BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DATA. leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik leksikal maupun gramatikal) dan penanda koherensi wacana novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan satu-persatu. A. Penanda Kohesi Telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sarana pembentuk wacana yang kohesif dan koheren adalah penanda kohesi dan koherensi. Dalam penelitian novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan ditemukandua jenis penanda kohesi, yaitu penanda kohesi gramatikal dan penanda kohesi leksikal. Penanda kohesi gramatikal yang ditemukan berupa pengacuan (referensi) yang berbentuk pronomina, penyulihan (subtitusi), pelesapan (elipsis), dan perangkaian (konjungsi). Penanda leksikal berupa repetisi (Pengulangan), sinonimi (padan kata), antonimi (oposisi makna), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), dan ekuivalensi (kesepadanan). Secara lebih jelas, dapat dilihat pada uraiannya sebagai berikut. 1. Kohesi Gramatikal a. Pengacuan (Referensi) Pengacuan atau referensi merupakan pengacuan terhadap sesuatu hal yang menjadi pokok pembicaraan yang commit telah disebutkan to user sebelum ataupun sesudah baik 47

2 digilib.uns.ac.id 48 di dalam ataupun di luar teks. Pengacuan atau referensi direalisasikan dalam bentuk kata ganti (pronomina). Pronomina dam pengacuan terdiri atas tiga bentuk yaitu pronomina persona (kata ganti orang), pronomina demonstratif (kata ganti penunjuk, dan pronomina komparatif (kata perbandingan). Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis pronomina tersebut, penjelasannya adalah sebagai berikut. 1) Pronomina Persona Beberapa contoh kepaduan wacana yang ditandai dengan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan pronomina persona dapat dilihat pada datadata berikut. (1/14) Lagi njabat yake, kok aku durung weruh! Batine Rudi. Baru menjabat mungkin, kok saya belum lihat! Batinnya Rudi. (I/CK3/H33/3) Data (1/14) di atas terdapat referensi pronomina persona tunggal bentuk bebas yaitu aku aku yang mengacu pada tokoh yang bernama Rudi. Pengacuan tersebut termasuk dalam jenis pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks dengan acuan Rudi yang baru disebutkan di sebelah kanan pronomina aku aku. Kemudian data (1/14) di atas diuji dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) sebagai berikut. (1/14a) Lagi njabat yake, Baru menjabat mungkin, (1/14b) kok aku durung weruh! Batine Rudi. kok saya belum lihat! Batinnya Rudi Setelah diuji dengan teknik BUL, selanjutnya data (1/14b) dianalisis dengan teknik lesap sebagai berikut. (1/14c) kok Ø durung weruh! Batine commit Rudi. to kok user Øbelumlihat! Batinnya Rudi.

3 digilib.uns.ac.id 49 Setelah dianalisis dengan teknik lesap data (1/14b) masih tetap gramatikal dan berterima. Karena apabila kata aku aku dilesapkan informasinya tetap jelas. Maka pronomina persona tersebut tidak wajib hadir. Kemudian data (1/14b) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (1/14d) kok aku *kula *ingsun kok saya *saya *saya durung weruh! Batine Rudi. belum lihat! Batinnya Rudi. Hasil analisis data (1/14d) di atas, kata aku aku merupakan ragam ngoko sehingga tidak bisa digantikan dengan kula saya karena termasuk dalam ragam krama. Pronomina ingsun saya tidak dapat menggantikan aku aku karena ragam klasik dan biasanya ditujukan untuk Raja dan Tuhan. Oleh karena itu, kata ingsun aku tidak tepat digunakan pada kalimat di atas.data lain yang merupakan pronomina persona I tunggal adalah sebagai berikut. (2/63) Dakkira yen ngono luwih prayoga! Swarane Tuti ketara yen rada ceklek. (IV/BMK/H114/8) Kukira kalau begitu lebih baik! Suaranya Tuti terlihat kalau agak patah. Pronomina yang terdapat pada data (2/63) yaitu dak- pada kata dakkira kukira yang merupakan pronomina persona I tunggal terikat lekat kiri mengacu pada tokoh Tuti alias Prihastuti Kusumo. Pengacuan tersebut merupakan jenis pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks dan disebutkan sesudah pronomina dak- ku-. Kemudian data (2/63) dibagi menurut unsur langsung dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) menjadi sebagai commit berikut. to user

4 digilib.uns.ac.id 50 (2/63a) Dakkira yen ngono luwih prayoga! Kukira kalau begitu lebih baik! (2/63b) Swarane Tuti ketara yen rada ceklek. Suaranya Tuti terlihat kalau agak patah. Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (2/63a) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (2/63c) *Økira yen ngono luwih prayoga! Økira kalau begitu lebih baik! Hasil analisis pada data (2/63a) dengan teknik lesap ternyata pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku- pada kata dakkira kukira wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, serta informasinya menjadi tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap data (2/63a) kemudian diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (2/63d) Dakkira yen ngono luwih prayoga! Takkira *kula kira kukira kalau begitu lebih baik! kukira *saya kira Hasil analisis data (2/63d) pada pronomina persona I tunggal bentuk terikat lekat kiri dak- ku- pada kata dakkira, tidak bisa digantikan dengan pronomina kula saya karena pronomina dak- ku- merupakan ragam ngoko, sedangkan pronomina kula saya merupakan ragam krama sehingga tidak dapat saling menggantikan karena perbedaan ragam.

5 digilib.uns.ac.id 51 Data yang menunjukkan pronomina persona II terlihat pada data berikut. (3/102) Pancen kowe adhiku sing bagus tenan kok Sur! Ingatase awakmu dhewe susah kok ya isih kober mikir aku barang! (IV/BIMK/H118/4) Memang kamu adikku yang tampan benar kok Sur! Dirimu sendiri saja susah kok ya masih sempat mikir saya juga! Pronomina yang terdapat pada data (3/102) yaitu kowe kamu termasuk dalam pronomina persona II tunggal bentuk bebas. Pengacuan tersebut termasuk jenis pengacuan endofora kataforis karena acuannya berada di dalam teks yaitu Sur alias Suryo Baskoro yang disebutkan sesudah pronomina kowe kamu. Selain itu juga terdapat pronomina persona II terikat lekat kanan -mu -mu pada kata awakmu dirimu. Pengacuan ini termasuk dalam pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks yaitu Sur alias Suryo Baskoro yang disebutkan sebelum pronomina persona II lekat kanan mu -mu. Kemudian data (3/102) dianalisis dengan teknik BUL sebagai berikut. (3/102a) Pancen kowe adhiku sing bagus tenan kok Sur! Memang kamu adikku yang tampan benar kok Sur! (3/102) Ingatase awakmu dhewe susah kok ya isih kober mikir aku barang! Dirimu sendiri susah kok ya masih sempat mikir saya juga! Setelah diuji dengan teknik BUL, selanjutnya data (3/102a) dan (3/102b) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (3/102c) *PancenØ adhiku sing bagus tenan kok Sur! Memang Ø adikku yang tampan benar kok Sur! (3/102d) *Ingatase awakø dhewe susah kok ya isih kober mikir aku barang! DiriØ sendiri susah kok ya masih sempat mikir saya juga! Hasil analisis data (3/102a) dan (3/102b) dengan teknik lesap di atas adalah bahwa pada pronomina persona II tunggal bentuk terikat lekat kanan -mu -mu pada kata awakmu dirimu commit dan pronomina to user persona II tunggal bentuk bebas

6 digilib.uns.ac.id 52 kowe kamu wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan maka wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, serta informasinya menjadi tidak jelas. Setelah diuji dengan teknik lesap, kemudian data (3/102a) dan (3/102b) dilanjutkan dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (3/102e) Pancenkoweadhiku sing bagus tenan kok Sur! *panjenengan Memang kamu adikku yang tampan benar kok Sur! *anda (3/102f) Ingatase awakmudhewe susah kok ya isih kober mikir aku Panjenengan barang! Diatasnya dirimusendiri susah kok ya masih sempat mikir saya juga! anda Hasil analisis data (3/102e) dan (3/102f) dengan teknik ganti di atas adalah bahwa pronomina persona II tunggal bentuk bebas kowe kamu tidak dapat digantikan dengan pronomina panjenengan anda karena panjenengan anda merupakan jenis ragam krama dan pronomina kowe kamu merupakan jenis ragam ngoko. Sedangkan pronomina persona bentuk tunggal terikat lekat kanan mu -mu pada kata awakmu tidak dapat digantikan dengan pronomina panjenengan karena panjenengan merupakan ragam krama sedangkan pronomina mu mu merupakan ragam ngoko. Hal tersebut juga akan mengakibatkan kejanggalan karena di dalam teks menceritakan bahwa Aryo Guritno yang berkata kepada Suryo Baskoro selaku adik keponakannya, sehingga tidak tepat jika Aryo Guritno yang lebih tua berbicara dengan Suryo Baskoro yang lebih muda darinya menggunakan commit ragam krama. to user

7 digilib.uns.ac.id 53 Data yang menunjukkan pronomina persona III sebagai berikut (4/160) Suryo mung manthuk. Mokal yen dheweke mlayokake nesune menyang Surti. (III/NTKP/H84/6) Suryo hanya mengangguk. Tidak mungkin kalau dia melarikan marahanya kepada Surti. Pronomina yang terdapat pada data (4/160) yaitu dheweke dia yang merupakan pronomina persona III tunggal bentuk bebas mengacu pada tokoh utama yaitu Suryo Baskoro. Pengacuan tersebut termasuk dalam pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dan disebutkan sebelum pronomina dheweke dia. Selain itu pada data (4/160) juga terdapat pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan ne -nya pada kata nesune marahnya yang merupakan pengacuan endofora anaforis juga, sebab acuannya sama yaitu mengacu kepada Suryo Baskoro. Data (4/160) di atas kemudian diuji dengan teknik BUL sebagai berikut. (4/160a) Suryo mung manthuk. Suryo hanya mengangguk. (4/160b) Mokal yen dheweke mlayokake nesune menyang Surti. Tidak mungkin kalau dia melarikan marahanya kepada Surti. Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (4/160b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (4/160c) *Mokal yen Ø mlayokake nesuø menyang Surti. Tidak mungkin kalau Ø melarikan marahanø kepada Surti. Hasil analisis data (4/160b) dengan teknik lesap di atas pronomina persona III bentuk bebas dheweke dia dan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan ne -nya wajib hadir, karena jika pronomina tersebut dilesapkan akan menghasilkan wacana yang tidak gramatikal dan tidak berterima. Sehingga

8 digilib.uns.ac.id 54 informasi yang disampaikan kurang jelas. Selanjutnya data (4/160b) diuji dengan teknik ganti sebagai berikut. (4/160d) Mokal yen dhewekemlayokake nesunemenyang Surti. *piyambakipun *nesunipun Tidak mungkin kalau dia melarikan marahnya kepada Surti. *dia *marahnya setelah diuji dengan teknik ganti data (4/160d) pada kata dheweke dia yang digantikan dengan kata piyambakipun dia tidak dapat saling menggantikan karena berbeda ragam, antara ragam ngoko dan ragam krama, jika teknik tersebut tetap diterapkan akan menghasilkan wacana yang tidak gramatikal dan tidak berterima. Sama halnya dengan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan -ne -nya pada kata nesune marahnya yang tidak dapatdigantikan dengan pronomina persona III tunggal bentuk terikat lekat kanan ipun -nya pada kata nesunipun marahnya karena adanya perbedaan ragam yaitu ngoko dan krama. 2) Pronomina Demonstratif Pronomina demostratif yang ditemukan dalam penelitian ini dua macam yaitu pronomina demonstratif waktu (temporal) dan pronomina demonstratif tempat (lokasional). Pronomina demonstratif waktu (temporal) yang ditemukan adalah pronomina demonstratif waktu kini, waktu lampau, waktu yang akan datang, dan waktu netral, sedangkan pronomina demonstratif tempat (lokasional) yang ditemukan berupa pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, dan menunjuk secara eksplisit.

9 digilib.uns.ac.id 55 Pronomina demonstratif waktu dapat dilihat pada data berikut. (5/288) Kuwatir yen sing dikarepke Rudi calon Gubernur sing saiki wis dadi Walikota [...]. (I/CK3/H18/6) Kawatir kalau yang dimaksud Rudi calon Gubernur yang sekarang sudah menjadi Walikota [...]. Data (5/288) di atas terdapat pronomina waktu kini, yaitu pada kata saiki sekarang yang mengacu pada calon Gubernur yang disebutkan sebelumnya, sehingga pengacuan tersebut termasuk dalam jenis endofora anaforis. Selanjutnya data (5/288) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (5/288a) Kuwatir yen sing dikarepke Rudi Kawatir kalau yang dimaksud Rudi (5/288b) calon Gubernur sing saiki wis dadi Walikota [...]. calon Gubernur yang sekarang sudah menjadi Walikota [...] Setelah dibagi unsur langsungnya, data (5/288b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (5/288c) calon Gubernur sing Ø wis dadi Walikota [...]. calon Gubernur yang Ø sudah menjadi Walikota [...]. Setelah data (5/288a) diuji dengan teknik lesap ternyata kalimat masih tetap garamatikal dan berterima, sehingga pronomina demonstratif waktu kini saiki sekarang tidak wajib hadir. Selanjutnya data (5/288a) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (5/288d) Calon Gubernur sing saiki wis dadi Walikota [...]. *samenika *saniki Calon Gubernur yang sekarang sudah menjadi Walikota [...]. *sekarang *sekarang

10 digilib.uns.ac.id 56 Hasil analisis data (5/288d) di atas dengan teknik ganti menujukkan bahwa pada pronomina demonstratif waktu kini saiki sekarang yang termasuk ragam ngoko tidak bisa digantikan dengan pronomina demonstratif waktu kini samenika sekarang dan saniki sekarang yang termasuk ragam krama. Selain pronomina demonstratif waktu kini juga terdapat pronomina demonstratif waktu lampau, seperti data berikut ini. (6/296) Ibu taksih sugeng, Bapak seda kalih taun kepengker! (II/STC/H68/2) Ibu masih hidup, Bapak meninggal dua tahun yang lalu! Pada data (6/296) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu lampau pada kata kepengker yang lalu. Pronomina tersebut termasuk pronomina endofora anaforis yang mengacu pada kata kalih taun dua tahun yang disebutkan sebelum kata kepengker yang lalu. berikut. Selanjutnya data (6/296) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai (6/296a) Ibu taksih sugeng, Ibu masih selamat, (6/296b) Bapak seda kalih taun kepengker! Bapak meninggal dua tahun yang lalu! berikut. Kemudian data (6/296b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai (6/296c) *Bapak seda kalih taunø! Bapak meninggal dua tahunø! Setelah data (6/296b) diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif waktu lampu yaitu kata kepengker yang lalu wajib hadir karena apabila dilesapkan wacana tersebut menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima.

11 digilib.uns.ac.id 57 Kata kepengker merupakan bentuk penjelas dari kata sebelumnya yaitu kalih tahun dua tahun. berikut. Kemudian data (6/296b) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai (6/296d) Bapak seda kalih taunkepengker! *kepungkur Bapak meninggal dua tahun yang lalu! *yang lalu Hasil analisis data (6/296d) di atas kata kepengker yang lalu tidak bisa digantikan dengan kata kepungkur yang lalu karena perbedaan ragam. Kata kepengker yang lalu merupakan ragam krama sedangkan kata kepungkur yang lalu merupakan ragam ngoko, sedangkan data di atas merupakan jenis ragam krama.sehingga penggunaan kata kepengker yang lalu dalam konteks kalimat tersebut lebih tepat. Selain pronomina demonstratif waktu lampau juga terdapat pronomina demonstratif waktu y. a d, seperti data berikut. (7/305) Ya wis, sesuk bar senam pagi, kira-kira jam esuk ya Mas. (I/STC/H11/5) Ya sudah, besok habis senam pagi, kira-kira pukul pagi ya Mas. Data (7/305) di atas terdapat pronomina demonstratif waktu y. a.d yaitu pada kata sesuk besok yang mengacu pada waktu sehabis senam pagi yaitu pada pukul delapan pagi yangditunjukkan pada kalimat sesudah pronomina demonstratif waktu y.a.dsesuk besok. Jadi pengacuan ini termasuk dalam pengacuan endofora kataforis. Kemudian data tersebut (7/305) dibagi unsur langsungnya sebagai berikut.

12 digilib.uns.ac.id 58 (7/305a) Ya wis, sesuk bar senam pagi, Ya sudah, besok habis senam pagi, (7/305b) kira-kira jam esuk ya Mas. kira-kira pukul pagi ya Mas. Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, kemudian data (7/305a) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (7/305c) Ya wis, Ø bar senam pagi, Ya sudah, Ø habis senam pagi, Setelah data (7/305a) dianalisis dengan teknik lesap ternyata kalimat di atas tetap gramatikal dan berterima, jadi pronomina demonstratif waktutidak wajib kehadirannya. Selanjutnya data (7/305a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (7/305d) Ya wis, sesukbar senam pagi, *benjing Ya sudah, besok habis senam pagi, *besok Hasil analisis data (7/305d) dengan teknik ganti menyatakan bahwa kata sesuk besuk tidak bisa digantikan dengan kata benjing besok karena perbedaan ragam. Kata sesuk besok merupakan ragam ngoko sedangkan kata benjing besok merupakan ragam krama. Selain ketiga pronomina demonstratif waktu di atas, juga terdapat jenis pronomina demonstratif waktu netral. Pronomina demonstratif waktu netral dapat dilihat dari beberapa data berikut ini. (8/334) Mula direwangi yen esuk ngantor ing PLN Embong Wungu, sorene mulang mrana-mrene. (VI/KD/H145/2) Maka dibela-belain kalau pagi ke kantor di PLN Embong Wungu, sorenya mengajar kesana-kemari.

13 digilib.uns.ac.id 59 Data (8/334) di atas menunjukkan adanya pronomina demonstratif waktu netral yaitu pada kata esok pagi dan sorene sorenya. Kata esok pagi dan Sorene sorenya mengacu pada waktu netral karena tidak menunjuk waktu lampau saja, waktu kini saja, atau waktu yang akan datang saja, tetapi menunjuk pada Condro yang harus bekerja di PLN dan mengajar. Hal tersebut ditunjukkan oleh kalimat sebelumnya yang berbunyi kajaba ngantor ing PLN, Condro ora bisa nulak para mitra karuh kang nyraya mulang ing pamulangan luhur kang dadi jejibahane selain ke kantor di PLN, Condro tidak bisa menolak para teman akrab yang memintanya mengajar di perguruan tinggi yang jadi tanggung jawabnya. Jadi pengacuan ini termasuk dalam pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dan sudah disebutkan sebelumnya. Kemudian data (8/334) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (8/334a) Mula direwangi yen esuk ngantor ing PLN Embong Wungu, Maka dibela-belain kalau pagi ke kantor di PLN Embong Wungu, (8/334b) sorene mulang mrana-mrene. Sorenya mengajar kesana-kemari. Setelah dibagi menurut unsur langsungnya, data (8/334a) dan (8/334b) kemudian diuji dengan teknik lesap menajdi sebagai berikut. (8/334c) *Mula direwangi yen Ø ngantor ing PLN Embong Wungu, Maka dibela-belain kalau Ø ke kantor di PLN Embong Wungu, (8/334d) *Ø mulang mrana-mrene. Ø mengajar kesana-kemari. Hasil data (8/334a) dan (8/334b) setelah dianalisis dengan teknik lesap ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga pronomina demonstratif waktu esuk pagi dan sorene sorenya wajib hadir.

14 digilib.uns.ac.id 60 Kemudian data (8/334a) dan (8/334b) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (8/334e) Mula direwangi yen esukngantor ing PLN Embong Wungu, *enjing Maka dibela-belain kalau pagi ke kantor di PLN Embong Wungu, *pagi (8/334f) sorene mulang mrana-mrene. *sontenipun sorenya mengajar kesana-kemari. *sorenya Setelah data (8/334e) dan (8/334f) dianalisis dengan teknik ganti ternyata kata esuk pagi tidak bisa digantikan dengan kata enjing pagi, sama halnya dengan kata sorene sorenya tidak bisa diganti dengan kata sontenipun sorenya karena perbedaan ragam. Kata esuk pagi dan kata sorene sorenya merupakan ragam ngoko sedangkan kata enjing pagi dan sontenipun sorenya merupakan ragam krama. Selain pronomina demonstratif waktu juga terdapat pronomina demonstratif tempat yang meliputi pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur, agak jauh dengan penutur, jauh dengan penutur, dan pronomina demonstratif tempat secara eksplisit. Data di bawah ini merupakan pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yang dinyatakan dengan kata kene. (9/336) Ponorogo...usulmu kepriye, ngangkat pegawe anyar apa bocah kene bae ditugasi mrana. (II/STC/H58/7) Ponorogo... usulmu bagaimana, mengangkat pegawai baru apa anak sini saja ditugasi kesana. Pada data (9/336) di atas terlihat adanya pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitu pada commit kata kene to user sini yang berarti mengacu secara

15 digilib.uns.ac.id 61 endofora anaforis yaitu mengacu pada Cahaya Kita yang disebutkan pada kalimat sebelumnya yaitu Ponorogo saiki lagi mekar lan ngrembaka lho, Mbak! Dakkira luwih ngirit yen cahaya kita duwe pos ing kana! Ponorogo sekarang sedang mekar dan berkembang lho, Kak! Kukira lebih hemat jika Cahaya Kita punya pos di sana!. Kemudian data (9/336) di atas dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (9/336a) Ponorogo...usulmu kepriye, Ponorogo.. usulmu bagaimana, (9/336b) ngangkat pegawe anyar apa bocah kene bae ditugasi mrana. mengangkat pegawai baru apa anak sini saja ditugasi kesana. Kemudian data (9/336b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (9/336c) *ngangkat pegawe anyar apa bocah Ø bae ditugasi mrana. mengangkat pegawai baru apa anak Ø saja ditugasi kesana. Hasil analisis data (9/336b) dengan teknik lesap pada pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur kene sini ternyata kalimat di atas menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga informasi yang disampaikan menjadi kurang lengkap. Jadi pronomina demonstratif kene sini wajib hadir. Selanjutnya data (9/336b) diuji dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (9/336d) ngangkat pegawe anyar apa bocah kenebae ditugasi mrana. *kono *kana mengangkat pegawai baru apa anak sini *situ *sana saja ditugasi kesana.

16 digilib.uns.ac.id 62 Data (9/336d) setelah diuji dengan teknik ganti ternyata pada pronomina demonstratif kene sini tidak dapat diganti dengan pronomina demonstratif kono situ dan kana sana karena sudah berbeda jarak tempatnya. Data yang merupakan pronomina demonstratif tempat agak jauh dengan penutur adalah sebagai berikut. (10/343) Ngasta apa bu, kuwi? Koran diseleh ing cedhak bantal. (VI/KD/H143/4) bawa apa bu, itu? Koran diletakkan di dekat bantal. Data (10/343) di atas terlihat terdapat pronomina demonstratif tempat dekat dengan penutur yaitukata kuwi itu yang mengacu pada mangkok yang dibawa ibunya. Acuannya sudah disebutkan sebelumnya yaitu pada kalimat Karo ngadeg mbukak lawang kamar. Ibune ngasta mangkok dengan berdiri membuka pintu kamar. Ibunya membawa mangkok. Jadi pengacuan tersebut termasuk dalam pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dan sudah disebutkan sebelum kata kuwi itu. Selanjutnya data (10/343) di atas dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (10/343a) Ngasta apa bu, kuwi? bawa apa bu, itu? (10/343b) Koran diseleh ing cedhak bantal. Koran diletakkan di dekat bantal. Kemudian data (10/343a) di atas dianalisis dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (10/343c) Ngasta apa bu, Ø? bawa apa bu, Ø?

17 digilib.uns.ac.id 63 Hasil analisis dari data (10/343a) di atas dengan menggunakan teknik lesap ternyata kalimatnya masih gramatikal dan berterima. Selanjutnya data (10/343a) dianalisis dengan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (10/343d) Ngasta apa bu, kuwi? iku *iki bawa apa bu, itu? itu *ini Hasil analisis data (10/343d) dengan teknik ganti ternyata pronomina demonstratif pada kata kuwi itu dapat digantikan dengan kata iku itu karena sama dalam satu ragam yaitu ragam ngoko dan sama fungsinya yaitu sebagai kata tunjuk tempat yang agak jauh dengan penutur. Sebaliknya kata kuwi itu tidak dapat digantikan dengan kata iki ini karena sudah berbeda fungsi. Data yang menunjukkan pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur adalah sebagai berikut. (11/347) Ponorogo saiki lagi mekar lan ngrembaka lho, Mbak! Dakkira luwih ngirit yen Cahaya Kita duwe pos ing kana!(ii/stc/h58/6) Ponorogo sekarang sedang mekar dan berkembang lho, Mbak! Kukira lebih hemat jika Cahaya Kita punya pos di sana! Pada data (11/347) di atas terdapat pronomina demostratif tempat jauh dengan penutur yang ditunjukkan dengan kata kana sana yang mengacu pada kota Ponorogo yang telah disebutkan sebelumnya. Jadi pengacuan tersebut termasuk dalam pengacuan endofora anaforis karena acuannya berada di dalam teks dan sudah disebutkan sebelum kata kana sana. Kemudian data (11/347) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (11/347a) Ponorogo saiki lagi mekar commit lan to ngrembaka user lho, Mbak!

18 digilib.uns.ac.id 64 Ponorogo sekarang sedang mekar dan berkembang lho, Mbak! (11/347b) Dakkira luwih ngirit yen Cahaya Kita duwe pos ing kana! Kukira lebih hemat jika Cahaya Kita punya pos di sana! Setelah dibagi menurut unsur langsung, kemudian data (11/347b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (11/347c) *Dakkira luwih ngirit yen Cahaya Kita duwe pos ing Ø! Kukira lebih hemat jika Cahaya Kita punya pos di Ø! Hasil analisis data (11/347b) dengan teknik lesap ternyata data di atas menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima jika pronomina demonstratif kana sana dilesapkan, sehingga pronomina demonstratif tersebut wajib hadir agar data di atas tetap utuh dan informasinya tersampaikan. berikut. Kemudian data (11/347b) juga diuji dengan teknik ganti menjadi seperti (11/347d) Dakkira luwih ngirit yen Cahaya Kita duwe pos ingkana! *kene *kono Kukira lebih hemat jika Cahaya Kita punya pos di sana! *Sini *Situ Hasil analisis data (11/347d) di atas dengan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif tempat jauh dengan penutur kana sana tidak dapat diganti dengan kata kene sini dan kono situ karena sudah berbeda jarak tempatnya. Pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit dapat dilihat pada data berikut.

19 digilib.uns.ac.id 65 (12/351) Najan jenenge Hamonangan, awit ibune wong Jawa deles laire ingponorogo, mula nalika lungguh sirahe tumungkul lan tangane ngapurancang.(i/ck3/h17/1) Meskipun namanya Hamonangan, Karena ibunya orang Jawa tulen lahirnya di Ponorogo, maka ketika duduk kepalanya menunduk dan tangannya ditelungkupkan didepan bagian pusar.. Pada data (12/351) di atas terlihat adanya pronomina demonstratif tempat menunjuk secara eksplisit pada nama pulau yaitu pulau Jawa, dan salah satu kota di Jawa Timur yaitu Ponorogo. Kota Ponorogo adalah sebuah kota di Provinsi Jawa timur yang berada di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur. Kemudian data (12/351) di atas dibagi menurut unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (12/351a) Najan jenenge Hamonangan, awit ibune wong Jawa deles laire ing Ponorogo, Meskipun namanya Hamonangan, Karena ibunya orang Jawa tulen lahirnya di Ponorogo, (12/351b)mula nalika lungguh sirahe tumungkul lan tangane ngapurancang. maka ketika duduk kepalanya menunduk dan tangannyatangannya ditelungkupkan didepan bagian pusar. Setelah data (12/351) dibagi menurut unsur langsungnnya, kemudian data (12/351a) diuji dengan teknik lesap sebagai berikut. (12/351c) *Meski jenenge Hamonangan, awit ibune wong Ø deles laire ing Ø, Walaupun namanya Hamonangan, Karena ibunya orang Ø tulen lahirnya di Ø, Setelah data (12/351a) diuji dengan teknik lesap, ternyata pronomina demonstratif Jawa Jawa dan Ponorogo menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima sehingga pronomina demonstratif tersebut wajib hadir. Selanjutnya data (12/351a) diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (12/351d) Najan jenenge Hamonangan, awit ibune wong Jawa deles laire ing Ponorogo. *Batak *Pacitan

20 digilib.uns.ac.id 66 Meskipun namanya Hamonangan, Karena ibunya orang Jawa tulen *Batak lahirnya di Ponorogo. *Pacitan Hasil analisis data (12/351d) dengan menggunakan teknik ganti, ternyata pronomina demonstratif Jawa Jawa dan Ponorogo Ponorogo tidak bisa digantikan dengan Batak dan Pacitan karena ibunya Hamonangan adalah orang Jawa yang lahir di Ponorogo. 3) Pronomina Komparatif (perbandingan) Pronomina komparatif atau perbandingan adalah salah satu jenis penanda kohesi gramatikal yang memiliki sifat membandingkan dua hal atau lebih yang memiliki kemiripan atau kesamaan baik dari segi fisik, watak, sifat, dan sebagainya. Contoh pronomina komparatif dapat dilihat dari data-data di bawah ini. (13/372) Ing cedhake ana priya kang luwih tuwa, wetenge kaya wanita nggarbini watara rolas wulan.(iii/ntkp/h71/1) Di dekatnya ada laki-laki yang lebih tua, perutnya seperti wanita mengandung sekitar duabelas bulan. Pada data (13/372) di atas terdapat pronomina komparatif yaitu pada kata kaya seperti. Pronomina komparatif tersebut membandingkan perutnya pria tua yang berada didekatnya seperti wanita yang sedang mengandung duabelas bulan. Kemudian data (13/372) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (13/372a) Ing cedhake ana priya kang luwih tuwa, Di dekatnya ada laki-laki yang lebih tua, (13/372b) wetenge kaya wanita nggarbini watara rolas wulan. perutnya seperti wanita mengandung sekitar duabelas bulan.

21 digilib.uns.ac.id 67 berikut. Selanjutnya data (13/372b) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai (13/372c) wetenge Ø wanita nggarbini watara rolas wulan. perutnya Ø wanita mengandung sekitar duabelas bulan. Setelah data (13/372b) dilesapkan terlihat wacana masih tetap gramatikal danberterima, sehingga pronomina komparatif kaya seperti kadar keintiannya rendah. Sehingga tidak wajib hadir pada data di atas. Selanjutnya data (13/372b) diuji dengan teknik ganti menjadi seperti berikut. (13/372d) wetenge kayawanita nggarbini watara rolas wulan. *kados perutnya seperti wanita mengandung sekitar duabelas bulan. *seperti Setelah data (13/372d) diuji dengan teknik ganti, kata kaya seperti tidak bisa digantikan dengan kata kados seperti karena berbeda ragam. Kata kaya seperti merupakan ragam ngoko dan kata kados seperti merupakan ragam krama.jadi kata kaya seperti lebih tepat jika digunakan dalam kalimat di atas. Data-data pengacuan/referensi yang telah dianalisis di atas adalahsebagian kecil dari data yang terkandung dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan. Data-data yang dianalisis di atas masing-masing berjumlah 4 untuk pronomina persona, 8 untuk pronomina demonstratif, dan 1 pronominakomparatif. Jadi jumlah data pengacuan keseluruhan yang dianalisis berjumlah 13 data. Di dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan ditemukan data pengacuan sebanyak 376 dengan rincian yaitu 268 data pronomina persona, 83 data pronomina demontratif, dan 7 data pronomina komparatif. Pada penelitian inipronomina persona I tidak commit ditemukan to user kata ganti bentuk tunggal

22 digilib.uns.ac.id 68 bebasingsun saya, dan bentuk jamak kita sedaya kita semua. Pronomina persona II tidak ditemukan kata ganti bentuk tunggal bebas sliramu dirimu, dan pronominal II bentuk jamak juga tidak ditemukan. Dalam penelitian ini tidak ditemukan pronominal persona III bentuk tunggal bebas piyambakipun dia, dan pronomina persona III bentuk jamak tidak ditemukan.data-datayang lebih lengkap mengenai pengacuan/referensi dapat dilihat pada lampiran nomor 1 sampai 376. b. Penyulihan (subtitusi) Penyulihan (subtitusi) merupakan aspek gramatikal kedua yang mendukung padu atau tidaknya sebuah wacana. Penyulihan (subtitusi) merupakan proses pergantian satuan bahasa berdasarkan kelasnya yang berfungsi untuk mengetahui unsur pembedanya. Penyulihan (subtitusi) dibagi menjadi subtitusi nominal, subtitusi verbal, subtitusi frasal, dan subtitusi klausal. Dalam penelitian ini ditemukan tiga jenis subtitusi yaitu Subtitusi nominal, verbal, dan frasal. Untuk subtitusi klausal tidak ditemukan. Berikut ini adalah contoh data penanda kohesi gramatikal berupa subtitusi nominal. (14/377) Rudi tidha-tidha arep nampani dhuwit. Ing struk gajine ana uangtranspor lan uang makan.(i/ck3/h20/6) Rudi ragu-ragu mau menerima uang. Di struk gajinya terdapat uang jalan dan uang makan. Data (14/377) di atas terdapat subtitusi nominal terlihat pada kata dhuwit uang sebagai unsur terganti pada kalimat pertama yang digantikan dengan kata benda (nominal) lainnya yang semakna yaitu kata uang uang sebagai unsur pengganti pada kalimat kedua. Subtitusi tersebut berfungsi untuk mengetahui

23 digilib.uns.ac.id 69 unsur pembedanya sehingga akan memunculkan variasi bahasa. Selanjutnya data (14/377) di atas akan dibagi unsur langsungnya menjadi seperti berikut. (14/377a) Rudi tidha-tidha arep nampani dhuwit. Rudi ragu-ragu mau menerima uang. (14/377b) Ing struk gajine ana uangtranspor lan uang makan. Di struk gajinya terdapat uang jalan dan uang makan. berikut. Selanjutnya data (14/377a) diuji dengan teknik lesap menjadi sebagai (14/377c) *Rudi tidha-tidha arep nampani Ø. Rudi ragu-ragu mau menerima Ø. (14/377b) *Ing struk gajine ana Øtranspor lan Ø makan. Di struk gajinya terdapat Ø jalan dan Ø makan. Hasil analisis pada data (14/377c) dengan menggunankan teknik lesap ternyata wacana tetap gramatikal dan tidak berterima, sehingga kata dhuwit uang dan uang uang wajib hadir supaya informasinya lengkap dan dapat diterima. Data di atas menampilkan adanya subtitusi, jadi dalam analisis ini tidak perlu menggunakan teknik lanjutan berupa teknik ganti karena unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan di atas. Data-data yang terdapat penanda kohesi gramatikal berupa penyulihan (subtitusi) verbal adalah sebagai berikut. (15/378) Anggone arep mangan awan ing restoran diwirungake, ganti dhahar wayah bengi ing ngomah bae. (IV/BIMK/H108/2) Olehnya mau makan siang di restoran dibatalkan, ganti makan waktu malam di rumah saja. Data (15/378) di atas terdapat subtitusi verbal terlihat pada kata mangan makan sebagai unsur terganti pada kalimat pertama yang digantikan dengan kata kerja (verbal) lainnya yang semakna commit yaitu to user kata dhahar makan sebagai unsur

24 digilib.uns.ac.id 70 pengganti pada kalimat kedua. Subtitusi tersebut berfungsi untuk mengetahui unsur pembedanya sehingga akan memunculkan variasi bahasa. Selanjutnya data (15/378) di atas akan dibagi unsur langsungnya menjadi seperti berikut. (15/378a) Anggone arep mangan awan ing restoran diwirungake, Olehnya mau makan siang di restoran dibatalkan, (15/378b) ganti dhahar wayah bengi ing ngomah bae. ganti makan waktu malam di rumah saja. Setelah data (15/378) dibagi menurut unsur langsungnya, kemudian data (15/378a) dan (15/378b) diuji dengan teknik lesap menajdi seperti berikut. (15/378c) *Anggone arep Ø awan ing restoran diwirungake, Olehnya mau Ø siang di restoran dibatalkan, (15/378d) *ganti Ø wayah bengi ing ngomah bae. ganti Ø waktu malam di rumah saja. Hasil analisis pada data (15/378c) dan (15/378d) dengan menggunankan teknik lesap ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima, sehingga kata kerja tersebut wajib hadir dalam wacana di atas supaya informasinya lengkap dan dapat diterima. Data di atas menampilkan adanya subtitusi, jadi dalam analisis ini tidak perlu menggunakan teknik lanjutan berupa teknik ganti karena unsur pengganti dan unsur tergantinya sudah dicantumkan di atas. Berikut ini data subtitusi frasal. (16/379) Ing teras Rumah Sakit wong telu padha kangen-kangenan. Antarane Surya lan Surti rada kikuk, tujune ana Wara Srikandhi sing tregaltregel. (III/NTKP/H90/3) Di teras Rumah Sakit tiga orang saling kangen-kangenan. Antaranya Suryo dan Surti agak canggung, untungnya ada Wara Srikandhi yang terburu-buru.

25 digilib.uns.ac.id 71 Data (16/379) di atas terdapat subtitusi frasal terlihat pada frasawong telu tiga orang sebagai unsur terganti pada kalimat pertama yang digantikan dengan frasa lainnya yang semakna yaitu frasa Suryo lan Surti Suryo dan Surti dan kata Wara Srikandhi Wara Srikandhi sebagai unsur pengganti pada kalimat kedua. Subtitusi tersebut berfungsi untukmemunculkan variasi bahasa. Selanjutnya data (16/379) di atas akan dibagi unsur langsungnya menjadi seperti berikut. berikut. Kemudian data (16/379) dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai (16/379a) Ing teras Rumah Sakit wong telu padha kangen-kangenan. Di teras Rumah Sakit tiga orang saling kangen-kangenan. (16/379b) Antarane Surya lan Surti rada kikuk, tujune ana Wara Srikandhi sing tregal-tregel. Antaranya Surya dan Surti agak canggung, untungnya ada Wara Srikandhi yang terburu-buru. Setelah dibagi unsur langsungnya, kemudian data (16/379a) dan (16/379b) diuji dengan teknik lesap menjadi seperti berikut. (16/379c) *Ing teras Rumah Ø padha kangen-kangenan. Di teras Rumah Sakit Ø saling kangen-kangenan. (16/379d) *Antarane Ø lan Ø rada kikuk, tujune ana Ø sing tregal-tregel. Antaranya Ø dan Ø agak canggung, untungnya ada Ø yang terburuburu. Setelah data (16/379c) dan (16/379d) dianalisis dengan teknik lesap ternyata wacana menjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jadi frasa wong telu tiga orang, kata Suryo, Surti, wara srikandhi, wajib hadir agar informasinya bisa tersampaikan dengan jelas. Sedangkan analisis dengan menggunakan teknik ganti tidak perlu dilakukan karena frasa dan kata di atas sudah saling menggantikan.

26 digilib.uns.ac.id 72 Data-data penyulihan/substitusi yang telah dianalisis di atas masingmasingberjumlah 1 untuk substitusi nominal, verbal, frasal, jadi jumlah data yang dianalisis adalah 3. Di dalam novel Sang Pangeran Pati karya Fitri Gunawan ditemukan data penyulihan/substitusi sebanyak 5 data dengan rincian yaitu 1 data substitusi nominal, 1 data substitusi verbal, dan 3 data substitusi frasal. Data-data yang lebih lengkap mengenai penyulihan/substitusi dapat dilihat pada lampiran nomor 377 sampai 381. c. Pelesapan (elipsis) Pelesapan (elipsis) merupakan salah satu dari aspek penanda kohesi gramatikal yang dilakukan dengan menghilangkan atau melesapkan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. satun lingual tersebut dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Data-data di bawah ini adalah contoh dari pelesapan. (17/384) Suryo Baskoro ngadeg. Manthuk kurmat, ngaras tangane ibu bos sepisan maneh, banjur mbukak lawang.(i/ck3/h7/6) Suryo Baskoro ngadeg. mengangguk hormat, mencium tangannya ibu bos sekali lagi, kemudian membuka pintu. Pada data (17/384) di atas terdapat satuan lingual yang dilesapkan berupa kata Suryo yang dilesapkan sebelum frasa Manthuk kurmat menunduk hormat, sebelum kalimat ngaras tangane ibu bos sepisan maneh mencium tangannya ibu bos sekali lagi, dan sebelum kalimat banjur mbukak lawang kemudian membuka pintu. Demi keefektifan kalimat, kepraktisan dan efisiensi bahasa maka teknik lanjutan berupa teknik lesap perlu dilakukan. Jika data di atas tidak diuji dengan teknik lesap akan menghasilkan kalimat yang tidak efektif.

27 digilib.uns.ac.id 73 Kemudian data (17/384) di atas dibagi menjadi dua bentuk yaitu bentuk yang sudah dilesapkan dan bentuk utuhnya. Adapun bentuk data tersebut adalah sebagai berikut. (17/384a) Suryo Baskoro ngadeg. ØManthuk kurmat, Ø ngaras tangane ibu bos sepisan maneh, Ø banjur mbukak lawang. Suryo Baskoro ngadeg. Ø Mengangguk hormat, Ø mencium tangannya ibu bos sekali lagi, Ø kemudian membuka pintu. (17/384b) Suryo Baskoro ngadeg.suryo Manthuk kurmat, Suryo ngaras tangane ibu bos sepisan maneh,suryo banjur mbukak lawang. Suryo Baskoro ngadeg.suryo Mengangguk hormat, Suryo mencium tangannya ibu bos sekali lagi,suryo kemudian membuka pintu. Setelah dibagi menjadi dua bentuk seperti di atas, terlihat pada data (17/384a) jika kata Suryo dilesapkan kalimat menjadi lebih efisien, praktis, padu, dan tidak terjadi kemubadziran kata. Sedangkan pada data (17/384b) dari segi komunikasi kurang efisien dan kurang praktis, tetapi informasinya tersampaikan lebih jelas dan lengkap. Data pelesapan yang telah dianalisis di atas berjumlah1. Di dalampenelitian ini ditemukan data pelesapansebanyak 6 data. Data-data yang lebih lengkap mengenai pelesapan dapat dilihat pada lampiran nomor 382 sampai 387. c. Perangkaian (konjungsi) Perangkaian (konjungsi) adalah salah satu jenis dari aspek kohesi gramatikal yang bekerja dengan cara menghubungkan dua unsur dalam suatu wacana untuk menghasilkan kepaduan bentuk antar unsur yang dihubungkan sehingga menghasilkan makna yang padu. Unsur tersebut berupa dua kata, frasa, klausa, atau paragraf yang dihubungkan dengan kata sambung atau tanda hubung.

28 digilib.uns.ac.id 74 Dalam penelitian ini ditemukan penanda kohesi gramatikal berupa perangkaian (konjungsi) diantaranya sebagai berikut. 1). Konjungsi sebab-akibat (kausalitas) Konjungsi sebab-akibat (kausalitas) adalah konjungsi yang menjelaskan hubungan kausalitas (hubungan sebab-akibat) antara dua unsur yang dihubungan tersebut. Data-data penanda kohesi gramatikal berupa konjungsi sebab-akibat (kausalitas) adalah sebagai berikut. (18/390) Ngrumangsani yen tumindake ora salaras, mula dheweke kerep milih meja liya. (II/STC/H52-53/5) Merasa kalau perilakunya tidak sesuai, maka dia sering memilih meja lain. Tampak pada data (18/390) di atas terdapat konjungsi sebab-akibat yaitu pada kata mula maka. Konjungsi tersebut menyatakan sebab-akibat antara klausa Ngrumangsani yen tumindake ora salaras Merasa kalau perilakunya tidak sesuai sebagai sebab dengan kalimat dheweke kerep milih meja liya dia sering memilih meja lain sebagai akibatnya. Selanjutnya data (18/390) di atas dibagi unsur langsungnya menjadi sebagai berikut. (18/390a) Ngrumangsani yen tumindake ora salaras Merasa kalau perilakunya tidak sesuai (18/390b) Muladheweke kerep milih meja liya Maka dia sering memilih meja lain Selanjutnya data (18/390b) diuji dengan menggunakan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (18/390b) Ø dheweke kerep milih meja liya Ø dia sering memilih meja lain

29 digilib.uns.ac.id 75 Hasil analisis data (18/390b) dengan menggunakan teknik lesap ternayata konjungsi kausalitas pada kata mula maka masih tetap gramatikal dan berterima, karena setelah dilesapkan kalimat tetap jelas dan informasinya tersampaikan. Selanjutnya data (18/390b) di atas diuji dengan menggunakan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (18/390b) Muladheweke kerep milih meja liya Mila Maka dia sering memilih meja lain Maka Hasil analisis data (18/390b) membuktikan bahwa dengan teknik ganti ternyata konjungsi kausalitas kata mula maka tidak dapat digantikan dengan mila maka karena berbeda ragam. Kata mula maka merupakan jenis ragam ngoko, sedangkan kata mila maka merupakan ragam krama. Contoh data lain yang menunjukkan adanya konjungsi kausalitas adalah sebagai berikut. (19/395) Minangka konsultan aku wis dibayar larang, mula tanggung jawabku uga gedhe, abot!(iii/ntkp/h72/9) Menjadi konsultan saya sudah dibayar mahal, maka tanggung jawabku juga besar, berat! Selanjutnya data (19/395) di atas dibagi menurut unsur langsung menjadi sebagai berikut. (19/395a) Minangka konsultan aku wis dibayar larang Menjadi konsultan saya sudah dibayar mahal, (19/395b) mula tanggung jawabku uga gedhe, abot! maka tanggung jawabku juga besar, berat! Selanjutnya data (19/395b) diuji dengan menggunakan teknik lesap menjadi sebagai berikut.

30 digilib.uns.ac.id 76 (19/395c) Ø tanggung jawabku uga gedhe, abot! Ø tanggung jawabku juga besar, berat! Hasil analisis data (19/395b) dengan menggunakan teknik lesap ternyata konjungsi kausalitas pada kata mula maka masih tetap gramatikal dan berterima, karena setelah dilesapkan kalimat tetap jelas dan informasinya tersampaikan. Selanjutnya data (19/395b) di atas diuji dengan menggunakan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (19/395d) Muladheweke kerep milih meja liya Mila Makadia sering memilih meja lain Maka Hasil analisis data (19/395d) membuktikan bahwa dengan teknik ganti ternyata konjungsi kausalitas kata mula maka tidak dapat digantikan dengan mila maka karena berbeda ragam. Kata mula maka merupakan jenis ragam ngoko, sedangkan kata mila maka merupakan ragam krama. 2) Konjungsi Pertentangan Konjungsi pertentangan merupakan konjungsi yang menghubungan dua satuan lingual yang menyatakan makna kontras atau bertentangan. Adapaun data yang menunjukkan adanya konjungsi pertentangan adalah sebagai berikut. (20/417) Mesakke marang mbakyune kang kakehan sanggan.durung genep patang puluh lima taun, nanging sinome ing ndhuwure bathuk wis ana sing putih siji-loro. (IV/BIMK/H /9) Kasihan kepada kakaknya yang kebanyakan tanggungan. Belum genap empat puluh lima tahun, tetapi rambut tipis di atas kening sudah ada yang putih satu dua. Pada data (20/417) di atas tampak adanya konjungsi pertentangan yaitu pada kata nanging tetapi yang berada di tengah kalimat. Konjungsi pertentangan

31 digilib.uns.ac.id 77 tersebut berfungsi untuk menghubungkan kalimat yang saling bertentangan. Makna yang berlawanan tersebut ditunjukkan pada awal kalimat yang menyebutkan bahwa belum genap empat puluh tahun, tetapi sinomnya sudah ada yang putih satu dua. Kedua kalimat tersebut menunnjukkan adanya makna yang kontras. Kemudian data (20/417) di atas diuji dengan menggunakan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (20/417a) Mesakke marang mbakyune kang kakehan sanggan. Kasihan kepada kakaknya yang kebanyakan tanggungan. (20/417b) Durung genep patang puluh lima taun nanging sinome ing ndhuwure bathuk wis ana sing putih siji-loro. Belum genap empat puluh lima tahun tetapi rambut tipis di atas kening sudah ada yang putih satu dua. Setelah diuji dengan menggunakan teknik BUL, selanjutnya data (20/417b) diuji dengan menggunakan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (20/417c) Durung genep patang puluh lima taunø sinome ing ndhuwure bathuk wis ana sing putih siji-loro. Belum genap empat puluh lima tahun Ø rambut tipis di atas kening sudah ada yang putih satu dua. Setelah data (20/417b) di atas diuji dengan menggunakan teknik lesap ternyata wacana masih tetap gramatikal dan berterima. Jadi walaupun konjungsi tersebut dilesapkan informasi bisa tersampaikan dengan jelas. Kemudian data (20/417) di atas diuji dengan menggunakan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (20/417d) Durung genep patang puluh lima taunnanging ning *ewasemana sinome ing ndhuwurebathuk wis ana sing putih siji-loro. Belum genap empat puluh lima tahu tetapi tetapi *meskidemikian rambut tipis di atas kening commit sudah to user ada yang putih satu dua.

32 digilib.uns.ac.id 78 Hasil analisis data (20/417d) di atas dengan menggunakan teknik ganti yaitu kata nanging tetapi ternyata dapat diganti dengan kata ning tetapi karena secara makna sama dan berterima. Sedangkan konjungsi ewasemana meski demikian tidak dapat menggantikan kata nanging tetapi karena maknanya berbeda dan tidak tepat. berikut. Contoh data lain yang mengandung konjungsi pertentangan adalah sebagai (21/405) Kepala bidang sing gelem menyang kantin meger mung Murdanu. Sing ngerti duwe pangira,murdanu anggone saba kantin meger ora linambaran watak andhap asor, nanging golek popularitas. (I/CK3/H33-34/8) Kepala bidang yang mau ke kantin meger hanya Murdanu. Yang tahu punya pandangan, Murdanu olehnya pergi ke kantin meger tidak berdasarkan sifat rendah hati, tetapi mencari popularitas. Pada data (21/405) di atas tampak adanya konjungsi pertentangan yang ditunjukkan oleh kata nanging tetapi di tengah kalimat. Konjungsi tersebut berfungsi untuk menghubungkan makna kalimat yang berlawanan. Kalimat tersebut yaitu Murdanu olehnya pergi ke kantin meger tidak berdasarkan sifat rendah hati, tetapi karena mencari popularitas. Keduanya memiliki makna yang sangat kontras. Kemudian data (21/405) di atas dibagi menurut unsur langsungnya menjadi seperti berikut. (21/405a) Kepala bidang sing gelem menyang kantin meger mung Murdanu. Kepala bidang yang mau ke kantin meger hanya Murdanu. (21/405b) Sing ngerti duwe pangira, Yang tahu punya pandangan, (21/405c)Murdanu anggone saba kantin meger ora linambaran watak andhap asor, nanging golek popularitas

33 digilib.uns.ac.id 79 Murdanu olehnya pergi ke kantin meger tidak berdasarkan sifat rendah hati, tetapi mencari popularitas. Kemudian data (21/405c) diuji dengan menggunakan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (21/405d) *Murdanu anggone saba kantin meger ora linambaran watak andhap asor, Ø golek popularitas. Murdanu olehnya pergi ke kantin meger tidak berdasarkan sifat rendah hati, Ø mencari popularitas. Setelah data (21/405c) di atas diuji dengan menggunakan teknik lesap ternyata kalimat di atasmenjadi tidak gramatikal dan tidak berterima. Jika penanda pertentangan tersebut dilesapkan maknanya menjadi berubah dan kurang padu. Jadi, kadar keintian konjungsi nanging tetapi pada wacana itu tinggi dan keberadaannya wajib hadir. Kemudian data (21/405c) di atas diuji dengan menggunakan teknik ganti menjadi sebagai berikut. (21/405d)Murdanu anggone saba kantin meger ora linambaran watak andhap asor, nanging golek popularitas ning *ewasemana Murdanu olehnya pergi ke kantin meger tidak berdasarkan sifat rendah hati, tetapi mencari popularitas. tetapi *meskipun demikian Hasil analisis data (21/405d) di atas dengan menggunakan teknik ganti yaitu kata nanging tetapi ternyata dapat diganti dengan kata ning tetapi karena secara makna sama dan berterima. Sedangkan konjungsi ewasemana meski demikian tidak dapat menggantikan kata nanging tetapi karena maknanya berbeda dan tidak tepat. 3) Konjungsi Kelebihan (Eksesif)

34 digilib.uns.ac.id 80 Konjungsi kelebihan (eksesif) merupakan konjungsiyang menggunakan kata malah malah sebagai penandanya. Data yang menunjukkan adanya konjungsi eksesif adalah sebagai berikut. (22/429) Tekan nggon Suryo ora age-age mulih, malah mlebu gedhong, kepengin weruh adicarane apa bae.(iii/ntkp/h78-79/5) Sampai tempat Suryo tidak cepat-cepat pulang, malah masuk gedung, ingin melihat acaranya apa saja. Pada data (22/429) di atas tampak adanya konjungsi kelebihan yang ditunjukkan oleh kata malah malah. Konjungsi tersebut berfungsi untuk menghubungkan kalimat Tekan nggon Suryo ora age-age mulih Sampai tempat Suryo tidak cepat-cepat pulang dengan klausa yang mengandung kata malah malah itu sendiri, yaitu malah mlebu gedhong, kepengin weruh adicarane apa bae malah masuk gedung, ingin melihat acaranya apa saja. Kemudian data(22/429) tersebut diuji dengan menggunakan teknik BUL menjadi sebagai berikut. (22/429a) Tekan nggon Suryo ora age-age mulih Sampai tempat Suryo tidak cepat-cepat pulang (22/429b) malah mlebu gedhong, kepengin weruh adicarane apa bae. malah masuk gedung, ingin melihat acaranya apa saja. Setelah diuji dengan menggunakan teknik BUL, selanjutnya data (22/429b) diuji dengan menggunakan teknik lesap menjadi sebagai berikut. (22/429c) Ø mlebu gedhong, kepengin weruh adicarane apa bae. Ø masuk gedung, ingin melihat acaranya apa saja. Hasil analisis data (22/429b) dengan menggunakan teknik lesap ternyata setelah konjungsi eksesif dilesapkan, data di atas masih tetap gramatikal dan berterima. Tetapi, data di atas akan lebih jelas informasinya jika konjungsi tersebut tetap dihadirkan.

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik

BAB II PEMBAHASAN. Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik BAB II PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini akan dipaparkan mengenai penanda kohesi (baik itu gramatikal maupun leksikal) dan penanda koherensi dalam wacana Antologi Cerkak Puber Kedua karya Ary Nurdiana. Untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi leksikal yang terdapat dalam wacana naratif bahasa Indonesia. Berdasarkan teori Halliday dan

Lebih terperinci

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat

Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Analisis Deiksis dalam Komik Angkara Tan Nendra Karya Resi Wiji S. dalam Majalah Panjebar Semangat Oleh: Anis Cahyani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa namakuaniscahyani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL KIRTI NJUNJUNG DRAJAT KARYA R. Tg. JASAWIDAGDA Oleh: Anggit Hajar Maha Putra program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anggitzhajar@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. A. Landasan Teori. pikiran, ide yang utuh, yang dapat dipahami oleh pembaca atau pendengar. digilib.uns.ac.id 11 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Landasan Teori 1. Pengertian Wacana Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL PRAWAN NGISOR KRETEG KARYA SOETARNO Oleh : Ari Rahmawati Soimah pendidikan bahasa dan sastra jawa Mitathegaul@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PADA CERBUNG KUCING SILUMAN MAJALAH JAYA BAYA EDISI 15 JULI 16 SEPTEMBER 1990 KARYA SOEMARNO WHD Oleh: Joni Fajar Arif Prasetyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan

BAB II LANDASAN TEORI. digunakan untuk mengetahui keaslian penelitian yang dilakukan. Tinjauan 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Sebuah penelitian diperlukan adanya suatu penelitian yang relevan sebagai sebuah acuan agar penelitian ini dapat diketahui keasliannya. Tinjauan pustaka berisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat 47 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Edi Subroto (1992:7) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR

REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR REFERENSI DALAM WACANA BERBAHASA JAWA DI SURAT KABAR SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Winiar Faizah Aruum 2102406672 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn

Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Kajian Kohesi dan Koherensi dalam Novel Lintang Karya Ardini Pangastuti, Bn Oleh: Rina Suryaningsih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Rinasuryaningsih22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO

ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO ANALISIS TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM NOVEL TRAJU MAS KARYA IMAM SARDJONO Oleh : Feni Andriyani pendidikan bahasa dan sastra jawa Vithut_weslep05@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As

Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Analisis Kohesi dan Koherensi dalam Novel Krikil-Krikil Pasisir karya Tamsir As Oleh : Widaningsih Dwi Indrawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Widaningsihdi72@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA

ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA i ANAFORA GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL DALAM NOVEL GARUDA PUTIH KARYA SUPARTO BRATA SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Nila Haryu Kurniawati NIM : 2102407144 Prodi : Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK KOHESI DAN KOHERENSI WACANA PADA CATATAN MOTIVASI MARIO TEGUH DI PROFIL FACEBOOK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo

Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Analisis Kalimat Majemuk dalam Cerita Bersambung Ngoyak Lintang Karya Al Aris Purnomo Oleh: Feni Astuti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fenia228@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013

Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Kajian Deiksis dalam Cerita Bersambung Getih Sri Panggung Karya Kukuh S.Wibowo Panjebar Semangat Edisi 23 Maret 29 Juni 2013 Oleh: Bastian Triadi Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Jawa bastian.triadi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian akan dibahas enam hal yaitu jenis penelitian, data dan sumber data, populasi, sampel, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata

Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Analisis Mikrostruktural Roman Asmarani Karya Suparto Brata Oleh: Desy Anindita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa desyanindita22@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Wulandari Karya Yunani Oleh: Rohadi Alfaris Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rohadialfaris@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas:

Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Dari sudut wacana (tempat acuan) nya, referensi dibagi atas: Referensi Eksoforis (Eksofora) Referensi dengan objek acuan di luar teks. Saya belum sarapan pagi ini. Kata saya merupakan referensi eksoforis.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Pada bab ini akan dijabarkan pendapat para ahli sehubungan dengan topik penelitian. Mengenai alat-alat kohesi, penulis menggunakan pendapat M.A.K. Halliday dan Ruqaiya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari

BAB I PENDAHULUAN. narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana naratif merupakan suatu wacana yang disampaikan dalam bentuk narasi. Di dalam wacana naratif mengandung suatu gagasan atau informasi dari pengarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Harimurti Kridalaksana, 2008: 24). Kelangsungan hidup suatu bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Harimurti Kridalaksana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat berupa karya sastra fiksi dan non-fiksi. Karya sastra fiksi berupa hasil digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil seni kreatif yang menggunakan bahasa sebagai media pengantarnya tanpa menghilangkan unsur estetiknya. Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan merupakan ragam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sarana komunikasi utama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa, manusia mengungkapkan gagasan, perasaan, pendapat dan informasi. Bahasa pula

Lebih terperinci

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014

Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Analisis Deiksis Cerita Bersambung Evelyn karya Dyah Katrina dalam Majalah Djaka Lodang Tahun 2014 Oleh: Inarotul Ainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa MuInaez@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN PIRANTI KOHESI PADA WACANA NASKAH LAKON SANDOSA SOKRASANA: SANG MANUSIA KARYA YANURA NUGRAHA NASKAH PUBLIKASI Oleh: YULIA RATNA SARI NIM. A 310 050 070 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA

PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Jurnal Bindo Sastra 1 (2) (2017): 95 102 95 PROBLEMATIKA MENGANALISIS WACANA SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL MAHASISWA FKIP UNA Rina Hayati Maulidiah 1, Khairun Nisa 2, Wan Nurul Atikah Nasution 3 Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Penanda Kohesi BAB IV ANALISIS DATA Sehubungan dengan masalah penelitian yang dibahas dalam skripsi ini, maka dalam analisis data dipaparkan mengenai penanda kohesi dan penanda koherensi serta karakteristik wacana antologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Kemampuan berbahasa ini harus dibinakan

Lebih terperinci

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014

Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal Skripsi Mahasiswa PBSI UNP Kediri Tahun 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagai Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat penting untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Riyana Widya Hapsari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail: Riyana.hapsari197@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai kohesi pada wacana mungkin sudah sering dilakukan dalam penelitian bahasa. Akan tetapi, penelitian mengenai kohesi gramatikal

Lebih terperinci

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata

Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Analisis Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam Novel Jemini Karya Suparto Brata Oleh: Wanti Pharny Zulaiha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa wantipharnyzulaiha@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA

ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL KHOTBAH IDUL ADHA IBADAH QURBAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI OLEH: NASHRUDDIN BAIDAN DI MASJID AGUNG SURAKARTA 06 NOVEMBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: YUNIANTO

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015

PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 PENANDA KOHESI PADA TAJUK RENCANA HARIAN SURAT KABAR KOMPAS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA. Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL LINTANG PANJER RINA KARYA DANIEL TITO DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Diyah Agustiyan Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK DiyahAgustiyan. 2012. Analisis Deiksisdalam Novel

Lebih terperinci

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi)

WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT. (Kajian Kohesi dan Koherensi) WACANA GLANGGANG REMAJA RUBRIK TEKNO DALAM MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT (Kajian Kohesi dan Koherensi) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial, dalam kehidupannya selalu berhubungan dengan orang lain. Manusia menggunakan bahasa sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO PENGGUNAAN KOHESI DAN KOHERENSI ANTARKALIMAT DALAM KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Eko Gunawan NIM

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA

REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA REFERENSI DALAM WACANA BAHASA INDONESIA Bahasa merupakan alat komunikasi. Artinya, bahasa dapat digunakan untuk berinteraksi. Dengan menguasai berbagai bahasa, manusia bisa membuka jendela dunia. Di samping

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU

ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU ANALISIS WACANA ASPEK GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA CERPEN LINTAH DALAM BUKU KUMPULAN CERPEN MEREKA BILANG SAYA MONYET KARYA DJENAR MAESA AYU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA

BAB II ANALISIS DATA BAB II ANALISIS DATA Pada bab II ini berisi pembahasan analisis data yang akan dipaparkan mengenai penanda kohesi dan koherensi wacana Gempilan Sejarah: Sang Komponis sing Ora Kapatedhan ing Katresnan

Lebih terperinci

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007

PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 PENANDA HUBUNGAN REPETISI PADA WACANA CERITA ANAK TABLOID YUNIOR TAHUN 2007 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 3 ANALISIS. Verba berprefiks..., Indra Haryono, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 3 ANALISIS 3.1 engantar Dalam bab ini dilakukan analisis sintaksis terhadap kalimat yang memiliki verba berprefiks di- dalam bahasa Jawa. Bagaimana pola kalimat yang terbentuk melalui verba berprefiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain. Untuk menjalin hubungan dan kerja sama antar oarang lain, manusia

Lebih terperinci

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret

Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi, Budhi Setiawan Universitas Sebelas Maret ANALISIS WACANA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL NASKAH DRAMA MATAHARI DI SEBUAH JALAN KECIL KARYA ARIFIN C. NOOR SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Annisa Rakhmawati, Muhammad Rohmadi,

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN PERSONA DALAM WACANA DIALOG ACARA BUKAN EMPAT MATA EPISODE 30 OKTOBER 2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari

BAB I PENDAHULUAN. novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam linguistik, satuan bahasa yang terlengkap dan utuh disebut dengan wacana. Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS DEIKSIS PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X OTOMOTIF SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Suatu penelitian memerlukan adanya pengacuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis. Hal ini dilakukan agar menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF WAKTU DAN TEMPAT PADA TEKS LAGU IHSAN DALAM ALBUM THE WINNER SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1

Lebih terperinci

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina

ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW. Rini Agustina ASPEK LEKSIKAL DAN GRAMATIKAL PADA LIRIK LAGU JIKA KARYA MELLY GOESLOW Rini Agustina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak brentex32@yahoo.co.id ABSTRACT This study focuses

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013

ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 ANALISIS TEKSTUAL POSTER PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PEKAN ILMIAH MAHASISWA NASIONAL TAHUN 2013 Retno Wulandari 1), Agus Budi Santoso 2), Dhika Puspitasari 3) 1,2,3) Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR

PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR digilib.uns.ac.id PENANDA KOHESI PADA WACANA RUBRIK SUARA MAHASISWA DALAM HARIAN JOGLO SEMAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD

ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD ANALISIS WACANA LIRIK LAGU ANAK CIPTAAN IBU SUD SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Kelas/Semester Mata Pelajaran Materi Pokok : SMP N 2 Ngemplak : VII/1 : Bahasa Jawa : Unggah-ungguh dalam kehidupan A. Kompetensi Inti 1. Menghargai

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010 Oleh: Agus Suraningsih program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e-mail:

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan 269 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 90 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kalimat satu dengan kalimat lain, membentuk satu kesatuan. dibentuk dari kalimat atau kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Satuan dibawahnya secara berturut-turut adalah kalimat, frase, kata, dan bunyi. Secara berurutan, rangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Kohesi gramatikal..., Bayu Rusman Prayitno, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembicaraan tentang kohesi tidak akan terlepas dari masalah wacana karena kohesi memang merupakan bagian dari wacana. Wacana merupakan tataran yang paling besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa

BAB I PENDAHULUAN. tabloid harian, tabloid mingguan, dan majalah. Media elektronik audiotif berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan informasi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat. Hal tersebut tentunya memicu hadirnya berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA

ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Gumilang Laksana program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa laksanagumilang@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE

A. RUMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE A. OMAH PANGGANG PE Cakrik omah panggang pe iki minangka cakrik omah jawa kang prasaja dhewe yen katandhingake karo cakrik-cakrik liyane. Dumadi saka papat utawa enem saka. Saka kang separo rada endhek

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah ANALISIS MIKRO DAN MAKROSTRUKTURAL PADA WACANA KETIDAKADILAN ADALAH BEBAN KITA BERSAMA DALAM KOLOM GAGASAN SURAT KABAR SOLOPOS EDISI SELASA, 11 OKTOBER 2011 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Bab empat berisi analisis data yang akan mendeskripsikan tentang penanda kohesi leksikal dan kohesi gramatikal, koherensi dan karakteristik wacana deskriptif rubrik

Lebih terperinci

Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo

Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo Analisis Psikologis Sastra pada Novel Amrike Kembang Kopi Karya Sunaryata Soemardjo Oleh: Ami Safitri Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Putri.Pertama92@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013

Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Analisis Konjungsi dalam Wacana Berita pada Rubrik Sariwarta di Majalah Panjebar Semangat Edisi Januari-Desember 2013 Oleh: Nur Widiawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nurwidiawati93@yahoo.com

Lebih terperinci

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA

SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS. Jurnal Skripsi. Oleh TENRI MAYORE NIM JURUSAN SASTRA INDONESIA SARANA KOHESI DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A. A. NAVIS Jurnal Skripsi Oleh TENRI MAYORE NIM. 070911001 JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2013 0 ABSTRACT

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract

KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV. Abstract 1 KOHESI DAN KOHERENSI WACANA MOTIVASI MARIO TEGUH GOLDEN WAYS TENTANG WANITA PADA STASIUN METRO TV Ida Ayu Suryantini Putri Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana

Lebih terperinci

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG

TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG TIPE-TIPE SUBSTITUSI DALAM EMPRIT ABUNTUT BEDHUG Bayu Indrayanto bayuindrayantoo@gmail.com FKIP-Universitas Widya Dharma Klaten Abstract This research is a descriptive qualitative research attempting at

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan tersebut dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah kajian yang sejenis dengan penelitian ini : 1) Penelitian karya Elisabeth Dyah Primaningsih yang berjudul Analisis

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO

KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO KOHESI DAN KOHERENSI DALAM KUMPULAN CERKAK PANGGUNG SANDIWARA KARANGAN DANIEL TITO SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Ro ufatul Khabib 2102407151 JURUSAN BAHASA DAN SASTRA JAWA FAKULTAS

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

KISI-KISI PENULISAN SOAL

KISI-KISI PENULISAN SOAL KISI-KISI PENULISAN SOAL Jenis Sekolah : SMP Kelas VII/ Semester 1 Alokasi Waktu : 80 menit Mata Pelajaran : Bahasa Jawa Jumlah 10 PG, 5 uraian Kurikulum : Kurikulum 2013 NO KOMPETENSI KOMPETENSI KELAS/

Lebih terperinci

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO

PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO PENANDA REFERENSIAL DALAM NOVEL TRAH KARYA ATAS S. DANUSUBROTO SKRIPSI Diajukan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Disusun Oleh Nama : Ima Wulandhari NIM : 2102407136 Program Studi : Pendidikan

Lebih terperinci

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi

Kohesi Gramatikal Referensi Substitusi Elipsis Konjungsi KOBUKURO, DUO ASAL OSAKA YANG BERANGKAT DARI JALANAN KOHESI GRAMATIKAL 1 demonstratif. ini termasuk kata ini mengacu dari awal kalimat Berasal dari dua nama keluarga... kalimat ini terdapat 2 substitusi,

Lebih terperinci

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP

REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP REFERENSI DALAM WACANA HUMOR BERBAHASA JAWA CURANMOR (CURAHAN PERASAAN DAN HUMOR) DI SIARAN YES RADIO CILACAP SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Nama : Akalili Abidah Yusri Khairina

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL PENGACUAN DEMONSTRATIF DALAM LAPORAN PERJALANAN SISWA KELAS V11 F SMP 1 MUHAMMADIYAH KARTASURA Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA

BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA BENTUK-BENTUK PENGACUAN (REFERENSI) DALAM LAGU SERINGAI PADA ALBUM SERIGALA MILITIA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI LIFATATI ASRINA A 310 090 168 PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT

KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT KAJIAN KOHESI, KOHERENSI, KONTEKS, DAN INFERENSI DALAM NOVEL ASMARA TANPA WEWEKA KARYA WIDI WIDAJAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian kohesi gramatikal dan leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Kompas tahun 2014 ditemukan kohesi gramatikal

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3

NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 NILAI PENDIDIKAN DALAM KUMPULAN DONGENG-DONGENG ASIA KANGGO BOCAH-BOCAH SERI 1, 2, DAN 3 Oleh:Fitriani Syarifah program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa anncil@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA

Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Frase Nominal dan Frase Verbal pada Novel Pinatri Ing Teleng Ati Karya Tiwiek SA Oleh: Alip Rahman Sulistio Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa aliprahman16@gmail.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode Penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitianya (Arikonto, 2013: 203). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI

KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI KOHESI GRAMATIKAL REFERENSI PADA RUBRIK HARIAN KRONIK SURAT KABAR HARIAN SOLOPOS OKTOBER-NOVEMBER 2012 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi

Lebih terperinci

Sutasoma: Journal of Javanese Literature

Sutasoma: Journal of Javanese Literature SUTASOMA 2 (1) (2013) Sutasoma: Journal of Javanese Literature http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/sutasoma SUBSTITUSI PADA KUMPULAN CERKAK TEMBANGE WONG KANGEN KARYA SUMONO SANDY ASMORO Anik Aimal

Lebih terperinci

KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS

KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS KOHESI DALAM NOVEL KELANGAN SATANG KARYA SUPARTO BRATA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Deskriptif Oleh Aji Adhitya

Lebih terperinci

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program CHAPTER 5 SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Strata 1 Program 2013 DISCOURSE ANALYSIS OF VERBAL HUMOR BY INDONESIAN MALE STAND-UP COMEDIANS Semilia Kumbini 1301037215

Lebih terperinci