Perbedaan Bukan Suatu Masalah

Transkripsi

1 Perbedaan Bukan Suatu Masalah PENGANTAR Perbedaan adalah suatu hal yang manusiawi adanya. Tidak terkecuali di tanah air Indonesia ini. Terdapat masyarakat yang bhineka dengan berbagai ciri khas masing-masing dalam segala aspek kehidupan. Mulai dari aspek budaya, suku, ras, agama, dan yang lainnya. Dengan segala perbedaan manusia diwajibkan dapat hidup diantara perbedaan itu, karena manusia adalah makhluk sosial, bukan merupakan mahkluk individual atau komunal yang tidak bisa hidup sendiri atau hanya hidup dengan kelompoknya. Pembauran dalam segala tatanan perbedaan seyogyanya dapat terwujud untuk menuju kehidupan yang benar-benar merdeka. Tetapi tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan, karena sering kita jumpai di tengah-tengah masyarakat. Masih banyak yang hanya menjadikan hidupnya sendiri secara sosial menjadi lebih baik tanpa menoleh pandangan ke kiri dan ke kanan dalam hidup bermasyarakat. Namun dapatkah seseorang yang seperti itu menjadi orang yang merdeka? Jawabannya tidak. Banyak kejadian di Indonesia ini yang membuktikannya, diantaranya korban jiwa akibat perkelahian antar fakultas di Sumatra, perang suku di ambon serta papua. Jika suatu individu dengan individu lainnya tidak berlomba-lomba menunjukkan sikap toleransi, maka dipastikan sikap toleransi akan hilang dalam kehidupan dan membuat kehidupan seperti terjajah. KONSEP POKOK Toleransi atas berbagai perbedaan yang menjadi solusi dari konflik-konflik yang terjadi di Indonesia dibahas secara teliti dalam kegiatan study excursie yang dilaksanakan pada tanggal Oktober 2012 bertempat di Kabupaten Lamongan dan diikuti oleh 400 mahasiswa Universitas Airlangga. Dalam kegiatan tersebut dilakukanlah dialog peradaban lintas agama dan budaya dengan beberapa narasumber yang berasal dari Lamongan, Desa Balun, dan Pondok Pesantren Sunan Drajat. Kegiatan ini dimaksudkan agar pesertanya bisa mengetahui bahwa adanya perbedaan tidak bisa menjadi penghalang terciptanya keharmonisan dan kerukunan masyarakat Indonesia dan bisa mengetahui bagaimana kehidupan santri dari berbagai daerah. Poin-poin tersebut akan saya uraikan di dalam essay ini. 1

2 PENDOPO LAMONGAN Tujuan pertama dalam study excursie ini adalah Pendopo Lokatantra Kabupaten Lamongan. Pertama-tama Pembukaan, dilanjutkan dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, Menyanyikan Lagu Hymne Airlangga, dan Pembacaan Deklarasi diwakilkan oleh setiap fakultas, masing-masing 1 anak dari fakultas yang berbeda-berbeda. Fakultas yang mengikuti kegiatan Study Excursie adalah Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Farmasi, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Psikologi, Fakultas Sains dan Tekhnologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Budaya. Di Kabupaten Lamongan terdapat berbagai tempat ibadah, yaitu masjid, pura, dan gereja. Dari data yang ada, masing-masing tempat ibadah berjumlah 1600 (masjid), 12 (gereja), 2 (Pura). Sedangkan untuk pondok pesantren yang ada di Lamongan berjumlah 223, serta LSM keagamaan berjumlah Di Kabupaten Lamongan ini merupakan kabupaten dengan jumlah umat islam terbanyak di Indonesia. penduduk yang mendiami kabupaten Lamongan ini ada berbagai macam, diantaranya suku jawa, madura, dan sunda. Dengan keberagaman yang ada di kabupaten Lamongan, masyarakat Lamongan sukses melaksanakan sikap toleransi beragama dan bersuku bangsa. Sehingga dapat terciptanya suasana kehidupan yang damai dan tentram. KEMERDEKAAN BERAGAMA DI DESA PANCASILA BALUN Lokasi yang selanjutnya kita kunjungi adalah sebuah desa yang memiliki beberapa julukan, diantaranya Desa Percontohan atau bisa disebut juga Desa Pancasila. Tetapi nama sebenarnya dari desa ini adalah Desa Balun. Desa yang bertempat di kecamatan Turi Kabupaten Lamongan ini adalah sebuah desa dengan jumlah penduduk dengan angka yang cukup tinggi dengan keberagaman budaya dan agama. Bagaimana tidak, dalam satu desa yang wilayahnya cukup luas ini trdapat 3 agama yang hidup rukun berdampingan satu sama lain. Agama yang hidup di desa itu antara lain agama islam, kristen, dan hindu. Desa multikultural ini adalah sebuah desa dengan tingkat toleransi umat beragama yang begitu tinggi, pantas saja bila desa ini ketika rombongan datang terlihat damai, tenang, dan begitu rukun. Dengan segala kondisi yang mengejutkan dapat ditemui, diantaranya tempat ibadah yang saling berdekatan satu sama lain, kebudayaan yang dapat dijalankan oleh semua warga desa, dan juga rasa saling memiliki desa yang erat oleh semua warga masyarakat desa. Hal in hmadib2011@gmail.com 2

3 yang menyebabkan semua orang yang datang bertanya-tanya, bagaimanakah desa ini dapat menyatukan seluruh masyarakatnya dalam satu misi, yaituterwujudnya kesejahteraan seluruh anggota masyarakat dalam hal ekonomi dan SDM dengan semangat kegotongroyongan. Bapak Sudarjo, kepala desa Balun yang menjabat selama 2 periode ini menyampaikan bahwa, Desa Balun menjadi desa percontohan karena bisa menjaga kerukunan warganya meskipun terdapat 3 agama yang berbeda. Jumlah penduduk di Desa Balun sebanyak jiwa dan menjadi desa dengan penduduk terbanyak di Kecamatan Turi. Pemeluk agama Islam di Desa Balun sejumlah jiwa, agama Kristen sebanyak 690 jiwa dan pemeluk agama Hindu yang paling sedikit diantara agama Islam dan Kristen yaitu sejumlah 283 jiwa. Walaupun begitu warganya tidak pernah membedakan satu sama lain, mereka hidup berdampingan dengan keharmonisan. Pak Sumitro salah satu tokoh agama Islam di Desa Balun. Beliau menyampaikan bahwa umat Islam di Desa Balun tidak ada istilah tindakan diskriminasi pemeluk agama lain meskipun muslim mendominasi Desa Balun. Beberapa contoh sikap toleransi agama islam di desa balun adalah, saat Idul Adha dilaksanakan pada hari Minggu, tepat dengan hari beribadahnya umat Kristen, masyarakatnya bisa mengatur jadwal sedemikian rupa agar tidak ada yang terganggu. Umat Islam terlebih dahulu merayakan Idul Adha dari pukul WIB hingga pukul dan selanjutnya umat Kristen memiliki waktu untuk melakukan peribadatan di gereja seperti halnya kegiatan rutin mereka setiap minggu. Pak Adi selaku tokoh agama Hindu di Desa Balun mengatakan bahwa Toleransi itu tidak dipaksakan, biarkan saja seperti air yang mengalir. Meskipun umat Hindu paling sedikit, namun tidak ada yang merasa terdiskriminasi. Beberapa contoh bentuk toleransi antara agama hindu dengan agama lain adalah, bila hari Raya Nyepi jatuh di hari Jum at di mana umat Islam melaksanakan sholat Jum at berjamaah di masjid, umat islam yang sedang melaksanakan ibadah wajibnya pada hari jum atdi masjid tidak menggunakan speaker saat khotib berkhotbah. Hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu umat Hindu yang merayakan Nyepi. Lampu-lampu yang berada di sekitar Pura pun dimatikan untuk menghargai penganut agama Hindu, padahal tidak ada perintah dari siapapun. Para masyarakat menyadari sendiri akan hal itu. Tokoh agama Kristen, Bapak Sutrisno turut mengungkapkan dengan kebanggan beliau terhadap warga Desa Balun yang dikenal dengan nama Desa Pancasila. Beliau hmadib2011@gmail.com 3

4 mengatakan bahwa perbedaan itu ada bukan untuk dipertentangkan, tetapi dibuat untuk menjadi sesuatu yang indah. Selain itu juga tokoh agama kristen ini juga mengungkapkan bahwa peran warga, pemerintah, serta tokoh-tokoh agama sangatlah penting untuk menumbuhkan rasa toleransi agama yang tinggi di Desa Balun. Budaya juga berperan penting untuk menjaga toleransi umat beragama. Contohnya saja bila mengadakan acara-acara kenduri seperti nikahan tidak hanya beberapa orang saja yang diundang dan turut serta, tetapi banyak warga dari berbagai agama turut andil dalam acara tersebut. Bahkan pada acara hajatan, undangan yang hadir bisa mencapai orang. Bila warga yang menerima undangan tidak bisa hadir, maka mereka akan meminta izin untuk tdak datang kepada orang yang mempunyai hajat baik itu sebelum acara dimulai, maupun setelah acara selesai dilaksanakan. Penanya pertama adalah Fitri Anisa dari FKH bertanya mengenai adanya pernikahan agama serta kasus seorang muslim yang sedang bersujud dan penganut agama lain berada di atasnya. Kemudian dijelaskan bahwa di Desa Balun tidak ada pernikahan beda agama. Apabila ada 2 orang beda agama ingin menikah, maka mereka harus berunding dulu siapa yang akan pindah agama. Kejadian muslim bersujud dan agama lain di atasnya itu tidak pernah terjadi di Desa Balun. Pertanyaan terakhir diajukan oleh Ika dari FISIP. Ia bertanya mengenai adanya demokrasi untuk warga dalam menganut agama. Dan jawabannya adalah, demokrasi untuk anak yang baru lahir untuk penganutan agama adalah dengan mengikuti terlebih dahulu yang menjadi anutan orang tuanya, setelah besar anak berhak memilih untuk tetap di agamanya atau berpindah agamanya. Sesuai yang dia yakini. Perpindahan agama yang terbesar adalah dalam faktor pernikahan. Karena tak jarang sekali pernikahan lintas agama terjadi di desa Balun. Jalan penyelesaiannya adalah dengan musyawarah anatara kedua calon mempelai untuk menyatukan persepsi, sehingga nantinya saat pernikahan berlangsung tidak ada sesuatu yang timpang. KEHIDUPAN PONDOK PESANTREN Study excursie selanjutnya menuju ke salah satu pondok pesantren terkenal di Kabupaten Lamongan, yakni Pondok Pesantren Sunan Drajat yang berada di daerah Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Pondok pesantren yang didirikan kembali oleh KH. Abdul Ghofur pada tahun 1977 ini memiliki murid sebanyak orang yang berasal hmadib2011@gmail.com 4

5 dari berbagai daerah, diantaranya dari daerah asli lamongan sendiri, tuban, bojonegorro, surabaya, dan ada juga yang berasal dari papua, bahkan ada yang berasal dari Negara Malaysia santri. Narasumber : Kak Alvi dan Kak Alim dari Tuban Di Ponpes ini terdapat TK, SD, SMP/MTS/Mulaimin Mualimat, SMA/MA/Aliyah. Di ponpes ini etrdapat 4 jurusan perguruan tinggi yaitu Ekonomi Islam, Pendidikan Bhasa Arab, Mahad Ali, Hukum Islam (1 tahun). Terdapat >9000 santri, satu kamar biasanya berisikan 30 sampai 40 anak santri. Di ponpes ini dilatihkan untuk mandiri dan untuk dewasa. Santri disini juga diajarkan untuk saling melengkapi satu sama lain dalam bahasa. Libur lembaga itu hari Jum at, pondok libur pada hari selasa. Pondok : bangun pagi, mandi, wudhu, sholat subuh berjamaah, yang harus berjamaah yaitu sholat subuh, magrib dan isya. Kelas 1 hanya MTQ (baca Al-Qur an). Kelas 2 dan kelas 3 (EFBA) Pembinaan Bahasa Asing. Makan 2x sehari (pagi dan sore). Pada pukul lembaga dimulai dan diakhiri Setelah itu dilanjutkan belajar kitab-kitab kuning sampai pukul Nonton Tv hanya pada hari Jumat. Masuk pesantren tidak pakai tes, tetapi masuk lembaga harus memakai tes lisan dan tes tulis. Masalah disini itu jika keluar tidak ijin maka dikenakan denda 1 hari = 1 sak semen. Ada perayaan 10 hari pasar malam biasanya diadakan pada sebulan sebelum bulan Puasa Ramadhan. Meskipun di ponpes beragama islam kental tetapi mereka juga memiliki sikap toleransi. Di ponpes juga tetap melaksanakan upacara 17 Agustus. Di ponpes ini 1 semester diadakan ujian selama 6 hari. Ijin pulang 3 hari 2 malam. Di ponpes terdapat beberapa ekstrakurikuler yaitu masak, qiroah, menjahit, rebana. Sedangkan di lembaga yaitu pencak silat, qosidahan, futsal, voli, rebana, komputer. Ponpes ini sudah terkenal di Indonesia melalui radio dan wawancara lainnya. Kenapa memilih ponpes ini? 1. Terkenal kyainya yang pintar, orang luar kota bahkan luar pulau melihat dan mendengarkan tentang ponpes ini. 2. Ngajinya enak dan bagus. 3. Dari Isya samapi jam 2 / jam 3 pagi pak Kyai diundang untuk memberikan ceramah di Indonesia. hmadib2011@gmail.com 5

6 KESIMPULAN DAN SARAN Dari study excursie yang diadakan oleh Universitas airlangga ini, dapat saya tarik kesimpulan bahwa, Tanah air Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama, ras, suku, serta kebudayaan yang disatukan dalam satu wadah yaitu kebhinekaan harus bisa disatukan dengan menanamkan rasa toleransi pada setiap individu. Selain itu juga, Harus ada rasa saling menghargai dan membuang jauh-jauh rasa didiskriminasi. Jika semua itu tidak dilaksanakan, tentu saja konflik-konflik yang berawal dari permasalahan perbedaan akan terus berlanjut. Sebagai mahasiswa yang kritis serta berkepribadian pancasila, kita bisa belajar dari kegigihan para santri yang tekun menuntut ilmu meskipun dengan jadwal yang sangat pada, dengan tuntutan pendidikan pribadi kita untuk segera lulus, harus kita sadari bahwa kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk hidup bermasyarakat kelak nantinya.saran saya untuk kegiatan ini adalah, sebaiknya wajib dikembangkan lagi study excursie agar bisa lebih sempurna penyampaian nilai yang terkandung dalam tujuan kegiatan ini, Sebaiknya juga diberikan kegiatan dalam bidang toleransi ilmu pengetahuan agar bisa mengubah pola pikir dan tingkah laku mahasiswa Universitas Airlangga menjadi lebih excellence with morality yang sesuai dengan semboyan Universitas Airlangga. Saya harapkan juga para peserta study excursie ini dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat dari study excursie ini agar tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. DAFTAR PUSTAKA Adib, Mohammad, Dialog Peradaban Lintasa Agama Dan Budaya: Kebhinekaan, Etnisitas, Gaya Hidup, Dan Solidaritas Sosial Terbuka. 6