Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City"

Transkripsi

1 Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam Development of Strategc Area Growng Fast (KSCT) Pagar Alam Cty Dw Wdarsh *) Fakultas Ekonom dan Bsns, Unverstas Muhammadyah Rau, Indonesa *) emal: Artcle Info Artcle hstory: Receved: November 2017 Accepted: November 2017 Publshed: Desember 2017 Keywords: Potens Ekonom, LQ, SSA, Tpolog Klassen, Abstrak Peneltan n bertujuan sebaga bahan kajan potens ekonom daerah d Kota Pagar Alam guna pengembangan wlayah kawasan strategs. Alat analss yang dgunakan berupa LQ, SSA, dan Matrks Tpolog Klassen. Berdasarkan perhtungan LQ belum meratanya sektor bass yang berada pada daerah Kota Pagar Alam. Berdasarkan Perhtungan Shft Share Analss mash sedkt sektor yang menjad keunggulan komparatf. Berdasarkan Tpolog klassen, sektor ekonom yang ada dmasng-masng daerah rata-rata berada pada kuadran II dan IV, dan untuk perbandngan kuadran I dengan III ternyata jumlah sektor bermbang. Abstract Ths study ams to study the economc potental of the regon n Pagar Alam Cty for the development of strategc areas. The analytcal tools used are LQ, SSA, and Klassen Tpolog Matrces. Based on the calculaton of unequal LQ base sector located n the area of Pagar Alam Cty. Based on Shft Share Calculatons Analyss s stll a bt of a sector that becomes a comparatve advantage. Based on Klassen Tpolog, the exstng economc sectors n each regon are on average n quadrant II and IV, and for the comparson of quadrant I wth III turns out the number of sectors s balanced.

2 PENDAHULUAN Pembangunan pada dasarnya dselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerntah. Oleh karena tu peranan masyarakat dalam pembayaan pembangunan harus dtumbuhkan dengan mendorong kesadaran, pemahaman, dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak serta kewajban dan tanggung jawab bersama seluruh rakyat. Sesua dengan prnsp otonom daerah, penyelenggaraan pemerntahan dan pembangunan secara bertahap akan lebh banyak dlmpahkan kepada pemerntah daerah. Setap daerah yang dsebut daerah otonom dber wewenang oleh pemerntah pusat untuk mengurus rumah tangganya sendr. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah pada Pasal 21 menjelaskan bahwa dalam menyelenggarakan otonom, daerah mempunya hak sebaga berkut: 1) Mengatur dan mengurus sendr urusan pemerntahannya; 2) Memlh pmpnan daerah; 3) Mengelola aparatur daerah; 4) Mengelola kekayaan daerah; 5) Memungut pajak daerah dan retrbus daerah; 6) Mendapatkan bag hasl dar pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lannya yang berada d daerah; 7) Mendapatkan sumbersumber pendapatan lan yang sah; dan 8) Mendapatkan hak lannya yang datur dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan pasal tersebut berart kabupaten atau kota memlk kewenangan yang luas untuk mengembangkan potens dan kemampuan yang dmlk masng-masng. Selan tu, daerah kabupaten atau kota juga memlk kewenangan pula untuk membuat kebjakan daerah untuk memberkan pelayanan kepada publk dengan bak, menngkatkan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada penngkatan kesejahteraan masyarakat serta mengarahkan dan mengendalkan kawasan-kawasan strategs dan cepat tumbuh ddaerah masng-masng. Dalam rangka mempersapkan dan mendukung otonom daerah tersebut, khususnya ddalam Penyusunan Masterplan Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) yang merupakan upaya pemerataan pertumbuhan, maka penyapan pedoman bag Penyusunan Masterplan Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) sangat dperlukan, tdak saja bag pengembangan kawasan tu sendr namun juga bag upaya pemberdayaan daerah untuk menjalankan wewenangnya yang semakn luas. Konseps Perencanaan Penyusunan Masterplan Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) drnts melalu gagasan awal dengan mengembangkan Small Growth Center dan dkembangkan lag dengan konsep Kelurahan Pusat Pertumbuhan, kemudan melalu berbaga tahapan pembahasan konsep DPP dkembangkan menjad Perencanaan Pengembangan Kawasan Strategs yang skala penanganannya adalah kawasan dmana d dalam Perencanaan Penyusunan Masterplan Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) terdr atas Kelurahan Pusat dan Kelurahan hnterland. Maksud kegatan Penyusunan Masterplan Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) adalah untuk membantu terlaksananya pembangunan yang lebh sstemats, dmana kawasan pertumbuhan cepat memerlukan embro dar pusat pertumbuhan wlayah dan memerlukan pengaturan agar pertumbuhannya dapat terkontrol dan terkendal melalu dentfkas potens ekonom guna pemlhan lokas perencanaan pengembangan kawasan strategs. TINJAUAN LITERATUR Konsep Wlayah Menurut Rustad, et al. (2006) wlayah dapat ddefnskan sebaga unt geografs dengan batas-batas spesfk tertentu dmana komponen-komponen wlayah tersebut satu sama lan salng bernteraks secara fungsonal. Sehngga batasan wlayah tdaklah selalu bersfat fsk dan past, tetap serngkal bersfat dnams. Komponen-komponen wlayah mencakup komponen bofsk alam, sumberdaya buatan (nfrastruktur), manusa serta

3 bentuk-bentuk kelembagaan. Dengan demkan stlah wlayah menekankan nteraks antar manusa dengan sumberdaya-sumberdaya lannya yang ada d dalam suatu batasan unt geografs tertentu. Konsep wlayah yang palng klask (Hagget, Clff dan Frey, 1977 dalam Rustad et al., 2006) mengena tpolog wlayah, mengklasfkaskan konsep wlayah ke dalam tga kategor, yatu: (1) wlayah homogen (unform/homogenous regon); (2) wlayah nodal (nodal regon); dan (3) wlayah perencanaan (plannng regon atau programmng regon). Sejalan dengan klasfkas tersebut, (Glason, 1974 dalam Targan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonoman mengklasfkaskan regon/wlayah menjad : 1). fase pertama yatu wlayah formal yang berkenaan dengan keseragaman/homogentas. Wlayah formal adalah suatu wlayah geografk yang seragam menurut krtera tertentu, sepert keadaan fsk geograf, ekonom, sosal dan poltk. 2). fase kedua yatu wlayah fungsonal yang berkenaan dengan koherens dan nterdependens fungsonal, salng hubungan antar baganbagan dalam wlayah tersebut. Kadang juga dsebut wlayah nodal atau polarzed regon dan terdr dar satuan-satuan yang heterogen, sepert desa-kota yang secara fungsonal salng berkatan. 3). fase ketga yatu wlayah perencanaan yang memperlhatkan koherens atau kesatuan keputusan-keputusan ekonom. Pendekatan Pertumbuhan Wlayah Berbeda dengan pendekatan sektoral, pendekatan kewlayahan lebh mentkberatkan kepada pertanyaan daerah mana yang perlu mendapat prortas untuk dkembangkan, baru kemudan sektor apa yang sesua untuk dkembangkan d masng-masng daerah (Wlonoyudho, 2009). Teor pertumbuhan wlayah dmula dar model dnamka wlayah yang sederhana sampa dengan model yang komprehensf, mula dar teor resource endowment, teor export base, teor pertumbuhan wlayah neoklask, model ketdaksembangan pertumbuhan wlayah dan sebuah teor baru mengena pertumbuhan wlayah. Teor resource endowment mengatakan bahwa pengembangan ekonom bergantung sumberdaya alam yang dmlk dan permntaan terhadap komodtas yang dhaslkan dar sumberdaya tu (Perloff and Wngo, 1961). Teor export base atau teor economc base dkembangkan oleh North (1955), yang ntnya mengatakan bahwa pertumbuhan wlayah jangka panjang bergantung pada kegatan ndustr ekspornya. Dengan kata lan, jka permntaan eksternal barang dan jasa yang dhaslkan dan dekspor dar wlayah tu tngg, maka wlayah tu dsebut memlk kekuatan yang bak. Teor bass ekspor adalah bentuk model pendapatan yang palng sederhana. Teor n menyederhanakan suatu sstem regonal menjad dua bagan yatu daerah yang bersangkutan dan daerah-daerah lannya. Masyarakat d dalam satu wlayah dnyatakan sebaga suatu sstem sosal ekonom. Sebaga suatu sstem, keseluruhan masyarakat melakukan perdagangan dengan masyarakat lan d luar batas wlayahnya. Faktor penentu (determnan) pertumbuhan ekonom dkatkan secara langsung kepada permntaan akan barang dar daerah lan d luar batas masyarakat ekonom regonal. Pertumbuhan ndustr yang menggunakan sumberdaya lokal termasuk tenaga kerja dan materal (bahan) untuk komodtas ekspor, akan menngkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat (Sjafrzal, 2014). Selanjutnya teor pertumbuhan wlayah neoklask dkembangkan oleh Rchardson (1973) meneruskan teor sebelumnya dar Borts (1960) dan Sebert (1969). Menurut teor n pertumbuhan ekonom sebuah wlayah berhubungan dengan tga faktor pentng, yakn tenaga kerja, ketersedaan modal, dan kemajuan teknolog (Wlonoyudho, 2009). Dss lan, teor tempat pemusatan pertama kal drumuskan oleh Chrstaller (1933) dan dkenal sebaga teor pertumbuhan perkotaan yang pada dasarnya menyatakan bahwa pertumbuhan kota tergantung spesalsasnya dalam fungs pelayanan perkotaan, sedangkan

4 tngkat permntaan akan pelayanan perkotaan oleh daerah sektarnya akan menentukan kecepatan pertumbuhan kota (tempat pemusatan) tersebut. Terdapat tga faktor yang menyebabkan tmbulnya pusat-pusat pelayanan : (1) faktor lokas ekonom, (2) faktor ketersedaan sumberdaya, (3) kekuatan aglomeras, dan (4) faktor nvestas pemerntah (Targan, 2005). METODE PENELITIAN Locaton Quotent (LQ) Teknk LQ mengukur konsentras suatu kegatan (ndustr) dalam suatu daerah dengan cara membandngkan peranannya dalam perekonoman daerah tu dengan peranan kegatan atau ndustr sejens dalam perekonoman regonal ataupun nasonal (Sjafrzal, 2012; Targan, 2006; Hdayat et al, 2017). Rumus LQ dapat dtuls sebaga berkut: LQ j = [q Q ] [ q r Q n ] Keterangan: LQ = Koefsen Locaton Quotent; Q = Output sektor wlayah referens (Provns); q = Output sektor wlayah Stud (Kabupaten); Qn = Output total wlayah referens (Provns); qr = Output total wlayah stud (Kabupaten). Dmana: LQ > 1, berart tngkat spesalsas sektor tertentu pada tngkat Kabupaten lebh besar dar sektor yang sama pada tngkat Provns. LQ < 1, berart tngkat spesalsas sektor tertentu pada tngkat Kabupaten lebh kecl dar sektor yang sama pada tngkat Provns. LQ = 1, berart tngkat spesalsas sektor tertentu pada tngkat Kabupaten sama dengan sektor yang sama pada tngkat Provns. Shft Share Analyss Metode Shft Share adalah salah satu teknk analss dalam lmu ekonom regonal yang bertujuan untuk mengetahu faktor-faktor utama yang mempengaruh dan menentukan pertumbuhan ekonom pada suatu daerah. Formulas matematka model n sebaga berkut (Sjafrzal, 2014): y = [y ( Yt Y 0 1)] + [y (( Y t 0 Y ) (Yt Y 0))] + [y (( y t t 0 y ) (Y 0 Y ))] Dmana: y = Perubahan nla tambah sektor ; y 0 = nla tambah sektor d daerah pada awal perode; y t = nla tambah sektor d daerah pada akhr perode; Y 0 = nla tambah sektor d tngkat nasonal pada awal perode; Y t = nla tambah sektor d tngkat nasonal pada akhr perode. Nla tambah suatu daerah dapat durakan (decompose) atas tga bagan. Bagan pertama pada ss kr persamaan SSA adalah: 1) Regonal Share: [y ( Yt Y0 1)] adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonom daerah yang dsebabkan oleh dorongan faktor luar yatu: penngkatan kegatan ekonom daerah akbat kebjaksanaan nasonal yang berlaku pada seluruh darah, atau karena dorongan pertumbuhan ekonom dan pembangunan dengan daerah tetangga; 2) Proportonalty Shft (Mxed Shft): [y (( Y t Y 0) ( Yt Y 0))] adalah komponen pertumbuhan ekonom dar dalam daerah sendr yang dsebabkan oleh struktur ekonom daerah yang relatf bak, yatu berspesalsas pada sektor-sektor yang secara nasonal dapat pertumbuhannya cepat sepert sektor ndustr.

5 3) Dfferental Shft (Compettve Shft): [y (( y t y 0) ( Y t Y 0))] adalah komponen pertumbuhan ekonom daerah karena konds spesfk daerah yang bersfat kompettf. Unsur pertumbuhan nlah yang merupakan keuntungan kompettf daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah bersangkutan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan PDRB Kota Pagar Alam termasuk tngg dengan rata-rata pertumbuhan pada tahun sebesar 5,49%. Pertumbuhan rata-rata tertngg terdapat pada lapangan usaha Pengadaan Lstrk dan Gas sebesar 14,23% yang dkut oleh Lapangan Usaha jasa Penddkan sebesar 9,12% dan Lapangan Usaha Informas dan Komunkas sebesar 8,64%. Tabel 1: Laju Pertumbuhan PDRB Kota Pagar Alam Tahun (%) No Lapangan Usaha Laju Pertumbuhan (Tahun) Rata2 A Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan 3,86 4,53 3,64 3,24 3,82 B Pertambangan dan Penggalan 4,29 5,03 4,66 4,53 4,63 C Industr Pengolahan 7,25 5,35 7,13 5,8 6,38 D Pengadaan Lstrk dan Gas 12,71 17,43 15,7 11,07 14,23 E Pengadaan Ar, Pengelolaan Sampah, 0,27 8,73 3,72 4,79 4,38 Lmbah dan Daur Ulang F Konstruks 8 9,64 7,37 2,13 6,79 G Perdagangan Besar dan Eceran; 3,73 4,53 5,16 3,13 4,14 Reparas Mobl dan Sepeda Motor H Transportas dan Pergudangan 5,56 8,79 6,75 6,94 7,01 I Penyedaan Akomodas dan Makan 10,1 8,11 5,16 5,78 7,29 Mnum J Informas dan Komunkas 9,21 9,4 7,81 8,14 8,64 K Jasa Keuangan dan Asurans 4,27 12,43 9,23 4,15 7,52 L Real Estat 8,39 7,23 6,79 6,54 7,24 M,N Jasa Perusahaan 8,09 7,43 8,79 6,24 7,64 O Admnstras Pemerntahan, 1,73 3,08 1,86 4,72 2,85 Pertahanan dan Jamnan Sosal Wajb P Jasa Penddkan 7,9 6,34 9,17 13,06 9,12 Q Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal 5,36 5,72 4,61 9,04 6,18 R,S,T,U Jasa lannya 3,68 2,42 2,66 3,07 2,96 Total PDRB 5,42 6,27 5,7 4,57 5,49 Sumber: Data dolah, 2016 Analss Sektor (Locaton Quotent) Teknk LQ dgunakan untuk mengetahu seberapa besar tngkat spesalsas sektorsektor bass atau unggulan (leadng sectors). Dalam teknk LQ berbaga peubah (faktor) dapat dgunakan sebaga ndkator pertumbuhan wlayah msalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestk Regonal Bruto (PDRB) suatu wlayah. Analss LQ d gunakan untuk melhat sektor-sektor d Kota Pagar Alam, Provns Sumatera Selatan yang memlk peranan wlayah yang besar serta prospektf untuk d kembangkan. Perhtungan LQ n menggunakan data PDRB yang terdr dar tujuh belas sektor atau lapangan usaha berdasarkan harga konstan yang d bandngkan dengan data PDRB Provns Sumatera Selatan dengan PDRB Kota Pagar Alam pada tahun

6 Tabel 1 Hasl Analss Locaton Quotent (LQ) pada Level Sektoral Kota Pagar Alam Perode Lapangan Usaha Keterangan A Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan 1,36 1,35 1,34 1,31 1,30 Sektor Unggulan/ B Pertambangan dan Penggalan 0,11 0,11 0,11 0,11 0,11 Non Unggulan/ C Industr Pengolahan 0,06 0,07 0,07 0,07 0,07 Non Unggulan/ D Pengadaan Lstrk dan Gas 0,46 0,48 0,51 0,55 0,56 Non Unggulan/ E Pengadaan Ar, Pengelolaan Sampah, Lmbah dan Daur Ulang 0,51 0,52 0,52 0,51 0,50 Non Unggulan/ F Konstruks 1,60 1,61 1,59 1,56 1,53 Sektor Unggulan/ G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas Mobl dan Sepeda Motor 2,14 2,08 2,02 2,00 1,97 Sektor Unggulan/ H Transportas dan Pergudangan 1,71 1,68 1,71 1,70 1,69 Sektor Unggulan/ I Penyedaan Akomodas dan Makan Mnum 2,17 2,21 2,20 2,24 2,25 Sektor Unggulan/ J Informas dan Komunkas 0,54 0,56 0,57 0,57 0,57 Non Unggulan/ K Jasa Keuangan dan Asurans 1,72 1,67 1,62 1,60 1,61 Sektor Unggulan/ L Real Estat 2,17 2,18 2,14 2,09 2,08 Sektor Unggulan/ M, N O Jasa Perusahaan 0,89 0,88 0,87 0,86 0,86 Non Unggulan/ Admnstras Pemerntahan, 0,99 0,98 0,99 1,00 0,98 Non Unggulan/ Pertahanan dan Jamnan Sosal Wajb P Jasa Penddkan 3,45 3,46 3,47 3,44 3,34 Sektor Unggulan/ Q Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal 2,90 2,90 2,85 2,81 2,80 Sektor Unggulan/ R,S, T,U Jasa lannya 2,77 2,79 2,84 2,84 2,84 Sektor Unggulan/ Sumber: PDRB Kota Pagar Alam , dolah Dar hasl analss LQ pada Tahun , terlhat bahwa pembagan sektor bass dan sektor non bass d kota Pagar Alam antara lan : a) Sektor : 1) Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan; 2) Konstruks; 3) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas Mobl dan Sepeda Motor; 4) Transportas dan Pergudangan; 5) Penyedaan Akomodas dan Makan Mnum; 6) Jasa Keuangan dan Asurans; 7) Real Estat; 8) Jasa Penddkan; 9) Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal; 10) Jasa lannya. b) Sektor Non : 1) Industr Pengolahan; 2) Pengadaan Lstrk dan Gas; 3) Pengadaan Ar, Pengolahan Sampah, Lmbah dan Daur Ulang; 4) Informas dan

7 Komunkas; 5) Jasa Perusahaan; 6) Admnstras Pemerntahan, Pertahanan dan Jamnan Sosal Wajb. Analss Shft Share Metode analss pergeseran (shft & share) berguna untuk melhat pertumbuhan/ perkembangan dar suatu kegatan tertentu pada suatu daerah tertentu. Dapat pula dtujukan untuk melhat tngkat perkembangan dan kedudukan suatu daerah dalam sstem yang lebh luas. Analss Shft-Share dgunakan untuk mengetahu perubahan struktur/knerja ekonom daerah terhadap struktur ekonom yang lebh tngg (provns) sebaga referens. Perubahan relatf knerja pembangunan daerah Kota Pagar Alam terhadap Provns Sumatera Selatan dapat dlhat pada lampran. Dlhat dar data d lampran, dapat dperoleh bahwa Cj yang bernla postf dapat dndkaskan sebaga sektor yang cepat berkembang. Sedangkan Cj yang bernla negatf dapat dndkaskan sebaga sektor yang berkembang lamban. Tabel 3: Sektor yang Kompettf (Berkembang Pesat) dan Tdak Kompettf (Berkembang Lamban) Berdasarkan Dfferental Shft No Tngkat Compettveness (Level Sektor) Kompettf (Berkembang Pesat) Kurang Kompettf (Berkembang Lamban) 1 Pertambangan dan Penggalan Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan 2 Industr Pengolahan Pengadaan Ar, Pengelolaan Sampah, Lmbah dan Daur Ulang 3 Pengadaan Lstrk dan Gas Konstruks 4 Penyedaan Akomodas dan Makan Mnum Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas Mobl dan Sepeda Motor 5 Informas dan Komunkas Transportas dan Pergudangan 6 Jasa lannya Jasa Keuangan dan Asurans 7 Real Estat 8 Jasa Perusahaan 9 Admnstras Pemerntahan, Pertahanan dan Jamnan Sosal Wajb 10 Jasa Penddkan 11 Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal Sumber: Hasl Analss, 2016 Berdasarkan analss yang telah dlakukan menggunakan pendekatan Locaton Quotent (LQ) dan Shft-Share, maka dapat dsusun suatu matrks dar sektor yang ada d Kota Pagar Alam untuk dapat melhat tngkat keunggulan dan pertumbuhannya. Berkut n merupakan matrks yang dapat mengklasfkaskan per sektor d Kota Pagar Alam. Kuadran 3 Sektor Non Unggulan, tap Tumbuh Cepat Industr Pengolahan Pengadaan Lstrk dan Gas Informas dan Komunkas Kuadran 4 Sektor Non Unggulan dan Berkembang Lamban Kuadran 1 Sektor Unggulan & Tumbuh Cepat Penyedaan Akomodas dan Makan Mnum Jasa lannya Kuadran 2 Sektor Unggulan, tap Berkembang Lamban

8 Pengadaan Ar, Pengolahan Sampah, Lmbah dan Daur Ulang Jasa Perusahaan Admnstras Pemerntahan, Pertahanan dan Jamnan Sosal Wajb Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan, Konstruks Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas Mobl dan Sepeda Motor Transportas dan Pergudangan Jasa Keuangan dan Asurans Real Estat Jasa Penddkan Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal Gambar 1: Matrk Sektor Kota Pagar Alam Berdasarkan Analss LQ dan Shft-Share SIMPULAN Berdasarkan hasl analss data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat dtark beberapa kesmpulan dalam rangka pengembangan wlayah Kota Pagar Alam untuk kedepannya adalah: 1) Berdasarkan perhtungan LQ, terdapat sektor bass: 1) Pertanan, Kehutanan, dan Perkanan; 2) Konstruks; 3) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparas Mobl dan Sepeda Motor; 4) Transportas dan Pergudangan; 5) Penyedaan Akomodas dan Makan Mnum; 6) Jasa Keuangan dan Asurans; 7) Real Estat; 8) Jasa Penddkan; 9) Jasa Kesehatan dan Kegatan Sosal; 10) Jasa lannya. 2) Berdasarkan Perhtungan Shft Share Analss dengan memprortaskan kepada keunggulan komparatf daerah mash sedkt sektor yang menjad keunggulan komparatf yang artnya sektor yang belum memlk keunggulan komparatf hanya bsa memenuh kebutuhan dalam daerah saja belum bsa untuk bersang dengan wlayah luar. 3) Berdasarkan Matrk LQ dan Shft Share, sektor ekonom yang ada dmasng-masng daerah rata-rata mash berada pada kuadran II dan IV. DAFTAR PUSTAKA Hdayat, M., & Darwn, R. (2017). Analss Sektor Unggulan Dalam Pengembangan Wlayah Kabupaten Kepulauan Merant. Meda Trend, 12(2), Perloff, Harvey and Wngo Jr, Lowdon. (1961). Natural Resources Endowment and Regonal Economc Growth. In Natural Resources and Economc Growth Ed, Joseph J. Spengler. Washngton DC: Resources for the Future pp Rustad, E., & Had, S. (2006). Kawasan Agropoltan (Konsep Pembangunan Desa-Kota Bermbang). Sjafrzal. (2012). Ekonom Wlayah dan Perkotaan. Jakarta: PT. Raja Grafndo Persada. Sjafrzal. (2014). Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonom. Jakarta: Rajawal Pers. Targan, R. (2005). Ekonom Regonal Teor dan Aplkas. Jakarta: PT. Bum Aksara. Targan, R. (2006). Perencanaan Pembangunan Wlayah. Jakarta: PT. Bum Aksara. Wlonoyudho, S. (2009). Kesenjangan dalam Pembangunan Kewlayahan. Forum Geograf. Vol. 23, No. 2, Pp

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2)

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2) BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAAH (Lanjutan 2) 4.3.1 Analss Shft Share Dgunakan untuk: 1. mengetahu knerja perekonoman kabupaten (wlayah) 2. pergeseran struktur, poss relatve sector-sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM

VI. PEMODELAN SISTEM VI. PEMODELN SISTEM 6. Konfguras Model Model strateg pengembangan klaster agrondustr unggulan daerah drancang dalam bentuk perangkat lunak Sstem P enunjang Keputusan (SPK berbass komputer yang dber nama

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PERENCANAAN INVESTASI GALANGAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN PROGRAMASI TUJUAN GANDA

MODEL OPTIMASI PERENCANAAN INVESTASI GALANGAN KAPAL DENGAN PENDEKATAN PROGRAMASI TUJUAN GANDA MAKARA, TEKOLOGI, VOL. 6, O. 3, DESEMBER 2002 MODEL OPTIMASI PERECAAA IVESTASI GALAGA KAPAL DEGA PEDEKATA PROGRAMASI TUJUA GADA Al Azhar Jurusan Teknk Perkapalan, Insttut Teknolog Adh Tama Surabaya Jl.

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Berpkr Secara umum kebjakan pembangunan daerah dapat memberkan kontrbus terhadap fenomena-fenomena yang bersfat aktual dan mendasar. Fenomenafenomena tersebut akan mempengaruh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin * J. Bjak dan Rset Sosek KP. Vol.2 No.1, 2007 35 KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT Oleh: Rsna Yusuf dan Tajern * ABSTRACT Kajan n bertujuan mengetahu sejauhmana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran)

Buku Pedoman Akademik (Standar Kompetensi Lulusan & Standar Isi Pembelajaran) Buku Pedoman Akademk (Standar Kompetens Lulusan & Standar Is Pembelajaran) dsampakan Tatk Suryan tatk@perbanas.ac.d Catatan: Sebagan sldes dambl dar sldes yang dproduks oleh Tm Belmawa Dkt Buku Pedoman

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET

BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT RISET 3. Sejarah dan Kegatan Operasonal Perusahaan 8 3.. Sejarah Perkemangan Kantor Perwaklan Bank Indonesa Wlayah I (Sumut & Aceh) 8 3. Struktur Organsas dan Deskrps Tugas Kantor

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen dengan bentuk kuas ekspermen. Pre test dlakukan d awal peneltan dan post tes dlakukan

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN INDUSTRI KAITANNYA DENGAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI JABODETABEK

DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN INDUSTRI KAITANNYA DENGAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI JABODETABEK J. Tanah Lngk., 17 (2) Oktober 2015: 83-89 ISSN 1410-7333 DINAMIKA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN INDUSTRI KAITANNYA DENGAN PDRB SEKTOR INDUSTRI DI JABODETABEK An Analyss of a Change of Land Use Industry Relaton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional

III. KERANGKA TEORI Kerangka Teori Pembangunan Ekonomi Regional 41 III. KERANGKA TEORI 3.1. Kerangka Teor Pembangunan Ekonom Regonal Untuk melhat knerja perekonoman suatu wlayah atau suatu propns basanya dgunakan ndkator-ndkator makroekonom, sepert penngkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci