PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Transkripsi

1 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Perbaikan Infrastruktur Perkebunan kelapa sawit menghasilkan produk dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang bersifat bulk. Untuk mengeluarkan TBS dari dalam blok ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan mengangkutnya ke pabrik pengolahan, mutlak diperlukan jaringan jalan yang dapat memenuhi beberapa persyaratan dan manfaat. Jaringan jalan tersebut yaitu pasar tikus, rintis tengah, collection road (CR) dan main road (MR). Collection road merupakan jalan yang lurus dengan baris tanaman dan jalan panen yang digunakan pemanen untuk mengumpulkan TBS. Collection road mempunyai panjang m, bergantung pada kondisi di lapangan dengan arah utara - selatan. Main road berfungsi sebagai jalan utama bagi beberapa jalan koleksi lainnya yang merupakan rute pengangkutan utama untuk mengangkut TBS ke pabrik. Main road memiliki panjang m (arah timur-barat), bergantung pada kondisi lapangan. Semua badan jalan harus berbentuk seperti batok tengkurap/punggung kerbau (cambering), agar tidak terjadi genangan air pada permukaan. Jalan yang lurus sebaiknya juga dibuat cambering dan seimbang pada kedua sisinya. Selama kegiatan magang, penulis melakukan perawatan jalan dan tunas pasar. Rawat jalan. Sebagian besar konstruksi jalan di GSE terbuat dari tanah. Jalan yang terbuat dari tanah sangat rentan dan mudah rusak bila terkena air dan sering dilalui oleh kendaraan khususnya truk pengangkut TBS. Selama magang penulis melakukan rawat jalan terhadap jalan yang rusak. Rawat jalan dilakukan secara manual. Alat-alat yang digunakan adalah hammer, cangkul, dan angkong. Inti dari pekerjaan ini adalah menguras air yang tergenang di jalan dan menimbunnya dengan batu sehingga menjadi rata. Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada tingkat keparahan jalan. Rata-rata prestasi karyawan 2 m/hk. Prestasi penulis yaitu 2 m/hk.

2 19 Tunas pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan membuang pelepah tanaman kelapa sawit yang menjorok ke jalan. Tujuan tunas pasar adalah mengurangi hambatan penyinaran sinar matahari ke permukaan jalan akibat dihalangi oleh pelepah kelapa sawit sehingga dapat memperlama penyinaran matahari pada jalan yang berakibat jalan cepat kering bila basah. Aturan dalam tunas pasar adalah penunasan dilakukan seperlunya, hanya memotong pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari (jangan sampai over prunning). Prestasi kerja karyawan untuk rawat jalan tidak tentu karena bergantung pada banyaknya pokok yang akan ditunas. Rata-rata prestasi karyawan 60 m/hk. Selama menjadi karyawan penulis bertugas sebagai penyusun pelepah disebabkan oleh keterbatasan alat. Kegiatan perawatan jalan dapat dilihat pada Gambar 1. a b Gambar 1. Perawatan Jalan: a. Rawat Jalan Manual, b. Rawat Jalan dengan Menggunakan Grader Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pada umumnya, gulma mudah melakukan regenerasi sehingga timbul persaingan dengan tanaman yang dibudidayakan dalam hal perolehan ruang, cahaya, air, dan nutrisi. Gulma juga mensekresikan zat kimia (alelopati) yang dapat merugikan tanaman yang dibudidayakan. Oleh karena itu, penting dilakukan pengendalian gulma untuk meningkatkan daya saing tanaman pokok dan melemahkan daya saing gulma. Pengendalian gulma harus memperhatikan teknis pelaksanaan di lapangan (faktor teknis), biaya yang diperlukan (faktor ekonomis), dan kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkannya.

3 20 Pengendalian gulma di GSE dilakukan pada piringan dan gawangan. Tidak semua gulma harus diberantas karena tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) mendorong terjadinya erosi yang sangat merugikan. Jenis gulma yang harus tetap dipertahankan di gawangan yaitu pakis Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp, Turnera subulata. Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Oleh karena itu, keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang ditemukan di GSE adalah Imperata cylindrica, Sceliria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma affine, dan Ageratum conyzoides. Pengendalian gulma di GSE meliputi pengendalian gulma secara manual dan kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di GSE dilakukan dengan rotasi 1 kali pengendalian gulma secara manual dan 3 kali pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti cados (cangkul dodos), arit, parang, dan garukan. Pengendalian gulma secara manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis, dan gawangan. Kelebihan pengendalian gulma secara manual yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan. Sedangkan kelemahan pengendalian gulma secara manual adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang disebabkan oleh penggunaan alat, tanah menjadi cekung sehingga pada waktu hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada tanah miring. Pengendalian gulma secara manual di GSE dilakukan oleh tenaga kerja harian. Pengendalian gulma manual di GSE yang pernah diikuti penulis yaitu pekerjaan dongkel anak kayu (DAK). Tidak ada ketentuan yang jelas mengenai prestasi kerja pada kegiatan ini karena karyawan ditugaskan untuk membersihkan beberapa blok yang dianggap semak. Norma kerja kegiatan ini adalah 2 ha/hk. Prestasi penulis adalah 1 ha/hk. Kegiatan dongkel anak kayu (DAK) dapat dilihat pada Gambar 2.

4 21 Gambar 2. Kegiatan Dongkel Anak Kayu (DAK) Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan herbisida yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang digunakan di GSE adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning keemasan, Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksil etil eter 480 g/l berbentuk cair berwarna kuning bening, dan Starane dengan bahan aktif Fluroksipir 200g/l yang berbentuk cair berwarna ungu. Keuntungan pengendalian gulma secara kimia adalah dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja dan dapat mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahannya yaitu sangat bergantung pada cuaca, menyebabkan keracunan pada tanaman, dan adanya pengaruh samping pada penyemprot. Pengendalian gulma secara kimia di GSE dilakukan dengan sistem Block Spraying System (BSS). BSS adalah sistem pekerjaan yang dikerjakan blok per blok dengan metode penyemprotan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas penyemprot yang lebih tinggi. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh tim BSS adalah: (a) dua unit kendaraan roda empat (truk tim semprot kebun dan micron herby sprayer) yang masing-masing truk dilengkapi tangki berisi air sebagai pelarut, (b) unit alat semprot (RB-15) untuk TSK dan 8-10 unit alat semprot untuk MHS, dan selang air untuk mengisi air. Keuntungan penggunaan unit semprot yaitu penghematan pengggunaan tenaga

5 22 supervisi, supervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas pencampuran herbisida lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih mudah. Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi menjadi dua yaitu: tim semprot MHS untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot TSK untuk mengendalikan gulma di gawangan. (1) Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis, dan TPH Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled Droplet Application). Di pasaran, alat CDA dikenal dengan nama Micron Herbi. Alat semprot Micron Herbi digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna kuning. Alat Micron Herbi mempunyai kapasitas 5 atau 10 l/knapsack. Herbisida yang digunakan adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 4 : 1. Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 3.1%, artinya ada 31 ml herbisida dalam 1 liter air. Jenis gulma dominan yang ada di Divisi 2 adalah Axonopus compressus, Cytrococcum arescens, Eleusine indica, dan Paspalum conjugatum. Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri atas sembilan orang karyawan tetap perempuan. Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan ditemukan piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan tersebut dapat ditinggalkan. Kendala yang sering dihadapi adalah kerusakan pada alat semprot dan cuaca yang tidak menentu. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/hk. Prestasi karyawan bergantung pada kondisi lahan. Bila kondisi lahan bersemak, prestasi karyawan akan menurun dan sebaliknya. Prestasi karyawan rata-rata 5 ha/hk. Prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/hk disebabkan keterbatasan alat, penulis melakukan penyemprotan ketika karyawan sedang istirahat. (2) Penyemprotan gulma gawangan Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu yang merugikan tanaman dan menyulitkan kegiatan lain yang ada di gawangan,

6 23 piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari anak kayu, pakispakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar, kerisan, dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain: Melastoma sp., Chromolaena odorata, dan gulma berkayu lainnya. Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah (ultra low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel cone warna putih. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah Prima Up dan Starane dengan konsentrasi 0.33%, Kenlon dan Metaprima dengan konsentrasi 0.02%. Rotasi penyemprotan gawangan tiga kali dalam setahun. Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim penyemprot yang terdiri atas 12 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air, peralatan dan karyawan. Kendala-kendala yang sering dihadapi tim penyemprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja seperti pada nozel dan pompa knapsack dan keadaan cuaca yang tidak menentu. Penyemprotan dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/hk. Prestasi kerja karyawan rata-rata 3 ha/hk, sedangkan prestasi kerja penulis lebih kecil yaitu 1 ha/hk. Aplikasi Janjang Kosong (JJK) Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah unsur organik untuk tanah. Aplikasi janjang kosong akan meningkatkan penyerapan air dan daya menyimpan air tanah, memperbaiki struktur tanah, memacu pertumbuhan akar, dan dapat juga menjadi mulsa. Janjang kosong banyak mengandung unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman, seperti N, P, K, dan Mg serta mengandung unsur hara B, Cu, Zn, Fe, dan Mn. Pengaplikasian JJK di GSE mengikuti dosis yang dianjurkan oleh Minamas Research Centre (MRC). Dosis JJK perhektar yaitu 75 ton, diaplikasikan sebanyak ± 550 kg di antara dua pokok dalam satu baris. Aplikasi janjang kosong di GSE, dilakukan pada blok-blok tertentu. Penyusunan dilakukan di areal datar sampai bergelombang untuk memudahkan

7 24 pelangsiran dan penyusunan janjang. JJK diangkut oleh dump truck dari pabrik kelapa sawit (PKS), kemudian diletakkan di pinggir petak. Tumpukan JJK tersebut akan dilangsir oleh pekerja untuk disusun di gawangan antar pokok kelapa sawit. JJK disusun rapi berbentuk persegi dengan lebar 10 buah janjangan ke samping gawangan dan panjang 12 buah janjangan ke arah pasar rintis. Penyusunan JJK dibuat satu lapis agar tidak menjadi media hidup bagi hama kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengaplikasian JJK di blok harus dilakukan sesegera mungkin setelah diangkut dari PKS agar hara yang terkandung tidak tercuci di jalan. Di samping itu JJK juga dapat merusak jalan karena JJK menyerap air. Alat-alat yang digunakan untuk mengaplikasikan JJK adalah angkong, gancu, dan atau tojok. Kendala yang sering dialami untuk mengaplikasikan JJK di lapangan adalah bentuk lahan yang bergelombang sehingga menyulitkan karyawan dan dosis pemupukan yang tidak teratur kadang lebih besar atau lebih kecil dari dosis yang direkomendasikan. Kegiatan pengaplikasian dan penyusunan JJK dapat dilihat pada Gambar 3. a b Gambar 3. Pengaplikasian Janjang Kosong di Lahan: a. Pendistribusian JJK, dan b. Penyusunan JJK Pengaplikasian JJK dilakukan oleh karyawan harian lepas (borongan) sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (SPK) dengan perusahaan. Upah untuk karyawan dihitung berdasarkan target prestasi kerja. Basis yang harus dicapai oleh karyawan adalah 5 ton/hk, dengan upah Rp 7 000,-/ton. Prestasi kerja karyawan adalah 7 ton/hk, sedangkan prestasi kerja penulis 2.5 ton/hk.

8 25 Aplikasi Limbah Cair Kelapa Sawit Selain janjang kosong, GSE juga memanfaatkan limbah cair kelapa sawit atau Palm Oil Mill Effluent (POME) sebagai salah satu pupuk organik untuk membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan memperbaiki sifat-sifat tanah. POME yang diaplikasikan di GSE memiliki biological 0xygen demand (BOD) ppm, kadar BOD sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) daerah setempat. BOD adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki kadar BOD yang sangat tinggi, rata-rata berkisar ppm. Kadar BOD yang sangat tinggi ini dapat mengubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun dilakukan pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 dan kedalaman efektif 0.3 m, sehingga volume per flatbed adalah m 3, setara dengan ton. Jumlah flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± flatbed/ha. Dosis aplikasi POME berdasarkan anjuran departemen riset adalah 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Rata-rata jumlah flatbed di GSE adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/ flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut disebabkan oleh topografi GSE yang umumnya bergelombang yaitu antara 3 20% dan jenis tanah Oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memilik daya jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME. Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan mulai jam WITA. Pengaplikasian dilakukan oleh satu orang karyawan. Aplikasi POME harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME kemudian

9 26 dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan menjaga aliran POME yang dipalikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/hk, sedangkan supervisi yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 7 116,- /jam. Pengambilan Contoh Daun Pengambilan contoh daun atau leaf sampling unit (LSU) merupakan faktor kunci dalam penentuan dosis rekomendasi pupuk. Pengambilan sampel daun dilakukan pertama kali pada tanaman umur 3 tahun dan selanjutnya dilakukan sekali setahun untuk setiap LSU. Pengambilan contoh daun tahun ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun depan. Pengambilan sampel daun dilakukan di Blok LSU, setelah pemupukan terakhir dengan Urea, TSP, MOP, Kieserite, dan abu janjang selesai dilakukan minimal 2 3 bulan sebelumnya. Aplikasi kaptan, dolomite, janjang kosong ataupun solid tidak mempengaruhi jadwal pengambilan sampel daun. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan sampel daun, yaitu: kantong plastik hitam dan putih, cat biru, kertas label, parang, gunting, galah bambu, egrek, buku notes dan pena. Pengambilan sampel daun di GSE dilakukan pada tanggal April Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri atas 3 orang di masing-masing tim. Prestasi kerja tim LSU adalah 90 ha/tim. Pengambilan daun dilakukan dari pagi hari hingga selesai pada kondisi cuaca yang cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus ditunda. Pada satu areal LSU harus diusahakan keseragaman dalam umur tanaman, jenis bibit, jenis tanah, keadaan topografi, drainase, dan tindakan kultur teknis yang dilakukan. Pohon sampel ditentukan dengan pola sistem tertentu, misalnya sistem 12 x 11, berarti untuk setiap 12 pokok antar baris dalam satu blok diambil satu pohon sampel pada pokok ke-11 pada baris tersebut. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah pelepah daun ke-17 karena merupakan pelepah daun yang

10 27 paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 diegrek dan diturunkan, kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan sebelah kiri pada pelepah jarum (peralihan anak daun muda dan tua) dalam salah satu pelepah dipotong daunnya sepanjang ± 25 cm. Contoh daun yang sudah dipotong ± 25 cm dibuang lidinya dan dipisahkan menjadi dua sub sampel (A dan B). Satu sub sampel terdiri atas helai daun dari sisi kanan lidi dan sub sampel lainnya dari helai daun sisi kanan lidi. Anak daun sebelah kanan dan kiri dipisahkan pada tempat yang berbeda, kemudian daun dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Potongan sampel daun dikeringkan selama ± 5-7 jam pada suhu 80 0 C. Daun dikatakan kering apabila sudah rapuh dan mudah dipatahkan dan warna masih nampak hijau. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan. Dalam pengambilan pohon sampel perlu diperhatikan bahwa pohon yang ada di pinggir jalan, bangunan, bersebelahan dengan pohon mati, pohon steril atau yang terserang penyakit, dan tumbuhnya abnormal tidah boleh diambil sebagai pohon sampel. Apabila pohon sampel termasuk dalam kriteria tersebut maka yang menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang. Selama pengambilan sampel daun, pertumbuhan vegetatif meliputi tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah, dan tebal pelepah juga diamati. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah. Standar prestasi kerja karyawan yang ditetapkan oleh perusahaan adalah 30 ha/hk sesuai dengan tingkat kerapatan sampel yang diambil dan kriteria yang diukur. Prestasi kerja karyawan dan penulis yaitu 30 ha/hk. Pemupukan Pemupukan adalah upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup secara berkala dan berimbang baik secara langsung pada tanaman maupun tidak

11 28 langsung ke dalam tanah. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan di Gunung Sari Estate (GSE) dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena berhubungan langsung dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan. Perencanaan pemupukan di GSE dibagi menjadi tiga tahap yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan untuk mengetahui besarnya biaya operasional berdasarkan: jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan serta ekstra fooding dalam satu tahun. Rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan, ekstra fooding pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk untuk blok yang akan dipupuk. Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk. Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan ditetapkan berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC). Rekomendasi pemupukan tersebut disusun atas dasar hasil analisis hara daun, status hara tanah, jenis tanah, dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi (balance sheet) yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan di GSE periode adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, dan HGFB.

12 29 Sistem aplikasi pemupukan yang digunakan di GSE adalah Block Manuring System (BMS), yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, supervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Mekanisme pelaksanaan BMS adalah hancak pemupuk tetap tiap blok dan setiap tanaman diketahui pemupuknya dan pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan tim BMS meliputi tim pengecer pupuk, penabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan persiapan blok yang akan dipupuk. Persiapan tersebut meliputi persiapan piringan yang harus dalam keadaan bersih dan persiapan sarana lain seperti jalan dan jembatan pada main road dan collection road, pasar rintis untuk menunjang kelancaran transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Blok-blok yang akan dipupuk diusahakan berada dalam satu hamparan sehingga mempermudah pengawasan pelaksanaan pemupukan, mobilisasi pengecer dan penabur. Pengeceran pupuk. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang sentral ke lapangan, sehari sebelum pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya. Pada pukul WITA, mandor pupuk melakukan antrian pagi dengan para pengecer pupuk untuk memberikan informasi mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok yang akan diaplikasi. Setelah antrian pagi dengan mandor pupuk, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan. Pada pukul WITA, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga pukul WITA pupuk sudah berada di lapangan. Pengeceran pupuk dari atas kendaraan harus dilakukan dengan baik dan diletakkan pada tempat pengeceran yang sudah ditentukan. Tumpukan pupuk yang diecer harus diletakkan di tempat pengumpulan pupuk (TPP) yang terdapat pada collection road (CR) yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP mewakili enam jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk/pokok. Tenaga yang dipakai sebagai pengecer pupuk adalah empat

13 30 orang karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/hk dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6 159/ton. Jika kondisi infrastruktur blok yang akan dipupuk kurang memadai seperti jalan kurang baik, jembatan rusak atau blok berbatasan dengan sungai maka pengeceran dapat dilakukan hanya pada satu titik saja. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus terjamin aman dari pencurian, pembuangan atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh karena itu, ada seorang karyawan yang bertanggung jawab terhadap keaman pupuk, sekaligus merangkap sebagai tenaga pengumpul eks goni pupuk dari pengecer pupuk. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus selesai ditabur seluruhnya pada hari tersebut. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan atau keadaan lainnya, maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali ke gudang divisi. Gambar pengangkutan pupuk dapat dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Pengangkutan Pupuk Menggunakan Dump Truck Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan pada suatu blok, maka dibentuk satuan tugas pemupukan yang disebut kelompok kecil pemupuk (KKP). Masalah-masalah yang sering muncul dalam hancak pemupukan adalah areal kebun yang berbukit, kondisi barisan tanaman yang tidak lurus, barisan dalam satu rintis tidak tembus karena berbatasan dengan sungai, jurang, atau palung. Selain itu juga karena jumlah tanaman dalam satu baris tanaman bervariatif. Sebelum melakukan kegiatan pemupukan, tim pemupuk diingatkan untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu baju lengan panjang, apron, sarung

14 31 tangan, sepatu boot, topi dan masker untuk kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Selain itu pemupuk juga diberikan ekstra fooding. Alat-alat yang digunakan dalam pemupukan adalah bin pupuk dan takaran pupuk. Bin pupuk yang digunakan sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari plastik melamin yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk. Kegiatan pemupukan di GSE dimulai pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah jenis dan dosis pupuk, persiapan blok yang akan dipupuk, sarana dan prasarana (jalan, jembatan, titi pasar rintis), alat-alat yang digunakan (APD, takaran, dan bin) serta alat transportasi untuk karyawan dan pengeceran pupuk ke lapangan. Penaburan pupuk. Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap KKP mulai membuka karung pupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua jalur tanaman (1 pasar rintis). Penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan di atas rumpukan pelepah, berbentuk U (U shape front stacking). Penaburan pupuk harus dilakukan secara merata dan tipis. Apabila ditemukan pupuk yang menggumpal maka pupuk harus dihancurkan. Sistem pemupukan di GSE tidak menggunakan pelangsir pupuk, pemupuk keluar masuk blok untuk mengisi bin pupuk. Penaburan pupuk dimulai dari tanaman yang terdekat dari collection road timur menuju ke pasar tengah. Setelah selesai, penabur pindah ke collection road barat. Umumnya jumlah blok yang akan dipupuk disesuaikan dengan jumlah karyawan pupuk yang ada saat pemupukan hari tersebut. Oleh karena itu, tiap antrian pagi, mandor pupuk akan mengabsen kehadiran karyawannya untuk menentukan jumlah blok dan tonase pupuk yang akan diaplikasikan pada hari tersebut. Tenaga kerja yang digunakan sebagai tim pupuk (penabur) adalah karyawan SKU. Standar pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di GSE yaitu: NK blend (600 kg/hk), Rock Phospate (400 kg/hk), Kieserit (400 kg/hk), HgFB (7 ha/hk). Gambar penaburan pupuk menggunakan bin dan takaran dapat dilihat pada Gambar 5.

15 32 Gambar 5. Penaburan Pupuk Menggunakan Bin dan Takaran Pengumpulan karung bekas pupuk. Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh seorang penabur pupuk yang khusus dipekerjakan sebagai pengumpul dan pembersih pupuk yang tercecer di jalan (collection road). Karung bekas pupuk dikumpulkan dan digulung setiap 10 lembar karung. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung eks pupuk tersebut dibawa oleh pengumpul ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung eks pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama adalah pengganggu pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga dan atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit dapat menimbulkan kerusakan berat hingga kematian pada tanaman sehingga perlu dilakukan pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tersebut. Pemberantasan adalah pemusnahan semua populasi hama dan penyakit yang ada di areal pertanaman, sedangkan pengendalian adalah mengurangi, menekan hama dan penyakit sampai ambang batas ekonomi yang tidak merugikan.

16 33 Hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit di GSE terbilang masih di bawah batas ambang ekonomi yang berarti tidak merugikan secara ekonomi sehingga hanya dilakukan pengendalian. Pengendalian hama dan penyakit di GSE dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan beneficial plants dan burung hantu (Tyto alba). Beneficial plants. Menurut Minamas Plantation Indonesia (2008), beneficial plants (tanaman berguna) adalah tanaman yang mempunyai unsur perangsang alamiah untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari ulat api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit. Beneficial plants dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama, yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Tanaman ini juga menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk, yang memastikan kehadirannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit. Pertumbuhan Antigonon leptopus dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pertumbuhan Antigonon leptopus pada Tiang Rambatan Percobaan dari bagian proteksi tanaman Minamas Research Center (MRC), menunjukkan bahwa penanaman beneficial plant secara benar dan berkelanjutan dapat mengatasi serangan hama yang serius (kronis). Penggunaan beneficial plant ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai pengendali hama. Terdapat empat spesies tanaman yang efektif dalam menekan serangan hama perusak daun pada tanaman kelapa sawit secara alami, yaitu Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon leptopus dan Turnera subulata.

17 34 Euphorbia heterophylla adalah jenis tanaman yang paling efektif dalam mengendalikan serangan hama dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman lainnya. Akan tetapi, jenis tanaman Euphorbia heterophylla sulit dikembangbiakkan karena sulit untuk mendapatkan bibit yang cukup. Secara alamiah, jenis tanaman Euphorbia heterophylla memiliki masa hidup yang pendek dan peka terhadap ph tanah yang masam. Sedangkan ketiga jenis yang lain tidak banyak memiliki kelemahan. Di GSE ketiga jenis tanaman ini paling banyak digunakan. Pengendalian tikus (Rattus tiomanicus) dengan burung hantu (Tyto alba). Tikus (Rattus tiomanicus) adalah salah satu hama paling utama di kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang berat, baik pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum mengahasilkan. Serangan tikus yang paling sering terjadi adalah pada tanaman menghasilkan. Buah matang ataupun masih mentah akan dimakannya. Selanjutnya, brondolan dibawa ke semak-semak penutup tanah dan rumpukan pelepah. Walaupun hanya sebagian brondolan yang dimakan, tetapi akan menambah jumlah losses secara total dari semua brondolan yang dikumpulkan. Jika tidak terkontrol populasi tikus akan meningkat tajam dari < ekor per ha dalam periode 6 bulan atau kurang. Dalam kondisi tersebut 5 15% tanaman dapat mati dari luas areal yang terserang. Perkembangan populasi tikus dapat mencapai ekor per ha, dapat meningkatkan losses sampai 30% atau lebih dari luas areal yang terserang. Ada tiga jenis tikus yang biasa menyerang perkebunan kelapa sawit, yaitu Rattus tiomanicus, Rattus rattus diardii dan Rattus argentiventer. Salah satu tindakan pengendalian tikus yang dilakukan oleh GSE adalah secara biologis dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas/karnivora yang memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapa 99.4%. Upaya pemeliharaan burung hantu sebagai predator alami tikus di GSE dimulai dengan pembuatan kandang di dalam blok. Kandang berfungsi sebagai pemikat atau tempat karantina burung hantu agar beradaptasi dengan daerah yang baru. Lokasi penempatan kandang harus strategis yaitu diusahakan berdekatan

18 35 dengan pohon-pohon besar atau pada areal di sekitar emplasmen dan diusahakan jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari gangguan manusia, agar burung hantu tidak mudah mengalami stres. Pembuatan nest box atau BOB (Barn Owl Box) mewakili luas areal ± 20 hektar. Jumlah BOB yang ada di Divisi 2 adalah 31 BOB. Pengendalian kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros). Pengendalian kumbang tanduk lebih dititikberatkan pada usaha pencegahan yang dapat menghambat perkembangan larva. Hama kumbang tanduk sering ditemukan berkembang biak di dalam batang/tunggul kelapa sawit yang telah lapuk. Pengendalian kumbang tanduk di GSE dilakukan dengan metode pengendalian secara fisik dengan cara pemasangan pherotraps. Pengendalian hama dengan menggunakan pherotraps di lapangan dapat dilihat pada Gambar 7. a b Gambar 7. Pengendalian Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros): a. Alat Pherotraps, b. Pemasangan Pherotraps di Lapangan Pherotraps dilakukan dengan cara trapping (perangkap) menggunakan sex pheromone (spesifik hanya untuk pengendalian serangga O. rhinoceros). Pada skala komersial (± ha kelapa sawit), penggunaan metode pherotraps selain pengendaliannya efektif juga biaya pengendaliannya lebih murah atau dapat dihemat ± 76% bila dibandingkan metode kimiawi.pemasangan pherotraps di GSE dilakukan dengan model pitfall trap (lubang perangkap). Pemasangan pherotraps yaitu 1 unit trap/10 ha karena serangan kumbang tanduk di GSE cukup ringan. Pada kenyataannya di lapangan pengendalian dengan metode pitfall trap banyak mengalami gangguan oleh manusia, yakni sering terjadinya pencurian baik ember plastik maupun kayu yang digunakan untuk alat trapping di lapangan.

19 36 Penunasan (Prunning) Penunasan pelepah adalah pembuangan pelepah daun sebagai upaya pemeliharaan pelepah daun produktif dengan cara mengurangi jumlah pelepah yang kurang produktif sampai pada batas tertentu yang tidak menyebabkan terganggunya kemampuan fotosintesis di daun terganggu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan generatif menjadi optimal. Pelepah daun kelapa sawit merupakan pabrik minyak CPO, dimana proses fotosintesis sangat menentukan pembentukan buah (kuantitas dan kualitas) yang akan dipanen. Penunasan bertujuan mempermudah pekerjaan potong buah, menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah pengamatan buah pada saat sensus produksi, melakukan sanitasi, dan pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan. Sistem penunasan yang digunakan di GSE adalah sistem penunasan progresif. Penunasan pokok progresif adalah kegiatan penunasan pokok yang dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan kegiatan panen. Semua pelepah atau daun sangga yang tua dan tidak berguna dibuang kecuali tiga pelepah yang menyangga tandan buah (songgo tiga). Jumlah seluruh pelepah yang tetap dipertahankan berkisar pelepah tiap pokok (6-7 lingkar) pada tanaman berumur 8 tahun dan pelepah tiap pokok (5-6 lingkar) pada tanaman berumur > 8 tahun. Pelepah dipotong rapat ke batang dengan bekas potongan miring ke luar (ke bawah) membentuk tapak kuda yang membentuk sudut 30 0 dengan garis horizontal dan merupakan jarak bidang tebasan dengan pangkal harus lebih kecil dari 5 cm. Jumlah pelepah/pohon akan mempengaruhi pertumbuhan akar, bobot tandan dan produksi tandan buah segar (TBS). Pelepah yang telah ditunas diletakkan di gawangan mati dengan posisi duri menghadap ke bawah. Pada areal bergelombang, pelepah disusun searah kontur atau tegak lurus dengan arah lereng yang bertujuan untuk mengurangi erosi. Penunasan dilakukan sekaligus pada saat panen buah, tetapi pada kondisi tertentu dapat diadakan waktu penunasan khusus yang tidak bersamaan dengan kegiatan panen. Pembayaran penunasan dilakukan 4 bulan sekali dengan upah penunasan sebesar Rp 255,-/pokok. Pada praktiknya pemanen hanya akan menunas pokok yang ada buahnya ketika memanen buah, sedangkan pokok yang tidak dipanen

20 tidak ditunas. Oleh karena itu pembayaran upah penunasan akan dibayarkan ketika semua pokok ditunas seluruhnya pada ancak yang dipanen. 37 Pemanenan dan Produksi Pemanenan merupakan kegiatan pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga diangkut ke pabrik. Kegiatan pemanenan merupakan kegiatan yang sangat penting karena merupakan sumber pendapatan perusahaan melalui penjualan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Gunung Sari Estate menerapkan target produksi yang harus dicapai masing-masing divisi. Adapun target produsi dan realisasi produksi yang dapat dicapai di Divisi 2 disajikan pada Tabel 5. Periode Tabel 5. Target dan Realisasi Produksi yang Dapat Dicapai di Divisi 2,,Gunung Sari Estate pada Bulan Januari - Mei 2011 Produksi TBS Potensi Target Realisasi Realisasi terhadap Potensi Realisasi terhadap Target...(kg)......(%)... Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (2011) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemanenan yaitu persiapan panen, angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi, kriteria matang panen, sistem panen dan tenaga kerja pemanen, rotasi panen, pelaksanaan panen, pengawasan panen, sistem upah dan denda panen, administrasi panen, dan pengangkutan hasil panen. Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang akan menunjang keberhasilan panen. Adapun persiapan panen yang dilakukan meliputi pembuatan TPH, pembuatan titi panen dan jembatan panen, perawatan pasar rintis, pembersihan piringan, serta perawatan dan perbaikan jalan. Selain melakukan persiapan di lapangan, perlu juga dilakukan persiapan alat panen untuk mempermudah pemanenan serta memperoleh kualitas panen yang

21 38 baik. Peralatan panen yang digunakan di Gunung Sari Estate meliputi egrek, angkong, gancu, kapak, serta karung (G bag) untuk mengumpulkan brondolan. Egrek digunakan untuk memotong TBS pada pohon yang sudah tinggi lebih dari 5 m atau pada tanaman kelapa sawit yang biasanya sudah berumur lebih dari 9 tahun. Angkong merupakan alat angkut untuk membawa TBS dan brondolan ke TPH, sedangkan gancu berupa besi yang menyerupai mata kail dengan salah satu ujungnya runcing dan digunakan untuk mengangkut TBS. Kapak digunakan untuk memotong tangkai panjang atau memudahkan pemanen dalam menyusun pelepah. Gambar alat-alat panen yang digunakan di GSE dapat dilihat pada Gambar 8. a b c d Gambar 8. Alat-alat Panen: a. Kapak dan Karung Bekas, b. Egrek dan Angkong, c. Karung G bag, d. Gancu Angka kerapatan panen (AKP) dan taksasi produksi. Pengamatan terhadap angka kerapatan panen dilakukan setiap hari untuk dapat mentaksasi produksi besok hari. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan taksasi buah bersama mandor panen. Angka kerapatan panen dihitung dengan menggunakan pohon sampel. Pohon sampel diambil sebanyak 10% dari total populasi pada satu blok. Pengambilan pokok sampel ditentukan dengan memilih jalur secara acak pada blok sampel. Angka kerapatan panen digunakan untuk menghitung taksasi produksi. Taksasi produksi adalah kegiatan untuk memperkirakan produksi TBS kebun yang akan dihasilkan pada periode pemanenan tersebut yang dapat digunakan untuk memperkirakan produksi,

22 jumlah tenaga kerja panen dan alat pengangkutan yang dibutuhkan untuk mengangkut TBS. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan taksasi di Blok F 27. Berikut ini merupakan contoh perhitungan persentase kerapatan panen di Blok F 27 Divisi 2: Pokok sampel : 400 pokok Jumlah TBS matang : 131 tandan BJR : kg Total pokok produktif : pokok AKP Perkiraan produksi = Jumlah TBS Matang pokok sampel = 131/400 x 100% = 33% 100 % = AKP x BJR x Total pokok produktif = 0.33 x x = kg (25.5 ton) Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperkirakan produksi yang keluar dari Blok F27 adalah 25.5 ton. Dengan demikian jumlah truk yang dibutuhkan jika kemampuan rata-rata angkut buah 8 ton TBS per tripnya adalah 3 truk (3 trip). Kriteria matang panen. Kriteria matang panen yang diterapkan di Divisi 2 GSE yaitu apabila terdapat lima brondolan atau lebih yang jatuh di piringan, maka tandan harus dipanen. Pada saat magang penulis melakukan pengamatan mengenai kualitas potong buah di Divisi 2. Hasil pengamatan kualitas potong buah di Divisi 2 GSE terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Kualitas Potong Buah di Divisi 2 Gunung Sari,Estate Total Buah Hasil Panen (TBS) Buah Hasil Panen (%) Man- TBS Unripe Ripe Bunch ripe Ripe Bunch Under Empty Un- Under Empty doran Ripe Ripe Sampel...(TBS)......(%)... A B C Total Rata rata Sumber: Hasil Pengamatan (Maret, 2011) 39

23 40 Sistem panen dan tenaga kerja pemanen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 GSE adalah sistem hanca giring tetap per mandoran. Setiap pemanen mempunyai hanca yang tetap. Pembagian hanca dilakukan oleh mandor panen setelah apel pagi. Sistem hanca tetap dapat berubah menjadi sistem giring bergantung pada jumlah pemanen, keadaan hanca, kerapatan TBS, dan luas hanca sisa panen. Komponen kebutuhan tenaga kerja dihitung dari luasan areal panen dalam satu divisi, kemampuan rata-rata pemanen per hari, dan rotasi atau pusingan panen yang digunakan. Kemampuan rata-rata pemanen mengacu pada kegiatan panen selama satu hari kerja atau setara dengan 7 jam. Berikut ini adalah contoh perhitungan tenaga kerja panen yang ada di Divisi 2: Luasa areal panen = 990 ha Kemampuan pemanen = 3.8 ha Seksi panen = 6/7 Kebutuhan tenaga panen = Luas areal panen Seksi panen x kemampuan panen = 990 ha 6 seksi x 3.8 ha /hari /pemanen = 44 pemanen per hari Berdasarkan perhitungan di atas, tenaga kerja pemanen yang dibutuhkan adalah 44 orang. Akan tetapi jumlah tenaga pemanen yang ada di Divisi 2 saat bulan Mei adalah 41 orang. Hal ini menunjukkan tenaga panen efektif untuk setiap harinya belum terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, mandor mengambil kebijakan dengan memerintahkan pemanen yang sudah tuntas hancanya agar membantu pemanen lain yang belum tuntas. Keputusan ini berjalan efektif karena pemanen termotivasi dengan adanya premi lebih basis borong. Rotasi panen. Rotasi panen adalah selang waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Gunung Sari Estate memiliki sistem rotasi 6/7, artinya rotasi yang memiliki waktu panen enam hari dalam satu minggu sehingga dalam satu bulan terdapat empat kali panen pada blok yang sama. Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di Divisi 2 diawali dengan apel pagi yang diikuti oleh mandor panen, krani panen, dan pemanen. Pada apel pagi

24 tersebut dilakukan pengabsenan pemanen, pengarahan untuk panen hari itu, evaluasi hasil kerja hari sebelumnya, dan terakhir dilakukan pembagian hanca panen. Setelah apel pagi, pemanen langsung menuju hancanya untuk melakukan panen. Sistem panen yang berlaku di Divisi 2 adalah menggunakan BHS by DOL 2 (Block Harvesting System by Division on Labour), yaitu terdiri atas pemanen (cutter) dan pembrondol (picker). Pemanen bertugas menurunkan buah, menyusun pelepah, dan mengangkut TBS ke TPH. Pembrondol bertugas untuk mengutip brondolan dan mengangkut brondolan ke TPH. Standar operasional prosedur pemanenan di Divisi 2 adalah pertama memotong pelepah yang menyangga tandan, kemudian pelepah tersebut disusun di gawangan mati. Pemotongan pelepah yang menyangga tandan dilakukan rapat ke pokok. Hal tersebut bertujan agar tidak ada buah yang tersangkut pada ketiak pelepah di kemudian hari. Pelepah yang telah terpotong disusun di gawangan mati membentuk huruf I atau huruf U (U shape frond stacking). Setelah pelepah penyangga dipotong, tandan kemudian dipanen dengan menggunakan eggrek. Tandan yang sudah terpanen dipotong gagang panjangnya di piringan atau di TPH dan potongannya dibuang di gawangan mati. TBS yang mempunyai gagang panjang dipotong serapat mungkin dengan buah, tetapi tidak sampai melukai atau menyebabkan terpotongnya brondolan atau terikut ke gagang panjang. Selama menjadi pendamping mandor penulis mengamati hasil losses brondolan akibat pemotongan gagang panjang. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengamatan Losses Brondolan Akibat Pemotongan Gagang,Panjang di Divisi 2 Gunung Sari Estate Mandoran Jumlah TPH Losses Brondolan (buah) Jumlah TBS (tandan) 41 Brondolan/TBS A B C Total Rata-rata 0.45 Sumber: Hasil Pengamatan (2011)

25 Selesai pemotongan gagang panjang TBS, pemanen dan pembrondol mengumpulkan buah dan brondolan di TPH. Tandan disusun dengan gagang menghadap ke atas arah jalan. Pemanen membuat catatan jumlah TBS dan jumlah karung brondolan. Pencatatan jumlah TBS harus berdasarkan tiap TPH yang diisi pada panen hari itu untuk memudahkan pengontrolan pengangkutan. Disamping itu juga digunakan sistem KKP (Kelompok Kecil Pemanen) yang bertujuan untuk saling membantu menyelesaikan hanca antar pemanen, bila ada pemanen yang berhalangan hadir. Satu KKP biasanya terdiri atas tiga sampai empat orang pemanen. Pada saat melaksanakan magang penulis melakukan pengamatan terhadap kualitas kutip brondolan berdasarkan KKP di piringan, pokok dan pasar rintis. Format pemeriksaan hancak dan mutu buah di TPH dapat dilihat pada Lampiran 7. Hasil pengamatan kualitas kutip brondolan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kualitas Kutip Brondolan Brondolan Tinggal Persentase Brondolan Tinggal KKP Piringan Rintis an kok Rintis Pasar Total Piring- Po- Pasar Pokok...(buah)......(%)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Ratarata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011) Gunung Sari Estate menetapkan standar brondolan tertinggal 2 buah brondolan per TBS. Standar brondolan tertinggal ini bertujuan untuk meminimalisasi losses. Penulis juga melakukan pengamatan brondolan tinggal per pokok berdasarkan jumlah pembrondol (picker) dalam KKP. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 9. 42

26 43 Tabel 9. Pengamatan Brondolan Tinggal per TBS dan per Pokok Panen Pembrondol Jml Tinggal (%) Brondolan Brondolan Tinggal Jumlah Total Pokok dalam Piringan Pokok Pasar TBS Per Per Panen KKP Rintis TBS Pokok...(buah)......(%)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Total Rata Rata Sumber: Hasil Pengamatan (April, 2011) Standar buah matang tidak dipanen di Gunung Sari Estate adalah 0 %. Pada saat melaksanakan magang, penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah TBS tidak terpanen. Hasil pengamatan disajikan pada Tabel 10. KKP Tabel 10. Hasil Pengamatan TBS Tidak Terpanen di Divisi 2 Gunung Sari Estate Total TBS Dipanen Buah Matang Tidak Dipanen % Buah Matang Tidak Dipanen...(TBS)... KKP KKP KKP KKP KKP KKP Total Rata-rata/ KKP Sumber: Hasil pengamatan (April, 2011) Pengawasan panen. Pengawasan panen di GSE terdiri atas pengawasan harian dan bulanan. Pengawasan harian dilakukan oleh krani panen, mandor panen, mandor 1, asisiten, dan manager. Pengawasan bulanan dilakukan oleh staf quality control (QC) dari kantor general manager (GM) yang didampingi oleh mandor atau asisten kebun.

27 Sistem upah dan denda panen. Di GSE ada dua jenis basis panen yang diterapkan yaitu siap borong dan basis borong. Siap borong adalah jumlah tandan yang harus diselesaikan dalam satu hari kerja (7 jam) oleh setiap pemanen. Basis borong adalah batas minimal TBS yang harus diperoleh seorang pemanen dalam satu hari kerjanya. Basis borong berbeda-beda menurut tahun tanam (umur tanaman), berat janjang rata-rata (BJR), dan jumlah jam kerja. Selisih antara siap borong dan basis borong adalah premi bagi pemanen. Apabila pemanen mampu mencapai basis tugas pada hari itu, maka selain mendapat premi TBS pemanen juga mendapat premi tambahan. Premi panen adalah suatu insentif atau penghargaan yang diberikan perusahaan bagi pemanen yang telah melakukan tugas dengan baik sesuai dengan ketentuan perusahaan, premi yang diberikan kepada pemanen adalah premi siap borong dan premi lebih borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi basis borong dinyatakan dalam Rp/HK. Ketentuan basis borong dan lebih borong yang berlaku di GSE dapat terlihat pada Tabel 11. Div Tabel 11. Premi Siap Borong, Basis Borong, dan Lebih Borong Berdasarkan Divisi, Tahun Tanam dan BJR di Gunung Sari Estate TT BJR Mei 2010 BB (Jjg) Premi LB (Rp/Jjg) 44 Kutip 2010/2011 Brondolan Basis Borong Premi Siap Borong BB Premi (kg/ LB P 0 P 1 P 2 P 0 P 1 P 2 HK) (Rp/kg)...Jjg......Rp Keterangan : BB = Basis Borong P0 = Basis Borong 0 P1 = Basis Borong 1 P2 = Basis Borong 2 Sumber: Kantor Besar GSE (Mei, 2011) Premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada saat pemanen mendapat jumlah janjang panen yang lebih dari jumlah janjang basis borong yang telah ditentukan. Besarnya premi lebih borong dinyatakan dalam

28 45 Rp/janjang. Pemberian premi panen bertujuan memotivasi pemanen untuk memperoleh hasil yang tinggi sesuai dengan tata tertib panen. Pada tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam 1996 untuk mencapai P0, P1, dan P2 berturut-turut dibutuhkan 105, 120, dan 135 janjang. Untuk premi basis borongnya bila mencapai P0 adalah sebesar Rp 2 000,-, mencapai P1 sebesar Rp 4 000,-, dan mencapai P2 sebesar Rp 7 500,- sehingga total bila pemanen mencapai basis P2 adalah sebesar Rp ,-. Untuk pembrondol basis borongnya adalah 225 kg (Rp 100,-/kg). Contoh perhitungan premi: Seorang pemanen mendapatkan TBS sebanyak 150 janjang, panen dilaksanakan di blok E 28 dengan tahun tanam 1996 pada hari Selasa, premi lebih borong Rp 350,-/janjang, premi basis borong untuk P2 sebesar Rp ,-. Maka premi yang didapatkan pemanen pada hari tersebut adalah: Premi = Total janjang P 2 = 150 janjang 135 janjang = 15 janjang Pemanen mendapatkan premi basis borong 15 janjang x Rp 350/janjang = Rp 5 250,-. Total pemanen tersebut mendapatkan premi yaitu Rp 5 250,- + Rp ,-. = Rp ,-. Denda merupakan sanksi yang diberikan kepada pemanen akibat tindakan yang tidak memenuhi ketentuan yang telah disepakati. Pada saat penulis melaksanakan magang peraturan denda yang sering dikenakan pada pemanen adalah bila pemanen memanen buah mentah dan adanya buah tinggal, dendanya yaitu Rp 5 000,-/janjang. Administrasi panen. Administrasi panen sangat penting bagi perusahaan. Kegiatan administrasi panen meliputi kegiatan merekapitulasi hasil panen setiap harinya, yaitu merekap jumlah TBS dan brondolan yang dipanen beserta administrasi pengangkutannya. Selain itu, juga dihitung jumlah tenaga kerja yang digunakan beserta upah yang harus dibayar oleh perusahaan. Kegiatan pemanenan di lapangan setiap hari berlangsung hingga pukul WITA. Pada pukul pemanen diharapkan sudah mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya serta melapor ke mandor panen. Akan tetapi bila belum

29 46 selesai, pemanen tersebut diharuskan untuk mencapai basis dan menyelesaikan hancaknya. Mandor panen bertugas untuk membuat taksasi potong buah dan buku kegiatan mandor (BKM). Buku kegiatan mandor berisi laporan daftar hadir pemanen dan luas blok yang dipanen. Laporan potong buah dan notes potong buah diisi oleh kerani panen. Laporan potong buah berisi laporan hasil masingmasing pemanen, yaitu berisi nomor pemanen, TBS dan karung brondolan yang berhasil dikumpulkan. Kemudian data tersebut direkap pada pay roll yang berisikan jumlah TBS dan brondolan panen pada hari itu, premi, dan denda. Kemudian laporan tersebut diserahkan ke kerani divisi untuk direkap dan dilaporkan ke kantor besar. Blanko rekapitulasi taksasi potong buah di Divisi 2 dapat dilihat pada Lampiran 8. Pengangkutan tandan buah segar. Faktor transportasi dalam pengelolaan panen kelapa sawit memiliki peran yang cukup penting. Pengangkutan TBS dan brondolan merupakan kegiatan penanganan hasil panen yang terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari hanca ke TPH, dan pengangkutan dari TPH ke PKS. Pengangkutan dari hanca ke TPH dilakukan oleh pemanen (cutter), sedangkan pengangkutan TBS dan brondolan ke PKS dilakukan oleh bagian transportasi. Pengangkutan TBS bertujuan mengirimkan TBS dan brondolan ke pabrik dalam keadaan baik melalui penanganan secara hati-hati dan menjaga jadwal pengiriman TBS secara tepat, sehingga minyak yang dihasilkan berkualitas baik dan PKS berjalan secara optimal. Kegiatan transpor buah merupakan mata rantai dari tiga faktor yaitu panen, pengangkutan dan pengolahan. Ketiga faktor tersebut merupakan faktor terpenting dan saling mempengaruhi. Efisiensi pengangkutan TBS akan tercapai apabila unit angkutan memuat TBS secara maksimal dengan waktu yang seefisien mungkin. Kegiatan pengangkutan harus terorganisasi dengan baik agar dapat berjalan dengan lancar. Pengangkutan TBS di Divisi 2 GSE dilakukan oleh mandor transpor, sopir dan pemuat yang bekerja sama dengan mandor dan krani panen. Mandor transpor bertugas mengawasi jalur pengangkutan hasil panen yang sudah ditentukan oleh krani panen. Krani panen bertugas mencatat jumlah buah dan memberitahu kepada krani transpor mengenai tempat hanca yang dipanen dan

30 berkoordinasi mengenai penempatan buah oleh pemanen. Dalam prakteknya di lapangan masih terjadi kelalaian oleh tenaga kerja maupun kondisi lapangan yang mengakibatkan buah tidak terangkut ke PKS di hari yang sama (buah restan). Kejadian buah restan di Divisi 2 GSE selama bulan Januari April 2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kejadian Buah Restan di Divisi 2 Gunung Sari Estate Bulan,,Januari Mei 2011 Restan Jml Hari Curah Bulan Bobot Buah Restan (kg) Jml Hari Restan (kg/ hari restan) Hujan (hari) Hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Sumber: Kantor Divisi 2 GSE (Mei, 2011) Pemuat dan sopir truk merupakan satu tim yang bertugas mengangkut TBS dan brondolan dari lapangan hingga sampai di PKS. Divisi 2 menggunakan dump truck sebagai unit pengangkutan. Dump truck tersebut berkapasitas antara 6 sampai 8 ton. Gambar pengangkutan TBS menggunakan dump truck dapat dilihat pada Gambar Gambar 9. Pengangkutan Tandan Buah Segar

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Penetapan Target 54 PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pemupukan Organik Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah padatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan penulis adalah sebagai karyawan harian lepas (KHL), yaitu penulis bekerja aktif dalam kegiatan teknis harian di lapangan yang sama seperti

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen

PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen PEMBAHASAN Kebutuhan Tenaga Panen Kebutuhan tenaga panen untuk satu seksi (kadvel) panen dapat direncanakan tiap harinya berdasarkan pengamatan taksasi buah sehari sebelum blok tersebut akan dipanen. Pengamatan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen

PEMBAHASAN. I.1 Peralatan Panen 45 PEMBAHASAN Kegiatan panen merupakan salah satu kegiatan budidaya kelapa sawit yang paling penting. Cara panen yang tepat sangat mempengaruhi kuantitas produksi dan waktu yang tepat mempengaruhi kualitas

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012 di Teluk Siak Estate (TSE) PT. Aneka Intipersada, Minamas Plantation,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemeliharaan tanaman kelapa sawit dan pemanenan buah matang merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan demi tercapainya produktivitas yang tinggi. Kegiatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif dan generatif yang normal sehingga dapat memberikan produksi tandan buah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Kegiatan pengendalian gulma pada Perkebunan Pantai Bonati dibagi menjadi dua metode yaitu pengendalian gulma secara kimiawi dan pengendalian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen 3 TINJAUAN PUSTAKA Teknis Panen Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan memperhatikan beberapa kriteria tertentu

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 22 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis adalah aspek teknis dan manajerial. Aspek teknis yang dilakukan penulis berupa pembibitan, pemeliharaan tanaman (penunasan,

Lebih terperinci

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT NAMA INSTANSI FASILITATOR : MU ADDIN, S.TP : SMK NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG : Ir. SETIA PURNOMO, M.P. Perencanaan pemeliharaan merupakan tahapan awal yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Aspek Teknis PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Penulis selama dua bulan melakukan perkerjaan teknis sebagai karyawan harian. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pengelolaan air, pengendalian gulma, pemupukan,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk

PEMBAHASAN. Pengelolaan Pupuk 35 PEMBAHASAN Pahan (2008) menyebutkan bahwa pemupukan kelapa sawit dilakukan pada tiga tahap perkembangan tanaman, yaitu tahap pembibitan, TBM (Tanaman Belum Menghasilkan), dan TM (Tanaman Menghasilkan).

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan penulis di kebun Pinang Sebatang Estate (PSE) Divisi IV dimulai dari antrian pagi yang dilakukan pada pukul 05.30 06.30 setiap harinya. Kegiatan ini

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen

PEMBAHASAN. Kriteria Panen. Tabel 9. Kriteria panen divisi II Unit Kebun Pinang Sebatang Estate. Kriteria panen oleh pemanen 53 PEMBAHASAN Kriteria Panen Kriteria panen atau minimum ripenes standart (MRS) secara umum untuk tandan buah yang dapat dipanen di Unit Kebun Pinang Sebatang Estate berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pencapaian produksi yang optimal dalam usaha budidaya kelapa sawit diperlukan adanya suatu pengelolaan dalam merawat dan menjaga tanaman kelapa sawit agar tumbuh secara normal.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Aplikasi jenis pengendalian dilakukan di Kebun Adolina meliputi pengendalian secara kimia (chemist) dan secara manual. Pengendalian gulma tersebut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008.

PEMBAHASAN. Tabel 11. Rencana dan Realisasi Pemupukan Kebun Mentawak PT JAW Tahun 2007 dan 2008. 51 PEMBAHASAN Produksi Pencapaian produksi tandan buah segar (TBS) Kebun Mentawak PT JAW dari tahun 2005 2007 (Tabel 2) mengalami peningkatan yang signifikan yaitu dari tahun 2005 ke 2006 ± 10 000 ton,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate 48 PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate Dalam kegiatan agribisnis kelapa sawit dibutuhkan keterampilan manajemen yang baik agar segala aset perusahaan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 Divisi, dan Kepala Administrasi. Karyawan nonstaf terbagi menjadi karyawan Bulanan, Karyawan Harian Tetap (KHT), dan Karyawan Harian Lepas (KHL). Karyawan Bulanan terdiri atas pekerja tidak langsung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan adalah tempat untuk menumbuhkan kecambah hingga menjadi bibit dan memelihara sampai bibit siap ditanam di lapangan. Kegiatan pembibitan yang

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Aspek Teknis

PEMBAHASAN. Aspek Teknis PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral CO 2, dan air. Bagian yang perlu

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT

TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT TEKNIK PENANGANAN KEHILANGAN (LOSSES) BRONDOLANKELAPA SAWIT PADA AREAL BERBUKIT DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. TINTIN BOYOK SAWIT MAKMUR PROPINSI KALIMANTAN BARAT Aang Kuvaini Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 10 kasie, dan 5 orang asisten divisi. Karyawan non staf terdiri atas karyawan bulanan, karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Jumlah tenaga kerja SBHE sebanyak 636 per minggu ke

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 24 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Keberadaan gulma yang sangat merugikan bagi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI & PENANGGULANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) NO. ISK/AGR-KBN/29 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili : Arecaceae Sub Famili

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG renca kerja, juga menyetujui surat atau dokumen atau perjanjian kerja sesusai kerja dan tanggung jawab. Group maneger dalam melaksanakan kerja dibantu oleh staf kebun, yaitu asisten kepala, asisten kebun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama menjadi karyawan harian. Aspek

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan

TINJAUAN PUSTAKA. Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Kelapa Sawit Panen merupakan salah satu kegiatan yang penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Selain bahan tanaman dan pemeliharaan tanaman, panen juga

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Tanam Sisip

PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Tanam Sisip PELAKSANAAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Lapangan Pelaksanaan teknis lapangan sebagai PHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten dimulai pukul 05.30 WITA untuk mengikuti apel pagi. Pekerjaan di lapangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V-34 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan PT.PN III (PT. Perkebunan Nusantara III) Kebun Rambutan merupakan salah satu unit PT. PN III yang memiliki 8 wilayah kerja yang dibagi berdasarkan

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penyisipan, pengendalian gulma (manual dan kimiawi),

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen

PEMBAHASAN Persiapan Panen Sistem Panen PEMBAHASAN Persiapan Panen Secara sistematis sebelum melangkah pada tahap pelaksanaan, proses perencanaan harus dilakukan secara detil. Kegiatan mencakup penetapan seksi panen, penetapan luas hanca kerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunitas Gulma Lingkungan. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Gulma Jenis gulma yang tumbuh di suatu tempat berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Sastroutomo (1990), komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 I. TINJAUAN PUSTAKA A. Panen Tanaman kelapa sawit biasanya mulai menghasilkan buah pada umur 3-4 tahun. Proses pemanenan kelapa sawit meliputi kegiatan memotong tandan buah yang masak, memungut brondolan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI GUNUNG KEMASAN ESTATE, PT. BERSAMA SEJAHTERA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam

TINJAUAN PUSTAKA. sangat diperlukan untuk memprediksi produktivitas kelapa sawit tersebut dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Idealnya setiap kebun harus sudah dievaluasi lahannya secara benar. Evaluasi Kelas Kesesuaian Lahan (KKL) pada suatu perkebunan kelapa sawit sangat

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM KELAPA SAWIT Oleh: TIM UMP_Pelantaran Agro Estate- 2015 APA KEUNGGULAN KELAPA SAWIT? 1. Tumbuh terbatas hanya di Daerah Tropis 2. Manfaat luas 3. Risiko sosial dan teknis lebih terkendali 4. Produksi lebih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) BUDIDAYA KELAPA SAWIT DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR DESA JAHAB KECAMATAN LOA KULU, KABUPATEN KUTAI KARTENEGARA Oleh SITI KHOMARIAH NIM. 070500115 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Kegiatan magang yang dilakukan di Tambusai Estate mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penunasan, sensus pokok, pengendalian

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN PELAKSANAAN TEKNIS LAPANGAN Aspek Teknis Kebun Selama menjalani kegiatan magang, penulis melaksanakan kegiatankegiatan teknis di lapangan ketika berstatus sebagai KHL. Selama menjadi KHL, penulis mengikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik.

TINJAUAN PUSTAKA. apabila seluruh kondisi perlakuan dilaksanakan dengan baik. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit tergantung dari tingkat kesesuaian lahan, keunggulan bahan tanam, dan tindakan kultur teknis. Unsur kesesuaian

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 19 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Lahan gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik dalam waktu yang lama dan umumnya tersebar di sepanjang pantai. Tanah gambut umumnya juga disebut sebagai tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

PEMBAHASAN. Tabel 13. Potensi Produksi Kebun Inti 1. Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des PEMBAHASAN Penetapan Target Tanaman kelapa sawit siap dipanen ketika berumur 30 bulan. Apabila memasuki tahap menghasilkan, tanaman akan terus berproduksi hingga umur 25 tahun. Pada periode menghasilkan,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis

PELAKSANAAN MAGANG. Aspek Teknis 17 PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Pemupukan Pemupukan di Sei Air Hitam Estate dilakukan dengan sistem pemupukan yang dikerjakan blok per blok dengan dua jenis pupuk, yaitu pemupukan organik dan anorganik.

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara

Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Pengelolaan Pemanenan dan Transportasi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Bangun Bandar Estate, Sumatera Utara Harvest and Transportation Management of Palm Oil Fresh Fruit Bunch (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN.

PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN MAS PT CIPTA FUTURA, MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor 5 November 2009 PENGELOLAAN PEMANENAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) DI PERKEBUNAN UJAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT. GUNUNG KEMASAN ESTATE, MINAMAS PLANTATION, PULAU LAUT, KALIMANTAN SELATAN RIO RAGIS MIRANDA A34104047 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis lapangan yang dilakukan penulis sebagai KHL adalah mengikuti dan melakukan beberapa kegiatan di divisi dan di kebun pembibitan. Kegiatan yang

Lebih terperinci

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan

Perencanaan Pemupukan. Pengelolaan Pemupukan PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA DESA SENYIUR KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : SONI SETIAWAN NIM. 120 500 086 PROGRAM STUDI BUDIDAYA

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 21 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Panen Kualitas dan kuantitas minyak sawit yang dihasilkan bergantung pada tingkat kematangan buah saat dipanen. Panen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan manusia. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH

PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH PENGELOLAAN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. GUNUNG SEJAHTERA PUTI PESONA (GSPP) ASTRA AGRO LESTARI, DESA ARGA MULYA KALIMANTAN TENGAH Benny G. Kaban A24060177 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha) I. TINJAUAN PUSTAKA A. Produksi 1. Peramalan Produksi Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan

Lebih terperinci

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya V. ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Hasil Analisa hasil yang dilakukan yaitu perhitungan biaya bahan, biaya alat, biaya tenaga kerja, biaya per tanaman, biaya per hektar, biaya per blok dan biaya

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Selama menjalani kegiatan magang di SBHE berstatus sebagai karyawan harian lepas selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan, pendamping aisten divisi

Lebih terperinci

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK

SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK SENSUS POKOK DAN IDENTIFIKASI POKOK Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Pundu Learning Centre PENDAHULUAN Kegiatan Sensus Pokok adalah kegiatan perhitungan seluruh jumlah pokok kelapa sawit (produktif dan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh YESSI AFRILLA NIM. 070500120 PROGAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL LAMPIRAN 84 Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai KHL No Tanggal Uraian Kegiatan Prestasi Kerja (satuan/hk) Lokasi Penulis Karyawan Standart Pe mbimb ing Keterangan 1 14/ 02/ 2011 Tiba dilokasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PANTAI BUNATI ESTATE, PT. SAJANG HEULANG, MINAMAS PLANTATION, TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN. Oleh ARDILLES AKBAR A34104058 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha

28 Feb 2008 Konsolidasi sisip W8 1 ha 0.25 ha 0.25 ha LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi Prestasi Kerja (satuan/hk) Standar Pekerja Penulis Status sebagai Mahasiswa 14 Feb 2008 Orientasi lapang Seluruh

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 18 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pengendalian Gulma. Pengendalian gulma adalah tindakan mengendalikan pertumbuhan gulma yang tumbuh di areal pertanaman agar persaingan dengan tanaman utama dapat

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI (Pemahaman - Persiapan Pelaksanaan - Angkutan) NO. PSM/AGR-KBN/06 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 03 Maret 2015 Dimpos Giarto Valentino Tampubolon Direktur Utama Disusun Oleh ; Diperiksa

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT Makalah Seminar Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PENGENDALIAN GULMA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis Guineensis Jacq.)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis

PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Tepat Jenis PEMBAHASAN Konsep Pemupukan Keefektifan pemupukan berkaitan dengan tingkat hara pupuk yang diserap tanaman. Pupuk dikatakan efektif jika sebagian besar hara pupuk diserap tanaman. Efesiensi pemupukan berkaitan

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci