BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI. 3.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)"

Transkripsi

1 BAB 3 LANDAAN TEORI 3.1 Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis dibidang ekonomi, sosial dan sebagainya, kia memerlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang masa yang akan daang. Kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing) (Assauri, 1984, p1). edangkan menuru Webser (1986, p3), peramalan adalah dugaan yang dibua secara sederhana enang apa yang akan erjadi di masa depan berdasarkan informasi yang ersedia saa ini. Dalam usaha unuk meliha dan mengkaji siuasi dan kondisi di masa depan maka harus dilakukan peramalan. Oleh karena iu perlu diperkirakan aau diramalkan siuasi apa dan kondisi bagaimana yang akan erjadi pada masa depan, karena hal ini dibuuhkan unuk menenukan langkah-langkah yang perlu dilakukan unuk mencapai hasil yang diinginkan. Peramalan diperlukan karena adanya kebuuhan unuk mengeahui apa yang mungkin akan erjadi pada masa yang akan daang. Jadi dalam menenukan langkah-langkah iu perlu diperkirakan hal-hal apa saja yang akan erjadi sehingga dapa mengeahui ancaman yang mungkin erjadi. Kegunaan dari peramalan erjadi pada waku pengambilan kepuusan. eiap orang selalu dihadapkan pada masalah pengambilan kepuusan. Kepuusan yang baik adalah kepuusan yang didasarkan aas perimbangan-perimbangan yang maang dan perkiraan enang kejadian yang mungkin akan erjadi. Apabila ramalan yang kia hasilkan kurang epa, maka kepuusan yang kia ambil idak akan mencapai hasil yang

2 1 memuaskan. Dengan meramalkan kejadian yang akan daang, indakan-indakan yang akan daang dapa direncanakan dengan maang sehingga dapa mengurangi kerugian aau menambah keunungan sera dapa menganisipasi hal-hal yang idak diinginkan. 3. Jenis-jenis Peramalan Pada umumnya peramalan dapa dibedakan dari beberapa segi erganung dari cara melihanya. Apabila diliha dari sifa penyusunannya, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam, yaiu (Assauri, 1984, p3) : 1) Peramalan yang subjekif, yaiu peramalan yang didasarkan aas perasaan aau inuisi dari orang yang menyusunnya. ) Peramalan yang objekif, adalah peramalan yang didasarkan aas daa yang relevan pada masa lalu, dengan menggunakan eknik-eknik dan meodemeode dalam penganalisisan daa ersebu. Disamping iu, jika diliha dari jangka waku ramalan yang disusun, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam pula, yaiu (Assauri, 1984, p4) : 1) Peramalan jangka panjang, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan yang jangka wakunya lebih dari sau seengah ahun aau iga semeser. ) Peramalan jangka pendek, yaiu peramalan yang dilakukan unuk penyusunan hasil ramalan dengan waku yang kurang dari sau seengah ahun, aau iga semeser.

3 13 Berdasarkan sifa ramalan yang elah disusun, maka peramalan dapa dibedakan aas dua macam, yaiu (Assauri, 1984, p4) : 1) Peramalan kualiaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kualiaif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibua sanga erganung pada orang yang membuanya, karena dienukan berdasarkan pemikiran yang bersifa inuisi, judgmen aau pendapa, dan pengeahuan sera pengalaman dari penyusunnya. ) Peramalan kuaniaif, yaiu peramalan yang didasarkan aas daa kuaniaif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibua sanga erganung pada meode yang dipergunakan dalam peramalan ersebu. Menuru Makridakis, Wheelwrigh dan McGee (1999, p0), iga kondisi penerapan peramalan ini adalah : ersedia informasi enang masa lalu, informasi ersebu dapa dikuaniaifkan dalam benuk daa numerik dan dapa diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan erus berlanju di masa mendaang. Menuru Reksohadiprodjo (1989, p5), peramalan kuaniaif dapa dibagi lagi menjadi dere waku, kausalias dan pemanauan. 3.3 Langkah-langkah Peramalan Peramalan yang baik adalah peramalan yang dilakukan dengan mengikui langkah-langkah aau prosedur penyusunan yang baik yang akan menenukan kualias aau muu dari hasil peramalan yang disusun. Pada dasarnya ada iga langkah peramalan yang pening, yaiu (Assauri, 1984, p5): 1) Menganalisis daa yang lalu, ahap ini berguna unuk pola yang erjadi pada masa lalu.

4 14 ) Menenukan meode yang dipergunakan. Meode yang baik adalah meode yang memberikan hasil ramalan yang idak jauh berbeda dengan kenyaaan yang erjadi. 3) Memproyeksikan daa yang lalu dengan menggunakan meode yang dipergunakan, dan memperimbangkan adanya beberapa fakor perubahan (perubahan kebijakan-kebijakan yang mungkin erjadi, ermasuk perubahan kebijakan pemerinah, perkembangan poensi masyaraka, perkembangan eknologi dan penemuan-penemuan baru). 3.4 Meode Pemulusan (moohing) Eksponensial Meode ini disebu eksponensial karena menggunakan pemboboan menurun secara eksponensial erhadap nilai pengamaan yang lebih lama. Meode pemulusan eksponensial erdiri aas unggal, ganda, dan meode yang lebih rumi lainnya. emuanya mempunyai sifa yang sama, yaiu nilai yang lebih baru diberikan bobo yang relaif lebih besar dibandingkan nilai pengamaan yang lebih lama Pemulusan Eksponensial Tunggal Meode pemulusan eksponensial unggal (ingle Exponenial mooing/e) minimal membuuhkan dua buah daa unuk meramalkan nilai yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Beriku ini rumusan dalam pemulusan eksponensial unggal (Makridakis e al., 1999, p101) : X X N F + 1 = F + (3-1) N N

5 15 Jika pengamaan yang lama X idak ersedia maka nilainya harus diganikan dengan N suau nilai pendekaan. alah sau penggani yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya F. Dengan melakukan subsiusi ini, persamaan (3-1) menjadi persamaan (3-) kemudian diulis kembali menjadi persamaan (3-3) (Makridakis e al., 1999, p10). X F F + 1 = F + (3-) N N F 1 = N 1 + N + 1 X 1 F (3-3) (Perhaikan bahwa jika daanya sasioner, maka subsiusi di aas merupakan pendekaan yang cukup baik, namun bila erdapa rend, meode E yang dijelaskan di sini idak cukup baik). Dari persamaan (3-3) dapa diliha bahwa ramalan ini ( F + 1) didasarkan aas pemboboan pada observasi yang erakhir dengan suau nilai bobo (1/N) dan pemboboan ramalan yang erakhir sebelumnya ( F ) dengan suau bobo [1-(1-N)]. Karena N merupakan suau bilangan posiif, 1/N akan menjadi suau konsana anara nol (jika N ak erhingga) dan 1 (jika N=1). Dengan menggani 1/N dengan α, persamaan (3-3) menjadi (Makridakis e al., 1999, p103) : F ) + 1 = αx + (1 α F (3-4) Meode ini banyak mengurangi masalah enang penyimpanan daa, karena kia idak perlu lagi menyimpan semua daa hisoris yang ada aau sebelumnya. Daa-daa yang perlu disimpan hanya pengamaan erakhir (X ), ramalan erakhir (F ) dan suau nilai α yang harus disimpan.

6 16 Persamaan pemulusan eksponensial dapa diliha dengan lebih baik bila persamaan (3-4) diperluas dengan menggani F dengan komponennya sebagai beriku (Makridakis e al., 1999, p 103) : F F ( α )[ αx + ( α) F ] 1 = α X ( 1 α) X 1 + ( α ) F 1 1 = X + α 1 α (3-5) Jika proses subsiusi ini diulang dengan menggani F 1 dengan komponennya, F dengan komponennya, dan seerusnya, hasilnya adalah persamaan (3-6) (Makridakis e al., 1999, p103) : F + 1 = α α X + α( 1 α) X 1 + α( 1 α) X + 3 N ( 1 α ) X ( 1 α) F ( N 1 ) (3-6) Misalkan α =0,; 0,4; 0,6; 0,8. Maka bobo yang diberikan pada nilai pengamaan observasi masa lalu akan menjadi sebagai beriku : Tabel 3.1 Pemboboan Nilai Pengamaan (Makridakis e al., 1999, p103) Bobo yang diberikan pada : α =0, α =0,4 α =0,6 α =0,8 X 0, 0,4 0,6 0,8 X 0,16 0,4 0,4 0,16 1 X 0,18 0,144 0,096 0,03 X 0,104 0,0886 0,0384 0, X (0,)(0,8) 4 (0,4)(0,6) 4 (0,6)(0,4) 4 (0,8)(0,) 4 4

7 Pemulusan Eksponensial Tunggal : Pendekaan Adapif (Adapive Response Rae imple Exponenial moohing / ARRE) Pemulusan eksponensial unggal dengan ingka respon yang adapif (ARRE) memiliki kelebihan yang nyaa aas pemulusan ekponensial unggal dalam hal nilai α yang dapa berubah-ubah sesuai dengan perubahan dalam pola daanya. Karakerisik ini ampaknya menarik jika erdapa beberapa raus aau ribuan daa yang perlu diramalkan. ARRE bersifa adapif karena nilai α dapa berubah secara oomais bilamana erdapa perubahan pada pola daanya. Persamaan dasar unuk peramalan dengan meode ARRE adalah serupa dengan persamaan (3-4) kecuali nilai α digani dengan α (Makridakis e al., 1999, p109). dimana : F + = α X + 1 ( α ) F 1 (3-5) E α +1 =, (3-6) M E = e + ( 1 β) E 1 β, (3-7) M = e + ( 1 β) M 1 β, (3-8) e = X F (3-9) α dan β merupakan parameer yang nilainya anara 0 dan 1. Persamaan (3-6) menunjukkan bahwa nilai α yang dipakai unuk peramalan periode (+) dieapkan sebagai nilai absolu dari rasio anara unsur gala yang dihaluskan ( E ) dengan unsur gala absolu yang dihaluskan ( M ).

8 18 Inisialisasi proses ARRE sediki lebih rumi daripada E. ARRE seringkali erlalu responsif erhadap perubahan dalam pola daa Pemulusan Eksponensial Ganda : Meode Linier au-parameer dari Brown Pemulusan eksponensial linier dapa dihiung jika erdapa iga nilai daa dan sau nilai unuk α. Pemulusan ini juga memberikan bobo yang semakin menurun pada daa observasi masa lalu dimana akan memberi bobo yang lebih bera pada daa erakhir sera perubahannya dalam observasi. Pemulusan eksponensial linear lebih disukai daripada raa-raa bergerak linier sebagai suau meode peramalan dalam berbagai kasus uama karena erdapa pemboboan pada daa observasi masa lalu. Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial dari Brown mirip dengan raa-raa bergerak linier, karena kedua nilai pemulusan unggal dan ganda keinggalan dari daa yang sebenarnya jika erdapa unsur rend, perbedaan anara nilai pemulusan unggal dan ganda dapa diambahkan kepada nilai pemulusan unggal unuk kemudian disesuaikan pada rend. Persamaan yang dipakai dalam implemenasi pemulusan eksponensial linier sau-parameer dari Brown diunjukkan di bawah ini (Assauri, 1984, p40) : F + m = a + bm (3-10) sedangkan : + a ( ) (3-11) = b α ( ) 1 α = (3-1) = α X + 1 α) (3-13) ( 1

9 19 = α 1 α) (3-14) ( 1 dimana m adalah jumlah periode di depan yang diramalkan, eksponensial unggal, dan adalah nilai pemulusan eksponensial ganda. Agar dapa menggunakan rumus (3-13) dan (3-14) maka nilai adalah nilai pemulusan dan harus ersedia. Teapi pada saa awal periode dimana =1, nilai-nilai ersebu idak ersedia. Maka, nilai-nilai ini harus dienukan pada awal periode aau perlu diinisialisasi. Hal ini dapa dilakukan dengan meneapkan nilai dan sama dengan X aau dengan menggunakan suau nilai raa-raa dari beberapa nilai perama Pemulusan Eksponensial Tripel : Meode Kuadraik au-parameer dari Brown eperi pada pemulusan eksponensial linier yang dapa digunakan unuk meramalkan daa dengan suau pola rend dasar, benuk pemulusan yang lebih inggi dapa digunakan jika pola daanya adalah kuadraik, kubik, aau orde yang lebih inggi. Unuk pemulusan kuadraik, pendekaannya adalah memasukkan ingka pemulusan ambahan (pemulusan ripel aau ) dan memberlakukan persamaan peramalan kuadraik. 119) : Persamaan unuk pemulusan kuadraik adalah (Makridakis e al., 1999, pp118- F sedangkan : 1 + m = a + bm + c m (3-15)

10 0 a = (3-16) α b = ) (1 α) [(6 5α ) (10 8α ) + (4 3α ] (3-17) c = α ( 1 ) α ( + ) = + α X 1 α) (3-18) ( 1 = α 1 α) (3-19) ( 1 ( 1 α ) 1 = α + (3-0) Persamaan unuk pemulusan kuadraik jauh lebih rumi daripada persamaan unuk pemulusan unggal dan linier karena membuuhkan perhiungan sampai. Walaupun demikian pendekaan meode ini dalam menyesuaikan nilai ramalannya sehingga hasil ramalannya dapa mengikui perubahan rend yang kuadraik adalah sama. Proses inisialisasi unuk proses pemulusan eksponensial kuadraik dari Brown bisa sanga sederhana. Dieapkan (Makridakis e al., 1999, p11) = 1 = 1 = 1 X 1 yang cukup unuk memulai peramalan dari periode kedua dan seerusnya Meode Adapif au-parameer dari Brown Meode adapif sau-parameer dari Brown yang melibakan konsana pemulusan unggal (dengan nilai anara 0 dan 1) adalah sanga umum dan menunjukkan kinerja yang memuaskan dalam keadaan prakis. Perhiungan yang digunakan dalam meode ini adalah sebagai beriku (Makridakis e al., 1999,p13) :

11 1 ) = 1 + b 1 + (1 δ e (3-1) dimana b e ( ) e = b δ (3-) = X F, δ adalah konsana pemulusan, dan F + m = + bm (3-3) Persamaan (3-1) berbeda dengan perhiungan yang digunakan oleh banyak meode lain karena persamaan ini idak menghaluskan nilai eapi agaknya persamaan ini menghaluskan nilai kesalahan saa ini. Pendekaan ini merupakan cara perumusan ramalan yang berbeda, yang dapa digabungkan dengan perumusan ramalan berdasarkan nilai dere daa sebelumnya. 3.5 aisik Durbin-Wason Uji saisik Durbin-Wason menguji hipoesis bahwa idak erdapa auokorelasi pada nilai sisa/gala. aisik Durbin-Wason adalah sebagai beriku (uprano, 001, p70) : D W = n = ( e n = 1 e e 1 ) (3-4) Dimana : e adalah X F Disribusi Durbin-Wason adalah simerik di sekiar, yaiu nilai engahnya. Dengan demikian selang kepercayaan dapa dibenuk yang melibakan lima wilayah seperi yang diunjukkan pada gambar dibawah ini.

12 Gambar 3.1 Grafik Disribusi Durbin-Wason (Makridakis e al., 1999, p340) Lima selang yang dimaksudkan adalah (Reksohadiprodjo, 1989, p94) : 1. Kurang dari D L maka ada auokorelasi posiif.. Anara D L dan D U maka idak dapa disimpulkan. 3. Anara D U dan 4 D U maka idak ada auokorelasi. 4. Anara 4 D U dan 4 D L maka idak dapa disimpulkan. 5. Lebih dari 4 D L maka ada auokorelasi negaif. 3.6 ofware Engineering (Rekayasa Pirani Lunak) Menuru Friz Bauer (Pressman, 001, p0), rekayasa pirani lunak adalah pembenukan dan pemakaian prinsip-prinsip rekayasa dengan ujuan unuk menghasilkan pirani lunak yang ekonomis, erpercaya, dan bekerja efisien pada mesin yang sebenarnya (kompuer). Menuru Pressman (001, p0), rekayasa pirani lunak erbagi menjadi iga lapisan yang mampu mengonrol kualias dari pirani lunak, yaiu :

13 3 a. Proses (Process) Proses merupakan lapisan paling dasar dalam rekayasa pirani lunak. Proses rekayasa pirani lunak adalah pereka yang menyaukan lapisan-lapisan eknologi dan memungkinkan pengembangan yang rasional dan periodik dari pirani lunak kompuer. b. Meode (Mehods) Meode rekayasa pirani lunak menyediakan secara eknikal bagaimana membangun sebuah pirani lunak. Meode melipui sekumpulan ugas yang luas, ermasuk di dalamnya analisis kebuuhan, perancangan, konsruksi program, pengujian, dan penyangga. Meode dari rekayasa pirani lunak berganung pada sekumpulan prinsip dasar yang memerinah masing-masing area eknologi dan memasukkan akivias pemodelan, sera eknik-eknik deskripif lainnya. c. Ala Banu (Tools) Ala banu rekayasa pirani lunak menyediakan dukungan oomais aau semi oomais unuk proses dan meode. Keika ala banu diinegrasi sehingga informasi yang dicipakan oleh sebuah ala banu dapa digunakan oleh yang lainnya, sebuah sisem unuk mendukung pengembangan pirani lunak, yang juga disebu Compuer-Aided ofware Engineering (CAE), dihasilkan. CAE menggabungkan pirani lunak, perangka keras, dan daabase pirani lunak unuk mencipakan lingkungan rekayasa pirani lunak yang sejalan dengan CAD / CAE (Compuer-Aided Design / Engineering) unuk perangka keras. Menuru Pressman (001, p8), dalam perancangan pirani lunak, dikenal linear sequenial model aau yang lebih dikenal dengan sebuan classic life cycle aau waerfall model. Model ini menyarankan pendekaan yang sisemaik dan beruruan unuk

14 4 pengembangan pirani lunak yang dimulai pada ingka sisem dan dikembangkan melalui analisis, desain, pengkodean, pengujian, dan penyangga. Model ini melipui serangkaian akivias, yaiu : a. Rekayasa dan pemodelan sisem Karena pirani lunak selalu menjadi bagian dari suau sisem yang lebih besar, maka yang perlu dilakukan perama kali adalah meneapkan kebuuhan unuk seluruh elemen-elemen sisem dan kemudian mengalokasikan sebagian dari kebuuhan ersebu ke pirani lunak. b. Analisis kebuuhan pirani lunak Unuk dapa mengeri sifa dasar dari program yang dibangun, diperlukan pengerian akan informasi yang diperlukan oleh pirani lunak. c. Perancangan Perancangan pirani lunak sebenarnya merupakan sebuah proses yang erdiri dari banyak kegiaan, yang meniikberakan pada empa aribu nyaa dari sebuah program, yaiu : srukur daa, arsiekur pirani lunak, represenasi ampilan, dan deil prosedur. d. Pengkodean Dalam pengkodean, perancangan yang elah dilakukan dierjemahkan ke benuk yang dimengeri kompuer. e. Pengujian Proses pengujian meniikberakan pada bagian dalam pirani lunak secara logis, memasikan bahwa semua pernyaaan elah diuji, dan pada bagian-bagian luar yang eksernal, yang memimpin pengujian unuk membuka kesalahan-kesalahan

15 5 dan memasikan bahwa masukan yang elah dieapkan akan memproduksi hasilhasil yang sebenarnya yang diseujui dengan hasil-hasil yang dibuuhkan. f. Penyangga Penyangga dilakukan unuk menganisipasi erhadap erjadinya kesalahan karena perubahan sisem aau peningkaan kebuuhan pengguna akan fungsi baru. ysem Engineering Analysis Design Coding Tesing Mainenance Gambar 3.. Waerfall Model (Pressman, 199, p5) 3.7 Diagram Alir (Flowchar) Diagram alir (flowchar) adalah represenasi grafis dari serangkaian akivias operasi, pergerakan, inspeksi, delay, kepuusan dan penyimpanan dari sebuah proses. Diagram alir menggunakan simbol-simbol yang elah digunakan selama berahun-ahun unuk merepresenasikan jenis proses aau proses yang sedang dilakukan. Benuk yang sudah disandarisasi menyediakan sebuah meode yang umum dipakai oleh banyak

16 6 orang unuk memvisualisasikan masalah-masalah bersama-sama dengan cara yang sama (Hansen, 005). Beriku adalah simbol-simbol yang digunakan unuk menggambarkan diagram alir:

17 7 Tabel 3.. Tabel imbol Flowchar (hp://home.a.ne/~dexer.a.hansen/flowchar/flowchar.hm) Noasi Ari Noasi Proses / pengolahan Predefined proses Operasi inpu / oupu Decision, berupa peranyaan aau penenuan suau kepuusan Terminal, unuk menandai awal dan akhir program Preparaion, unuk inisialisasi suau nilai Panah, sebagai penghubung anar komponen dan penunjuk arah Manual inpu, inpu dari pengguna On-page connecor, sebagai penghubung dalam sau halaman Off-page connecor, sebagai penghubung anar halaman yang berbeda

18 8 3.8 ae Transiion Diagram ( TD) ae Transiion Diagram merupakan sebuah modelling ool yang digunakan unuk mendeskripsikan sisem yang memiliki keerganungan erhadap waku. TD merupakan suau kumpulan keadaan aau aribu yang mencirikan suau keadaan pada waku erenu (Kowal, 199, p39). Beriku adalah noasi yang digunakan unuk menggambarkan TD : Noasi Tabel 3.3. Tabel Noasi TD (Kowal, 1998, p39) ae Ari Noasi Arrow Condiion Acion Condiion dan Acion Ari lambang dari noasi TD adalah sebagai beriku : 1. ae ae merepresenasikan reaksi yang diampilkan keika suau indakan dilakukan. Ada jenis sae, yaiu : sae awal dan sae akhir. ae akhir dapa berupa beberapa sae, sedangkan sae awal idak lebih dari sau sae.

19 9. Arrow, disimbolkan dengan : Arrow sering disebu juga dengan ransisi sae yang diberi label dengan ekspresi auran. Label ersebu menunjukan kejadian yang menyebabkan ransisi erjadi. 3. Condiion dan acion Condiion adalah suau even pada lingkungan eksernal yang dapa dideeksi oleh sisem, sedangkan acion adalah aksi yang dilakukan oleh sisem bila erjadi perubahan sae aau merupakan reaksi erhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan keluaran / ampilan. 3.9 Ineraksi Manusia dengan Kompuer Unuk memperbaiki kegunaan suau aplikasi, pening unuk mempunyai sebuah ampilan muka yang direncanakan dengan baik. Delapan Auran Emas Rencana Tampilan Muka hneiderman adalah sebuah panduan unuk rancangan ineraksi yang baik. Delapan auran ersebu yaiu (hneiderman, 1998, pp74-75) : 1. Berusaha unuk konsisen. Uruan indakan yang sesuai harus diwajibkan dalam siuasi-siuasi yang sama, isilah serupa harus digunakan secara epa, menu dan layar banu.. Memungkinkan pemakai unuk menggunakan shorcu. eiring dengan frekuensi penggunaan yang meningka, begiu juga hasra aau keinginan pemakai unuk mengurangi jumlah ineraksi dan unuk meningkakan kecepaan ineraksi.

20 30 3. Memberikan umpan balik yang informaif. Unuk seiap indakan pemakai sebaiknya ada beberapa sisem umpan balik. Unuk hal-hal yang sering, responnya bisa bermacam-macam, semenara unuk indakan-indakan yang jarang, responnya harus lebih besar. 4. Merancang dialog unuk hasil akhir. Uruan indakan harus diaur ke dalam kelompok-kelompok dengan sebuah permulaan, perengahan dan akhir. Umpan balik yang informaif dalam penyelesaian indakan-indakan suau kelompok memberikan kepuasan hasil akhir kepada pemakai, sebuah rasa lega. 5. Menawarkan penanganan kesalahan secara sederhana. ebanyak mungkin, merancang sisem sehingga pemakai idak membua kesalahan yang serius. Jika sebuah kesalahan dibua, sisem harus mampu menemukan kesalahan dan menawarkan cara yang sederhana unuk menangani kesalahan ersebu. 6. Mengizinkan pembalikan indakan yang mudah. Fiur ini meringankan kecemasan, karena pemakai ahu bahwa kesalahankesalahan dapa dilepaskan, jadi hal iu mendorong penyelidikan pilihan-pilihan yang asing. auan perubahan mungkin sebuah indakan unggal, sebuah pemasukan daa aau sebuah kelompok indakan yang lengkap. 7. Mendukung pengendalian secara inernal. Pemakai-pemakai yang berpengalaman menginginkan bahwa mereka dapa mengendalikan sisem ersebu dan sisem ersebu dapa merespon indakan mereka. Merancang sisem unuk membua pemakai sebagai pengambil indakan.

21 31 8. Mengurangi ingaan jangka pendek. Baasan informasi pada manusia dalam memproses ingaan jangka pendek memerlukan ampilan secara sederhana, ampilan halaman-halaman dapa digabungkan, sehingga pergerakan windows dapa dikurangi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengertian dan Kegunaan Peramalan (Forecasting) BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Pengerian dan Kegunaan Peramalan (Forecasing) Dalam melakukan analisis di bidang ekonomi, sosial dan sebagainya, diperlukan suau perkiraan apa yang akan erjadi aau gambaran enang

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Deskripsi Teori 3.1.1. Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien unuk penjualan produknya, perusahaan memerlukan suau cara yang epa, sisemais dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Bab II LANDASAN TEORI

Bab II LANDASAN TEORI 5 Bab II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Menuru Sofjan Assauri (1984, p1), kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang, kia kenal dengan apa yang disebu peramalan (forecasing).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG

SISTEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOTHING UNTUK STOK BAHAN SPARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG ITEM PERAMALAN MENGGUNAKAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOTHING UNTUK TOK BAHAN PARE PART MOTOR DI GARUDA MOTOR JAJAG 1 Muhammad Iqbal (1110651220) 2 Bagus eya R,.Kom M.Kom, 3 Heny Wahyu,.Kom Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya 5 Bab 2 Tinjauan Pusaka 2.1 Peneliian Sebelumnya Dalam skripsi peneliian yang berjudul Pemodelan dinamis pola anam berbasis meode LVQ (Learning Vecor Quanizaion) (Bursa, 2010), menghasilkan sisem informasi

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing

Perancangan Sistem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Metode Triple Exponential Smoothing Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informaika ASIA (JITIKA) Vol.10, No.2, Agusus 2016 ISSN: 0852-730X Perancangan Sisem Peramalan Penjualan Barang Pada UD Achmad Jaya Dengan Meode Triple Exponenial Smoohing Tria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi

SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING. Oleh: Salman Alfarisi S. Alfarisi / Journal of Applied Business and Economics Vol. 4 No. 1 (Sep 2017) 80-95 SISTEM PREDIKSI PENJUALAN GAMIS TOKO QITAZ MENGGUNAKAN METODE SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Oleh: Salman Alfarisi Program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program

BAB 2 LANDASAN TEORI. Bab ini berisi teori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program 8 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi eori dasar yang dipakai dalam melakukan perancangan program sera unuk membua aplikasi peramalan persediaan barang dengan Hol-Winers guna opimasi pendisribusian barang

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Perminaan 2.1.1. Konsep Dasar Manajemen Perminaan Pada dasarnya manajemen perminaan (demand managemen) didefinisikan sebagai suau fungsi pengelolaan dari semua perminaan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. kehidupan makhluk hidup. Tanpa makanan makhluk hidup dapat bertahan hidup tetapi

BAB 3 LANDASAN TEORI. kehidupan makhluk hidup. Tanpa makanan makhluk hidup dapat bertahan hidup tetapi BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Pendahuluan enang Air Lebih dari separuh dunia dipenuhi oleh air. Air juga merupakan sumber kehidupan makhluk hidup. Tanpa makanan makhluk hidup dapa berahan hidup eapi anpa air

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan

BAB 3 LANDASAN TEORI. peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan teknik dan BAB 3 LANDASAN TEORI 3. Peramalan Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengerian peramalan, kegunaan meode peramalan, jenis-jenis peramalan, langkah-langkah peramalan, pemilihan eknik dan meode peramalan,

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda

BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUSAT STATISTIK Sejarah Singkat BPS (Badan Pusat Statistik) A. Masa Pemerintahan Hindia Belanda BAB 3 GAMBARAN UMUM BADAN PUAT TATITIK 3.. ejarah ingka BP (Badan Pusa aisik) A. Masa Pemerinahan Hindia Belanda Pada bulan Februari 920, Kanor aisik perama kali didirikan oleh Direkur peranian, Kerajinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Akivias produksi sebagai suau bagian dari fungsi organisasi perusahaan yang beranggung jawab erhadap pengolahan bahan baku menjadi produksi jadi yang dapa dijual. Terdapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sisi ekonometrika maupun dari segi perancangan. Ekonometrika akan berguna

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sisi ekonometrika maupun dari segi perancangan. Ekonometrika akan berguna BAB LANDASAN TEORI. Kerangka Teori Kerangka eori berisi penjabaran semua eori-eori yang akan digunakan, baik dari sisi ekonomerika maupun dari segi perancangan. Ekonomerika akan berguna dalam analisis

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING

SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Jurnal Informaika Polinema ISSN: 2407-070X SISTEM INFORMASI PERAMALAN STOK BARANG DI CV. ANNORA ASIA MENGGUNAKAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Mansyur, Erfan Rohadi Program Sudi Teknik Informaika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN TEMPAT KOST DENGAN METODE PEMBOBOTAN ( STUDI KASUS : SLEMAN YOGYAKARTA) I Wayan Supriana Program Pascasarjana Ilmu Kompuer Fakulas MIPA Universias Gadjah Mada

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET

III. PEMODELAN HARGA PENGGUNAAN INTERNET 8 III EMODELAN HARGA ENGGUNAAN INTERNET 3 Asumsi dan Model ada peneliian ini diperhaikan beberapa asumsi yaiu sebagai beriku: Waku anarkedaangan menyebar eksponensial dengan raaan λ - (laju kedaangan adalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kapasias Produksi Kapasias adalah kemampuan pembaas dari uni produksi (enaga kerja, mesin, uni sasiun kerja, proses produksi, perencanaan produksi, dan organisasi produksi) unuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN

PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Seminar Nasional Saisika IX Insiu Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 PEMODELAN PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN Brodjol Suijo Jurusan Saisika ITS Surabaya ABSTRAK Pada umumnya daa ekonomi bersifa ime

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 5, Nomor 2, Nopember 2014 ISSN Peramalan Dengan Meode Smoohing dan Verifikasi Meode Peramalan Dengan Grafik Pengendali Moving Range () (Sudi Kasus: Produksi Air Bersih di PDAM Tira Kencana Samarinda) Forecasing wih Smoohing and Verificaion

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN EORI 2. injauan Pusaka 2.. Peramalan Peramalan (forecasing) merupakan ala banu yang pening dalam perencanaan yang efekif dan efisien khususnya dalam bidang ekonomi. Dalam organisasi modern

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pea Proses Operasi Pea Proses Operasi merupakan suau diagram yang menggambarkan langkahlangkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai uru-uruan operasi dam pemeriksaan. Sejak

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69)

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(64-69) Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika Peramalan Penjualan Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Roi Sania Dengan Menggunakan Program POM QM Henny Yulius 1, Yadi Prawinaa

Lebih terperinci

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing

Keywords: Forecasting, Exponential Smoothing RANCANG BANGUN SISTEM PERAMALAN PERMINTAAN BARANG PADA CV. KONVEKSI JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Kuncono 1) 1) S1/ Jurusan Sisem Informasi. Sekolah Tinggi Manajemen Informaika &

Lebih terperinci