BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DATA Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu-persatu. A. Penanda Kohesi Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sarana untuk membentuk wacana yang kohesif dan koheren yaitu penanda kohesi dan koherensi. Dalam penelitian terhadap Antologi Cerkak Wiring Kuning karya Trinil ditemukan dua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi) yang menggunakan pronomina, penyulihan (substitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penanda kohesi leksikal berupa repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih detail, dapat dilihat uraiannya sebagai berikut. 46

2 47 1. Penanda Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) Referensi merupakan pengacuan terhadap sesesuatu hal yang sedang dibicarakan atau ditulis sebelumnya atau sesudahnya baik di dalam atau di luar satuan gramatikal. Referensi diwujudkan dalam bentuk pronomina. Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis bentuk pronomina, yaitu pronomina persona (kata ganti orang), pronomina demonstratif (kata ganti penunjuk), dan pronomina komparatif (kata perbandingan). 1). Pronomina Persona Beberapa contoh kepaduan wacana yang didukung oleh kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada datadata berikut ini. (1/1) Aku wis pasrah wae! mangkono ngendikane Mbah Karji Kung sing dimirengake Mbah Karji Uti kaya nyendhal ati. (WK/H1/P2). Aku sudah pasrah saja! begitulah perkataan kakek Karji yang didengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati Penjelasan dari data (1/1) di atas yaitu terdapat referensi pronomina persona I tunggal bentuk bebas yaitu aku aku dengan realitas yang mengacu kepada tokoh yang bernama Mbah Karji Kung dalam cerkak berjudul wiring kuning. Maka termasuk pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks dengan acuan Mbah Karji yang baru disebutkan di sebelah kanan pronomina aku aku. Kemudian data (1/1) di atas dibagi dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) menjadi berikut.

3 48 (1/1a) Aku wis pasrah wae! Aku sudah pasrah saja! (1/1b) mangkono ngendikane Mbah Karji Kung sing dimirengake Mbah karji Uti kaya nyendhal ati. Begitulah perkataan kakek Karji yang didengarkan nenek Karji seperti menyenggol hati Setelah diuji dengan teknik BUL, maka selanjutnya data (1/1a) dianalisis dengan teknik lesap menjadi berikut. (1/1c) *Ø wis pasrah wae! Ø sudah pasrah saja! Setelah dianalisis dengan teknik lesap data (1/1a) masih tetap gramatikal dan berterima. Karena apabila kata Aku aku dilesapkan informasi tetap jelas. Maka pronomina persona tersebut wajib hadir. Kemudian data (1/1a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (1/1d) Aku *Ingsun *Kula Aku Aku Saya wis pasrah wae! sudah pasrah saja! Hasil analisis data (1/1d) di atas, kata aku aku merupakan ragam ngoko sehingga tidak bisa digantikan dengan kula saya, karena kata kula saya termasuk dalam ragam krama. Sementara itu, ingsun aku juga tidak dapat menggantikan aku aku karena ragam klasik dan hanya digunakan untuk Raja dan Tuhan. Oleh karena itu, kata ingsun aku tidak tepat jika digunakan pada kalimat data di atas.

4 49 Data lain yang merupakan pronomina persona I tunggal adalah sebagai berikut. (2/82) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong meneng iku aja sok kenemenen, mengko yen ditinggal marahi gela lan kerantaranta. (L/H34/P18) Maka akan ku ingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan, nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati. Pronomina yang terdapat pada data (2/82) yaitu dak- pada kata dakeling- eling ku ingat-ingat yang merupakan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri mengacu pada tokoh utama yaitu penulis dalam hal ini adalah Trinil. Maka pengacuan tersebut merupakan eksofora karena acuannya berada di luar teks. Selain itu pada data (2/82) terdapat pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -ku -ku pada kata uripku hidupku yang merupakan pengacuan eksofora juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu pada Trinil atau penulis cerkak ini sebagai tokoh utama. Kemudian data (2/82) dibagi menurut unsur langsungnya dengan teknil bagi unsur langsung (BUL) menjadi seperti berikut. (2/82a) Mula bakal dakeling-eling selawase uripku yen njaragi wong meneng iku aja sok kenemenen Maka akan kuingat-ingat selamanya di hidupku jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan (2/82b) mengko yen ditinggal marahi gela lan keranta-ranta. nanti jika ditinggal membuat kecewa dan sakit hati. Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, maka data (2/82a) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut. (2/82c) *Mula bakal Øeling-eling selawase commit to useruripø yen njaragi wong meneng iku aja sok kenemenen

5 50 Maka akan Øingat-ingat selamanya di hidupø jika menyengaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan Hasil analisis pada data (2/82c) dengan teknik lesap ternyata pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku- pada kata dakeling-eling kuingat-ingat dan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan ku -ku pada kata uripku hidupku wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, karena apabila dilesapkan informasi menjadi tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap maka data (2/82a) diuji dengan teknik ganti seperti berikut. (2/82d)Mula bakal dakeling-eling selawase takeling-eling *kula eling-eling uripku * urip kula yen njaragi wong meneng iku aja sok kenemenen Maka akan kuingat-ingat selamanya dalam kuingat-ingat saya ingat-ingat hidupku hidup saya jika me- nyegaja berbuat tidak baik kepada orang yang pendiam itu jangan keterlaluan. Hasil analisis data (2/82d) pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- pada kata dakeling-eling kuingat-ingat, tidak bisa diganti dengan pronomina kula aku karena pronomina dak- ku- merupakan ragam ngoko. Begitu juga dengan pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kanan -ku ku pada kata uripku hidupku juga tidak bisa diganti dengan pronomina kula saya karena pronomina kula saya termasuk ragam krama sehingga tidak dapat saling menggantikan karena commit to user berbeda ragam.

6 51 Data yang menunjukkan pronomina persona II tampak pada data berikut. Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu. Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik [ ] (WK/H8/P37) [ ] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuning sing gudrah getih. (WK/H8/P38) Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu. Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus [ ] [ ] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat, ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayam berbulu kuning yang berlumuran darah. (3/174) Data (3/174) di atas terdapat pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu mu -mu pada kata uripmu hidupmu. Pengacuan ini termasuk dalam pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks yaitu tokoh bernama Pak Yitno yang merupakan anak dari Mbah Karji yang telah disebutkan sesudahnya dalam teks cerita sebagai berikut, Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelan [ ] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul rapat, ditangisi histeris [ ]. Sedangkan pronomina kowe kamu termasuk dalam pronomina persona II tunggal bentuk bebas. Acuannya sama yaitu Pak Yitno, dengan jenis yang sama pula termasuk pengacuan endofora kataforis. Kemudian data (3/174) dianalisis dengan taknik BUL menjadi berikut. (3/174a) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripmu. Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu. (3/174b) Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik [ ] Jika kamu kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus [ ]

7 52 (3/174c) [ ] Pak Yitno luluh atine. Mbah Karji Kung dirangkul rapet, ditangisi kemekelen kaya impene nalika ngekep jago wiring kuning sing gudrah getih. [ ] Pak Yitno luluh hatinya. Kakek Karji dirangkul dengan rapat, ditangisi dengan histeris seperti mimpinya ketika mendekap ayam berbulu kuning yang berlumuran darah. Setelah dibagi dengan teknik BUL, selanjutnya data (3/174a) dan (3/174b) diuji dengan tenik lesap sebagai berikut. (3/174d) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh ini mono pacobane uripø. Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupø. (3/174e) Yen Ø kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik [ ] Jika Ø kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus [ ] Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu -mu dan pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu tidak wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana masih gramatikal dan berterima. Buktinya masih ada kata Le yang menunjukkan bahwa Mbah Karji berkomunikasi dengan putranya yang bernama Pak Yitno. Setelah diuji dengan teknik lesap, kemudian dilanjutkan dengan teknik ganti menjad i seperti berikut. (3/174f) Aku iki wis ora duwe gaman Le, kabeh iki mono pacobane uripmu *urip panjenengan Aku ini sudah tidak mempunyai aji-aji Nak, semua ini cobaan hidupmu *hidup anda (3/174g)Yen kowe kuwat duwe Pak kaya aku ngene ya apik [ ] *panjenengan

8 Jika kamu 53 kuat mempunyai ayah seperti aku begini ya bagus [ ] *anda Setelah diuji dengan teknik ganti maka pada data (3/174f) hasil analisisnya adalah pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu pada kata uripmu hidupmu tidak dapat digantikan dengan pronomina panjenengan anda karena panjenengan anda merupakan ragam krama. Sedangkan mu -mu merupakan ragam ngoko. Hal ini tidak berbeda dengan analisis pada data (3/174g) pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu yang termasuk dalam ragam ngoko tidak dapat digantikan dengan satuan lingual panjenengan anda yang termasuk dalam ragam krama. Sebab akan terjadi kejanggalan karena di dalam teks menceritakan bahwa Mbah Karji selaku ayah yang berkata kepada Pak Yitno selaku anak, sehingga tidak tepat jika ayah berkata kepada anaknya dengan ragam krama. Data yang menunjukkan pronomina persona III adalah sebagai berikut. (4/191) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwatengene Jombang, Pare, nganti Kediri. Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wong babaran. (AR/H44/P1) Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannya daerah Jombang, Pare sampai Kediri. Sejak masih gadis dulu memang dia sudah memperlihatkan bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan. Pronomina yang terdapat pada data (4/191) yaitu dheweke (dia) yang merupakan pronomina persona III tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh utama yaitu Bu Singgih-Sumobito. Maka pengacuan tersebut merupakan pengacuan endofora anaforis karena acuannya telah disebutkan pada kalimat

9 54 pertama. Selain itu pada data (4/191) juga terdapat pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan yaitu -e -e pada kata bakate bakatnya yang merupakan pengacuan endofora anaforis juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu kepada Bu Singgih-Sumobito. Data (4/191) di atas kemudian dibagi unsur langsungnya menjadi berikut. (4/191a) Bu Singgih-Sumobito pancen bidhan kang kondhang ing sakiwatengene Jombang, Pare, nganti Kediri. Bu Singgih-Sumobito memang bidan yang terkenal di kiri-kanannya daerah Jombang, Pare sampai Kediri. (4/191b) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke iku wis nuduhake bakate ing babagan tetulung wong babaran. Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkan bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan. Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (4/191b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut. (4/191c) *Wiwit isih prawan biyen pancen Ø iku wis nuduhake bakatø ing babagan tetulung wong babaran. Saat masih perawan dulu memang Ø sudah memperlihatkan bakatø dalam hal menolong orang yang melahirkan. Hasil analisis dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina persona III tunggal bentuk bebas dheweke dia dan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -e -e wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga akan terjadi ketidaklengkapan sebuah informasi. Selanjutnya data (191b) dianalisis dengan teknik ganti sebagai berikut. (4/191d) Wiwit isih prawan biyen pancen dheweke * piyambakipun iku wis nuduhake

10 55 bakate ing babagan tetulung wong babaran. *bakatipun Saat masih perawan dulu memang dia sudah memperlihatkan dia bakatnya dalam hal menolong orang yang melahirkan. bakatnya Setelah diterapkan dengan teknik ganti pada data (4/191d) kata dheweke dia yang digantikan dengan kata piyambakipun dia ternyata tidak dapat saling menggantikan dan tidak berterima karena berbeda ragam, antara ragam ngoko dan krama sehingga tidak sesuai dengan konteks kalimatnya. Demikian pula yang terjadi pada pronomina e -nya pada kata bakate bakatnya yang digantikan dengan pronomina ipun nya pada kata bakatipun bakatnya tidak sesuai karena juga berbeda ragam. 2). Pronomina Demonstratif Pronomina demonstratif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pronomina demonstratif waktu dan pronomina demonstratif tempat. Pronomina demonstratif waktu yang ditemukan dalam penelitian ini adalah pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu netral, sedangkan pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dan agak dekat dengan penutur.

11 56 Pronomina demonstratif waktu dapat dilihat dalam beberapa data berikut ini. Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing padha diundang. Sing ora teka sajake padha dititipake marang kancane sing teka ing resepsine. (K/H20/P5) Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari temantemannya yang diundang. Yang tidak datang nampaknya dititipkan kepada yang datang di resepsinya. (5/267) Pada wacana (5/267) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu kini, yaitu kata saiki sekarang yang mengacu pada waktu hari resepsinya Nila dan Alwi yang telah disebutkan pada akhir kalimat sehingga pengacuan ini bersifat endofora kataforis. Kemudian data (5/267) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (5/267a) Saiki Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing padha diundang. Sekarang Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari temantemannya yang diundang. (5/267b) Sing ora teka sajake padha dititipake marang kancane sing teka ing resepsine. Yang tidak datang nampaknya dititipkan kepada yang datang di resepsinya. Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (267a) diuji dengan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian unsure yang dilesapkan. (5/267c) Ø Nila karo Alwi lagi mbukaki kadho saka kanca-kancane sing padha diundang. Ø Nila dan Alwi sedang membuka-buka kado dari teman-temannya yang diundang. Setelah dilakukan pengujian terhadap data (5/267a) dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa kalimat masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengkap dan akan lebih lengkap dan

12 57 baik apabila pronomina demonstratif waktu tersebut tidak dilesapkan. Data (267a) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut. (5/267d) Saiki Nila kari Alwi lagi mbukaki kado saka kanca-kancane *Sakmenika sing padha diundang. Sekarang Nila dan alwi sedang membuka-buka kado dari Sekarang teman-temannya yang diundang. Analisis pada data (5/267d) dengan teknik ganti ternyata menunjukan bahwa pada pronomina demonstratif waktu kini saiki sekarang tidak bisa diganti dengan kata samenika sekarang yang termasuk ragam krama. Karena pada kalimat (5/267d) menggunakan ragam ngoko sehingga tidak sesuai apabila digantikan dengan kata ragam krama samenika sekarang. Selain pronomina demonstratif waktu kini juga terdapat pronomina demonstratif waktu lampu, seperti data di bawah ini. (6/262) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen grame wesi nalika mbeji. Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae. (WK/H2/P9) Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. Ditiupkan siapa saja masih tetep sakit matanya. Pada data (6/262) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu lampau pada kata kepungkur yang lalu. Pronomina tersebut merupakan pronomina endofora yang anaforis yang mengacu pada kata rong minggu dua minggu yang disebutkan sebelum kata kepungkur yangtolalu. commit user

13 58 Kemudian data (6/262) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (6/262a) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen grame wesi nalika mbeji. Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. (6/262b) Disebulake sapa-sapa isih panggah ngeres wae. Ditiupkan siapa saja masih tetep sakit matanya. Selanjutnya data (6/262a) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (6/262c) *Dheweke eling nalika Ø bapake klilipen grame wesi nalika mbeji. Dia ingat saat Ø ayahnya kemasukan pada matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. Setelah data (6/262c) diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu lampau yaitu pada kata kepungkur yang lalu wajib hadir, karena apabila dilesapkan maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Kata kepungkur yang lalu merupakan penjelasan dari kata sebelumnya yaitu rong minggu dua minggu. Kemudian data (6/262a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (6/262d) Dheweke eling nalika rong minggu kepungkur bapake klilipen *kepengker grame wesi nalika mbeji. Dia ingat saat dua minggu yang lalu ayahnya kemasukan pada yang lalu matanya serbuk besi ketika membuat lubang pada besi. Hasil analisis data (6/262d) di atas kata kepungkur yang lalu tidak bisa commit userkarena dua kata tersebut berbeda digantikan dengan kata kepengker yangtolalu

14 59 ragam. Kata kepungkur yang lalu merupakan ragam ngoko sedangkan kata kepengker yang lalu merupakan ragam krama. Dalam data (6/262) di atas menggunakan bahasa Jawa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan adalah kepungkur yang lalu yang mempunyai kelas kata yang sama atau satu ragam. Selain pronomina demonstratif waktu lampau juga terdapat pronomina demonstratif waktu yang akan datang, seperti data di bawah ini. Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya, ndhekor nggo seminar sesuk!? (KS/H99/P5) Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya, membuat dekorasi untuk seminar besok!? (7/296) Pada wacana (7/296) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu yang akan datang, yaitu kata sesuk besok mengacu pada hari Dies Natalis yang ditunjukkan pada kalimat sebelumnya yaitu Titah mung mesem banjur ngalih sawise nyelehake naskah Kereta Kencana karangane WS Rendra sing arep dakapalake kanggo Dies Natalis Titah hanya tersenyum kemudian pergi setelah meletakkan naskah Kereta Kencana karangan WS Rendra yang akan kuhafalkan untuk Dies Natalis, pengacuan ini bersifat endofora anaforis. Kemudian data (7/296) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (7/296a) (7/296b) Ya wis, aku dak nyang Himapro sik ya, Ya sudah, aku ke Himapro dulu ya ndhekor nggo seminar sesuk!? membuat dekorasi untuk seminar besok!? Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (7/296b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

15 60 (7/296c) ndhekor nggo seminar Ø!? membuat dekorasi untuk seminar Ø!? Setelah dilakukan pengujian terhadap data (7/296b) dengan teknik lesap ternyata dapat dinyatakan bahwa data di atas masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi informasi yang disampaikan kurang lengakap dan akan lebih baik lagi apabila pronomina demonstratif tersebut tidak dilesapkan. Data (296b) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi berikut. (7/296d) ndhekor nggo seminar sesuk!? *benjing mendekor dekorasi untuk seminar besok besok!? Analisis data (7/296d) di atas menyatakan bahwa kata sesuk besok tidak bisa digantikan dengan kata benjing besok karena dua kata tersebut berbeda ragam. Kata sesuk besok merupakan ragam ngoko sedangkan kata benjing besok merupakan ragam krama. Dalam data (7/296) di atas menggunakan bahasa ngoko, sehingga kata yang paling tepat digunakan adalah sesuk besok yang mempunyai kelas kata yang sama. Selain pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, dan waktu yang akan datang, juga terdapat pronomina demonstratif waktu netral. Berikut ini merupakan data yang menunjukkan pronomina demonstratif waktu netral. (8/271) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas, banjur nggodhog banyu kanggo Nila. (K/H23/P23) Jam enam pagi Alwi sudah mandi, kemudian memasak air untuk Nila.

16 61 Pada data (8/271) di atas menunjukkan adanya pronomina demonstratif waktu netral yaitu pada frasa jam enem esuk jam enam pagi. Kata jam enem esuk jam enam pagi mengacu pada waktu netral karena tidak menunjuk waktu lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang akan tetapi menunjukkan waktu pada saat Alwi sudah mandi. Kemudian data (8/271) diuji dengan teknil BUL menjadi berikut. (8/271a) Jam enem esuk Alwi wis adus kramas, Jam enam pagi Alwi sudah mandi keramas, (8/271b) banjur nggodhog banyu kanggo Nila. kemudian memasak air untuk Nila. Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (8/271a) diuji keintiannya dengan teknik lesap seperti berikut. Ø Alwi wis adus kramas, Ø Alwi sudah mandi keramas, (8/271c) Hasil analisis pada data (8/271a) setelah diuji dengan teknik lesap, ternyata wacana masih gramatikal dan berterima sehingga pronomina netral tersebut kehadirannya tidak wajib hadir. Setelah itu data (8/271) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. Kemudian data (8/271) diuji denganteknik ganti sebagai berikut. Jam enem esuk (8/271d) Alwi wis adus kramas. *Jam papat esuk Jam enam pagi *Jam empat pagi Alwi sudah mandi keramas.

17 62 Pada data (8/271d) di atas, setelah dianalisis dengan teknik ganti ternyata frasa jam enem esuk jam enam pagi tidak bisa digantikan dengan jam papat esuk jam empat pagi karena peristiwa tersebut terjadi pada jam enam pagi bukan jam empat pagi. Dengan demikian tidak mungkin Alwi mandi jam empat pagi. Selain pronomina demonstratif waktu juga terdapat pronomina demonstratif tempat. Data di bawah ini merupakan pronomina demonstratif tempat yang dekat penutur dinyatakan dengan kata kene di sini dan agak dekat dengan penutur yaitu kata kono di situ. Mau rak neng kene? Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan kono [ ] (F/H14/P16) Tadi kan di sini? Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ sedikit, jauhnya hanya sampai situ [ ] (9/309) Pada data (9/309) di atas tampak adanya kepaduan kalimat yang didukung dengan adanya penanda kohesi gramatikal yaitu pronomina demonstratif yang dekat dengan penutur yaitu pada kata kene sini yang berarti dekat dengan penutur mengacu secara endofora kataforis yang mengacu pada cagak kamera penyangga kamera pada kalimat sesudahnya yaitu [ ] Cagakane kamera teng mriki wau lo Pak! [ ] Penyangga kamera di sini tadi lo Pak!. Sedangkan kata kono situ menunjukkan agak jauh dengan penutur. Kemudian data (9/309) dibagi unsur langsungnya sebagai berikut. (9/309a) Mau rak neng kene? Tadi kan di sini? (9/309b) Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan kono [ ] Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai situ [ ]

18 63 Kemudian data (9/309a) dan (9/309b) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (9/309c) *Mau rak neng Ø? Tadi kan di Ø? (9/309d) *Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan Ø[ ] Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai Ø [ ] Hasil analisis pada data (309c) dan (309d) dengan teknik lesap pada pronomina demonstratif kene sini dan kono situ ternyata setelah dilesapkan kalimat masih tidak gramatikal dan tidak berterima, wacana menjadi tidak utuh serta informasi yang disampaikan tidak jelas. Dengan demikian, kata kene sini dan kata kono situ kehadirannya wajib dalam kalimat tersebut. Kemudian data diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (9/309e) Mau rak neng Tadi kan di (9/309f) kene *kono sini *situ?? Upama kesenggol paling ya geser mrono sithik, adohe mung tekan kono [ ] *kene Jika tersenggol paling ya bergeser ke situ dikit, jauhnya hanya sampai situ [ ] *sini Data (9/309c) dan (9/309d) setelah diuji dengan teknik ganti ternyata pada commit to user pronomina demonstratif kene sini sebagai penanda kohesi tidak dapat diganti

19 64 dengan penanda kohesi pengganti kono situ karena sudah berbeda tempat. Hal ini tidak berbeda dengan analisis data (9/309f) yaitu satuan lingual kono situ tidak dapat digantikan dengan satuan lingual kene sini karena tempatnya sudah berbeda. Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dapat dilihat pada data-data berikut. (10/317) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang Pathi. Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus. (K/H26/P31) Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Pathi. Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus. Pada data (10/317) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama sebuah kota di Jawa Tengah yaitu Pathi Pati. Kota Pati adalah sebuah kota di Jawa Tengah yang berada di daerah utara propinsi Jawa Tengah. Kemudian data (10/317) di atas di analisis dengan teknik BUL menjadi berikut. (10/317a) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang Pathi. Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Pathi. (10/317b) Ora kuwat nyawang anake wedok pasa terus. Tidak kuat melihat anak perempuannya puasa terus. Kemudian data (10/317a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (10/317c) *Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bapake mulih nyang Ø. Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Ø.

20 65 Hasil analisis pada data (10/317a) jika penanda kohesi pronomina demonstratif eksplisit Pathi Pati dilesapkan, maka kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kehadiran penanda kohesi pronomina demonstratif eksplisit tersebut kehadirannya wajib. Kemudian adata diuji dengan teknik ganti menjasi seperti berikut. (10/317d) Kurang sakminggu saka tekane Alwi, ibu lan bpake mulih nyang Pathi. *Kudus Kurang dari satu minggu datangnya Alwi, bapak dan ibunya pulang ke Pati *Kudus Hasil analisis data (10/317d) di atas dengan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit pada nama kota Pathi Pati tidak bisa digantikan dengan Kudus Kudus karena rumah ayah dan ibu Nila tersebut di Pati, bukan di tempat lain. Data lain yang merupakan pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit adalah sebagai berikut. (11/337) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi, cenatcenit karo nyampirake andhuke ing pundhake. (S/H85/P12) Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi, cenat-cenit sambil menyampirkan handuk di pundaknya. Pada data (11/337) di atas terdapat pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit yaitu tang pertama adalah dhapur dapur dan yang kedua adalah kamar mandhi kamar mandi. Kemudian data tersebui dibagi menurut unsur langsungnya dengan teknik BUL menjadi seperti berikut.

21 66 (11/337a) Ing dhapur kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi, Di dapur itu aku melihat Pinah keluar dari kamar mandi, (11/337b) cenat-cenit karo nyampirake andhuke ing pundhake cenat-cenit sambil menyampirkan handuk di pundaknya. Selanjutnya data (11/337a) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (11/337c) *Ing Ø kuwi aku weruh Pinah metu saka Ø, Di Ø itu aku melihat Pinah keluar dari Ø, Tampak pada data (11/337c) setelah dianalisis yaitu unsur pronomina demonstatif eksplisit dhapur dapur dan kamar mandhi kamar mandi setelah dilesapkan hasilnya menjadi kalimat yang tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu kehadiran kedua penanda kohesi demonstratif eksplisit ini wajib. Kemudian data (11/337a) kembali diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (11/337d) Ing dhapur pawon kuwi aku weruh Pinah metu saka kamar mandhi jedhing kolah Hasil analisis data (11/337d) di atas dengan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif tempat yang menunjuk secara eksplisit yaitu pada kata dhapur dapur bisa digantikan dengan kata pawon dapur karena dhapur dapur merupakan sinonim dari kata pawon dapur. Begitu juga dengan kamar mandhi kamar mandi dapat digantikan dengan jedhing kamar mandi atau kolah kamar mandi karena ketiganya mempunyai arti yang sama.

22 67 3). Pronomina Komparatif (Perbandingan) Pronomina komparatif atau perbandingan adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang bersifat membandingkan dua hal atau lebih yang mempunyai kemiripan atau kesamaan dari segi bentuk/ wujud, sikap, sifat, watak dan sebagainya. (12/351) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkol sing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul. Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg. (F/H11/P8) Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan. Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedang diaduk. Pada data (12/351) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata kaya seperti. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara pernyataan pada klausa pertama dengan klausa kedua, yaitu banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong dari timur jalan kemudian menerobos ke selatan dan dibandingkan dengan minuman dhawet campur yang sedang diaduk jika dilihat dari atas. Kemudian data (12/351) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (12/351a) Durung maneh akehe wong sepedhahmotoran lan sepedhah engkol sing motong jalur saka wetan dalan nrombol ngidul. Belum lagi banyaknya orang yang bersepedamotoran dan sepeda kayuh yang memotong jalan dari timur jalan menerobos ke selatan. (12/351b) Yen disawang saka ndhuwur kaya dhawet campur lagi diudheg. Jika dilihat dari atas seperti minuman dhawet campur yang sedang diaduk. Kemudian data (12/351b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut.

23 68 (12/351c) *Yen disawang saka ndhuwur Ø dhawet campur lagi diudheg. Jika dilihat dari atas Ø minuman dhawet campur yang sedang diaduk. Tampak pada data (12/351b) setelah kata kaya seperti dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti yaitu sebagai berikut. (12351d) Yen disawang saka ndhuwur diudheg. Jika dilihat dari atas seperti seperti kaya *kados dhawet campur lagi minuman dhawet campur yang sedang diaduk. Setelah data (12/351b) diuji dengan teknik ganti, kata kados seperti tidak dapat menggantikan kedudukan kata kaya seperti, karena kata kados seperti merupakan bentuk krama, jadi apabila menggantikan kata kaya seperti yang merupakan bentuk ngoko tidak akan berterima, karena berbeda ragam. Sehingga kata kaya seperti lebih tepat digunakan dalam kalimat. Data lain yang menunjukkan pronomina komparatif (perbandingan) adalah sebagai berikut. (13/361) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magitagita kadya sirkus, lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung [ ] (AY/H91/P7) Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat seperti sirkus, berjalan merambat di atas tali dadung [ ]

24 69 Pada data (13/361) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata kadya seperti. Pengacuan komparatif tersebut membandingkan antara pernyataan pada klausa awal yaitu sang ayam yang sedang berjalan dengan cepat di atas dadung yang dibandingkan dengan seperti sebuah sirkus. Kemudian data (13/361) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (13/361a) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magitagita kadya sirkus, Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat seperti sirkus, (13/361b) lumaku mbat-mbatan sandhuwuring dhadhung [ ] berjalan merambat di atas tali dadung [ ] Selanjutnya data (13/361a) dianalisis dengan teknik lesap yaitu sebagai berikut. (13/361c) *Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magitagita Ø sirkus, Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat Ø sirkus, Tampak pada analisis data (13/361c) di atas setelah kata kaya seperti dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Oleh karena itu, kehadirannya wajib untuk mendukung kepaduan wacana. Selanjutnya data dianalisis dengan teknik ganti menjadi berikut. (13/361d) Wusana ingkang minulya ayam menika wau lakok lumaksana magita gita kadya sirkus, *kados Akhirnya yang mulia ayam itu tadi malah berjalan dengan cepat seperti sirkus, seperti

25 70 Hasil analisis data (13/361a) setelah diuji dengan teknik ganti yaitu kata kadya seperti diganti dengan kata kados seperti ternyata tidak berterima. Karena kata kados seperti termasuk dalam ragam krama. Jadi, kata tersebut tidak sesuai dengan konteks kalimat. Dengan demikian, kata kadya seperti lebih tepat digunakan dalam kalimat tersebut. Data-data pengacuan/referensi yang telah dianalisis di atas adalah sebagian kecil dari data yang terkandung dalam antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil. Data-data yang dianalisis di atas masing-masing berjumlah 4 untuk pronomina persona, 7 untuk pronomina demonstratif, dan 2 pronomina komparatif. Di dalam antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil ditemukan data pengacuan sebanyak 361 dengan rincian yaitu 260 data pronomina persona, 90 data pronomina demontratif, dan 11 data pronomina komparatif. Data-data yang lebih lengkap mengenai pengacuan/referensi dapat dilihat pada lampiran nomor 1 sampai 361. b. Penyulihan (Substitusi) Aspek gramatikal kedua yang mendukung kepaduan wacana antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil adalah penyulihan atau substitusi. Substitusi merupakan proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar yang berfungsi untuk memperoleh unsur-unsur pembeda. Substitusi dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Pada wacana antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil ini ditemukan keempat jenis substitusi tersebut.

26 71 Berikut ini wacana yang di dalamnya terdapat penanda kohesi berupa substitusi nominal. (14/362) Cagakane kamera iki mau lo, tak tinggal neng kene ora dakgawa merga obyeke neng kidul gek ndhelik kamangka dhetik pertama wis ora kapotret, dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer, dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong. Mula dakangkat wae tustele. (F/H14/P15) Penyangga kamera ini tadi lo, kutinggal di sini tidak kubawa karena obyeknya di selatan apalagi sembunyi juga padahal detik pertama sudah tidak terpotret, detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer, detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang. Makanya kuangkat saja kameranya. Pada data (14/362) di atas terdapat substitusi nominal. Tampak pada data tersebut kata kamera kamera sebagai unsur terganti pada awal kalimat pertama digantikan atau disulihkan dengan kata nominal tustel kamera sebagai unsur pengganti pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda sehingga lebih bervariatif. Kemudian data (14/362) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (14/362a) Cagakane kamera iki mau lo Penyangga kamera ini tadi lo. (14/362b) tak tinggal neng kene ora dakgawa merga obyeke neng kidul gek ndhelik kamangka dhetik pertama wis ora kapotret, kutinggal di sini tidak kubawa karena obyeknya di selatan apalagi sembunyi juga padahal detik pertama sudah tidak terprotret (14/362c) dhetik kapindho wis berubah maneh kalingan trailer, detik kedua sudah berubah lagi tertutup trailer, (14/362d) dhetik katelu wis kelinglingan sirahe wong detik ketiga sudah tertutup kepalanya orang. (14/362e) Mula dakangkat wae tustele. Makanya kuangkat saja kameranya.

27 72 Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (14/362a) dan (14/362e) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (14/362f) *Cagakane Ø iki mau lo Penyangga Ø ini tadi lo. (14/362g) *Mula dakangkat wae Øe. Makanya kuangkat saja Ønya. Hasil analisis pada data (14/362a) dan (14/362e) dengan teknik lesap, wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua kata nominal tersebut wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih jelas. Dengan demikian kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data ini menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu mengujinya dengan teknik ganti, sebab unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan. Berikut contoh data substitusi verbal. (15/363) Mbah Karji Uti arep muwun. Wis prembik-prembik. Pak Yitno ngeriherih. Buk, ten napa kok ajeng nangis niku? (WK/H4/P17) Nenek Karji akan menangis. Sudah tersedu-sedu. Pak Yitno berbisik. Buk, ada apa kok akan menangis itu? Pada data (15/363) di atas terdapat substitusi verbal. Pada data tersebut unsur terganti muwun menangis pada awal kalimat pertama digantikan dengan unsur pengganti nangis menangis pada kalimat terakhir. Substitusi ini dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda. Kemudian data (15/363) dibagi menurut unsur langsungnya menjadi berikut. (15/363a) Mbah Karji Uti arep muwun. Nenek Karji akan menangis.

28 73 (15/363b) Wis prembik-prembik. Sudah tersedu-sedu (15/363c) Pak Yitno ngerih-erih. Pak Yitno berbisik. (15/363d) Buk, ten napa kok ajeng nangis niku? Buk, ada apa kok akan menangis? Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (15/363a) dan (15/362d) diuji dengan teknik lesap menjadi berikut. (15/363e) *Mbah Karji Uti arep Ø. Nenek Karji akan Ø. (15/363f) *Buk, ten napa kok ajeng Ø niku? Buk, ada apa kok akan Ø itu? Setelah data (15/363a) dan (15/363d) dianalisis dengan teknik lesap, ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga kedua kata verbal yaitu muwun menangis pada data (15/363a) dan nangis menangis pada data (15/363d) wajib hadir dalam wacana supaya informasinya menjadi lebih jelas. Dengan demikian maka kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Data ini menampilkan adanya substitusi, maka dalam analisis ini dipandang tidak perlu mengujinya dengan teknik ganti, karena unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan. Berikut contoh data substitusi frasal. (16/365) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung. Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Pitik loro mau padha rosane, tarung keket. (WK/H5/P22) Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayam jantan bertarung. Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya bulu dan kakinya kuning. Kedua ayam tadi sama kuatnya, bertarung sengit.

29 74 Pada data (16/365) di atas tampak adanya penggantian satuan lingual antara frasa yaitu wulune abang sembur ireng bulunya merah campur hitam dan frasa wiring kuning bulu dan kakinya kuning dengan satuan lingual lain yang berkategori sama yaitu frasa pitik loro mau kedua ayam tadi. Frasa wulune abang sembur ireng bulunya merah campur hitam dan wiring kuning bulu dan kakinya kuning merupakan unsur terganti sedangkan frasa pitik loro mau kedua ayam tadi merupakan unsur pengganti. Selanjutnya data (16/365) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (16/365a) Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung. Di dalam tidurnya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat ada ayam jantan bertarung. (16/365b) Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Yang satu bulunya merah campur hitam, yang satunya bulu dan kakinya kuning. (16/365c) Pitik loro mau padha rosane, tarung keket. Kedua ayam tadi sama kuatnya, bertarung sengit. Selanjutnya data (16/365b) dan (16/365c) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (16/365d) *Sing siji Ø, sijine Ø. Yang satu Ø, yang satunya Ø. (16/365e) *Ø padha rosane, tarung keket. Ø sama kuatnya, bertarung sengit. Tampak pada data (16/365d) dan (16/365e) setelah diuji dengan teknik lesap wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jadi, dapat dikatakan bahwa penanda kohesi tersebut kadar keintiannya tinggi sehingga frasa wulune abang sembur ireng berbulu merah campur hitam, frasa wiring kuning berbulu dan berkaki kuning dan frasa pitik loro mau kedua ayam tadi wajib

30 75 hadir dalam wacana. Analisis dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan, karena kedua frasa tersebut sudah saling menggantikan. Berikut adalah data yang menunjukkan substitusi klausal. (17/368) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi nganggo saputanganku. Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngono kuwi. (KKM/H65/P2) Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengan saputanganku. Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti itu. Pada data (17/368) terdapat substitusi klausal yaitu klausa apa-apa aku sing mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epekepekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya disubstitusikan dengan frasa ngono kuwi seperti itu. Frasa ngono kuwi seperti itu mengacu pada perkiraan penulis sebagai tokoh utama terhadap seseorang yang diceritakan dalam teks cerita cerkak tersebut. Kemudian data (17/368) dibagi unsur langsungnya dengan teknik BUL yaitu sebagai berikut.

31 76 (17/368a) Banjur rikala kowe ngalem aku, apa-apa aku sing mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi nganggo saputanganku. Kemudian pada saat kamu memujiku, apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan, mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya dengan saputanganku. (17/368b) Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya ngono kuwi. Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti itu. Kemudian data (17/368a) dan (17/368b) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (17/368c) *Banjur rikala kowe ngalem aku, Ø nganggo saputanganku. Kemudian disaat kamu memujiku, Ø dengan saputanganku. (17/368d) *Nganti aku sujana, duwe panyakrabawa ala, gek-gek mengko bojomu mbok kon ngladeni kabeh kebutuhanmu kaya ibumu wae, aku wegah yen duwe bojo ngaleme nganti kaya Ø. Sampai aku jahat, mengira kejahatan, jangan-jangan nanti istrimu kau suruh meladeni apa kebutuhanmu seperti ibumu saja, saya tidak mau jika mempunyai suami manja sampai seperti Ø. Setelah data (17/368c) dan (17/368d) dianalisis dengan teknik lesap ternyata kalimat menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, artinya kadar keintian penanda kohesi tersebut tinggi. Maka klausa apa-apa aku sing mbok kon njupukke, lambemu raged aku sing mbok kon ngelapi nganggo epek-epekku, difoto wartawan majalah aku sing mbok kon ndandani, nganti kringetmu gobyos wae aku sing kudu ngelapi apa-apa aku yang kau suruh mengambilkan,

32 77 mulutmu kotor aku yang kau suruh membersihkan dengan telapak tanganku, difoto wartawan majalah aku yang kau suruh merias, sampai keringatmu bercucuran pun aku yang harus mengelapnya dan frasa ngono kuwi seperti itu wajib hadir dalam kalimat tersebut. Analisis data dengan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena klausa dan frasa tersebut sudah saling menggantikan. Data-data penyulihan/substitusi yang telah dianalisis di atas masingmasing berjumlah 1 untuk substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal. Di dalam antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil ditemukan data penyulihan/substitusi sebanyak 7 data dengan rincian yaitu 1 data substitusi nominal, 2 data substitusi verbal, 2 data substitusi frasal, dan 2 data substitusi klausal. Data-data yang lebih lengkap mengenai penyulihan/substitusi dapat dilihat pada lampiran nomor 362 sampai 368. c. Pelesapan (Elipsis) Pelesapan yaitu salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur yang dilesapkan itu dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Di dalam penelitian ini ditemukan beberapa elipsis (pelesapan). Berikut merupakan penanda kohesi elipsis yang terdapat dalam wacana antologi cerkak Wiring Kuning karya Trinil. (18/370) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling marang wanita, ora jlalatan, ora thukmis lan mung setya marang commiting to mbesuke. user Menis sing bakal diningkahi (F/H12/P10)

33 78 Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, tidak jlalatan, tidak sembarang tertarik dan hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok. Pada data (18/370) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata Shomad yang dilesapkan sebelum frasa ora jlalatan tidak jlalatan, sebelum frasa ora thukmis tidak sembarang tertarik, dan sesudah kata lan dan. Dalam analisis wacana unsur konstituen atau satuan lingual yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ø) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dalam hal ini, demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (18/370) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif. Selanjutnya untuk menganalisis data (18/370) di atas akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut dapat dilihat di bawah ini. (18/370a) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling marang wanita, Ø ora jlalatan, Ø ora thukmis lan Ø mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10) Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, Ø tidak jlalatan, Ø tidak sembarang tertarik dan Ø hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok. (18/370b) Jare ben Menis ngerti dhewe yen Shomad ngono ora seneng mbeling marang wanita, Shomad ora jlalatan, Shomad ora thukmis lan Shomad mung setya marang Menis sing bakal diningkahi ing mbesuke. (F/H12/P10) Katanya biar Menis tahu sendiri bahwa Shomad begitu tidak suka nakal dengan wanita, Shomad tidak jlalatan, Shomad tidak sembarang tertarik dan Shomad hanya setia kepada Menis yang akan dinikahi besok.

34 79 Tampak pada data (18/370a), setelah kata Shomad dilesapkan kalimat menjadi lebih efisien, praktis dan lebih padu. Pada data (18/370b) dari segi komunikasi kurang efisien dan praktis. Tetapi dari segi informasi lebih jelas dan lengkap. Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut. (19/373) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, isih bisa ditanduri pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake, gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22) Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ. Pada data (19/373) terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata terase terasnya yang dilesapkan sebelum frasa isih bisa ditanduri masih bisa ditanami, dan sebelum kalimat gawe membuat. Pelesapan ini dibutuhkan demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (19/373) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif. Selanjutnya untuk menganalisis data (19/373) di atas akan dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut dapat dilihat di bawah ini. (19/373a) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, Ø isih bisa ditanduri pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake, Ø gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22) Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, Ø masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, Ø membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ.

35 80 (19/373b) Terase Pak Parto Waluyo pancen isih jembar, terase isih bisa ditanduri pelem lan jambu nganti ngrembuyung dhuwur, wohe ketel nyenengake, terase gawe krasane sapa wae sing lungguhan ing kono. (NG/H39/P22) Terasnya Pak Parto Waluyo memang masih luas, terasnya masih bisa ditanami mangga dan jambu sampai lebat meninggi, buahnya lebat dan menyenangkan, terasnya membuat nyaman siapa saja yang duduk-duduk di situ. Tampak pada analisis data (19/373a) di atas terjadi peristiwa pelesapan, maka kalimat menjadi lebih efektif, efisien, wacana menjadi lebih padu (kohesif) dan praktis dalam berkomunikasi. Adapun data (19/373b) dari segi informasi lebih jelas dan lengkap akan tetapi kurang efektif. Data lain yang menunjukkan adanya pelesapan adalah sebagai berikut. (20/374) Pak Singgih anggone kepranan dheweke kuwi ya merga saka olehe prigel nulungi ugi wong mbobot nganti nglairake bayi kuwi. Ngrumat bocah cilik wiwit bayi nganti umur limang taun, ngopeni gizine barang ya ora tau nguciwani. (AR/H44/P2) Pak Singgih dalam hal menyukai dia itu ya karena dari dirinya pandai menolong orang yang hamil sampai melahirkan bayi. Merawat anak kecil dari bayi sampai umur lima tahun, menghidupi gizinya juga tidak pernah mengecewakan. Pada data (20/374) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan yaitu kata dheweke dia yang dilesapkan sebelum kalimat ngrumat bocah cilik merawat anak kecil, dan sebelum kata ngopeni menghidupi. Pelesapan ini dibutuhkan demi efektivitas kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa, maka pada data (20/374) dilakukan pelesapan dan apabila kata tersebut tidak dilesapkan justru akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran

BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik leksikal maupun gramatikal)

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana,

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa wantipharnyzulaiha@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Oleh: Inarotul Ainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuInaez@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Oleh: Bastian Triadi Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa bastian.triadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA ANTOLOGI CERKAK WIRING KUNING KARYA TRINIL (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Lebih terperinci

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Oleh: Rohadi Alfaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rohadialfaris@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Eko Gunawan NIM

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. digilib.uns.ac.id 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media pengantarnya tanpa menghilangkan unsur estetiknya. Karya

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. Kompetensi Inti 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP N 4 WATES : VII/ Gasal : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh : 80 menit A. Kompetensi Inti

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH

REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH REFERENSI PADA JAGAD JAWA DALAM SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS JURNAL ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah MUHAMMAD PEBRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 95 102 95 PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Rina Hayati Maulidiah 1, Khairun Nisa 2, Wan Nurul Atikah Nasution 3 Universitas

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching

Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching Piwulang Jawi 2 (1) (2013) Piwulang Jawi: Journal of Javanese Learning and Teaching http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/piwulang PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL KENJA KETULA-TULA KARYA WIDI WIDAJAT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Suatu penelitian memerlukan adanya pengacuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis. Hal ini dilakukan agar menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh Nama : Ima Wulandhari NIM : 2102407136 Program Studi : Pendidikan

Lebih terperinci

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA

WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA WACANA ANTOLOGI CERKAK PUBER KEDUA KARYA ARY NURDIANA (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Daerah

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER Kelas : IX Semester : I Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Tahun Pelajaran : 2013-2014 Standar Kompetensi : 1. Mengapresiasi yang Jumlah soal : (uraian) 2. Mengungkapkan

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas

Lebih terperinci

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 engantar Dalam bab ini dilakukan analisis sintaksis terhadap kalimat yang memiliki verba berprefiks di- dalam bahasa Jawa. Bagaimana pola kalimat yang terbentuk melalui verba berprefiks

Lebih terperinci

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL KARYA ARIFIN C. NOOR SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Bab ini pertama menganalisis wacana WB dari segi bahasa yang meliputi peranti kohesi gramatikal dan kohesi leksikal, kedua menelaah nilai-nilai

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK

PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK PEMERTAHANAN DAN PERGESERAN BAHASA JAWA DALAM PERCAKAPAN MEDIA SOSIAL JEJARING FACEBOOK Oleh: Nita Sulistya Wati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa niech_chan@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan

BAB II KAJIAN TEORI. yang relevan dengan hal yang sedang berlangsung. Bertolak pada kenyataan BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Pengertian Pragmatik Pengkajian terhadap bahasa jika ditinjau dari sudut pandang linguistik terapan tentu tidak dapat dilakukan tanpa memperhitungkan konteks

Lebih terperinci

Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata

Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata Analisis Psikologis dan Nilai Moral dalam Roman T Spookhuis Karya Suparto Brata Oleh: Syahriyatun Nikmah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa syahriyatun@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA

ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA ANALISIS PENANDA KOHESI PADA KARANGAN SISWA TINGKAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARATA Jurnal Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI

PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI WACANA GEMPILAN SEJARAH: SANG KOMPONIS SING ORA KAPATEDHAN ING KATRESNAN KARYA SOEBAGIJO I. N. DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu : SMP N 1 BERBAH. : Bahasa Jawa : VIII/ Ganjil : 2 X 40 menit A. Standar Kompetensi : 4. Mengungkapkan gagasan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam bermasyarakat hampir tidak akan terlepas dari kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia membutuhkan sarana yang digunakan untuk

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Akalili Abidah Yusri Khairina

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA IBADAH QURBAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH: NASHRUDDIN BAIDAN DI MASJID AGUNG SURAKARTA 06 NOVEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YUNIANTO

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SatuanPendidikan : SMP N 4 WATES Kelas/Semester : VII/1 Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Materi Pokok : Unggah-ungguh Alokasi Waktu : 2 X 40 menit (80 menit) A. Kompetensi

Lebih terperinci

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nurwidiawati93@yahoo.com

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA WACANA KATALOG ORIFLAME EDISI JANUARI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG Bayu Indrayanto bayuindrayantoo@gmail.com FKIP-Universitas Widya Dharma Klaten Abstract This research is a descriptive qualitative research attempting at

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL LIRIK LAGU WALI DALAM ALBUM CARI JODOH SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup dan bekerja sama satu dengan lainya tanpa menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana vital dalam berkomunikasi dan berinteraksi antarsesama manusia. Dengan bahasa, kita dapat menyampaikan dan memahami pesan atau maksud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah kajian yang sejenis dengan penelitian ini : 1) Penelitian karya Elisabeth Dyah Primaningsih yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW Rini Agustina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak brentex32@yahoo.co.id ABSTRACT This study focuses

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015

Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015 Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada Majalah Djaka Lodang Tahun 2015 Oleh: Khilyatus Shiyam Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa khilyashiyam@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan

Alenia Kesatuan dan Kepaduan. Sri Hertanti Wulan Alenia Kesatuan dan Kepaduan Sri Hertanti Wulan Pengertian Alinea Alinea adalah himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. pembentukan sebuah alinea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009

PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009 PENANDA HUBUNGAN ELIPSIS PADA RUBRIK LAYANG SAKA WARGA MAJALAH JAYA BAYA EDISI APRIL-MEI 2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ANALISIS MIKRO DAN MAKROSTRUKTURAL PADA WACANA KETIDAKADILAN ADALAH BEBAN KITA BERSAMA DALAM KOLOM GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI SELASA, 11 OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

PRATIWI AMALLIYAH A

PRATIWI AMALLIYAH A KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF PADA WACANA DIALOG JAWA DALAM KOLOM GAYENG KIYI HARIAN SOLOPOS EDISI BULAN JANUARI-APRIL 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

WACANA adalah... Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu.

WACANA adalah... Wacana dilihat sebagai bangun bahasa yang utuh karena setiap bagian di dalam wacana itu berhubungan secara padu. BAHASAN WACANA WACANA Batasan Ciri-ciri Jenis Pengantar Linguistik Umum 11 Desember 2014 Struktur Kepaduan WACANA adalah... Kesatuan makna (semantis) antarbagian di dalam suatu bangun bahasa. Sebagai kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peristiwa komunikasi. Bahasa sebagai sarana yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peristiwa komunikasi. Bahasa sebagai sarana yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Bahasa sebagai sarana yang digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan,

Lebih terperinci

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo

Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Analisis Wacana Tekstual Lirik Lagu Langgam Pada Kempalan Langgam Karawitan Jawi Oleh Sri Widodo Oleh: Titis Widarningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa titis_widarningsih@yahoo.co.id

Lebih terperinci

KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS

KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Oleh Aji Adhitya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Ro ufatul Khabib 2102407151 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci