitu ragam ngoko. Data mengenai pronomina persona I dapat dilihat pada lampiran data nomor 1 sampai Pronomina Persona II Penanda pronomina persona II bentuk bebas yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kowe kamu, panjenengan Anda, dan awakmu kamu. Penanda pronomina persona II bentuk terikat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah enklitik -mu -mu. Berikut ini penjelasannya. (160) Pancen kowe ki bocah apik lho Dhik, aku mundhak dhemen marang awakmu, [...] (MK/H65/P47). Memang kamu itu orang baik lho Dhik, aku makin senang dengan dirimu, [...] Pada data (160) menunjukkan pronomina persona II tunggal bentuk bebas yaitu kowe kamu yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Ana yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (160) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (160a) Pancen kowe ki bocah apik lho Dhik, Memang kamu itu orang baik lho Dhik, (160b) aku mundhak dhemen marang awakmu, [...] aku makin senang dengan dirimu, [...] Kemudian data (160a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (160c) Pancen Ø ki bocah apik lho Dhik, Memang Ø itu orang baik lho Dhik, Hasil analisis data (160c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu wajib hadir. Jika pronomina tersebut 53

12 dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (160a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu, menjadi sebagai berikut. (160d) Pancen kowe ki bocah apik lho Dhik, sampeyan 54 Memang kamu kamu itu orang baik lho Dhik, Dari data (160d) di atas, pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu ternyata dapat digantikan dengan pronomina sampeyan kamu karena sampeyan kamu bersifat netral sehingga masih berterima. Data lain yang merupakan pronomina persona II adalah sebagai berikut. (165) Lha panjenengan saking tindak pundi? Enjing-enjing kok sampun wonten mriki. (MK/H62/P25). Lha Anda mau pergi ke mana? Pagi-pagi sudah berada di sini. Pada data (165) menunjukkan pronomina persona II tunggal bentuk bebas yaitu panjenengan Anda yang mengacu pada tokoh yang bernama Handoyo. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Handoyo yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (165) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (165a) Lha panjenengan saking tindak pundi? Lha Anda mau pergi ke mana? (165b) Enjing-enjing kok sampun wonten mriki. Pagi-pagi sudah berada di sini. Kemudian data (165a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (165c) Lha Ø saking tindak pundi? Lha Ø mau pergi ke mana?

13 Hasil analisis data (165c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona II tunggal bentuk bebas panjenengan Anda wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (165a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona II tunggal bentuk bebas panjenengan Anda, menjadi sebagai berikut. (165d) Lha panjenengan saking tindak pundi? sampeyan Lha Anda mau pergi ke mana? kamu Dari data (165d) di atas, pronomina persona II tunggal bentuk bebas panjenengan Anda ternyata dapat digantikan dengan pronomina sampeyan kamu karena sampeyan kamu bersifat netral sehingga masih berterima. Data lain yang merupakan pronomina persona II adalah sebagai berikut. (175) Yen ana apa-apane, sapa sing arep nulungi awakmu? (MK/H64/P38). Jika ada apa-apanya, siapa yang akan menolong kamu? Pada data (175) menunjukkan pronomina persona II tunggal bentuk bebas yaitu awakmu kamu yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Ana yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (175) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (175a) Yen ana apa-apane, Jika ada apa-apanya, (175b) sapa sing arep nulungi awakmu? siapa yang akan menolong kamu? Kemudian data (175b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. 55

14 56 (175c) sapa sing arep nulungi Ø? siapa yang akan menolong Ø? Hasil analisis data (175c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona II tunggal bentuk bebas awakmu kamu wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tetap gramatikal dan berterima, tetapi informasi yang diterima oleh pembaca menjadi bersifat umum. Data (175a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona II tunggal bentuk bebas awakmu kamu, menjadi sebagai berikut. (175d) sapa sing arep nulungi awakmu? sampeyan siapa yang akan menolong kamu? kamu Dari data (175d) di atas, pronomina persona II tunggal bentuk bebas awakmu kamu ternyata dapat digantikan dengan pronomina sampeyan kamu karena sampeyan kamu bersifat netral sehingga masih berterima. Data lain yang merupakan pronomina persona II adalah sebagai berikut. (182) Kowe ki pancen neka-neka lho Dhik. Apa rumangsamu kowe ki elek? (MK/H61/P16). Kamu itu memang ada-ada saja lho Dhik. Apa menurutmu kamu itu jelek? Pada data (182) menunjukkan pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu enklitik -mu kamu pada satuan lingual rumangsamu menurutmu yang mengacu pada tokoh yang bernama Ana. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Ana yang telah disebut terdahulu. Kemudian data (182) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung

15 57 (182a) Kowe ki pancen neka-neka lho Dhik. Kamu itu memang ada-ada saja lho Dhik. (182b) Apa rumangsamu kowe ki elek? Apa menurutmu kamu itu jelek? Kemudian data (182b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (182c) Apa rumangsaø kowe ki elek? Apa menurutø kamu itu jelek? Hasil analisis data (182c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu kamu wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tetap gramatikal dan berterima karena -mu kamu yang mereferen pada kata kowe kamu memiliki satu kelas persona II. Data (182b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu kamu, menjadi sebagai berikut. (182d) Apa rumangsa -mu kowe ki elek? sampeyan Apa menurut -mu kamu itu jelek? kamu Dari data (182d) di atas, pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu kamu ternyata dapat digantikan dengan pronomina sampeyan kamu karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama. Data mengenai pronomina persona II dapat dilihat pada lampiran data nomor 160 sampai Pronomina Persona III Penanda pronomina persona III bentuk bebas yang ditemukan dalam penelitian ini adalah dheweke dia dan slirane dia. Penanda pronomina persona III bentuk terikat yang ditemukan dalam penelitian ini adalah enklitik -e -nya dan enklitik -ne -nya. Berikut ini penjelasannya

16 58 Data yang merupakan pronomina persona III adalah sebagai berikut. (190) Mas Handoyo ngguyu, untune katon rata apik-apik. Dheweke manggone ana kecamatan. (MK/H62/P25). Mas Handoyo tertawa, giginya terlihat rata bagus-bagus. Dia bertempat di kecamatan. Pada data (190) menunjukkan pronomina persona III tunggal bentuk bebas yaitu dheweke dia yang mengacu pada tokoh yang bernama Handoyo. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Handoyo yang telah disebutkan pada kalimat pertama. Kemudian data (190) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (190a) Mas Handoyo ngguyu, Mas Handoyo tertawa, (190b) untune katon rata apik-apik. giginya terlihat rata bagus-bagus. (190c) Dheweke manggone ana kecamatan. Dia bertempat di kecamatan. Kemudian data (190c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (190d) Ø manggone ana kecamatan. Øbertempat di kecamatan. Hasil analisis data (190d) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke dia wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (190b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke dia, menjadi sebagai berikut. (190d) Dheweke slirane manggone ana kecamatan.

17 59 Dia dia bertempat di kecamatan. Dari data (190d) di atas, pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke dia ternyata dapat digantikan dengan pronomina slirane dia karena masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko. Data lain yang merupakan pronomina persona III adalah sebagai berikut. (227) Matur nuwun cah ayu... gene kok slirane ora jatuh cinta marang Trisanto. (PSAD/H136/P62). Terima kasih anak cantik... kenapa dia tidak jatuh cinta kepada Trisanto. Pada data (227) menunjukkan pronomina persona III tunggal bentuk bebas yaitu slirane dia yang mengacu pada adiknya bapak jendral. Maka pengacuan tersebut merupakan eksofora karena mengacu pada adiknya bapak jendral yang tidak disebutkan dalam teks. Kemudian data (227) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (227a) Matur nuwun cah ayu... Terima kasih anak cantik... (227b) gene kok slirane ora jatuh cinta marang Trisanto. kenapa dia tidak jatuh cinta kepada Trisanto. Kemudian data (227b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (227c) gene kok Ø ora jatuh cinta marang Trisanto. kenapa Ø tidak jatuh cinta kepada Trisanto. Hasil analisis data (227c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona III tunggal bentuk bebas slirane dia wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas.

18 Data (227b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona III tunggal bentuk bebas slirane dia, menjadi sebagai berikut. (227d) gene kok slirane ora jatuh cinta marang Trisanto. dheweke Dari data (227d) di atas, pronomina persona III tunggal bentuk bebas slirane dia ternyata dapat digantikan dengan pronomina dheweke dia karena masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko. Data lain yang merupakan pronomina persona III adalah sebagai berikut. (230) Saiki wis ora nggandheng lengenku maneh. Dalane wis ora munggahmudhun, dadi ora perlu digondheli. (MK/H67/P56). Sekarang sudah tidak menggandeng lenganku lagi. Jalannya sudah tidak naik-turun, jadi tidak perlu dipegangi. Pada data (230) menunjukkan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -e -nya pada satuan lingual dalane jalannya yang merupakan pengacuan eksofora karena acuannya berada di luar teks. Kemudian data (230) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (230a) Saiki wis ora nggandheng lengenku maneh. Sekarang sudah tidak menggandeng lenganku lagi. (230b) Dalane wis ora munggah-mudhun, Jalannya sudah tidak naik-turun, (230c) dadi ora perlu digondheli. jadi tidak perlu dipegangi. Kemudian data (230b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (230d) DalanØ wis ora munggah-mudhun, JalanØ sudah tidak naik-turun, 60 Hasil analisis data (230d) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -e -nya wajib hadir. Jika pronomina

19 61 tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (230b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -e -nya, menjadi sebagai berikut. (230e) Dalane *dalan kae Jalannya *jalan itu wis ora munggah-mudhun, dadi ora perlu digondheli. sudah tidak naik-turun, jadi tidak perlu dipegangi. Dari data (230e) di atas, pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -e -nya pada satuan lingual dalane jalannya ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina kae itu karena pronomina tersebut merupakan pronomina demonstratif tempat yang merujuk ke tempat jauh dengan penutur, sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimat di atas. Data lain yang merupakan pronomina persona III adalah sebagai berikut. (231) [...] lambene Mas Nang sing taksenengi kuwi obah-obah lucu. (MK/H65/P40). [...] bibir Mas Nang yang kusukai itu bergerak-gerak lucu. Pada data (231) menunjukkan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -ne -nya pada satuan lingual lambene bibirnya. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora kataforis karena mengacu pada tokoh yang bernama Nanang yang disebutkan kemudian. Kemudian data (231) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (231a) [...] lambene Mas Nang sing taksenengi kuwi [...] bibir Mas Nang yang kusukai itu (231b) obah-obah lucu. bergerak-gerak lucu.

20 62 Kemudian data (231a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (231c) [...] lambeø Mas Nang sing taksenengi kuwi [...] bibirø Mas Nang yang kusukai itu, Hasil analisis data (231c) dengan teknik lesap ternyata pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya wajib hadir. Jika pronomina tersebut dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (231a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya, menjadi sebagai berikut. (231d) [...] lambene Mas Nang sing taksenengi kuwi *lambeku [...] bibir Mas Nang yang kusukai itu *bibirku Dari data (231d) di atas, pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya pada satuan lingual lambene bibir ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina ku ku pada satuan lingual lambeku bibirku karena pronomina tersebut merupakan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Data mengenai pronomina persona III dapat dilihat pada lampiran data nomor 187 sampai ) Pronomina Demonstatif Pronomina demonstratif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif tempat. Pronomina demonstratif waktu yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu netral. Pronomina demonstratif tempat yang ditemukan dalam penelitian ini

21 adalah pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, dan menunjuk secara eksplisit. 2.1 Pronomina Demonstratif Waktu Penanda pronomina demonstratif waktu kini yang ditemukan dalam penelitian ini adalah saiki sekarang. Penanda pronomina demonstratif waktu lampau yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kepengker yang lalu. Penanda pronomina demonstratif waktu yang akan datang yang ditemukan dalam penelitian ini adalah mengko nanti, mangke nanti, dan sesuk besok. Penanda pronomina demonstratif waktu netral yang ditemukan dalam penelitian ini adalah esuk pagi, awan siang, sore sore, dan wengi malam. Berikut ini penjelasannya. (292) Saiki kari Retno, dheweke nyawang awakku sajak gemreget. (SBIMK/H195/P41). Sekarang tinggal Retno, dia melihat diriku dengan agak jengkel. Pada data (292) menunjukkan pronomina demonstratif waktu sekarang saiki sekarang. Mengacu pada hari itu ketika Retno melihat tokoh utama yaitu Wisnu dengan agak jengkel. Kemudian data (292) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (292a) Saiki kari Retno, Sekarang tinggal Retno, (292b) Dheweke nyawang awakku sajak gemreget. Dia melihat diriku dengan agak jengkel. Kemudian data (292a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (292c) Ø kari Retno, Ø tinggal Retno, 63

22 Hasil analisis data (292c) dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa kalimat tersebut masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengkap dan akan lebih lengkap jika pronomina demonstratif waktu tersebut tidak dilesapkan. Data (292a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu sekarang saiki sekarang, menjadi sebagai berikut. (292d) Saiki kari Retno. *mengko 64 Sekarang *nanti tinggal Retno. Dari data (292d) di atas, pronomina demonstratif waktu sekarang saiki sekarang ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina mengko nanti karena merupakan pronomina demonstratif waktu yang akan datang sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimat di atas. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif waktu adalah sebagai (294) Kula kancanipun Puput, bu. (SBIMK/H202/P85). Napa dereng mireng yen Puput sampun tilar seminggu kepengker. (SBIMK/H202/P86). Saya temannya Puput, bu. Apa belum mendengar bahwa Puput telah meninggal seminggu yang lalu. Pada data (294) menunjukkan pronomina demonstratif waktu lampau kepengker yang lalu. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora anaforis yang mengacu pada kata seminggu seminggu yang disebutkan sebelum kata kepengker yang lalu. Kemudian data (294) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung

23 (294a) Kula kancanipun Puput, bu. Saya temannya Puput, bu. (294b) Napa dereng mireng yen Puput sampun tilar seminggu kepengker. Apa belum mendengar bahwa Puput telah meninggal seminggu yang lalu. Kemudian data (294b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (294c) Napa dereng mireng yen Puput sampun tilar seminggu Ø, Apa belum mendengar bahwa Puput telah meninggal seminggu Ø. Hasil analisis data (294c) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu lampau yaitu kata kepengker yang lalu wajib hadir. Karena apabila dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (294b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu lampau kepengker yang lalu, menjadi sebagai berikut. (294d) Napa dereng mireng yen Puput sampun tilar seminggu kepengker. kepungkur Apa belum mendengar bahwa Puput telah meninggal seminggu yang lalu. yang lalu 65 Dari data (294d) di atas, pronomina demonstratif waktu kepengker yang lalu ternyata dapat digantikan dengan pronomina kepungkur yang lalu yang termasuk ragam ngoko. Karena kalimat di atas menggunakan ragam krama, sehingga tidak dapat digantikan dengan kata ragam ngoko kepungkur yang lalu. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif waktu adalah sebagai (295) Mengko yen kepethuk, Dewi janji arep njaluk sepura. (PSAD/H132/P30). Nanti jika bertemu, Dewi janji akan minta maaf.

24 Pada data (295) menunjukkan pronomina demonstratif waktu yang akan datang mengko nanti. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora anaforis yang mengacu pada waktu nanti di mana Dewi akan meminta maaf. Kemudian data (295) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (295a) Mengko yen kepethuk, Nanti jika bertemu, (295b) Dewi janji arep njaluk sepura. Dewi jantji akan minta maaf. Kemudian data (295a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (295c) Ø yen kepethuk, Ø jika bertemu, Hasil analisis data (295c) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu yang akan datang yaitu kata mengko nanti wajib hadir. Karena apabila dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (295a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu yang akan datang mengko nanti, menjadi sebagai berikut. (295d) Mengko yen kepethuk, *wingi 66 Nanti *kemarin jika bertemu, Dari data (295d) di atas, pronomina demonstratif waktu yang akan datang mengko nanti ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina wingi kemarin karena merupakan konteks kalimat di atas menggunakan pronomina

25 demonstratif waktu yang akan datang, bukan menggunakan pronomina demonstratif waktu lampau. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif waktu adalah sebagai (297) Mangke siang, Bu, Mas Nanang enggal nyaut. (MK/H63/P33). Nanti siang, Bu, Mas Nanang segera menyahut. Pada data (297) menunjukkan pronomina demonstratif waktu yang akan datang mangke nanti. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora anaforis yang mengacu pada waktu yang akan datang yaitu nanti siang. Kemudian data (297) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (297a) Mangke siang, bu Nanti siang, bu (297b) Mas Nanang enggal nyaut. Mas Nanang segera menyahut. Kemudian data (297a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (297c) Ø siang, bu Ø siang, bu Hasil analisis data (297c) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu yang akan datang yaitu kata mangke nanti wajib hadir. Karena apabila dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (297a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu yang akan datang mangke nanti, menjadi sebagai berikut. (297d) Mangke siang, bu mengke 67

26 68 Nanti nanti siang, bu Dari data (297d) di atas, pronomina demonstratif waktu yang akan datang mangke nanti ternyata dapat digantikan dengan pronomina mengke nanti karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama yaitu krama. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif waktu adalah sebagai (298) Mula wiwit dina iki Anggara dak pasrahake marang awakmu. Sesuk aku sing medhot hubungan karo Anggara. (IAKA/H182/P35). Maka dari itu mulai hari ini Anggara aku pasrahkan pada dirimu. Besok aku yang memutus hubungan dengan Anggara. Pada data (298) menunjukkan pronomina demonstratif waktu yang akan datang sesuk besok. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora anaforis yang mengacu pada hari esok ketika tokoh utama yang bernama Rita yang akan memutus hubungan dengan Anggara. Kemudian data (298) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (298a) Mula wiwit dina iki Maka dari itu mulai hari ini (298b) Anggara dak pasrahake marang awakmu. Anggara aku pasrahkan pada dirimu. (298c) Sesuk aku sing medhot hubungan karo Anggara. Besok aku yang memutus hubungan dengan Anggara. Kemudian data (298c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (298d) Ø aku sing medhot hubungan karo Anggara. Ø aku yang memutus hubungan dengan Anggara Hasil analisis data (298d) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu yang akan datang yaitu kata sesuk besok apabila dilesapkan,

27 69 data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (298c) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu yang akan datang sesuk besok, menjadi sebagai berikut. (298e) Sesuk dina ngarep aku sing medhot hubungan karo Anggara. Besok hari esok aku yang memutus hubungan dengan Anggara. Dari data (298e) di atas, pronomina demonstratif waktu yang akan datang sesuk besok ternyata dapat digantikan dengan pronomina dina ngarep hari esok karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko.. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif waktu adalah sebagai (300) Srengenge esuk katon gumebyar. Aku mlangkah alon-alon napaki dalan-dalan desa sing lagi wae diurug. (MK/H59/P5). Matahari pagi tampak berkilauan. Aku melangkah pelan-pelan menapaki jalan-jalan desa yang baru saja ditimbun. Pada data (300) menunjukkan pronomina demonstratif waktu netral esuk pagi mengacu pada waktu netral yaitu pada waktu pagi hari. Kemudian data (300) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (300a) Srengenge esuk katon gumebyar. Matahari pagi tampak berkilauan. (300b) Aku mlangkah alon-alon Aku melangkah pelan-pelan (300c) napaki dalan-dalan desa sing lagi wae diurug. menapaki jalan-jalan desa yang baru saja ditimbun. Kemudian data (300a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (300d) Srengenge Ø katon gumebyar.

28 70 Matahari Ø tampak berkilauan Hasil analisis data (300d) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu netral yaitu kata esuk pagi kehadirannya tidak wajib. Karena apabila dilesapkan, data tersebut masih gramatikal dan berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca masih lengkap dan jelas. Data (300a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif waktu netral esuk pagi, menjadi sebagai berikut. (300e) Srengenge esuk katon gumebyar. *sore Matahari pagi tampak berkilauan. *sore Dari data (300e) di atas, pronomina demonstratif waktu netral esuk pagi ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina sore sore karena pronomina tersebut tidak sesuai dengan konteks kalimat di atas, sehingga tidak dapat menggantikan pronomina esuk pagi. Data mengenai pronomina demonstratif waktu dapat dilihat pada lampiran data nomor 290 sampai Pronomina Demonstratif Tempat Penanda pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kene sini. Penanda pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kono situ dan iku situ. Penanda pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kae sana dan kana sana. Penanda pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit

29 yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Malang dan Maospati. Berikut ini penjelasannya. (307) Radio Mas? Aku nduwe nanging pancen aku seneng karo suasanane studio kene kok. Puput nyawang awakku katon geli. (SBIMK/H191/P17). Radio Mas? Aku punya tetapi memang aku suka dengan suasana studio sini. Puput memandang diriku tampak geli. Pada data (307) menunjukkan pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitu kata kene sini. Maka pengacuan tersebut merupakan endofora anaforis karena mengacu pada yang mengacu pada studio radio telah disebutkan sebelum kata kene sini. Kemudian data (307) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (307a) Radio Mas? Radio Mas? (307b) Aku nduwe Aku punya (307c) nanging pancen aku seneng karo suasanane studio kene kok. tetapi memang aku suka dengan suasana studio sini. (307d) Puput nyawang awakku katon geli Puput memandang diriku tampak geli. Kemudian data (307c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (307e) nanging pancen aku seneng karo suasanane studio Ø kok. tetapi memang aku suka dengan suasana studio Ø. Hasil analisis data (307e) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitu kata kene sini kehadirannya tidak wajib. Karena apabila dilesapkan, data tersebut masih gramatikal dan berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca masih lengkap dan jelas. Data (307c) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur kene sini, menjadi sebagai berikut. 71

30 72 (307f) nanging pancen aku seneng karo suasanane studi tetapi memang aku suka dengan suasana studio kene iki sini ini Dari data (307f) di atas, pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur kene sini ternyata dapat digantikan dengan pronomina iki sini karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif tempat adalah sebagai (310) Dhik Puput lenggah kono dhisik lho, Kae tepungna dhisik mbak kae... (SBIMK/H194/P30). Dhik Puput duduk dulu sana lho, Itu kenalan dulu dengan mbak itu... Pada data (310) menunjukkan pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur yaitu kata kono situ. Pengacuan tersebut merupakan endofora karena mengacu pada tempat duduk yang ada di studio radio. Ada pula pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur yaitu kata kae itu. Maka termasuk pengacuan endofora anaforis karena mengacu pada letak tokoh mbak kakak perempuan yang berada jauh dari penutur. Kemudian data (310) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (310a) Dhik Puput lenggah kono dhisik lho, Dhik Puput duduk dulu sana lho, (310b) Kae tepungna dhisik mbak kae... Itu kenalan dulu dengan mbak itu... Kemudian data (310a) dan data (310b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (310c) Dhik Puput lenggah Ø dhisik lho, Dhik Puput duduk dulu Ø lho,

31 73 (310d) Kae tepungna dhisik mbak Ø... Itu kenalan dulu dengan mbak Ø... Hasil analisis data (310c) dan data (310d) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur yaitu kata kono sana dan pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur yaitu kata kae itu kehadirannya wajib. Karena apabila dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (310) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kono sana dan pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur kae itu, menjadi sebagai berikut. (310e) Dhik Puput lenggah kono dhisik lho, kene Dhik Puput duduk sana dulu lho, *sana (310f) Kae tepungna dhisik mbak Itu kenalan dulu sama mbak kae... iku itu... itu Dari data (310e) di atas, pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur kono sana ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina kene sini karena telah berbeda tempat. Pronomina kono sana merujuk ke tempat yang agak jauh dengan penutur, sementara pronomina kene sini merujuk ke tempat yang dekat dengan penutur. Dari data (310f) di atas, pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur kae itu ternyata tidak dapat digantikan dengan pronomina iku itu karena telah berbeda tempat. Pronomina kae itu merujuk ke

32 tempat yang jauh dengan penutur, sementara pronomina iku itu merujuk ke tempat yang agak jauh dengan penutur. berikut. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif tempat adalah sebagai (315) Nasib pancen, sajake Retno nesu tenan. Dheweke mulih menyang Malang ora pamitan. (SBIMK/H197/P50). Memang nasib, sepertinya Retno benar-benar marah. Dia pulang ke Malang tanpa pamitan. Pada data (315) menunjukkan pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama sebuah kota di Jawa Timur yaitu Malang. Kemudian data (315) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (315a) Nasib pancen, Memang nasib, (315b) sajake Retno nesu tenan. sepertinya Retno benar-benar marah. (315c) Dheweke mulih menyang Malang ora pamitan. Dia pulang ke Malang tanpa pamitan. Kemudian data (315c) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (315d) Dheweke mulih menyang Ø ora pamitan. Dia pulang ke Ø tanpa pamitan. Hasil analisis data (315d) dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit Malang dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (315c) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit Malang, menjadi sebagai berikut. 74

33 75 (315e) Dheweke mulih menyang Malang ora pamitan *Madiun Dia pulang ke Malang tanpa pamitan. *Madiun Dari data (315d) di atas, pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit Malang ternyata tidak dapat digantikan dengan Madiun. Karena tempat kuliah tokoh yang bernama Retno adalah di Malang, bukan di tempat lain. Data mengenai pronomina demonstratif tempat dapat dilihat pada lampiran data nomor 305 sampai ) Pronomina Komparatif Pronomina komparatif (perbandingan) yaitu salah satu jenis kohesi gramatikal yang membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/wujud, sikap, sifat, watak, dan sebagainya. Penanda pronomina komparatif yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kaya seperti dan persis persis. Berikut ini penjelasannya. (323) Wah, Mas iki pancen cerewet ya kaya yen ngasuh acara sahabat udara wae. Puput gedheg-gedheg karo mesem. (SBIMK/H192/P20). Wah, Mas ini memang cerewet seperti ketika mengasuh acara sahabat udara saja, Puput geleng-geleng sambil tersenyum. Pada data (323) menunjukkan pronomina komparatif yaitu pada kata kaya seperti. Pronomina komparatif tersebut membandingkan dua hal yang memiliki kemiripan yaitu cerewetnya tokoh yang bernama Wisnu ketika mengasuh acara sahabat udara dan ketika sedang berbicara dengan Puput. Kemudian data (323) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (323a) Wah, Wah,

34 (323b) Mas iki pancen cerewet ya kaya yen ngasuh acara sahabat udara wae. Mas ini memang cerewet seperti ketika mengasuh acara sahabat udara saja, (323c) Puput gedheg-gedheg karo mesem. Puput geleng-geleng sambil tersenyum. Kemudian data (323b) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (323d) Mas iki pancen cerewet ya Ø yen ngasuh acara sahabat udara wae, Mas ini memang cerewet Ø ketika mengasuh acara sahabat udara saja, Hasil analisis data (323d) dengan teknik lesap, ternyata pronomina komparatif kaya seperti dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (323b) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina komparatif kaya seperti, menjadi sebagai berikut. (323e) Mas iki pancen cerewet ya kaya yen ngasuh acara mirip sahabat udara wae. Mas ini memang cerewet seperti ketika mengasuh mirip acara sahabat udara saja. Dari data (323e) di atas, pronomina komparatif kaya seperti ternyata dapat digantikan dengan pronomina mirip mirip karena pronomina tersebut masih dalam tataran yang sama yaitu ngoko. Data lain yang merupakan pronomina komparatif adalah sebagai berikut. (326) Nanging ati iki persis wong lagi patah hati wae. Seeepiii banget. (SBIMK/H200/P69). Tetapi hati ini persis orang lagi patah hati saja. Seeepiii sekali. 76

35 Pada data (326) menunjukkan pronomina komparatif yaitu pada kata persis persis. Pronomina komparatif tersebut membandingkan dua hal yang memiliki kesamaan yaitu hati tokoh yang bernama Wisnu yang sama dengan orang yang lagi patah hati. Kemudian data (326) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (326a) Nanging ati iki persis wong lagi patah hati wae. Tetapi hati ini persis orang lagi patah hati saja. (326b) Seeepiii banget. Seeepiii sekali. Kemudian data (326a) diuji dengan teknik lesap akan menjadi berikut. (326c) Nanging ati iki Ø wong lagi patah hati wae. Tetapi hati ini Ø orang lagi patah hati saja. Hasil analisis data (326c) dengan teknik lesap, ternyata pronomina komparatif persis persis dilesapkan, data tersebut tidak gramatikal dan tidak berterima karena informasi yang diterima oleh pembaca menjadi tidak lengkap dan kurang jelas. Data (326a) selanjutnya diuji dengan teknik ganti pada pronomina komparatif persis persis, menjadi sebagai berikut. (326d) Nanging ati iki persis wong lagi patah hati wae. kaya Tetapi hati ini persis orang lagi patah hati saja. seperti Dari data (326d) di atas, pronomina komparatif persis persis ternyata dapat digantikan dengan pronomina kaya seperti. Karena pronomina kaya seperti termasuk ragam ngoko. 77

36 Data mengenai pronomina komparatif dapat dilihat pada lampiran data nomor 317 sampai 326. b. Penyulihan (Substitusi) Substitusi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu, dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda. Substitusi dibedakan menjadi empat yaitu substitusi nominal, verbal, frasal, dan substitusi klausal. Dalam penelitian ini ditemukan dua macam substitusi yaitu substitusi frasal dan substitusi klausal. 1) Substitusi Frasal Penanda substitusi frasal yang ditemukan dalam penelitian ini adalah Mas Nanang dan Mas Handoyo yang bersubstitusi dengan frasa loro-lorone duaduanya, frasa durung kagungan pacar belum punya pacar yang bersubstitusi dengan jomblo jomblo, Rita dan Aldo yang bersubstitusi dengan frasa lorolorone dua-duanya, dan Puput yang bersubstitusi dengan frasa bocah ireng manis kuwi anak hitam manis itu. Berikut ini penjelasannya. (327) Wong lanang loro mau jebule Mas Nanang karo Mas Handoyo. Lorolorone mesem nalika weruh aku lan Mbak Anti, [...] (MK/H62/P23). Dua pemuda itu ternyata Mas Nanang dan Mas Handoyo. Duaduanya tersenyum ketika tahu aku dan Mbak Anti, [...] 78 Pada data (327) menunjukkan substitusi frasal. Tampak pada data tersebut adanya penggantian satuan lingual antara Mas Nanang dan Mas Handoyo dengan satuan lingual lain yang berkategori frasa yaitu loro-lorone dua-duanya. Mas Nanang dan Mas Handoyo merupakan unsur terganti sedangkan frasa lorolorone dua-duanya merupakan unsur pengganti. Kemudian data (327) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana,

Lebih terperinci

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.

Lebih terperinci

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Oleh: Bastian Triadi Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa bastian.triadi@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Oleh: Inarotul Ainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuInaez@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Gumilang Laksana program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa laksanagumilang@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik leksikal maupun gramatikal)

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi BAB IV ANALISIS DATA Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 95 102 95 PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Rina Hayati Maulidiah 1, Khairun Nisa 2, Wan Nurul Atikah Nasution 3 Universitas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Pragmatik Pengkajian terhadap bahasa jika ditinjau dari sudut pandang linguistik terapan tentu tidak dapat dilakukan tanpa memperhitungkan konteks

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Suatu penelitian memerlukan adanya pengacuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis. Hal ini dilakukan agar menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. digilib.uns.ac.id 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Oleh: Rohadi Alfaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rohadialfaris@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL KARYA ARIFIN C. NOOR SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi,

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah

Lebih terperinci

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching Piwulang Jawi 2 (1) (2013) Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/piwulang PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL KENJA KETULA-TULA KARYA WIDI WIDAJAT

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Akalili Abidah Yusri Khairina

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah kajian yang sejenis dengan penelitian ini : 1) Penelitian karya Elisabeth Dyah Primaningsih yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA IBADAH QURBAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH: NASHRUDDIN BAIDAN DI MASJID AGUNG SURAKARTA 06 NOVEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YUNIANTO

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014

DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014 DEIKSIS DALAM TEKS ANEKDOT PADA MEDIA MASSA KORAN SOLOPOS EDISI SEPTEMBER SAMPAI NOVEMBER TAHUN 2014 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 engantar Dalam bab ini dilakukan analisis sintaksis terhadap kalimat yang memiliki verba berprefiks di- dalam bahasa Jawa. Bagaimana pola kalimat yang terbentuk melalui verba berprefiks

Lebih terperinci

TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH TINGKAT TUTUR DALAM BAHASA JAWA DI LINGKUNGAN MASYARAKAT KELURAHAN GUWOKAJEN KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mncapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK

PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK PENGGUNAAN TUTURAN YANG MENGANDUNG EMOSI DI KALANGAN REMAJA DESA RONGGOJATI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI: TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS

DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS DEIKSIS DALAM RUBRIK AH TENANE PADA SURAT KABAR HARIAN UMUM SOLOPOS Wisnu Nugroho Aji Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Widya Dharma Klaten wisnugroaji@gmail.com Abstrak Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Eko Gunawan NIM

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL Oleh: Lastriani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa lasthree92@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh Nama : Ima Wulandhari NIM : 2102407136 Program Studi : Pendidikan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN PUISI GELADI DIRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP

KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN PUISI GELADI DIRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP KOHESI GRAMATIKAL PADA KUMPULAN PUISI GELADI DIRI DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SMP Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB.

KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB. KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA KISAH NABI MUHAMMAD SAW DALAM BUKU KISAH-KISAH TELADAN 25 NABI DAN RASUL KARYA MB. ALAMSYAH Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa wantipharnyzulaiha@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 Retno Wulandari 1), Agus Budi Santoso 2), Dhika Puspitasari 3) 1,2,3) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (2) fungsi alih kode dan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (2) fungsi alih kode dan 26 BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab II ini dibahas mengenai 3 hal, yaitu: (1) bentuk alih kode dan campur kode dalam tuturan para tokoh yang terdapat pada cerbung Mulih Ndesa, (2) fungsi alih

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU BUJANG NADI, LAGU DAERAH MELAYU SAMBAS, KALIMANTAN BARAT

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU BUJANG NADI, LAGU DAERAH MELAYU SAMBAS, KALIMANTAN BARAT ANALISIS WACANA LIRIK LAGU BUJANG NADI, LAGU DAERAH MELAYU SAMBAS, KALIMANTAN BARAT Al Ashadi Alimin Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP-PGRI Pontianak Jl Ampera No. 88 Pontianak

Lebih terperinci

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi KOBUKURO, DUO ASAL OSAKA YANG BERANGKAT DARI JALANAN KOHESI GRAMATIKAL 1 demonstratif. ini termasuk kata ini mengacu dari awal kalimat Berasal dari dua nama keluarga... kalimat ini terdapat 2 substitusi,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ANALISIS MIKRO DAN MAKROSTRUKTURAL PADA WACANA KETIDAKADILAN ADALAH BEBAN KITA BERSAMA DALAM KOLOM GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI SELASA, 11 OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Bab ini pertama menganalisis wacana WB dari segi bahasa yang meliputi peranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal, kedua menelaah nilai-nilai

Lebih terperinci

Referensi dalam Wacana Jagading Lelembut pada Majalah Djaka Lodang edisi Juni-Desember 2013

Referensi dalam Wacana Jagading Lelembut pada Majalah Djaka Lodang edisi Juni-Desember 2013 Referensi dalam Wacana Jagading Lelembut pada Majalah Djaka Lodang edisi Juni-Desember 2013 Oleh : Nofi Sugiarti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Nofi_sugiarti@yahoo.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala

BAB II LANDASAN TEORI. Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2009: 14) humor itu adalah rasa atau gejala 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Humor Menurut Ensiklopedia Indonesia (dalam Jusuf, 1984: 5), kata humor berasal dari bahasa Yunani, yang berarti getah. Dalam kehidupan sehari-hari humor dapat diartikan

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan.

menyusun teks lisan sesuai unggahungguh. berbagai keperluan. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

Analisis Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Ditinjau Dari Psikologi Sastra

Analisis Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Ditinjau Dari Psikologi Sastra Analisis Tokoh Utama dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Ditinjau Dari Psikologi Sastra Oleh: Sri Rahayu Tusngidah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahayusrit@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW Rini Agustina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak brentex32@yahoo.co.id ABSTRACT This study focuses

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi manusia. Bahasa disebut sebagai sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi manusia. Bahasa disebut sebagai sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat interaksi manusia. Bahasa disebut sebagai sistem lambang- lambang vokal yang arbitrer yang disampaikan oleh seorang penutur akan membentuk suatu

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Oleh: Titis Widarningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa titis_widarningsih@yahoo.co.id

Lebih terperinci

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan

zs. /or.wisman lladi, M.Hum. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM ARTIKEL Asrul Khairillrsibuan - ARTIKEL I. ANA,LISIS PENAI{DA KOHESI GRAMATIKAL ARTIKEL POLITIK PADA MEDIA OFII.,INE KOMPASIANA.COM Oteh Asrul Khairillrsibuan IYIM 2113210005 Dosen Pembimbing Skripst Prof. Dr. Biner Ambarita, M-Pd.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA LIRIK LAGU GROUP BAND WALI DALAM ALNBUM RELIGI INGAT SHALAWAT NASKAH PUBLIKASI

ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA LIRIK LAGU GROUP BAND WALI DALAM ALNBUM RELIGI INGAT SHALAWAT NASKAH PUBLIKASI ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA LIRIK LAGU GROUP BAND WALI DALAM ALNBUM RELIGI INGAT SHALAWAT NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009

Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Analisis Tindak Tutur Komisif Bahasa Jawa Dalam Roman III Cocak Nguntal Elo Karya Suparto Brata Tahun 2009 Oleh: Dwi Septi Purwaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa dwisepti216@gmail.com

Lebih terperinci

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG Bayu Indrayanto bayuindrayantoo@gmail.com FKIP-Universitas Widya Dharma Klaten Abstract This research is a descriptive qualitative research attempting at

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Ro ufatul Khabib 2102407151 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci