Bab II Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab II Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab II Tnauan Pustaka 2.1 Konsep Gagasan Penghematan Bahan Bakar pada Kompor Gas Prnsp dar alat penghemat gas pada tugas akhr n merupakan pengembangan dar tugas akhr yang sebelumnya sudah pernah dlaksanakan. Dar hasl pengamatan alran gas hasl pembakaran, tercpta suatu de untuk melakukan penghematan dengan menempatkan gas panas yang tersebar tu ke daerah dekat dndng panc sehngga energ dar gas hasl pembakaran dapat lebh banyak dserap oleh panc yang selanutnya dserap oleh ar. Jad, teknk penghematan yang dlakukan adalah dengan menggunakan pengumpul alran gas agar gas hasl pembakaran dapat mengalr d sektar permukaan luar panc dan memberkan energnya secara maksmum. Gambar 2.1 Sebaran udara panas Gambar 2.2 Alran udara panas yang dbmbng selubung

2 Dengan menggunakan alat bantu memasak berupa selubung d sektar panc dan dengan pemlhan ukuran yang bak, dharapkan proses pembakaran bahan bakar dapat terad dengan sempurna dan alran gas hasl pembakaran akan terkumpul d seluruh permukaan dndng panc sepert terlhat pada Gambar 2.2. Dperkrakan dengan usaha n, energ bahan bakar yang dapat dmanfaatkan untuk pemanasan ar menad lebh besar darpada ka tdak menggunakan selubung. Pada peneltan sebelumnya, untuk mendesan alat penghemat gas n sudah dtentukan dmens dar kompor dan alat memasaknya yatu sebuah panc yang dmensnya sudah dtentukan. Sedangkan pada tugas akhr n dfokuskan untuk dapat mengembangkan desan yang lebh rgd dan menark untuk dpaka pada masyarakat luas. Usaha penghematan bahan bakar akan dterapkan pada proses pemanasan ar dalam panc. Selan karena kegatan n adalah kegatan yang palng serng dlakukan dalam rumah tangga, pemanasan ar merupakan hal yang palng mudah dan prakts dlakukan dalam pembuatan tugas akhr n mengngat untuk memperoleh desan alat bantu yang palng efsen perlu dlakukan percobaan berkal-kal. Bla damat, proses pemanasan ar cukup mudah untuk dpaham. Gas pembakaran yang keluar dar kompor akan memanas bagan dasar dar panc dan uga sebagan dar dndng panc bagan bawah. Gas-gas hasl pembakaran tersebut mula menyebar menauh dndng panc sehngga dndng panc bagan atas kurang tersentuh oleh gas-gas tersebut, padahal gas hasl pembakaran tersebut mash bertemperatur tngg. 2.2 Teor Dasar Untuk dapat memaham apa yang terad pada proses memanaskan ar serta efeknya dalam menggunakan selubung, maka hal yang pertama dlakukan adalah menentukan sstem.

3 2.2.1 Sstem Pemanasan Ar tanpa Selubung Dagram: E stored E generated Sumber energ Gambar 2.3 Model sstem massa atur tanpa selubung Dar Gambar 2.3 dapat dlhat bahwa sumber energ yang masuk ke dalam sstem berasal dar ap kompor. Energ tersmpan d ar dalam bentuk kenakan temperatur ar, begtu pula energ yang tersmpan d panc dalam bentuk kenakan temperatur panc. Namun karena massa panc relatf kecl dbandng massa ar dan kapastas panas ens spesfk panc yang berbahan alumunum relatf rendah dbandng kapastas panas ens spesfk ar, maka energ yang dserap d panc relatf kecl dbandng energ yang dserap ar. Oleh karena tu, energ yang dserap panc dapat dabakan dalam perhtungan. Energ yang keluar dar sstem adalah energ yang terbuang ke lngkungan bak dar ar, panc, maupun energ dar ap yang belum sempat berpndah ke ar atau panc. Sebuah asums perlu dnyatakan agar neraca energ dapat dbuat yatu bahwa energ yang dbangktkan ap danggap seluruhnya masuk ke dalam sstem, baru kemudan energ akan keluar dar sstem sebaga rug-rug energ. Ada dua bentuk sstem termodnamka yatu sstem tertutup atau sstem massa atur, dan sstem terbuka atau sstem volume atur. Pada sstem massa atur, energ melewat batas sstem sedangkan massa tdak melewat batas sstem. Energ yang berpndah dalam bentuk panas atau kera. Energ dapat berpndah masuk ke dalam sstem maupun berpndah keluar dar sstem. Pada sstem volume atur, selan energ, massa uga melewat batas sstem. Dengan adanya massa yang

4 melewat batas sstem, energ uga turut mengalr melewat batas sstem yatu energ alran. Pada sstem memanaskan ar dalam panc, tdak ada massa yang melewat batas sstem sehngga sstem dapat danggap sstem tertutup atau massa atur. Permasalahan termodnamka sstem tertutup cukup dselesakan dengan melakukan neraca energ. Pada proses memanaskan ar, neraca energ devaluas pada keadaan belum memanaskan ar terhadap keadaan sesudah memanaskan ar. dmana: Neraca energ untuk sstem tertutup adalah: EK EP U = Q W (2.1) EK adalah perubahan energ knetk EP adalah perubahan energ potensal U adalah perubahan energ dalam Q adalah energ yang melewat batas sstem dalam bentuk panas W adalah energ yang melewat batas sstem dalam bentuk kera Dalam persamaan 2.1 notas W dapat dhlangkan karena pada sstem tdak ada kera masuk maupun keluar. Dengan mengabakan perubahan energ knetk maupun energ potensal, maka persamaan 2.1 dapat lebh dsederhanakan menad: U = Q (2.2) Energ panas Q adalah energ masuk E gas dan energ keluar. U adalah perubahan energ dalam yang dtanda dengan naknya temperatur ar.

5 2.2.2 Sstem Pemanasan Ar dengan Selubung E n E stored E n E generated Sumber energ Gambar 2.4 Model sstem massa atur dengan selubung Pemanasan ar menggunakan selubung sepert yang dtunukkan pada gambar 2.4 memungknkan lebh banyak energ masuk melalu ss panc. Hal n terad karena udara panas darahkan oleh selubung untuk lebh merapat ke dndng panc. 2.3 Hubungan Sfat Termodnamka Dalam mengevaluas sfat-sfat termodnamka, asums-asums dapat dterapkan untuk mempermudah perhtungan. Asums dtentukan sesua dengan keadaan sstem yang sedang danalss. Asums-asums yang serng muncul dalam permasalahan termodnamka antara lan model zat nkompresbel dan model gas deal. Asums zat nkompresbel basanya berlaku untuk sstem yang berupa benda car atau benda padat. Sfat termodnamka benda car dan benda padat hanya berubah sedkt terhadap perbedaan tekanan. Dengan demkan, perubahan sfat termodnamka benda car dan benda padat akbat perubahan tekanan dapat dabakan terhadap perubahan sfat termodnamka akbat perubahan temperatur. Asums zat nkompresbel serngkal uga menyatakan bahwa volume spesfk tdak berubah dan energ dalam hanya bergantung pada temperatur. Istlah kapastas panas ens spesfk dperkenalkan untuk memudahkan perhtungan pada model zat nkompresbel maupun model gas deal

6 (Moran:2000). Kapastas panas ens spesfk ddefnskan dalam bentuk persamaan sebaga berkut: u cv ( T) = (2.3) T c p v h ( T ) = (2.4) T p Huruf v dan p menandakan bahwa penurunan dlakukan dengan menganggap v atau p sebaga sebuah konstanta. Khusus untuk zat nkompresbel, karena ada asums volume spesfk konstan, maka turunan entalp terhadap temperatur dengan menganggap p konstanta akan menad du/dt. Dengan demkan, pada zat nkompresbel tdak ada perbedaan nla antara c p maupun c v, atau c p = c v = c Ar adalah zat nkompresbel. sehngga U dapat ddekat dengan m H2O.c H2O.(T 2 - T 1 ). Setelah mengdentfkas varabel U dan Q, persamaan 2.2 berubah menad: m H O ch O ( T2 T ) = Egas Eloss E gas adalah massa gas yang dgunakan dkal LHV gas tersebut (pers. 2.6). E gas (2.5) = m LHV (2.6) gas Dengan menukarkan ss kr pada persamaan 2.5 dengan yang ada d ss kanan serta mensubttuskan E gas dengan persamaan 2.6, maka persamaan 2.5 menad: E loss ( T ) = m LHV m (2.7) gas H 2O ch 2O 2 T1 Kapastas panas ens spesfk untuk ar adalah 4,2 kj/kg.k. LHV untuk butana (C 4 H 10 ) adalah kj/kg.

7 2.4 Perhtungan Efsens Efsens berdasarkan sstem yang telah dgambarkan datas adalah perbandngan antara banyaknya energ yang dserap ar terhadap banyaknya energ bahan bakar yang dgunakan. E E stored η = (2.8) generated dmana energ yang dserap ar dperoleh dar rumus: E stored = mh O. c p H. T (2.9) 2 O 2 dan energ bahan bakar yang dgunakan dperoleh dar rumus: E = m LHV (2.10) generated gas. sehngga efsens memasak dperoleh dengan menghtung: mh O. c p. T 2 H2O η = (2.11) m. LHV gas Pada dasarnya umlah bahan bakar gas yang dgunakan untuk satu kal penguan adalah sektar gram. Agar dperoleh data dengan kesalahan auh dar 1% maka dperlukan suatu alat ukur yang memlk skala terkecl 0.1 gram. Kompor standar memlk tabung gas dengan berat sebesar ± 20 kg. Oleh karena tu muncul kesultan dalam hal alat ukur yang memlk kapastas datas 20 kg dan skala terkecl 0.1 gram. Sehngga dperlukan alat ukur yang memlk kecermatan relatf tngg dalam selang yang cukup besar untuk dapat menghtung efsens berdasarkan lau alran bahan bakar yang terad. Selan tu perhtungan efsens uga dlakukan dengan menghtung waktu pemanasan ar.

8 2.5 Data Hasl Percobaan pada Tugas Akhr Sebelumnya Data hasl percobaan sebelumnya dtamplkan untuk bsa dbandngkan haslnya dengan percobaan kal n. Sehngga dengan perbandngan n dharapkan bsa dpaka sebaga acuan dalam pembuatan alat penghemat bahan bakar gas. Dar hasl percobaan pada tugas akhr sebelumnya tanpa menggunakan selubung, efsens memanaskan ar menggunakan kompor portable berksar antara 39% hngga 50% (Tabel 2.1). Dengan kata lan, 50% dar energ yang dhaslkan bahan bakar tdak dgunakan untuk kebutuhan yang kta ngnkan. Tabel 2.1 Efsens memasak cara konvensonal Jka dbandngkan terhadap kompor portable, kompor standar memlk efsens yang lebh rendah. Kompor portable dkatakan memlk efsens cukup tngg karena berdasarkan percobaan, udara panas mengalr mengkut profl panc dan panasnya tdak menyebar sebagamana dtemukan pada kompor standar. Selan tu, pemanfaatan selubung pada kompor portable tdak dapat menakkan efsens setngg yang dapat dlakukan pada kompor standar Pemanasan Ar pada Kompor Gas Portable Meskpun temperatur ar saat menyalakan dan mematkan kompor sudah dtentukan, pada prakteknya ada kesultan mendapatkan temperatur awal yang sama, dan kesultan mencatat waktu maupun menghentkan kompor tepat pada temperaturnya yang dtentukan. Supaya temperatur awal ar sama pada setap penguan, maka temperatur awal ar yang relatf rendah perlu dpanaskan. Namun karena pemakaan bahan bakar dambl sebaga data, maka usaha menakkan temperatur awal tdak dapat dlakukan dengan cara menyalakan kompor. Beberapa alan keluarnya adalah dengan cara menympan seumlah ar yang cukup banyak, msalnya dalam bak,

9 sehngga ar untuk penguan selalu bertemperatur awal sama karena dambl dar bak yang sama. Cara lan adalah memanaskan ar menggunakan heater. Mesk demkan, mematkan heater tepat pada temperatur tertentu bukan hal yang mudah. Oleh karena tu, dambl sebuah tolak ukur baru yatu kenakan temperatur satu klogram ar per gram bahan bakar. Ukuran tu secara defns adalah mereakskan satu gram bahan bakar untuk memanaskan satu klogram ar lalu mencatat kenakan temperatur satu klogram ar tersebut. Secara praktek, nla n bsa ddapat dengan cara mengalkan massa ar dengan selsh temperatur akhr dan temperatur awal lalu membagnya dengan umlah gas yang dgunakan. kenakan temperatur 1kg ar / gram bb = m H2O [kg] T akhr - T m [gram] gas awal (2.12) Data hasl penguan menggunakan kompor portable beserta varas selubungnya telah dtabelkan dalam percobaan tugas akhr tahun lalu. D bawah n akan dperlhatkan dagram batang kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar. Kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar panc da.16 cm; ar 1L (kompor portable) non selubung percobaan Semakn tngg semakn bak Gambar 2.5 Dagram batang ens selubung vs kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar (panc da. 16 cm, ar 1 L, kompor portable)

10 Kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar panc da. 16 cm; ar 0.8L (kompor portable) non selubung non selubung hngga 85 C 4.00 hngga menddh Semakn tngg semakn bak Gambar 2.6 Dagram batang ens selubung vs kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar (panc da. 16 cm, ar 0.8 L, kompor portable) Kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar panc da. 20 cm; ar 1.2L (kompor portable) percobaan non Selubung net saver Semakn tngg semakn bak Gambar 2.7 Dagram batang ens selubung vs kenakan temperatur 1 kg ar per gram bahan bakar (panc da. 20 cm, ar 1.2 L, kompor portable) Pemanasan Ar pada Kompor Gas Standar Pada penguan menggunakan kompor standar, analss efsens dambl dalam bentuk penghematan waktu. Pendekatan n dapat danggap benar apabla lau massa bahan bakar selalu konstan. Anggapan lau massa bahan bakar konstan dambl dar data percobaan menggunakan kompor portable. Kesmpulan yang dambl dar data kompor portable n dgeneralsaskan untuk kompor standar.

11 Waktu pemanasan untuk panc da. 16cm, ar 1.5L (kompor standar) waktu (s) no selubung T = 35 o C T = 55 o C semakn pendek semakn bak Gambar 2.8 Dagram batang ens selubung vs waktu (panc da.16 cm, ar 1.5 L, kompor standar) Tabel 2.2 Waktu pemanasan tap ens selubung (panc da. 16 cm, ar 1.5L, kompor standar)

12 Waktu pemanasan untuk panc da. 20 cm; ar 1.5L (kompor standar) 300 waktu (s) no selubung netsaver T = 35 o C T = 55 o C Gambar 2.9 Dagram batang ens selubung vs waktu (panc da.20 cm, ar 1.5 L, kompor standar) Tabel 2.3 Waktu pemanasan tap ens selubung (panc da. 20 cm, ar 1.5L, kompor standar) 2.6 Smulas dengan Perangkat Lunak Fluent Pemodelan Smulas dawal dengan menggambar model berdasarkan data geometr kompor, panc, dan selubung hasl desan. Model yang dgunakan dalam smulas numerk n adalah model 2 dmens. Pemodelan n dlakukan secara bertahap yatu dmula dengan pendefnsan ttk, dar ttk-ttk yang ada ddefnskan sebaga gars, hngga akhrnya menad suatu bdang. Setelah dperoleh model, dlakukan dskttsas pada bdang tersebut (meshng). Pembentukan mesh n akan berpengaruh terhadap keakuratan perhtungan smulas dnamka fluda, sehngga proses meshng harus dlakukan secara tepat dan benar.

13 2.6.2 Smulas Numerk Metode numerk elemen hngga banyak dgunakan untuk mempermudah proses perhtungan dan aplkas yang rumt untuk dselesakan secara analts. Metode n bercrkan adanya pembagan bdang atau volume sstem, bak pada massa atur maupun volume atur, menad volume kecl yang dsebut yang dsebut mesh atau grd. Setap bdang atau volume kecl memlk seumlah nodal tempat menerapkan persamaan-persamaan. Semakn halus meshng, maka hasl yang dperoleh akan semakn detal dan akurat. Dengan metode n akan memberkan peluang penyederhanaan persamaan analts yang rumt menad persaman alabar yang eksak. Penyelesaan dengan metode analtk yang menghaslkan penyelesaan eksak sult dterapkan. Untuk menyelesakannya dgunakan metode numerk, yatu metode perhtungan aproksmas persamaan dferensal dengan persamaan artmatka basa (persamaan dskrt) yang dapat dpecahkan dan menghaslkan penyelesaan aproksmas pada ttk-ttk dskrt. Gambar 2.10 Alran fluda pada suatu elemen kecl Gambar 2.10 memberkan lustras penerapan persamaan kontnutas pada suatu elemen kecl volume (nfntesmal volume). Lau massa masuk dwakl oleh V1 dan dan lau massa keluar dwakl oleh V2, masng-masng terdr dar komponen arah dan arah y, u, dan v. Persamaan kontnutas dua dmens adalah: ρ ( ρ u ) ( ρ v ) = Sm t y (2.13) Untuk alran stasoner dan bla tdak ada mass source, Sm, persamaan (2.13) tersebut menad :

14 ρ ( ρ u ) ( ρ v ) = 0 t y (2.14) Dengan mengasumskan denstas fluda konstan, nla dan y dtentukan dan berlaku untuk semua volume yang sangat kecl, sehngga u dan v menad u dan v, persamaan d atas dapat dubah menad persamaan alabar (2.15). u v y = 0 (2.15) Apabla persamaan (2.15) durakan terhadap komponen-komponennya, maka akan dperoleh persamaan: u 2 u 1 v 2 v y 1 = 0 (2.16) Persamaan (2.16) dselesakan bersama-sama dengan persamaanpersamaan kekekalan energ, kekekalan momentum, speses transport, turbulens dan persamaan lan secara smultan. Dengan menerapkan konds batas pada persamaan-persamaan tersebut akan ddapatkan solus akhr Persamaan Dasar pada Smulas Fluent Persamaan dasar yang dgunakan untuk menymulaskan alran udara dan nteraks partkel ar dengan udara pada proses pendngnan adalah: a. Persamaan kekekalan massa (kontnutas) b. Persamaan kekekalan momentum c. Persamaan kekekalan energ Persamaan Kontnutas Persamaan kontnutas berdasarkan persamaan (2.15) yang dterapkan Fluent dalam arah adalah : ρ ( ρu ) = S t m (2.17) Persamaan d atas adalah bentuk umum persamaan kontnutas yang dterapkan Fluent untuk alran nkompresbel maupun kompresbel. S m adalah mass source dar fasa dskrt, ataupun reaks speses.

15 Interaks massa, momentum, dan energ fasa kontnu dengan fasa dskrt delaskan dalam Gambar Fluent menyertakan perhtungan perpndahan massa, momentum, dan energ dar fasa dskrt ke fasa kontnu setap kal trackng lntasan partkel melewat volume atur (grd). Perubahan-perubahan n devaluas pada ss masuk dan ss keluar volume atur yang dlalu lntasan partkel, dan dmasukkan pada suku S m persamaan (2.17). LINTASAN PARTIKEL GRID VOLUME ATUR Gambar 2.11 Dagram smulas transfer massa, momentum, dan energ fasa dskrt dengan fasa kontnu. Lntasan partkel dgambarkan melewat satu volume atur, grd, yang dbatas dengan gars putus-putus Persamaan Kekekalan Momentum Persamaan umum kekekalan momentum dalam arah untuk fasa kontnu dberkan dalam persamaan (2.18) ( t τ p ( ρu u ) = ρg F ρ u ) (2.18) Dengan p adalah tekanan stats, τ adalah tensor tegangan geser, ρg dan F adalah pengaruh gaya gravtas dan gaya eksternal. Tensor tegangan geser dapat dnyatakan dengan persamaan :

16 k k u u u δ µ µ τ = 3 2 (2.19) Persamaan Kekekalan Energ Persamaan umum kekekalan energ dapat drumuskan sebaga berkut : ( ) [ ] h eff eff S ) ( u J h T k p E u E ) ( t = τ ρ ρ 2.20) Dmana k eff adalah konduktvtas panas efektf ( kk f, dengan k f adalah konduktvtas termal turbulen), J adalah fluks dfus speses, tga suku d ruas kr persamaan (2.20) mewakl perpndahan panas konduks, dfus speses, dan dspas vskos. Suku S h adalah sumber energ yang dapat berasal dar reaks, radas, perpndahan panas antara fasa kontnu dengan fasa dskrt dan fluks energ. Pengaruh energ potensal dan knetk dwakl oleh E pada ruas kr suku kedua. Suku kedua ruas kanan kanan, yatu dspas vskos, dabakan karena terlalu kecl pengaruhnya apabla dbandngkan dengan suku-suku yang lan, sehngga persamaan (2.20) menad : ( ) [ ] h eff S J h T k p E u E ) ( t = ρ ρ (2.21) Konds Batas Dndng (Wall) Konds batas dndng dterapkan ke semua permukaan fluda. Persamaan persamaan yang berlaku adalah persamaan perpndahan panas konduks, konveks dan radas. Perpndahan panas konduks, konveks dan radas secara berurutan dberkan oleh persamaan : ) ( s w k T T A k q = (2.22) ) ( s w h T T A h q = (2.23) ) ( 4 4 w et r T T q = σ ε (2.24)

17 Nla masukan yang dperlukan oleh Fluent adalah konduktvtas termal dndng, koefsen perpndahan panas konveks, dan emsvtas dndng luar Pressure Outlet Penggunaan pressure outlet berlaku untuk alran kompresbel. Input yang dperlukan adalah komposs gas keluaran, energ knetk turbulen, lau dspas turbulen dan temperatur keluar gas. Penggunaan konds batas n mempermudah smulas karena kta tdak perlu menentukan besar tekanan udara pada ss keluar Mass Flow Inlet Konds batas n dpergunakan untuk semua masukan gas. Fluent akan menentukan besar kecepatan tap nodal dengan membag lau massa dengan massa ens dan luas penampang setap cell. Input untuk konds batas n adalah komposs massa gas masuk, temperatur masuk, energ knetk turbulen, lau dspas turbulens, dan temperatur radas batas.

18 Bab III Rancangan dan Prosedur Percobaan Sepert yang telah dtentukan dalam bab sebelumnya, penghematan dlakukan dengan menggunakan selubung pengumpul alran gas hasl pembakaran d sektar panc. Percobaan dlakukan dengan memanaskan ar d dalam panc tanpa menggunakan selubung dan dbandngkan haslnya dengan pemanasan menggunakan selubung. 3.1 Peralatan yang Dgunakan Gambar 3.1 Termometer dan stopwatch Termometer yang dgunakan dalam peneltan n memlk kecermatan 0,1 O C. Tekns pemakaannya adalah cukup dengan menempelkan sensor yang terdapat d bagan uung kabel ke tempat yang ngn dketahu temperaturnya. Untuk kompor gas portable, percobaan dlakukan dengan menghtung waktu 1

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL

MODEL MATEMATIKA SISTEM THERMAL MODEL MATEMATIA SISTEM THERMAL PENGANTAR Sstem thermal merupakan sstem yang melbatkan pemndahan panas dar bahan yang satu ke bahan yang lan. Sstem thermal dapat danalsa dalam bentuk tahanan dan kapastans,

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Aliran Fluida

Dasar-dasar Aliran Fluida Dasar-dasar Alran Fluda Konsep pentng dalam alran fluda Prnsp kekealan massa, sehngga tmbul persamaan kontnutas Prnsp energ knetk, persamaan persamaan alran tertentu Prnsp momentum, persamaan-persamaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN Rta Rahmawat Program Stud Statstka FMIPA UNDIP Abstrak Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), asums terpentng adalah

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5

ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5 44 ISSN 026-328 V.I.S. Wardhan, dkk. ANALISIS PROSES PERPINDAHAN PANAS DUA DIMENSI PADA DUA DAERAH ALIRAN FLUIDA YANG TERPISAH OLEH SEBUAH PELAT DENGAN PERANGKAT LUNAK FLUENT V5 V.I.S. Wardhan, Henky P.R,

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME)

BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) Yosef Agung Cahyanta : Termodnamka I 43 BAB IV HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA (CONTROL VOLUME) 4.1 ANALISIS TERMODINAMIKA SISTEM TERBUKA Dalam persoalan yang menyangkut adanya alran massa ke/dar

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Semnar Nasonal Aplkas Teknolog Informas 004 Yogyakarta, 19 Jun 004 Aplkas Pemrograman Komputer Dalam Bdang Teknk Kma Arf Hdayat Program Stud Teknk Kma Fakultas Teknolog Industr, Unverstas Islam Indonesa

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK

EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Prosdng SPMIPA. pp. 147-15. 006 ISBN : 979.704.47.0 EVALUASI METODE PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK DENGAN ANALISIS INTERBLOK Rta Rahmawat, I Made Sumertajaya Program Stud Statstka Jurusan Matematka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 23-32, April 2001, ISSN : JRNAL MATEMATIKA DAN KOMPTER Vol 4 No 1, 3-3, Aprl 1, ISSN : 141-51 KAJIAN DISKRETISASI DENGAN METODE GALERKIN SEMI DISKRET TERHADAP EFISIENSI SOLSI MODEL RAMBATAN PANAS TANPA SK KONVEKSI Suhartono dan

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant) PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN

Bab IX PERPINDAHAN PANAS RADIASI ANTAR PERMUKAAN Perpndahan Panas I Hmsar AMBAITA Bab IX PEPINDAHAN PANAS ADIASI ANTA PEMUKAAN..Perpndahan panas radas antar permukaan dapat danalogkan sepert susunan tahan lstrk.. Pada bagan sebelumnya telah dbahas faktor

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Dagram Alr Peneltan Materal Amorph Magnetk (Fe 73 Al 5 Ga 2 P 8 C 5 B 4 S 3 ) Ekspermen DfraksNeutron (I vs 2theta) Smulas Insalsas atom secara random Fungs struktur, F(Q) Perhtungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN

SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN SIMULASI SMOOTHED PARTICLE HYCRODYNAMICS DUA DIMENSI DENGAN METODE DETEKSI PARTIKEL PERMUKAAN Muh.Kk Ad Panggayuh 1, Sr Suryan P., Dede Tarwd 3 1,,3 Prod Ilmu Komputas Telkom Unversty, Bandung 1 adpanggayuh@gmal.com,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1

Hukum Termodinamika ik ke-2. Hukum Termodinamika ke-1. Prinsip Carnot & Mesin Carnot. FI-1101: Termodinamika, Hal 1 ERMODINAMIKA Hukum ermodnamka ke-0 Hukum ermodnamka ke-1 Hukum ermodnamka k ke-2 Mesn Kalor Prnsp Carnot & Mesn Carnot FI-1101: ermodnamka, Hal 1 Kesetmbangan ermal & Hukum ermodnamka ke-0 Jka dua buah

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. penerapan Customer Relationship Management pada tanggal 30 Juni 2011. 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Penyajan Data Peneltan Untuk memperoleh data dar responden yang ada, maka dgunakan kuesoner yang telah dsebar pada para pelanggan (orang tua sswa) d Kumon

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci