ARTIKEL DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS TERBUKA

Transkripsi

1 ARTIKEL DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS TERBUKA Oleh : Nama : Dian Susilowati NIM : Fakultas Prodi : Sains dan Teknologi : S1 Matematika hmadib2011@gmail.com 1

2 ARTIKEL DIALOG PERADABAN LINTAS AGAMA DAN BUDAYA KEBHINEKAAN, ETNISITAS, GAYA HIDUP, DAN SOLIDARITAS TERBUKA Pengantar Terlebih dahulu marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya kita dapat berjuang untuk ikut memjukan bangsa dan Negara Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap memberikan perlindungan bagi mereka yang benar benar berjuang bagi kemajuan bangsa dan negaranya. Amin. Artikel ini saya beri judul Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya : Kebhinekaan, etnisitas, gaya hidup dan solidaritas sosial terbuka. Artikel ini merupakan hasil studi lapangan dari Study Excursie yang dilakukan di Kabupaten Lamongan untuk mencapai pengalaman belajar di luar kelas bagi peserta pembelajaran baik dosen maupun mahasiswa mata kuliah PPKn ( Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ) yang diselenggarakan oleh MKWU ( Mata Kuliyah Wajib Universitas ) direktorat pendidikan dan rektorat kemahasiswaan Universitas Airlangga. Kegiatan ini bertujuan untuk Memberikan pengalaman riil kepada mahasiswa tentang kehidupan masyarakat bhinneka di lokasi kegiatan, membangun kesadaran solidaritas bhinneka yang terbuka dan membentuk karakter mahasiswa sebagai insan yang bermoralitas bhinneka yang terbuka dan toleran. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat bhineka yang berbasis pada budaya, etnisitas, dan keagamaan. Dalam konteks pemahaman, kebhinekaan ternyata tidak cukup hanya sekedar dipahami apalagi diketahui. Masyarakat bhineka membutuhkan seperangkat pemahaman agar tidak berhenti pada pengetahuan masyarakat tentang keberagaman tersebut. Keberagaman dalam masyarakat kita tidak cukup kalaumasyarakat mengetahui adanya perbedaan itu, melainkan perlu ada kesadaran bahwa memang kita berbeda. Masyarakat hmadib2011@gmail.com 2

3 haruslah didorong untuk memiliki kesadaran tentang perbedaan itu dan menghargai serta menghormati keberbedaan itu. Untuk itulah artikel ini ditulis. Demikian pengantar dari saya, semoga artikel yang saya tulis ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Tiada gading yang tak retak, begitulah pula dengan artikel ini apabila ada kesalahan kata maupun tulisan yang kurang berkenan saya mohon maaf. Surabaya, Oktober 2012 Penulis Konsep Pokok Masyarakat Indonesia adalah masyarakat bhineka yang berbasis pada budaya, etnisitas, dan keagamaan. Berbasis pada konsep semboyan Bhineka Tunggal Ika, maka kehidupan masyarakat bhineka di Indonesia adalah merupakan suatu keniscayaan yang harus terus ditumbuh kembangkan. Dalam penumbuhkembangan kehidupan masyarakat kehidupan masyarakat bhineka, selayaknya terus mengakomodir berbagai keberagaman baik etnisitas, agama, bahasa dan adat istiadat. Sehingga kebhinekaan dan keberagaman merupakan mozaik yang semakin memperindah peradaban kebangsaan Indonesia. Negara tidak berdiri di atas dan tidak untuk satu golongan etnis, ras, dan agama saja, melainkan semua golongan. Indonesia memiliki Ideologi Pancasila yang menjadi landasan rumah bersama kita. Pancasila menjadi rumah bagi tempat bertemunya keberagaman tersebut. Realitas inilah yang dimaknai sebagai masyarakat bhineka di Indonesia. Dalam konteks pemahaman, kebhinekaan ternyata tidak cukup hanya sekedar dipahami apalagi diketahui. Masyarakat bhineka membutuhkan seperangkat pemahaman agar 3

4 tidak berhenti pada pengetahuan masyarakat tentang keberagaman tersebut. Keberagaman dalam masyarakat kita tidak cukup kalaumasyarakat mengetahui adanya perbedaan itu, melainkan perlu ada kesadaran bahwa memang kita berbeda. Masyarakat haruslah didorong untuk memiliki kesadaran tentang perbedaan itu dan menghargai serta menghormati keberbedaan itu. Realitas perbedaan inilah yang harus diketahui dan disadari oleh masyarakat kita, termasuk dosen dan mahasiswa. Realitas perbedaan dalam masyarakat kita tidak cukup hanya diberikan penjelasan akan perbedaan, melainkan juga bagaimana mahasiswa memperoleh pengalamanriil tentang situasi perbedaan tersebut untuk membangun kebersamaan. Untuk penerapan kehidupan bhineka ini maka diadakan Study Excursie di Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur. Kabupaten Lamongan dikenal dengan latar kebudayaan pesisir utara pulau Jawa, yang merupakan asal usul kehidupan bhineka yang dimotori oleh para wali yang menyerukan keagungan ajaran Tuhan ( islam ). Dari gambaran inilah kabupaten Lamongan ditetapkan sebagai lokasi dalam studi lapangan tentang dinamika dan penerapan kehidupan bhineka. Pembahasan 1.1 Kabupaten Lamongan Di level Jawa Timur, Lamongan dinyatakan mendapat predikat kabupaten sehat lewat penghargaan Forum Kabupaten Sehat (FKS). Penghargaan tersebut, Jum at (12/10) diberikan Gubernur Jatim Soekarwo pada Bupati Fadeli seusai Upacara Peringatan Hari Jadi Jatim ke- 67 di Grahadi, Surabaya. Selanjutnya Lamongan akan masuk nominasi penghargaan tingkat nasional untuk bisa mendapatkan penghargaan bergengsi Swasti Saba dari Presiden RI. Lamongan sendiri mendapat predikeat kabupaten sehat untuk 4 tatanan. Yakni tatanan pemukiman dan sarana prasarana sehat, tatanan masyarakat sehat mandiri, tatanan lalu lintas dan pelayanan transportasi sehat dan tatanan pariwisata sehat. Sementara masih terdapat 10 kecamatan lagi yang belum menemukan keunggulannya yang sesuai karena masih perlu evaluasi. Karena tiap wilayah potensinya memang berbeda. hmadib2011@gmail.com 4

5 Contohnya seperti Kecamatan Paciran dengan WBL-nya dengan kategori tatanan pariwisata sehat, Kecamatan Pucuk dengan biogas kotoran sapi dengan kategori tatanan kehidupan masyarakat sehat madiri atau Kecamatan kota dengan kategori tatanan kawasan tertib lalu lintas dan transportasi. Sekitar 400 mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Sabtu (13/10) mengunjungi Desa Balun Kecamatan Turi/Lamongan dalam rangka kegiatan Study Excursie (SE). Sebelum mengunjungi desa yang sering disebut sebagai Kampung Pancasila karena keunikannya ini, rombongan mahasiswa yang diterima Bupati Fadeli dan Sekkab Yuhronur Efendi di Pendopo Lokatantra Lamongan. Peserta SE Unair yang dipimpin Ketua Panitia Mohammad Adib dan Direktur Kemahasiswaan Unair Koko Srimulyo tersebut adalah mahasiswa dari berbagai fakultas yang sedang menempuh mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganeraan (PPKn). Tujuan dari kegiatan SE di Lamongan ini adalah untuk Memberikan pengalaman riil kepada mahasiswa tentang kehidupan masyarakat Bhinneka di lokasi kegiatan. Juga untuk membentuk karakter mahasiswa sebagai insan yang bermoralitas bhinneka yang terbuka dan toleran ungkap Mohammad Adib. Sementara Koko Srimulyo dalam sambutannya menyebut ada tiga persoalan besar Kebhinnekaan yang jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah. Yakni kesombongan masing-masing etnis, suku bangsa atau agama. Kemduian mengambil sesuatu yang bukan hanya serta sikap iri antara satu suku, etnis, agama dengan yang lainnya. Rombongan SE Unair dijadwalkan berada di Lamongan selama dua hari. Selain di Desa Balun, mereka juga akan mengunjungi Ponpes Sunan Drajat terkait tema serupa. Di sana, rombongan direncanakan diterima pengasuh Ponpes Sunan Drajat, KH Abdul Ghofur. 1.2 Desa Pancasila Balun Dalam kunjungan ke desa Balun Kecamatan Turi tepatnya di Balai Desa, di hadiri oleh beberapa narasumber dalam acara dialog dan diskusi bersama. Mereka dalah : 1. Bapak Sudarjo ( Kepala Desa Balun ) hmadib2011@gmail.com 5

6 2. Bapak Sumitro ( Tokoh Agama Islam ) 3. Bapak Adiwiyono ( Tokoh Agama Hindu ) 4. Bapak Sutrisno ( Tokoh Agama Kristen ) Balun adalah sebuah desa yang terletak di Kabupaten Lamongan bagian tengah tepatnya Kecamatan Turi dan hanya mempunyai jarak 4 kilo meter dari kota Lamongan. Desa Balun merupakan daerah yang terletak di dataran rendah yang banyak terdapat tambak dan bonorowo sehingga termasuk daerah yang rawan banjir. Desa Balun adalah salah satu desa tua yang ada di kabupaten Lamongan yang masih memelihara budaya budaya terdahulunya. Di samping itu keanekaragaman agama semakin memperkaya budaya desa Balun dan yang menjadi cirri khas adalah interaksi social di antar warganya yang multi agama ( islam, Kristen dan hindu ). Sejak masuknya hindu dan Kristen tahun 1967 dan islam sebagai agama asli belum pernah terjadi konflik yang berkaitan dengan agama. Untuk demokrasi masalah agama, ketika anak baru lahir sampai menjelang akil baligh biasanya mengikuti agama orang tuanya masing masing kemudian ketika anak sudah akil baligh demokrasi masalah agama sudah diserahkan pada anak tersebut entah itu ikut agama orang tua maupun ikut agama lain. Salah satu contohnya adalah bapak H. Sudarjo selaku sebagai kepala desa Balun dulunya beliau beragama hindu mengikuti agama orang tuanya, menjelang beliau akan menikahpada tahun 1993 beliau berpindah agama dari agama hindu menjadi agama islam mengikuti agama calon istrinya. Intinya di desa Balun, menikah dengan orang yang lain agama itu boleh asalkan dalam pernikahan sudah ada kesepakatan masalah agama, entah itu istri ikut agama suami ataupun suami yang mengikuti agama istri dengan demikian pernikahan yang terjadi tetap dalam satu agama. Interaksi social yang demikian itu melahirkan budaya budaya yang khas, serta budaya asli juga dapat mempengaruhi interaksi multi agama yang terjadi. Interaksi social yang demikian itu menghasilkan interpretasi symbol symbol budaya berbeda dengan daerah lain. Suatu missal pada saat dating ke hajatan untuk menyumbang atau membantu para perempuan banyak yang memakai kerudung dan para bapak banyak yang memakai kopyah, padahal agama mereka belum tentu islam. Hal ini berarti kerudung dan kopyah lebih berarti sebagai symbol budaya yang diinterpretasikan menghormati pesta hajatan. hmadib2011@gmail.com 6

7 Begitu pula dengan agama Kristen, ketika ada hari perayaan natal orang yang beragam islam dan hindu juga diundang. Mereka tidak mengikuti serangkaian acaranya hanya saja mereka mengikuti perayaannya. Demikian pula yang terjadi ketika ada hari besar agama hindu. Intinya, setiap warga boleh mengikuti acara yang diselenggarakan oleh masing masing agama hanya sekedar menghargai dan menghormati saja, umtuk ritual ritualnya tidak perlu diikuti karena setiap agama memiliki keyakinan dan kepercayaan masing masing. Yang membuat saya terkesan dengan desa Balun ini adalah toleransi dan kerukunannya baik itu dalam masalah agama maupun budaya. Walaupun dalam satu desa terdapat tiga agama yang berbeda, yaitu agama islam, Kristen dan hindu dengan tempat ibadah yang berdampingan tidak pernah terjadi pertentangan dan kerukunan antar umat beragama. Mereka saling menghormati dan menghargai satu sama lain, karena itulah mengapa desa Balun disebut Desa Pancasila. Nilai nilai seperti ini yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna tercipta suatu kerukunan dan perdamaian dalam suatu Negara. 1.3 Pondok Pesantren Entrepreneur Sunan Drajat di Paciran Lamongan Pondok Pesantren Sunan Drajat di Jl Raden Qosim No 86 Banjaranyar Paciran Lamongan Jawa Timur dirintis oleh salah satu tokoh Wali Songo, yakni Raden Qosim ( Sunan Drajat ). Dalam perjalanannya, pesantren itu sempat vakum. Baru pada generasi ke- 14/1977, eksistensi pesantren ini berlanjut dan secara resmi didirikan kembali oleh KH Abdul Ghofur. Pondok pesantren ini menyelenggarakan banyak pemberdayaan bagi para santrinya. usaha usaha itu meliputi pabrik pupuk fosfat yang memproduksi lebih dari 100 ton pupuk/hari, pembibitan tanaman kemiri sunan yang juga dimanfaatkan menjadi bahan bakar biodesel, serta usaha produksi air minum dalam kemasan bernama Aidrat ( Air Asli Sunan Drajat ) yang sumbernya berasal dari dua sumur yang berada di dekat makam Sunan Drajat. Kabarnya permintaan air minum kemasan ini juga dating dari luar Lamongan. Selain itu, bersama para siswa SMK Sunan Drajat ponpes juga memproduksi garam. Usaha itu dijalankan bekerja sama dengan sebuah universitas dan pemerintah daerah. Menurut siwa hmadib2011@gmail.com 7

8 SMK Sunan Drajat mereka mendapatkan ilmu dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitar mereka yang berlokasi di tepi pantai. Salah satu usaha perekonomian ponpes Sunan Drajat yang juga menarik adalah produksi jamu dari ekstrak buah mengkudu yang disebut Sari Mengkudu Sunan. Selain itu pondok pesantren Sunan Drajat juga mengembangkan usaha di bidang ekonomi yaitu Toserba Sunan Drajat dimana dikepalai oleh Mbak Bety lulusan S1 Akutansi dari Malang dan sekarang melanjutkan S2 di Universitas Airlangga Surabaya. Usaha ini dinilai paling berkembang dengan pesat dan menghasilkan dana terbesar guna keperluan pondok pesantren. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Perbedaan itu indah jika kita memaknainya sebagai rasa saling menghormati, menghargai dan saling bertoleransi dengan perbedaan yang ada seperti yang sudah tercanyum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda beda tetapi tetap satu jua. Bermodal dengan semboyan ini, Negara Indonesia akan terwujud masyarakat yang adil dan sejahtera serta persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia akan tetap terjaga seutuhnya. 2. Saran Sebagai umat manusia sudah seharusnya kita bersikap saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di sekitar kita guna tercita suatu kerukunan antar umat manusia dalam suatu Negara. Saya berharap semoga Study Excursie yang akan datang lebih baik lagi dan tempat yang dikunjungi juga semakin menarik dan banyak menambah wawasan kehidupan berbegara. 8

9 Daftar Pustaka Sujana, I Nyoman Naya, Excellence with Morality. Mutiara Jatidiri Universitas Airlangga, Bayu Media, Malang.adib, Mohammad Panduan Study Excursie. Surabaya : Universitas Airlangga. hmadib2011@gmail.com 9